Oleh
Kelompok 8
Deddy Kurniawan 1414051020
Dieffa Sasi Agustin 1414051026
Ni Made Yulia Sari 1414051073
Rimadina Arumayanti 1414051084
COVER........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1.1....................................................................................... Latar Belakang
1.2..................................................................................................... Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
2.1. Pengertian Susu Kedelai.......................................................................
2.2. Gizi dan Khasiat Susu Kedelai Bagi Kesehatan...................................
2.3. Komponen Antigizi dan Pengganggu pada Susu Kedelai.....................
2.4. Mengatasi Citarasa yang Tidak Disukai pada Kedelai..........................
2.5. Pengaruh Biji Tergerminasi Terhadap Nilai Gizi.................................
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN....................................................
3.1. Alat dan Bahan......................................................................................
3.2. Diagram Alir.........................................................................................
3.2.1. Pembuatan Susu Sari Kedelai Perkecambahan atau
Perendaman (Rebus Giling)..................................................................
3.2.2. Pembuatan Susu Sari Kedelai Perkecambahan atau
Perendaman (Giling Rebus)..................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................
4.1. Data Pengamatan...................................................................................
4.1.1. Data Uji Organoleptik Susu Sari Kedelai...................................
4.1.2. Data Pengukuran Stabilitas Emulsi.............................................
4.2. Pembahasan...........................................................................................
BAB V KESIMPULAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................
Asisten,
Koordinator Asisten
I. PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah:
1. Mengetahui cara pembuatan susu sari kedelai.
2. Mengetahui bahan dan proses terbaik untuk memperoleh susu sari kedelai
dengan karakteristik yang paling diterima oleh konsumen.
3. Menghitung analisis usaha susu sari kedelai dengan bahan dan proses
terbaik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dari seluruh karbohidrat dalam susu kedelai, hanya 12-14% saja yang
dapat digunakan tubuh secara biologis. Karbohidratnya terdiri atas golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari
sukrosa, stakiosa dan raffinosa yang larut dalam air, sedangkan golongan
polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak
larut dalam air dan alkohol serta tidak dapat dicerna. Secara umum susu
kedelai mempunyai kandungan vitamin B1, B2, niasin, piridoksin dan
golongan vitamin B yang tinggi. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah
cukup banyak yaitu vitamin E dan K (Santoso, 2009).
2. Bebas anti tripsin Kedelai direndam dalam air / NaHCO3 0,5% selama
semalam yang diikuti blanching menggunakan air mendidih selama 30 detik.
3. Stabilitas koloid yang mantap
a. Meningkatkan zat pengemulsi Adanya lecitin sebagai pengemulsi alami.
b. Pengaturan suhu pengolahan dan penyimpanan Penggilingan dengan air
panas (90-100°C) menghasilkan koloid yang lebih baik dibandingkan dengan
air dingin.
c. Homogenisasi Untuk mendapatkan globula lemak yang seragam.
d. Pengaturan kadar protein Kadar protein > 7% = susu kedelai lebih kental
dan terbentuk gumpalan jika dipanaskan. Kadar protein < 7% = rasio
penambahan air : kedelai kering = 10 : 1 akan diperoleh 3 - 4 %.
Kedelai
Disortasi dari benda-benda asing selain biji kedelai
Kedelai
Pada praktikum pembuatan susu sari kedelai ini, biji kedelai bersih
yang digunakan sebanyak 200 gram setelah direndam atau
dikecambahkan. Dilakukan sortasi untuk memisahkan benda asing selain
biji kedelai yang diharapkan. Biji kedelai yang sudah disortasi diberikan
perlakuan yang berbeda, yaitu perendaman selama 8 jam dan
perkecambahan selama 72 jam. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
perbedaan hasil susu sari kedelai yang didapatkan. Biji kedelai
selanjutnya dipisahkan dari kulit arinya dan digiling dengan menggunakan
blender, agar biji kedelai menjadi hancur dan saat proses perebusan sari
kedelai mudah didapatkan. Karena pada proses penggilingan senyawa
kompleks pada biji kedelai sudah terurai. Selanjutnya dilakukan proses
perebusan selama 15 menit dengan perbandingan air 1 : 4.
Pada perlakuan penggilingan sebelum perebusan, proses selanjutnya
adalah melakukan penyaringan dengan menggunakan kain saring untuk
memisahkan padatan dan cairan sari kedelai, sehingga didapatkan sari
kedelai murni. Sari kedelai dipasteurisasi pada suhu ≤100oC selama 30
menit untuk mematangkan susu sari kedelai dan mematikan mikroba,
sehingga susu dapat disimpan agak lama. Ditambahkan gula dan garam
secukupnya sebagai perasa agar susu kedelai lebih enak. Susu kedelai
disimpan dalam lemari es selama 2 hari untuk mengetahui stabilitas
emulsinya, dengan melihat padatan dan cairan yang terpisah.
Rasa: Kekentalan:
1. Tidak manis atau tidak gurih 1. Tidak kental
2. Agak manis atau agak gurih 2. Agak kental
3. Manis atau gurih 3. Kental
4. Sangat manis atau sangat gurih 4. Sangat kental
2 2,75 2,75
3 7,40 0,85
4 4,50 4,00
5 9,00 -
6 6,00 2,00
7 8,00 -
8 3,00 3,25
9 6,00 2,50
10 6,00 2,00
warna
kelompok 1
4 kelompok 2
kelompok 3
2
kelompok 4
kelompok 5
kekentalan 0 aroma
kelompok 6
kelompok 7
kelompok 8
kelompok 9
kelompok 10
rasa
Berdasarkan grafik sensoris atau jaring laba-laba, hasil yang didapat dari
praktikum ini adalah warna, aroma, rasa, dan kekentalan susu sari kedelai
yang dihasilkan tidak terlalu berbeda satu dan yang lainnya. Warna dari susu
sari kedelai secara umum adalah krem, hanya ada satu susu yang berwarna
putih kekuningan, yaitu kelompok 10. Pada aroma, seluruh susu sari kedelai
yang dihasilkan memiliki aroma khas susu kedelai. Rasa dari susu sari
kedelai yang didapatkan secara keseluruhan, yaitu manis dan/atau gurih.
Namun pada kelompok 9 rasa dari susu sari kedelai yang dihasilkan, yaitu
agak manis dan/atau gurih. Kekentalan dari susu sari kedelai memiliki
keragaman yang beragam, yaitu terdapat susu sari kedelai yang tidak kental
pada kelompok 1, 5, dan 8. Kelompok 6, 9, dan 10 memiliki kekentalan yang
agak kental, sedangkan kelompok 3, 4, dan 7 kental, serta pada kelompok 2
memiliki kekentalan sangat kental.
IV.2. Pembahasan
Menurut Soemaatmadja (1978), untuk meningkatkan jumlah protein yang
terekstrak dalam air antara lain: dengan memperbaiki cara penggilingan
kacang kedelai, penggunaan bahan yang cocok untuk melarutkan protein
semaksimal mungkin dan penyimpanan kacang kedelai agar tidak terjadi
reaksi yang menyebabkan protein kurang larut dalam air. Kandungan protein
hasil olahan biji kedelai dipengaruhi oleh banyaknya protein kedelai yang
dapat diekstrak. Selama pengolahan, protein kedelai dipengaruhi oleh sifat
fisik dan kimia kedelai itu sendiri. Protein kedelai sebagian besar 85-95 %
terdiri dari globulin. Dibandingkan dengan kacang-kacang lain, susunan
asam amino pada kedelai lebih lengkap dan seimbang.
Susu kedelai cair dapat dibuat dengan menggunakan teknologi dan
peralatan sederhana yang tidak memerlukan keterampilan tinggi, maupun
dengan teknologi modern dalam pabrik. Saat ini banyak cara yang dapat
digunakan untuk membuat susu kedelai cair dengan hasil yang baik.
Beberapa metode yang umum digunakan dalam pembuatan susu kedelai
untuk minuman manusia antara lain metode Illinois, metode sederhana atau
tradisional, metode Intsoy, dan basic soymilk (FTP) process. Metode Illinois
dikembangkan oleh Nelson dkk. dari Universitas Illinois, AS, pada 1979
(Koswara, 1992).
Pada pembuatan dengan cara Illinois tidak ada proses sortasi sehingga
yang dipakai hanya kedelai tanpa memperhatikan mutu. Padahal penggunaan
kedelai yang baik dapat meminimalkan bau yang langu pada susu kedelai.
Perlakuan sebelum penggilingan adalah dengan : perendaman semalam dalam
larutan 0,5% NaHCO3 (1:3) kemudian ditiriskan, pemblansingan dalam
larutan 0,5% NaHCO3 (1:3) selama 30 menit, ditiris dan dibilas dg air.
Dengan cara seperti ini, penggilingan akan lebih mudah dilaksanakan karena
tekstur kedelai menjadi lebih lunak. Perendaman dalam larutan NaHCO3
berfungsi untuk menginaktifkan enzim lipoksigenase (suasana basa,bukan
kondisi optimum untuk aktivitas enzim). Sehingga bau langu dapat
diminimalkan. Namun, perendaman yang terlalu lama pada suasana basa
dikhawatirkan dapat berdampak buruk bagi kandungan gizi susu kedelai
(Koswara, 1992).
Selain itu, perendaman ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kandungan
bahan kimia, yaitu NaHCO3 dan HCl yang terlampau tinggi. Karena,
perendaman dengan basa yang konsentrasinya lumayan tinggi dan waktu
yang lama dapat membuat sifatnya terlalu basa dan netralisasi membutuhkan
HCl yang banyak pula. Konsumsi zat kimia yang terlalu banyak akan
berpengaruh buruk bagi kesehatan. Setelah penggilingan, dilakukan
pemanasan larutan sampai suhu 93oC (steam), netralisasi dengan 6 N HCl
sampai pH 6,8 – 7,2. Stelah itu formulasi: tambah gula, garam dan flavor
(5,0% sukrosa, 0,2% NaCl, 0,02% vanila, lainnya), kemudiian panaskan
sampai suhu 82oC. Dua kali pemanasan dalam suhu yang tinggi
dikhawatrkan dapat merusak protein pada susu, sehingga kandungan protein
susu kedelai berkurang (Koswara, 1992).
Perbandingan air dan kedelai 1:8 membuat konsumsi setiap liter susu
kurang banyak nutrisi yang dikandungnya. Metode intsoy tidak ada proses
sortasi sehingga yang dipakai hanya kedelai tanpa memperhatikan mutu.
Padahal penggunaan kedelai yang baik dapat meminimalkan bau yang langu
pada susu kedelai. Perendaman hanya dilakukan dalam waktu 2 x 5 menit,
sehingga tekstur kedelai saat penggilingan masih keras. Penggilingan juga
hanya mennggunakan blender sehingga akan lebih lama. Perendaman dalam
larutan basa yang tak terlalu lama menyebabkan kandungan bahan kimia yang
tak terlalu tinggi pada susu, sehingga lebih aman dan bau langu sudah
terkurangi. Namun, berulang kali perlakuan dalam air mendidih walau dapat
meminimalkan bau langu, namun dapat mengurangi kandungan protein susu
karena protein rusak. Perbandingan air dan kedelai 1:10 membuat konsumsi
setiap liter susu kurang banyak nutrisi yang dikandungnya (Koswara, 1992).
Metode sederhana dapat digunakan untuk skala yang lebih kecil dan
peralatan yang lebih sederhana. Cocok bagi skala rumah tangga dan industri
kecil. Pada proses ini telah ada sortasi dan pencucian kedelai, sehingga dapat
mminimalkan bau langu sebatas sebelum penggilingan. Perendaman dengan
air biasa semalam hanya dapat melunakkan tekstur namun tak dapat
mengurangi bau langu. Pemblanchingan tidak dilakuka, sehingga walau
protein tidak rusak, namun enzim lipoksigenase tidak terhambat aktifitasnya.
Selain itu, dikhawatirkan terdapatnya mikrobia dan zat toksik karena tanpa
perlakuan pemanasan sehingga berbahaya bagi kesehatan. Perbandingan air
dan kedelai 1:5 sudah memungkinkan banyaknya kandungan nutrisi per liter
susu (Koswara, 1992).
Metode basic soymilk process merupakan metode yang paling tepat
digunakan karena bau langu dapat diminimalkan, lebih steril, dan kandungan
zat gizi di dalamnya seperti protein tidak berkurang terlalu banyak. Sudah ada
proses sortasi dan pencucian sehingga yang digunaka adalah kedelai yang
baik dan bersih. Hal ini dapat mengurangi bau langu. Pemblancingan dengan
larutan basa yang konsentrasinya tidak terlau tinggi dan waktu yang tak
terlalu lama, dapat mengurangi bau langu tanpa menimbulkan kerusakan
protein yang banyak dan kandungan zat kimia dalam susu dapat
diminimalkan. Penggunaan air dengan suhu yang tak terlalu tinggi yaitu 600C
dapat mengurangi zat toksik dan mikrobia serta bau langu tanpa merusak
protein secara berlebihan. Penyaringan dapat mengurangi kotoran yang
terkandung di dalamnya. Kandungan air dan kedelai 1:6 membuat setiap liter
susu yang kita konsumsi nutrisinya sudah cukup banyak (Koswara, 1992).
Susu kedelai sering ditemui karena memang banyak penjual yang
menjualnya baik melalui kios atau keliling. Pembuatannya sangat sederhana
dan mudah. Meski biasanya jika bikin sendiri di rumah susunya akan berbau
langu, tapi apabila diberi campuran susu kental manis rasanya akaan berubah
menjadi sangat nikmat. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi
tinggi, terutama karena kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga
mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A,
Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air (Siagian, 1981).
Pada pengolahan susu kedelai ini, tahap pertama yang dilakukan sortasi
dari biji kedelai yang tidak cacat, tidak terserang hama, tidak keriput, dan
tidak busuk. Proses tersebut dilakukan agar dapat menghasilkan olahan
produk susu kedelai yang berkwalitas, kemudian dilakukan perendaman biji
kedelai selama kurang lebih 8 jam atau semalam. Hal ini di maksudkan agar
memudahkan dalam melakulakan pengelupasan kulit dari biji kedelai.
Kemudian selanjutnya di lakukan pencucian dari biji kedelai yang telah di
kupas. hal ini di maksudkan agar biji kedelai bebas dari kotoran dan
mikroorganisme lainnya sehingga menghasilkan susu kedelai yang berwarna
putih. Kemudian biji kedelai di rebus dengan air selama 30 menit yang
dimaksudkan agar menonaktifkan enzim lipoksigenase yang dapat
menyebabkan langu dan juga sebagai tahap untuk melunakkan biji kedelai
sehingga memudahkan dalam proses selanjutnya. Kemudian biji kedelai
ditiriskan dengan maksud agar biji kedelai terpisan dengan air perebusan
yang bercampur dengan enzim (Siagian, 1981).
Selanjutnya biji kedelai diblender dengan perbandingan kedelai : air (1:4).
dimaksudkan agar mendapatkan sari-sari dari biji kedelai. Kemudian di
lakukan penyaringan untuk memisahkan susu kedelai dengan residunya.
Selanjutkan susu kedelai dipanaskan dengan suhu kurang lebih 900 C. Proses
tersebut dimaksudkan agar mendapatkan olahan yang baik dan tidak merusak
protein dari susu kedelai. Kemudian dikemas pada wadahnya dan di beri
label. Disimpan dalam refrigerator selama 2 hari dan diamati satbilitas
emulsi masing-masing susu kedelai. Pada praktikum ini sampel yang
dihasilkan dari kelompok 1 memiliki stabilitas emulsi paling baik. Perlakuan
yang diberikan pada kelompok 1, yaitu menggunakan kedelai hasil
perendaman 8 jam dan dilakukan penggilingan terlebih dahulu sebelum
direbus untuk mengekstrak sari kedelainya (Siagian, 1981).
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Karakteristik Es Krim Hasil Modifikasi
dengan Formulasi Bubur Timun Suri (Cucumis melo L.) dan Sari Kedelai”
yang telah dilakukan penelitian oleh Oksilia dkk., pada tahun 2012 dilakukan
pembuatan es krim dengan tambahan bahan bubur timun suri dan sari kedelai
yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia es krim hasil
modifikasi. Substitusi susu skim dan lemak susu dengan bubur buah timun
suri dan sari kedelai diharapkan dapat memanfaatkan buah timun suri yang
melimpah dan dapat mengatasi lactose intolerant. Sari kedelai memiliki
beberapa kelebihan, yaitu tidak mengandung laktosa, sehingga sari kedelai
cocok untuk masyarakat yang tidak tahan terhadap laktosa, yaitu seseorang
yang tidak memiliki enzim pemecah laktosa dalam tubuhnya. Selain itu sari
kedelai juga rendah lemak, bebas kolesterol, bergizi tinggi, dan mengandung
isoflavon yang dapat menurunkan risiko munculnya penyakit jantung.
Es krim merupakan makanan beku yang dibuat dari susu yang melewati
tahap pasteurisasi, homogenisasi, pematangan es krim dengan penyimpanan
dalam lemari es, serta pembekuan dan pengadukan (Saleh, 2004). Es krim
membutuhkan padatan bukan lemak dalam proses pembuatannya. Bahan
yang termasuk kategori ini adalah laktosa, cassein, dan whey serta mineral.
Dalam industri pembuatan es krim, padatan bukan lemak biasa diperoleh dari
susu skim. Namun, penggunaan susu skim dapat digantikan dengan bahan
pangan nabati seperti ubi jalar ungu, (Djaafar dkk., 2007) dan buah timun
suri.
Pada penelitian dalam jurnal dilakukan perlakuan dengan persentase sari
kedelai 40%, 50%, dan 60% serta penambahan bubur timun suri pada masing
konsentrasi sari kedelai, yaitu 10%, 12,5%, dan 15%. Pengamatan yang
diamati, yaitu viskositas, kecepatan meleleh, overrun, kadar protein, dan
kadar kalium pada es krim modifikasi bubur timun suri dan sari kedelai. Es
krim modifikasi dengan penambahan bubur timun suri 12,5% dan sari kedelai
40% merupakan formula es krim terbaik dengan viskositas 1,03 cP, kecepatan
meleleh 23,58 menit, overrun 53,09%, kadar protein 5,18%, kadar lemak
1,70%, dan kadar kalium 1083,33 mg/L. Overrun merupakan hal yang
menunjukkan penambahan volume adonan es krim karena udara yang
terperangkap di dalam campuran es krim akibat proses agitasi. Overrun
mempengaruhi tekstur dan kepadatan dari es krim yang dihasilkan.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan adalah:
1. Daya stabilitas emulsi paling baik dimiliki oleh kelompok 1 dengan
perlakuan penggilingan sebelum perebusan dan kedelai yang digunakan
adalah kedelai hasil perendaman.
2. Daya stabilitas emulsi paling buruk dimiliki oleh kelompok 7 dengan
perlakuan penggilingan sebelum perebusan dan kedelai yang digunakan
adalah kedelai hasil perkecambahan.
3. Susu sari kedelai yang dihasilkan dengan nilai organoleptik paling baik
adalah kelompok 6 dengan perlakuan perebusan sebelum penggilingan dan
kedelai yang digunakan adalah kedelai hasil perendaman.
4. Susu sari kedelai yang dihasilkan dari kedelai hasil perendaman lebih baik
dari susu sari kedelai dengan bahan baku kedelai yang telah
dikecambahkan.
5. Proses perebusan serta penggilingan dengan air panas mengurangi rasa
langu yang timbul pada susu sari kedelai.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M., 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. UGM Press,
Yogyakarta.
Anonimous. 2000. Susu Kedelai dan Susu Sapi. Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Jakarta
Santoso. 2009. Susu dan Yoghurt Kedelai. Laboratorium Kimia Pangan Faperta
UWG.
Suyanti. 2008. Membuat Mie Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. Penebar
Swadaya, Jakarta.