Oleh :
Kelas : C
Kelompok : 4
DIAN ANGGRAINI
200110140060
REZA TAUFIK H
200110140062
IMAN KUSUMA W
200110140126
ELSA SALSABILLA
200110140136
LULU INTAN A
200110140137
KIKI KURNIAWATI
200110140138
RISNA ROSDIANA
200110140139
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
I
PENDAHULUAN
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Perkandangan
Kandang adalah tempat tinggal ternak untuk melakukan kegiatan produksi
maupun reproduksi dari sebagian atau seluruh kehidupannya (Sudarmono, 1993).
Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang diperuntukkan
sebagai sentra kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas bangunan utama
(kandang), bangunan penunjang (kantor, gudang pakan, kandang isolasi) dan
perlengkapan lainnya (Syarif dan Harianto, 2001). Perkandangan merupakan
kompleks tempat tinggal ternak dan pengelola yang digunakan untuk melakukan
kegiatan proses produksi dari sebagian atau seluruh kehidupannya dengan segala
fasilitas dan peralatannya. Kandang didirikan untuk melindungi ternak dari hujan
dan sengatan sinar matahari yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
kesehatannya. Keseimbangan energi dari hewan sangat dipengaruhi oleh suhu
pertukaran di dalam kandang, kelembaban, makanan, kebasahan, kelembaban
lantai kandang dan ketebalan kulit dari hewan itu sendiri (Sudarmono, 1993).
Pembuatan kandang sapi perah diperlukan beberapa persyaratan, yaitu
terdapat ventilasi, memberikan kenyamanan sapi perah, mudah dibersihkan, dan
memberi kemudahan bagi pekerja kandang dalam melakukan pekerjaannya
(Siregar,1993). Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, mudah terjangkau,
tidak membahayakan ternak, tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk.
Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan area yang masuk dalam daerah
perluasan kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk
peternakan sapi perah (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Ditambahkan, hal-hal
lain yang perlu diperhatikan pada kandang sapi perah adalah lantai, selokan,
dinding, atap, ventilasi serta tempat pakan dan minum. Lokasi kandang sebaiknya
berada pada tanah yang datar, tidak becek dan lembab, cukup sinar matahari,
ventilasi lancar, agak jauh dari pemukiman penduduk dan ukurannya sesuai
dengan umur ternak (Siregar, 1993).
Menurut Siregar (1993), sebaiknya kandang 20-30 cm lebih tinggi dari tanah
sekitarnya, jauh dari keramaian lalu lintas, manusia dan kendaraan. Kandang
harus dibangun dekat sumber air, sebab sapi perah memerlukan air untuk minum,
pembersihan lantai dan memandikan sapi. Kandang sebaiknya diarahkan ke timur
atau membujur ke utara selatan agar bagian dalam kandang memperoleh sinar
matahari pagi yang memadai. Sinar matahari bermanfaat untuk mengeringkan
lantai kandang sehingga mengurangi resiko terjangkitnya penyakit (Siregar,
1993). Sistem perkandangan ada dua tipe yaitu stanchion barn dan loose house.
Stanchion barn yaitu sistem perkandangan dimana hewan diikat sehingga
gerakannya terbatas sedangkan loose house yaitu sistem perkandangan dimana
hewan dibiarkan bergerak dengan batas batas tertentu (Davis, 1962).
2.2 Konstruksi Kandang
Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi
udara yang baik, tidak lembab, tidak menyebabkan licin dan mempunyai
tempat
penampungan
kotoran
beserta
saluran
drainasenya.
Konstruksi
kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari
ternak, serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Mendesain konstruksi
kandang harus didasarkan agroekosistem wilayah setempat, tujuan pemeliharaan
dan status fisiologi ternak. Tipe dan bentuk kandang dibedakan menjadi
berdasarkan status fisiologis
pembesaran,
kandang
beranak/menyusui,
kandang
pejantan
(Williamson dan Payne, 1993). Atap kandang bisa berupa genting atau asbes.
Ketinggian atap setinggi 5 meter agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.
Dinding kandang berupa semen setinggi 1,5 meter sedangkan bagian atasnya
III
PEMBAHASAN
a. Aspek Ekonomi
Dalam membangun kandang ternak harus memperhatikan aspek ekonomis,
yang dimaksud disini adalah kandang yang dibangun tidak terlalu mahal,
tetapi diusahakan semurah mungkin, tetapi masih memenuhi persyaratan
teknis. Yaitu ternak akan nyaman tinggal didalam kandang dan membuat
pertumbuhan ternak yang normal, sehat sehingga akan memberikan hasil yang
optimal. Selain itu, keadaan ekonomi peternak juga sangat mempengaruhi
model atau tipe kandang yang akan dibangun. Untuk pembangunan kandang
biaya sedapat mungkin lebih murah tetapi dengan bahan-bahan yang cukup
kuat dan tahan lama.
b. Aspek Sosial
Usaha peternakan dapat menghasilkan limbah atau kotoran yang baunya
sangat menyengat hidung apabila kotoran tersebut bercampur dengan air
kencing, sisa-sisa pakan dan sisa air minumnya, terlebih-lebih bila kotoran
atau limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan
pencemaran lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, dianjurkan
agar kandang jauh dengan tempat tinggal atau rumah penduduk sekitarnya.
Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif akibat limbah atau kotoran
ternak yang kita usahakan.
c. Aspek Teknis
1. Lokasi Kandang
2. Transportasi Mudah
3. Dekat Sumber Air.
4. Jauh dari Keramaian.
5. Dekat dengan Sumber Pakan.
6. Bebas dari Genangan Air.
7. Ada Izin Diri Bangunan.
pemikiran
menguntungkan
pengembangan
dibanding
dengan
dimasa
secara
mendatang,
parsial
untuk
akan
sangat
menghindari
pembangunan secara tambal sulam atau muncul ide baru dikemudian hari yang
kadang bertentangan dengan tata letak yang sudah ada.
Pemilihan lokasi yang kurang tepat juga memerlukan persiapan penataan
area atau kontur tanah dengan biaya tinggi sehingga perhitungan harga akhir tanah
dapat menjadi lebih mahal dibanding lokasi yang siap pakai. Daratan yang rendah
dengan area cekungan di tengah, tidak tepat dipilih untuk lokasi sapi perah karena
sulit untuk merencanakan pembuangan limbah. Pembangunan kandang dipilih
ditempat aman yang tidak terganggu oleh keadaan sekitar dan tidak pula banyak
mengganggu lingkungan terutama dari segi limbah dan polusi bau. Bangunan
selain kandang, misalnya mess karyawan, gudang pakan, gudang peralatan,
tempat penampungan susu, pencacah rumput dan kantor administrasi harus
terpisah agak jauh dari bangunan kandang.
Penyiapan Lahan
Lahan harus dipersiapkan sebaik-baiknya dengan tata letak kandang yang tepat
serta memperhatikan kebutuhan lahan untuk keperluan lainya terutama
penanaman rumput dan penyediaan padang umbaran. Kondisi tanah seharusnya
tidak terlalu kering karena tanah yang demikian akan mudah mengembang
dimusim penghujan dan membahayakan keutuhan bangunan kandang karena akan
menimbulkan banyak retak ditembok dan membentuk alur kerusakan. Tanah yang
kering juga tidak banyak memberi peluang untuk penanaman rumput serta
keberadaan air tanah yang keduanya sangat vital dalam penyelenggaraan budidaya
ternak. Lahan untuk penanaman rumput akan lebih menguntungkan sekalian dapat
diarahkan pada pemanfaatan limbah cair yang dialirkan untuk pemupukan.
Konstruksi Kandang
Bangunan kandang dapat dibuat permanen atau semi permanen, berlantai
semen, aspal atau kayu yang tidak licin dengan kemiringan menuju kearah saluran
pembuangan limbah agar mudah dibersihkan dari kotoran dan mempermudah
aliran air kencing sapi. Jarak antar kandang diatur sekurang-kurangnya 6 meter
dihitung dari tepi atap kandang. Dihindari konstruksi bangunan kandang yang
banyak berpori-pori karena mudah menjadi sarang kuman. Pojok ruangan dan
lantai dibuat membulat agar mudah dibersihkan dan tidak untuk persembunyian
organisme mikro.
1. Ukuran Luas
Luasan kandang disesuaikan dengan tipe dan peruntukanya serta terpisah
untuk setiap jenis kandang yang berbeda. Daya tampung kandang menggunakan
ukuran baku sehingga tidak terlalu sempit mengukur longgar. Secara keseluruhan
disesuaikan ukuran tiap ekor sapi berdasarkan pengelompokan umur.
2. Konstruksi
Kandang harus menggunakan konstruksi bangunan kuat agar dapat tahan
lama mengingat yang diurus adalah sapi dengan prilaku dan kekuatan fisik diluar
batas kekuatan orang. Sebaiknya aksis kandang memanjang arah utara-selatan
agar memperoleh sinar matahari secara merata pagi dan sore. Dinding bagian
dalam disemen halus sehingga tidak mudah menyerap debu dan tidak mudah
lembab.
3. Ventilasi dan Sinar Matahari
Kandang lebih baik berdinding terbuka tetapi masih terlindung dari tiupan
angin kencang. Bagi kandang tertutup ventilasi harus dapat menjamin masuknya
udara segar kedalam kandang dan udara kotor keluar tanpa banyak hambatan.
Sinar matahari diusahakan semaksimal mungkin mencapai lantai dan menyinari
saluran pembuangan. Diantara tiang-tiang penyangga difungsikan untuk
pencahayaan dan sirkulasi udara. Peternakan sapi perah didaerah panas disamping
harus menggunakan bangunan model kandang terbuka dan atap yang tinggi, juga
mungkin masih perlu memasang kipas angin untuk seaktu-waktu dipergunakan
mengurangi dampak hawa panas yang bisa menimbulkan stress.
4. Saluran Limbah
Saluran harus bisa menampung sebanyak-banyaknya limbah yang harus
dilirkan cukup kuat agar cepat kering dan mudah dibersihkan sehingga efisien
waktu dan tenaga pembersihan. lebar saluran limbah harus dapat menampung
semua kotoran. Biasanya lebar saluran berukuran 0.35-0.5 m, dengan jarak cukup
jauh dari tempat berdiri sapi begitu juga sapi harus dengan mudah melangkah
melalui selokan bila keluar atau masuk kandang.
5. Lantai
Lantai kandang dibuat keras, kuat, tidak mudah rusak, tidak licin, tidak
memungkinkan air tergenang, tidak becek, dan mudah dibersihkan. Lantai dibuat
agak kasar dan sedikit miring kearah selokan. Lantai sangat penting untuk
memberi kenyamanan pada sapi dan petugas. Sapi akan lebih nyaman dari luka
kulit akibat lantai yang kasar bila dipasang alas karpet karet khusus untuk sapi
yang tersedia dipasaran. Lantai kandang terlalu keras dapat ditutup dengan jerami
agar menjadi tidak begitu keras. Lantai kandang dapat dibuat agak miring, dari
bahan beton dengan perbandingan 1 bagian semen 2 bagian pasir dan 3 bagian
kerikil, atau tanah biasa.
6. Alas Kandang
Alas untuk kandang dapat menggunakan aspal yang tidak mudah leleh
dicampur batu kerikil. Ini lebih baik daripada semen karena tidak begitu dingin
dan tidak lekas licin. Untuk mengurangi hawa dingin di daerah pegunungan dapat
diberi tambahan lantai terbuat dari papan tahan air diatasnya dengan pengaturan
lembaran papan kearah papan searah badan sapi dan tebal sekitar 3 cm atau dapat
dialasi jerami. Agar lantai cepat kering dibuat kemiringan 2-5o.
7. Atap
Bahan yang digunakan untuk pembuatan atap antara lain asbes, rumbai,
genting dan seng. Penggunaan atap seng perlu dihindari karena sewaktu musim
panas akan terasa sangat panas dan sewaktu hujan menimbukan suara bising
sehingga mengganggu ketenangan sapi. Maka dari itu dapat menggunakkan atap
asbes, rumbai, atau genting. Keuntungannya adalah kandang tidak terlalu panas
pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari.Atap genting dan rumbai
memiliki kelemahan yaitu mudah rusak akibat serangan angin yang besar, oleh
karena itu perlu adanya pengikatan yang kuat pada pembuatan atap.Tetapi bila
menggunakan seng sebaiknya dicat putih pada bagian luarnya dan hitam pada
bagian luarnya agar siang hari tidak terlalu panas. Biasanya kemiringan atap dari
genting 30450, asbes 15200. Tinggi atap dari genting 4,5 m untuk dataran
rendah dan menengah, dan 4 m untuk dataran tinggi.
Tempat Pakan dan Minum
Tempat tersebut dibuat sekuat mungkin dan mudah dibersihkan. Tempat pakan
dapat dibuat memanjang sepanjang kandang dan diusahakan sapi dapat
mengambil pakan yang disediakan.Tempat pakan dapat dibuat dengan kedalaman
sekitar 50 cm, dengan luas tempat pakan sekitar 1 m2. Tempat minum dapat
diletakkan pada ember plastik atau dari bahan lain, diletakkan dengan cara
digantung dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai dengan tujuan untuk
menghindari kontaminasi dari makanan dan desakan sapi.
Higiene dan Sanitasi
Untuk memenuhi fungsi yang diharapkan dalam pembuatan kandang, perlu
diperhatikan berbagai kriteria penunjang terhadap maksud dan tujuan pembuatan
bangunan. Kandang sapi perah yang menghasilkan susu untuk konsumsi
memerlukan jaminan higiene dan sanitasi kandang yang baik karena berperan
penting dalam meujudkan hasil susu sehat dan berkualitas.
Aliran Listrik
Ketersediaan aliran listrik diperlukan untuk mengoperasikan berbagai alat vital;
yang telah umum harus dimiliki oleh peternakan modern misalnya untuk
penerangan, mamanaskan air, memompa air, menjalankan sapi perah, fasilitasi
tangki, pendingin dan sebagainya. Bagi peternakan yang menggunakan mesin
perah dan tangki pendingin sangat penting memiliki generator untuk mengatasi
bila terjadi pemadaman listrik.
Pengamanan Lingkungan
Agar tidak timbul bau yang mengganggu dan terjadi pencemaran lingkungan
maka kotoran kandang tidak dibenarkan langsung dibuang ke sungai. Kotoran
harus ditampung terlebih dahulu ditempat penampungan khusus seperti selokan
atau drainase. Selokan atau drainase lebarnya minimal 3040 cm dan
kedalamannya 2025 cm. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembuangan
kotoran yang cair, air minum maupun air untuk memandikan sapi.
Selanjutnya untuk pengamanan lingkungan, peralatan tempat pakan dan
minum juga harus dibersihkan setiap pagi dan sore agar tidak menimbulkan bau
busuk yang dapat mengganggu nafsu makan dan minum serta berdampak pada
kesehatan.
3.4. Macam-Macam Perkandangan Pada Sapi Perah
Ada beberapa jenis kandang sapi perah untuk disesuaikan dengan fungsi dan
umur hewan antara lain sebagai berikut:
1.
3. Kandang pejantan
Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih
besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat.Bentuk yang paling
baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box.
Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran
halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m, tinggi
dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar
pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman
terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7
cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu,
perbedaan tinggi paling tidak 5 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton.
Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain.
Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk
keamanan.
4. Kandang kawin
Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar
halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat
berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm,
lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140
cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan
balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 60
cm dan dibeton supaya kokoh.
7. Kandang Induk Sapi Beranak
Membiarkan sapi beranak di kandang laktasi sangat tidak dianjurkan.
Kejadian ini akan menyebabkan gangguan sanitasi susu dan tersebarnya penyakit.
Harus disediaka tempat khusus agar dapat melahirkan dengan tenang tanpa terjadi
ancaman dari yang lain. Kandang yang disediakan dapat berbentuk seperti
kandang biasa, tetapi diberlakukan khusus untuk sapi yang beranak, dengan
ukuran seperti ekor 3 x 4 meter, beratap serta dengan ventilasi yang baik.
8. Kandang Karantina
Kandang karantina disediakan untuk merawat hewan yang memerlukan
perawatan khusus yang biasanya untuk sapi sakit. Letak kandang diusahakan
berjauhan dengan kandang sapi sehat lainya. Untuk setiap ekor sapi yang diisolasi
ukuranya lebih luas dari kandang biasa. Hal ini agar ada ruangan cukup bagi
petugas atau dokter hewan dalam menangani dan mengobati sapi yang
bersangkutan. Biasanya lebar 1.75 meter, panjang 2 meter dengan pemisah
minimal 1.5 meter.
9. Kandang atau Alat Penjepit
Untuk hewan yang bersifat temperamental, sering sulit untuk di kendalikan
sewaktu akan dilakukan perawatan tertentu. Kandang penjepit biasanya diletakan
ditempat yang sering diperlukan untuk rodapaksa hewan, misalnya disisi samping
sebelah kandang karantina atau lokasi pengobatan hewan. Tujuanya agar hewan
tidak berontak atau banyak bergerak sewaktu dalam perawatan atau pengobatan,
sehingga lebih mudah untuk penangananya. Kandang dapat dibuat dari besi atau
dari kayu, bahkan dalam keadaan tertentu dapat dibuat secara darurat dari bambu.
3.4 Model Perkandangan
a. Model Kandang Tradisional Sapi Perah
Kandang tradisional sapi perah biasanya terdapat pada peternakan individu
dengan populasi 1-10 ekor dengan perlengkapan kandang yang kurang memadai
dan bentuknya yang tunggal atau ganda. Bentuk kandang tipe tunggal biasanya
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran sedangkan tipe
kandang ganda yaitu penempatan sapi dilakukan dua baris dengan tipe head to
head atau tail to tail. Pada kandang tradisional bangunan kandang sederhana, atap
dari rumbia, genteng dan lantai dari tanah sedangkan peralatannya berupa tempat
makan dan minum dari ember plastik. Hijauan disebarkan ke lantai bercampur
dengan kotoran atau limbah lain.
b. Model Kandang Modern Sapi Perah
Pengembangan sistem kandang modern didorong oleh kawanan ternak yang
semakin besar, produksi per sapi yang meningkat, serta mekanisasi dan
otomatisasi dalam cara pemberian pakan dan pemerahan susu. Pemerahan bisa
berlangsung lebih praktis dan cepat dan di ruang terbuka, tidak seperti dalam
petak kandang (stall). Salah satu faktor kunci dalam peternakan modern ialah
efisiensi kerja. Ini menuntut tipe perkandangan yang kompak dan terancang
dengan baik. Beberapa faktor yang akan memengaruhi rancangan itu meliputi
ukuran, cara pemerahan, cara pemberian pakan, tenaga kerja, ruang yang tersedia,
dan seterusnya. Kandang sapi modern berukuran panjang 24 m dan lebar 10 m ,
dengan 3 buah bejana terbuat dari pasangan batu bata, masing masing 2 buah
tempat pakan di pinggir, dan tempat minum disamping. Dengan lantai terbuat dari
cor beton bertulang untuk mempermudah pembersihan kotoran sapi, ukuran
kandang sepanjang 24 m dan lebar 10 m dan dipisahkan oleh bejana air minum.
Pintu kandang terbuat dari tiang dari pipa setebal 80 mm, diberi penguat besi sling
untuk perkuatan karena lebar pintu hampir 5 m , konstruksi pagar mendatar dapat
menggunakan pipa diameter 50 mm.
3.5 Model Perkandangan yang Cocok di Indonesia (daerah Tropis)
Kebutuhan kandang sapi perah di negara iklim tropis lebih sederhana bila
dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga di negara
tropis kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada malam hari, panas
terik sinar matahari, dan hujan lebat juga mempermudah pemeliharaan. Bangunan
yang sederhana cukup dibangun kandang pedet, sapi dara dan sapi dewasa untuk
menjaga ternak dari binatang predator. Kandang sapi perah dapat dibangun dalam
skala kecil di daerah tropis dengan pertanian intensif, sistem pemerahan yang
distribusi udara dalam kandang. Adapun tipe kandang yang dapat di gunakan di
Indonesia:
a. Kandang Terbuka
Kandang Terbuka adalah kandang yang semua sisinya terbuka.
Kelebihan :
a. Biaya pembangunan murah.
b. Biaya oprasional murah.
c. Tidak ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka
sistem akan terganggu.
Kekurangan :
a. Perlindungan terhadap penyakit kurang baik.
b. Perlindungan terhadap factor lingkungan kurang baik.
b. Kandang Tertutup
Tujuan membangun kandang tertutup adalah:
1. Untuk menyediakan udara yang sehat bagi ternak (sistem ventilasi yang
baik) yaitu udara yang menghadirkan sebanyak-banyaknya oksigen, dan
mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida
dan amonia.
2. Menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak. Untuk menyediakan iklim
yang kondusif bagi ternak dapat dilakukan dengan cara: mengeluarkan
panas dari kandang yang dihasilkan dari tubuh ternak dan lingkungan luar,
menurunkan suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban yang
sesuai.
3. Meminimumkan tingkat stress pada ternak.
Kelebihan :
a. Perlindungan ternak terhadap penyakit dapat di maksimalkan.
b. Tenak tidak terpengaruh dengan lingkungan luar.
Kekurangan :
a. Biaya pembangunan mahal.
b. Biaya operasional mahal.
c. Ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka sistem
akan terganggu.
V
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, Budi Tri. 2012. Budi Daya Sapi Perah. Airlangga University Press,
Surabaya.
Davis, R.F. 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall, Inc, Amerika
Serikat
Siregar, S. 1993. Jenis Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudarmono. 1993. Tata Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Sutarno, T. 1994. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM,
Yogyakarta.
Syarief, E.K dan B. Harianto. 2001. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990.Ternak Perah. CV. Yasaguna,
Jakarta.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah
Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (diterjemahkan oleh
Bambang Srigandono).
LAMPIRAN
Gambar 1. Model Kandang Tradisional
Sumber : jualansapi.com
Gambar 2. Model Kandang Modern
Sumber : jualansapi.com