OLEH :
KELOMPOK 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas laporan akhir praktikum yang berjudul “Feeding
Trial” untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
Selama penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. Denny Rusmana, S.Pt., M. Si., selaku dosen
pengampu mata kuliah yang telah memberikan bimbingan, wawasan, petunjuk dalam
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
yang sejenis. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan akhir
ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum................................................................. 2
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Ayam Broiler ........................................................................ 3
2.2 Ransum Ayam ...................................................................... 4
2.3 Pertambahan Bobot Badan .................................................... 5
2.4 Konsumsi Pakan ................................................................... 6
2.5 Konversi Pakan ..................................................................... 7
III METODE
3.1 Alat ....................................................................................... 9
3.1.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ............................... 9
3.1.2 Recording .............................................................................. 9
3.2 Bahan .................................................................................... 10
3.2.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ............................... 10
3.2.2 Ransum Percobaan ................................................................ 10
3.2.3 Recording .............................................................................. 11
iii
3.3 Prosedur Kerja ...................................................................... 11
3.3.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ............................... 11
3.3.2 Recording .............................................................................. 13
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 21
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kebutuhan zat makanan broiler fase starter dan fase finisher ............ 5
2. Bobot Badan Rata-rata per Minggu ................................................... 14
3. Pertambahan Bobot Badan Rata-Rata per Minggu ............................ 14
4. Konsumsi Pakan Rata-Rata per Minggu ............................................ 14
5. FCR Rata-Rata per Minggu .............................................................. 15
v
I
PENDAHULUAN
Indonesia, khususnya kebutuhan daging yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti dengan pendapatan perkapita yang
banyak sekali yang menggemari daging ayam karena harganya yang relatif lebih
salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat sehingga dengan
meningkat. Pertumbuhan ayam broiler terjadi saat ayam mulai menetas sampai umur
6 minggu setelah itu menurun kembali hingga akhirnya terhenti. Perkembangan dan
badan ayam setiap minggu sehingga akan diketahui rataan bobot badan hariannya.
Ayam yang memiliki fisik yang baik menandakan tingkat pertumbuhannya bagus dan
Pertambahan bobot badan yang optimal pada ayam broiler adalah target yang
diinginkan oleh peternak ataupun pelaku usaha. Untuk mendapatkan bobot badan
yang maksimal pada waktu yang tepat, perlu diperhatikan pemberian pakan yang
teratur. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat
1
2
pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan
muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat
menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bobot badan yang ideal pada ayam
ransum yang cocok untuk pakan ayam broiler dan mengetahui FCR yang terbaik pada
ayam broiler.
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ayam broiler adalah tipe ayam pedaging yang umumnya digunakan untuk
aspek pemuliaannya ayam penghasil daging dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
ayam kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya
dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor
yang bertujuan sebagai sumber penghasil daging dan ayam tersebut masih muda
dengan dagingnya yang lunak (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006; North dan Bell,
1990). Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan seperti daging relatif lebih
besar, lebih cepat tumbuh, efisiensi penggunaan pakan tinggi, harga terjangkau, dapat
2006).
kelembaban, ventilasi, suplai air dan program vaksinasi. Pada tahun 2007 broiler
strain Lohmann pada umur 35 hari dapat dipanen dengan bobot 2,12 kg dengan feed
convertion ratio (FCR) 1,58, sedangkan pada tahun 2014, broiler strain Ross 308
dapat dipanen bobot badan sebesar 2,14 kg dengan FCR 1,54 pada umur 35 hari
(Aviagen, 2014).
3
4
pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dalam jumlah yang
cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara
kandungan protein dan energi dalam ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan
berbeda terhadap penampilan ayam dan penghematan pakan (Fuller dkk., 1993). Hal
yang perlu mendapat perhatian dari segi waktu pemberian pakan adalah ketepatan
waktu setiap harinya. Ketepatan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan, karena
pemberian pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi.
Pakan juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu tertentu dan disesuaikan
dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Waktu pemberian pakan dipilih
pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam dapat makan dengan baik dan tidak
Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih sering
sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam, frekuensi pemberian pakan semakin
berkurang sampai dua atau tiga kali sehari (Suci dkk., 2005). Ayam broiler pada
periode starter ernak harus memperoleh perhatian khusus dalam pemberian pakan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Kandungan nutrisi pakan pada
5
periode starter harus lebih tinggi kandungan nutrisinya dibandingkan fase finisher.
Nutrisi ayam broiler fase starter adalah 21% protein, lemak kasar lebih dari 3%, serat
kasar kurang dari 4% , kalsium 0,9-1,1% phospor 0,7-0,9% dan energi metabolis
3000 Kkal/kg. Periode finisher membutuhkan protein kasar 19%,lemak kasar lebih
dari 3%,serat kasar kurang dari 5% , 0,9-1,1% kalsium, 0,7-0,9% phospor dan energi
Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan secara
dilakukan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit. Anak ayam pada
periode ini masih dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan sehingga
pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar tidak banyak
terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam (Fadilah dkk., 2004).
Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh
seekor ternak selama periode tertentu. Pertumbuhan ayam biasanya dideteksi dengan
6
adanya pertumbuhan bobot badan per hari, per minggu atau per satuan waktu yang
lain (Islam dkk., 2008). Anggraeni (2003), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas adalah spesies, strain, tipe
produksi, jenis kelamin, musim, mutu dan jumlah pakan, manajemen pemeliharaan,
bentuk pakan, sisitem pemberian pakan dan bobot awal. Akil dkk. (2006) menyatakan
bahwa Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu suhu
suhu 21oC pertambahan bobot badan broiler cukup tinggi, karena ayam broiler dapat
mencukupi segala kebutuhan ayam broiler, selain itu suhu lingkungan berpengaruh
terhadap fisiologis (fungsi faal) tubuh ayam secara langsung seperti aktivitas jantung,
badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Ayam broiler
merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga
penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap
Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh seekor ternak, zat
dan produksi hewan tersebut (Yunilas, 2005). Tinggi rendahnya energi dalam ransum
mempengaruhi konsumsi pakan adalah besar tubuh ayam, aktifitas harian, suhu
lingkungan, kuantitas dan kualitas ransum (NRC, 1994). Leeson dan Summers (2005)
menyatakan bahwa konsumsi pakan juga dapat dipengaruhi oleh bentuk ransum,
pertumbuhan dan stres. Diperkuat lagi oleh pernyataan Akil dkk. (2006) selain
konsumsi energi, kecepatan pertumbuhan, zat makanan dan bentuk ransum terdapat
faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan, yaitu faktor genetik. Ternak
mencapai performan yang optimum sesuai dengan genetiknya jika kebutuhan zat-zat
Konversi pakan atau feed convertion rasio (FCR) adalah perbandingan antara
jumlah pakan (Kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (Kg) sampai ayam dijual.
Idealnya satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih
(FCR ≤ 1). Pada ayam broiler biasanya target FCR = 1 maksimal dapat dicapai
sebelum ayam berumur 2 minggu (FCR dua minggu ± 1,047-1,071. Setelahnya, FCR
akan meningkat sesuai umur ayam. Nilai FCR yang sama atau lebih kecil
tata laksana pemeliharaan yang baik. Namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan
2010).
Beberapa penyebab konversi pakan tinggi yaitu; 1). Ayam sakit terutama
terjangkit saluran pernapasan. 2). Pakan banyak terbuang atau terjadi kebocoran. 3).
Kandungan gas amonia di dalam kandang tinggi. 4). Temperatur dalam kandang
tinggi dan kualitas pakan jelek (Santoso dan Sudaryani, 2011). Konversi ransum
merupakan pembagian antara berat badan yang dicapai pada minggu berlangsung
FCR ialah:
III
METODE
3.1 Alat
(2) Tempat ransum, berfungsi sebagai tempat menyimpan ransum yang akan
dikonsusmi ayam.
(3) Tempat minum, berfungsi sebagai tempat menyimpannya air yang akan
diminum ayam.
(4) Chick guard (kardus), berfungsi untuk memfokuskan ayam umur 1-7 hari
(5) Pemanas (lampu pijar), berfungsi sebagai sumber pemanas bagi ayam.
3.1.2 Recording
(1) Alat tulis, berfungsi untuk mencatat segala sesuatu yang dilakukan.
(2) Mistar, berfungsi sebagai alat bantu untuk pembuatan tabel pencatatan.
9
10
3.2 Bahan
(1) Anak ayam broiler (DOC) 150 ekor, berfungsi sebagai objek pengamatan.
(2) Ransum percobaan, berfungsi sebagai sumber nutrisi dan parameter yang akan
(3) Gula merah, berfungsi sebagai campuran pada larutan gula untuk pengganti
(6) Sekam, berfungsi sebagai penyerap kotoran ayam agar kandang tidak basah.
(7) Kertas koran, berfungsi sebagai pelapis litter pada ayam umur 1-6 hari yang
(1) Bahan pakan untuk ransum yang digunakan pada praktikum ini yaitu jagung,
bungkil kedelai, meat bone meal, dedak padi, tepung ikan, minyak kelapa,
(2) Ransum terbagi menjadi 6 perlakuan yaitu R1 (PK 18%, EM 2800), R2 (PK
3.2.3 Recording
(1) Kertas bergaris, berfungsi sebagai media yang digunakan untuk melakukan
pencatatan.
(2) Setelah bersih, kandang dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu keringkan
(4) Peralatan kandang seperti tempat rasum dan tempat minum dicuci dengan
(5) Diukur dan dihitung luas lantai sesuai dengan jumlah broiler yang akan
dipelihara.
(6) Dipasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, dan kemudian dipasang
(7) Sehari sebelum ayam datang semua peralatan kandang dan perlengkapannya
seperti tempat ransum, tempat minum, kertas koran, sekam dan brooder
(8) Setelah penyemprotan selesai dan kering, dinyalakan pemanas dan diatur suhu
(10) Dikeluarkan DOC dari boks dan dimasukkan ke dalam kandang sambil
kondisi fisiknya.
(11) DOC dibiarkan selama 30 menit di dalam kandang, jangan diberi makan atau
minum, agar anak ayam dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan
(12) Setelah 30 menit, anak ayam (DOC) diberi air minum yang telah dicampur
gula merah. Kegunaan air gula untuk menggantikan energi yg hilang selama
perjalanan.
(13) Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang ditabur pada feed tray atau
(14) Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum dan
sehari diberikan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore, sedangkan air minum perlu
(15) Ransum yang diberikan ditabur pada feed tray atau tutup boks selama minggu
pertama, serta kertas koran yang menutupi sekam diganti setiap hari selama
minggu pertama.
(16) Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang
(17) Dicatat konsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian (mortalitas)
setiap minggunya.
13
(18) Pemeliaraan pada minggu kedua setiap harinya dilakukan hal yang sama
dengan minggu pertama yaitu pemberian ransum sehari tiga kali, air minum
(19) Kegiatan pemeliharaan pada minggu ketiga setiap harinya sama dengan
minggu kedua.
(20) Kegiatan pemeliharaan pada minggu keempat setiap harinya sama dengan
(21) Kegiatan pemeliharaan pada minggu kelima setiap harinya sama dengan
minggu ketiga. Bila bobot badan ayam telah mencapai berat untuk dipasarkan
(22) Dibuat format tabel yang didalamnya terdapat kolom bobot badan per
minggu, pertambahan bobot badan per minggu, konsumsi ransum per minggu
dan komulatif, konversi per minggu dan kumulatif, serta data mortalitas.
3.3.2 Recording
(1) Dibuat beberapa format tabel recording (catatan) yang diperlukan pada
14
15
4.2 Pembahasan
pada setiap minggu dari masing-masing perlakukan. Hasil paling baik yang
dintunjukan pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat secara berturut-
turut adalah R6, R3, R4, dan R4. Hasil kurang baik ditunjukan pada perlakuan 1 dan
pernyataan Adriani dan Wirjatma (2012) yang menyatakan bahwa protein berfungsi
rusak.
Terdapat juga hasil yang didapat akibat perbedaan energi yang diberikan.
Dapat diketahui pada tabel 2, hasil bobot badan yang didapat pada pemberian energi
16
3000 kkal lebih baik dari pada energi 2800 kkal. Bobot badan akhir yang dihasilkan
dipengaruhi dari pertambahan bobot badan yang dicapai. Rasyaf (2001) menyatakan
dilaksanakan suhu terlalu tinggi yaitu 31 ℃ sehingga ayam cenderung lebih banyak
dikonsumsi, jika konsumsi pakan rendah maka perlu diimbangi dengan kandungan
nutrisi pakan yang baik agar kebutuhan nutrisi bagi ayam tercukupi.
Disamping hal tersebut salah satu nutrisi yang berperan dalam pembentukan
energi adalah karbohidrat. Menurut Sudirga (2013) fungsi primer dari karbohidrat
adalah sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber energi),
sedangkan fungsi sekunder dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka
menengah (pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Adapun
demikian asupan energi yang cukup akan memberikan performa bagi ternak untuk
memebuhi kebutuhan hidup pokok dan akan disimpan sebagai cadangan makanan
dalam bentuk glikogen, hal ini juga yang dapat meningkatkan bobot badan.
Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir (panen) dengan
bobot badan awal pada saat tertentu. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung
dari tingkat konsumsi dan pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi
yang tinggi maka ternak dapat mencapai bobot badan tertentu pada umur yang lebih
bobot akhir (panen) dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan. Bobot awal
didapat dengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir (panen) didapat dari
rata-rata bobot badan ayam pada saat dipanen. Hal ini sesuai dengan literatur
diperoleh dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan
lamanya pemeliharaan.
hasil pengamatan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan tertinggi berasal dari
ransum perlakuan R6 (61%SF+39%R2) dengan jumlah PBB 5 ekor 11820 gram dan
rataan PBB sebesar 2364 gram, sedangkan untuk pertambahan bobot badan terendah
adalah dari perlakuan R2 (PK 18 %; EM 3.000 kkal/kg) dengan jumlah PBB 5 ekor
sebesar 11350 gram dan rataan PBB sebesar 2270 gram. Qurniawan (2016)
berpendapat bahwa faktor yang berpengaruh pada pertambahan bobot badan yaitu
perbedaan jenis kelamin, konsumsi pakan, lingkungan, bibit dan kualitas pakan.
Uzer dkk (2013) bahwa pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan pakan,
dalam hal kuantitas yang berkaitan dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan
jumlah konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharsono (1976) bahwa
individu, jenis kelamin, umur, pemberian dan jumlah konsumsi ransum. Menurut
Wahju (1997), pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh jumlah ransum yang
18
dikonsumsi dan kualitas dari ransum. Kualitas ransum fermentasi juga bergantung
yang rendah dapat disebabkan oleh temperatur lingkungan yang tinggi selama
pemeliharaan. Suhu lingkungan selama penelitian rata-rata adalah 31℃, suhu ini
terlalu tinggi untuk pemeliharaan ayam broiler, karena suhu ideal untuk
pemeliharaan ayam broiler adalah 21℃. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin
(2002) bahwa suhu yang nyaman bagi ayam broiler berkisar antara 20-26℃.
kandungan nutrisi ransum tiap formula itu berbeda pula. Hal ini sesuai pendapat
North dan Bell (1990), bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi
dalam pakan, karena ayam akan terus makan sampai kebutuhan energinya
terpenuhi. Pakan dengan energi metabolis yang lebih rendah akan memacu ayam
Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan pada ayam pedaging adalah bobot
badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak, kandungan energi
dalam pakan dan suhu lingkungan. Selain itu, bertambahnya umur dan bobot badan
Konsumsi yang cukup besar dengan PBB yang kecil mempengaruhi nilai
konversi sehingga menjadi sangat besar. Konsumsi pakan yang terbesar dalah R6
yaitu 2421,56 g dengan pbb akhir 539 g serta fcr 1,84. Sedangkan menurut Santoso
(2011) bahwa konversi pakan pada ayam ayam pedaging selama 4 minggu pada
kandang litter sebesar 1,6. Nilai fcr tersebut sesuai dengan hasil pengamatan
pada ayam dengan pemberian ransum formula R4, dimana konsumsi ransum selama
4 minggu yaitu 2393,72g, dengan pbb minggu ke-4 yaitu 645 g, bobot badan akhir
jumlah konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan dalam satuan waktu
pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu, FCR dapat
bahwa nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan
pakan yang baik, karena semakin efisien ayam mengkonsumsi pakan untuk
memproduksi daging.
adalah 1,62 yang didapatkan dari perlakuan R4 dan tertinggi adalah 1,99 yang
didapatkan dari perlakuan R5. Hal tersebut menunjukkan bahwa FCR terbaik dari
pemeliharan ayam broiler selama 4 minggu yang telah dilakukan adalah senilai
1,62. Meskipun nilai FCR dari R4 terhitung rendah dibanding FCR dari ransum
perlakuan yang lainnya namun nilai tersebut masih tinggi apabila dibandingkan
20
konversi ayam broiler umur 5 minggu adalah 1,56. Konversi ransum pada saat
penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan standar, dapat disebabkan oleh kualitas
pakan, kandungan nutrisi dalam pakan dan temperatur yang tinggi selama
Menurut Abidin (2002), suhu yang nyaman bagi ayam broiler berkisar antara
dengan kecernaan yang tinggi akan meningkatkan pertambahan bobot badan. Sesuai
dengan pendapat Ichwan (2003), faktor yang mempengaruhi konversi ransum agar
(termasuk kecernaan pakan) dan penyakit. Menurut Usman (2009) dalam Zuidhof
dkk. (2014) mengatakan bahwa nilai konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah
konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Menurut Fontana dkk. (1992)
dalam Andriyanto dkk., (2015) faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai FCR
yaitu kualitas day old chick (DOC), kualitas nutrisi, manajemen pemeliharaan dan
kualitas kandang.
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2.800 kkal/kg) sebesar 1608 gram, sedangkan bobot badan terkecil berasal
dari ransum perlakuan R1 (PK 18%; EM 2.800 kkal/kg) sebesar 1192 gram.
(61%SF+39%R2) dengan jumlah PBB 5 ekor 11820 gram dan rataan PBB
ekor sebesar 11350 gram dan rataan PBB sebesar 2270 gram.
2421,56 gram dan konsumsi terendah adalah pada ransum perlakuan R1 (PK
4) Nilai FCR terendah adalah 1,62 yang didapatkan dari perlakuan R4 (PK
21,5%; EM 2.800 kkal/kg) dan tertinggi adalah 1,99 yang didapatkan dari
21
22
LAMPIRAN
Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2012. Peran Gizi dalam siklus Kehidupan. Kencana
Prenada Media Grop. Jakarta.
Akil dan Tarigan P. 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
IPD FK UI, pp: 335-44
Aletor, I.I. Hamid dan E. Pfeffer. 2000. Low, protein, amino acidsupplemented diets
in broiler chickens: Efect of performance, carcass characteristics, whole body
composition and efficiencies of nutrient utilization. J. Sci Agric. 80: 547-554
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Fontana, E.A., W.D. Weaver, B.A. Watkins, and D.M. Denbow. 1992. Effect of early
feed restriction on growth, feed conversion and mortality in broiler chicken.
Poult. Sci. 71(8):1296-1305.
22
23
Fuller, H. L., W.M. Kirland, & L.W. Chaney. 1993. Methode of delaying seksual
maturity of pullets restricted energy consumption. Poult.Sci. 53:229-236
Ichwan M. W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Penerbit PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Islam, M.Z., Z.H. Khandaker, S.D. Chowdhury and K.M.S. Islam. 2008. Effect of
citric acid and acetic acid on the performance of broilers. J. Bangladesh
Agric. Univ. 6(2): 315-320.
Japfa Comfeed Indonesia. 2012. Performa Broiler MB 202. PT. JCI, Jakarta.
Lesson, D.J. and Summer, M.C. 2005. Poultry Feeds and Nutrision. The AVI
Publishing Co. Inc. Westport, Conecticut.
Qurniawan, A. 2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang terbuka
pada ketinggian tempat pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tesis).
Sasongko, W.R. 2006. Mutu karkas ayam potong. Triyanti. Prosiding Seminar
Nasoinal Peternakan dan veteriner, Bogor.
Sudaro, Y. & A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sudirga, Sang Ketut. 2013. Modul Kuliah Kimia Karbohidrat. Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit
Jimbaran.
Uzer, F., N. Iriyanti dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan Pakan Fungsional Dalam
Ransum Terhadap Konsumsi Pakan Dan Pertambahan Bobot Badan Ayam
Broiler. J. Ilmiah Peternakan. 1 (1): 282-288.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ke-4. Gajah Mada University,
Yogyakarta.
Yunilas. 2005. Performans ayam broiler yang diberi berbagai tingkat protein hewani
dalam ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan
25
Zuidhof, M.J., BL. Scheider, V.L. Carney, D.R. Korver, and F.E. Robinson. 2014.
Growth, efficiency and yield of commercial broilers from 1957, 1978 and
2005. Poult. Sci. 93(12): 2970- 2982.