Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK PERAH DAN

TEKNOLOGI PAKAN TERNAK

(MATERI = ANALISIS SUSU)

Dosen Pengampu : ANIF MUKAROMAH WATI S.Pt., M.Pt., M.Sc.

Disusun Oleh :
Kelompok 8, Kelas PSDKU B
NAMA LENGKAP NIM
Shania Damayanti 205050101113026
Shinta April Mei Tanti 205050100113026
Sindri Dwitami 205050107113028
Siti Aniva 205050100113044
Very Sandya 205050101113028
Wanda Amalia Hamida 205050107113032
Zenedine Zahir Syah 205050100113020

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022

i
Daftar Isi
Halaman
Cover ................................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1 Susu Sapi .............................................................................................. 3
2.2 Kualitas Fisik ....................................................................................... 3
2.3 Kualitas Kimia ..................................................................................... 4
2.4 Kualitas Mikrobiologis ........................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 6
3.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah Di Jawa Timur Saat Ini ...................... 6
3.2 Pengujian Kualitas Fisik ...................................................................... 6
3.2.1 Organoleptik ................................................................................ 6
3.2.2 Uji Alkohol .................................................................................. 7
3.2.3 Uji Uji Didih/Uji Masak .............................................................. 7
3.3 Pengujian Kualitas Kimia .................................................................... 7
3.4 Pengujian Kualitas Mikrobiologis........................................................ 8
3.5 Solusi Permasalahan............................................................................. 8
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 10
4.2 Saran ..................................................................................................... 10
Daftar Pustaka .................................................................................................. 11
Lampiran .......................................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sapi perah adalah ternak yang menghasilkan produk susu sebagai penghasil
utamanya. Di indonesia sendiri ada 2 macam sapi perah yaitu sapi peranakan friesian
holstein (PFH) dan sapi jersey. Sapi peranakan friesian holstein(PFH) dikenal dengan
warna hitam putih untuk produksi susunya sendiri mencapai 15-20 liter/hari.
Sedangkan untuk sapi jersey berwarna kuning sampai hitam untuk produksi susunya
mencapai 2500 liter/laktasi. Untuk sapi jersey mempunyai tubuh kecil dibanding
dengan Sapi peranakan friesian holstein (PFH).

Konsumsi susu sendiri dari tahun ketahun semakin meningkat, peningkatan ini
sejalan dengan semakin meningkatnya tingkat ekonomi dan kesadaran akan kebutuhan
makanan bergizi. Tetapi peningkatan permintaan belum diikuti dengan peningkatan
produksi karena banyak kendala yang dihadapi peternak. Karena prospek
pengembangan dan peningkatan produksi sapi perah mempunyai masa depan yang
baik. Usaha–usaha pengembangan dan peningkatan produksi susu sapi perah dapat
dilaksanakan melalui perbaikan makanan, pengadaan bibit unggul, dan perawatan
kesehatan.(Pasaribu,A., dkk. 2015)

Susu yang telah diambil dari ternak sapi harus ditangani dengan tepat. Karena susu
mentah mengandung bakteri yang membahayakan untuk dikonsumsi. Sebelum
dikonsumsi susu harus melewati pengolahan untuk disimpan lebih lama sebelum
dikonsumsi dan juga mensterilkan bakteri yang ada di susu. Daya simpan susu
dipengaruhi oleh kualitas bahan baku susu yang digunakan.

Kualitas susu bisa dilihat dari kualitas fisik, kualitas kimia, dan kualitas
mikrobiologis. Uji fisik dilihat dari warna,bau, dan rasa untuk warna susu yang masih
baik putih kekuningan, baunya sendiri berbau aroma susu, dan untuk rasanya sendiri
rasa susu murni tanpa adanya campuran. Susu yang baik dikonsumsi adalah susu yang
sudah diolah melalui tahap tahap pengolahan susu yang benar. Susu murni juga bisa
menjadi produk selain susu seperti keju, krim, mentega, dll.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi peternak sapi perah di Provinsi Jawa Timur?
2. Bagaimana cara mengetahui kualitas susu perah melalui berbagai pengujian kualitas
susu yang ada?
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas susu sapi perah pada peternakan di Provinsi
Jawa Timur?

1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui kondisi peternak sapi perah di Provinsi Jawa Timur.
2. Dapat mengetahui dan memahami cara pengujian kualitas susu perah.
1
3. Dapat memahami cara meningkatkan kualitas susu sapi perah pada peternakan di
Provinsi Jawa Timur.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari Praktikum Industri Peternakan Ternak
Perah mengenai materi analisis kualitas susu adalah mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami perbedaan antara kualitas susu yang baik untuk dikonsumsi serta susu yang
kurang baik untuk dikonsumsi, hal ini dilakukan agar konsumen lebih aman dalam
mengkonsumsi susu dan tidak menimbulkan penyakit.Selain itu dapat mengetahui dan
memahami berbagai pengujian yang dilakukan untuk menentukan kualitas susu beserta
metode, alat, dan tahap perlakuannya. Serta, dapat menentukan solusi dalam
meningkatkan kualitas susu di Provinsi Jawa Timur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Susu Sapi


Susu adalah cairan berwarna putih, yang diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan
menyusui lainnya, susu dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan pangan yang
sehat, serta tidak mengurangi komponen atau menambah bahan lain (Hadiwiyoto,
1994, dalam Navyanti, F., & Adriyani, R. 2015).

Susu merupakan hasil sekresi sapi pada masa laktasi yang memiliki kandungan zat
gizi dan bebas dari kolostrum. Susu sapi mengandung tidak lebih 8,25% solid non fat
dan 3,25 % lemak susu (Fitriyanto, 2008: 9). Selain itu susu digunakan sebagai bahan
makanan alami yang sempurna dimana sangat dibutuhkan manusia, yaitu berupa zat
gizi esensial seperti kalsium, lemak, protein, vitamin, dll. (Sumoprastowo (2004: 45),
dalam Yulaikah, S., dkk. 2016). Sama halnya dengan pendapat Nirwal, S., et.al.
(2013), bahwa susu diakui sebagai makanan yang hampir lengkap untuk manusia,
karena sebagai sumber nutrisi penting untuk pertumbuhan tubuh seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.

Adapun manfaat dari kandungan susu yaitu, kalsium membantu pembentukan


tulang dan mencegah terjadinya osteoporosis. Lemak menghasilkan energi serta
vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak susu. Selain itu di dalam susu terdapat
sumber asam lemak yang mengandung conjugated linoleic acid (CLA) yang bersifat
membendung pertumbuhan dan perkembangbiakan sel kanker (Yulaikah, S., dkk.
2016).

Menurut Rasheed, S., et.al. (2016), komponen susu sebagai pemasok energi serta
menyediakan zat gizi penting bagi manusia terutama dalam pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi maupun balita, oleh karena itu susu berperan penting dalam
menyehatkan masyarakat. Susu dapat dikonsumsi segar secara langsung maupun
dalam bentuk berbagai produk, seperti yoghurt, mentega, es krim, keju, dan
sebagainya.

2.2. Kualitas Fisik


Warna Susu
Warna susu normal adalah putih kebiru-biruan hingga agak kuning kecoklatan.
Warna putih pada susu akibat penyebaran butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan
kalsium fosfat. Sedangkan bahan yang memberikan warna kekuningan adalah karoten
dan riboflavin. Warna susu dapat dipengaruhi oleh jenis sapi maupun jenis pakan
(Buckle dkk, 2009, dalam Navyanti, F., & Adriyani, R. 2015).

Dalam penelitian Nirwal, S., et.al. (2013), susu memiliki warna putih kekuningan
dengan pH berkisar 6,7 - 6,9. Hasil tersebut sesuai dengan laporan Judkins and Maks,
yaitu susu yang normal memiliki warna kekuningan disebabkan terdapatnya lemak,

3
dan kasein. Perbedaan warna susu dapat disebabkan oleh perbedaan konsumsi pakan
atau jenis sapi, serta kandungan lemak dan padat susu dari ternak.

Rasa Susu
Rasa pada susu umumnya yaitu manis, gurih, sedikit asin. Rasa manis berasal dari
laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral
lainnya (Buckle dkk.,2009, dalam Navyanti, F., & Adriyani, R. 2015). Sedangkan
Agus Nuroso, (2013) juga berpendapat bahwa susu rasanya sedikit manis bagi
kebanyakan orang.

Menurut Frankowski, K. M., et.al. (2014), susu dapat dijadikan whey. Whey
merupakan cairan transparan yang mengendap saat proses pembuatan keju. Rasa whey
mirip dengan susu, yaitu manis sedikit asin, rasa ini berasal dari laktosa serta asam
organik lainnya.

Bau Susu
Aroma atau bau susu yaitu aroma khas dari ternak itu sendiri, apabila aroma susu
berubah atau mengalami penyimpangan maka dapat diketahui bahwa susu tersebut
dipalsukan (Asmaq, N., & Marisa, J. 2020). Bau susu mudah berubah dari bau yang
sedap menjadi tidak sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak susu yang mudah
menyerap bau disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah
bau air susu (Navyanti dan Adriyani 2015).

Gwandu, S. H., et.al. (2018), menyatakan bahwa aroma susu yang tidak normal
dapat berasal dari wadah penampung susu yang kotor, jenis pakan, obat-obatan, dan
penyakit hewan seperti pyometra. Diketahui aroma susu yang berkualitas baik yaitu
bebas dari bau busuk, serta umumnya aroma susu akan khas sedikit menyerupai bau
ternak.

2.3. Kualitas Kimia


Susu sangat baik bagi kesehatan karena mengandung banyak vitamin dan mineral
yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Susu dapat dikonsumsi dalam bentuk susu segar
dan juga dalam bentuk susu olahan. Salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas
susu dan arah pengembangannya adalah kandungan kimia. Kandungan kimia susu
sangat dipengaruhi oleh proses penanganan sapi perah yang dilakukan oleh peternak
(Oka dkk, 2018). Tujuan dilakukannya uji kualitas kimia yaitu untuk mengetahui sifat-
sifat kimia susu yang terdiri dari pH atau derajat keasaman dan kandungan lemak susu
sudah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI atau belum sehingga
dapat diketahui susu tersebut layak atau tidak layak untuk dikonsumsi. Pengujian
kualitas kimia susu yang dilakukan bisa meliputi uji pH dan uji kadar lemak (Rozana
dkk, 2021).

2.4. Kualitas Mikrobiologis


Kualitas mikrobiologis susu merupakan salah satu standar mutu yang perlu
diperhatikan, kondisi mikrobiologis susu dipengaruhi oleh kontaminasi yang
4
menyebabkan air susu tidak layak konsumsi dan mengakibatkan gangguan kesehatan
mulai dari diare, mual-mual sampai pada keracunan pangan (Santoso dkk, 2012). Nilai
gizi susu yang tergolong tinggi mengakibatkan susu menjadi media yang tepat bagi
perkembangan mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme pada susu dapat merusak
kualitas susu, sehingga perlu dijaga agar tidak terkontaminasi. Penyebab kerusakan
susu oleh mikroorganisme dapat diketahui melalui penelitian kualitas mikrobiologis
susu segar berdasarkan jumlah kepemilikan sapi perah yang dipelihara peternak
(Sinaga, 2018).

5
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. KONDISI PETERNAKAN SAPI PERAH DI JAWA TIMUR SAAT INI


Saat ini Kondisi peternakan di Jawa timur tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh usaha
ternak sapi perah skala kecil yang memiliki satu sampai lima ekor sapi. Pemeliharaan ternak
yang dilakukan para petani di pedesaan masih bersifat tradisional. Namun demikian, usaha
peternakan sapi perah sampai saat ini masih terus bertahan. Rendahnya produktivitas sapi
perah disebabkan oleh kondisi manajemen usaha sapi perah di tingkat peternak yang masih
tradisional. Menurut Pamungkasih Dan Nanang Febrianto, (2021) sub sektor peternakan di
Indonesia dalam komoditi susu sapi perah bisa dijadikan upaya pemenuhan bahan baku
pangan, meskipun terhitung meningkat dari tahun ke tahun konsumsi susu saat ini baru
mencapai 11,09 liter per tahun. Konsumsi susu di Negara ini masih jauh dibawah konsumsi
per kapita negara-negara ASEAN lainnya yang mencapai lebih dari 20 liter per kapita per
tahun bahkan akan diprediksi konsumsi susu terus meningkat, bahkan Indonesia diprediksi
jika permintaan produk susu di akan terus tumbuh sekitar lima persen per tahun hingga tahun
2025.

3.2. PENGUJIAN KUALITAS FISIK


3.2.1. Uji organoleptik
Uji organoleptik merupakan suatu cara untuk menguji keadaan susu dilihat dari bau,
rasa, warna dan kekentalannya sehingga dapat diketahui apakah susu tersebut masih dalam
kondisi yang baik untuk dikonsumsi atau tidak.

Hasil uji organoleptik yang baik yaitu warna susu putih kekuningan, memiliki aroma khas
susu dan rasa susu normal yaitu gurih dan manis khas susu dan tidak mengalami perubahan.
Hal ini sesuai dengan Buckle dkk.,2009, dalam Navyanti, F., & Adriyani, R. (2015), yang
menyatakan bahwa rasa pada susu umumnya yaitu manis, gurih, sedikit asin. Rasa manis
berasal dari laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral
lainnya.

Menurut Badan Standar Nasional Indonesia (2011), susu segar dikatakan masih baik apabila
warna, aroma dan rasa tidak mengalami perubahan. Hal ini sependapat dengan Asmaq, N.,
dan Marisa, J. (2020), yaitu aroma susu adalah aroma khas dari ternak itu sendiri, apabila
aroma susu berubah atau mengalami penyimpangan maka dapat diketahui bahwa susu
tersebut dipalsukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi citarasa susu antara lain adalah penyerapan bau, bahan
pakan ternak, kondisi ternak, pengaruh sinar matahari dan penambahan bahan asing. Hal ini
sesuai dengan Gwandu, S. H., et.al. (2018), yang menyatakan bahwa aroma susu yang tidak
normal dapat berasal dari wadah penampung susu yang kotor, jenis pakan, obat-obatan, dan
penyakit hewan seperti pyometra. Diketahui aroma susu yang berkualitas baik yaitu bebas
dari bau busuk, serta umumnya aroma susu akan khas sedikit menyerupai bau ternak.

6
Sedangkan Menurut Sanam Dkk., (2014), ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu
tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu
yaitu putih, jadi susu normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah
jika berwarna biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu
mengandung karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah. Hal ini
sependapat dengan Nirwal, S., et.al. (2013), yang menyatakan bahwa susu memiliki warna
putih kekuningan.

3.2.2 Uji Alkohol


Uji alkohol merupakan metode untuk menguji derajat keasaman susu dengan
penambahan alkohol 70% dimana kestabilan sifat protein susu tergantung pada selubung air
yang menyelimutinya sedangkan alkohol memiliki sifat dehidrasi sehingga akan terjadi
koagulasi yang menyebabkan susu tampak pecah dan menggumpal. Uji alkohol pada dasarnya
memiliki tujuan yang hampir sama dengan uji didih, yakni untuk mengetahui susunan susu,
tetapi pada uji alkohol ini lebih ditekankan pada susunan kasein susu. Susu yang baik menurut
SNI harus menunjukkan hasil negatif pada uji alkohol yang ditandai dengan tidak terdapatnya
gumpalan pada susu setelah sampel ditambahkan alkohol.

Sementara menurut Dwitania (2013) bahwa uji alkohol positif ditandai dengan adanya
butiran susu yang melekat pada dinding tabung reaksi. Adanya proses fermentasi tersebut
dapat disebabkan karena susu sudah berada dalam udara bebas cukup lama ketika proses
pengamatan sehingga mulai terkontaminasi mikroba dan terjadi fermentasi. Sehingga apabila
susu tersebut dibiarkan untuk waktu yang lama di udara terbuka maka susu tersebut tidak
layak dikonsumsi

3.2.3 Uji Didih / Uji Masak


Uji didih merupakan suatu pengujian susu untuk mengetahui derajat keasaman susu
dengan cara mendidihkan susu, dimana bila susu dalam keadaan asam maka kestabilan
kaseinnya berkurang dan ketika dididihkan maka akan terbentuk gumpalan pada susu.
Menurut Rozana., Dkk (2021). Dalam jurnalnya ia menjelaskan langkah langkah uji didih
yaitu yang pertama sebanyak 5 mL sampel susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan dengan penjepit kayu sampai mendidih. Apabila terdapat gumpalan maka hasil uji
didih dinyatakan positif, apabila tidak terdapat gumpalan maka hasil uji didih dinyatakan
negatif. Hal tersebut dijelaskan menurut Dwitania (2013) menyatakan bahwa uji didih akan
positif pada susu yang melebihi derajat keasaman standar (4,5 – 7 0SH).

3.3. PENGUJIAN KUALITAS KIMIA


Kandungan kimia pada susu merupakan faktor penting untuk menentukan kualitas susu
dengan tujuan pengujian kualitas kimia ini yaitu untuk mengetahui sifat-sifat kimia susu yang
terdiri dari pH atau derajat keasaman. Pengujian kualitas kimia susu yang dilakukan bisa
meliputi uji pH dan uji kadar lemak (Rozana dkk, 2021). Sedangkan menurut Pramesthi dkk.,
(2015) faktor yang mempengaruhi pH dan jumlah bakteri dalam susu antara lain lingkungan
tempat pemerahan, sanitasi kandang dan peralatan, lama pemerahan, dan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri susu maupun obat-obatan. Sedangkan berdasarkan dari hasil
penelitian Tefa. Dkk., (2019) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pH pada susu
7
segar menunjukkan hasil 6,8. Hal ini sudah memenuhi standar kualitas susu yang ditetapkan
oleh (SNI 2011) yaitu antara 6,3- 6,8. Susu yang berasal dari Peternakan Sapi Perah Novisiat
Claretian Benlutu dalam kondisi yang baik. Menurut Buckle et al. (2010) dalam Tefa. Dkk.,
(2019) aktivitas bakteri dalam susu akan menurunkan pH secara nyata.

3.4 PENGUJIAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS


Pengujian kualitas mikrobiologis pada susu segar. Kualitas mikrobiologis susu
merupakan salah satu standar mutu yang perlu diperhatikan, kondisi mikrobiologis susu
dipengaruhi oleh kontaminasi yang menyebabkan air susu tidak layak konsumsi dan
mengakibatkan gangguan kesehatan mulai dari diare, mual-mual sampai pada keracunan
pangan (Santoso dkk, 2012) sedangkan menurut Wicaksono dan Winarwati (2016) dalam
jurnalnya ia menjelaskan pengujian kualitas mikrobiologis susu dilakukan dengan
menggunakan metode hitungan cawan dengan teknik tuang (pour plate method). Dari setiap
contoh susu yang merupakan tahap pengenceran 100, dilakukan pengenceran desimal dengan
pencampuran 1 ml susu ke dalam 9 ml BPW 0,1%. Pengenceran desimal terus dilakukan
hingga pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5. Kemudian dilakukan pemupukan dengan
dimasukkan 1 ml ke dalam cawan petri steril yang telah diberikan label sebelumnya sesuai
dengan angka pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5. Selanjutnya dituangkan 10-15 ml plate count
agar (PCA) (44-46°C) ke masing-masing cawan petri lalu dihomogenkan. Setelah media agar
memadat, cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator 32°C dengan

Permasalahan terkait kondisi mikrobiologis pada susu segar yang dapat menyebabkan
penyakit masitis subklinis yang merupakan penyakit yang sangat merugikan secara ekonomi
pada industri peternakan sapi perah. Menurut Nwankwo et al., (2015) menurutnya penyebab
penyakit tersebut yaitu Susu pada ambing yang sehat mengandung sedikit bakteri (<3x104
cfu/ml) akan tetapi dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari lingkungan
sekitar saat proses pemerahan dan penanganan susu, dari air dan juga peralatan pemerahan
susu. Jumlah mikroorganisme pada susu tersebut secara langsung dapat memengaruhi kualitas
dan keamanan produk.

Berdasarkan hasil penelitian Wicaksono dan Winarti (2016) ia menyatakan dalam uji
mikrobiologis terdapat 72 sampel (55%) positif satu (+) dan 13 sampel (10%) sampel positif
dua (++) uji mastitis subklinis. Menurut Winata (2011), positif satu pada uji IPB-1 memiliki
rataan jumlah sel somatis sebesar 720.000/ml dengan nilai maksimum mencapai
4.120.000/ml, sedangkan positif dua memiliki rataan jumlah sel somatis sebesar 1.840.000/ml
dengan nilai maksimum 11.840.000/ml. Dari hasil ini didapatkan bahwa derajat keparahan
penyakit berada pada tingkat sedang sampai tinggi. Hasil ini selaras dengan penelitian terkait
jumlah sel somatis pada susu di Boyolali oleh Wahyono et al. (2003) dalam Wicaksono dan
Winarti (2016), yaitu berkisar antara 3-4 x 105/ml dengan rataan sebesar 780.366/ml susu.

3.5 SOLUSI PERMASALAHAN


Untuk solusi agar susu tetap terjamin kualitasnya peternak harus menerapkan SNI No.
3144.1: 2011 tentang syarat mutu susu segar, susu segar yang baik untuk dikonsumsi harus
memenuhi persyaratan dalam hal kandungan gizi dan juga keamanan pangan. Keamanan dan
kehigienisan susu harus diterapkan agar manfaat yang terkandung dalam susu tetap terjaga.
8
Hal ini mengacu pada pendapat Rasheed, S., et.al. (2016), yang menyatakan bahwa
komponen susu sebagai pemasok energi serta menyediakan zat gizi penting bagi manusia
terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan pada bayi maupun balita, oleh karena itu
susu berperan penting dalam menyehatkan masyarakat. Selain itu Nirwal, S., et.al. (2013),
berpendapat bahwa susu diakui sebagai makanan yang hampir lengkap untuk manusia, karena
sebagai sumber nutrisi penting untuk pertumbuhan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.

Untuk memperoleh susu segar yang baik, maka semua usaha harus ditujukan untuk
memperkecil jumlah bakteri yang ada pada susu dengan memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas susu tersebut misalnya sanitasi dan kebersihan kandang, kesehatan
dan kebersihan penjamah, kesehatan dan kebersihan hewan, kebersihan peralatan pemerah
dan mempertahankan kemurnian susu segar.

Dalam meningkatkan kualitas susu sapi maka perlu dilakukan beberapa metode seperti
pemenuhan pakan serta nutrisi yang seimbang, memastikan bahwa air minum tetap tersedia,
menjaga ternak sapi perah dalam kondisi baik dan tidak stress, memberikan pakan tambahan
(feed additive) maupun suplemen contohnya mineral, tidak lupa untuk mengecek kesehatan
ternak secara berkala dan memberikan penanganan atau obat saat sapi terserang penyakit
misalnya pemberian obat cacing.

9
BAB 4
PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan
1. Kondisi peternakan di Indonesia tergolong didominasi oleh peternakan sapi
perah dengan skala kecil serta rendahnya produktivitas susu sapi yang
diakibatkan manajemen pemeliharaan yang kurang maksimal.
2. Analisis kualitas susu dapat dilakukan dengan pengujian fisik seperti
organoleptik yang bertujuan untuk mengetahui keadaan susu terkait dengan
bau, rasa, warna dan kekentalan. Untuk warna susu dengan kualitas baik
memiliki warna susu putih kekuningan, memiliki aroma khas susu dan rasa
susu normal yaitu gurih dan manis khas susu yang tidak mengalami
perubahan.
3. Pengujian fisik dengan alkohol dilakukan untuk menguji derajat keasaman
dengan penambahan alkohol 70% bertujuan untuk mengetahui kasein susu.
Pengujian dengan alkohol yang dimana adanya butiran susu yang melekat
pada dinding tabung reaksi menunjukkan hasil yang positif untuk kualitas
susu yang tidak baik atau terkontaminasi mikroba.
4. Pengujian fisik dengan uji masak atau uji didih untuk mengetahui derajat
keasaman susu dengan mendidihkan susu, dimana susu yang tidak terdapat
gumpalan maka hasil uji didih dinyatakan negatif dengan tidak melebihi
derajat keasaman standar (4,5 – 7 0SH).
5. Pengujian susu menjadi faktor kualitas susu dengan mengetahui sifat-sifat
kimia susu yang terdiri dari pH atau derajat keasaman. Pada pengujian
kualitas mikroba dilakukan dengan metode hitungan cawan dengan teknik
tuang (pour plate method). Mikroba akan mengkontaminasi susu dan apabila
jumlah mikroorganisme pada susu tersebut dapat secara langsung
memengaruhi kualitas dan keamanan susu.
6. Susu yang terkontamasi bisa disebabkan oleh lingkungan, pada saat proses
pemerahan dan penanganan susu, dari air dan juga peralatan pemerahan susu.

4.2. Saran
Untuk memenuhi dan meningkatkan kebutuhan susu di negara Indonesia
memerlukan kualitas susu yang baik serta produksi susu yang maksimal. Untuk
mewujudkan hal tersebut dilakukan pengujian terhadap kualitas susu dan perbaikan
sistem manajemen pada peternakan penghasil susu atau peternak lokal yang terdapat
di Indonesia guna mengembangkan sektor peternakan sapi perah di Indonesia baik
skala besar maupun skala kecil. Dengan begitu kualitas dan produktivitas susu di
negara Indonesia dapat mengalami kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia.

10
Daftar Pustaka

Agus Nuroso, ST.P. 2013. Pembuatan Dodol Susu. Jurnal Teknologi Pertanian. 2 (2) : 12-
17. https://ejournal.unisi.ac.id/index.php/jtp/article/view/52

Asmaq, N., dan Marisa, J. 2020. Karakteristik fisik dan organoleptik susu segar di Medan
Sunggal. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science). 22
(2) : 168-175.http://jpi.faterna.unand.ac.id/index.php/jpi/article/download/532/375.

Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar nasional Indonesia susu segar. Bagian 1-Sapi
SNI- 3141.1-2011. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. www.bsn.go.id. Diakses
pada tanggal 14 April 2022. Pukul 00.42

Dwitania, Deski C. 2013. Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang
Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus. 2 (4) :
437 – 444. https://ojs.unud.ac.id/index.php/imv/article/view/6393/4915

Frankowski, K. M., Miracle, R. E., and Drake, M. A. 2014. The role of sodium in the salty
taste of permeate. Journal of Dairy Science,. 97 (9) : 5356-
5370.https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S0022030214004949?token=D48EF4
A50D86BBA8C06B36D05C79DAD3C4093D412EDD1E294C56767B4C4C295E
91C900C5D3E27833B55FFBE84BECB282&originRegion=eu-west-
1&originCreation=20220413131141.

Gwandu, S.H., Nonga, H.E., Mdegela, R.H., Katakweba, A.S., Suleiman, T.S. and Ryoba,
R., 2018. Assessment of raw cow milk quality in smallholder dairy farms in Pemba
Island Zanzibar, Tanzania. Veterinary Medicine International. 2018 : 1-9.
https://downloads.hindawi.com/journals/vmi/2018/1031726.pdf.

Navyanti, F., dan Adriyani, R. 2015. Higiene sanitasi, kualitas fisik dan bakteriologi susu
sapi segar perusahaan susu x di Surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan. 8 (1) : 36-
47.https://pdfs.semanticscholar.org/45fe/bbe0cee1cc365be2ef17e07642f0d9e70263
.pdf.

Nirwal, S., Pant, R., and Rai, N. 2013. Analysis of milk quality, adulteration and mastitis
in milk samples collected from different regions of Dehradun. International
Journal of PharmTech Research. 5 (2) : 359-364.
https://www.researchgate.net/profile/Rakesh-Pant-
2/publication/239937856_Analysis_Of_Milk_Quality_Adulteration_And_Mastitis_
In_Milk_Samples_Collected_From_Different_Regions_Of_Dehradun/data/00b495
1c33a7ad75ca000000/11359-364AJ13.pdf.

Nwankwo IU, Amaechi N, and Adiele WA. 2015. Microbial evaluation of raw milk from
dairy farms in Udi L.G.A Enugu State, Nigeria. Journal of Agriculture and
11
Veterinary Science. 8: 60-65. http://www.iosrjournals.org/iosr-javs/papers/vol8-
issue3/Version-3/L08336065.pdf

Oka, B., M. Widaya., dan Kadirman. 2018. Karakterisasi Kimia Susu Sapi Perah di
Kabupaten Sinjai. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 3 (2) : 195-202.
https://ojs.unm.ac.id/ptp/article/view/5708

Pamungkasih, E., dan Febrianto, N. 2021. Profil Peternak Sapi Perah Di Dataran Rendah
Kabupaten Malang. Karta Raharja. 3 (2) : 29-35.
http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr/article/view/50/30

Pasaribu, A., Firmansyah, F., dan Idris, N. 2015. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi susu sapi perah di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera
Utara. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 18(1), 28-35.
https://online-journal.unja.ac.id/jiip/article/view/2656

Pramesthi R, Suprayogi TH, dan Sudjamogo. 2015. Total bakeri dan pH susu segar sapi
FH. Total bakteri dan pH susu segar sapi perah friesien holstein di Unit Pelaksana
Teknis Daerah Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo Tengarang-Semarang. Anim
Aric J. 4 (1) : 69-74
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/aaj/article/download/8477/8241

Rasheed, S., Qazi, I. M., Ahmed, I., Durrani, Y., and Azmat, Z. 2016. Comparative study
of cottage cheese prepared from various sources of milk. Proceedings of the
Pakistan Academy of Sciences. 53 (4) : 269-282.
https://www.researchgate.net/profile/Ihsan-Mabood-
Qazi/publication/313367666_Comparative_study_of_cottage_cheese_prepared_fro
m_various_sources_of_milk/links/589834d4a6fdcc32dbdbe8db/Comparative-
study-of-cottage-cheese-prepared-from-various-sources-of-milk.pdf.

Rozana, K., D. Wahyuni., dan M. Iqbal. 2021. Kualitas Fisika Kimia Susu Sapi di
Kabupaten Jember dan Pengembangannya Dalam Buku Non-Teks. Jurnal
Pendidikan Biologi. 12 (2) : 136-145.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=KUALITAS+FISIK
A+KIMIA+SUSU+SAPI+DI+KABUPATEN+JEMBER+DAN++PENGEMBANG
ANNYA+DALAM+BUKU+NON-
TEKS&btnG=#d=gs_qabs&t=1649773961761&u=%23p%3DbIOENz_U1fQJ

Sanam, A. B., I. B. N. Swacita dan K. K. Agustina. 2014. Ketahanan Susu Kambing


Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji
Didih dan Alkohol. J Veteriner. 3 (1) : 1-8.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/imv/article/view/8504/6501

Santoso, L., Dra. MG. I. Rukmi., dan O. Lestari. 2012. Jumlah Total Bakteri dan Coliform
Dalam Air Susu Sapi Segar Pada Pedagang Pengencer di Kota Semarang. Jurnal
12
Kesehatan Masyarakat. 1 (2): 402-412.
https://www.neliti.com/publications/18700/jumlah-total-bakteri-dan-coliform-
dalam-air-susu-sapi-segar-pada-pedagang-pengec

Sinaga, K. 2018. Kualitas Mikrobiologis Susu Berdasarkan Jumlah Sapi Yang Dipelihara.
Jurnal Peternakan Unggas. 1(1):15-18.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2018&q=kualit
as+mikrobiologis+susu+adalah&btnG=#d=gs_qabs&t=1649941327370&u=%23p
%3DhbV2y30bto0J

Tefaa. M. M ., Siob S. dan Purwantiningsihc T. I. 2019. Uji Kualitas Fisik Susu Sapi
Friesh Holland (Studi Kasus Peternakan Claretian Novisiat Benlutu Kabupaten
TTS). Journal Animal Science. 4 (3): 37-39. http://savana-
cendana.id/index.php/JA/article/view/737/359

Wicaksono. A., dan S., Mirnawati. 2016. Prevalensi Mastitis Subklinis dan Evaluasi
Mikrobiologis Susu Peternakan Rakyat di Boyolali. Acta vetenaria indonesia.
4(2):51-56.
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/12365/12373

Yulaikah, S., Primiani, C. N., dan Hidayati, N. R. 2016. Pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kadar lemak susu sapi murni. In seminar nasional
pendidikan Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya
(ISSN: 2557-533X) (pp. 136-41).
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7609/20%20-
%20siti%20yulaikah.pdf?sequence=1.

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai