Anda di halaman 1dari 20

Tugas Makalah

MANAJEMEN PEMBIBITAN TERNAK


“Perencanaan Pembibitan Ternak Ayam Kampung Super”

Oleh:

Kelompok II
 Haswinda (L1A1 18 009)
 Erlin Sandriani (L1A1 18 007)
 Suherman (L1A1 18 005)
 Mirdhan Amri (L1A 18 001)

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan rahmat dan hidayah – Nya, Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat serta para
pejuang dijalan Allah, sehingga penulis dapat mennyelesaikan Makalah ini yang
berjudul Perencanaan Pembibitan Ternak Ayam Kampung Super ,yang
dibuat untuk melengkapi sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kulia Manajemen Pembibitan Ternak.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menydari bahwa isi yang
terkandung dalam makalah ini masih banyak kekuranganya sehingga penulis
mengharapkan adanya masukan dan inspirasi yang dapat menyempurnakan isi
makalah ini . Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca maupun bagi penulis sendiri. dan semoga makalah ini dapat digunakan
sebaik mungin .Apabila ada kurang dan lebihnya dari kata kata ini penulis mohon
maaf sebesar besarnya.

Kendari, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pembibitan……………………………………………….
B. Bangsa- bangsa ternak……………………………………………….
C. Persiapan……………………………………………………………..
D. Syarat bibit…………………………………………………………..
E. Seleksi dan culing/afkir……………………………………………….
F. Proses produksi bibit………………………………………………….
G. System perkawinan…………………………………………………..
H. System persilangan…………………………………………………..
I. Pemberian pakan…………………………………………………….
J. System pemeliharaan…………………………………………………
K. Pemeliharaan…………………………………………………………
L. Manajemen pembibitan………………………………………………
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ………………………………………………………
B. SARAN……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ayam kampung super merupakan salah satu produk penyilangan ayam kampung

jantan dengan ayam ras petelur betina. Ayam kampung super banyak diminati

masyarakat, karena pertumbuhanya lebih baik dari ayam kampung biasa dan rasa

dagingnya hamper sama dengan ayam kampung. Ayam kampung super mempunyai

berbagai keunggulan dibandingkan ayam ras. Keunggulan tersebut seperti laju

pertumbuhan lebih cepat dari pada ayam kampung, memiliki tingkat kematian yang

lebih rendah dan nilai konversi pakan lebih rendah. Kemampuan adaptasinya terhadap

beberapa penyakit dan lebih toleran terhadap ransum berkualitas rendah.

Ayam kampung super mempunyai sifat dwiguna yaitu ayam sebagai penghasil

telur dan daging. Ayam kampung super pedaging waktu pemeliharaan dua sampai tiga

bulan sudah siap panen, dan untuk tipe petelur pada umur 5-6 bulan telah mencapai

puncak produksi.

Ciri-ciri ayam kampung super yang menonjol antara lain yaitu warna bulu ayam

umur satu hari (DOC) dominan putih dan coklat dan terlihat cukup seragam ukuranya.

Ukuran DOC lebih besar dari ayam kampung asli dan agak terlihat bulat-bulat

bentunya dan ketika sudah besar ayam terlihat besar akan tetapi agak ringan kalau di

pegang dengan kondisi bulu agak mengembang. Sesuai dengan perkembangan pasar

daging ayam kampung menempati permintaan lebih tinggi dibandingkan produksi

telur . Permintaan akan anak ayam umur satu hari ( DOC) sebagai bibit untuk

dibesarkan pembiayaan ayam potong semakin meningkat. Pemeliharaan ayam

kampung super pada umumnya dilakukan sampai dengan umur sepuluh sampai

duabelas minggu dengan capaian bobot potong 0,8-1,0 kg/ekor sehingga industri

4
pakan ternak unggas akan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai kebutuhan

akan pakan ternak tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas dengan ini penulis telah menyelesaikan tugas

makalah dengan judul “perencanaan pembibitan ternak ayam kampung super”.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa itu perencanaan pembibitan ayam kampung super?

b. Bagaimana sistem perencanaan pembibitan ayam kampung super?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui Pengertian pembibitan.

b. Untuk mengetahui sistem- sistem pembibitan.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembibitan

Pembibitan adalah salah satu upaya untuk melestarikan suatu jenis ternak

tertentu. Pembibitan bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak. Daryono, (2001)

Mengatakan bahwa, program pembibitan harus direncanakan sebaik mungkin agar

kelestarian atau peningkatan populasi ternak dapat terwujud.

B. Bangsa-Bangsa Ternak

Bangsa ayam adalah kelompok ayam yang merupakan bagian dari kelompok

yang sama atau hampir sama, dimana sifat-sifat tersebut dapat diturunkan kepada

keturunanya. Bangsa –bangsa ayam yang dikenal sekarang terdiri dari;

a. Ayam bukan ras (Buras/local), ayam buras sebenarnya merupakan ayam

kampung (ayam yang berkeliaran bebas disekitas pekarangan rumah). Ayam

burasmempunyai banyak varietas dan spesies, diantaranya ayam bekisar, ayam

pelung,ayam kedu, ayam cemani, ayam nunukan, ayam Sumatra dan ayam

Bangkok.

b. Ayam Ras, Ayam ras meerupakan jenis ayam unggul yang induk atau nenek

moyangnya merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaiakan genetic

melalui proses persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai penghasil

daging maupun telur. Contohnya seperti kelas asia, kelas amerika,kelas inggris,

dan kelas mediterania.

C. Persiapan

– penentuan lokasi

Lokasi usaha peternakan ayam kampung super ditentukan dalam suatu areal

khusus atau berdasarkan sentra yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan

6
perencanaan dan pengembangan wilayah. Lokasi usaha peternakan harus jauh dari

pemukiman dan keramaian masyarakat , minimal berjarak 500 meter dari

pemukiman terdekat masyaarakat untuk usaha mikro,dan untuk usaha menengah ke

atas dibangun dalam luasan areal yang memadai dan bukan di daerah pemukiman

penduduk, dengan persyaratan memiliki akses jalan masuk ke wilayah usaha ternak.

Jalan masuk dan keluar lokasi dapat memudahkan proses pengangkutan bahan dan

hasil produksi .

Keberadaan fasilitas dilokasi atau mudah mengadakan fasilitas dilokasi usaha,

sehingga kebutuhan dalam pembangunaan atau pengembangan usaha dapat teratasi

diantaranya akses listrik,pembuatan sumur air atau PDAM, dapat dibangun rumah

juga.

- Penyediaan sarana

a. Kandang

Dalam memulai usaha ternak ayam super kampong diperlukan persiapan

brooding dan kandang karantina. Brooding merupakan kandang khusus untuk

DOC(anak ayam) berumur 1 sampai 14 hari. Pembuatan brooding bertujuan sebagai

pengganti induk ayam, brooding dirancang dalam ruangan kandang pembesaran

sesuai dengan jumlah DOC yang dipelihara. Menurut Caturto (2008), brooding

sebagai induk untuk anak ayam berfungi dalam menyediakan kondisi nyaman dalam

menunjang pertumbuhan DOC secara optimal, karena difase pertumbuhan

menentukan perbanyakan sel (hyperplasia) dan perkembangan sel-sel organ dan

sistem organ dari anak ayam. Brooding dilengkapi dengan pemanas untuk

mendapatkan suhu dan kelembapan yang optimal untuk anak ayam.

7
b. Pakan

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah

maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup,

berproduksi dan berkembang biak (Undang-undang peternakan dan kesehatan hewan

RI No 18, 2009). Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi untuk

ayam asli dan ayam local.

c. Bibit

 Bibit ayam yang dipelihara harus bebas dari penyakit unggas menular

 Bibit ayam yang digunakan harus memenuhi persyaratan mutu

 Dan bibit diutamakan berasal dari pembibitan ayam.

d. Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain:

 Tempat pakan dan minum sesuai dengan umur

 Sarang(nest)

 Tempat telur(egg tray)

 Alat penerangan

 Induk buatan(brooder)

 Timbangan

 Alat potong paruh(debeaker)

 Alat pengukur suhu (thermometer)

 Mesin tetas

 Kemasan DOC

- Penyediaan Prasarana

8
 Air dan sumber energi

Tersedia cukup air bersih sesuai baku mutu, dan sumber energy antara

lain listrik sebagai sumber penerangan, pemanas sesuai kebutuhan dan

peruntukanya.

D. Syarat Bibit

- Syarat Umum

 Sehat dan bebas dari penyakit menular strategis yang dinyatakan oleh

dokter hewan berwenang untuk melaksanakan tindakan kesehatan hewan

dan menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan.

 Bibit kuri KUB-1 harus berasal dari pembibitan ayam KUB-1

 Asal bibit ayam KUB-1 dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat

oleh pembibit

 Kemampuan produksi telur bibit ayam KUB-1 harus diinformasikan

secara tertulis berdasarkan potensi induknya.

- Syarat Khusus

a. Persyaratan kualitatif

 Warna bulu beragam : hitam, kombinasi hitam kuning/ coklat/ abu-abu

 Paruh berwarna kuning sampai khitaman

 Kaki berwarna kuning/hitam/putih/ abu-abu

 Sehat: bulu kering dan mengembang; paruh, mata dan kaki normal;

lincah, tidak dehidrasi, tidak cacat fisik,sekitar pusar dan dubur kering.

b. Persyaratan kuantitatif

 Bobot kuri di penetasan minimum 26 gram per ekor

 Berasal dari umur induk minimum 25 minggu

9
 Jaminan kematian kuri 2%.

E. Seleksi dan culling/afkir

Seleksi adalah memilih ternak yang mempunyai mutu genetic unggul untuk

dikembangkan dan menyingkirkan ternak yang mutu genetiknya rendah. Seleksi

merupakan salah satu cara peningkatan mutu genetic ternak. Fungsi seleksi adalah

mengubah frekuensi gen sehingga produksi rata-rata keturunanya meningkat.

Culling /afkir adalah suatu usaha untuk memilih bibit ayam atau ayam yang

dikehendaki dan mengeluarkan bibit ayam atau ayam yang tidak dikehendaki yang

disebapkan karena tidak produktif, sakit dan sebab lainya yang dapat menimbulkan

kerugian. Culling dilakukkan pada ayam betina muda menjelang bertelur dan pada

ayam dewasa menjelang produksi menurun. Culing ini sangat diperlukan untuk

mengefisienkan beberapa factor yang dibutuhkan dalam peternakan, seperti pakan,

kandang dan sebagainya.

F. Proses Produksi Bibit

Bibit ayam yang digunakan untuk usaha peternakan ayam super kampung

adalah bibit yang berasal dari pembibitan ayam yang memenuhi persyaratan mutu dan

bebas dari penyakit unggas menular. Bibit ayam yang digunakan dalam usaha ternak

ayam super kampung ini adalah bibit dari induk baru dari hasil penelitian. Bibit ayam

super kampung dihasilkan dari induk ayam, melalaui cara persilangan dari tiga breed

ayam yang berbeda (triple crosinga) sehingga menghasilkan ayam super kampung

yang memiliki komposisi genetic 50% ayam local, 25% hybroo dan 25% petelur

coklat. Ayam super kampong ini pertumbuhan cepat dengan converse pakan yang

rendah.

G. Sistem Perkawinan

10
Perkawinan antara ayam kampung jantan dengan ayam petelur betina

menghasilkan ayam kampung super. Proses perkawinan pada ayam kampung terjadi

di usia yang berbeda antara pejantan dan betina. Ayam jantan memasuki usia

produksi pada umur 12 bulan sedang betina pada umur 8 bulan. Setelah ditempatkan

dikandang untuk perkawinan, ayam betina akan bertelur pada hari ke 3. Ayam yang

dijadikan bibit adalah ayam yang memilikibadan yang besar dan tinggi. Ayam-ayam

tersebut tidak cacat dan dalam keadaan sehat. Yang sehat dapat dilihat dari keadaan

bulu yang rapi, berkilat serta halus. Serta daerah seperti mata, hidung dan anus bersih

dan tidak ada kotoran (Yanti, 2013).

H. Sistem Persilangan

Dalam proses perkawinan silang setiap peternak memilki cara masing-masing.

Contohnya, seperti saat inginmenghasilkan joperdari ayam kedu, Rhode Island Red

dan White Leghorn maka perlu adanya 3 tahap, yaitu: 1.) Ayam kedu dengan ayam

Rhode Island Red dikawin silangkan kemudian menghasilkan turunan F1, dengan

sebutan RIRK. Kemudian hanya diambil hanya F1 jantan, 2.)Ayam kedu dengan

White Leghorn dikawin silangkan menghasilkan turunan pertama (f1) yang biasa

disebut KWL, berikutnya hanya diambil F1 betina, 3.) F1 jantan RIRK dikawinkan

dengan F1 betina KWL yang menghasilkan ayam kampong super (Aritonang dkk,

2015).

I. Pemberian pakan
Ayam kampungmerupakan ayam local di Indonesia yang keberadaannya

sudah lekat dengan masyarakat (Nataamijaya 2010, Sartika dan Iskandar 2007).

Pemeliharaan tersebut untuk mendapatkan daging, telur serta sebagai tabungan.

Penampilan fenotip ayam kampong sangat beragam, begitu juga dengan sifat-sifat

kualitatifnya seperti warna bulu dan jengger (Sartika dan Iskandar 2007).

11
Pakan merupakan bagian dari faktor lingkungan yang perlu mendapat

perhatian khusus, mengingat biaya pakan dalam usaha peternakan menduduki biaya

tertinggi yaitu kurang lebih 65% dari biaya produksi (Nort dan Bell, 1990). Salah satu

manajemen pemberian pakan yang dapat diterapkan adalah pemberian pakan pada

pagi hari, karena berkaitan dengan suhu lingkungan Indonesia yang berfluktuasi.

Dilihat dari perubahannya dari suhu rendah, tinggi, kemudian turun lagi maka dapat

diperkirakan suh nyaman paa ayam yaitu pada pagi hari. Suhu udara di daerah tropis

akan mencapai titik terendah pada jam 05.00-06.00 pagi sampai 190C dan terus naik

hingga mencapai puncak pada jam 12.00-13.00 sebesar 32,20C (Hafini, 2015).

Periode pemberian pakan pada pagi hari harus dipertimbangkan untuk waktu

awal pemberian pakan sehingga saat ternak berada pada puncak metabolismenya

terhindar dari cekaman panas akibat suhu udara yang juga tinggi karena metabolisme

pada ternak juga akan menghasilkan panas tubuh. Oleh sebab itu waktu nyaman

ternak harus diketahu dan pemberian pakan dapat dimaksimalkan pada kondisi

tersebut. Waktu pemberian ransum selama 8 jam setiap hari dapat meningkatkan

bobot badan akhir dan konversi ransum lebih rendah ( yamin, 2002).

J. Sistem pemeliharaan

1). Intensif

Adanya wabah avian influenza yang di duga sumber penularannya dapat melalui

ayam dan mengakibatkan kematian pada manusia, maka menjadi pembelajaran

bahwa perlu melakukan restrukturisasi peternakan ayam lokal. Pemeliharaan ayam

lokal yang tadinya umum dipelihara secara bebas berkeliaran, maka perlu dilakukan

pembatasan dipelihara secara terkuryng guna memudahkan mengontrol status

kesehatannya. Pengawasan terhadap sumber penularan menjadi mudah dilakukan.

12
Dengan cara melakukan desinfeksi lingkungan kandang dan vaksinisasi ayam.

Dengan demikian ayam kesehatannya dapat terjaga dan diharapkan peternak dapat

terhindar dari penyakit zoonosis yang berasal dari ayam. Selain itu dengan

dikandangkan maka tingkat kematian ayam dapat ditekan dan manajemen untuk

mengontrol sifat buruk ayam (mengeram dan kanibalisme) dapat dilakukan, serta

kebutuhan ransum untuk pertumbuhan dan produksi telur dapat dicukupi sehingga

produktivitas meningkat (Riady, 2006).

2). Semi Intensif

Banyaknya peternak yang telah mengembangkan pemeliharaan dengan sistem

semi intensif, karena dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pemeliharaan secara tradisional. Dengan biaya usaha yang lebih rendah dibandingkan

dengan pemeliharaan secara intensif. Pemeliharaan dengan sistem semi intensif sudah

disediakan kandang dngan pagar disekeliling tempat ayam berkeliaran, telah

dilakukan penyapihan anak ayam dari induknya dan diberikan pakan tambahan.

Pemeliharaan dengan sistem semi intensif juga menjadi salah satu syarat bagi setiap

anggota untuk menerapkannya (Arsyad, 1999).

3). Ekstensif

Pemeliharaan ayam kampung super bagi sebagian besar masyarakat dilakukan

secara ekstensif sehingga hasil yang diperoleh kurang mencukupi kebutuhan

konsumen, baik dalam hal kualitas dan kwantitas produksi untuk memperbaiki dan

meningkatkan produksi untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi ayam

kampung diperlukan pemeliharaan intensif dengan perbaikan potensi dan juga diikuti

dengan perbaikan lingkungan, utama perkandangan dan pakakan yang bergizi

(suprijadna, 2008)

13
Pemeliharaan ayam kampung super dapat dilakukan seperti ayam kampong aasli

yaitu secara ekstensif, semi intensif, maupun intensif. Peternakan ayam kampong

secara ekstensif dicirikan oleh produktivitas yang rendah, mortalitas tinggi dan

pertumbuhan tidak maksimal. Populasi ayam kampung dengan pemeliharaan secara

ekstensifmmencapai 75% dari populasi ayam kampung nasional pada tahun 2014.

Sedangkan produksi daging ayam kampung hanya mencapai 14% dari produksi

daging nasional. Dalam upaya untuk meningkatkan populasi ayam kampong maka

perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif sehingga produktivitas meningkat,

mortalitas menurun dan pertumbuhan maksimal (Rasyaf, 2004).

K. Pemeliharaan Ayam Kampung Super

1). Induk

Pemeliharaan tidak berbeda dengan pemeliharaan ayam-ayam dalam kandang

individu dan pada ayam-ayam karantina. Untuk ayam yang di pelihara pada kandang

batere ini kita diberi pilihan untuk memproduksi telur konsumsi saja dan atau anak-

anak ayam hasil tetasannya. Pada siklus produksi (kurang lebih 14 hari) ayam akan

bertelur intensif, kemudian berhenti dan menunjukan tingkah laku untuk mengeram.

Kemudian ayam ini dimandikan satu atau dua kali dengan air dingin sampai siap

bertelur lagi 2 minggu kemudian. Pemberian vaksin ND tidak perlu lagi apbila sudah

dilakukan vaksinasi rutin. Namun kadang-kadang dilakukan lagi vaksinasi dengan

vaksin ND inaktif agar tidak mengganggu produksi telur (Wahju, 2004)

2). Pejantan

Untuk pemeliharaan pejantan Kandang merupakan suatu hal yang sangat penting

bagi ayam pejantan. Untuk kandang ayam pejantantang biasanya berukuran sekitar 9

x 12 meter persegi dan bisa menampung sekitar 1.500 ekor ayam pejantan. Kandang

14
ayam pejantan juga harus selalu dibersihkan agar ayam tersebut tetap merasa nyaman

berada di dalam kandang dan juga tidak mudah terserang oleh penyakit. Pembersihan

kandang bisa dilakukan 2 hari sekali atau bisa 1 minggu sekali, namun yang lebih

bagusnya selalu dibersihkan setiap saat. Anda dapat menyemprotkan desinfectan

supaya kandang ayam tetap dalam kondisi yang bersih dan terhindar dari berbagai

kuman-kuman atau penyakit (Harnanto, 1992).

L. Manajemen Pembibitan Ayam Kampung Super

1). Perkawinan

Ayam kampong memiliki warna kulit putih, kuning dan campuran. Hasil penelitian

Lestari (1998) hanya menemukan dua macam warna kulit yaitu putih dan kuning pada

ayam kampong. Warna kuning disebabkan karena ayam kampung tersebut nemiliki fe

yang tinggi. Zat besi di bawah oleh transferin (Tf) sebagai precursor sitesis

hemoglobin (Hb). Perkawinan memegang peranan penting dalam ilmu pemuliaan

ternak, karena digunakan untuk mendapatkan bibit unggul. Perkawinan adalah usaha

untuk memperbanyak ternak yang sudah lulus seleksi atau dalam kata lain sudah

dikatakan sebagai bibit unggul dengan mengawinkan ternak unggul tersebut maka,

keberadaan bibit unggul akan terus dpelihara

2), recording (pencatatan)

Recording adalah kumpulan dari catatan yang dibuat secara berurutan dan

berkesinambingan sehingga dapat digunakan dalam mengevaluasi pengelolaan usaha

peternakan. Semisal bobot badan, dalam pencatatan recording terdapat data tentang

bobot badan dan ini ditujukan untuk keseragaman bobot badan sehingga dapat

mempermudah proses pemeliharaan dan juga tidak terjadi kanibalisme pada ayam.

Recording terbagi menjadi 3 macam yaitu daily record (catatan harian), weekly record

15
(catatan mingguan) dan monthly record (catatan bulanan). Pada daily record

didapatkan data mengenai temperature kandang yang meliputi suhu maksimun dan

minuman, tanggal, umur ayam, jenis ayam, jumlah ayam yang mati, sisa ayam,

program pencahayaan, konsumsi pakan dan air minum, persediaan pakan, pemberian

pakan, pemberian vaksin atau obat-obatan. Dalam data weekly recod didapat data

mengenai umur ayam, bobo badan, konsumsi pakan per ekor, presentase kematian

(deplecion), sisa ayam, total vaksin, obat yang dipakai dan pencahayaan. Dari

monthly record didpatkan grafik pertumbuhan, grafik produksi dan presentase

kematian (Cahyono, 1995).

