Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR DI

PETERNAKAN PAK YASIN WONOKOYO, KEDUNGKANDANG,


MALANG

Praktikum Manajemen Produksi Ternak Non Ruminansia

Disusun oleh :
A/A4
Haqqi Fauzan A. 175050107111152

Azhar Yudha P. 175050107111157


Zulfikhri Prima S. 175050107111160
Adnil Hasnan G. 175050107111162
Annisa Safira Q 175050107111194

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Manajemen Produksi
Ternak Non Ruminansia dengan lancar dan baik.
Selama proses penulisan ini, ada beberapa hambatan dan kesulitan namun dengan tekat,
semangat, dukungan serta bantuan oleh berbagai pihak maka makalah ini dapat kami selesaikan.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas rahmat kesehatan dan kelancaran yang diberikan kepada kami
selama penulisan makalah ini.
2. Dosen pengampu dan kakak asisten pendamping yang telah membimbing dan
mendampingi selama proses penulisan makalah kami.
3. Seluruh sahabat dan rekan-rekan serta semua pihak yang tak henti-hentinya
memberikan dorongan,semangat, dan motivasi.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 8 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iv
PENDAHULUAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
I.1 Latar Belakang .................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan............................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat............................................................................. Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Komoditi Ternak .............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.2 Pakan Ternak .................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Sistem Perkandangan ....................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Pencegahan Penyakit ........................................................ Error! Bookmark not defined.
2.5 Hasil Produksi ................................................................................................................... 5
2.6 Pemasaran........................................................................ Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 7
3.1 Identitas Peternak ............................................................................................................... 7
3.2 Profil Ternak ...................................................................................................................... 7
3.3 Pakan Ternak ...................................................................................................................... 8
3.4 Sistem Perkandangan ........................................................................................................ 9
3.5 Pencegahan Penyakit ........................................................................................................ 11
3.6 Hasil Produksi .................................................................. Error! Bookmark not defined.
3.7 Pemasaran......................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
4.1 Kesimpulan....................................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2 Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ Error! Bookmark not defined.
Lampiran .................................................................................................................................... 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ternak Layer ............................................................ Error! Bookmark not defined.


Gambar 2. Pakan Jadi ................................................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Kandang Battery ...................................................... Error! Bookmark not defined.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam petelur adalah salah satu ternak yang dapat memenuhi kebutuhan protein
hewani, selain daging tentunya telur yang dihasilkan dapat dikonsumsi oleh manusia.
Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara dengan tujuan untuk
diambil telurnya. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa
lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga digemari banyak orang. Selain itu telur
mudah diperoleh dan harganya terjangkau. Masyarakat Indonesia umumnya mencukupi
kebutuhan protein dengan mengkonsumsi telur. Begitu besarnya manfaat telur dalam
kehidupan manusia sehingga telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau
dalam proses penyembuhan, serta usia lanjut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2018), Produksi ayam petelur dalam rentang
waktu 3 tahun terus meningkat, pada tahun 2016 sebesar 1.485.687,93 Ton, tahun 2017
mencapai 1.506.192,00 Ton, dan tahun 2018 meningkat menjadi 1.644.460,00 Ton.
Ditambahkan Timorria (2018) bahwa kebutuhan telur nasional akan mencapai 2,5 juta ton
pada 2025 dengan konsumsi per kapita per tahun mencapai 9 kilogram. Angka ini tumbuh
4,7 persen dibanding tingkat konsumsi pada 2017 yang berjumlah 1,78 juta ton.
Kebutuhan nutrisi pada ayam petelur juga harus diperhatikan oleh peternak agar
mendapatkan produksi yang maksimal sehingga kebutuhan telur dapat terpenuhi. Nutrisi
pada ayam petelur dibedakan berdasarkan fase pertumbuhannya, pada fase starter, grower,
dan layer. Menurut Banong (2012), bahwa ayam petelur dibagi menjadi tiga fase, yaitu
fase starter (umur 1 hari-6 minggu), fase grower pertumbuhan (umur 6-18 minggu), dan
fase layer/petelur (umur 18 minggu-afkir). Khususnya fase grower, fase ini sangat
berpengaruh pada saat fase produksi atau fase layer.
Pencapaian berat badan yang optimal pada setiap fase sesuai standar yang telah
ditetapkan perusahaan pembibitan dapat menjadi tolak ukur terhadap keberhasilan suatu
peternakan dan produktivitas ayam petelur. Berat badan yang berlebih dapat
mengakibatkan saluran pencernaan dan saluran reproduksi banyak terdapat lemak
sehingga perkembangan saluran reproduksi terhambat serta menurunnya produksi telur
pada ayam petelur. Untuk meningkatkan produksi telur ayam ras petelur khususnya pada
fase grower bobot badan sangatlah berpengaruh pada awal produksi sehingga dapat
menghasilkan produksi telur yang optimal. Peningkatan produksi telur juga dibarengi
dengan jumlah pakan dan nutrisi pakan yang terpenuhi.

1
Nutrisi yang terkandung dalam pakan harus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
dari ayam petelur sehingga diperlukan formulasi pakan, karena sebesar 70% dari biaya
produksi adalah biaya pakan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dari pakan
sehingga ayam petelur dapat dapat menghasilkan telur dengan maksimal serta dengan
biaya pakan yang murah tetapi kebutuhan nutrisi pada ayam petelur terpenuhi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang kami temukan yaitu :
1. Bagaimana analisis pakan dalam peternakan ayam petelur?
2. Bagaimana analisis perkandangan dalam peternakan ayam petelur?
3. Bagaimana analisis pencegahan penyakit dalam peternakan ayam petelur?
4. Bagaimana analisis produksi dan pemasaran dalam peternakan ayam petelur?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui analisis pakan dalam peternakan ayam petelur.
2. Untuk mengetahui analisis system perkandangan dalam peternakan ayam petelur
3. Untuk mengetahui analisis pencegahan penyakit dalam peternakan ayam petelur
4. Untuk mengetahui analisis hasil produksi dan pemasaran dalam peternakan ayam
petelur

