Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

LAPORAN KEGIATAN KIMIA BAHAN MAKANAN


Pembuatan Chicken Rifu Fajaidz Sebagai Inovasi Produk Makanan Dan
Implementasinya Terhadap Mahasiswa
Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Rekognisi Mata Kuliah Kimia Bahan
Makanan Yang Diampuh Oleh Ibu Dr. Yuszda K Salimi, S.Si, M.Si.

OLEH :
KELOMPOK 2

Jalesman Panjaitan (441420023 - Angkatan 2020)


Widya Lestari Lamatenggo (441420015 – Angkatan 2020)
Fahmi Ali (441419054 – Angkatan 2019)
Zulfa K Muslimin (441418016 - Angkatan 2018)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2022

i
DAFTAR ISI

LAPORAN................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Tahu...........................................................................................................3
2.2 Nasi............................................................................................................5
2.3 Chicken Rifu..............................................................................................5
BAB 3......................................................................................................................8
IMPLEMENTASI PADA MASYARAKAT...........................................................8
3.1 Alat dan Bahan Yang Dibutuhkan.............................................................8
3.2 Proses Pembuatan Chicken Rifu..............................................................10
BAB IV..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
4.1 Kesimpulan..............................................................................................14
4.2 Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan
mampu memelihara tubuhnya serta berkembang biak. Bahan pangan pada
umumnya terdiri atas zat-zat kimia, baik yang terbentuk secara alami
ataupun secara sintetis, dalam berbagai bentuk kombinasi dan yang berperan
penting bagi kehidupan, seperti halnya air dan oksigen. Bahan pangan
terdiri dari empat komponen utama yaitu karbohidrat, protein, lemak, air
dan turunan-turunannya.
Selain itu bahan pangan juga tersusun dari komponen anorganik dalam
bentuk kandungan mineral, dan komponen organik lainnya dalam jumlah
relatif kecil, misalnya vitamin, enzim, emulsifier, asam, antioksidan, pigmen
dan komponen-komponen cita rasa/flavor.Jumlah komponen-komponen
tersebut berbeda-beda pada masing-masing bahan pangan, tergantung pada
susunan, kekerasan atau tekstur, cita rasa, warna dan nilai makanannya.
Tahu adalah bahan pangan yang melimpah ditemukan dan disenangi oleh
orang Indonesia. Gizi yang dikandung cukup besar dengan harga yang
murah mengakibatkan tahu lebih digemari, Oleh sebab itu perkembangan
pengrajin tahu dipelosok Indonesia berkembang untuk memenuhi
permintaan kebutuhan masyarakat. Kedelai mengandung sumber protein
non hewani paling terkenal di masyarakat khususnya Indonesia. Dimengerti
atau tidak hasil olahan kacang kedelai, tahu adalah bahan pangan andalan
yang digunakan untuk memperbaiki gizi karena tahu mengandung kualitas
protein non hewani paling baik karena mengandung komposisi asam amino
sangat komplek dan diyakini mempunyai kekuatan cerna yang besar yaitu
85-98%. Gizi yang dikandung dalam tahu masih kalah kalau dibandingkan
dengan lauk pauk hewani contoh: ikan, telur dan daging. Akan tetapi,
dengan harga yang sangat murah, masyarakat cenderung pilih tahu untuk
dikonsumsi sebagai bahan pangan sebagai pengganti protein hewani dalam
pemenuhan kebutuhan gizi.
Beras adalah salah satu bahan makanan pokok masyarakat Indonesia
yang mudah disajikan dan mempunyai nilai energi yang cukup tinggi,
sehingga berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Komposisi
umum bahan makanan baik yang berasal dari hewan maupun yang berasal
dari tumbuhtumbuhan terdiri atas protein, lemak dan karbohidrat (Ariyadi &
Anggraini, 2010).
Di Indonesia, beras menyumbang energi, protein, dan zat besi masing-
masing sebesar 63,1%, 37,7%, dan 25-30% dari total kebutuhan tubuh.

1
Kandungan karbohidrat utama nasi berupa glukosa. Glukosa diperoleh dari
hidrolisis pati sekitar 1250 molekul glukosa yang berperan menghasilkan
energi dalam tubuh. Proses tersebut dikenal dengan proses glikolisis dimana
glukosa berperan dalam produksi ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan bentuk energi yang diperlukan tubuh. Di sisi lain, glukosa sangat
penting dalam metabolisme lipid (Sofyan, 2008). Pati beras terbentuk oleh
dua jenis molekul polisakarida, yang masingmasing merupakan polimer dari
glukosa. Kedua molekul tersebut adalah amilosa dan amilopektin (Astawan,
2006).
Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi, masyarakat sering kali
membuat inovasi dalam produk olahan makanan dari berbagai macam bahan
pangan, salah satunya dari “Tahu” tanpa tau apa yang terkandung dalam
makanan yang sering di sebut “Junk Food” atau makanan siap saji. Cara
menghindari dampak buruk yang ditimbulkan yaitu dengan mengetahui
kandungan ataupun komposisi yang pada suatu produk agar bisa
mengantisipasi efek samping yang akan ditimbulkan. Maka dari itu, kami
melakukan pelatihan pembuatan “Chicken Rifu (Rice and Tofu) pada
kelompok anak kos di belakang Universitas Bina Taruna yang berada di l.
Jaksa Agung Suprapto No.34, Limba U Dua, Kota Sel., Kota Gorontalo,
Gorontalo 96138, dengan tujuan untuk memberikan inovasi terhadap olahan
tahu yang di padukan dengan nasi dan mengidentifikasi kandungan dari
prduk inovasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang diangkat setelah melakukan survei adalah :
1. Bagaimana cara untuk memberikan pemahaman masyarakat inovasi
produk dari olahan tahu dan nasi menjadi produk yang kekinian?
2. Bagaimana cara pengolahan Chicken Rifu dari bahan dasar tahu dan
nasi?
3. Bagaimana cara untuk memberikan pemahaman pada masyarakat
terkait komposisi yang terdapat dalam suatu produk olahan tahu dan
nasi beserta implementasinya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini antara lain :

1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat inovasi produk berbahan


dasar tahu dan nasi menjadi jajanan yang kekinian.
2. Mengetahui bagaimana cara pengolahan Chicken Rifu yang berbahan
dasar tahu dan nasi.

2
3. Memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait komposisi yang
terdapat dalam suatu produk olahan tahu dan nasi beserta
implementasinya secara langsung

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu
Tahu merupakan salah satu produk makanan yang sudah populaiar dan
sangat diminati oleh masyarakat Indonesia, karena rasanya enak dan harganya
juga relatif murah. Tahu mengandung beberapa nilai gizi, seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, kalori, fosfor, dan vitamin B-kompleks.
Kandungan hidrat arangnya yang rendah maka tahu dijadikan salah satu menu
diet rendah kalori (Aminah Asngad & Irma Ayuningtyas Novitasari, 2017).
Mutu protein suatu bahan pangan dapat dilihat dari kandungan asam amino
penyusunnya. Kandungan asam amino tahu merupakan yang paling lengkap
dari semua produk olahan kedelai. Selain sebagai sumber protein, tahu juga
mengandung zat gizi lain yang diperlukan oleh tubuh seperti lemak, vitamin
dan mineral (Rosita et al., 2019).
Kata Tahu berasal dari Cina tao-hun atau tokwa. Kata tao atau teu
berarti kacang. Tahu dibuat dari kacang kedelai yang dilakukan proses
penggumpalan (penegndapan). Kulaitas tahu juga berbeda antara satu dan
yang lainya hal ini dipengaruhi oleh cara pengendapan dalam proses
pembuatanya (Bula & Iyas, 2020). Tahu dapat dibuat dari berbagai bahan
baku, tetapi yang dikenal sebagai tahu oleh sebagian peminat tahu adalah
yang dibuat dari kedelai. Bahan baku untuk pembuatan tahu dapat
menggunakan beraneka bahan dari biji-bijian, maupun kacang-kacangan yang
lain seperti, kacang kedelai, biji kecipir, kacang koro, kacang tolo, kacang
merah, biji turi, biji munggur dan biji kacang tunggak (Aminah Asngad &
Irma Ayuningtyas Novitasari, 2017).
Tahu mengandung air 86%, protein 8-12%, lemak 4-6%, dan
karbohidrat 1-6%. Tahu juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium,
zat besi, fosfat, kalium, natrium, serta vitamin seperti kolin, vitamin B, dan
vitamin E. Kandungan asam lemak jenuhnya rendah dan bebas kolesterol
(Santoso, 2005).
Lebih lanjut Surapti (2005) menjelaskan tentang proses pembuatan
tahu. Bahwa dalam proes pembuaanya kacang kedelai dilakukan proses
pengumpalan atau pengendapan. Tahu diproduksi dengan memenfaatkan sifat
protein, yaitu akan menggumpal bila beraksi dengan asam. Penggumpalan
protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan serentak diseluruh
bagian cairan sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air
yang terperangkap tersebut dapat dilaukukan dengan memeberikn tekanan,
semakin banyak air yang dapat dikeluarkan dari gumpalan protein, maka
gumpalan protein itulah yang diseburt dengan “tahu”.

4
Standar pembuatan tahu menurut Surapti (2005)
a. Air
Air meupakan komponen terbesar dalam produk tahu yakni, meliputi 80-
85%, namun air tidak dapat ditetapkan sebagai karakteristik dalam
penentuan kulaitas tahu.
b. Protein
Protein mrupakan komponen utama dalam menentukan produksi dan
kualitas tahu. Dalam standar mutu tahu ditetapkan kadar minmal protein
dalam tahu adalah 9% dari berat tahu.
c. Abu
Abu dalam tahu merupakan unsur mineral yang terkandung dalam
kedelai, bila kadar abu terlalu tinggi berarti telah tercemar oleh kotoran
misalnya, tanah, pasir. Garam NaCI termasuk dalam kelompok abu.
d. Serat Kasar
Serat kasar dalam produk tahu berasal dari ampas kedelai dan kunyit
(pewarna). Adapun kadar maksimal serat yang diperbolehkan adalah
0,1% dari berat tahu.
e. Logam
Logam berbahaya (As, Pb, Mg, Zn) yang terkandung dalam tahu antara
lain berasal dari air yangtidak mememnuhi standar minimum.
f. Zat pewarna
Zat pewarna yang digunakan dalam pembuatan tahu yakni pewarna alami
yakni kunyit.
g. Bau dan rasa
Adanya penyimpangan bau dan rasa memandakan telah terjadi kerusakan
(basi atau busuk) atau pencemarn bahan lain.
h. Lendir dan jamur
Keberadaan lender dan jamur menandakkan kerusakan dalam produksi
tahu.
i. Bahan pengawet
j. Bakteri coli
Bakteri ini berasal dari pembuatan tahu jika produksi air dalam
pembuaan tahu tidak memenuhi standar maksimum.
Ada tiga hal yang memepengaruhi kulitas tahu antara lain:
a. Tingkat kepadatan
b. Adanya bau asam
c. Pennampian.
Tahapan dalam mengolah tahu adalah langkah awal yang dilakukan
merendam kedelai dalam air selanjutnya kedelai yang telah direndam tersebut
dimasukkan kedlam mesin penggiling hingga kedelai tersebut berbentuk
halus. Selanjutnya kedelai yang sudah berbentuk halus diolah dengan cara

5
dimasak dengan mesin ataupun secara manual. Selanjutnya setelah matang
maka diangkat kemudian dicetak sesuai dengan bentuk. Langkah selanjutnya
dipotong dan dimasukan dalam tempat penyimpangan.
2.2 Nasi
Beras adalah salah satu bahan makanan pokok masyarakat Indonesia
yang mudah disajikan dan mempunyai nilai energi yang cukup tinggi,
sehingga berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Komposisi
umum bahan makanan baik yang berasal dari hewan maupun yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan terdiri atas protein, lemak dan karbohidrat (Novianti
et al., 2017). Di Indonesia, beras menyumbang energi, protein, dan zat besi
masing-masing sebesar 63,1%, 37,7%, dan 25-30% dari total kebutuhan
tubuh. Kandungan karbohidrat utama nasi berupa glukosa. Glukosa diperoleh
dari hidrolisis pati sekitar 1250 molekul glukosa yang berperan menghasilkan
energi dalam tubuh. Proses tersebut dikenal dengan proses glikolisis dimana
glukosa berperan dalam produksi ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan
bentuk energi yang diperlukan tubuh. Di sisi lain, glukosa sangat penting
dalam metabolisme lipid (Sofyan, 2008). Pati beras terbentuk oleh dua jenis
molekul polisakarida, yang masingmasing merupakan polimer dari glukosa.
Kedua molekul tersebut adalah amilosa dan amilopektin (Astawan, 2006).
Nasi putih sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan manusia.
Nasi dimakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai sumber
karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Diketahui dari 100 gram nasi
terdapat kandungan karbohidrat sebanyak 40,6% yang akan dirubah menjadi
glukosa dan akan meningkatkan gula darah dalam tubuh secara cepat
(Jauhari, 2013). Dalam 100 gram nasi mengandung energi 180 kkal, protein 3
g, lemak 0,3 g, karbohidrat 39,8 g, serat 0,2 g, abu 0,2 g, kalsium 25 mg,
fosfor, 27 mg, besi 0,4 mg, natrium 1 mg, tiamin 0,05 mg, dan kalium 38 mg
(Mukti et al., 2018).
Nasi dijadikan sebagai pangan pokok utama dan lambang
kemakmuran, dengan tingkat partisipasi konsumsi hampir 100%. Bahkan
banyak orang mengatakan bahwa mereka belum makan jika belum
mengonsumsi nasi (Kemendag, 2013). Nasi merupakan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Nasi dapat dibuat
dengan cara tradisional maupun modern. Secara tradisional, nasi putih dibuat
dengan cara merebus beras dengan air secukupnya hingga matang. Sedangkan
secara moderen, nasi dibuat dengan cara merebus beras dengan sejumlah air
menggunakan alat penanak sekaligus pemanas nasi atau biasa disebut dengan
rice cooker (Islamiyah, 2013).

6
2.3 Chicken Rifu
Chiken Rifu merupakan inovasi produk olahan yang berbahan dasar
tahu dan nasi, dengan bahan-bahan pendukung antara lain:
1. Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan hasil ekstrasi dari proses penggilingan
gandum (T. Sativum) yang tersusun oleh 67-70% karbohidrat, 10-14%
protein, dan 1-3% lemak (Fitasari, 2009). Gluten merupakan protein
utama dalam tepung terigu yang terdiri dari gladin (20-25%) dan glutenin
(35-40%). Menurut Fennema (1996), sekitar 30% asam amino gluten
adalan hidrofobik dan asam-asam amino tersebut dapat menyebabkan
protein mengumpul melalui interaksi hidrofobiuk serta mengikat lemak
dan substansi non polar lainnya. Ketika tepung terigu tercampur dengan
air, bagian-bagian protein yang mengembang melakukan interaksi
hidrofobik dan reaksi pertukaran sulfydryl-disulfide yang menghasilkan
ikatan seperti polimer-polimer. Polimer-polimer ini berinteraksi dengan
polimer lainnya, melalui ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfide
cross-linking untuk membentuk seperti lembaran film (sheet-like film)
dan memiliki kemampuan mengikat gas yang terperangkap.
2. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama dari
trigliserida dengan atau tanpa perubahan kimiawi. Pada umumnya
berbentuk cair pada suhu ruang dan digunakan untuk menggoreng
makanan (Ariani et al., 2017). Sedangkan menurut Haryono et al (2010)
minyak goreng merupakan minyak yang telah mengalami proses
pemurnian yang meliputi degumming, netralisasi, pemucatan,
deodorisasi. Minyak goreng kebanyakan diperoleh dari tumbuhan seperti
kelapa, kelapa sawit, kacang-kacangan, jagung dan kanola.
Minyak goreng mengandung zat yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia. Minyak goreng juga berperan memberi nilai kalori paling
besar diantara zat gizi lainnya. Sebagian kecil minyak goreng akan
diserap oleh bahan pangan yang digoreng sehingga m emberikan rasa
gurih, kenampakan bahan bakanan menjadi lebih menarik, serta tekstur
permukaan yang kering (Winarno dalam Aminah, 2010).
3. Telur
Telur ayam (Gallus gallus domesticus) merupakan bahan pangan
yang mengandung nilai gizi tinggi, mudah diolah dan harganya relatif
murah jika dibandingan dengan sumber protein hewani lainnya
(Widyastuti & Daydeva, 2018).
4. Garam
Garam merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan
Masyarakat.Selain untuk dikonsumsi,garam banyak diperlukan dalam

7
beberapa industri,diantaranya untuk pengawetan dan campuran bahan
kimia.garam alami mengandung senyawa magnesium klorida,
magnesium sulfat, magnesium bromida, dan senyawa runut lainnya.
Menurut Sulistyaningsih ( Wiwin puspita hadi et al,2017). garam adalah
senyawa Ionik yang terdiri dari ion positif (Kation) dan Ion negatif
(anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan ). Garam
terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen anion dan kation
dapat berupa senyawa organik seperti klorida (clˉ), dan juga senyawa
organik seperti asetat (CHзCOOˉ), serta ion monoatomik seperti
fluorida(Fˉ), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO4²ˉ). Secara fisik,
garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar NaCl (> 80%)
serta senyawa lainnya seperti CaSO4, MgSO4, MgCl2, dan lain-lain
(Marihati dan Muryati, 2008). Garam mempunyai sifat/karakteristik
higroskopis yang berarti mudah menyerap air dan titik lebur pada tingkat
suhu 801°C (Hoiriyah, 2019).
5. Bawang Putih
Bawang putih memiliki kandungan 65% air, 28% karbohidrat
(terutama fruktosa), 2,3% bahan organosulfur (terutama allinase dan
ajoene), 2% protein 1,2 % asam amino bebas (terutama arginin)
(Lisiswanti Rika, 2017).

8
BAB 3
IMPLEMENTASI PADA MASYARAKAT

3.1 Alat dan Bahan Yang Dibutuhkan


1. Alat

No Nama Alat Gambar

1 Pisau

2 Ulekan

3 Sendok

4 Dalam wadah

5 Panci Elektrik

6 Penjepit Makanan

9
7 Gunting

8 Lunch box paper

2. Bahan

No Nama bahan Gambar

1 Tahu

2 Nasi

3 Tepung tapioca

4 Sajiku

10
5 Minyak

6 Balado

7 Penyedap rasa(Royko) dan


garam

8 Telur

3.2 Proses Pembuatan Chicken Rifu


Proses pembuatan Chiken Rifu dilakukan bersama anak-anak kos Abah
bertempat dikelurahan Limba U dua, kecamatan Kota Selatan, Kota
Gorontalo. Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut:
a. Persiapan alat dan bahan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengupas 9 siung bawang putih atau sesuai selera
3. 3 telur ayam dan Memisahkan putih telur dari kuningnya karena yang
dipakai hanya putih saja
4. Menyediakan tepung sajiku dan balado
5. 2 sendok nasi

11
6. 5 tahu
b. Cara pembuatan Chiken Rifu
1. Mengahaluskan bawang putih serta mencampurkan satu saset penyedap
rasa (Royko) dan garam secukupnya
2. Lalu ditambahkan sendok nasi sampai halus
3. Setelah itu ditambahkan 5 tahu dan diulek sampai benar-benar halus
4. Setelah dihaluskan ditambahkan 6 sendok makan tepung tapioca dan
minyak secukupnya dan ulek sampai tercampur sempurna
5. Setelah itu adonan yang sudah halus tersebut dicampur kembali
menggunakan tangan untuk membentuk atau membuat adonan dalam
bentuk tipis-tipis
6. Setelah dibuat tipis-tipis adonan tersebut direbus
7. Setelah matang dimasukan kedalam putih telur sampai tercampur rata lalu
dicampurkan dengan tepung sajiku. Perlakuan ini di lakukan sebanyak dua
kali
8. Setelah di campur dengan sajiku selanjutnya adalah menggoreng sampai
warnanya berwarna keemasan
9. Setelah matang Chiken Rifu yang masih utuh diguting-guting menjadi
beberapa bagian lalu di campurkan dengan bumbu sambalado .
10. Setelah dicampurkan balado Chiken Rifu dimasukan kedalam Lunch box
paper
11. Chiken Rifu siap di sajikan dan dimakan

c. Gambar pembuatan Chiken Rifu dan Implementasinya

2
1
HGambar. 1 dan 2 proses pencampuran bahan

12
3 4
Gambar. 3 dan 4 pembentukan adonan Chiken Rifu

Gambar. 5 dan 6 proses perebusan dan penggorengan

7 8 9

Gambar. 7,8, dan 9 Tahap Akhir pembuatan Chiken Rifu


bersama teman-teman kos Abah

13
10

Gambar. 10. Produk Chiken Rifu

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Chiken Rifu adalah poduk inovasi yang mudah dibuat dan bahan-bahan
yang digunakan bisa didapatkan. Chiken Rifu yang berbahan dasar tahu dan
nasi, dengan bahan-bahan pendukung antara lain:
- Tepung terigu : Tepung terigu merupakan hasil ekstrasi dari proses
penggilingan gandum (T. Sativum) yang tersusun oleh 67-70%
karbohidrat, 10-14% protein, dan 1-3% lemak (Fitasari, 2009). Gluten
merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari gladin
(20-25%) dan glutenin (35-40%).
- Telur : Telur ayam (Gallus gallus domesticus) merupakan bahan
pangan yang mengandung nilai gizi tinggi, mudah diolah dan harganya
relatif murah jika dibandingan dengan sumber protein hewani lainnya
- Minyak goreng : Minyak goreng adalah bahan pangan dengan
komposisi utama dari trigliserida dengan atau tanpa perubahan
kimiawi.
- Bumbu balado , rayko , dan garam
- Bawang putih : Bawang putih memiliki kandungan 65% air, 28%
karbohidrat (terutama fruktosa), 2,3% bahan organosulfur (terutama
allinase dan ajoene), 2% protein 1,2 % asam amino bebas (terutama
arginin
Proses pembuatan chiken rifu sangatlah mudah hanya dengan
menyiapkan bahan yang perlu disiapkan dan melihat langkah-langkah
yang harus diperhatikan .

4.2 Saran
Dalam pengolahan Chiken Rifu perlunya diperhatikan kadar rasa
khususnya garam yang tidak terlalu berlebih dan penyedap rasanya. Serta
mengurangi tambahan pewarna dari Chiken Rifu.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aminah Asngad, & Irma Ayuningtyas Novitasari. (2017). Kandungan Protein dan
Kualitas Organoleptik Tahu Kacang Tunggak. Seminar Nasional dan
Pendidikan Biologi Saintek II, 326–336.
Ariani, D., Yanti, S., & Saputri, D. S. (2017). STUDI KUALITATIF DAN
KUANTITATIF MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN OLEH
PENJUAL GORENGAN DI KOTA SUMBAWA. Jurnal Tambora, 2(3), 1–
8.
Bula, M., & Iyas, W. (2020). Pengaruh Alat Pencetakan Tahu Terhadap
Produktifitas. Sang Pencerah, 6(1), 18–25. https://www.jurnal-
umbuton.ac.id/index.php/Pencerah
Fitasari, E. (2009). PENGARUH TINGKAT PENAMBAHAN TEPUNG
TERIGU TERHADAP KADAR AIR, KADAR LEMAK, KADAR
PROTEIN, MIKROSTRUKTUR, DAN MUTU ORGANOLEPTIK KEJU
GOUDA OLAHAN. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 4(2), 17–29.
Hoiriyah, Y. U. (2019). Peningkatan Kualitas Produksi Garam Menggunakan
Teknologi Geomembran. Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis, 6(2), 71–76.
https://doi.org/10.21107/jsmb.v6i2.6684
Lisiswanti Rika, F. P. H. (2017). Allicin Pada Bawang Putih (Allium sativum)
Sebagai Terapi Alternatif Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 6(2),
33–38. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/
1009
Mukti, K. S., Rohmawati, N., & Sulistiyani, S. (2018). Analisis Kandungan
Karbohidrat, Glukosa, Dan Uji Daya Terima Pada Nasi Bakar, Nasi
Panggang, Dan Nasi Biasa. Jurnal Agroteknologi, 12(01), 90.
https://doi.org/10.19184/j-agt.v12i1.8333
Novianti, M., Tiwow, V. M. ., & Mustapa, K. (2017). ANALISIS KADAR
GLUKOSA PADA NASI PUTIH DAN NASI JAGUNG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SPEKTRONIK 20. Jurnal Akademika Kimia,
6(6), 107–112.
Rosita, R., Hudoyo, A., & Soelaiman, A. (2019). Analisis Usaha, Nilai Tambah,
Dan Kesempatan Kerja Agroindustri Tahu Di Bandar Lampung. Jurnal
Ilmu-Ilmu Agribisnis, 7(2), 211. https://doi.org/10.23960/jiia.v7i2.211-218
Widyastuti, E., & Daydeva, A. (2018). APLIKASI TEKNOLOGI Dielectric
Barrier Discharge-UV Plasma TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA
TELUR AYAM (Gallus gallus domesticus). Buana Sains, 18(1), 85–96.
https://doi.org/10.1016/j.gecco.2019.e00539%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.foreco.2018.06.029%0Ahttp://www.cpsg.org/sites/cbsg.org/files/
documents/Sunda Pangolin National Conservation Strategy and Action Plan
%28LoRes%29.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.foreco.2018

16

Anda mungkin juga menyukai