Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENELITIAN

PEMILIHAN BIBIT TERNAK SAPI POTONG DESA SUMBER


Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Penelitian Lifeskill
Sebagai Syarat Mengikuti Penilaian Akhir Tahun

Disusun Oleh:
Salsabila Ratu Wijaya
XI MIPA 4
NISN: 0069576081

SMA ANGKASA 1 HALIM PERDANAKUSUMA


JAKARTA
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis Ilmiah:

“Pemilihan Bibit Ternak Sapi Potong Desa Sumber”

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Penilaian Akhir Tahun

Disusun Oleh:

Salsabila Ratu Wijaya

Menyetujui:

Jakarta, 9 Maret 2023

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemilihan Bibit Ternak Sapi
Potong Desa Sumber” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini,
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Jakarta, 9 Maret 2023

Yang membuat pernyataan

Salsabila Ratu W.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari karya tulis ini
adalah “Pemilihan Bibit Ternak Sapi Potong Desa Sumber”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak/Ibu guru yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan
kepada pihak-pihak yang membantu yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya
pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jakarta, 9 Maret 2023

Penulis

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari orang tercinta,
akhirnya Karya Tulis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu,
dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia-Nya lah maka Karya Tulis ini dapat
dibuat dan selesai pada waktunya.
2. Untuk Bunda, Umi, dan Om Gatot yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan bantuan
selama saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Untuk Ibu Irda selaku wali kelas dan Ibu Riska selaku Mentor pembimbing saya dan
kelompok 2 serta pendamping Cluster 1, yang telah membimbing, mengarahkan,
mengayomi kami khususnya saya secara pribadi. Terimakasih atas kesabaran dan
ketulusan Ibu dalam membimbing saya selama kegiatan penelitian Life Skill hingga
proses pengerjaan Karya Tulis ini.
4. Untuk Bapak Slamet dan PIC Cluster 1, terimakasih atas ilmu yang diberikan dan
kesediaan waktunya untuk wawancara penelitian ini.
5. Untuk teman – teman Kelompok 2, terimakasih atas bantuan dan Kerjasama nya dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas Penelitian ini.
6. Untuk Qiara sebagai teman sekelas, sekelompok, se cluster, dan se home stay,
terimakasih telah banyak membantu saya selama proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
7. Untuk teman – teman saya, Nafisa, Alifa, Athaya, Jasmine, dan Farah, terimakasih atas
dukungan dan bantuannya selama saya mengerjakan tugas Karya Ilmiah ini, berkat
kalian, pengerjaan tugas Karya Tulis ini tidak terasa lelah nya dan saya bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu dengan penuh semangat.
8. Serta untuk Britfy, terimakasih, atas bantuan dan arahannya ketika saya berkonsultasi
mengenai Karya Tulis ini. Ketika saya sedang di titik tidak tahu lagi harus bertanya
kepada siapa, yang langsung terlintas di pikiran saya hanya orang ini, yang juga sedang
sibuk menyelesaikan tugas Skripsi nya, sehingga mungkin kamu akan mampu dan
bersedia untuk membantu, pikir saya. Terimakasih ya, Brit.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
HALAMAN DEDIKASI ....................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Kegunaan Penelitian ............................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................3
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................4
1.6 Metode Pengumpulan Data .................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................5
2.1 Pengertian Pembibitan............................................................................5
2.2 Kriteria Pemilihan Bibit..........................................................................5
2.3 Pengertian Bakalan Ternak.....................................................................7
2.4 Pemilihan Bakal Bibit Sapi Potong........................................................7
2.5 Jenis Sapi (Bangsa).................................................................................8
2.6 Proses Produksi Bibit............................................................................12
2.7 Pemberian Pakan dan Air Minum........................................................13
2.8 Exercise dan Pengaturan Perkawinan...................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................16
3.1 Kesimpulan.............................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................16

vi
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................20
A. Hasil Observasi dan Wawancara............................................................20
B. Daftar Riwayat Hidup.............................................................................21
C. Foto Kegiatan Penelitian dan Objek Penelitian......................................22

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan Minimum Kuantitatif Bibit Sapi Sumba Ongole Jantan.........................................................

Tabel 2.2 Persyaratan Minimum Kuantitatif Bibit Sapi Sumba Ongole Betina.........................................................

Tabel 2.3 Persyaratan Minimum Kuantitatif Bibit Sapi Bali.....................................................................................

Tabel 2.4 Kualitas Bibit Sapi Bali Pada Kelompok Tani ‘Sidodadi’.........................................................................

Tabel 2.5 Perbandingan Ukuran Minimum Bibit Jenis-Jenis Sapi Jantan ................................................................

Tabel 2.6 Beberapa Pakan Suplemen Pada Sapi Pejantan..........................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Bangsa Sapi Potong Subtropis dan


Tropis…………………………………..10

Gambar 2.2 Rumput gajah, merupakan salah satu hijauan segar…………………………………


14

Gambar 2.3 Bungkil kelapa, salah satu bahan pakan konsentrat (sumber protein)………………
14

Gambar 2.4 Pakan suplemen (jamu/obat) untuk sapi pejantan…………………………………..15

ix
x
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ternak sapi di Indonesia merupakan jenis ternak yang sangat penting artinya bila
dibandingkan dengan jenis ternak yang lain, karena manfaatnya banyak yaitu sebagai
penghasil daging, susu, kulit, dan sebagai sumber tenaga kerja. Selain dari itu kotorannya
disamping sebagai pupuk, juga sebagai sumber energi yang bermanfaat bagi manusia
untuk keperluan penerangan dan sebagai bahan bakar untuk memasak. Sumber energi ini
sering dikenal sebagai gas bio. Demikian pula makanan ternak sapi umumnya sudah
dapat didapatkan di egara kita (Harahap, 1978).
Akhir-akhir ini populasi ternak sapi dan jenis ternak lainnya makin menurun.
Periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 penurunan populasi sapi di Indonesia
mencapai 1,12% setiap tahun. Hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya jumlah
pemotongan dan kematian yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit, tidak
seimbangnya dengan angka kelahiran. Padahal laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
meningkat 2,3% per tahun. Suatu hal yang mengkhawatirkan jika keadaan ini tidak
segera ditanggulangi (Anonimus, 1997).
Permintaan kebutuhan daging sapi terus meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk. Berbagai macam usaha telah dilakukan misalnya meningkatkan mutu
reproduksi, impor daging sapi dan pemeliharaan sapi potong yang dilakukan masyarakat
dengan sistem tradisional. Penyediaan daging sapi yang berkualitas untuk kebutuhan
restoran mewah dan hotel berbintang selama ini masih mengimpor dari luar negeri.
Sistem pemeliharaan sapi potong secara tradisional perlu diubah, salah satunya dengan
sistem penggemukan yang didukung penerapan teknologi pangan, pengenalan bibit sapi
potong yang baik, perhitungan ekonomis pemeliharaan sapi potong. Pemilihan bibit sapi
potong untuk penggemukan memenuhi kriteria, diantaranya mengenali bentuk sapi dari
fisik luarnya untuk menghasilkan daging yang optimal (Sugeng, 1996).
Dalam rangka penyediaan sapi potong dan menjamin keberlanjutannya maka
dibutuhkan ketersediaan bibit sapi potong yang berkualitas secara berkesenambungan.
Bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam
upaya pengembangan sapi potong. Kemampuan penyediaan atau produksi potong dalam
negeri masih perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk itu
dibutuhkan partisipasi dan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, peternak dan
stakeholder terkait.
Dalam pengembangan bibit sapi potong masih perlu perbaikan manajemen antara
lain pemiliham ternak yang terarah dan berkesinambungan sehingga mampu
memproduksi bibit sesuai standar. Penulis memilih judul PEMILIHAN BIBIT
TERNAK SAPI POTONG dengan tujuan supaya pembaca dapat mengetahui bakal bibit
sapi potong yang baik dan memenuhi persyaratan yang berlaku baik setiap peternakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pembibitan?
2. Bagaimana kriteria pemilihan bibit?
3. Bagaimana cara pemilihan bibit bakalan sapi potong?
4. Bagaimana perbandingan bibit setiap bangsa/jenis sapi?

1.3 Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang pemilihan bibit ternak sapi potong khususnya di Desa
Sumber.
Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan dan program-
program dalam pengembangan usaha pembibitan ternak sapi potong. 3. Sebagai
masukan bagi peternak dalam perbaikan pengembangan usaha pembibitan ternak
sapi potong dimasa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis

2
Kegiatan penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman yang berharga dalam upaya
meningkatkan kemampuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan dapat
memberikan gambaran mengenai kriteria dan cara mengenali bibit unggul sapi
potong guna membudidaya sapi ternak.

b. Bagi Sekolah /Pemerintah/Peternak


Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi sekolah adalah dapat menerapkan
metode yang terdapat dalam Karya Tulis ini dalam rangka membantu peternakan
sapi di Indonesia. Lalu dapat juga sebagai masukan bagi pemerintah dalam
menyusun kebijakan dan program-program dalam pengembangan usaha
pembibitan ternak sapi potong. Serta sebagai masukan bagi peternak dalam
perbaikan pengembangan usaha pembibitan ternak sapi potong dimasa mendatang

c. Bagi Peneliti Lanjutan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lanjutan dan sebagai
dalam pemikiran bagi pengembangan pembelajaran untuk melanjutkan penelitian
dalam meningkatkan kualitas bibit dan daging sapi di Indonesia. Sebagai
Sumbangan informasi ilmiah bagi peneliti selanjutnya dibidang pengembangan
usaha pembibitan ternak sapi potong.

1.4 Tujuan Penelitian


1.Tujuan Khusus
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat
pembudidayaan ternak sapi, pengertian bibit ternak dan macam-macam kriteria bibit
ternak unggul sapi potong serta bagaimana memilih bibit tersebut agar menghasilkan
sapi ternak yang berkualitas.
2.Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk menambah wawasan mengenai jenis-jenis bibit sapi
ternak dan seberapa berpengaruhnya terhadap populasi ternak sapi dan dalam
pemenuhan permintaan sapi potong di Indonesia.

3
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 5 Desember 2022 – 9 Desember 2022, tepatnya di Desa
Sumber Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah.

1.6 Metode Pengumpulan Data


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk sistem
pendukung keputusan dalam memilih bibit sapi unggul. Jika dilihat dari sumbernya maka
data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara,
observasi dan kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah sampel responden yang sesuai
dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi[16]. Data Primer dalam
penelitian ini:
a. Wawancara (Interview)
Proses wawancara dilakukan terhadap pemilik Peternakan Sapi Pak Slamet.
Wawancara dilakukan untuk menentukan kriteria dan penilaian pada masing-
masing kriteria. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
pihak lain secara tidak langsung, memiliki hubungan dengan penelitian yang
dilakukan berupa sejarah perusahaan, ruang likup perusahaan, struktur
organisasi, buku, literatur, artikel, serta situs di internet.

Data sekunder dalam penelitian ini:

a. Studi Pustaka (Library Research)


Studi Pustaka dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui metode apa yang
cocok untuk digunakan dan juga menerapkan metode tersebut dengan
mempelajari buku, artikel, maupun jurnal yang berhubungan dengan topik
yang dibahas.

4
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembibitan


Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk
keperluan sendiri atau diperjual belikan. Bibit merupakan ternak yang memiliki sifat
unggul dan mewariskannya serta memenuhi persyaratan untuk dikembangbiakan.
Dalam pemilihan bibit bakalan sapi potong dilaksanakan melalui pemulian satu galur
atau garis keturunan , baik pejantan maupun induk yang dikawinkan berdasarkan dari
satu galur yang sama. Untuk mendapatkan bibit sapi potong yang berkualitas, perlu
dilakukan pengawasan mutu bibit dengan standar pemilihan dan penilaian sapi
potong. Seleksi atau pemilihan bibit sapi yang akan dipelihara merupakan salah satu
faktor terpenting dan penentu dalam upaya terpenuhinya kebutuhan daging sehingga
diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.

2.2 Kriteria Pemilihan Bibit


Sehubungan dengan pemilihan calon bibit ternak sapi potong, maka harus
mengetahui kriteria dalam aspek pemilihan bibit dan pengukuran sapi. Hal ini cukup
penting, mengingat pada saat peternak melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan,
pengalaman dan kecakapan yang cukup diantaranya:
1.Jenis dan sifat genetika
Setiap peternak yang akan memelihara dan membesarkan ternak untuk di jadikan
calon bibit pertama-tama harus memilih jenis sapi yang paling disukai atau telah
popular, baik dari jenis sapi impor maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap
jenis sapi memiliki sifat genetik yang berbeda antara satu dengan lainya baik
kemampuannya dalam hidup terutama terhadap iklim dan pakan.
2. Kesehatan
Sapi yang akan dijadikan sebagai calon bibit harus memiliki kesehatan yang baik. Untuk
mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan kondisi tubuh,
sikap dan tingkah laku (tegap, keempat kaki memperoleh titik berat sama); pernafasan
(bernafas dengan tenang dan teratur); pencernaan (dapat memamahbiak dengan baik,
pembuangan feses urin berjalan lancar) dan pandangan sapi (mata cerah dan tajam).

3. Seleksi Calon Bibit


a) Bibit sapi yang bagus memiliki ciri fisik seperti:
 Mempunyai bentuk tubuh yang proporsional yaitu memiliki kerangka tubuh yang
kokoh dan lebar.
 Mempunyai tinggi tubuh yang sama antara depan dan belakang.
 Memiliki dada yang lebar, dengan mempunyai dada yang lebar akan membuat
pertumbuhan daging di daerah dada bisa maksimal.
 Memiliki bulu yang kering dan pendek dengan mata yang bersinar dan responsif
terhadap lingkungan sekitar.
 Bibit sapi yang bagus biasanya mempunyai pantat yang lebar serta perut kecil.
Sebab, bibit sapi yang mempunyai perut besar menandakan bahwa bibit sapi
terkena penyakit cacingan. Perut bibit sapi yang terlalu besar akan menghalangi
pertumbuhan pada bagian yang lain, karena daging biasanya hanya akan tumbuh
di bagian perut.
 Mempunyai kaki yang kokoh dan tulang kaki yang besar. Kaki yang kokoh pada
bibit sapi yang bagus akan menopang berat badan sapi yang semakin berat.
 Bibit sapi memiliki bentuk kaki yang normal dan lurus.
 Bibit sapi yang bagus memiliki bentuk tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak
terlalu gemuk. Pilihlah bibit sapi yang sedang tumbuh, bibit yang terlalu tinggi
dan gemuk pertanda bibit sapi tidak baik untuk dikembangkan.
a) Bibit sapi yang anda pilih memiliki nafas yang teratur, ini tanda bahwa
bibit sapi dalam keadaan bagus.
b) Memiliki sistem pencernaan yang lancar.

6
c) Bibit sapi mempunyai gerak yang aktif, karena bibit sapi yang lemas
dan tiduran menandakan bahwa bibit terkena penyakit.

2.3 Pengertian Bakalan Pada Ternak


Bakalan Ternak Ruminansia Pedaging yang selanjutnya disebut Bakalan adalah
ternak ruminansia pedaging dewasa yang dipelihara selama kurun waktu tertentu
hanya untuk digemukkan sampai mencapai bobot badan maksimal pada umur optimal
untuk dipotong. Sapi Bakalan adalah sapi bukan bibit yang mempunyai sifat unggul
untuk dipelihara selama kurun waktu tertentu guna tujuan produksi daging. 
Standar kriteria bakalan sapi antara lain:
 Kriteria sapi belum siap potong yang kisaran karkasnya (daging dan tulang)
dibawah 50% dari berat hidup untuk dipelihara dan digemukkan.
 Umur potensial 1,5-2,5 tahun.
 Sudah dapat diukur standart perhitungan baik umur, prosentase karkas,
capaian bobot maksimal, kecepatan adaptasi pakan dan kandang sanpai masa
panen.
 Sapi simental dan limousin dan silangannya ada dikisaran berat 380-500kg 
Sapi PO 250-350kg.
 Ideal digemukkan dalam waktu singkat 100-150 hari

2.4 Pemilihan Bakal Bibit Sapi Potong


a. Bangsa Sapi
Peternak harus memilih sapi yang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan
yaitu penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa
sapi yang bisa diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus
dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat, pemilihan
ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau mengalami kerugian
akibat faktor lingkungan yang tidak menunjang. Setiap bangsa ternak (Sapi)
memiliki keunggulan masing-masing. Jenis sapi import memiliki PBB per-hari
mencapai 1,2 kg, tetapi membutuhkan pakan yang berkualitas tinggi. Sapi lokal
seperti: Sapi Bali, PO, Madura biasanya memiliki PBB per-hari sekitar 0,6-0,8 kg,

7
dengan kualitas dan biaya pakan yang relatif lebih rendah, jika dibandingkan
dengan sapi import.

b. Jenis kelamin
Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebapkan sapi jantan
pertumbuhannya lebih cepat di bandingkan sapi betina. Disamping itu juga untuk
mencegah pemotongan ternak betina produktiv. Sapi yang dikastrasi juga baik
untuk di gemukan, karna cepat pertumbuhannya.

c. Umur
Sapi sebaiknya dipilih dengan usia masih muda, karena pertumbuhannya lebih
cepat dibanding sapi berumur tua. Umur sapi yang baik/ideal untuk digemukkan
berkisar antara 1–2,5 tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi ternak sapi.
Namun menurut pengalaman beberapa peternak di lapangan untuk penggemukan
sapi Bali sebaiknya digunakan sapi yang berumur 1,5– 2,5 tahun. Ternak sapi
bakalan yang lebih muda (umur 1–2,5 tahun) mempunyai tekstur daging yang
lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah, dan warna lemak daging yang
lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik
dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5 tahun).

d. Kondisi awal
Pilihlah sapi jantan yang keadaan fisiknya tidak terlalu kurus, tetapi kondisi tubuh
secara umum harus sehat. Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang
sama), semakin cepat pertumbuhannya. Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan
lebih besar (khusus sapi Bali) tidak seperti rusa.

2.5 Jenis Sapi (Bangsa)


Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu
1. Kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang
berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis.

8
2. Kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih
dikenal dengan Bos Taurus.

 Bangsa Sapi Potong Tropis


- Bos Indicus (Zebu)
- Cirinya:
1) Berpunuk
2) Ujung telinga meruncing
3) Kepala panjang dahi sempit
4) Kulit longgar dan tipis
5) Lemak rendah
6) Garing punggung tengah cekung
7) Kaki panjang gerak lincah
8) Bentuk tubuh sempit dan kecil
9) Ambing kecil, produksi susu rendah 
10) Lambat dewasa, rata2 BB maksimal 250-650Kg
- Contoh:
Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Aceh, Sapi Ongole, Sapi Peranakan Ongole, Sapi
Brahman.
 Bangsa Sapi Potong Subtropis
- Bos Taurus
- Cirinya:
1) Tidak berpunuk
2) Ujung telinga bentuk tumpul/bulat
3) Kepala pendek dahi lebar
4) Kulit tebal
5) Timbunan lemak cukup tebal
6) Garis punggung lurus/rata
7) Tulang pinggang lebar, menonjol keluar
8) Kaki pendek
9) Cepat dewasa, BB dewasa mencapai 900Kg

9
- Contoh:
Sapi Shorthorn, Sapi Hereford, Sapi Charolais, Sapi Aberdeen Angus, Sapi
Simental, Sapi Limaousin.

Gambar 2.1 Contoh Bangsa Sapi Potong Subtropis dan Tropis

 Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah Sapi Shorhorn (dari
Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan
Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan
Droughtmaster (dari Australia).

10
Tabel 2.3 – Persayaratan minimum kuantitaif bibit sapi Bali

11
Tabel 2.4 - Kualitas bibit sapi Bali pada kelompok tani ‘Sidodadi’

Tabel 2.5 – Perbandingan ukuran minimum bibit jenis – jenis sapi jantan

 Purebreed Programme

12
- Memproduksi bangsa-bangsa sapi murni
- Membentuk bangsa baru atau meningkatkan nilai genetik
- Seleksi ketat dan individu punya catatan tersendiri
- Tenaga khusus berpengalaman
- Sapi yang dihasilkan nilai ekonomis tinggi (mahal)
 Berdasarkan Umur
- Vealer : Pedet umur ± 3 bulan
- Calves : Pedet umur 3 – 12 bulan
- Yearling : Sapi umur 12 – 24 bulan
- Two Year Old : Sapi Dewasa umur 24 – 36 bulan
- Older : Sapi umur > 36 bulan

2.6 Proses Produksi Bibit


 Pemeliharaan
- Sistem penggembalaan (perorangan, badan usaha, kelompok ternak)
- Sistem semi intensif (Penggembalaan, kandang)
- Sistem intensif (kebutuhan pakan disediakan penuh)

 Produksi
- Pembibitan bangsa murni
- Pembibitan persilangan

 Seleksi bibit
 Perkawinan
- Kawin alami 1 jantan : 8-10 betina
- Inseminasi buatan
- Transfer embrio
- Harus diperhatikan pengaturan penggunaan pejantan atau semen atau embrio
untuk menghindari terjadinya perkawinan sedarah

13
2.7 Pemberian Pakan dan Air Minum
a.Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan adalah pakan hijaun dan pakan konsenterat. Pakan hijauan
diberikan 10% dari bobot badan, sedangkan pakan konsenterat 1-2% dari bobot
badan (BB). Tujuan dari pemberian pakan untuk menambah bobot badan ternak
dalam waktu penggemukan.
 Pakan Pejantan
Dalam pemeliharaan sapi pejantan (pemacek) faktor pakan menjadi kunci
utama untuk menghasilkan performans yang optimal  Penggunaan pakan
(ransum) seimbang akan memberikan pertumbuhan yang baik dan kesehatan
ternak terjamin, untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan
berproduksi (meningkatkan libido).
 Formulasi Pakan
- Ransum yang baik untuk sapi pejantan agar mencapai performans
yang maksimal haruslah terdiri atas sejumlah hijauan dan konsentrat
(Gambar 1 dan Gambar 2).
- Hijauan diberikan minimal 10% dari berat badan ternak, sedangkan
konsentrat 1-2% dari berat badan ternak.
- Untuk pejantan pemacek di peternakan rakyat, pemberian konsentrat
sebanyak 1% dari berat badan ternak. Sebagai contoh, untuk pejantan
yang mempunyai bobot badan 400 kg, diberi rumput segar sebanyak
40 kg dan konsentrat sebanyak 4-8 kg.

Gambar 2.2 Rumput gajah, merupakan Gambar 2.3 Bungkil kelapa, salah satu bahan
salah satu hijauan segar pakan konsentrat (sumber protein)

14
 Hijauan dapat berupa :
- Rumput unggul atau rumput kultur, seperti : rumput gajah, rumput raja,
rumput
- Setaria, Brachiaria brizantha, Pannicum maximum, dan lain-lain.
- Rumput lapangan, contohnya : rumput hutan atau rumput alam.
- Leguminosa, antara lain berupa lamtoro, gamal, kaliandra, siratro, dan
lain-lain
- Limbah pertanian, antara lain seperti jerami padi, daun jagung.
- Daun ubi jalar, pucuk tebu, dan lain-lain (Siregar, 2002).
 Suplemen Tambahan
Tabel 2.6 – Beberapa pakan suplemen pada sapi pejantan

Gambar 2.4. Pakan suplemen (jamu/obat untuk sapi pejantan)

b. Pemberian Air Minum

15
Pemberian air minum dalam satu harus, perekor ternak bakalan bibit sapi
membutuhkan 10-15 liter atau tidak terbatas.

2.8 Exercise dan Pengaturan Perkawinan


 Untuk pejantan di kendang individu, perlu dilakukan exercise minimal 1-2
kali dalam seminggu dengan cara dilepas secara terikat diluar kendang terbuka
sekitar 3-4 jam.
 Pemeliharaan pejantan secara intensif, satu pejantan dapat mengawini
sebanyak 30-50 ekor betina.
 Pejantan yang dipelihara dalam kandang kelompok kawin, pola
perkawinannya dirotasi setiap 6 bulan.
 Untuk menghindari perkawinan keluarga (inbreeding), setelah 2 tahun
pejantan dirotasi ke wilayah lain.

16
16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

 Pemilihan bibit sapi potong untuk penggemukan harus mengenali hentuk sapi dari
fisik luarnya agar diperoleh daging yang optimal.
 Peternak harus mengenali berbagai jenis/bangsa sapi dan bagaimana menentukan
mana yang baik untuk dikawinkan sehingga dapat menghasilkan bibit unggul.
 Peternak harus mengetahui pada umur berapa sapi potong tepat untuk dipelihara,
berapa lama pemeliharaannya dan kapan sapi harus dijual.
 Perawatan dan pemeliharaan juga penting dalam pembibitan sapi ternak sehingga
harus cukup diperhatikan.

3.2 Saran

Saran yang dapat diungkapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Menentukan penilaian fisik luar sapi potong sebaiknya menggunakan perbandingan


lebih dari dua ekor sapi supaya lebih mudah.
 Menejemen kesehatan sapi sebaiknya lebih diperhatikan.
 Kebersihan kendang sebaiknya harus lebih dijaga.
17

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Pengemukan Sapi Potong .Agro Media Puataka. Jakarta.

Anonimus. 1991. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.

Anonymous. 1998. Konsep Sistem Perbenihan Nasional (Ringkasan). Pedoman Pelestarian dan

Pemanfaatan Plasma Nutfah Nasional.

Blakely, J. and Bade, D.H. 1992. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Blakely, J. and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi Ke-4. Terjemahan : B. Srigandono.

Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Dinas Peternakan Provinsi Riau.. 2013. Jumlah Ternak BesarKabupaten Kampar Tahun 2012.

Provinsi Riau.

Direktorat Jenderal Peternakan. 1985. Pedoman Peningkatan Mutu Ternak.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good

Breeding Practices). Indonesia. Jakarta.

Direktorat Jendral Peternakan.2014. Populasi Ternak. Indonesia. Jakarta.

Ensminger, M.E and H.D. Taylor. 2006. Dairy Cattle Science. 4 Ed. Pearason Education Inc,

New Jersey.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali.Kanisius.Yogyakarta.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapang. PT Gramedia Widiasarana

Aksara Indonesia. Jakarta.

Handoko, J. 2008. Kesehatan Ternak. Suska Press. Pekanbaru.

Kamal. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak, Yogyakarta.

Morrow, D.A. 1986. Current Therapy in Theriogenology 2. W.B. Sounders. Philadelphia.


Murtidjo, B.A., 2001. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. Office International des

Epizooties.2006. Guide to good farming practices foranimal production food safety.

Animal Production Food Safety Working Group. World Organization for Animal Health

(OIE), Paris. 59

Palmer, R.W. 2005. Dairy Modernization. Thomson Delmar Learning, Canada.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Partodihardjo, S., 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.

Rianto, E dan E. Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana. 2005. Rumput Unggul. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.

Safitri (2011) Penerapan Good Breeding Practice Sapi Potong di PT Lembu jantan Perkasa

Serang – Banten.

Sartono, H.A dan I. Alim. 2008. Pembibitan dan Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Bibit.

Vol 1 no 1.

Sarwono, B. dan Arianto H. B. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.B. 2003. Teknik Pemeliharan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soesanto, M. 1997 Pengintegrasian pembagunan Sub-Sektor Peternakan dengan Pelestarian

Keanekaragaman hayati, Seminar Nasional.Peningkatan Pengolahan Keanekaragaman

Hayati dalam Pembagunan Nasional, Yogyakarta.

Sosroamidjojo. 1991. Ternak Potong dan Kerja. CV. Yasaguna. Jakarta.

Subarsono, 2009. Dampak Persilangan terhadap Reproduksi Induk Turunannya: Pengalaman

Praktis di Lapangan. Lokakarya Lustrum VIII Fak. Peternakan UGM.

18
Sudarmono A.S. dan Sugeng Y.B. 2008. Edisi Revisi Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmono dan Sugeng. 2009. Sapi Potong (edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugeng, Y.B., 2003. Pembiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta. Sugeng, Y.B. 2005. Sapi

Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suharsono H. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya, Jakarta. Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi

Usaha Peternakan yang Lebih Bermanfaat. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Toelihere,M,R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung. 60

Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Tolihere, M. R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Toelihere, M. R. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI Press, Jakarta.

Tomaszweska, M.W., I.K. Sutama, I.G. Putu dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah

Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wahyono, D.E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal untuk

Pengembangan Usaha Sapi Potong. Lokakarya Sapi Potong. Grati. Pasuruan.

Williamson, G. and W.J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis. Terjemahan
S.G.N. Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

19
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Hasil Observasi dan Wawancara

Pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa peternakan sapi milik Pak Slamet bukanlah
peternakan sapi potong ataupun sapi perah melainkan hanya pembibitan sapi ternak yang
nantinya akan dijual sebagai sapi potong. Jadi, Pak Slamet hanya fokus pada pemilihan bibit dan
perawatan sapi-sapi ternak nya.

Dapat terlihat bahwa perawatan dan pemilihan bibit yang dilakukan oleh Pak Slamet sudah
cukup baik dan berkualitas. Dari segi pemilihan bibit, Pak Slamet melakukan persilangan jenis
sapi Belgian Blue, yang dimana jenis sapi yang satu ini adalah salah satu jenis yang
menghasilkan tipe sapi potong yang baik.

“Selain itu sapi jenis ini beranak pertama pada umur 23 bulan dan memiliki efisiensi pakan
yang tinggi. Sapi jenis ini memiliki postur tubuh besar dan tinggi, dengan kadar lemak rendah
dan kenaikan berat badan tinggi kurang lebih 1,2 kg sampai 1,5 kg. Berbeda dengan sapi
umumnya yang kenaikan berat badannya berkisar antara 0,8 kg sampai 1,2 kg,” kata Pak Slamet
saat kami wawancarai.

Dikatakan oleh Pak Slamet, untuk mendapatkan peranakan Belgian Blue murni dibutuhkan
proses sekitar 4 hingga 5 tahun. Kalau 9 bulan lagi yang lahir ini jantan, maka akan sama seperti
Limosin Semintal. Sementara jika betina dan dipelihara serta dikawinkan lagi dengan Belgian
Blue lagi 3 sampai 4 kali proses.

“Dari proses inilah baru akan lahir Belgian Blue murni. Jadi, sekitar 4 sampai 5 tahun
perjuangan,” ujar Pak Slamet.

Lalu dari segi pemeliharaan dan perawatan, Pak Slamet memberi pakan jerami jagung
sebagai pakan ternak ruminansia banyak digunakan terutama sebagai pengganti sumber serat
atau menggantikan 50% dari rumput atau hijauan. Penggunaan jerami jagung harus diimbangi
dengan pemberian konsentrat, sehingga kebutuhan ternak dapat terpenuhi. Formulasi ransum
ternak ruminansia sebaiknya berdasarkan bahan kering, karena bahan-bahan penyusun ransum
terutama hijauan/limbah pertanian mengandung kadar air tinggi dan sangat bervariasi.

20
Sapi ternak milik Pak Slamet juga rutin dikeluarkan dari kendang untuk berjemur dan
exercise selama 3-4 jam dalam waktu minimal 1-2 kali seminggu. Kebersihan kendang serta sapi
ternak juga cukup terjaga.

B. Daftar Riwayat Hidup

Salsabila Ratu Wijaya, lahir di Jakarta pada tanggal 11 Mei 2006. Penulis merupakan
anak tunggal dari Ayahanda Yanuar Wijayanto dan Ibunda Suciatin Santoso. Penulis pertama
kali menempuh Pendidikan tepat pada umur 5 tahun di jenjang taman kanak-kanak, kemudian di
umur 6 tahun penulis melanjutkan Pendidikan di SDS ANGKASA 3 Halim Perdanakusuma dan
selesai pada tahun 2018. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 128 Jakarta Timur dan selesai pada tahun 2021. Kemudian penulis
memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA ANGKASA 1 Halim Perdanakusuma sejak
2021 hingga sekarang, di jurusan MIPA.

Berkat petunjuk dan pertolongan Allah SWT, usaha dan disertai do’a dari orang tua dan
teman-teman dalam menjalani aktivitas akademik di SMA Angkasa 1 Halim Perdanakusuma.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis yang berjudul “Pemilihan Bibit
Ternak Sapi Potong Desa Sumber”.

21
C. Foto Kegiatan Penelitian dan Objek Penelitian

22

Anda mungkin juga menyukai