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi sarana pembelajaran tentang manajemen produksi ayam petelur
2. Bagi peternak
Dapat menjadi cara mengevaluasi terhadap manajemen pemeliharaan dan pakan
yang baik, sehingga ternaknya dapat berproduksi secara maksimal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Ternak


Produksi ayam petelur antara lain dipengaruhi oleh bibit, ransum, manajemen
pemeliharaan, suhu dan kelembapan lingkungan. Potensi produksi ayam dengan genetik unggul
dapat menghasilkan produktivitas tinggi pada masa pemeliharaan jika didukung oleh
manajemen yang optimum, ransum berkualitas tinggi, upaya pencegahan penyakit, dan kondisi
lingkungan yang ideal. (Risnajati, 2014)
Telur yang biasa dikonsumsi oleh konsumen bersumber dari ayam ras. Ayam ras
petelur yang banyak dipelihara oleh peternak adalah ayam ras strain isa brown dan lohmann
brown karena memiliki sifat yang cepat beradaptasi dan tingkat produktivitas yang tinggi.
(Dirgahayu dkk, 2009)
Ayam ras petelur adalah memiliki periode produksi selama 24 bulan atau dua tahun.
Berdasarkan penelitian, tahapan budidaya ternak ayam ras petelur meliputi persiapan kandang,
pemeliharaan, dan panen. Ayam ras petelur memiliki fase pertumbuhan, yaitu fase starter, fase
grower, dan fase layer. Ayam petelur starter adalah ayam yang berusia nol sampai enam
minggu. Ayam petelur grower adalah ayam yang berusia tujuh sampai 13 minggu, grower
merupakan fase kontrol pertumbuhan dan penyeragaman. (Ajizah dkk, 2018)
Peternakan ayam petelur Suyatno Farm menggunakan ayam petelur fase pullet atau pre
leyer pada awal pemeliharaan, dengan periode umur pullet yang dibeli berumur 14-16 minggu.
(Maliki dkk, 2017)
2.2 Pakan
Pakan salah satu faktor utama dalam peningkatan produksi terutama dalam
pemeliharaan ayam petelur hal ini sebanding dengan rismawati (2017), bahwa pakan adalah
bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan
merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping
faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan
produksi maupun reproduksi ternak.
Bahan pakan seperti jagung, bekatul, minyak ikan, MBM, lisin, metionin, premix,
kalsium, dan fosfor di formulasikan menjadi pakan ternak yang dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi ayam petelur. Hal ini sesuai dengan Ramadhan (2018) yang menyatakan bahwa bahan
pakan untuk menyusun pakan yaitu jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan,
poultry meat meal (PMM), meat bone meal (MBM), lysin, metionin, kapur, premix dan ampas
kecap kemudian bahan pakan tersebut diformulasikan menjadi pakan untuk ayam petelur.
Selain jagung, campuran pakan yang digunakan pada peternakan ayam petelur milik
Bapak Yasin adalah bekatul. Bekatul merupakan hasil samping dari penggilingan beras yang
diperoleh dari penyosohan kedua dan merupakan lapisan sebelah dalam dari butiran beras yang
halus serta berwarna putih. Pemilihan bahan pakan bekatul ini didasarkan atas harganya yang
terjangkau dan mudah diperoleh atau selalu ada di setiap musim. Hal ini sesuai dengan Saidi,
3
dkk. (2016) yang meyatakan bahwa suplai bekatul terutama terjadi pada musim panen yaitu
bulan April, Mei, Agustus, September, dan Desember, tergantung lokasi dan pembagian air.
Suplai bekatul tidak bergantung musim panen karena penyosohan beras beroperasi sepanjang
tahun dan mendapat suplai gabah dari luar kabupaten hingga luar provinsi.
Pakan yang diberikan pada ternak prinsipnya harus seimbang, artinya pakan yang
diberikan harus mengandung nutrien dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan tujuan
pemeliharaan dan kebutuhan ternak tersebut sehingga tidak terjadi defisiensi atau kelebihan
pakan (Kristianto, 2013).
Selain pakan dan nutrisi yang cukup diberikan pada ternak juga dapat ditambah
probiotik untuk meningkatkan kinerja organ pencernaan ayam petelur sehingga performan
ayam lebih baik dibandingkan tidak diberikan probiotik. Hal ini sebanding dengan Hartono, M.
dan T. Kurtini (2015) bahwa penggunaan probiotik di kalangan peternak ayam telah banyak
dilakukan karena mempunyai berbagai fungsi, antara lain mampu meningkatkan pertumbuhan
dan efisiensi pakan, mencegah radang usus dan diare, meningkatkan produksi telur dan
memperbaiki kualitas telur.

2.3 Perkandangan
Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum,
air minum maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ayam yang kalah dan menang
sehingga pertumbuhannya menjadi tidak seragam dan organ reproduksi akan terganggu
(Gustira, dkk. 2015).
Sementara kandang konvensional lebih higienis, berkontribusi terhadap insiden
penyakit menular yang lebih rendah, memungkinkan manajemen yang lebih mudah, dan lebih
murah untuk beroperasi, tidak menyediakan ruang yang cukup per ayam, ayam mengalami
pembatasan perilaku yang ekstrim, dan kurangnya gerakan menyebabkan gangguan
metabolisme, tingginya tingkat osteoporosis yang tidak digunakan (Hartcher and Jones. 2017).
Tahap awal yang dilakukan dalam sistem perkandangan adalah tahap persiapan
kandang. Tujuan dari persiapan kandang adalah untuk memastikan bahwa kandang yang akan
digunakan dipastikan dalam keadaan bersih, lingkungan kandangnya nyaman untuk ayam, dan
membebaskan lingkungan kandang dari cemaran berbagai agen penyakit yang bersifat patogen
dari pemeliharaan ayam periode sebelumnya atau terhadap kontaminasi yang berasal dari luar
kandang (Purwaningsih, 2014).
Sistem lantai kandang pada unggas yang dikenal diantaranya adalah lantai litter dan
lantai renggang (slat). Sistem litter merupakan sistem lantai kandang yang terbuat dari sekam
padi atau bahan lain dengan ketebalan tertentu yang dapat membuat rasa nyaman untuk ayam.
kandang litter adalah kandang yang lantainya diberi hamparan litter. Litter berfungsi untuk
menyerap air agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, oleh karena itu bahan yang
digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu dan tidak
basah (Putri, dkk. 2017).

4
Pemeliharaan ayam ras petelur komersial dengan sistem baterei memiliki beberapa
keuntungan, yaitu ruang gerak terbatas, hemat tempat per unit area, dan biaya pakan yang
rendah sehingga lebih ekonomis dan praktis. Selain itu pemantauan mudah, berisiko kecil
terhadap predator, pengaruh luar seperti dingin, panas, angin atau kelembaban, yang besar
pengaruhnya terhadap kesehatan ternak (Retnani, dkk. 2009).

2.4 Pencegahan Penyakit


Penyakit yang menyerang ayam pada periode bertelur yang dapat menurunkan jumlah
produksi, yang jika tidak segera ditangani makan peternak akan menjadi rugi (Riawan, 2016).
Biosecurity adalah serangkaian program yang mencakup kebijakan dan praktik yang
dirancang untuk mencegah masuk atau menyebarnya agen penyebab penyakit pada ayam.
Biosecurity meliputi isolasi, pengendalian lalu lintas pekerja dan tamu, serta sanitasi
(Tamaluddin, 2012).
Sanitasi mempunyai tujuan untuk mencegah berkembangnya penyakit atau memotong
siklus hidup mikroorganisme yang merugikan kesehatan ayam agar kandang, peralatan, dan
lingkungan tetap bersih dan steril. Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen dan melalui
beberapa tahapan, tahap pertama yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari
kotoran ayam, tahap kedua yaitu pengapuran lantai dan dinding kandang, selanjutnya untuk
menyempurnakan sanitasi dilakukan dengan penyemprotan desinfektan (Lysol, Bromoquat,
Tepol) untuk membunuh bibit penyakit, biarkan minimal 10 hari sebelum budidaya selanjutnya
untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya
(Ustomo, 2016).
Program vaksinasi pada ayam petelur adalah pada fase starter yaitu ND Clone dan IB
pada hari 4, gumboro pada hari 9, AI pada hari 14, ND Lasota pada hari 19, Pox pada hari 24,
Coryza pada hari 30, dan ILT pada hari 35. Fase grower program vaksinasi dilakukan sebanyak
tiga kali yaitu pada umur 45 hari vaksin Coryza, umur 54 hari vaksin ND Clone dan IB serta
umur 60 hari vaksin cacing. Fase layer dilakukan program vaksinasi umur 80 hari ND Clone
dan IB, umur 90 hari Coryza, umur 105 hari ND EDS, umur 119 hari AI, dan 135 hari vaksin
cacing (Sumarno, 2009).

2.5 Hasil Produksi


Ayam petelur merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki potensi untuk
dipelihara secara komersial. Tujuan utama pemeliharaan ayam petelur adalah untuk
menghasilkan telur, tetapi ayam ini dapat juga menghasilkan daging setelah habis masa
produksinya (diafkir) (Fenita, dkk. 2011).
Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Telur
merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan
gizi masyarakat. Ayam ras petelur dapat memproduksi telur sekitar 250 - 300 butir per tahun
(Walukow, dkk. 2017).

5
Hen Day production (HDP) adalah cara menghitung telur harian. Tujuan perhitungan
HDP adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur
tertentu (Hastuti dkk, 2018)
Salah satu performans produksi yang kemungkinan berbeda adalah produksi telur
individu yang meliputi jumlah telur dan dari catatan produksi telur, hen day production (HDP)
dan hen house production (HHP). Hen house merupakan indikasi produksi yang mengukur
produksi berdasarkan jumlah ayam pada awal masa produksi (Isyanto, 2017)

2.6 Pemasaran
Kualitas produk tidak di tentukan oleh salah satu atau beberapa pedagang besar dan
pedagang pengecer.pedagang besaer dan pengecer serta konsumen menginginkan produk
yang berkualitas tanpa memperhatikan harga produk. Mamilanti (2016)
Saluran pemasaran yang digunakan peternakan Gunawan dharma dalaam
memasarkan telur ayam ras di kota manado didapat dua saluran 1. Peternak –
pedagang,pengecer-konsumen.2. peternakan –pedagang,pengempul-pedagang,pengecer
konsumen. Tobaol dkk (2018)
Menjaga hubungan baik dengan konsumen merupakan suatu hal yang sebaiknya
dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan bisa tetap berkembang dengan baik yaitu dengan
selalu berusahan memenuhi apa yang menajdi keingin-kenginan dari konsumen. Khotimah
dkk (2018)
Faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruhi terhadap pemasaran telur ayam
faktor internal: strategi dan kelemahan ,faktor eksternal :ancaman ,penyakit,kualitas telur
,peluang Widyantara dan Ardani (2017)
Di perlukan kerjasama antara peternakan ayam ras petelur skla besar dan skala kecil
untuk bersama sama maju danberkembang misalnya untuk memenuhi tingginya permintaan
telur yang tinggi yang kadang tidak mampu di penuhi oleh peternakan skala besar
mengandeng peternak kecil untuk membantu memenuhi permintaan tersebut. Mappigau dan
esso (2011)

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identitas dan Profil Peternak


Nama : Yasin
Alamat : Jl. Hamid Rusdi, Sekar Putih, Wonokoyo, Malang
Umur : 50 Tahun
Lama Beternak : 5-7 Tahun
No Telp : 085101327435
Jumlah populasi : Kandang 1 sebanyak1600 ekor
Kandang 2 sebanyak 3500 ekor

3.2 Komoditi Ternak


Jenis Ternak : Layer (Ayam Petelur)
Strain/Gallus : Isa Brown
Umur/Phase : 40 Minggu
Alasan memilih bibit : Karena produksi telurnya banyak

Bibit ayam petelur yang diternakkan pada peternakan milik pak Yasin diambil dari
pokhphand. Untuk menghasilkan produktivitas yang optimum perlu diperhatikan bibit yang baik
pula. Dengan begitu mutu produksi akan terkontrol dan stabil. Hal ini serupa dengan Risnajati
(2014) yang menyatakan bahwa produksi ayam petelur antara lain dipengaruhi oleh bibit, ransum,
manajemen pemeliharaan, suhu dan kelembapan lingkungan. Potensi produksi ayam dengan genetik
unggul dapat menghasilkan produktivitas tinggi pada masa pemeliharaan jika didukung oleh
manajemen yang optimum, ransum berkualitas tinggi, upaya pencegahan penyakit, dan kondisi
lingkungan yang ideal.

Strain ayam petelur yang diternakkan oleh peternakan pak Yasin yakni Isa Brown yang
dimana ayam petelur strain isa brown memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini serupa dengan
Dirgahayu dkk (2009) yang menyatakan bahwa telur yang biasa dikonsumsi oleh konsumen
bersumber dari ayam ras. Ayam ras petelur yang banyak dipelihara oleh peternak adalah ayam ras
strain isa brown dan lohmann brown karena memiliki sifat yang cepat beradaptasi dan tingkat
produktivitas yang tinggi.

7
Ayam petelur memiliki lama produksi normal kurang lebih selama 2 tahun yang kemudian
setelah produksi dan kualitas telur menurun akan di afkir. Hal ini serupa dengan Ajizah dkk (2018)
yang menyatakan bahwa ayam ras petelur adalah memiliki periode produksi selama 24 bulan atau
dua tahun. Berdasarkan penelitian, tahapan budidaya ternak ayam ras petelur meliputi persiapan
kandang, pemeliharaan, dan panen. Ayam ras petelur memiliki fase pertumbuhan, yaitu fase starter,
fase grower, dan fase layer. Ayam petelur starter adalah ayam yang berusia nol sampai enam
minggu. Ayam petelur grower adalah ayam yang berusia tujuh sampai 13 minggu, grower
merupakan fase kontrol pertumbuhan dan penyeragaman.

Peternakan pak Yasin mengambil bibit dari umur 15 minggu yang dimana waktu
mengadakan fieldtrip ini ayam telah mencapai umur 17 minggu. Hal ini serupa dengan Maliki dkk
(2017) yang menyatakan bahwa peternakan ayam petelur Suyatno Farm menggunakan ayam petelur
fase pullet atau pre leyer pada awal pemeliharaan, dengan periode umur pullet yang dibeli berumur
14-16 minggu.

3.3 Pakan Ternak


Pakan salah satu faktor utama dalam peningkatan produksi terutama dalam pemeliharaan
ayam petelur hal ini sebanding dengan rismawati (2017), bahwa pakan adalah bahan makanan
tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan
untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama
dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan
yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak.
Dalam peternakan milik Pak Yasin adalah ayam yang berada pada fase layer atau masa
bertelur (umur 16 minggu). Standar nutrisi pakan yang dibutuhkan oleh ayam petelur antara lain,
protein, metabolisme energi (ME), lemak, serat kasar, kalsium, dan fosfor. Keseluruhan nutrisi
tersebut terkandung dalam berbagai jenis bahan pakan yang disusun menjadi ransum. Bahan pakan
yang digunakan dalam peternakan milik Pak Yasin yaitu jagung, bekatul, L-lisin, MBM dan minyak
ikan. Adapun formulasinya adalah sebagai berikut :

Nama bahan Jumlah (kg)


Jagung 250
Bekatul 60
L-lisin 120
MBM 60
Minyak ikan 2 canting
Tabel 9. Formulasi ransum Pak Yasin

8
Semua bahan yang dipersiapkan kemudian dimasukan kedalam mixer sesuai dengan
formulasinya. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali pencampuran 20 menit. Bahan pakan tercapur
menjadi satu sampai tidak terciri lagi warna dari suatu bahan secara dominan dan aromanya juga
sudah menyatu membentuk ransum yang berbentuk tepung. Setelah semua bahan tercampur secara
merata, dilakukan pengepakan atau pengemasan.
Bahan pakan seperti jagung, bekatul, minyak ikan, MBM, lisin, metionin, premix, kalsium,
dan fosfor di formulasikan menjadi pakan ternak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ayam
petelur. Hal ini sesuai dengan Ramadhan (2018) yang menyatakan bahwa bahan pakan untuk
menyusun pakan yaitu jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, poultry meat meal
(PMM), meat bone meal (MBM), lysin, metionin, kapur, premix dan ampas kecap kemudian bahan
pakan tersebut diformulasikan menjadi pakan untuk ayam petelur.
Selain jagung, campuran pakan yang digunakan pada peternakan ayam petelur milik Bapak
Yasin adalah bekatul. Bekatul merupakan hasil samping dari penggilingan beras ang diperoleh dari
penyosohan kedua dan merupakan lapisan sebelah dalam dari butiran beras yang halus serta
berwarna putih. Pemilihan bahan pakan bekatul ini didasarkan atas harganya yang terjangkau dan
mudah diperoleh atau selalu ada di setiap musim. Hal ini sesuai dengan Saidi, dkk. (2016) yang
meyatakan bahwa suplai bekatul terutama terjadi pada musim panen yaitu bulan April, Mei,
Agustus, September, dan Desember, tergantung lokasi dan pembagian air. Suplai bekatul tidak
bergantung musim panen karena penyosohan beras beroperasi sepanjang tahun dan mendapat suplai
gabah dari luar kabupaten hingga luar provinsi.
Pemberian pakan di peternakan ayam peterlur pak yasin dilakukan secara manual (tenaga
manusia) sebanyak 1 kali sehari, yaitu pada pukul 15.00 sore. Jumlah Pakan yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan ayam perekornya yaitu 200 gram/ekor/hari. Sehingga menghabiskan
kurang lebih 2 kwintal pakan untuk 1500 ekor ayam yang berada di peternakan pak yasin.
Sedangkan untuk pemberian air dilakukan secara adlibitum
Pakan yang diberikan pada ternak prinsipnya harus seimbang, artinya pakan yang diberikan
harus mengandung nutrien dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan tujuan pemeliharaan dan
kebutuhan ternak tersebut sehingga tidak terjadi defisiensi atau kelebihan pakan (Kristianto, 2013)

3.3 Sistem Perkandangan

9
Jenis Kandang : Kandang battery
Bentuk Atap : Gable
Bentuk Kandang : W

Ukuran Kandang : ± P = 50m, L = 10m


Kapasitas Kandang : 1 atap 1600 ekor
Sistem Perkandangan : Open house
Peralatan Kandang : Manual

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar petaninya membudidayakan padi.
Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Sistem padi
berintegrasi merupakan sistem budidaya yang mengutamakan keseimbangan lingkungan yang
berkelanjutan dengan mengoptimalkan konsep pertanian, perikanan dan peternakan dalam satu
areal lahan untuk meningkatkan produktifitas padi dan kesejahteraan petani (Aryanti dkk, 2017).
Perkandangan dalam usaha peternakan unggas merupakan kumpulan dari unit-unit kandang.
Kandang dalam peternakan mempunyai fungsi yang sangat besar dalam mendukung efesiensi dan
peningkatan produksi. Perkandangan selain menyangkut bangunan kandang juga menyangkut
lingkungan sekitar kandang. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mambangun kandang yaitu
dapat memberi kenyamanan pada unggas, dapat mendukung kesehatan unggas dan tidak
mengganggu lingkungan sekitar. Purwaningsih (2014) menyatakan bahwa tahap awal yang
dilakukan dalam sistem perkandangan adalah tahap persiapan kandang. Tujuan dari persiapan
kandang adalah untuk memastikan bahwa kandang yang akan digunakan dipastikan dalam keadaan
bersih, lingkungan kandangnya nyaman untuk ayam, dan membebaskan lingkungan kandang dari
cemaran berbagai agen penyakit yang bersifat patogen dari pemeliharaan ayam periode sebelumnya
atau terhadap kontaminasi yang berasal dari luar kandang.
Berdasarkan sistem lantainya kandang dapat dikelompokkan menjadi beberapa sistem, salah
satunya kandang sistem litter. Kandang sistem litter adalah kandang yang lantainya diberi hamparan
litter. Litter berfungsi untuk penyerap air yang ada di dalam kandang yang dapat berasal dari kotoran
unggas dan dari minuman yang tumpah. Putri, dkk (2017) menyatakan bahwa Sistem lantai kandang
pada unggas yang dikenal diantaranya adalah lantai litter dan lantai renggang (slat). Sistem litter
merupakan sistem lantai kandang yang terbuat dari sekam padi atau bahan lain dengan ketebalan
tertentu yang dapat membuat rasa nyaman untuk ayam. Kandang litter adalah kandang yang
lantainya diberi hamparan litter. Litter berfungsi untuk menyerap air agar lantai kandang tidak basah
oleh kotoran ayam, oleh karena itu bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah
menyerap air, tidak berdebu dan tidak basah.
Berdasarkan hasil wawancara, peternak menggunakan kandang dengan jenis battery.

10
0
Menurut peternak dengan menggunakan perkandangan model battery culling dan seleksi akan lebih
mudah dilakukan, kontrol kebersihan kandang mudah dilakukan, kanibalisme dapat dicegah karena
ruang gerak terbatas, penularan penyakit dapat dihambat, serta telur yang dihasilkan akan lebih
bersih. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Retnani, dkk (2009) bahwa pemeliharaan ayam ras
petelur komersial dengan sistem baterei memiliki beberapa keuntungan, yaitu ruang gerak terbatas,
hemat tempat per unit area, dan biaya pakan yang rendah sehingga lebih ekonomis dan praktis.
Selain itu pemantauan mudah, berisiko kecil terhadap predator, pengaruh luar seperti dingin, panas,
angin atau kelembaban, yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan ternak.
Kandang terbuka atau open house secara garis besar dapat diartikan sebagai bangunan
kandang tanpa dinding seperti contohnya yaitu kandang baterry, dengan kandang seperti ini
temperatur dan kelembapan atau keadaan lingkungan terutama yang terkait dengan suhu dan
kelembapan sangat terkait dengan kondisi lingkungan di dalam kandang. Biaya pembuatan kandang
seperti ini tidak terlalu mahal serta manajemennya juga lebih mudah. Hartcher and Jones (2017)
menyatakan bahwa kandang konvensional lebih higienis, berkontribusi terhadap insiden penyakit
menular yang lebih rendah, memungkinkan manajemen yang lebih mudah, dan lebih murah untuk
beroperasi, mereka tidak menyediakan ruang yang cukup per ayam, ayam mengalami pembatasan
perilaku yang ekstrim, dan kurangnya gerakan menyebabkan gangguan metabolisme, tingginya
tingkat osteoporosis yang tidak digunakan, dan burung-burung tersebut mengalami frustrasi parah
karena pencegahan perilaku normal seperti bersarang.
Kepadatan kandang merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh peternak karena
akan terkait dengan kenyamanan unggas dalam kandang dan akhirnya ke tingkat produksi.
Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan temperatur kandang naik, mudah
menimbulkan perkelahian dan sering timbul masalah kompetisi. Gustira (2015) menyatakan bahwa
kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum
maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ayam yang kalah dan menang sehingga
pertumbuhannya menjadi tidak seragam dan organ reproduksi akan terganggu.

3.4 Pencegahan Penyakit


Ternak yang sedang sakit produktivitasnya akan menurun dan dapat menyebarkan
penyakitnya kepada ternak lain dalam 1 kandang apabila tidak segera ditangani. Maka dari itu
adanya antisipasi berupa pencegahan penyakit. Hal ini serupa dengan Riawan (2016) yang
menyatakan bahwa penyakit yang menyerang ayam pada periode bertelur yang dapat menurunkan
jumlah produksi, yang jika tidak segera ditangani makan peternak akan menjadi rugi.
Pada peternakan pak Yasin, sanitasi dilakukan menggunakan alat penyemprot dengan
pemberian desinfektan yang disebar dikandang dengan cara dimasukkan ke alat penyemprot yang
kemudian disemprotkan secara merata didalam kandang. Penyemprotan dilakukan setiap 1 bulan
sekali atau ketika musim rawan penyakt ternak/ada ternak yang terserang penyakit. Hal ini serupa
dengan Ustomo (2016) yang menyatakan bahwa sanitasi mempunyai tujuan untuk mencegah
berkembangnya penyakit atau memotong siklus hidup mikroorganisme yang merugikan kesehatan

11
ayam agar kandang, peralatan, dan lingkungan tetap bersih dan steril. Sanitasi kandang harus
dilakukan setelah panen dan melalui beberapa tahapan, tahap pertama yaitu pencucian kandang
dengan air hingga bersih dari kotoran ayam, tahap kedua yaitu pengapuran lantai dan dinding
kandang, selanjutnya untuk menyempurnakan sanitasi dilakukan dengan penyemprotan desinfektan
(Lysol, Bromoquat, Tepol) untuk membunuh bibit penyakit, biarkan minimal 10 hari sebelum
budidaya selanjutnya untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri yang tidak mati oleh perlakuan
sebelumnya.
Biocesurity diterapkan dengan pengontrolan pekerja tiap kali keluar masuk kandang,
pengontrolan sanitasi yang baik serta memanajemen pencegahan penyebaran penyakit pada ternak.
Hal ini serupa dengan Tamaluddin (2012) yang menyatakan bahwa biosecurity adalah serangkaian
program yang mencakup kebijakan dan praktik yang dirancang untuk mencegah masuk atau
menyebarnya agen penyebab penyakit pada ayam. Biosecurity meliputi isolasi, pengendalian lalu
lintas pekerja dan tamu, serta sanitasi.
Diberikan vaksin pada ayam guna mencegah penyebaran penyakit pada ternak. Jenis vaksin
Lasota dan ND IB. jenis vaksin lasota diberikan pada awal kedatangan ayam kemudian divaksin
lagi dengan ND IB pada fase bertelur. Hal ini serupa dengan Sumarno (2009) yang menyatakan
bahwa program vaksinasi pada ayam petelur adalah pada fase starter yaitu ND Clone dan IB pada
hari 4, gumboro pada hari 9, AI pada hari 14, ND Lasota pada hari 19, Pox pada hari 24, Coryza
pada hari 30, dan ILT pada hari 35. Fase grower program vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali
yaitu pada umur 45 hari vaksin Coryza, umur 54 hari vaksin ND Clone dan IB serta umur 60 hari
vaksin cacing. Fase layer dilakukan program vaksinasi umur 80 hari ND Clone dan IB, umur 90
hari Coryza, umur 105 hari ND EDS, umur 119 hari AI, dan 135 hari vaksin cacing.

3.5 Hasil Produksi


Ayam ras petelur adalah salah satu jenis ternak unggas yang sangat populer dikembangkan
di kalangan masyarakat, baik dalam skala kecil yang dikelola oleh keluarga atau sekelompok
masyarakat peternak maupun dalam bentuk industri peternakan dalam skala usaha yang cukup
besar. Manajemen pemeliharaan yang baik dimulai dari pemeliharaan fase awal (starter),
pembesaran (grower/pullet), dan fase petelur (layer) sampai afkir. Pemeliharan ayam petelur
bertujuan untuk menghasilkan telur dan ayam yang masa produksinya sudah habis (afkir) dapat
dijual kepada tengkulak. Fenita, dkk (2011) menyatakan bahwa ayam petelur merupakan salah satu
jenis unggas yang memiliki potensi untuk dipelihara secara komersial. Tujuan utama pemeliharaan
ayam petelur adalah untuk menghasilkan telur, tetapi ayam ini dapat juga menghasilkan daging
setelah habis masa produksinya (diafkir).
Ayam petelur mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai usaha
peternakan karena memiliki kemampuan yang menguntungkan yaitu memproduksi telur. Jumlah
produksi yang didapatkan oleh narasumber kami yaitu 55kg/hari dari total populasi sebanyak 2000

12
ekor. Walukow, dkk (2017) menyatakan bahwa ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan
besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Ayam ras petelur dapat memproduksi telur
sekitar 250 - 300 butir.
Hen Day merupakan salah satu indikator produksi telur. Cara menghitung HD adalah
dengan membandingkan jumlah produksi telur dengan jumlah ayam yang hidup pada hari itu.
Sehingga bisa menggambarkan produksi nyata dari ayam yang hidup. HD = jumlah telur/jumlah
hari itu ayam x100%. Hastuti, dkk (2018) menyatakan bahwa Hen Day production (HDP) adalah
cara menghitung telur harian. Tujuan perhitungan HDP adalah untuk mengetahui jumlah telur yang
dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu.
Isyanto (2017) menyatakan bahwa Salah satu performans produksi yang kemungkinan
berbeda adalah produksi telur individu yang meliputi jumlah telur dan dari catatan produksi telur,
hen day production (HDP) dan hen house production (HHP). Hen house merupakan indikasi
produksi yang mengukur produksi berdasarkan jumlah ayam pada awal masa produksi. Tujuan HH
untuk mengetahui potensi strain yang dipelihara. Saat ini peternak yang sudah berpikiran maju
(bukan ditentukan kapasitas produksi) sudah mulai menghitung HH, baik HH dalam satuan butir,
maupun dalam satuan kg. Hal yang mendasari pola pikir ini berangkat dari pemahaman memelihara
ayam petelur ini, tidak hanya mengejar puncak produksi satuan butir (%HD) yang tinggi, tetapi
dihitung juga berapa produksi dalam satuan kg per ayam yang dapat dihasilkan dalam 1 siklus
produksi.

3.6 Pemasaran
Berdasarkan hasil wawancara di lapang pada peternak bawhwa kualiats produk harus
sangat di perhatikan untuk konsumen karena bisa mempengaruhi harga jual hal ini sesuai dengan
Mamilanti (2016) bahwa kualitas produk tidak di tentukan oleh salah satu atau beberapa
pedagang besar dan pedagang pengecer.pedagang besaer dan pengecer serta konsumen
menginginkan produk yang berkualitas tanpa memperhatikan harga produk
Pada sistem memasarkan telur Pak Yatin bisa langsung ke konsumen dan ada juga yang
pengumpul mengambil langsung ke peternak dan langsung di salurkan ke pedagang hal ini sesuai
dengan Tobaol dkk (2018) menyatakan saluran pemasaran yang digunakan peternakan Gunawan
dharma dalaam memasarkan telur ayam ras di kota manado didapat dua saluran 1. Peternak –
pedagang,pengecer-konsumen.2. peternakan –pedagang,pengempul-pedagang,pengecer
konsumen.
Peternak akan memasarkan telur dengan konsumen atau pedagang kecil dan harus
mengetahui kebutuhan yang di inginkan dari konsumen hal ini sesuai dengan Khotimah dkk
(2018) menjaga hubungan baik dengan konsumen merupakan suatu hal yang sebaiknya dilakukan
oleh perusahaan agar perusahaan bisa tetap berkembang dengan baik yaitu dengan selalu
berusahan memenuhi apa yang menajdi keingin-kenginan dari konsumen

13
Faktor eksternal dan internal sangat mempengaruhi pemasaran telur yang dialami peternak
faktornya seperti pakan , penyakit dan kualtias telur hal ini sesuai dengan pernyataan Widyantara
dan Ardani (2017) menyatakan bahwa faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruhi
terhadap pemasaran telur ayam faktor internal: strategi dan kelemahan ,faktor eksternal :ancaman
,penyakit,kualitas telur ,peluang
Pada pemasaran peternakan ayam ras petelur harus melalkukan kerja sama peternakan
lain yang maju dan berkembang hal ini sesuai dengan pernyataan Mappigau dan esso (2011) di
perlukan kerjasama antara peternakan ayam ras petelur skla besar dan skala kecil untuk bersama
sama maju danberkembang misalnya untuk memenuhi tingginya permintaan telur yang tinggi
yang kadang tidak mampu di penuhi oleh peternakan skala besar mengandeng peternak kecil
untuk membantu memenuhi permintaan tersebut

14
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Selain Manajemen pemeliharaan pada peternakan kebutuhan nutrisi pada ayam petelur juga
harus diperhatikan oleh peternak agar mendapatkan produksi yang maksimal sehingga kebutuhan
telur dapat terpenuhi, terutama pada fase layer/petelur (umur 18 minggu-afkir). Berbeda dengan
peternak ayam petelur yang lain pak yasin memberikan pakan 1 kali sehari untuk efisiensi tenaga
kerja serta kebutuhan ternak dapat tercukupi dengan baik.
Ayam ras merupakan hasil rekayasa genetik (persilangan/hasil pemuliaan) yang telah
didomestikasikan sebagai ayam petelur maupun ayam pedaging. Ayam tipe petelur merupakan
ayam ras yang kemampuan produksi telurnya tinggi atau efesien dalam menghasilkan telur. Untuk
dapat menghasilkan produksi yang optimal sebaiknya dipelihara secara intensif agar semua
keperluannya dapat dipenuhi oleh peternak atau pemelihara. Terdapat banyak faktor-faktor
produksi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ternak unggas untuk memberikan hasil
produksi yang optimal seperti kualitas pakan yang diberikan, kenyamanan kandang, pencegahan
penyakit.

5.2 Saran
 Biosecurity pada peternakan ayam petelur milik Pak Yasin perlu diterapkan secara ketat untuk
mengurangi resiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun
manusia
 Selain pakan dan nutrisi yang cukup diberikan pada ternak sebaiknya juga dapat ditambah
probiotik untuk meningkatkan kinerja organ pencernaan ayam petelur sehingga performan
ayam lebih baik dibandingkan tidak diberikan probiotik

15
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah Suf, Sudarma Widjaya, Suriaty Situmorang. 2018. Srategi Pengembangan Ternak
Ayam Ras Petelur Di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. JIIA. Vol. 6
(1) : 33 - 40
Dirgahayu F. I, Dian Septinovab, dan Khaira Novab. 2016. Perbandingan Kualitas Eksternal
Telur Ras Strain Isa Brown Dan Lohman Brown. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu
Vol. 4(1): 1-5
Fenita. Y., Olfa. M., Dan Eva. D. 2011. Pengaruh Pemberian Air Nanas ( Ananas Cosumus )
Terhadap Kualitas Daging Ayam Petelur Afkir. Jurnal sain Peternakan Indonesia. Vol. 4.
(1). 43-50.
Gustira. D. E., Riyanti dan Kartini T. 2015. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Performa
Produksi Ayam petelur Fase Awal Grower. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 3 (1)
: 87-92.
Hartcher. And B.Jones. 2017. The Welfare Of Layer hens Is Cage And Cage-Free Housing Systems.
Word’s poultry Science journal Vol. 73 : 767-780.
Hartono, M. dan T. Kurtini. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik Terhadap Performa Ayam
Petelur. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 15 (3): 214-219.
Hastuti. D, Rossi P., Ahmad. A. S. 2018. Tingkat Hen Day Production ( HDP) Dan Break Event
Point (BEP) Usaha Ayam Ras Petelur (Gallus sp ). Jurnal Agrifo. Vol. 3. ( 2 ).
Isyanto. A.Y. 2017. Strategi Pengembangkan Ayam Sentu Di Kabupaten Ciamis. Jurnal Pemikiran
Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Vol.3. (1). 1-12.
Kristianto, W. 2013. Kegiatan usaha ayam niaga petelur periode produksi PT. Sembilan Jaya
Farm Desa Sasanggaran Kecamatan Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa
Barat. Jurnal Peternakan. 1 (1): 1-32.
K.M. Hartcher. And B.Jones. 2017. The Welfare Of Layer hens Is Cage And Cage-Free Housing
Systems. Word’s poultry Science journal Vol. 73 : 767-780.
Latipudi, D. dan A.Mushawwir. 2011. Regulasi Panas Tubuh Ayam Ras Petelur Fase Grower Dan
Layer. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. Vol. 2 ( 6 ) : 77-81.
Maharani, P., N, Suthama, dan H. I. Wahyuni. 2013. Mssa Kalsium dan Protein Pada Ayam Arab
Petelur Yang Diberi Ransum Menggunakan Azolla Microphylla. Annimal Agriculture
Journal. Vol. 2 (1) : 19-27.
Maliki.M.L , A. Setiadi dan W. Sarengat. 2017. Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan
Ayam Petelur Di Suyatno Farm Desa Kalidasi Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang. Mediagro 49. Vol. 13 (1) : 49 - 60
Purwaningsih, D. L. 2014. Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kota Singkawang. Jurnal online
Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. Vol. 2 ( 2 ) : 74-88.
Putri. A. M., Muharlien dan Wahju. N. 2017. Pengaruh Sistem Lantai Dan Tingkat Kepadatan
Kandang Terhadap Performance Produksi Ayam Arab Jantan Periode Grower. Jurnal
Ternak Tropika. Vol. 18. (2) : 69-78.

16
Nawawi. A. M. Si. A. Y., Dinar. 2017. Analisis Usaha Peternakan Ayam Petelur. Jurnal Ilmu
Pertanian Dan Peternakan. Vol. 5. ( 1 ). 15-29.
Purwaningsih, D. L. 2014. Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kota Singkawang. Jurnal online
Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. Vol. 2 ( 2 ) : 74-88.
Purwaningsih, D. L. 2014. Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kota Singkawang. Jurnal online
Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. Vol. 2 ( 2 ) : 74-88.
Purba. K.R., S.P. Syahlani., T. Haryadi., S. Andarwati., Dan Putra. A. R. S. 2018. Analisis Modal
Jaringan Sosial Rantai Pemasaran Telur Ayam Ras Di Yogyakarta. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia. Vol. 13. (3). 295-302.
Putri. A. M., Muharlien dan Wahju. N. 2017. Pengaruh Sistem Lantai Dan Tingkat Kepadatan
Kandang Terhadap Performance Produksi Ayam Arab Jantan Periode Grower. Jurnal
Ternak Tropika. Vol. 18. (2) : 69-78.
Ramadhan, L., L. D. Mahfudz, dan W. Sarengat. 2018. Performans Ayam Petelur Tua dengan
Penggunaan Tepung Ampas Kecap dalam Pakan. Jurnal Sain Peternakan Indonesia.
13(1) : 85 – 88
Retnani. E. B., Fadjar. S., Upik. K. H., Singgih. H. S. 2009. Analisis Faktor-Faktor Resiko Infeksi
Cacing Pita Pada Ayam Ras Petelur Komersil Di Bogor. Jurnal Veteriner. Vol.10 (3) : 165-
172.
Rismawati, R. 2017. Manajemen Pemberian Pakan Ayam Ras Petelur Fase Layer Pada Unit
Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Jurnal Peternakan.
1(1) : 1 – 23
Risnajati, D. 2014. Pengaruh Jumlah Ayam Per Induk Buatan Terhadap Performan Ayam
Petelur Strain Isa Brown Periode Starter. Sains Peternakan Vol. 12 (1): 10-14
Saidi, I. A., N. Efendi, W. Sulistyowati, dan A. S. Cahyana. 2016. Prosiding Konferensi
Nasional Kedaulatan Pangan : 73-81.
Sari. M. L. & M. Herdiyana. 2017. Manajemen Perkembangan Ayam Petelur Afkir di Breeding
Farm PT. Vista Agung Kencana Farm 2 Desa Tanlang Taling Kecamatan Gelumbang
Muara Enim. Jurnal Peternakan. Vol. 6. ( 2 ). 100-106.
S.T.H sherazi., Z. H. Shar., G.A. Sumbal., Eddie. T. Tan., M.I Banger., Huseyin. K. S,M Nizamani.
2015. Occurrence Of Ochratoxin A In Poultry feeds And Feed Ingredients From Pakistan.
Mycotoxin Res.: 31 : 1-7.
Uzer. F., Ning. I. dan Roesdiyanto. 2013. Pengunaan Pakan Fungsional Dalam Ransum Terhadap
Konsumsi Pakan Dan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan.
Vol. 1 (1) : 282-288
Zaini. A. 2011. Analisis Prospek Pemasaran Ayam Peterlur Di Kalimantan Timur. Jurnal. EPP.
Vol.8 (1) 1-8.

17
LAMPIRAN
1. Dokumentasi

Kunjungan/Field Trip ke Peternakan Ayam Petelur Bapak Yasin

Kandang yang Digunakan

Mixer dan Bahan Pakan yang Digunakan

18

Anda mungkin juga menyukai