Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON-RUMINANSIA


FEEDING TRIAL

OLEH :
KELOMPOK 4

NUR SYAEFULLAH ISKANDAR 200110170088


AFIFA NURAININGSIH 200110170099
INA MARLINA 200110170100

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON-RUMINANSIA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas laporan akhir praktikum yang berjudul “Feeding

Trial” untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas. Tidak lupa kami

mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Selama penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr. Denny Rusmana, S.Pt., M. Si., selaku dosen

pengampu mata kuliah yang telah memberikan bimbingan, wawasan, petunjuk dalam

penyelesaian laporan akhir praktikum ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para

pembaca, untuk ke depannya dapat menjadi acuan untuk melaksanakan pratikum

yang sejenis. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan akhir

ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Sumedang, Mei 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................... v

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum................................................................. 2

II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Ayam Broiler ........................................................................ 3
2.2 Ransum Ayam ...................................................................... 4
2.3 Pertambahan Bobot Badan .................................................... 5
2.4 Konsumsi Pakan ................................................................... 6
2.5 Konversi Pakan ..................................................................... 7

III METODE
3.1 Alat ....................................................................................... 9
3.1.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ............................... 9
3.1.2 Recording .............................................................................. 9
3.2 Bahan .................................................................................... 10
3.2.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ............................... 10
3.2.2 Ransum Percobaan ................................................................ 10
3.2.3 Recording .............................................................................. 11

iii
3.3 Prosedur Kerja ...................................................................... 11
3.3.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler ............................... 11
3.3.2 Recording .............................................................................. 13

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan .................................................................. 14
4.2 Pembahasan .......................................................................... 15
4.2.1 Bobot Badan ......................................................................... 15
4.2.2 Pertumbuhan / PBB ............................................................... 16
4.2.3 Konsumsi Pakan .................................................................... 18
4.2.4 Feed Convertion Ratio ........................................................... 19

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 22

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Kebutuhan zat makanan broiler fase starter dan fase finisher ............ 5
2. Bobot Badan Rata-rata per Minggu ................................................... 14
3. Pertambahan Bobot Badan Rata-Rata per Minggu ............................ 14
4. Konsumsi Pakan Rata-Rata per Minggu ............................................ 14
5. FCR Rata-Rata per Minggu .............................................................. 15

v
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak unggas dipelihara untuk memenuhi kebutuhan protein hewani di

Indonesia, khususnya kebutuhan daging yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan

oleh meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti dengan pendapatan perkapita yang

semakin menyadari pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi. Masyarakat Indonesia

banyak sekali yang menggemari daging ayam karena harganya yang relatif lebih

terjangkau dibandingkan dengan daging lainnya.

Populasi ayam broiler perlu ditingkatkan karena ayam broiler merupakan

salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat sehingga dengan

meningkatnya populasi ayam broiler konsumsi protein hewani dimasyarakat dapat

meningkat. Pertumbuhan ayam broiler terjadi saat ayam mulai menetas sampai umur

6 minggu setelah itu menurun kembali hingga akhirnya terhenti. Perkembangan dan

pertumbuhan ayam dapat diketahui dengan cara melakukan penimbangan bobot

badan ayam setiap minggu sehingga akan diketahui rataan bobot badan hariannya.

Ayam yang memiliki fisik yang baik menandakan tingkat pertumbuhannya bagus dan

akan menghasilkan performa yang baik.

Pertambahan bobot badan yang optimal pada ayam broiler adalah target yang

diinginkan oleh peternak ataupun pelaku usaha. Untuk mendapatkan bobot badan

yang maksimal pada waktu yang tepat, perlu diperhatikan pemberian pakan yang

teratur. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat

mempengaruhi konsumsi pakannya. Hal-hal yang terus diperhatikan dalam

1
2

pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen

pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan

muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat

menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan

menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan

kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana bobot badan yang ideal pada ayam broiler.

(2) Bagaimana pertumbuhan bobot badan pada ayam broiler.

(3) Bagaimana konsumsi pada ayam broiler.

(4) Bagaimana FCR pada ayam broiler.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui bobot badan yang ideal pada ayam broiler.

(2) Mengetahui pertumbuhan bobot badan pada ayam broiler.

(3) Mengetahui konsumsi pada ayam broiler.

1.4 Manfaat Praktikum

Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bobot badan yang ideal pada ayam

broiler, mengetahui pertumbuhan bobot badan ayam broiler, mengetahui komposisi

ransum yang cocok untuk pakan ayam broiler dan mengetahui FCR yang terbaik pada

ayam broiler.
II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler adalah tipe ayam pedaging yang umumnya digunakan untuk

konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani. Berdasarkan

aspek pemuliaannya ayam penghasil daging dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu

ayam kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya

dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor

yang bertujuan sebagai sumber penghasil daging dan ayam tersebut masih muda

dengan dagingnya yang lunak (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006; North dan Bell,

1990). Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan seperti daging relatif lebih

besar, lebih cepat tumbuh, efisiensi penggunaan pakan tinggi, harga terjangkau, dapat

dikonsumsi segala lapisan masyarakat, dan banyak tersedia di pasaran (Sasongko,

2006).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas broiler antara lain

kesehatan, suplai pakan, kandungan nutrisi pakan, program pencahayaan, suhu,

kelembaban, ventilasi, suplai air dan program vaksinasi. Pada tahun 2007 broiler

strain Lohmann pada umur 35 hari dapat dipanen dengan bobot 2,12 kg dengan feed

convertion ratio (FCR) 1,58, sedangkan pada tahun 2014, broiler strain Ross 308

dapat dipanen bobot badan sebesar 2,14 kg dengan FCR 1,54 pada umur 35 hari

(Aviagen, 2014).

3
4

2.2 Ransum Ayam

Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan

pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dalam jumlah yang

cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara

kandungan protein dan energi dalam ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan

mineral juga harus diperhatikan. Sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu

memproduksi daging ayam sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah

pemberian pakan tidak dibatasi atau adlibitum (Kartasisastra, 1994).

Berbagai tingkat pembatasan pemberian pakan akan memberi pengaruh yang

berbeda terhadap penampilan ayam dan penghematan pakan (Fuller dkk., 1993). Hal

yang perlu mendapat perhatian dari segi waktu pemberian pakan adalah ketepatan

waktu setiap harinya. Ketepatan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan, karena

pemberian pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi.

Pakan juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu tertentu dan disesuaikan

dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Waktu pemberian pakan dipilih

pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam dapat makan dengan baik dan tidak

banyak pakan yang terbuang (Sudaro dan Siriwa, 2007).

Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih sering

sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam, frekuensi pemberian pakan semakin

berkurang sampai dua atau tiga kali sehari (Suci dkk., 2005). Ayam broiler pada

periode starter ernak harus memperoleh perhatian khusus dalam pemberian pakan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Kandungan nutrisi pakan pada
5

periode starter harus lebih tinggi kandungan nutrisinya dibandingkan fase finisher.

Nutrisi ayam broiler fase starter adalah 21% protein, lemak kasar lebih dari 3%, serat

kasar kurang dari 4% , kalsium 0,9-1,1% phospor 0,7-0,9% dan energi metabolis

3000 Kkal/kg. Periode finisher membutuhkan protein kasar 19%,lemak kasar lebih

dari 3%,serat kasar kurang dari 5% , 0,9-1,1% kalsium, 0,7-0,9% phospor dan energi

metabolis 3100 Kkal/kg (NRC, 1994).

Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan secara

adlibitum yaitu pemberian pakan secara terus-menerus. Pemberian pakan ini

dilakukan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit. Anak ayam pada

periode ini masih dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan sehingga

pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar tidak banyak

terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam (Fadilah dkk., 2004).

2.3 Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh

seekor ternak selama periode tertentu. Pertumbuhan ayam biasanya dideteksi dengan
6

adanya pertumbuhan bobot badan per hari, per minggu atau per satuan waktu yang

lain (Islam dkk., 2008). Anggraeni (2003), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas adalah spesies, strain, tipe

produksi, jenis kelamin, musim, mutu dan jumlah pakan, manajemen pemeliharaan,

bentuk pakan, sisitem pemberian pakan dan bobot awal. Akil dkk. (2006) menyatakan

bahwa Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu suhu

lingkungan, yang merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kenyamanan

maupun produktivitas. Menurut Syahruddin dkk. (2013) menyatakan bahwa pada

suhu 21oC pertambahan bobot badan broiler cukup tinggi, karena ayam broiler dapat

mengkonsumsi pakan secara optimal, sehingga pakan yang dikonsumsi dapat

mencukupi segala kebutuhan ayam broiler, selain itu suhu lingkungan berpengaruh

terhadap fisiologis (fungsi faal) tubuh ayam secara langsung seperti aktivitas jantung,

pernafasan, sirkulasi darah dan metabolisme tubuh.

Salah satu kriteria mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur

pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot

badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Ayam broiler

merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga

dapat dipasarkan dalam waktu singkat. Pertambahan bobot badan melalui

penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap

bulan, atau tiap tahun (Aletor, 2000).


7

2.4 Konsumsi Pakan

Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh seekor ternak, zat

makanan yang dikandungnya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok

dan produksi hewan tersebut (Yunilas, 2005). Tinggi rendahnya energi dalam ransum

berpengaruh terhadap konsumsi ransum (Huyghebaert, 2005). Faktor yang

mempengaruhi konsumsi pakan adalah besar tubuh ayam, aktifitas harian, suhu

lingkungan, kuantitas dan kualitas ransum (NRC, 1994). Leeson dan Summers (2005)

menyatakan bahwa konsumsi pakan juga dapat dipengaruhi oleh bentuk ransum,

kandungan energi ransum, kesehatan lingkungan, zat-zat nutrisi, kecepatan

pertumbuhan dan stres. Diperkuat lagi oleh pernyataan Akil dkk. (2006) selain

konsumsi energi, kecepatan pertumbuhan, zat makanan dan bentuk ransum terdapat

faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan, yaitu faktor genetik. Ternak

mencapai performan yang optimum sesuai dengan genetiknya jika kebutuhan zat-zat

makanan untuk hidup pokok dan produksi terpenuhi.

2.5 Konversi Pakan

Konversi pakan atau feed convertion rasio (FCR) adalah perbandingan antara

jumlah pakan (Kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (Kg) sampai ayam dijual.

Idealnya satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih

(FCR ≤ 1). Pada ayam broiler biasanya target FCR = 1 maksimal dapat dicapai

sebelum ayam berumur 2 minggu (FCR dua minggu ± 1,047-1,071. Setelahnya, FCR

akan meningkat sesuai umur ayam. Nilai FCR yang sama atau lebih kecil

dibandingkan standar, menandakan terjadinya efisiensi pakan yang didukung dengan


8

tata laksana pemeliharaan yang baik. Namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan

standar maka mengindikasikan terjadi pemborosan pakan sebagai akibat tidak

maksimalnya manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ayam (Medion,

2010).

Beberapa penyebab konversi pakan tinggi yaitu; 1). Ayam sakit terutama

terjangkit saluran pernapasan. 2). Pakan banyak terbuang atau terjadi kebocoran. 3).

Kandungan gas amonia di dalam kandang tinggi. 4). Temperatur dalam kandang

tinggi dan kualitas pakan jelek (Santoso dan Sudaryani, 2011). Konversi ransum

merupakan pembagian antara berat badan yang dicapai pada minggu berlangsung

dengan konsumsi ransum pada minggu tersebut (Rasyaf,2012). Rumus menghitung

FCR ialah:
III

METODE

3.1 Alat

3.1.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

(1) Kandang ayam broiler, berfungsi sebagai tempat beraktivitasnya ternak

selama masa pemeliharaan.

(2) Tempat ransum, berfungsi sebagai tempat menyimpan ransum yang akan

dikonsusmi ayam.

(3) Tempat minum, berfungsi sebagai tempat menyimpannya air yang akan

diminum ayam.

(4) Chick guard (kardus), berfungsi untuk memfokuskan ayam umur 1-7 hari

terhadap pemanas, minum, dan ransum.

(5) Pemanas (lampu pijar), berfungsi sebagai sumber pemanas bagi ayam.

(6) Timbangan, berfungsi untuk mengetahui berat ayam.

(7) Sapu lidi, berfungsi untuk membersihkan area kandang.

(8) Thermometer ruang, berfungsi untuk mengetahui suhu kandang.

(9) Hygrometer ruang, berfungsi utnuk mengetahui kelembaban kandang.

3.1.2 Recording

(1) Alat tulis, berfungsi untuk mencatat segala sesuatu yang dilakukan.

(2) Mistar, berfungsi sebagai alat bantu untuk pembuatan tabel pencatatan.

9
10

3.2 Bahan

3.2.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

(1) Anak ayam broiler (DOC) 150 ekor, berfungsi sebagai objek pengamatan.

(2) Ransum percobaan, berfungsi sebagai sumber nutrisi dan parameter yang akan

diukur pada ayam selama masa pemeliharaan.

(3) Gula merah, berfungsi sebagai campuran pada larutan gula untuk pengganti

energi setelah perjalanan.

(4) Obat-obatan dan vitamin, berfungsi sebagai penunjang kesehatan ayam

selama masa pemeliharaan.

(5) Desinfektan, berfungsi sebagai upaya penerapan biosecurity.

(6) Sekam, berfungsi sebagai penyerap kotoran ayam agar kandang tidak basah.

(7) Kertas koran, berfungsi sebagai pelapis litter pada ayam umur 1-6 hari yang

masih berbahaya bila memakan litter.

3.2.2 Ransum Percobaan

(1) Bahan pakan untuk ransum yang digunakan pada praktikum ini yaitu jagung,

bungkil kedelai, meat bone meal, dedak padi, tepung ikan, minyak kelapa,

lisin, CaCO3, topmix, DCP, methionine, dan NaCl.

(2) Ransum terbagi menjadi 6 perlakuan yaitu R1 (PK 18%, EM 2800), R2 (PK

18%, EM 3000), R3 (PK 21.5%, EM 2800), R4 (PK 21.5%, EM 3000), R5

(R1 39% + SF 61%)(PK 21.5%, EM 2900), dan R6 (R2 39% + SF

61%)(PK 21.5%, EM 3000).


11

3.2.3 Recording

(1) Kertas bergaris, berfungsi sebagai media yang digunakan untuk melakukan

pencatatan.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

(1) Kandang dibersihkan dari bekas kotoran/litter dengan menggunakan sekop

dan sapu lidi.

(2) Setelah bersih, kandang dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu keringkan

satu sampai dengan dua hari.

(3) Kandang yang telah kering dikapur sampai merata.

(4) Peralatan kandang seperti tempat rasum dan tempat minum dicuci dengan

larutan desinfektan yang telah disediakan.

(5) Diukur dan dihitung luas lantai sesuai dengan jumlah broiler yang akan

dipelihara.

(6) Dipasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, dan kemudian dipasang

sekat pembatas (chick guard). Di atas sekam dilapisi kertas koran.

(7) Sehari sebelum ayam datang semua peralatan kandang dan perlengkapannya

seperti tempat ransum, tempat minum, kertas koran, sekam dan brooder

disemprot dengan desinfektan.

(8) Setelah penyemprotan selesai dan kering, dinyalakan pemanas dan diatur suhu

sesuai dengan yang dibutuhkan DOC.

(9) Disiapkan air minum yang dicampur dengan gula merah.


12

(10) Dikeluarkan DOC dari boks dan dimasukkan ke dalam kandang sambil

ditimbang beratnya, dihitung jumlahnya serta diseleksi penampilan dan

kondisi fisiknya.

(11) DOC dibiarkan selama 30 menit di dalam kandang, jangan diberi makan atau

minum, agar anak ayam dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

(12) Setelah 30 menit, anak ayam (DOC) diberi air minum yang telah dicampur

gula merah. Kegunaan air gula untuk menggantikan energi yg hilang selama

perjalanan.

(13) Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang ditabur pada feed tray atau

bekas tutup boks anak ayam sebagai tempat ransum.

(14) Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum dan

sehari diberikan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore, sedangkan air minum perlu

dikontrol agar tidak kehabisan.

(15) Ransum yang diberikan ditabur pada feed tray atau tutup boks selama minggu

pertama, serta kertas koran yang menutupi sekam diganti setiap hari selama

minggu pertama.

(16) Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang

diberikan berbeda harinya, jangan dilakukan secara bersamaan.

(17) Dicatat konsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian (mortalitas)

setiap minggunya.
13

(18) Pemeliaraan pada minggu kedua setiap harinya dilakukan hal yang sama

dengan minggu pertama yaitu pemberian ransum sehari tiga kali, air minum

secukupnya dan pencatatan, namun tidak dikakukan vaksinasi.

(19) Kegiatan pemeliharaan pada minggu ketiga setiap harinya sama dengan

minggu kedua.

(20) Kegiatan pemeliharaan pada minggu keempat setiap harinya sama dengan

minggu ketiga, namun pada awal minggu keempat dilakukan vaksinasi ND

melalui air minum.

(21) Kegiatan pemeliharaan pada minggu kelima setiap harinya sama dengan

minggu ketiga. Bila bobot badan ayam telah mencapai berat untuk dipasarkan

maka timbang berat badan masing-masing.

(22) Dibuat format tabel yang didalamnya terdapat kolom bobot badan per

minggu, pertambahan bobot badan per minggu, konsumsi ransum per minggu

dan komulatif, konversi per minggu dan kumulatif, serta data mortalitas.

3.3.2 Recording

(1) Dibuat beberapa format tabel recording (catatan) yang diperlukan pada

pemeliharaan ayam petelur atau ayam broiler .

(2) Diberikan judul untuk masing-masing format tabel recording (catatan).


IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2. Bobot Badan Rata-Rata per Minggu
Bobot Badan per Minggu (gram)
Formula Minggu- Minggu- Minggu- Minggu-
1 2 3 4
R1 173,76 410 654 1192
R2 172,96 424 697 1223
R3 209,36 508 915 1455
R4 210,76 496 963 1608
R5 201,20 456 823 1305
R6 221,24 485 903 1442

Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan Rata-Rata per Minggu


Pertambahan Bobot Badan per Minggu
(gram)
Formula
Minggu- Minggu- Minggu- Minggu-
1 2 3 4
R1 118,76 197 245 538
R2 118,24 209 273 526
R3 153,56 249 407 539
R4 154,36 238 467 645
R5 146,20 213 367 482
R6 165,44 220 418 539

Tabel 4. Konsumsi Pakan Rata-Rata per Minggu


Konsumsi Pakan Rata-Rata (gram)
Formula Minggu- Minggu- Minggu- Minggu- Total (gram)
1 2 3 4
R1 177,60 398 593 972 2139,92
R2 179,56 371 641 1005 2196,56
R3 191,32 516 685 981 2373
R4 176,88 468 761 987 2393,72
R5 186,04 444 772 966 2367,05
R6 182,40 485 800 954 2421,56

14
15

Tabel 5. FCR Rata-Rata per Minggu


FCR Rata-Rata Jumlah
Formula Minggu- Minggu- Minggu- Minggu- Kematian
1 2 3 4 (ekor)
R1 1,50 1,86 2,09 1,96 1
R2 1,53 1,72 2,04 1,97 2
R3 1,29 1,76 1,78 1,81 4
R4 1,15 1,66 1,65 1,62 1
R5 1,28 1,79 1,98 1,99 2
R6 1,10 1,75 1,84 1,84 0
Keterangan:
R1 : PK 18%; EM 2800 kkal/kg
R2 : PK 18%; EM 3000 kkal/kg
R3 : PK 21,5%; EM 3000 kkal/kg
R4 : PK 21,5%; EM 2800 kkal/kg
R5 : 39%R1 + 61% SF’
R6 : 39%R2 + 61% SF’

4.2 Pembahasan

4.2.1 Bobot Badan

Berdasarkan keterangan pada tabel 2, terdapat fluktuasi rata-rata bobot badan

pada setiap minggu dari masing-masing perlakukan. Hasil paling baik yang

dintunjukan pada minggu pertama sampai dengan minggu keempat secara berturut-

turut adalah R6, R3, R4, dan R4. Hasil kurang baik ditunjukan pada perlakuan 1 dan

2. Hal ini disebabkan karena rendahnya kandungan protein yang menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan dari ayam broiler. Hal tersebut selaras dengan

pernyataan Adriani dan Wirjatma (2012) yang menyatakan bahwa protein berfungsi

sebagai penyusun, pemelihara, memperbaiki dan mengganti jaringan tubuh yang

rusak.

Terdapat juga hasil yang didapat akibat perbedaan energi yang diberikan.

Dapat diketahui pada tabel 2, hasil bobot badan yang didapat pada pemberian energi
16

3000 kkal lebih baik dari pada energi 2800 kkal. Bobot badan akhir yang dihasilkan

dipengaruhi dari pertambahan bobot badan yang dicapai. Rasyaf (2001) menyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan antara lain

pakan, temperatur lingkungan dan pemeliharaan. Pada praktikum yang telah

dilaksanakan suhu terlalu tinggi yaitu 31 ℃ sehingga ayam cenderung lebih banyak

minum dibandingkan makan. Hal tersebut berdampak kepada ransum yang

dikonsumsi, jika konsumsi pakan rendah maka perlu diimbangi dengan kandungan

nutrisi pakan yang baik agar kebutuhan nutrisi bagi ayam tercukupi.

Disamping hal tersebut salah satu nutrisi yang berperan dalam pembentukan

energi adalah karbohidrat. Menurut Sudirga (2013) fungsi primer dari karbohidrat

adalah sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber energi),

sedangkan fungsi sekunder dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka

menengah (pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Adapun

fungsi karbohidrat lainnya adalah sebagai komponen struktural sel. Dengan

demikian asupan energi yang cukup akan memberikan performa bagi ternak untuk

memebuhi kebutuhan hidup pokok dan akan disimpan sebagai cadangan makanan

dalam bentuk glikogen, hal ini juga yang dapat meningkatkan bobot badan.

4.2.2 Pertumbuhan / PBB

Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir (panen) dengan

bobot badan awal pada saat tertentu. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung

dari tingkat konsumsi dan pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi

yang tinggi maka ternak dapat mencapai bobot badan tertentu pada umur yang lebih

muda. Pertambahan bobot badan diperoleh melalui perbandingan antara selisih


17

bobot akhir (panen) dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan. Bobot awal

didapat dengan cara penimbangan DOC sedangkan bobot akhir (panen) didapat dari

rata-rata bobot badan ayam pada saat dipanen. Hal ini sesuai dengan literatur

dimana Fahrudin dkk. (2016) menyatakan bahwa, pertambahan bobot badan

diperoleh dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan

lamanya pemeliharaan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dimana pemeliharaan dan

pengamatan terhadap ayam broiler dilaksanakan selama 4 minggu menunjukkan

hasil pengamatan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan tertinggi berasal dari

ransum perlakuan R6 (61%SF+39%R2) dengan jumlah PBB 5 ekor 11820 gram dan

rataan PBB sebesar 2364 gram, sedangkan untuk pertambahan bobot badan terendah

adalah dari perlakuan R2 (PK 18 %; EM 3.000 kkal/kg) dengan jumlah PBB 5 ekor

sebesar 11350 gram dan rataan PBB sebesar 2270 gram. Qurniawan (2016)

berpendapat bahwa faktor yang berpengaruh pada pertambahan bobot badan yaitu

perbedaan jenis kelamin, konsumsi pakan, lingkungan, bibit dan kualitas pakan.

Uzer dkk (2013) bahwa pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan pakan,

dalam hal kuantitas yang berkaitan dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan

terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu pemberian dan

jumlah konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharsono (1976) bahwa

pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : spesies,

individu, jenis kelamin, umur, pemberian dan jumlah konsumsi ransum. Menurut

Wahju (1997), pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh jumlah ransum yang
18

dikonsumsi dan kualitas dari ransum. Kualitas ransum fermentasi juga bergantung

kepada bahan baku ransum dan mikroorganismenya. Pertambahan bobot badan

yang rendah dapat disebabkan oleh temperatur lingkungan yang tinggi selama

pemeliharaan. Rasyaf (2001) menyatakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi

pertambahan bobot badan antara lain makanan, temperatur lingkungan dan

pemeliharaan. Suhu lingkungan selama penelitian rata-rata adalah 31℃, suhu ini

terlalu tinggi untuk pemeliharaan ayam broiler, karena suhu ideal untuk

pemeliharaan ayam broiler adalah 21℃. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin

(2002) bahwa suhu yang nyaman bagi ayam broiler berkisar antara 20-26℃.

4.2.3 Konsumsi Pakan

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah total konsumsi pakan rata-rata (gram)

untuk setiap formula itu berbeda-beda, total konsumsi rataan R1 - R6 secara

berurutan yaitu 2139,92g, 1005g, 2373g, 2393,72g, 2367,05g, 2421,56g, dimana

kandungan nutrisi ransum tiap formula itu berbeda pula. Hal ini sesuai pendapat

North dan Bell (1990), bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi

dalam pakan, karena ayam akan terus makan sampai kebutuhan energinya

terpenuhi. Pakan dengan energi metabolis yang lebih rendah akan memacu ayam

pedaging untuk mengkonsumsi pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan energi.

Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan pada ayam pedaging adalah bobot

badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak, kandungan energi

dalam pakan dan suhu lingkungan. Selain itu, bertambahnya umur dan bobot badan

selama periode pertumbuhan, konsumsi akan terus meningkat sehubungan dengan

meningkatnya kebutuhan zat makanan untuk hidup pokok dan pertumbuhan.


19

Konsumsi yang cukup besar dengan PBB yang kecil mempengaruhi nilai

konversi sehingga menjadi sangat besar. Konsumsi pakan yang terbesar dalah R6

yaitu 2421,56 g dengan pbb akhir 539 g serta fcr 1,84. Sedangkan menurut Santoso

(2011) bahwa konversi pakan pada ayam ayam pedaging selama 4 minggu pada

kandang litter sebesar 1,6. Nilai fcr tersebut sesuai dengan hasil pengamatan

pada ayam dengan pemberian ransum formula R4, dimana konsumsi ransum selama

4 minggu yaitu 2393,72g, dengan pbb minggu ke-4 yaitu 645 g, bobot badan akhir

1608 g dengan fcr sebesar 1,62.

4.2.4 Feed Convertion Ratio (FCR)

Menurut Anggorodi (1985), konversi ransum adalah perbandingan antara

jumlah konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan dalam satuan waktu

tertentu. Nilai FCR merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dengan

pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu, FCR dapat

digunakan untuk mengukur produktivitas ternak. Menurut Allama dkk. (2012)

bahwa nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan

pakan yang baik, karena semakin efisien ayam mengkonsumsi pakan untuk

memproduksi daging.

Berdasarkan hasil pemeliharaan yang telah dilakukan, Nilai FCR terendah

adalah 1,62 yang didapatkan dari perlakuan R4 dan tertinggi adalah 1,99 yang

didapatkan dari perlakuan R5. Hal tersebut menunjukkan bahwa FCR terbaik dari

pemeliharan ayam broiler selama 4 minggu yang telah dilakukan adalah senilai

1,62. Meskipun nilai FCR dari R4 terhitung rendah dibanding FCR dari ransum

perlakuan yang lainnya namun nilai tersebut masih tinggi apabila dibandingkan
20

dengan literatur dimana menurut Japfa Comfeed Indonesia (2012), rata-rata

konversi ayam broiler umur 5 minggu adalah 1,56. Konversi ransum pada saat

penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan standar, dapat disebabkan oleh kualitas

pakan, kandungan nutrisi dalam pakan dan temperatur yang tinggi selama

pemeliharaan yaitu mencapai 31℃.

Menurut Abidin (2002), suhu yang nyaman bagi ayam broiler berkisar antara

20-26℃. Konsumsi ransum mempengaruhi nilai konversi ransum. Konsumsi pakan

dengan kecernaan yang tinggi akan meningkatkan pertambahan bobot badan. Sesuai

dengan pendapat Ichwan (2003), faktor yang mempengaruhi konversi ransum agar

efisien adalah energi ransum, temperatur, ventilasi kandang, kualitas pakan

(termasuk kecernaan pakan) dan penyakit. Menurut Usman (2009) dalam Zuidhof

dkk. (2014) mengatakan bahwa nilai konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah

konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Menurut Fontana dkk. (1992)

dalam Andriyanto dkk., (2015) faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai FCR

yaitu kualitas day old chick (DOC), kualitas nutrisi, manajemen pemeliharaan dan

kualitas kandang.
V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan pemeliharaan ayam broiler selama 4 minggu, didapat bobot

badan terbesar adalah berasal dari ransum perlakuan R4 (PK 21,5%; EM

2.800 kkal/kg) sebesar 1608 gram, sedangkan bobot badan terkecil berasal

dari ransum perlakuan R1 (PK 18%; EM 2.800 kkal/kg) sebesar 1192 gram.

2) Berdasarkan pemeliharaan ayam broiler selama 4 minggu, didapat rata-rata

pertambahan bobot badan tertinggi berasal dari ransum perlakuan R6

(61%SF+39%R2) dengan jumlah PBB 5 ekor 11820 gram dan rataan PBB

sebesar 2364 gram, sedangkan untuk pertambahan bobot badan terendah

adalah dari perlakuan R2 (PK 18 %; EM 3.000 kkal/kg) dengan jumlah PBB 5

ekor sebesar 11350 gram dan rataan PBB sebesar 2270 gram.

3) Berdasarkan pemeliharaan ayam broiler selama 4 minggu, konsumsi ransum

tertinggi terdapat pada ransum perlakuan R6 (61%SF+39%R2) sebanyak

2421,56 gram dan konsumsi terendah adalah pada ransum perlakuan R1 (PK

18%; EM 2.800 kkal/kg) sebanyak 2193,92 gram.

4) Nilai FCR terendah adalah 1,62 yang didapatkan dari perlakuan R4 (PK

21,5%; EM 2.800 kkal/kg) dan tertinggi adalah 1,99 yang didapatkan dari

perlakuan R5 (39%R1 + 61% SF'). Artinya FCR terbaik dari pemeliharaan

yang didapat adalah 1,62.

21
22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembagian Tugas


NAMA NPM TUGAS

Nur Syaefullah Iskandar 200110170088 Metode, Pembahasan


BB dan Editor

Afifa Nurainingsih 200110170099 Pendahuluan,


Pembahasan PBB,
FCR dan Penutup

Ina Marlina 200110170100 Kajian Kepustakaan,


Hasil Pengamatan dan
Pembahasan Konsumsi
Pakan
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agromedia,


Jakarta.

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2012. Peran Gizi dalam siklus Kehidupan. Kencana
Prenada Media Grop. Jakarta.

Akil dan Tarigan P. 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
IPD FK UI, pp: 335-44

Aletor, I.I. Hamid dan E. Pfeffer. 2000. Low, protein, amino acidsupplemented diets
in broiler chickens: Efect of performance, carcass characteristics, whole body
composition and efficiencies of nutrient utilization. J. Sci Agric. 80: 547-554

Allama, H., O. Sofyan, E. Widodo dan H. S. Prayogi. 2012. Pengaruh Penggunaan


Tepug Ulat Kandang (Alphitobius Diaperinus) Dalam Pakan Terhadap
Penampilan Produksi Ayam Pedaging. J. Ilmu – Ilmu Peternakan. 22 (3): 1-8.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Anggraeni (2003 Anggraeni, F. W. 2003. Pengaruh Pemberian Pellet Kunyit


(Curcuma domestica) dalam Ransum terhadap Performans Ayam Pedaging.
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
(Skripsi).

Aviagen. 2014. Aviagen Broiler Management


Handbook.http://en.aviagen.com/assets/Tech_Center/Ross_Broiler/
Handbook-2014i-EN.pdf. (Diakses 10 Mei 2020)

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Fahruddin, A., W. Tanwirah, H. Indrijani. 2016. Konsumsi ransum, pertambahan


bobot badan dan konversi ransum ayam lokal di Jimmy’s Farm Cipanas
Kabupaten Cianjur. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Fontana, E.A., W.D. Weaver, B.A. Watkins, and D.M. Denbow. 1992. Effect of early
feed restriction on growth, feed conversion and mortality in broiler chicken.
Poult. Sci. 71(8):1296-1305.

22
23

Fuller, H. L., W.M. Kirland, & L.W. Chaney. 1993. Methode of delaying seksual
maturity of pullets restricted energy consumption. Poult.Sci. 53:229-236

Huyghebaert, G. 2005. Alternatives for Antibiotics in Poultry. In: Zimmermann (Ed).


Procedings of the 3rd Mid-Atlantic Nutrition Conference.36-57.

Ichwan M. W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Penerbit PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Islam, M.Z., Z.H. Khandaker, S.D. Chowdhury and K.M.S. Islam. 2008. Effect of
citric acid and acetic acid on the performance of broilers. J. Bangladesh
Agric. Univ. 6(2): 315-320.

Japfa Comfeed Indonesia. 2012. Performa Broiler MB 202. PT. JCI, Jakarta.

Kartadisastra, H. R., 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Lesson, D.J. and Summer, M.C. 2005. Poultry Feeds and Nutrision. The AVI
Publishing Co. Inc. Westport, Conecticut.

Medion. 2010. Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda. available at


https://info.medion.co.id/index.php/artikel-broiler/artikel-tatalaksana/278-
berhasil-atasu-atau-tidakkah-pemeliharaan-broiler-and. (10 Mei 2020).

National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 8 th


Revised Ed. National Academy Prss. Washington, DC.

North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th


edn. Van Northland Reinhold, New York.

Qurniawan, A. 2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang terbuka
pada ketinggian tempat pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tesis).

Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging, Penebar Swadaya, Jakarta.

________. 2012. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta


24

Santoso, H. dan Sudaryani, T. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang


Panggung Terbuka. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sasongko, W.R. 2006. Mutu karkas ayam potong. Triyanti. Prosiding Seminar
Nasoinal Peternakan dan veteriner, Bogor.

Soeharsono. 1976. Respon Ayam Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan.


Disertasi Program Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Suci, D. M., E. Mursyida, T. Setianah, & R. Mutia. 2005. Program pemberian


makanan berdasarkan kebutuhan protein dan energy pada setiap fase
pertumbuhan ayam Poncin. Med. Pet. 28: 70-76. NRC, 1994).

Sudaro, Y. & A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Sudirga, Sang Ketut. 2013. Modul Kuliah Kimia Karbohidrat. Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit
Jimbaran.

Syahruddin, E., H. Abbas, E. Purwati, dan Y. Heryandi. 2013. Aplikasi mengkudu


sebagai sumber antioksidan untuk mengatasi stress ayam broiler di daerah
tropis. J. Peternakan Indonesia. 14 (3) : 411 – 424.

Usman. 2009. Pertumbuhan Ayam Buras Periode Grower Melalui Pemberian


Tepung Biji Buah Merah (Pandanus Conoideus LAMK) Sebagai Pakan
Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua.

Uzer, F., N. Iriyanti dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan Pakan Fungsional Dalam
Ransum Terhadap Konsumsi Pakan Dan Pertambahan Bobot Badan Ayam
Broiler. J. Ilmiah Peternakan. 1 (1): 282-288.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi ke-4. Gajah Mada University,
Yogyakarta.

Yunilas. 2005. Performans ayam broiler yang diberi berbagai tingkat protein hewani
dalam ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan
25

Zuidhof, M.J., BL. Scheider, V.L. Carney, D.R. Korver, and F.E. Robinson. 2014.
Growth, efficiency and yield of commercial broilers from 1957, 1978 and
2005. Poult. Sci. 93(12): 2970- 2982.

Anda mungkin juga menyukai