Dosen Pengampu :
Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengantar Ilmu Veteriner tentang Sapi Perah.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
4. Bagimana zooteknik pada ternak sapi perah?
5. Bagaimana handling dan restrain pada ternak sapi perah?
6. Bagaimana judging pada ternak sapi perah?
7. Bagaimana body scoring pada ternak sapi perah?
3.1 Tujuan
1. Mengetahui industri sapi perah di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh lingkungan pada ternak sapi perah.
3. Mengetahui bagaimana tingkah laku ternak sapi perah.
4. Mengetahui bagaimana zooteknik pada ternak sapi perah.
5. Mengetahui bagaimana hadling dan restrain pada ternak sapi perah.
6. Mengetahui bagaimana judging pada ternak sapi perah.
7. Mengetahui bagaimana body scoring pada ternak sapi perah.
BAB II
PEMBAHASAN
5
untuk mencukupi kebutuhan dagang seperti daging dan susunya. Sapi-
sapi tersebut didatangkan karena memiliki kualitas susu yang baik
sedangkan untuk produksi susunya juga sangat tinggi sehingga bisa
mencukupi kebutuhan pada masa itu. Seperti telah diketahui bahwa susu
adalah merupakan produk ternak yang cepat atau mudah menjadi rusak
apabila tanpa pengolahan.
Produksi susu nasional yang kian melemah menjadi masalah yang
mengkhawatirkan di Indonesia. Sejak 10 tahun terakhir usaha peternakan
sapi perah rakyat mengalami kemunduran ditandai berkurangnya
populasi ternak dan lesunya produksi susu segar dalam negeri. Selain
karena pemeliharaan dan manajemen ternak yang kurang benar sehingga
menyebabkan kecilnya tingkat produktivitas sapi dalam menghasilkan
susu, sedikitnya sentra peternakan sapi perah di Indonesia juga menjadi
salah satu faktor belum maksimalnya penyediaan pasokan susu nasional,
maka dari itu diperlukan peningkatan industri peternakan sapi perah baik
dari sisi kualitas manajemen maupun perluasan usaha peternakan sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan susu nasional.
Untuk mencapai kata maksimal dalam Industri Sapi Perah maka
ada 2 faktor yang harus diperhatikan. Yaitu faktor eksternal dan internal.
- Faktor Eksternal :
1. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini, contohnya
dengan membuat perundang undangan tentang ternak.
2. Sosialisasi dan edukasi
Pelru dilakukan sosialisasi kepada parapeternak tentang
bagaimana cara memanajemen ternak dengan baik sehingga
nantinya dihasilkan produk yang berkualitas dan menguntungkan.
3. Pemasaran
Cara bersaing dan memasarkan juga sangat penting dalam
Industri Peternakan Sapi Perah.
- Fakto Internal
1. Penyediaan pakan dan minum
Penyediaan dan kualitas pakan dan minum yang diberikan dapat
mempengaruhi jumpah produksi susu yang dihasilkan.
2. Kandang
6
Lokasi atau tem;at yang digunakan untuk beternak sapi perah juga
sangat berpengaruh, jika tempat yang digunakan tidak layak maka
akan mempengaruhi jumlah produksi susu yang dihasilkan.
3. Bibit Unggul
Bibit yang baik akan menghasilkan produk yang unggul dan cepat
dalam pertumbuhannya.
7
Suhu lingkungan yang optimal untuk sapi perah Bos Taurus
kurang lebih berada pada 10 derajat celcius. Kadar lemak pada susu pada
sapi perah Bos taurus akan berangsur – angsur menurun sampai suhu
lingkungan mencapai 29 derajat celcius dan kemudian akan naik lagi. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena di atas suhu 29 derajat celcius
produksi susu akan lebih cepat meurunnya dbanding dengan kadar
lemak. Suhu lingkungan yang tinggi akan berpengaruh pada beberapa
konstituen susu pada Bos Taurus, antara lain ditemukan kadar Cl pada
susu akan meningkat pada suhu lingkungan 21 derajat celcius, sedang
kadar lemak dan protein akan menurun. Pada suhu lebih dari 27 derajat
celcius kadar Cl akan meningkat, sedangkaan laktosa dan kadar nitrogen
total akan menuru.
8
Menurut Soetarno (2000), bagi sapi-sapi yang kering atau
produksi rendah cukup diberi hijauan. Tetapi bagi sapi-sapi yang
berproduksi tinggi pakan yang demikian kurang cukup untuk memberi
energi guna mencapai produksi yang tinggi. Karena sapi hanya diberi
hijauan produksi tertinggi tidak akan dapat diharapkan, tetapi kadang-
kadang kenaikan produksi dengan pemberian pakan konsentrat tidak
cukup untuk menutup harga pakan tambahan tersebut. Dalam keadaan
demikian pemberian pakan konsentrat dianggap kurang ekonomis. Ada
kalanya produksi yang tinggi diperoleh meskipun sapi hanya diberi
pakan hijauan saja, tetapi biasanya produksinya tidak akan sebanyak
apabila diberi pakan konsentrat.
9
mastikasi. Rahang bergerak pada gerakan ventrolateral menggiling,
dan tiap bolus dikunyah antara 30 sampai 35 kali dan yang paling
sering antara 50 sampai 70 kali dengan rata-rata gerakan rahang 56,4
kali. Jumlah gerakan ini bergantung kepada jenis makanan yang
dikonsumsi. Makanan yang banyak mengandung serat kasar dikunyah
lebih lama daripada yang sedikit mengandung serat kasar.
10
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan
minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak
perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap sehat
sehingga untuk produksi yang akan datang menjadi lebih baik. Tujuan
di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang bunting ini
adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat
sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan
menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandang.
Dalam pelaksanaan masa kering sapi perah dilakukan dengan
dua sistem, yaitu secara fisiologis dan secara mekanis. Secara
fisiologis dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan konsumsi
pakan serta keadaan kandang yang baik untuk sapi masa kering.
Sedangkan secara mekanis adalah adanya variasi pemerahan mulai
dari pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap, dan
pemerahan secara tiba-tiba.
11
2.4.3 Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau
kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan sapi yang
akan beranak memerlukan exercise atau latihan persiapan melahirkan
(bisa berupa jalan-jalan di dalam kandang) untuk merangsang
kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya selama
sekitar 80 hari . Dengan demikian, pakan yang di makan hanya untuk
kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya dan kebutuhan
hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran. Kandang sapi kering
dapat dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat satu
sama lain. Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah 2-2,5 x 7
x 1 m (lebar 2-2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m). Ukuran tempat
pakan sama dengan ukuran tempat pakan di kandang sapi masa
produksi , tempat pakan ini bias ditempatkan di tengah kandang.
Untuk sapi bunting masa kering kemiringan kandang tidak boleh
melebihi dari 50 hal ini bertujuan agar ternak tersebut tidak tergelincir
yang bisa menyebabkan gangguan pada janin yang di kandung.
2.4.4 Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan
Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) dalam proses
pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan
dengan cara pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat
di lakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut :
a) Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara
sapi hanya diperah sekali sehari selama beberapa hari.
Selanjutnya satu hari diperah dan hari berikutnya tidak diperah.
Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga akhirnya tidak
diperah sama sekali.
b) Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap
hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat
puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara
bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan hari
berikutnya bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa
12
hari hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan
pada sapi yang mempunyai kemampuan produksi tinggi.
c) Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan
ini dilakukan dengan tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini
didahului dengan tidak memberikan makanan penguat 3 hari
sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan pun dikurangi
tinggal seperempat bagian saja.
Periode kering sangat diperlukan bagi sapi perah yang sedang
laktasi agar sapi dapat menyimpan energi yang cukup untuk laktasi
berikutnya. Periode kering yang ideal (6-8) minggu sebelum partus,
pengeringan lebih lama akan lebih baik dibandingkan pengeringan
yang pendeK. Periode kering lebih dari 60 hari memberikan produksi
susu pada masa laktasi berikutnya realatif kecil, tapi untuk laktasi
yang sedang berjalan cukup berpengaruh. Pada saat periode
pengeringan perlu diberikan perlakuan steaming-up (2-4) minggu
sebelum partus untuk persiapan kelahiran.
2.4.5 Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung
diambil susunya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
kecukupan gizi anak sapi yang baru dilahirkan. Karena pada masa sapi
setelah melahirkan, susu yang di produksi berupa colostrum yang
berguna bagi anak sapi untuk menambah kekebalan tubuh atau sebagai
anti bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum di produksi oleh induk
sapi sekitar 7 – 10 hari . Konsumsi pakan yang di butuhkan pada sapi
induk setelah melahirkan dengan kebutuhan hijauan dan konsentrat
yang seimbang dan diberikan secara id libitum sehingga kebutuhan
nutrisi yang di butuhkan oleh ternak tersebut dapat terpenuhi.
Kebutuhan air minum pada sapi setelah melahirkan akan meningkat
dibanding dengan kondisi biasa. Hal ini di karenakan air membantu
mencerna makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut untuk
memproduksi susu guna untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak
yang baru dilahirkannya. Pada sapi setelah melahirkan kebutuhan
13
mineral dan vitamin juga perlu diperhatikan karena ini akan
berpengaruh terhadap kualitas susu yang di hasilkan.
14
2. Kesehatan petugas : hal ini perlu dilakukan karena supaya putting sapi
tidak luka dan higyenis, serta susu menjadi sehat dan tiak
terkontaminasi bakteri.
3. Kebersihan temapt dan peralatan yang akan dipakai.
4. Kebersihan sapi.
5. Kebersihan kamar susu : Kamar ini harus sejauh mungkin dari
kandang , harus selalu dalam keadaan bersih terhindar dari lalat, dan
jauh dari timbunan sampah.
B. Kandang
Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai
dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah,
diantaranya adalah :
15
7. Parit atau drainase, supaya semua kotoran sapi mudah terkumpul
dalam satu bak penampungan .
16
Untuk pengadaan kandang sapi kering ini masih menjadi
kontroversi, karena apakah pengeringan ini diperbolehkan dengan metode
yang biasanya digunakan oleh para peternak. Kandang ini juga dibuat
disebabkan api yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan
persiapan melahirkan (bias berupa jalan-jalan di dalam kandang) untuk
merangsang kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya
selama sekitar 2 bulan. Dengan demikian, pakan yang di makan hanya
untuk kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya dan kebutuhan
hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran. Kandang sapi kering dapat
dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat satu sama lain.
Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah 2-2,5 x 7 x 1 m (lebar 2-
2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m). Ukuran tempat pakan sama dengan
ukuran tempat pakan di kandang sapi masa produksi , tempat pakan ini bias
ditempatkan di tengah kandang (Anonim, 2009 (a)
C. Pakan
Pakan untuk sapi perah dapat berupa hijauan, konsentrat dan
makanan tambahan.
Hijauan
Bahan ini biasanya tebal dan kasar, kandungan air dapat mencapai
70-80% sedangkan sisanya adalh bahan kasar. Hijaun ini diantaranya
adalah bangsa rumput lapangan atau rumput lainnya/leguminose, kacang-
kacangan, dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Konsentrat
Konsentrat ini mengandung kadar energy dan protein yang tinggi.
Da bahan dari konsentrat sendiri adalah : 1. Biji-bijian (jagung, menir,
bulgur), 2. Hasil ikutan pertaian pabrik : katul, dedak, bungkil kacang
tanah, kelapa, kedelai. 3. Berbagai umbi.
Air
Air mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal ini
disebabkan susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa
bahankering.Untuk mendapatkan 1 liter air susu, seekor sapi perah
17
membutuhkan 3,5 – 4 liter air minum. Dalam peternakan ini, air
digunakan untuk minum sapi, memandikan sapi dan membersihkan
kandang. Khusus untuk minum, sebaiknya sapi diberi minum secara ad
libitum atau ada setiap saat.
Makanan Tambahan
Makanan tambahan ini biasnya berupa feed-suplement vitamin,
mineral, dan urea.
18
2.7 Body scoring terhadap Sapi Perah
Body scoring atau body condition scoring atau condition scoring
merupakan teknik untuk menilai kondisi tubuh ternak pada interval
tertentu. Body Condition Score (BCS) merupakan metode penilaian
subyektif menggunakan penglihatan dan perabaan untuk menduga
cadangan lemak tubuh. Kondisi ternak yang disesuaikan dengan
kerangkanya (frame = cengkorongan)
Fungsi Body Scoring antara lain :
Penerapan BCS pada sapi perah dapat digunakan secara praktis untuk
menduga cadangan energi dari lemak tubuh untuk melahirkan maupun
produksi susu.
Mencapai keseimbangan antara pemberian makan yg ekonomis.
Produksi yg baik.
Kesejahteraan yg baik (good welfare)
PENGAMAT:
Sangat subyektif.
Patokan (ancer-ancer).
Memerlukan beberapa tingkatan kondisi patokan kriteria angka :
1 s/d 5 (inggris & commonwealth )
1 s/d 9 (amerika)
19
Ketebalan lemak bawah kulit.
Penonjolan tulang-tulang pada pangkal ekor dan areal pinggang
(loin).
Penilai berdiri tepat di belakang sapi.
Sapi dalam keadaan tenang.
Tangan yg. Sama utk. Meraba
20
Pre-partum
3 minggu sebelum partus
Sebelum dikawinkan
Hasil perhitungan BCS sangat bergantung pada jenis dan bangsa ternak
sertabersifat sangat obyektif dan tidak dapat dikaitkan dengan berat
hidup ternak, oleh karenanya antara satu ternak dengan ternak lainnya
yang memiliki berat hidup sama, nilai BCS nya belum tentu sama.
Terdapat dua metode skala yang umumnya di gunakan dalam
penentuan BCS yaitu scala 9 (Amerika) dan skala 5 (Inggris dan
Commenwealth), di Jawa Timur perhitungan BCS umumnya
menggunakan skala 5 (1= sangat kurus, 2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk,
5=sangat gemuk) dengan skala 0.25.
Penilaian BCS pada sapi perah dirancang untuk menaksir kondisi
induk selama siklus produksi. Skor 0-5 diberikan atas dasar lemak
yang dapat didasarkan pada daerah pelvis dan sacralis. Skor 0
menggambarkan sapi yang sangat kurus, skor 5 untuk sapi yang sangat
gemuk. Secara umum telah disetujui bahwa induk sapi perah
mempunyai rata-rata BCS antara 2,5-3,5 saat melahirkan (Webster,
1987).
Score ideal sapi perah (kering & pre-partum) : 2,5 – 3, kondisi “fit
non fat “.
Kehilangan 1 angka score , berarti :
1. B.b. heifer turun 15 kg.
2. B.b. induk dewasa bisa mencapai 15 kg.
Penambahan 1 angka score (pertengahan masa laktasi), berarti :
1. B.b. heifer bertambah 90 kg.
2. B.b. induk dewasa bisa mencapai 60 kg.
BAB III
KESIMPULAN
21
perah rakyat mengalami kemunduran ditandai berkurangnya populasi ternak dan
lesunya produksi susu segar dalam negeri.
2. Faktor lingkungan adalah faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap
tingkat produksi. Di antara sekian banyak komponen faktor lingkungan yang
paling nyata pengaruhnya terhadap sapi perah, terutama pada masa laktasi
(produksi susu) adalah temperatur, yang selalu berkaitan erat dengan
kelembaban.
3. Tingkah laku pada sapi perah yang dapat diamati antara lain :
a. Frekuensi dan volume minum.
b. Frekuensi dan volume urinasi.
c. Frekuensi dan volume defekasi.
d. Lama berbaring.
e. Jenis pakan, jumlah pakan, dan lama makan.
f. Lama remastikasi dan kunyahan per bolus.
4. Zooteknik pada sapi perah. Hal – hal yang harus diperhatikan antara lain:
a. Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Sebelum Melahirkan.
b. Kebutuhan Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering.
c. Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering.
d. Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan.
e. Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah Melahirkan
5. Handling dan Restrain terhadap sapi perah harus di perhatikan dari saspek
pemerahan, kandang dan pakan,
6. Judging adalah ilmu / seni dalam melakukan penilaian terhadap ternak dari segi
penampilan fisik, luar atau eksterior. Tujuan dari judging adalah :
a. Mengetahui tipe ternak
b. Mendeteksi ada / tidaknya cacat pada tubuh ternak
c. Mencari hubungan antara sifat luar dengan kemampuan produksinya
7.Body Condition Score (BCS) merupakan metode penilaian subyektif
menggunakan penglihatan dan perabaan untuk menduga cadangan lemak tubuh.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ebooks.unair.ac.id/data/bahan_kuliah/fkh/SEMESTER
%201/.../JUDGING.ppt diakses pada 18 Novemer 2017 pukul 11.07
http://etd.repository.ugm.ac.id
http://repository.ipb.ac.id
23
Pujiasturi, Rina. 2016. Perhitungan Body Scoring Condition (Bcs) Pada
Sapi Perah.http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/downloadartikel/56/3.
18 November 2017.
Yani, A., dan B.P Purwanto. 2006. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap
Respons Sapi Peranakan Fries Holland Dan Lingkungan Untuk Meningkatkan
Produktivitasnya. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
24