3). Seleksi Bibit (pejantan, induk)

Untuk menghasilkan telur ayam kampung siap tetas, maka kita bisa mendapatkan

dari indukan dan pejantan ayam kampung super melalui beberapa seleksi. Jika kita

mendapatkan bibit dari pembesaran DOC maka pada tahap starter, pemeliharaan

ayam kampung super petelur masih dijadikan satu.

4). Seleksi calon pengganti (repleciment)

Dalam pencarian calon bibit hanya di dasarkan pada penilaian tampilan luar saja,

sehingga terjadi kesalahan dalam pemilihan calon bibit yang akan di pelihara.

Walaupun minat pemeliharaan ayam kampung cukup tinggi, namun demkian selama

ini petrnak menemui kendala dalam penyediaan calon bibit pengganti yang bermutu

genetik unggul, sehingga produktivitas yang ada rendah. Dampaknya terlihat dari

produktivitas ternak yang tetap rendah walaupun ada upaya-upaya perbaikan pakan

dan tata laksana lainnya, persoalan tersebut muncul, kemungkinan Karena kurangnya

pengetahuan tentang teknik seleksi untuk calon bibit ayam kampung yang akan

dikembangkan berdasarkan konsep pemuliaan ternak. Untuk itu perlu adanya

pengetahuan mengenai seleksi (Baourdon, 1997).

16
5). Afkir (culling)

Menurut Althaleb (2003) konsumsi pakan yang berlebih pada umur yang tidak

produktif lagi pada fase finisher atau afkir dapat menimbulkan pemborosan pakan dan

dapat mengakibatkan biaya produksi mengalami peningkatan sehingga peternak dapat

mengalami kerugian dalam penggunaan bahan pakan yang tidak efesien, oleh karena

itu perlu ada metode untuk menanggulangi pemborosan konsumsi bahan pakan yang

tidak efisien

17
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pembuatan makalah perencanaan

pembibitan ternak ayam kampung super harus memerhatikan beberapa hal penting

yang menjadi penunjang keberhasilan pembibitan ayam kampung super harus

memerhatikan pemberian pakan, sistem pemeliharaan dan manajemen pembibitan.

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banya sekali kesalahan dan

sangat jauh dari kesempurnaan . tentunya, penulis akan terus mamperbaiki makalah

dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah

diatas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Althaleb, S.S. 2003. Effect Of An Early Feed Restriction Productive Performance and
Carcass Quality. J. Biol. Sci. 3:607-611.
Aritonang . 2015. Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Pustaka baru Press.
Yogyakarta.
Arsyad. 1999. Ekonomi Manajerial Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen
Bisnis. Edisi 3 BPFF. Yogyakarta.
Baurdon, R.M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice Hall, New Jersey.
Cahyono, B. Ir. 1995. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Cartuto, PN. 2008. Agribisnis Ternak Unggas. Departemen Pendidikan Nasional.
Daryono. 2001. Prospek Pengembangan Agribisnis Perunggasan Berbasis Sumber
Daya Lokal. Makalah Seminar Pengembangan Agribisnis Peternakan.
Fapet Unsoed. Purwokerto.
Hafini, W.,D. Pujiastuti, dan W, Harjupa. 2015. Analisis Variabilitas Temperatur
Udara di Daerah Kototabang periode 2003-2012. J.fisika Unand, 4 (2):185-
192.
Harnanto. 1992. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok. Edisi Pertama. BPFE,
Yogyakarta.
Lestari. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah MadaUniversity Press.
Yogyakarta.
Nataamijaya. 2010. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.
Yogyakarta.
North, M. O. and D.D. Bel. 1990. Commercial Chiken Production Manual. Fourth ed,
An AVI Book. Van Nostrand Riinhold, New York.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Kampung. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sartika. 2017. Pengaruh Pemisahan anak ayam dari induknya terhadap kapasitas
produksi telur. Proceeding Seminar peternakan dan Forum peternak Unggas
dan aneka Ternak. Puslitbangnak. Bogor.

19
Sprijadna. 2008. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.
Undang –Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan RI. No 18, 2009. Dihimpun oleh
Tunggal,. H.D. Havarindo, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai