Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN SEMESTER

PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS

OLEH :
M.TOHA MAHMUDDIN
E10022183
P4.2

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada tuhan yang maha esa. Atas segala
limpah rahmat, kemudahan dan karuniannya sehingga saya dapat membuat
laporan mingguan ini tanpa ada halangan, dalam proses pembuatan laporan
ini. Kami melakukan percobaan yang tak lupa mendapatkan bimbingan, arahan
dan pengetahuan hingga saya mampu menyelesaikan laporan ini. Maka dari itu
sangat dengan senang hati saya ucapkan terima kasih kepada asisten dosen yang
telah memberikan kami materi dan bimbingan selama praktikum.

Laporan ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kebaikan kita bersama, mudah- mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi diri saya khususnya dan bagi kita semua pada umumnya.

Jambi, Oktober 2023

m.toha mahmuddin

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI .. ................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

I.I Latar belakang ..................................................................... 1

I.2 Tujuan ................................................................................... 3

1.3 Manfaat ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 4

BAB III MATERI DAN METODA ................................................... 8

3.1 Waktu dan tempat ................................................................ 8

3.2 Materi .................................................................................. 8

3.3 Metoda ................................................................................. 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 11

BAB V PENUTUP .............................................................................. 18

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 18

5.2 Saran ................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. pertambahan bobot badan ......................................................................... 11

2. konsumsi ransum....................................................................................... 12

3. pertambahan bobot badan ......................................................................... 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ayam pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis ras unggulan hasil
Persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, Terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya broiler ini
baru popular Di Indonesia tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan
mencanangkan Panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu
semakin sulit Keberadaannya
Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan
Cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Ayam broiler
Merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup potensial untuk
Memenuhi kebutuhan masyarakat asal protein hewani. Konsumsi daging
ayam meningkat paling Pesat dibanding dengan daging sapi dan kambing.
Beberapa alasan Yang menyebabkan kebutuhan daging ayam mengalami
peningkatkan yang cukup Pesat antara lain: 1) daging ayam relatif murah, 2)
daging ayam lebih baik dari Segi kesehatan karena mengandung sedikit lemak
dan kaya protein dibanding Daging sapi dan kambing. 3) tidak ada agama
apapun yang melarang umatnya Mengkonsumsi daging ayam, 4) daging ayam
mempunyai rasa yang dapat Diterima semua golongan masyarakat dan semua
umur, 5) daging ayam Cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang
bernilai tinggi, mudah Disimpan, dan mudah dikonsumsi. Pemeliharaan ayam
broiler pada umumnya masih menggunakan obat-obatan, Pakan imbuhan
(antibiotik dan hormon) untuk mencapai produk yang optimal. Akhir-akhir ini
penggunaan antibiotik dibeberapa negara telah dibatasi Penggunaannya. Hal
ini disebabkan: kemungkinan hadirnya residu antibiotik Dalam produk yang
dihasilkan akan menjadi racun bagi konsumen dan dapat Menyebabkan
mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia maupun ternak. Penggunaan
obat dapat bersifat sintetik dan alamiah.

1
Namun, penggunaan Obat sintetik memiliki kelemahan, contohnya, yaitu
adanya residu antibiotic dalam Produk hasil unggas. Penggunaan obat yang
bersifat alamiah merupakan salah Satu alternatifnya, yaitu penggunaan
tanaman temulawak. Potensi obat-obatan Alamiah ini mampu meberikan
peranannya dalam upaya pemeliharaan, Peningkatan dan pemulihan
kesehatan serta pengobatan penyakit.Indonesia yang dikenal sebagai negara
dengan megabiodiversitas, memiliki
Keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat melimpah. Dari 28.000
jenis Tumbuhan yang ditemukan di Indonesia, kurang lebih 7.000 jenis
diantaranya Adalah tumbuhan obat.
Tumbuhan obat adalah Kelompok tumbuhan yang umumnya digunakan
sebagai obat dan sumber bahan Baku obat. Tumbuhan obat yang digunakan
biasanya dalam bentuk simplisia yang Berupa akar, daun, buah, dan biji.
Jahe adalah termasuk salah satu rempah-rempah yang memiliki banyak
manfaat bagi tubuh dan kesehatan manusia, bagi sebagian masyarakat
Indonesia jahe pada umumnya diolah sebagai minuman atau dijadikan
sebagai tambahan penyedap masakan.Namun lain halnya bagi para peternak
ayam, khususnya peternak ayam pedaging, Bangkok atau ayam aduan, yang
justru dimanfaat sebagai jamu dan obat untuk ayam.
Manfaat jahe untuk ayam Beberapa manfaat jahe untuk ternak ayam
pedaging yang sering dirasakan oleh para peternak, adalah seperti berikut:
Melancarkan system pencernaan Khasiat jahe yang mungkin belum banyak
diketahui oleh para peternak pemula adalah sebagai obat alami yang dapat
membantu melancarkan system pencernaan, yaitu untuk membersihkan usus
besar dan mengeluarkan gas beracun dalam tubuh ayam. Mengobati
pembengkakan atau peradangan Jahe juga mengandung senyawa atau zat anti
peradangan yang dipercaya sangat ampuh dapat mengurangi gejala
pembengkakan serta meredakan rasa nyeri pada sendi dan otot, sehingga
sangat cocok untuk

2
1.2 Tujuan

Tujuan di lakukan nya praktikum ini adalah untuk belajar memelihara ayam
broiler dari DOC, hingga bobot 1 kg. Dan untuk belajar cara membuat ransum
pada ternak

1.3 Manfaat

Manfaat yang di dapat adalah kita bisa memahami dan mengerti tentang cara
memelihara ayam, dari ayam tersebut umur 1 hari/DOC hingga bobot 1 kg,
dan memberikan perlakuan pada ayam.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 bobot badan dan koefisien keragaman

Bobot awal Dapat menjadi faktor yang mempengaruhi bobot akhir. bobot
telur mempengaruhi bobot awal, dan Bobot awal akan mempengaruhi bobot
badan. (Abdul dkk. 2021)

Ayam Broiler merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani
yang dapat diperoleh Dengan harga yang terjangkau dan jumlahnya cukup
banyak, kandungan protein pada ayam broiler Sebesar 22% (Berliana et al.,
2020).

stres panas memicu Sekresi hormon stres kortikosteron yang berkaitan Dengan
tingkat pemecahan protein tubuh yang tinggi. Akibatnya, kerja sistem
pencernaan, pemanfaatan,Dan kecernaan nutrisi pakan akan menurun. (Liu et al.
2020),

Menyebutkan Unggas mampu bertahan pada temperatur siang hari Yang lebih
tinggi jika perbedaan suhu antara periode Siang dan malam setidaknya 10°C
sehingga Memungkinkan pembuangan panas tubuh yang Terkumpul pada siang
hari. (Marchini et al. 2018)

2.2 konsumsi ransum

Ayam broiler yang berada di luar Thermoneutral zone akan mengalami


perubahan fungsi Fisiologis di dalam tubuh yang berdampak pada penu-Runan
konsumsi pakan sehingga efisiensi penggunaan Pakan menjadi berkurang.
(Umiarti 2020),

Kunsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh Tinggi atau rendahnya suhu udara
pada Suatu lingkungan. Semakin tinggi suhu Udara lingkungan maka jumlah

4
pakan Yang dikonsumsi akan berkurang. Semakin rendah suhu udara lingkungan
maka Jumlah pakan yang dikonsumsi akan Bertambah. (Leniar Dkk., 2020)

Pakan ayam broiler harus mengandung Energi yang cukup untuk membantu
reaksi-reaksi Metabolik, menyokong pertumbuhan dan Mempertahankan suhu
tubuh. Kebutuhan protein Untuk ayam yang sedang tumbuh relatif lebih
Tinggi karena untuk memenuhi tiga macam mudah berkembang biak, dan
memiliki protein Tinggi yaitu 61,42%. ( Ilham dkk. 2023)

Konsumsi ransum yang relatif Sama pada setiap perlakuan mengakibatkan


masukan energi dan protein yang masuk ke tubuh broiler Relatif sama, sehingga
pertumbuhan ternak juga akan relatif sama. (Khothijah dkk. 2021)

2.3 pertambangan bobot badan

Pakan dalam Bentuk mash ataupun crumble keduanya akan dikonsumsi secara
terus menerus untuk memenuhi Kebutuhan hidup ayam, minimal akan digunakan
hanya untuk kelangsungan hidup ayam. Pakan mash lebih disukai oleh ternak
ayam karena bentuk pellet Tanpa perekat dan pellet yang menggunakan perekat
memiliki bentuk fisik yang lebih keras dan Ukuran yang beragam. Hal ini juga
mempengaruhi bobot badan yang dihasilkan karena energi yang Dikeluarkan
untuk mengkonsumsi pakan pellet lebih besar dibandingkan dengan energi yang
Digunakan untuk produksi. (Marzuki dkk 2018)

Efektivitas dan efisensi dalam penggunaan pakan akan menentukan


produktivitas dan kualitas Ternak yang dihasilkan, salah satu yang belum banyak
dikaji adalah mengenai hubungan bentuk pakan Dengan laju pertumbuhan bobot
badan. Laju pertumbuhan bobot badan sebagai salah satu indikator performance
ayam broiler perlu diketahui sehingga peternak dapat memaksimalkan
produktivitas Melalui pakan (Irene Ike Pratiwi dkk, 2023)

Pertumbuhan ayam broiler yang cepat, dan Waktu pemeliharaan yang singkat
tersebut manjadikan Bisnis ayam broiler berpeluang besar untuk terus
Berkembang. Keberhasilan bisnis ayam broiler dapat Dilihat dari performa
produksi yang diperoleh selama Pemeliharaan. Performa tersebut dipengaruhi

5
oleh Faktor genetik, pakan, dan lingkungan. Salah satu Faktor lingkungan yang
sering menjadi fokus perhatian Dalam pemeliharaan ayam broiler adalah suhu
Kandang. (Fajar hidayat dkk 2023)

2.4 konversi ransum

Feed conversion ratio (FCR) menggambarkan Konversi pakan menjadi


daging, yaitu jumlah pakan Yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg
Pertambahan bobot badan. Semakin kecil nilai FCR Maka semakin baik dan
efisien pemeliharaan yang Dilakukan (Fadilah, 2018).

Konversi ransum dapat digunakan Untuk mengukur keefisienan ransum,


Semakin rendah angka konversi ransum Berarti efisiensi penggunaan ransum
Semakin tinggi dan sebaliknya semakin Tinggi angka konversi ransum maka
Tingkat efisiensi ransum semakin rendah (Nurhalimah dkk., 2022).

Faktor Utama yang mempengaruhi konversi Pakan adalah genetik, ventilasi,


sanitasi, Kualitas pakan, jenis pakan, penggunaan Zat aditif, kualitas air, penyakit
dan Pengobatan, serta manajemen pemeliharaan, (Rina Marwati dkk, 2023)

2.5 bobot potong

Pemberian Kunyit diduga juga berpengaruh terhadap konsumsi Ransum ayam.


Kunyit memiliki kandungan gizi berupa Kurkumin. Kurkumin berfungsi
meningkatkan organ Pencernaan ayam broiler dengan merangsang dinding
Kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu Dan merangsang keluarnya
getah pankreas yang Mengandung enzim amilase, lipase dan protease yang
Berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan Seperti karbohidrat, lemak
dan protein. (Wieje m dkk 2019)

Pakan yang mengandung protein yang tinggi dapat meningkatkan pertambahan


Bobot badan yang lebih tinggi. Protein pakan perlakuan pada kisaran 16,90-
19,0%. Standar nutrisi Pakan ayam broiler periode finisher adalah: kadar air
maksimum 14%, protein kasar (minimal) 19%; Kadar serat kasar maksimal 6%;
lemak kasar minimal 5% dan abu maksimal 8% (SNI 8173.3:2015). Kadar

6
protein pakan pada batas minimal mengakibatkan dukungan terhadap pbbh tidak
tercapai (Anggitasari 2016)

Pertambahan berat badan yang tinggi Memberikan pencapaian bobot potong


yang lebih tinggi atau dapat dilakukan pemeliharaan yang Lebih pendek untuk
mendapat bobot potong lebih rendah sesuai permintaan pasar. Pakan dengan
Substitusi tepung roti afkir terhadap jagung secara nyata menurunkan PBBH
(P<0,01). Pencapaian Bobot potong sangat tergantung pada pertambahan bobot
badan hariannya. ( Huda et. Al. 2019)

2.6 karkas mutlak dan relatif

Komponen karkas yang paling mahal Adalah daging. Bagian daging terbesar
Terdapat pada bagian dada, sehingga Besarnya dada dijadikan ukuran untuk
Memperbandingkan kualitas daging pada Ternak (Londok dkk, 2018)

Sayap adalah bagian karkas yang Terdiri atas pertulangan dan terdapat banyak
Bulu, hal tersebut yang menyebabkan Persentase sayap lebih rendah
Dibandingkan dengan bagian lainnya. (Yolanda s. dkk 2019)

Bobot bagian paha utuh diambil dari paha atas dan paha bawah, dalam
potongan paha terdapat Tulang femur dan tibia (Mahardhika, dkk, 2019).

2.7 bobot organ pencernaan

Ransum yang diberikan pada ternak Dapat mempengaruhi kerja organ dalam
dan Saluran pencernaan ayam (Regar dkk., 2018)

Sistem organ pencernaan berkembang sesuai Dengan ransum yang diberikan.


Kelainan Pada organ dalam biasanya ditandai dengan Adanya perubahan organ
dalam secara fisik Seperti perubahan ukuran serta kadar Ammonia feces dan
metabolic reseptor Olfaktor. (Serli mistiani dkk, 2020)

Bobot relatif berhubungan erat dengan bobot badan, semakin besar bobot
relatif organ pencernaan maka semakin banyak nutrien yang dapat dicerna dan
diserap sehingga bobot badan meningka (Badrussalam dkk 2020)

7
BAB III

MATERI DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Pada saat pelaksanaan praktikum nutrisi ternak unggas di laksanakan di


kandang H fakultas peternakan universitas Jambi, pada tanggal 04 oktober 2023-
10 oktober 2023 pada pukul 07.00-17.00.

3.2. Materi

Materi yang digunakan adalah ayam broiler umur 1 hari DOC (day old
chicken), bahan-bahan ransum yang digunakan.konsentrat,jagung,dedak dan
bahan aditif jahe merah.Peralatan yang digunakan wadah air,wadah pakan,
kandang ukuran 70x60x50, serbuk gergaji,vaksin ND,vita chick. Perlakuan yang
diberikan,yaitu jahe merah parameter yang diamati yaituBobot badan awal dan
Koefisien keragaman Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Konversi
ransum Bobot potong Karkas mutlak dan relati dan cara mengolah data yaitu
setiap pakan yang di berikan di timbang dengan ketentuan 500 g,kemudian sisa
pakan di timbang lalu di timbang lagi dengan ketentuan 500g.

3.3 Metoda

Cara kerja pada praktikum ini yaitu pemberian perlakuan terhadap ayam,
yaitu dengan pemberian pakan aditif alami atau pakan herbal seperti kunyit,
temulawak, jahe putih dan jahe merah Dan pencampuran ransum untuk
mencampur kan pakan aditif dan konsentrat

Metoda yang digunakan pada praktikum nutrisi ternak unggas diantaranya yaitu:

3.3.1 Metode Praktikum

Untuk penempatan perlakuan (P0-P4) kedalam kandang dilakukan secara


acak dengan menggunakan lotre. Kedalam kertas dituliskan kode perlakuan
ulangan (P01-P04, P11-P14,-P21-P24-,P31-P34 dan P41-P44) lalu digulung dan

8
dimasukkan kedalam botol. Gulungan kertas yang pertama keluar akan
ditempatkan pada kandang 1, gulungan kertas kedua ditempatkan pada kandang
2, dan seterusnya sampai kandang 20
Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pakan aditif alami (herbal) yaitu
kunyit, temulawak, jahe putih, jahe merah.
 P0 :Pakan atau ransum basal
 P1 :Pakan atau ransum basal +1 % kunyit
 P2 :Pakan atau ransum basal +1% temulawak
 P3 :Pakan atau ransum basal +1% jahe putih
 P4 :Pakan atau ransum basal +1% jahe merah
Pembuatan ransum perlakuan yaitu herbal dibersihkan dari tanah, dicuci
bersih, diiris tipis-tipis, dikering anginkan selama 24 jam, di campur dengan
konsentrat, jagung dan dedak sesuai persentase penggunaan lalu diaduk rata dan
digiling halus
Ayam dipelihara selama 5 minggu, ransum yang digunakan ditimbang
sebelum digunakan, kemudian diberikan ad libitum sesuai perlakuan. Sisa ransum
dikumpulkan setiap akhir minggu dan kemudian ditimbang. Air minum juga di
berikan ad libitum setiap pagi dan sore hari bersamaan dengan pemberian
ransum.

3.3.2 Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan yang meliputi


kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya
dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Beberapa
hal yang dapat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain
lokasi kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan kandang dan
kepadatan lalat.
Pembersihan kandang dan lingkungan seputar kandang perlu dilakukan untuk
mencegah predator atau hewan lain bersaran di seputar kandang sehingga dapat
mengganggu pelaksanaan praktikum. Pembersihan kandang dan lingkungan
dilakukan paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan desinfeksi kandang
dan peralatannya.

9
3.3.3 Pemeliharaan

Dua ratus ekor DOC ditempatkan kedalam kandang koloni berukuran 70 x 60


x 50 cm yang berjumlah 20 buah. Kandang dilengkapi dengan lampu sebagai alat
penerangan, tempat pakan dan tempat air minum.. Selain itu juga digunakan
timbangan, pengaduk ransum dan tempat ransum. Penimbangan bobot badan
ayam dan ransum menggunakan timbangan kapasitas 2 kg dengan skala terkecil
0,01 gram
Untuk penempatan ayam (1-200) kedalam kandang juga dilakukan secara
acak menggunakan sistem lotre. Kedalam kertas dituliskan nomor urut 1 sampai
200 lalu digulung satu per satu dan dimasukkan kedalam botol. Sepuluh gulungan
kertas yang keluar pertama akan ditempatkan pada kandang 1, 10 berikutnya di
kandang 2, dan seterusnya sampai semua kandang 20.
Sehari sebelum ayam datang dibuat lotre untuk pengacakan penempatan
perlakuan dan ayam kedalam kandang. Pengacakan dilakukan karena semua
perlakuan dan semua ayam mempunyai peluang yang sama untuk ditempatkan
kedalam kandang.
Ayam yang baru datang diberi air minum yang mengandung gula sebagai
pengganti energi yang hilang selama di perjalanan karena anak ayam didatangkan
dari Lampung dan obat anti stress seperti vita stress. Setelah itu ditimbang untuk
mengetahui bobot badan awal yang akan digunakan sebagai dasar penetapan
rancangan yang digunakan. Berdasarkan bobot badanawal akan dihitung koefisien
keragaman, apabila nilai koefisien keragaman kurang dari 10% maka berarti
bobot badan awal seragam dan rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap. Apabila koefisien keragaman lebih dari 10% maka berarti bobot
badan ayam tidak seragam sehingga harus dikelompokkan mulai dair bobot
badan terrendah sampai tertinggi dan rancangan yang digunakan adalah
rancangan acak kelompok

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 bobot badan awal dan koefisien ransum

bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir (panen) dengan bobot Badan
awal pada saat tertentu. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung dari pakan
yang Diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak dapat
mencapai bobot Badan tertentu pada umur yang lebih muda.

Pertumbuhan merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui


perkembangan bobot badan. Pertumbuhan merupakan sifat kuantitatif yang dapat
diketahui melalui pertambahan bobot badan (Prayogo dkk, 2018

bobot badan diperoleh melalui perbandingan antara selisih bobot akhir


(panen) dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan. Bobot awal didapat
dengan cara Penimbangan DOC sedangkan bobot akhir (panen) didapat dari rata-
rata bobot badan ayam Pada saat dipanen

Tabel 1. Bobot Badan Awal


Rataan
Perlakuan Sampel (g) Jumlah (g)
(g)
I II III
P41 49 48 52 149 49,6
P42 48 52 50 150 50
P43 51 52 49 152 50,6
P44 50 55 49 154 51,3
Total 198 207 200 605 201,5
Rataan 49,5 51,75 50 151,25 50,3
Sumber: Data Praktikum Nutrisi Ternak Unggas Kelas E Angkatan 2022,
Fakultas Peternakan Universitas jambi tahun 2023

11
Koefisien keragaman ayam adalah ukuran statistik yang digunakan untuk
mengevaluasi tingkat variasi atau perbedaan dalam suatu sifat atau parameter
tertentu di antara individu atau sampel ayam dalam suatu populasi. Ini
memberikan gambaran tentang sejauh mana ayam dalam populasi tersebut
berbeda satu sama lain dalam hal sifat yang diukur, seperti berat badan, tinggi,
produksi telur, atau parameter lainnya.

Semakin tinggi nilai koefisien keragaman, semakin besar variasi dalam sifat
yang diukur di antara ayam dalam populasi tersebut. Sebaliknya, nilai koefisien
keragaman yang rendah menunjukkan bahwa ayam dalam populasi cenderung
memiliki nilai yang lebih seragam atau kurang variasi dalam sifat yang diukur.
Koefisien keragaman ini berguna dalam pemilihan dan penilaian performa ayam
untuk tujuan pemuliaan atau manajemen peternakan.

4.2 konsumsi ransum

Konsumsi ransum merujuk pada jumlah makanan atau pakan yang


dikonsumsi oleh hewan ternak, termasuk ayam. Ini adalah parameter penting
dalam manajemen peternakan karena berhubungan erat dengan pertumbuhan dan
produksi hewan ternak. Konsumsi ransum dapat diukur dalam berbagai cara
tergantung pada jenis ternak dan tujuan pengukuran. Untuk ayam, biasanya
diukur dalam satuan berat (misalnya, gram atau kilogram) per periode waktu
tertentu

Tabel 2. Konsumsi Ransum


Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rataan
P41 144,2 296 368 466,6 318,7
P42 131,9 249,3 312,2 350,5 260,97
P43 115,2 262,2 343,5 415,8 284,17
P44 121,7 253,63 405,3 438,72 304,83
Sumber: Data Praktikum Nutrisi Ternak Unggas Kelas E Angkatan 2022,
Fakultas Peternakan Universitas jambi tahun 2023

12
Konsumsi ransum ayam dapat bervariasi tergantung pada usia, jenis ayam
(misalnya, ayam pedaging atau ayam petelur), kondisi lingkungan, jenis pakan,
dan tujuan produksi. Misalnya, dalam konteks peternakan ayam pedaging,
konsumsi ransum yang baik adalah yang mendukung pertumbuhan optimal, berat
badan yang sesuai, dan kesehatan ayam.

konsumsi pakan akan menurun seiring dengan adanya peningkatan level


energi pada pakan. Adanya perbedaan konsumsi ransum pada hasil penelitian
diduga adanya faktor lain yaitu kulitas dan kuantitas. (Anggraini dkk 2019)

Pemantauan dan pengelolaan konsumsi ransum adalah aspek penting dalam


manajemen peternakan untuk memastikan bahwa ayam mendapatkan nutrisi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mencapai hasil produksi yang
diinginkan. Pemilihan pakan yang sesuai dan pemantauan konsumsi ransum yang
tepat dapat membantu memastikan kesejahteraan ayam dan hasil yang optimal
dalam peternakan.

4.3 pertambahan bobot badan

Pertambahan bobot badan merujuk pada peningkatan berat badan ayam


broiler seiring berjalannya waktu. Ayam broiler adalah jenis ayam yang
dirancang khusus untuk pertumbuhan cepat dan produksi daging. Pertambahan
bobot badan ayam broiler adalah parameter yang sangat penting dalam
peternakan ayam broiler karena berkaitan dengan produktivitas dan keuntungan
dalam usaha peternakan.

Tabel 3. Data Bobot Badan Ayam Setiap Minggu


Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rataan
P41 49,6 142,3 296 485 243,2
P42 50 151 262,6 421 221,1
P43 50,6 171 277 455 238,4
P44 51,3 173,6 332,6 489 261,6
Sumber: Data Praktikum Nutrisi Ternak Unggas Kelas E Angkatan 2022,
Fakultas Peternakan Universitas jambi tahun 2023

13
Pertambahan bobot badan yang optimal biasanya menjadi fokus utama dalam
manajemen peternakan. Untuk mencapai pertambahan bobot badan yang baik,
beberapa faktor seperti kualitas pakan, manajemen lingkungan, kebersihan, dan
kesehatan ayam harus diperhatikan dengan baik.

Pertambahan bobot badan biasanya diukur dalam periode waktu tertentu,


misalnya, dalam mingguan atau harian, tergantung pada kebutuhan analisis dan
pemantauan. Data ini membantu peternak dalam menilai efektivitas manajemen
mereka dan mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan untuk mencapai hasil
yang optimal dalam hal pertambahan bobot badan. Pemantauan pertambahan
bobot badan adalah bagian penting dari manajemen pemeliharaan .

Kandungan protein dan berat karkas yang dihasilkan menjadi daya tarik
pemilihan ayam broiler, selain itu performa yang dihasilkan juga menjadi
pertimbangan dalam pemilihan ayam broiler. Performa dari ayam broiler salah
satunya ditentukan oleh laju pertumbuhan bobot badan yang dihasilkan, laju
pertumbuhan bobot badan pada ternak ayam akan meningkat pada periode
tertentu mencapai titik puncak, kemudian laju pertumbuhan bobot badan itu akan
turun (Wardhani, dkk., 2018).

4.4 konversi ransum

Konversi ransum (Feed Conversion Ratio, FCR) adalah parameter yang


digunakan untuk mengukur efisiensi pakan dalam peternakan hewan, termasuk
ayam broiler. Ini adalah perbandingan antara berat pakan yang diberikan kepada
hewan dan berat badan yang diperoleh oleh hewan selama periode tertentu.
Tujuan dari konversi ransum adalah untuk mencapai FCR yang lebih rendah,
yang menunjukkan bahwa hewan mendapatkan berat badan yang lebih besar
dengan jumlah pakan yang lebih sedikit, yang merupakan indikasi efisiensi
produksi yang lebih baik.

14
Semakin rendah nilai FCR, semakin efisien penggunaan pakan, yang
menghasilkan biaya produksi yang lebih rendah dan keuntungan yang lebih tinggi
dalam usaha peternakan.

Konversi ransum adalah parameter penting dalam manajemen peternakan


karena dapat membantu peternak untuk mengoptimalkan penggunaan pakan,
memantau efisiensi produksi, dan mengidentifikasi masalah potensial dalam
manajemen atau kualitas pakan. Pemantauan FCR yang baik adalah kunci untuk
mencapai hasil produksi yang menguntungkan dalam peternakan ayam broiler
dan industri peternakan lainnya.

4.5 bobot potong

Bobot potong adalah berat badan ayam broiler atau hewan ternak lainnya
ketika mereka siap untuk dipotong atau diolah menjadi produk daging. Dalam
konteks ayam broiler, bobot potong mengacu pada berat badan ayam saat mereka
telah mencapai ukuran atau usia yang sesuai untuk dipotong menjadi produk
daging, seperti paha, dada, sayap, dan bagian lainnya.

Bobot potong ayam broiler menjadi parameter penting dalam industri daging,
karena hal ini mempengaruhi jumlah dan kualitas produk daging yang dihasilkan.
Pemilihan waktu yang tepat untuk pemotongan ayam broiler penting untuk
mencapai berat potong yang sesuai dengan permintaan pasar dan standar kualitas.
Peternak dan produsen daging berusaha untuk mencapai berat potong yang
optimal untuk memaksimalkan hasil produksi dan keuntungan.

Selain itu, bobot potong juga berhubungan dengan pertambahan bobot badan
ayam broiler selama periode pemeliharaan. Pertambahan bobot badan yang baik
biasanya menghasilkan bobot potong yang lebih besar. Oleh karena itu,
manajemen pemeliharaan yang baik, seperti pemberian pakan yang tepat,
pengendalian penyakit, dan pengaturan lingkungan yang baik, dapat berkontribusi
pada mencapai berat potong yang optimal.

15
4.6 karkas mutlak dan relatif

Karkas mutlak mengacu pada berat daging dan bagian daging lainnya dari
hewan ternak setelah pemotongan, tanpa memperhitungkan bagian-bagian non-
daging seperti kulit, tulang, lemak, dan organ dalam.Ini adalah ukuran berat
murni dari daging yang dapat dihasilkan dari hewan ternak setelah
pemotongan.Karkas mutlak penting dalam industri daging karena itu yang akan
dijual kepada konsumen atau diolah menjadi produk daging.

Karkas relatif adalah perbandingan antara berat karkas mutlak dan berat hidup
hewan ternak sebelum pemotongan, dinyatakan dalam persentase.Ini digunakan
untuk mengukur sejauh mana hewan ternak menghasilkan berat karkas yang
diinginkan dalam hubungannya dengan berat hidupnya.

Karkas mutlak dan karkas relatif adalah parameter penting dalam industri
peternakan dan daging, karena mereka berhubungan dengan produktivitas dan
hasil produksi daging, dan mereka digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dan
kualitas pemotongan hewan ternak.

4.7 bobot organ pencernaan

Bobot organ pencernaan merujuk pada berat organ-organ yang terlibat dalam
sistem pencernaan hewan, seperti lambung, usus, hati, pankreas, dan lainnya.
Pada hewan ternak, termasuk ayam, pengukuran bobot organ pencernaan penting
dalam berbagai konteks, termasuk penelitian ilmiah, manajemen peternakan, dan
evaluasi kesehatan hewan.

Pengukuran bobot organ pencernaan dapat memberikan wawasan tentang


kesehatan dan efisiensi pencernaan hewan. Ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengaruh nutrisi, lingkungan, atau manajemen peternakan terhadap
perkembangan organ-organ pencernaan. Sebagai contoh, pengurangan berat
organ pencernaan tertentu mungkin menunjukkan masalah kesehatan atau
masalah nutrisi yang memengaruhi hewan tersebut

Penting untuk dicatat bahwa pengukuran bobot organ pencernaan umumnya


dilakukan setelah pemotongan hewan, dan biasanya dalam konteks ilmiah atau

16
penelitian. Hal ini dilakukan untuk menganalisis dan memahami lebih baik sistem
pencernaan hewan dan memastikan kesejahteraan hewan.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum nutrisi ternak unggas dalam pemeliharaan ayam


broiler adalah bahwa nutrisi yang tepat sangat penting untuk pertumbuhan dan
kesehatan ayam broiler. Melalui praktikum dan pemeliharaan, kami dapat
menyimpulkan bahwa pemberian ransum yang sesuai dengan kebutuhan gizi
ayam broiler dapat meningkatkan berat badan, efisiensi pakan, dan hasil produksi
secara keseluruhan.

Dalam praktikum ini, kami juga menyadari pentingnya pemahaman terhadap


komposisi ransum dan kebutuhan nutrisi ayam broiler pada berbagai tahap
pertumbuhannya. Selain itu, kami memahami bahwa faktor-faktor seperti jenis
pakan, kualitas bahan pakan, dan manajemen pakan juga memiliki dampak besar
terhadap performa ayam broiler. Selain itu, praktikum ini juga menggarisbawahi
pentingnya perencanaan nutrisi yang baik untuk mengoptimalkan produksi ayam
broiler secara ekonomis. Hasil praktikum ini memberikan pandangan yang lebih
jelas tentang bagaimana nutrisi yang tepat dapat mengurangi biaya pakan dan
meningkatkan profitabilitas peternakan ayam broiler. Dalam kesimpulannya,
praktikum nutrisi ternak unggas pada pemeliharaan ayam broiler memberikan
wawasan yang berharga tentang pentingnya nutrisi yang tepat dalam budidaya
ayam broiler, dengan tujuan meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan
peternakan.

18
5.2 SARAN

Semoga praktikum ini bisa bermanfaat bagi saya khususnya. Bisa mengetahui
tentang sistem pencernaan dan respirasi pada kambing, dan mengetahui fungsi
dan bentuk bagian organ dalam kambing. Dan semua ini bermanfaat bagi kita
semua, Semoga praktikum selanjutnya bisa lebih semangat lagi untuk memahami
materi yang telah di berikan demi kebaikan kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdu, M., Gushairiyanto, dan Depison. (2021). Hubungan Bobot Telur dengan
Bobot DOC dan Bobot DOC dengan Bobot Badan Ayam Sentul
Generasi Pertama (G1). Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 9(3), 279–
290.

Anggitasari, S., O Sjofjan dan IH Djunaidi. 2016. Pengaruh beberapa jenis


pakan komersial terhadap Kinerja produksi kuantitatif dan kualitatif
ayam pedaging. J. Buletin Peternakan. 40(3): 187-196.

Fadilah R. 2018. Super Lengkap Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): PT Agro
Media Pustaka.

Fajar H. Sumiati, Rudi A. Roni F. 2023 Pengaturan Suhu Brooding pada


Performa Ayam Broiler Pelanggan PT New Hope Indonesia Vol. 28 (4):
599-606

Huda, S, LD Mahfudz dan S Kismiati. 2019. Pengaruh Stepdown Protein dan


Penambahan Acidifier pada Pakan Terhadap Performans Ayam Broiler.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia: 14(40). Hal 404-410

Ilham1, Bela Putra , dan Aswana. 2023. Pengaruh penggantian sebagian ransum
komersial dengan tepung maggot (hermetia illucens) terhadap
pertumbuhan broiler. Vol. 5 No. 1 , 2599-3119.

Irine I, P .Wahida 2023 pengaruh bentuk pakan terhadap laju pertumbuhan bobot
badan ayam broiler. Vol 13 (1) 7 – 15

Khothijah, S., Erwan, E., dan Irawati, E. (2021). Performa ayam broiler yang
diberi ekstrak daun jambu Mete (Anacardium occidentale Linn) dalam
air minum. Jurnal Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, 19(1), 19–23

20
Liu L, Ren M, Ren K, Jin Y, Yan M. 2020. Heat stress Impacts on broiler
performance: a systematic Review and meta-analysis. Poultry Science.
99(11): 6205‒6211.

Leniar., Z. Fuadi, dan Fawwarahly. 2020. Pengaruh Kepadatan Kandang Yang


Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ternak Puyuh. Jurnal Universitas
Abuyaltama, 2(2), 78–85

Londok, J.J.M.R., R.A.V. Tuturoong danJ.E.G. Rompis. 2018. Pengaruh


Pembatasan pakan (Feed Restriction) Terhadap performa dua strain
ayam Broiler periode starter. Laporan Akhir Riset Terapan Unggul
Unsrat. Manado.

Marchini CFP, Fernandes EA, Nascimento MRBM, Araujo EG. 2018. The
Effect of Cyclic Heat Stress Applied to Different Broiler Chicken
Brooding Stages on Animal Performance and Carcass Yield. Brazillian
Journal of Poultry Science. 20(4): 765‒772.

Mahardhika, M., Muryani, R., & Sunarti, D. (2019). Persentase karkas dan
potongan bagian karkas Ayam kampung persilangan akibat penggunaan
tepung Azolla Microphylla difermentasi pada Pakan. Agromedia, 37(2),
99-105.

Marzuki, A., dan Rozi, B. (2018). Pemberian Pakan Bentuk Cramble dan Mash
Terhadap Produksi Ayam Petelor. Jurnal Ilmiah INOVASI, 18(1), 29–
34

Nurhalimah, B. 2022. Performa Burung Puyuh Jantan (Coturnix-cortunix


Japonica) yang Diberi Tepung Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten) Steenis) dalam Pakan. Jurnal Peternakan Nusantara, 8(1), 17–24.

Rina Marwati, Iwan Setiawan, Endang Sujana. 2023 pengaruh kepadatan


kandang terhadap performa puyuh Padjadjaran pedaging .Vol 04, No
02 2722-6611

21
Regar, N, M., Kowel S. H. Y, B. Betty dan E. A. S. Moningkey. 2018. Pemberian
Kombinasi kunyit, bawang putih Dengan mineral zink terhadap bobot
Organ dalam ayam pedaging yang Diinfeksi E.coli. Prosiding Seminar
Nasional Unggas Lokal: Pengembangan Unggas Lokal di Indonesia.
2:168-172

Serli M. Kurnia A. Kamil , Denny R, 2020 pengaruh Tingkat pemberian ekstrak


daun burahol (stelechocarpus burahol) dalam ransum terhadap bobot
organ dalam ayam broiler .2(1):42-50,

Umiarti AT. 2020. Manajemen Pemeliharaan Broiler. Bali (ID): Penerbit Pustaka
Lasaran.

Wiesje M. Horhoruw, Rajab 2019. Bobot potong, karkas, giblet dan lemak
abdominal ayam broiler yang di beri gula merah dan kunyit dalam air
minum sebagai feed additive. Vol. 7, No. 2 53-58.

Yolanda S. Mait, J.E.G. Rompis , B. Tulung, J. Laihad, J.J.M.R. Londok 2019.


Pengaruh Pembatasan pakan sumber serat kasar berbeda terhadap
bobot hidup, bobot karkas dan potongan komersial karkas ayam broiler
strain lohman Vol. 39 No. 1 : 134 – 145.

22
LAMPIRAN

Rumus Koefisien Keragaman

Rumus Konsumsi Ransum

23

Anda mungkin juga menyukai