Dosen pengampu :
Zuraida Sagala, S.Si., M.Si
Disusun oleh :
KELOMPOK 7
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Teknologi Pangan & Gizi
tentang Analisa Keracunan Pangan pada Susu dan Olahannya.
(Kelompok 7)
ii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerusakan pangan dapat terjadi?
2. Bagaimana ciri kerusakan pangan pada susu?
3. Apa saja olahan lain seperti susu yang dapat rusak?
4. Bagaimana cara mengatasi kerusakan pangan pada susu?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena
mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau
hewan menyusui lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan makanan yang
sehat (Hadiwiyoto, 1994). Nilai gizi yang tinggi juga menyebabkan air susu
mudah rusak karena merupakan media yang disukai oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat
air susu sangat tidak layak untuk dikonsumsi apabila tidak ditangani secara benar
(Sudono et al., 2003).
Susu sapi segar adalah hasil dari sekresi kelenjar susu yang berasal dari
sapi yang sedang dalam masa laktasi. Susu merupakan bahan pangan yang
mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Susu yang baru diperah memiliki jumlah mikroorganisme tergolong
rendah yaitu kurang dari 1000 per ml susu, jumlah ini akan semakin meningkat
saat disimpan pada suhu kamar (25oC). Mikroorganisme patogen yang
menyebabkan keracunan pada saat mengkonsumsi susu adalah Salmonella spp,
Campylobacter spp, Staphylococcus aureus, Basillus cereus dan Clostridium
botulinum, Escherichia coli (Darmansah, 2011).
Susu sapi merupakan bahan makanan yang bersifat mudah rusak karena
pertumbuhan mikrobia, oleh karena itu memerlukan proses penanganan dan
pengolahan yang baik untuk mencegah kerusakan pangan pada susu dari segi
kualitas serta keamanan. Secara umum dalam industri pengolahan susu
pasteurisasi, dilakukan dengan cara Ultra High Temperature (UHT). Pada
pengolahan susu sapi untuk skala home industry cara tersebut terkendala pada alat
serta biaya. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengawetan susu sapi
dengan cara menambahkan bahan yang memiliki senyawa antimikrobia yang
murah untuk skala home industry
3
2.2 Kerusakan Susu
Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang tidak tahan lama disimpan
dan mudah rusak (pershable food) serta merupakan bahan pangan berpotensial
mengandung bahaya (potentially hazardous food). Menurut Winarno (2004),
kerusakan bahan pangan seperti susu dapat berlangsung dengan cepat. Kerusakan
pada susu dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, 1) Pertumbuhan dan
aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi dan kapang. Beberapa mikroba dapat
membentuk lendir, gas, busa, warna yang menyimpang, asam, racun dan lain-lain;
2) Aktivitas enzim-enzim di dalam susu. Enzim yang terdapat pada susu tersebut
dapat berasal dari mikroba atau sudah ada pada bahan pangan tersebut secara
normal. Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia lebih cepat
tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat mengakibatkan
bermacam-macam perubahan pada komposisi susu; 3) Suhu termasuk suhu
pemanasan dan pendinginan. Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi lemak dan vitamin,
sedangkan susu yang dibekukan akan menyebabkan pecahnya emulsi dan
lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan kerusakan protein
susu dan menyebabkan penggumpalan; Faktor berikutnya adalah 4) Kadar air.
Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan susu karena air inilah yang
membantu pertumbuhan mikroba; 5) Udara terutama oksigen. Oksigen dapat
merusak vitamin, warna susu, cita rasa serta merupakan pemicu pertumbuhan
mikroba aerobik. Susu yang mengandung lemak dapat menyebabkan ketengikan
karena proses lipoksidase; 6) Sinar matahari. Susu yang terkena sinar matahari
secara langsung dapat berubah cita rasanya serta terjadi oksidasi lemak dan
perubahan protein; 7) Jangka waktu penyimpanan.Umumnya waktu penyimpanan
susu yang lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Mikroorganisme
menggunakan susu sebagai bahan yang sangat ideal untuk pertumbuhannya.
4
2.3 Pemanasan Susu
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada air
susu adalah dengan cara pemanasan (pasteurisasi). Pasteurisasi merupakan salah
satu cara untuk mempertahankan mutu susu segar serta memperpanjang umur
simpan susu. Pasteurisasi adalah pemanasan susu pada temperatur dan lama waktu
tertentu yang tujuan utamanya adalah untuk membunuh bakteri patogen, namun
diharapkan perubahan yang terjadi di dalam komposisi, flavor dan nilai nutrisi
seminimal mungkin. Standar pasteurisasi menggunakan suhu di atas 62°C selama 3
menit atau suhu 71°C selama 15 detik. Setelah proses pasteurisasi, air susu harus
segera didinginkan sampai suhu 40°C atau lebih rendah untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang masih hidup dengan masa simpan tidak rusak dalam
waktu kurang lebih 7 hari (Hadiwiyoto, 1994). Pasteurisasi akan dapat
memperpanjang umur simpan bahan makanan dengan hasil memuaskan, bila
dikombinasikan dengan pengemasan yang rapat dan penyimpanan pada suhu yang
rendah (10°C) (Purnawijayanti, 2001).
Infeksi E. coli pada manusia terjadi karena minum susu yang terkontaminasi
feses sapi atau dari lingkungan (Vimont et al., 2006). Berdasarkan SNI
3141.1:2011, batas cemaran mikroba dalam susu segar adalah Total Plate Count
(TPC) < 3 x 104 cfu/ml, koliform < 1 x 101 cfu/ml, Staphylococcus aureus 1 x 101
5
cfu/ml, Escherichia coli negatif, Salmonella negatif dan Streptococcus group B
negatif.
Total mikroba atau total plate count (TPC) berdasarkan SNI 3141.1:2011
merupakan suatu cara perhitungan total mikroba yang terdapat dalam suatu produk
yang tumbuh pada media agar pada suhu dan waktu inkubasi yang ditetapkan.
Mikroba yang tumbuh dalam media agar tersebut dihitung koloninya tanpa
menggunakan mikroskop. Hasil pengujiannya dinyatakan dengan Colony Forming
Unit (CFU) per ml. Bakteri penyebab penyakit asal pangan secara terus menerus
menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan mampu
menyebabkan kematian. Kebanyakan penyakit asal pangan ini disebabkan oleh
bakteri patogen penyebab diare dan gangguan saluran pencernaan, seperti
Escherichia coli, Salmonella dan Bacillus cereus (Blackburn dan Mc Clure, 2003)
6
2.5.2. Nilai pH
8
2.6 Tanda-tanda Kerusakan Pangan
Suatu bahan rusak bila menunjukkan adanya penyimpangan yang melewati
batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang
biasa digunakan. Penyimpangan dari keadaan semula tersebut meliputi beberapa
hal, diantaranya :
➢ Konsistensi
➢ Tekstur
➢ Memar
➢ Berlendir
➢ Bau busuk
➢ Gosong
➢ Ketengikan
9
2.7.2 Kerusakan Mekanis
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Susu
Susu adalah hasil sekresi yang mencakup kolostrum yang didapat dari
proses pemerasan binatang sapi yang sehat. Susu dapat diproduksi secara utuh
maupun memisahkan bagian lemaknya, merekonstruksi konsentrasinya, atau
membuatnya menjadi bubuk. Kuantitas kandungan air pada susu menentukan
rekonstruksi konsentrasi untuk membuatnya menjadi kering (Vaclavik VA &
Christian EW 2008). SNI 1998 mendefinisikan susu sebagai cairan yang berasal
dari sapi sehat dan bersih yang diperoleh dari pemerahan yang benar dimana
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum
mendapat perlakuan serta hanya boleh diproses dengan pendinginan tanpa
mempengaruhi kemurniannya.
12
2. Komponen asing meliputi benda asing, antibiotik,
herbisida, insektisida, non-original water, zat atau residu
desinfektan, dan mikroba.
13
3.1.2 Faktor Penyebab Kerusakan Susu
Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang tidak tahan
lama disimpan dan mudah rusak (pershable food) serta merupakan
bahan pangan berpotensial mengandung bahaya (potentially
hazardous food). Menurut Winarno FG (2004), kerusakan bahan
pangan seperti susu dapat berlangsung dengan cepat. Kerusakan
pada susu dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan
kapang. Beberapa mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa,
warna yang menyimpang, asam, racun dan lain-lain
2. Aktivitas enzim-enzim di dalam susu. Enzim yang terdapat
pada susu tersebut dapat berasal dari mikroba atau sudah ada
pada bahan pangan tersebut secara normal. Adanya enzim
memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia labih cepat
tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat
mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi
susu.
3. Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan. Pemanasan
dengan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
protein (denaturasi), emulsi lemak, dan vitamin, sedangkan
susu yang dibekukan akan menyebabkan pecahnya emulsi dan
lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan
kerusakan protein susu dan menyebabkan penggumpalan.
4. Kadar air. Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan
susu karena air inilah yang membantu pertumbuhan mikroba.
5. Udara terutama oksigen. Oksigen dapat merusak vitamin,
warna susu, cita rasa serta merupakan pemicu pertumbuhan
mikroba aerobik. Susu yang mengandung lamak dapat
menyebabkan ketengikan karena proses lipoksidase.
6. Sinar matahari. Susu yang terkena sinar matahari secara
langsung dapat berubah cita rasanya serta terjadi oksidasi
lemak dan perubahan protein
14
7. Jangka waktu penyimpanan. Umumnya waktu penyimpanan
susu yang lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih
besar.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Susu adalah hasil sekresi yang mencakup kolostrum yang didapat dari
proses pemerasan binatang sapi yang sehat. Susu dapat diproduksi secara
utuh maupun memisahkan bagian lemaknya, merekonstruksi
konsentrasinya, atau membuatnya menjadi bubuk.
4.1.2 Susu merupakan cairan yang berwarna putih dan bersifat opaque (tidak
tembus pandang), kadang agak kekuningan, selain itu memiliki rasa agak
sedikit manis, bau yang khas, dan berkonsistensi homogen atau tidak
bergumpal (Spreer 1998). Susu adalah emulsi lemak dalam air dengan pH
6.5-6.6, berat jenis 1,027-1,035 pada suhu ± 27°C, memiliki titik didih ±
100, 17°C, titik beku -0,5 sampai -0,61°C, dan kekentalan 1,005 centipoise
secara kimia.
4.1.3 Faktor penyebab kerusakan susu adalah aktivitas enzim, pertumbuhan dan
aktivitas mikroba, suhu pemanasan dan pendinginan, kadar air, udara,
sinar matahari dan jangka waktu penyimpanan.
4.2 Saran
Sebaiknya kita dalam menyimpan atau mengkonsumsi bahan pangan harus
pandai dan teliti dalam menyimpan maupun mengolah bahan pangan.
Supaya dapat dikonsumsi dan disimpan dengan seharusnya, perlu
mengetahui sifat atau factor apa saja yang dapat mempengaruhi bahan
pangan tersebut terutama susu.
16
DAFTAR PUSTAKA
17