Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTEK LAPANG

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS


(MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG
UNGGUL BALITBANGTAN (KUB))

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata


Kuliah Manajemen Ternak Unggas pada Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

SYAMSINAR SIDIK
60700117009

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BALITBANGTAN
(KUB)

Maintenance Management of Kampung Unggul Balitbangtan Chicken (KUB)

Syamsinar Sidik, Andi Rizal

Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi


Jalan H. Yasin Limpo No. 36, Samata, Kabupaten Gowa
Email: Syamsinarsidik@gmail.com, telp 089602475079

ABSTRAK
Praktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui manajemen perkandangan dan
manajemen pemeliharaan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB). Praktek lapang ini
dilaksanakan selama empat minggu mulai pada tanggal 23 September 2019 sampai 20
Oktober 2019 pukul 06.00-16.00 WITA dan 16.00-06.00 WITA di kandang UIN Alauddin
Makassar Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan. Pada praktek lapang ini menggunakan bambu, ember, gasolek, karung,
pel karet, sapu ijuk, sapu lidi, seng aluminium, tali, tabung gas 3 kg, tempat air minum,
tempat pakan dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan seperti ayam, air,
kardus, karung, kertas koran, korek api, neobro, pakan, sekam dan vaksin. Praktek
lapang ini dilakukan dengan cara menimbang bobot badan ayam kampung unggul
balitbangtan (KUB) kemudian diberikan air minum dan pakan pada pagi, siang dan sore
hari selama empat minggu. Parameter yang diamati yaitu manajemen pakan, manajemen
perkandangan, manajemen kesehatan dan manajemen pemeliharaan.

Kata kunci: Ayam KUB, PBB, manajemen pemeliharaan, vaksinasi, mortalitas.

ABSTRACT
This field practice aims to find out the management of the housing and maintenance
management of kampung unggul balitbangtan chicken (KUB). This field practice was carried out
for four weeks starting on September 23, 2019 until October 20, 2019 at 06.00-16.00 WITA and
16.00-06.00 WITA in the stable of UIN Alauddin Makassar, Samata Village, Somba Opu
District, Gowa Regency, South Sulawesi Province. In this field practice using bamboo, buckets,
gasolec, sacks, rubber mops, broom fibers, broom sticks, aluminum zinc, ropes, 3 kg gas cylinders,
drinking water containers, feed containers and scales. While the materials used such as chicken,
water, cardboard, sacks, newspaper, lighters, neobros, feed, husks and vaccines. This field practice
is carried out by weighing the body weight of kampung unggul balitbangtan chicken (KUB) then
given drinking water and feed in the morning, afternoon and evening for four weeks. The
parameters observed were feed management, housing management, health management and
maintenance management.

Keywords: KUB chicken, body weight gain, maintenance management, vaccination, mortality.
PENDAHULUAN

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (Ayam KUB) merupakan hasil seleksi


