Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

WAWASAN NUSANTARA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Koesnoto Soepraniandono, drh., M.S

Oleh :

 Arshita Buwana D. (061711133026)


 Devi Aprilia F. (061711133060)
 Mochammad Hendra R.(0617111331242)
 Anisa Nur Fitria R. (061711133172)
 Lizzya Fiyani Putri (061711133210)
 Ribka Panjaitan (061711133249)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengantar Ilmu Veteriner tentang Sapi Perah.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Pengantar Ilmu Veteriner


tentang Sapi Perah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Surabaya, 18 November 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... I

KATA PENGANTAR ........................................................................................ II

DAFTAR ISI ....................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... IV

I.Latar Belakang .............................................................................. 4


II.Rumusan Masalah ......................................................................... 5
III.Tujuan ........................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................VI

I.Industri Sapi Perah di Indonesia ................................................... 6


II.Pengaruh Lingkungan Terhadap Ternak Sapi Perah ................... 7
III.Tingkah Laku Sapi Perah ............................................................ 8
IV.Zooteknik Pada Ternak Sapi Perah ............................................. 10
V.Handling dan Restrain Pada Ternak Sapi Perah .......................... 14
VI.Judging Pada Ternak Sapi Perah ................................................ 19
VII.Body Scoring PAda Ternak Sapi Perah ...................................... 19

BAB III KESIMPULAN ...............................................................................XXIII

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang


dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi
yaitu susu. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini
senantiasa di dorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai
secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional,
perkembangan sapi perah perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana
sehingga hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan
dapat terlaksana apabila peternak sapi perah dan orang yang terkait dengan
pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri dengan pengetahuan
tentang pemeliharaan sapi perah.
Dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sapi perah,
ada beberapa faktor penting yang harus di terapkan secara profesional
yaitu perlunya penanganan manajemen pemeliharaan sapi perah yang baik.
Karena hal tersebut mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas
produk susu sapi perah. Salah satu aspek yang mempunyai pengaruh
penting terhadap peningkatan produksi susu sapi adalah pemeliharaan atau
penanganan sapi perah masa kering kandang.
Masa kering kering pada sapi perah dilakukan pada waktu kira-kira
delapan minggu sapi menjelang melahirkan anaknya. Pada masa ini
pemerehan di hentikan total dengan tujuan memberi kesempatan sapi
untuk beristirahat serta mengoptimalkan peran pakan ternak meningkatkan
bobot yang ideal dan tepat untuk perkembangan janin bukan untuk
produksi susu. Dengan adanya penanganan pemeliharaan sapi perah masa
kering yang baik ini di harapkan juga menghasilkan bibit sapi perah yang
unggul sehingga kebutuhan akan swasembada susu di Indonesia segera
terpenuhi.
2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana industri sapi perah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh lingkungan pada ternak sapi perah?
3. Bagiamana tingkah laku ternak sapi perah?

4
4. Bagimana zooteknik pada ternak sapi perah?
5. Bagaimana handling dan restrain pada ternak sapi perah?
6. Bagaimana judging pada ternak sapi perah?
7. Bagaimana body scoring pada ternak sapi perah?

3.1 Tujuan
1. Mengetahui industri sapi perah di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh lingkungan pada ternak sapi perah.
3. Mengetahui bagaimana tingkah laku ternak sapi perah.
4. Mengetahui bagaimana zooteknik pada ternak sapi perah.
5. Mengetahui bagaimana hadling dan restrain pada ternak sapi perah.
6. Mengetahui bagaimana judging pada ternak sapi perah.
7. Mengetahui bagaimana body scoring pada ternak sapi perah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Industri Sapi Perah di Indonesia

Pada awalnya sapi perah masuk ke di Indonesia pada Abad ke 17


bersamaan dengan masuknya Belanda ke Indonesia, tujuan Belanda
membawa sapi perah ke Indonesia hanya untuk berdagang dan tapi
seiring dengan berjalannya waktu sapi-sapi tersebut mulai diternakkan

5
untuk mencukupi kebutuhan dagang seperti daging dan susunya. Sapi-
sapi tersebut didatangkan karena memiliki kualitas susu yang baik
sedangkan untuk produksi susunya juga sangat tinggi sehingga bisa
mencukupi kebutuhan pada masa itu. Seperti telah diketahui bahwa susu
adalah merupakan produk ternak yang cepat atau mudah menjadi rusak
apabila tanpa pengolahan.
Produksi susu nasional yang kian melemah menjadi masalah yang
mengkhawatirkan di Indonesia. Sejak 10 tahun terakhir usaha peternakan
sapi perah rakyat mengalami kemunduran ditandai berkurangnya
populasi ternak dan lesunya produksi susu segar dalam negeri. Selain
karena pemeliharaan dan manajemen ternak yang kurang benar sehingga
menyebabkan kecilnya tingkat produktivitas sapi dalam menghasilkan
susu, sedikitnya sentra peternakan sapi perah di Indonesia juga menjadi
salah satu faktor belum maksimalnya penyediaan pasokan susu nasional,
maka dari itu diperlukan peningkatan industri peternakan sapi perah baik
dari sisi kualitas manajemen maupun perluasan usaha peternakan sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan susu nasional.
Untuk mencapai kata maksimal dalam Industri Sapi Perah maka
ada 2 faktor yang harus diperhatikan. Yaitu faktor eksternal dan internal.
- Faktor Eksternal :
1. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini, contohnya
dengan membuat perundang undangan tentang ternak.
2. Sosialisasi dan edukasi
Pelru dilakukan sosialisasi kepada parapeternak tentang
bagaimana cara memanajemen ternak dengan baik sehingga
nantinya dihasilkan produk yang berkualitas dan menguntungkan.
3. Pemasaran
Cara bersaing dan memasarkan juga sangat penting dalam
Industri Peternakan Sapi Perah.
- Fakto Internal
1. Penyediaan pakan dan minum
Penyediaan dan kualitas pakan dan minum yang diberikan dapat
mempengaruhi jumpah produksi susu yang dihasilkan.
2. Kandang

6
Lokasi atau tem;at yang digunakan untuk beternak sapi perah juga
sangat berpengaruh, jika tempat yang digunakan tidak layak maka
akan mempengaruhi jumlah produksi susu yang dihasilkan.
3. Bibit Unggul
Bibit yang baik akan menghasilkan produk yang unggul dan cepat
dalam pertumbuhannya.

Selain hal diatas, terdapat juga faktor penghambat yang membuat


Industri peternakan di Indonesia menjadi menurun :
1. Usaha pemeliharaan sapi tidak dilandasi dengan ilmu yang
memadai.
2. Kurangnya modal untuk beternak
3. Kurangnya bimbingan dan motivasi
4. Kurangnya bahan pakan dan minum

2.2 Pengaruh Lingkungan Pada Ternak Sapi Perah

Faktor lingkungan adalah faktor yang memberikan pengaruh cukup


besar terhadap tingkat produksi. Di antara sekian banyak komponen
faktor lingkungan , yang paling nyata pengaruhnya terhadap sapi perah,
terutama pada masa laktasi (produksi susu) adalah temperatur, yang
selalu berkaitan erat dengan kelembaban.Supaya dapat berproduksi baik,
sapi perah harus dipelihara pada kondisi lingkungan yang nyaman
(comfort zone), dengan batas maximum dan minimum temperatur dan
kelembaban lingkungan berada pada thermo neutral zone. Di luar kondisi
ini sapi perah akan mengalami stres. Stres yang banyak terjadi adalah
stres panas. Hal ini disebabkan THI berada di atas THI normal.

Pada suhu udara yang tinggi akan berpengaruh jelek pada


produksi sussu, kadar lemak, dn solid non fat, namun bagaimana tepatnya
pengaruh tersebut masih belum banyak diketahui. Pada percobaan sapi
kembar di fiji dan selandia baru disebutkan bahwa dengan manajemen
pemberian pakan yang baik, suhu udara akan berpengaruh pada produksi
susu dan kadar lemak tetapi tidak pada SNF. Rata – rata produksi sapi
yang dipelihara di Selandia Baru 44% lebih tinggi disbanding yang di
Fuji, dan kadar lemak susunya 56% lebih tinggi.

7
Suhu lingkungan yang optimal untuk sapi perah Bos Taurus
kurang lebih berada pada 10 derajat celcius. Kadar lemak pada susu pada
sapi perah Bos taurus akan berangsur – angsur menurun sampai suhu
lingkungan mencapai 29 derajat celcius dan kemudian akan naik lagi. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena di atas suhu 29 derajat celcius
produksi susu akan lebih cepat meurunnya dbanding dengan kadar
lemak. Suhu lingkungan yang tinggi akan berpengaruh pada beberapa
konstituen susu pada Bos Taurus, antara lain ditemukan kadar Cl pada
susu akan meningkat pada suhu lingkungan 21 derajat celcius, sedang
kadar lemak dan protein akan menurun. Pada suhu lebih dari 27 derajat
celcius kadar Cl akan meningkat, sedangkaan laktosa dan kadar nitrogen
total akan menuru.

2.3 Tingkah Laku pada Ternak Sapi Perah

1. Frekuensi dan volume minum.


Menurut Yani dan Purwanto (2006), konsumsi air minum sapi
perah dewasa pada lingkungan nyaman sekitar 3 sampai 3,5
liter/kilogram bahan kering dan akan meningkat pada kondisi cekaman
panas. Pada kondisi tidak nyaman dengan suhu lingkungan malam hari
sekitar 240C dan siang hari sekitar 33,340C, sapi dara mengkonsumsi
air minum sebanyak 10,58 sampai 12,76% dari bobot badan.
2. Frekuensi dan volume urinasi.
Menurut Soeharsono (2010), total output urine pada sapi yang
tidak sedang laktasi adalah 7 liter sedangkan untuk yang sedang laktasi
adalah 11 liter.
3. Frekuensi dan volume defekasi.
Menurut Soeharsono (2010), total output feces untuk sapi yang
tidak sedang laktasi adalah 12 liter sedangkan untuk sapi yang sedang
laktasi sebanyak 19 liter.
4. Lama berbaring.
Lama berbaring sapi perah selama 12 jam (06.00 sampai 18.00)
5. Jenis pakan, jumlah pakan, dan lama makan

8
Menurut Soetarno (2000), bagi sapi-sapi yang kering atau
produksi rendah cukup diberi hijauan. Tetapi bagi sapi-sapi yang
berproduksi tinggi pakan yang demikian kurang cukup untuk memberi
energi guna mencapai produksi yang tinggi. Karena sapi hanya diberi
hijauan produksi tertinggi tidak akan dapat diharapkan, tetapi kadang-
kadang kenaikan produksi dengan pemberian pakan konsentrat tidak
cukup untuk menutup harga pakan tambahan tersebut. Dalam keadaan
demikian pemberian pakan konsentrat dianggap kurang ekonomis. Ada
kalanya produksi yang tinggi diperoleh meskipun sapi hanya diberi
pakan hijauan saja, tetapi biasanya produksinya tidak akan sebanyak
apabila diberi pakan konsentrat.

Cara memberi pakan “tantangan” yaitu dua atau tiga minggu


sebelum beranak berilah konsentrat sebanyak 1,5 kg perhari.
Kemudian tambahkan 0,5 kg konsentrat setiap harinya sampai sapi
mengkonsumsi 1,0 sampai 1,5 kg konsentrat per 100 kg berat badan
sapi. Jadi untuk sapi seberat 500 kg memerlukan 5 sampai 8 kg
konsentrat perhari. Pemberian konsentrat sebelum beranak akan
memberikan kesempatan pada sapi beranak atau kenaikan energi yang
dimakan. Setelah sapi beeranak, tambahkan konsentrat sampai sapi
mencapai produksi susu maksimum, hal ini dapat dicapai kira-kira
dalam waktu 3 sampai 6 minggu setelah sapi beranak. Setelah sapi
beranak 3 sampai 6 minggu, sesuaikan pemberian konsentrat menurut
produksinya. Untuk sisa masa laktasi, sesuaikan pemberian jumlah
konsentrat menurut berat susu yang dihasilkan tiap bulannya dengan
menambah konsentrat 0,5 kg sampai hasil produksi susu tambahan
tidak dapat menutup harga konsentrat (Soetarno, 2000).

6. Lama remastikasi dan kunyahan per bolus.


Menurut Soeharsono (2010), begitu makanan sampai di dalam
mulut, terjadi proses pengunyahan atau remastikasi. Proses ini sama
seperti pada proses mastikasi, akan tetapi proses remastikasi atau
pengunyahan kembali ini lebih lama dibandingkan dengan sewaktu

9
mastikasi. Rahang bergerak pada gerakan ventrolateral menggiling,
dan tiap bolus dikunyah antara 30 sampai 35 kali dan yang paling
sering antara 50 sampai 70 kali dengan rata-rata gerakan rahang 56,4
kali. Jumlah gerakan ini bergantung kepada jenis makanan yang
dikonsumsi. Makanan yang banyak mengandung serat kasar dikunyah
lebih lama daripada yang sedikit mengandung serat kasar.

2.4 Zooteknik pada Ternak Sapi Perah


Sapi memerlukan pemeliharaan badan khusus, antara lain ;
a) daki, lapisan kulit paling atas adalah lapisan kulit mati sehingga
kulit akan mengeluarkan peluh yang bercampur bau hingga kulit
kotor oleh daki.
b) kotoran, sapi akan membuang kotoran setiap waktu dan akan
berbaring di tempat tersebut maka kotoran harus di bersihkan.
Selanjutnya untuk perwatan kulit bisa dilakukan dengan cara
memandikan dan menyikat kulit sapi tersebut dan kalau ada bulu-
bulu yang tebal dan tumbuh di daerah ambing, kaki belakang,
serta lipatan paha belakang untuk menghindarkan melekatnya
kotoran yang tebal.
Tujuan dari pembersihan badan sapi yaitu,
a) menjaga kesehatan sapi agar bekteri maupun kuman-kuman tidak
berinfeksi dan juga pengaturan suhu badan serta peredaran darah
tidak terganggu,
b) menjaga produksi susu agar bisa selalu stabil,
c) menghindarkan bulu-bulu sapi yang rontok ke dalam air susu yang
kita perah
Selain kebersihan ternak, hal yang harus diperhatikan dalam
pemeliharaan sapi perah adalah kondisi kandang yang cocok untuk
ternak tersebut. Kandang yang ideal untuk ternak sapi perah harus
terdapat saluran pembuangan air, kelembabannya terjaga serta
keadaan harus tetap kering.
2.4.1 Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Sebelum Melahirkan

10
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan
minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak
perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap sehat
sehingga untuk produksi yang akan datang menjadi lebih baik. Tujuan
di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang bunting ini
adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat
sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan
menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandang.
Dalam pelaksanaan masa kering sapi perah dilakukan dengan
dua sistem, yaitu secara fisiologis dan secara mekanis. Secara
fisiologis dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan konsumsi
pakan serta keadaan kandang yang baik untuk sapi masa kering.
Sedangkan secara mekanis adalah adanya variasi pemerahan mulai
dari pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap, dan
pemerahan secara tiba-tiba.

2.4.2 Kebutuhan Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering


Pada saat sapi perah dalam kondisi kering, kebutuhan akan
konsumsi pakan penting untuk di perhatikan. Hal ini di maksudkan
untuk menjaga kesehatan sapi itu sendiri serta untuk menjaga
kesehatan kandungan ternak tersebut. Pada kondisi ini komposisi
ransum perlu dilakukan perhitungan secara optimal guna untuk
meminimalkan problem metabolik pada atau setelah beranak serta
untuk meningkatkan produksi susu pada masa laktasi berikutnya.
Secara umum pada konsisi kering ini, ternak diberikan
sedikit hijauan dan pengurangan bahkan penghentian pemberian
konsentrat pada masa awal kering, sedangkan pada akhir masa kering
hijauan diberikan dalam jumlah seperti biasa dan diikuti dengan
penambahan konsentrat. Pada kondisi kering kebutuhan protein yang
dikonsumsi sapi perah sebesar 12 % sudah cukup untuk menjaga
kesehatan ternak tersebut.

11
2.4.3 Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau
kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan sapi yang
akan beranak memerlukan exercise atau latihan persiapan melahirkan
(bisa berupa jalan-jalan di dalam kandang) untuk merangsang
kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya selama
sekitar 80 hari . Dengan demikian, pakan yang di makan hanya untuk
kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya dan kebutuhan
hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran. Kandang sapi kering
dapat dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat satu
sama lain. Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah 2-2,5 x 7
x 1 m (lebar 2-2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m). Ukuran tempat
pakan sama dengan ukuran tempat pakan di kandang sapi masa
produksi , tempat pakan ini bias ditempatkan di tengah kandang.
Untuk sapi bunting masa kering kemiringan kandang tidak boleh
melebihi dari 50 hal ini bertujuan agar ternak tersebut tidak tergelincir
yang bisa menyebabkan gangguan pada janin yang di kandung.
2.4.4 Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan
Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) dalam proses
pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan
dengan cara pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat
di lakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut :
a) Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara
sapi hanya diperah sekali sehari selama beberapa hari.
Selanjutnya satu hari diperah dan hari berikutnya tidak diperah.
Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga akhirnya tidak
diperah sama sekali.
b) Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap
hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat
puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara
bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan hari
berikutnya bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa

12
hari hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan
pada sapi yang mempunyai kemampuan produksi tinggi.
c) Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan
ini dilakukan dengan tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini
didahului dengan tidak memberikan makanan penguat 3 hari
sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan pun dikurangi
tinggal seperempat bagian saja.
Periode kering sangat diperlukan bagi sapi perah yang sedang
laktasi agar sapi dapat menyimpan energi yang cukup untuk laktasi
berikutnya. Periode kering yang ideal (6-8) minggu sebelum partus,
pengeringan lebih lama akan lebih baik dibandingkan pengeringan
yang pendeK. Periode kering lebih dari 60 hari memberikan produksi
susu pada masa laktasi berikutnya realatif kecil, tapi untuk laktasi
yang sedang berjalan cukup berpengaruh. Pada saat periode
pengeringan perlu diberikan perlakuan steaming-up (2-4) minggu
sebelum partus untuk persiapan kelahiran.
2.4.5 Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung
diambil susunya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
kecukupan gizi anak sapi yang baru dilahirkan. Karena pada masa sapi
setelah melahirkan, susu yang di produksi berupa colostrum yang
berguna bagi anak sapi untuk menambah kekebalan tubuh atau sebagai
anti bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum di produksi oleh induk
sapi sekitar 7 – 10 hari . Konsumsi pakan yang di butuhkan pada sapi
induk setelah melahirkan dengan kebutuhan hijauan dan konsentrat
yang seimbang dan diberikan secara id libitum sehingga kebutuhan
nutrisi yang di butuhkan oleh ternak tersebut dapat terpenuhi.
Kebutuhan air minum pada sapi setelah melahirkan akan meningkat
dibanding dengan kondisi biasa. Hal ini di karenakan air membantu
mencerna makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut untuk
memproduksi susu guna untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak
yang baru dilahirkannya. Pada sapi setelah melahirkan kebutuhan

13
mineral dan vitamin juga perlu diperhatikan karena ini akan
berpengaruh terhadap kualitas susu yang di hasilkan.

2.5 Handling dan Restrain terhadap Sapi Perah


Ternak sapi adalah ternak besar, memiliki tenaga yang lebih kuat
daripada manusia, memiliki tanduk yang berbahaya bagi keselamatan
orang yang akan menangani, mempunyai sifat suka menendang, serta
memiliki tubuh yang berlipat ganda beratnya dibadingkan dengan
peternaknya sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatiakan adalah sebagai berikut :
1. Perlu diusahakan datang dari arah depan ternak secara perlahan-lahan
sehingga ternak bisa melihat kedatangan kita dan tidak terkejut.
2. Memperlakukan ternak dengan halus, sehingga ternak tidak merasa
takut.
3. Selanjutnya bila ada tali pengikatnya, dekatilah ternak secara pelan-
pelan dan usahakan bisa memegang talinya. Kemudian tenangkan
ternak dengan cara menepuk-nepuk tubuhnya.
4. Tidak membuat ternak kaget bila ini terjadi maka ternak akan merasa
terancam dan akan melindungi dirinya dengan meyerangpeternk yang
ada didekatnya.
5. Jangan langsung menggiring ternak pastikan ternak mengetahui tujuan
kita misal kita akan menggiring ternak tersebut ke ruangan milking.
6. Biarkan ternak nyaman dengan kedatangan dan perlakuan kita agar
ternak tidak merasa terancam

Penanganan sapi perah harus di perhatikan dari segala aspek.


Berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penanganan pada
sapi perah :
A. Pemerahan
Pada proses pemerahan terdapat beberapa proses atau syarat yang
harus dipenuhi diantaranya adalah :

1. Pemeriksaan kesehatan sapi yang akan diperah : Hal ini dilkukan


untuk mencegah penyakit zoonosis, karena ada kalanya sapi menderita
penyakit menular.

14
2. Kesehatan petugas : hal ini perlu dilakukan karena supaya putting sapi
tidak luka dan higyenis, serta susu menjadi sehat dan tiak
terkontaminasi bakteri.
3. Kebersihan temapt dan peralatan yang akan dipakai.
4. Kebersihan sapi.
5. Kebersihan kamar susu : Kamar ini harus sejauh mungkin dari
kandang , harus selalu dalam keadaan bersih terhindar dari lalat, dan
jauh dari timbunan sampah.

Sedangkan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pemerhan adalah :

1. Menenangkan sapi, hal ini bertujuan supaya proses pemerahan dapat


berjalan dengan lancar.
2. Membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi.
3. Mengikat sapi.
4. Mencuci tangan.
5. Melicinkan putting, hal ini dilakukan dengan pengolesan minyak
kelapa, supaya memudahkan proses pemerahan dan menghindarkan
rasa sakit pada sapi.
6. Merangsangnya dengan pedet dan pemerahan bertahap (AAK, 2005).

B. Kandang
Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai
dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah,
diantaranya adalah :

1. Terdapat sirkulasi udara dan mendapat sinar matahari. Sehingga


kandang tidak terjadi kelembapan, kelembapan ideal bisanya untuk
sapi perah adalh 60-70 %.
2. Lantai kandang selalu kering
3. Tempat pakan lebar, sehingga memudahkan sapi mengkonsumsi pakan
yang disediakan.
4. Tempat air dibuat, dengan design supaya air terus tersedia.
5. Atap, hal ini berfungsi sebagai pelindung sapi pada teri matahari dan
hujan, dan menjaga kehangatan sapi yang menghuni pada malam hari.
Sudut kemiringan atap diusahaakan 300C, agar air hujan dapat turun
dengan lancar. Atap yang baik adalh menggunakan genteng, lebih
awet, relative murah.
6. Lantai : keras, rata, tidak licin, mudah menjadi lembab.

15
7. Parit atau drainase, supaya semua kotoran sapi mudah terkumpul
dalam satu bak penampungan .

Kandang biasanya padi peternakan sapi perah dibagi menadi 5


kandang, yaitu :

Kandang Pedet (0-4 bulan)


Mengapa dibuatkan kandang sendiri, karena pedet saat rentan
terhadap penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan pedet
memiliki nnaluri menyusu sehingga jika disatukan bisa saling mengisap
dan menjilat. Kandang pedet lazimnya dibuat dari bahan bamboo atau
kayu berukuran 95×150×130 cm (lebar 95 cm, panjang 150 cm, dan
tinggi 130 cm).

Kandang Pedet Lepas Sapih (4-8 bulan)


Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih berusia 4-8
bulan berupa kandang system kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini
dimaksudkan agar sapi-sapi remaja ini lebih bebas bergerak sehingga
tulang dan badannya kuat dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan
pakan. Karenanya, tempat pakan, tempat minum, dan tempat berteduh
dibuat terpisah

Kandang Sapi dara (8 bulan – 2 tahun)


Kandang sapi dara dapat dibuat dengan system koloni agar
memudahkan pengontrolan saat birahi. Namun, jika kandang khusus sapi
dara ini tidk ada (karena tidak mugkin dibuat akibat lahan yang terbatas),
sapi dara bisa ditempatkan di kandang sapi dewasa.

Kandang sapi dewasa (lebih dari 2 tahun dan laktasi


Sapi yang telah berproduksi dikelompokan dalam satu kandang.
Pengelompokan ini sebaiknya berdasarkan tingkat produksi susu, sehingga
sapi yang berproduksi tinggi tidak tidaak bercampur dengan sapi yang
produksinya rendah. Dengan pengelompokan seperti ini, manajemen atau
tata laksana pemberian pakan dapat dilakukan secara optimal.

Kandang sapi kering

16
Untuk pengadaan kandang sapi kering ini masih menjadi
kontroversi, karena apakah pengeringan ini diperbolehkan dengan metode
yang biasanya digunakan oleh para peternak. Kandang ini juga dibuat
disebabkan api yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan
persiapan melahirkan (bias berupa jalan-jalan di dalam kandang) untuk
merangsang kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya
selama sekitar 2 bulan. Dengan demikian, pakan yang di makan hanya
untuk kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya dan kebutuhan
hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran. Kandang sapi kering dapat
dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat satu sama lain.
Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah 2-2,5 x 7 x 1 m (lebar 2-
2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m). Ukuran tempat pakan sama dengan
ukuran tempat pakan di kandang sapi masa produksi , tempat pakan ini bias
ditempatkan di tengah kandang (Anonim, 2009 (a)
C. Pakan
Pakan untuk sapi perah dapat berupa hijauan, konsentrat dan
makanan tambahan.

Hijauan
Bahan ini biasanya tebal dan kasar, kandungan air dapat mencapai
70-80% sedangkan sisanya adalh bahan kasar. Hijaun ini diantaranya
adalah bangsa rumput lapangan atau rumput lainnya/leguminose, kacang-
kacangan, dan tumbuh-tumbuhan lainnya.

Konsentrat
Konsentrat ini mengandung kadar energy dan protein yang tinggi.
Da bahan dari konsentrat sendiri adalah : 1. Biji-bijian (jagung, menir,
bulgur), 2. Hasil ikutan pertaian pabrik : katul, dedak, bungkil kacang
tanah, kelapa, kedelai. 3. Berbagai umbi.

Air
Air mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal ini
disebabkan susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa
bahankering.Untuk mendapatkan 1 liter air susu, seekor sapi perah

17
membutuhkan 3,5 – 4 liter air minum. Dalam peternakan ini, air
digunakan untuk minum sapi, memandikan sapi dan membersihkan
kandang. Khusus untuk minum, sebaiknya sapi diberi minum secara ad
libitum atau ada setiap saat.

Makanan Tambahan
Makanan tambahan ini biasnya berupa feed-suplement vitamin,
mineral, dan urea.

2.6 Judging terhadap Sapi Perah


Judging adalah ilmu / seni dalam melakukan penilaian terhadap
ternak dari segi penampilan fisik, luar atau eksterior. Tujuan dari judging
adalah :

1. Mengetahui tipe ternak


2. Mendeteksi ada / tidaknya cacat pada tubuh ternak
3. Mencari hubungan antara sifat luar dengan kemampuan produksinya

Biasanya, penilaian ternak dilakukan untuk kepentingan pasar.


Jadi, penilaian ternak tergantung oleh selera pasar. Untuk menilai sapi
perah, banyak yang perlu diperhatikan berdasarkan dasar yang ditentukan
yaitu : mempelajari bagian – bagian dari sapi perah, bagaimana kriteria
susu yang baik, dan bagaimana mendeskripsikan perbedaan sapi untuk
dipenempatan kelas. Induk sapi perah yang baik harus mampu
memproduksi susu yang cukup banyak, setiap tahun melahirkan anak,
bertemperamen baik dalam kandang dan mudah dikendalikan.

Bagi peternak – peternak biasanya jika melakukan judging


menggunakan 3 sifat dasar, yaitu :

1. Kapasitas / tubuh besar


2. Mempunyai temperamen yang baik & kuat
3. Mempunyai kelenjar penghasil susu yang besar dan efisien (tidak sulit
untuk mengeluarkan susu).

18
2.7 Body scoring terhadap Sapi Perah
Body scoring atau body condition scoring atau condition scoring
merupakan teknik untuk menilai kondisi tubuh ternak pada interval
tertentu. Body Condition Score (BCS) merupakan metode penilaian
subyektif menggunakan penglihatan dan perabaan untuk menduga
cadangan lemak tubuh. Kondisi ternak yang disesuaikan dengan
kerangkanya (frame = cengkorongan)
Fungsi Body Scoring antara lain :
 Penerapan BCS pada sapi perah dapat digunakan secara praktis untuk
menduga cadangan energi dari lemak tubuh untuk melahirkan maupun
produksi susu.
 Mencapai keseimbangan antara pemberian makan yg ekonomis.
 Produksi yg baik.
 Kesejahteraan yg baik (good welfare)

Teknik menilai Body Scoring, antara lain :

PENGAMAT:

 Berdiri di dekat (belakang/samping) ternak.


 Meraba bagian kulit di daerah pinggang dan pangkal ekor untuk
menilai lapisan lemaknya.

Penilaian Body Scoring

 Sangat subyektif.
 Patokan (ancer-ancer).
 Memerlukan beberapa tingkatan kondisi patokan kriteria angka :
 1 s/d 5 (inggris & commonwealth )
 1 s/d 9 (amerika)

Tahapan yang penting dalam produksi

 Pre-calving (drying off) : “fit non fat”.


 Saat partus : jangan terlalu gemuk.
 Awal masa laktasi: pakan yang Cukup.
 Saat kawin : jangan kekurangan energi

Metode Body Scoring

Penilaian manual terhadap :

19
 Ketebalan lemak bawah kulit.
 Penonjolan tulang-tulang pada pangkal ekor dan areal pinggang
(loin).
 Penilai berdiri tepat di belakang sapi.
 Sapi dalam keadaan tenang.
 Tangan yg. Sama utk. Meraba

Areal yang dinilai

Metode penentuan nilai BCS sapi perah dilakukan dengan


mengamati bagian tubuh sapi perah berupa bagian hook, pin, tail head dan
rusuk sapi.
 PANGKAL EKOR :
Meraba /merasakan adanya lapisan lemak di sekitar pangkal ekor &
penonjolan tulang pelvik.
 PINGGANG (LOIN) :
Merasakan proc. Spinosus dan transversus dan adanya lemak di
antaranya.

Body Scoring pada sapi perah

 Upaya memelihara kondisi tubuh ideal sesuai dengan status fisiologis


laktasi dapat menggunakan BCS (Body Condition Score), yang
merupakan suatu metode untuk memberi skor kondisi tubuh ternak
baik secara visual maupun dengan perabaan, BCS mudah untuk
dipelajari, tidak memerlukan peralatan khusus, cukup akurat, murah
dan sederhana BCS penting dipelajari dan diterapkan pada manajemen
pemeliharaan sapi perah di peternakan rakyat karena cukup efektif dan
efesien.
 Pemeliharaan kondisi tubuh secara ideal sesuai dengan status fisiologis
laktasi sekaligus untuk mempersiapkan fase laktasi berikutnya. Oleh
karena itu, perhitungan BCS sangat diperlukan untuk mengetahui
berapa besar jumlah nutrisi yang diberikan agar kondisi sapi dalam
keadaan optimal saat partus berikutnya.
 BCS yang baik akan meningkatkan kualitas estrus dan IB, sehingga
kebuntingan dapat terjadi.
Waktu pelaksanaan Body Scoring :
 Sapi kering (drying off)
7 – 8 minggu pre-partus

20
 Pre-partum
3 minggu sebelum partus
 Sebelum dikawinkan

Makna daripada score

 Hasil perhitungan BCS sangat bergantung pada jenis dan bangsa ternak
sertabersifat sangat obyektif dan tidak dapat dikaitkan dengan berat
hidup ternak, oleh karenanya antara satu ternak dengan ternak lainnya
yang memiliki berat hidup sama, nilai BCS nya belum tentu sama.
 Terdapat dua metode skala yang umumnya di gunakan dalam
penentuan BCS yaitu scala 9 (Amerika) dan skala 5 (Inggris dan
Commenwealth), di Jawa Timur perhitungan BCS umumnya
menggunakan skala 5 (1= sangat kurus, 2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk,
5=sangat gemuk) dengan skala 0.25.
 Penilaian BCS pada sapi perah dirancang untuk menaksir kondisi
induk selama siklus produksi. Skor 0-5 diberikan atas dasar lemak
yang dapat didasarkan pada daerah pelvis dan sacralis. Skor 0
menggambarkan sapi yang sangat kurus, skor 5 untuk sapi yang sangat
gemuk. Secara umum telah disetujui bahwa induk sapi perah
mempunyai rata-rata BCS antara 2,5-3,5 saat melahirkan (Webster,
1987).
 Score ideal sapi perah (kering & pre-partum) : 2,5 – 3, kondisi “fit
non fat “.
 Kehilangan 1 angka score , berarti :
1. B.b. heifer turun 15 kg.
2. B.b. induk dewasa bisa mencapai 15 kg.
 Penambahan 1 angka score (pertengahan masa laktasi), berarti :
1. B.b. heifer bertambah 90 kg.
2. B.b. induk dewasa bisa mencapai 60 kg.

BAB III

KESIMPULAN

1. Produksi susu nasional yang kian melemah menjadi masalah yang


mengkhawatirkan di Indonesia. Sejak 10 tahun terakhir usaha peternakan sapi

21
perah rakyat mengalami kemunduran ditandai berkurangnya populasi ternak dan
lesunya produksi susu segar dalam negeri.

2. Faktor lingkungan adalah faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap
tingkat produksi. Di antara sekian banyak komponen faktor lingkungan yang
paling nyata pengaruhnya terhadap sapi perah, terutama pada masa laktasi
(produksi susu) adalah temperatur, yang selalu berkaitan erat dengan
kelembaban.
3. Tingkah laku pada sapi perah yang dapat diamati antara lain :
a. Frekuensi dan volume minum.
b. Frekuensi dan volume urinasi.
c. Frekuensi dan volume defekasi.
d. Lama berbaring.
e. Jenis pakan, jumlah pakan, dan lama makan.
f. Lama remastikasi dan kunyahan per bolus.
4. Zooteknik pada sapi perah. Hal – hal yang harus diperhatikan antara lain:
a. Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Sebelum Melahirkan.
b. Kebutuhan Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering.
c. Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering.
d. Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan.
e. Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah Melahirkan
5. Handling dan Restrain terhadap sapi perah harus di perhatikan dari saspek
pemerahan, kandang dan pakan,
6. Judging adalah ilmu / seni dalam melakukan penilaian terhadap ternak dari segi
penampilan fisik, luar atau eksterior. Tujuan dari judging adalah :
a. Mengetahui tipe ternak
b. Mendeteksi ada / tidaknya cacat pada tubuh ternak
c. Mencari hubungan antara sifat luar dengan kemampuan produksinya
7.Body Condition Score (BCS) merupakan metode penilaian subyektif
menggunakan penglihatan dan perabaan untuk menduga cadangan lemak tubuh.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Imam. 25 Oktober 2010. “Manajemen Pemeliharaan dan Kesehatan


Sapi Perah sesuai Standar Kesejahteraan Hewan”. Diakses pada 18 November
2017. <https://imamabror.wordpress.com/2010/10/25/manajemen-pemeliharaan-
dan-kesehatan-sapi-perah-sesuai-dengan-standar-kesejahteraan-hewan/>.

Ebooks.unair.ac.id/data/bahan_kuliah/fkh/SEMESTER
%201/.../JUDGING.ppt diakses pada 18 Novemer 2017 pukul 11.07

Marisa, Anjani. 30 November 2015. “Industri Peternakan Sapi Perah di


Indonesia. Diakses pada 18 November 2017.
<https://prezi.com/zqnghd6_o1vt/industri-peternakan-sapi-perah-di-indonesia/>.

http://etd.repository.ugm.ac.id

http://repository.ipb.ac.id

23
Pujiasturi, Rina. 2016. Perhitungan Body Scoring Condition (Bcs) Pada
Sapi Perah.http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/downloadartikel/56/3.
18 November 2017.

Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak : Fenomena Dan Nomena Dasar,


Fungsi, Dan Interaksi Organ Pada Hewan. Widya Padjadjaran. Padjadjaran.

Soetarno, Timan. 2000. Ilmu Reproduksi Ternak Perah. Fakultas


Peternakan UGM. Yogyakarta.

Stamschror, Jessica dkk. 2000. “Judging Dairy Cattle”. Minnesota, US :


University of Minnesota. https://www.extension.umn.edu/youth/mn4-
H/projects/docs/dairy-judging.pdf. 18 November 2017.

Subandriyo dan Ardianto. 2009.“Sejarah Perkembangan Peternakan Sam


Perah”. Di akses pada 18 November 2017. <https://www.google.com/search?
q=SEJARAH+PERKEMBANGAN+PETERNAKAN+SAM+PERAH+Subandriy
o+I+dan+Adiarto>.

Widodo, Umar. Dkk. Bangunan Industri Peternakan Sapi Perah Berkonsep


Agrowisata di Poncokusumo – Malang. Di akses pada 18 November 2017.
<https://media.neliti.com/media/publications/111576-ID-bangunan-industri-
peternakan-sapi-perah.pdf>.

Yani, A., dan B.P Purwanto. 2006. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap
Respons Sapi Peranakan Fries Holland Dan Lingkungan Untuk Meningkatkan
Produktivitasnya. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Yuli, Muhammad. 24 Juni 2015. “Handling Sapi Perah”. Di akses pada 18


November 2017. <http://zuliasp2.blogspot.co.id/2015/06/handling-sapi-
perah.html>

24

Anda mungkin juga menyukai