Balai Penelitian Ternak. Ayam Kampung Unggul ini merupakan salah satu jawaban
untuk mengatasi permasalahan peternak ayam kampung. Dilatarbelakangi oleh
semangat menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri terhadap
pemenuhan bahan pangan, ayam Kampung Unggul sebenarnya sangat memungkinkan
karena Indonesia memiliki banyak sumber daya genetik ternak ayam namun, hingga saat
ini peternak masih menghadapi kendala dalam pembibitan, baik dalam kuantitas
maupun kualitasnya (Munir, dkk., 2016).
Sistem pemeliharaan ternak unggas digolongkan menjadi tiga. Sistem ekstensif,
yaitu ayam dipelihara pada suatu padang umbaran yang luas, tempat ayam melakukan
segala aktivitasnya. Kebutuhan pakan hamper seluruhnya diperoleh dari padang
umbaran. Pakan tambahan hanya sebagian kecil diberikan oleh peternak. Sistem semi
intensif, yaitu ayam dipelihara di padang umbaran yang terbatas, kandang disediakan
untuk memenuhi kebutuhan seperti makan, minum, berteduh dan bertelur. Sistem
intensif, yaitu ayam dipelihara secara terbatas dalam kandang. Aktivitasnya sangat
terbatas di dalam kandang, semua kebutuhan tergantung pada pengelola atau peternak
(Zahra, 2016).
Teknis pemeliharaan ayam yang baik yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai
ke-7) DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang
ditambah gula putih 500 g untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi.
Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan minimal secara adlibitum per ekor 13 gram
atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan
berbentuk butiran-butiran kecil (Crumble). Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah
diberi air minum. Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4 (Zahra, 2016).
Tipe kandang berdasarkan penempatan ayam dalam kandang, dibedakan atas,
kandang tunggal yang setiap sangkar berisi satu ayam, kandang ganda yang setiap
sangkar berisi 2-10 ayam dan kandang koloni yang setiap sangkar berisi satu kelompok
ayam dalam jumlah besar, lebih dari 20 ekor ayam. Berdasarkan fase pemeliharaan ayam,
kandang dibedakan atas, kandang indukan untuk memelihara anak ayam umur 0-3
minggu, kandang Grower untuk membesarkan anak ayam dan ayam dara umur 4-18 dan
kandang Layer untuk memelihara ayam periode produksi telur umur 18 minggu sampai
afkir (Wiradisastra, 2013).
Dalam sistem Litter, kandang harus lebih bersih (bebas penyakit) sebelum
dipergunakan, diusahakan burung-burung liar tidak bisa masuk kandang karena
dikhawatirkan akan menularkan penyakit juga akan menghabiskan ransum. Litter
dipasang setebal 5-7,5 cm dan kebutuhan Litter (sekam padi) untuk setiap m2 luas
kandang diperlukan ± 25 kg (Munir, dkk., 2016).
Letak kandang diusahakan harus jauh dari pemukiman sekitar radius 10 meter,
hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya akses penularan penyakit dari ayam
(Zoonosis). Arah kandang sebaiknya membujur dari arah timur ke barat, agar terkena
sinar matahari langsung. Karena sinar matahari berfungsi membantu proses metabolisme
tubuh ayam agar kesehatan ayam terjaga (Munir, dkk., 2016).
Ukuran kandang harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan ayam, agar ayam
bisa bergerak bebas tidak terhambat pergerakannya, selain itu kandang harus
diperhatikan ventilasinya, oleh karena itu penentuan ukuran kandang harus
direncanakan. Rata-rata kandang di peternak memiliki ukuran kecil sehingga ayam
terasa kurang nyaman untuk hidup. Namun idealnya ukuran kandang harus
memeperhatikan kepadatannya. Kepadatan kandang harus disesuaikan dengan kondisi
dan fase pertumbuhan ayam (Gustira, dkk., 2015).
Standar kepadatan kandang ayam adalah 15 kg/m 2. Kandang yang terlalu padat
akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan pakan, air minum dan oksigen.
Sehingga hal ini harus dicegah oleh peternak agar ayam mampu bertumbuh dan
berkembang dnegan baik (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013).
Ransum dan air minum harus tersedia dalam jumlah yang cukup, dijaga agar
tempat ransum atau air minum jangan sampai kosong. Pada saat anak ayam dimasukkan
ke tempat pemeliharaan, air minum harus disediakan dan ransum diberikan setelah tiga
jam berikutnya. Ransum bisa ditaburkan diatas Box bekas pengiriman anak ayam, di atas
baki atau di atas kertas penutup (Zulfikar, 2013).
Tempat makan digantung setinggi punggung dari ayam dan tempat minum
digantung setinggi leher dari ayam. Jumlah tempat ransum atau minum yang diperlukan
sangat tergantung kepada daya tampungnya. Misalnya tempat ransum yang digunakan
mempunyai diameter 35 cm, maka kelilingnya 22/7 x 35 cm = 110 cm. Tiap ekor ayam
pada umumnya memerlukan tempat ransum yang digantung sekitar 7,5 cm (tergantung
pada besar badan ayam). Dengan demikian tempat ransum tersebut untuk setiap
gantungan mampu menampung 110/7,5 = 15 ekor. Jadi kalau akan dipelihara 90 ekor,
memerlukan 6 buah tempat ransum (Zulfikar, 2013).
Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar relatif
rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan pakan yang berasal
dari biji-bijian seperti jagung giling, dedak, katul, bungkil kelapa, tetes dan berbagai
umbi. Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada
bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah (Zulfikar, 2013).
Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan,
temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak.
Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika
diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau
konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan yang
dikonsumsi dan pertambahan berat badan (Haryadi, 2015).
Pertambahan bobot badan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan adalah proses yang sangat kompleks, meliputi
pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara merata.
Pertumbuhan merupakan pertambahan dalam bentuk berat jaringan-jaringan
pembangun seperti urat daging, tulang dan jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak).
Pertumbuhan juga meliputi penambahan jumlah protein dan zat mineral yang tertimbun
didalam tubuh. Pertumbuhan dapat terjadi karena penambahan jumlah sel dan ukuran
sel (Irwadi, 2011).
Berat badan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa,
makanan, jenis kelamin dan musim. Pada musim panas nafsu makan ternak menurun,
sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi menurun dan mempengaruhi berat badan
ternak. Untuk memperoleh bobot badan yang maksimal maka ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan yaitu bibit yang baik, temperatur lingkungan, penyusunan ransum
dan kandang yang memadai (Irwadi, 2011).
Penyakit yang terjadi pada ternak ayam, umumnya timbul bila keadaan
pemeliharaan kurang baik, kondisi kandang yang tidak memenuhi syarat kesehatan
(sinar matahari yang kurang atau tidak masuk sama sekali) disertai pemberian ransum
yang kurang sempurna. Akibat dari serangan penyakit ini menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada peternakan. Untuk menjaga agar ayam yang dipelihara tetap sehat,
upaya-upaya yang dilakukan dengan melalui sanitasi dan tatalaksana pemeliharaan
(Zulfikar, 2013).
Untuk mencegah penyakit seperti ini biasanya dilakukan dengan melalui
vaksinasi dan jenis penyakit unggas yang menular ini cukup banyak. Vaksinasi
dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari ayam agar tidak terserang
penyakit yang bersangkutan. Vaksinasi ini bisa dilakukan dengan tetes mata, tetes mulut,
melalui air minum dan suntikan (Zulfikar, 2013).
Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara’/26: 133 yang berkaitan dengan
ternak unggas adalah sebagai berikut.
  

Terjemahnya:
‘’Dia (Allah) telah menganugerahkan kepadamu hewan ternak dan anak-anak.”
(Kementerian Agama RI, 2019).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan binatang ternak bukan
tanpa maksud dan tujuan, hal ini semata-mata untuk kemaslahatan umat manusia
karena pada binatang ternak terdapat banyak manfaat yang dapat diambil dan
digunakan untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia. Khususnya ternak
unggas yang diambil manfaatnya, seperti telur dan dagingnya. Yang dimana manajemen
pemeliharaan ini merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap
keberhasilan usaha pemeliharaan unggas terutama ayam kampung unggul balitbangtan
(KUB).

MATERI DAN METODE PRAKTEK LAPANG

Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat dilaksanakannya praktek lapang yaitu pada tanggal 23
September 2019 sampai 20 Oktober 2019 pukul 06.00-16.00 WITA dan 16.00-06.00 WITA
di kandang UIN Alauddin Makassar Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Materi Praktek Lapang
Alat yang digunakan pada praktek lapang kali ini yaitu bambu, ember, gasolek,
karung, pel karet, sapu ijuk, sapu lidi, seng aluminium, tali, tabung gas 3 kg, tempat air
minum, tempat pakan dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan seperti ayam,
air, kardus, karung, kertas koran, korek api, neobro, pakan, sekam dan vaksin.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membersihkan kendang yang akan ditempati ayam.
3. Membuat 4 flock untuk ayam dari seng aluminium dan dilapisi kertas karton.
4. Menaburi masing-masing flock dengan sekam.
5. Mengatur letak tempat air, pakan serta gasolek.
6. Mengatur suhu kandang yang disesuaikan dengan kondisi ternak.
7. Menempatkan DOC di masing-masing flock.
8. Memberi pakan yang disesuaikan dengan tingkat konsumsi ayam serta air secara
ad libitum.
9. Melakukan penimbangan awal hari pertama praktek lapang dengan mengambil
sampel setiap flock.
10. Membersihkan tempat air minum, tempat pakan serta kandang setiap pagi dan sore.
11. Melakukan pemeliharaan selama 30 hari.
12. Melakukan penimbangan akhir di hari ke-30.
13. Mencatat hasil praktek lapang.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Penanganan DOC.
No Uraian Keterangan
1. Jenis Ayam Ayam KUB
2. Jumlah Ayam 2000 ekor
3. Jenis Pemanas Gasolek
4. Lama brooding 4 minggu (30 hari)
Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penimbangan Awal.


No Sampel Hitam Putih Coklat Orange Abu-Abu
1. Sampel 1 46 gram 52 gram 39 gram 48 gram 51 gram
2. Sampel 2 42 gram 46 gram 34 gram 43 gram 56 gram
3. Sampel 3 41 gram 40 gram 43 gram 41 gram 37 gram
4. Sampel 4 58 gram 54 gram 38 gram 42 gram 40 gram
Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Penimbangan Akhir.


N Sampel Hitam Putih Coklat Orange Abu-Abu
o
1 Sampel 240 gram 280 gram 290 gram 240 gram 300 gram
. 1
2 Sampel 320 gram 270 gram 220 gram 230 gram 230 gram
. 2
3 Sampel 100 gram 100 gram 140 gram 160 gram 130 gram
. 3
4 Sampel 400 gram 360 gram 400 gram 300 gram 300 gram
. 4
Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.

Tabel 4. Manajemen Perkandangan.


No Uraian Keterangan
1. Jenis kandang Postal (litter)
2. Jumlah alas 1 lapis
3. Sistem perkandangan Intensif
4. Jenis atap Monitor
Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.
Tabel 5. Manajemen Pemeliharaan.
No Uraian Keterangan
1. Sistem perkandangan Intensif

2. Perkandangan Jenis kandang postal (litter), model atap


monitor, alasnya berupa sekam, serbuk
gergagi dan koran.

3. Pakan dan minum Konsentrat pemberian secara terus


menerus dan minumnya air yang di
tambahkan neobro yang diberikan
secara terus menerus

4. Kesehatan dan penyakit Menjaga biosecurity kandang dan


penanganan penyakit yaitu dengan
melakukan vaksinasi

5. Lama pemeliharaan 30 hari


Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.

Tabel 6. Manajemen Pakan.


No Uraian Keterangan
1. Pakan Konsentrat dari pabrik
2. Produksi PT. New Hope Indonesia
3. Minum Air yang diberi neobro
4. Sistem pemberian Terus menerus
Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.

Tabel 7. Manajemen Kesehatan.


No Uraian Keterangan
1. Tindakan pencegahan yang Sanitasi kandang dan vaksinasi
dilakukan
2. Mortalitas 4,7%
Sumber: Kandang Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kelurahan
Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,
2019.

Analisis Data
Mortalitas

Jumlah ayam yang mati


Mortalitas = 𝑥 100%
Jumlah Populasi

94 ekor
Mortalitas = 𝑥 100%
2000

= 4,7%
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan selama empat minggu mengenai manajemen
pemeliharaan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) maka diperoleh hasil sebagai
berikut.
Jenis ayam yang dipelihara yaitu jenis ayam kampung unggul balitbangtan
(KUB) dengan jumlah 2000 ekor. Jenis pemanas yang digunakan adalah gasolek, yang
dimana alat ini berfungsi untuk menghangatkan dan mecegah DOC dari kedinginan,
yang dimana bisa berakibat pada kematian. Adapun lama Brooding yaitu empat minggu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Zahra (2016), bahwa teknis pemeliharaan ayam yang
baik yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7) DOC dipindahkan ke indukan atau
pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah gula putih 500 g untuk
mengganti energi yang hilang selama transportasi.
Pertambahan bobot badan ayam KUB pada sampel 4 warna yaitu warna hitam
342 gram, warna putih 306 gram, warna cokelat 362 gram, warna orange 258 gram dan
warna abu-abu 260 gram. Hal ini diperoleh dari bobot badan akhir dikurangi dengan
bobot badan awal, selama 30 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Irwadi (2011), bahwa
berat badan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa, makanan,
jenis kelamin dan musim. Pada musim panas nafsu makan ternak menurun, sehingga
jumlah makanan yang dikonsumsi menurun dan mempengaruhi berat badan ternak.
Untuk memperoleh bobot badan yang maksimal maka ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan yaitu bibit yang baik, temperatur lingkungan, penyusunan ransum dan
kandang yang memadai.
Pada tahap awal DOC dimasukkan ke dalam kandang, DOC dibagi menjadi 4
flock. Setelah 2 minggu, kandangnya diperluas dan DOC kemudian digabungkan dalam
1 petak. Pada minggu ke-5 dilakukan pemisahan DOC berdasarkan warna. Hal ini
dikarenakan untuk menentukan tujuan pemeliharaannya, yaitu sebagai penghasil daging
dan penghasil telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiradisastra (2013), bahwa
berdasarkan fase pemeliharaan ayam, kandang dibedakan atas, kandang indukan untuk
memelihara anak ayam umur 0-3 minggu, kandang Grower untuk membesarkan anak
ayam dan ayam dara umur 4-18 dan kandang Layer untuk memelihara ayam periode
produksi telur umur 18 minggu sampai afkir.
Vaksinasi pada ayam KUB dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan pemberian
vaksin ND-1B melalui oral (mulut) pada tanggal 26 September 2019 dan pemberian
vaksin ND-1B melalui oral (mulut) pada tanggal 9 Oktober 2019. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zulfikar (2013), bahwa untuk mencegah penyakit seperti ini biasanya
dilakukan dengan melalui vaksinasi dan jenis penyakit unggas yang menular ini cukup
banyak. Vaksinasi dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari ayam agar
tidak terserang penyakit yang bersangkutan. Vaksinasi ini bisa dilakukan dengan tetes
mata, tetes mulut, melalui air minum dan suntikan.
Manajemen perkandangan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) yaitu
jenis kandang yang digunakan adalah kandang postal (Litter) dengan jumlah alas satu
lapis. Adapun sistem perkandangannya yaitu menggunakan sistem perkandangan
intensif dengan jenis atap berbentuk monitor. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir dkk
(2016), bahwa dalam sistem Litter, kandang harus lebih bersih (bebas penyakit) sebelum
dipergunakan, diusahakan burung-burung liar tidak bisa masuk kandang karena
dikhawatirkan akan menularkan penyakit juga akan menghabiskan ransum. Litter
dipasang setebal 5-7,5 cm dan kebutuhan Litter (sekam padi) untuk setiap m2 luas
kandang diperlukan ± 25 kg.
Manajemen pemeliharaan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) yaitu
sistem perkandangannya menggunakan sistem perkandangan intensif. Pada
perkandangannya menggunakan jenis kandang postal (Litter) dengan atap monitor dan
alasnya berupa sekam dan Koran. Pakan yang diberikan berupa konsentrat yang
diberikan secara terus menerus dan air minumnya ditambahkan dengan neobro yang
juga diberikan secara terus menerus. Dalam penanganan kesehatan dan penyakit, yang
dilakukan adalah dengan menjaga Biosecurity kandang dan dengan melakukan vaksinasi.
Adapun lama pemeliharaannya yaitu selama 30 hari atau 4 minggu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gustira, dkk (2015), bahwa ukuran kandang harus disesuaikan dengan
fase pertumbuhan ayam, agar ayam bisa bergerak bebas tidak terhambat pergerakannya,
selain itu kandang harus diperhatikan ventilasinya, oleh karena itu penentuan ukuran
kandang harus direncanakan. Rata-rata kandang di peternak memiliki ukuran kecil
sehingga ayam terasa kurang nyaman untuk hidup. Namun idealnya ukuran kandang
harus memeperhatikan kepadatannya. Kepadatan kandang harus disesuaikan dengan
kondisi dan fase pertumbuhan ayam.
Manajemen pakan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) yaitu pakan yang
diberikan berupa konsentrat buatan pabrik, yang dimana diproduksi oleh PT. New Hope
Indonesia. Air minum yang diberikan berupa air minum yang dicampurkan dengan
neobro. Adapun sistem pemberiannya yaitu diberikan secara terus-menerus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Zulfikar (2013), bahwa ransum dan air minum harus tersedia
dalam jumlah yang cukup, dijaga agar tempat ransum atau air minum jangan sampai
kosong. Pada saat anak ayam dimasukkan ke tempat pemeliharaan, air minum harus
disediakan dan ransum diberikan setelah tiga jam berikutnya. Ransum bisa ditaburkan
diatas Box bekas pengiriman anak ayam, di atas baki atau di atas kertas penutup.
Manajemen kesehatan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) yaitu tindakan
pencegahan dan pengendalian yang dilakukan yaitu dengan melakukan sanitasi
kandang dan vaksinasi. Adapun mortalitas selama pemeliharaan ayam kampung unggul
balitbangtan (KUB) yaitu sebanyak 4,7%. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulfikar (2013),
bahwa penyakit yang terjadi pada ternak ayam, umumnya timbul bila keadaan
pemeliharaan kurang baik, kondisi kandang yang tidak memenuhi syarat kesehatan
(sinar matahari yang kurang atau tidak masuk sama sekali) disertai pemberian ransum
yang kurang sempurna. Akibat dari serangan penyakit ini menyebabkan kerugian yang
sangat besar pada peternakan. Untuk menjaga agar ayam yang dipelihara tetap sehat,
upaya-upaya yang dilakukan dengan melalui sanitasi dan tatalaksana pemeliharaan.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama empat minggu dapat
disimpulkan bahwa Jenis ayam yang dipelihara yaitu jenis ayam kampung unggul
balitbangtan (KUB) dengan jumlah 2000 ekor. Jenis pemanas yang digunakan adalah
gasolek, yang dimana alat ini berfungsi untuk menghangatkan dan mecegah DOC dari
kedinginan, yang dimana bisa berakibat pada kematian. Adapun lama Brooding yaitu
empat minggu. Pertambahan bobot badan ayam KUB pada sampel 4 warna yaitu warna
hitam 342 gram, warna putih 306 gram, warna cokelat 362 gram, warna orange 258 gram
dan warna abu-abu 260 gram. Hal ini diperoleh dari bobot badan akhir dikurangi dengan
bobot badan awal, selama 30 hari. Pada tahap awal DOC dimasukkan ke dalam kandang,
DOC dibagi menjadi 4 flock. Setelah 2 minggu, kandangnya diperluas dan DOC
kemudian digabungkan dalam 1 petak. Pada minggu ke-5 dilakukan pemisahan DOC
berdasarkan warna. Hal ini dikarenakan untuk menentukan tujuan pemeliharaannya,
yaitu sebagai penghasil daging dan penghasil telur. Vaksinasi pada ayam KUB
dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan pemberian vaksin ND-1B melalui oral (mulut)
pada tanggal 26 September 2019 dan pemberian vaksin ND-1B melalui oral (mulut) pada
tanggal 9 Oktober 2019. Manajemen perkandangan ayam kampung unggul balitbangtan
(KUB) yaitu jenis kandang yang digunakan adalah kandang postal (Litter) dengan jumlah
alas satu lapis. Adapun sistem perkandangannya yaitu menggunakan sistem
perkandangan intensif dengan jenis atap berbentuk monitor. Manajemen pemeliharaan
ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) yaitu pakan yang diberikan berupa
konsentrat dan air minum. Dalam penanganan kesehatan dan penyakit, yang dilakukan
adalah dengan menjaga Biosecurity kandang dan dengan melakukan vaksinasi.
Manajemen pakan ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) yaitu pakan yang
diberikan berupa konsentrat buatan pabrik, yang dimana diproduksi oleh PT. New Hope
Indonesia. Air minum yang diberikan berupa air minum yang dicampurkan dengan
neobro. Adapun sistem pemberiannya yaitu diberikan secara terus-menerus.
Saran
Saran untuk praktek lapang ini yaitu sebaiknya pada praktek lapang
selanjutnya dapat menggunakan jenis ternak unggas yang lain seperti ayam pedaging
Broiler agar masa pemeliharaannya lebih singkat.
DAFTAR PUTAKA

Fadilah, R dan Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta.

Gustira, D. E., Riyanti, Kurtini, T. 2015. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap


Performa Produksi Ayam Petelur Fase Awal Grower. Jurnal Ilmiah Peternakan
terpadu Vol. 3(1): 87-92, Fakultas Peternakan, Universitas Lampung. Lampung.

Haryadi, 2015. Pengaruh Amonia Terhadap Kesehatan Hewan. Majalah Ekonomi Indonesia
dan Teknologi Perunggasan Populer. Jakarta.

Irwadi, N. S. 2011. Pengantar Patologi Klinik Veteriner: Hematologi Klinik. Cetakan II.
Infomedia Nusantara. Denpasar.

Munir, I. M., Haryani, D., Amin, N., Kardiyanto, E., Muchtami, A., Makmur, A. dan
Kusumawati, S. 2016. Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2016: Kajian Pengembangan
Ayam Kampung Unggul Badanlitbang (KUB) di Provinsi Banten. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian.
Banten.

Wiradisastra, M. 2013. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zahra, E. R. 2016. Manajemen Beternak Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zulfikar. 2013. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Ras. Jurnal. (Online). Diakses 22
Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai