OLEH :
JURUSAN PETENAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar
seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan
kecil seperti ayam, kelinci dll. Adapun jenis-jenis ternak diantaranya sapi, kerbau,
sapi perah, domba, kambing, babi, kelinci, ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera,
belut, katak hijau, dan ternak lebah madu. Masing-masing hewan ternak tersebut
dapat diambil manfaat dan hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan
diselengarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dalam jangka
waktu tertentu, untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan, untuk
untuk menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi poyong sudah dikenal secara
luas oleh masyarakat. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga
daging yang relatif tinggi memotivasi para pembudidaya untuk terus tetap
sapi potong yang dibudidayakan juga beraneka ragam, mulai dari peranakan ongol
Kambing ternak ialah salah satu subspesies kambing yang dipelihara atau
dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan Eropa Timur kambing ialah
anggota dari keluarga bovidae dan bersaudara dengan biri-biri lantaran keduanya
tergolong dalam sub family caprinae. Terdapat lebih 300 jenis kambing yang tidak
sama beda. Kambing ialah salah satu di antara spesies yang paling using
diternakkan yaitu untuk susu, daging, bulu, dan kulit diseluruh dunia.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui
analisis produksi peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa.
1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui analisis produksi peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing
etawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah nasional yang perlu
sumber daging dalam negeri. Tingginya permintaan sapi Bali belum diimbangi
mutu genetik ternak. Dampak dari eksploitasi ternak seperti di atas akan berakibat
pada jantan akan menjadi hitam setelah dewasa, dari lutut ketangkai bawah
berwarna putih seperti memakai kaus kaki, bagian pantat berwarna putih
membentuk setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam, serta terdapat garis
belut warna hitam di punggung betina, sapi Bali memiliki kepala pendek dengan
dahi datar, Sapi Bali jantan memiliki tanduk panjang dan besar yang tumbuh
kesamping belakang. Sebaliknya, Sapi Bali betina memiliki tanduk yang lebih
Secara etimologi kata Identitas berasal dari kata identity yang berarti: 1)
kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, mirip satu sama lain; 2)
kondisi atau fakta tentang sesuatu yang sama diantara dua orang atau dua benda;
3) kondisi atau fakta yang menggambarkan sesuatu yang sama diantara dua orang
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai
tahun. usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan umur ideal bagi
maka pendapatan akan semakin meningkat, yang tergantung juga pada jenis
sangat erat kaitannya dengan umur karena bila umur seseorang telah melewati
produktivitasnya pun menurun dan pendapatan juga ikut turun (Firwiyanto, 2010)
yang ada di perusahaan berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan
yang dimiliki dan lingkungan perusahaan. Pada umumnya ada dua kategori
bersaing dengan perusahaan lain dan mendapat tekanan dari pihak kepentingan
lingkungan (Rusdiana,2016).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa di Kelurahan Kambu, Kecamatan
Kambu, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada
tabel 1.
Kambu, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 3.
a. Asistensi
b. Pelaksanaan Praktikum
analisis produksi peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa di
lokasi tertentu.
c. Studi Literatur
praktikum.
d. Analisis Hasil Kegiatan
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data
e. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan, dibuat sesuai prosedur atau sesuai apa yang dijelaskan
oleh asisten. Dalam pembuatan laporan ini salah satu persyaratan kelulusan
Asistensi
Pelaksaan praktikum
Studi literatur
Pembuatan Laporan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang
pertama akan membahas tentang modal tetap tahun terakhir yang mana meliputi
lahan penggembalaan, lahan untuk kandang, kandang untuk ternak dan peralatan
lain pertahun seperti sekop dan lain sebagainya dimana jumlah keselruhan dari
volumenya 10x20, Luasnya 70x10, biaya 400 juta dan nilai jualnya sekitar 19 juta.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Prasetyo, 2015 ) yang menyatakan bahwa
luas kandang sapi bali yaitu sebanyak 9-32 M2 dan pendapatan peternak sapi
sebanyak Rp. 7.299.989 pertahun. Pertambahan berat hidup mencapai 0,6-0,7 kg/
hari/ ekor dan beranak setiap 1,5-2 tahun sekali. Pembuatan kandang yaitu suatu
bagian lahan yang dibatasi oleh pagar dan ternak dibiarkan merumput didalamnya.
Biaya tetap merupakan komponen biaya produksi usaha sapi baik sistem maupun
mandiri dimana besarnya biaya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah sapi
yang dimiliki, akan tetapi dipengaruh oleh setiap biaya yang dikeluarkan seperti
Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang
kedua akan membahas tentang modal tetap tahun terakhir yang mana meliputi,
memberi makan dan lain-lain dimana jumlah keseluruhan dari modal tetap tahun
terakhir yang terdiri dari volume 41, luas 1.150, upah Rp. 500.000 dan tenaga
kerja berjumlah 8 orang. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Putri, 2016) yang
dan bangunan lainnya, biaya pembelian peralatan, sewa lahan. Pemberian vitamin
terutama pada saat ternak sapi masih muda semua memilki peralatan standar
seperti arit dan parang untuk menyabit rumput atau untuk membersihkan daerah
ternak. Biaya tenaga kerja dan biaya hijauan segar merupakan biaya yang
dan juga tidak membeli hijauan segar. Biaya tenaga kerja diperhitungkan Rp
45.000 sesuai dengan biaya tenaga kerja buruh tani. Sedangkan biaya hijauan
dihabiskan dan biaya-biaya lainnya yang dibutuhkan untuk mencari hijauan segar.
Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang
ketiga akan membahas tentang modal tetap tahun terakhir yang mana meliputi
/bulan sebanyak 2 liter/Bulan, Biaya Lainnya (listrik, air dll)/bulan. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Siregar, 2009) yang menyatakan bahwa untuk bahan pakan
hijaun peternak biasanya diambil sebanyak 30 kg dengan cara diarit dalam hal ini
diperoleh dari alam dan diambil sendiri. Sedangkan untuk biaya vitamin dan obat-
obatan hanya digunakan pada saat ternak mengalami sakit dan obat yang
Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang
keempat akan membahas tentang Bibit sapi Bali dimana Pola Pengembangbiakan
Juta, total harga 78 juta, status ternak beli atau gaduh, Lamanya dipelihara untuk
dijual 2/2 tahun dan total perkiraan harga jual 23 juta. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Kusuma, 2008) yang menyatakan bahwa Kriteria pengadaan sapi adalah
sapi jantan, sehat dan tidak cacat dengan umur sekitar 2 tahun. Tinggi badan
mencapai 105 cm dengan rata-rata bobot hidup sebesar 150 – 170 kg. Apabila
tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, namun kondisi sapi bagus maka
Sapi jantan bakalan biasanya dipelihara hingga umur 1,5-2 tahun untuk
siap dijual sebagai bakalan penggemukan. Sedangkan waktu penjualan sapi betina
bakalan sebagai bibit tidak tentu, disesuaikan dengan kebutuhan peternak, 6-12
bulan sudah dijual atau menunggu hingga umur 2 tahun. Sapi betina bakalan tidak
dijual, tetapi dipelihara sendiri untuk digunakan sebagai bibit (induk). Sapi
dan pembeli. Penyerahan barang berupa ternak dapat dilakukan di tempat penjual
dan ada kalanya penjual mengantarkan ternaknya yang dijual kepada pembeli,
sedangkan pembayaran harga ternak dapat dilakukan secara tunai atau dibayar
Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang
kelima akan membahas tentang Bibit sapi Bali dimana Pola Penggemukan lebih
dari setahun dengan masa pemeliharaan Ternak setahun yang lalu (2019)
sebanyak 1 Ekor, harga rata-rata 8 Juta, total harga 8 juta, status ternak beli
Lamanya dipelihara untuk dijual 2 tahun dan total perkiraan harga jual Rp. 15,9
juta. Hal ini sesuia dengan pendapat (Indrayani, 2012) yang menyatakan bahwa
Setiap penjualan per ekor sapi, memperoleh pendapatan sekitar Rp. 1,1 – 1,3 juta,
yang biasanya dipelihara selama 8–10 bulan. Selama 5 tahun, rata-rata keuntungan
yang diperoleh sebesar Rp.1,122 juta. Penggemukan sapi potong dengan sapi
bakalan yang digunakan berada pada fase pertumbuhan, maka akan berpengaruh
dilakukan pada ternak sapi usia 12-18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun.
Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah
Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang
perbulan (dalam ribuan rupiah) dimana total penghasilan dari 2016-2017 tidak
ada, total penghasilan dari 2018 sebanyak 125 juta, total penghasilan dari 2019
sebanyak 80 juta dan total penghasilan di tahun 2020 blm ada. Hal ini tidak sesuai
sapi bali merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh responden. Satuan ternak
padang rumput atau daya tampung sisa hasil tanaman terahadap jumlah ternak,
dapat juga dugunakan untuk perhitungan berbagai masukan dan keluaran fisik
ekor sapi bakalan, umur sapi bakalan yang dipelihara bervariasi yaitu untuk sapi
bali sekitar 1 tahun dan untuk sapi bali sekitar 9 bulan atau sekitar lepas sapih.
Periode pemeliharaan sapi penggemukan adalah sekitar 0,5 tahun sampai 1 tahun
tergantung petani dan kalau menguntungkan peternak sudah dijual dan tidak ada
4.2. Kambing
Bibit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para peternak,
khususnya kambing. Hasil praktikum yang telah dilaksanakan adalah harga untuk
bibit betina adalah Rp. 1.500.000 yang dibeli di pasar tradisional. Pemilihan bibit
persyaratan umum pemilihan bibit yaitu bibit kambing/domba yang dipilih berasal
dari daerah yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan
bebas Brucellosis), bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala cacat
fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku
abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya,
dengan pemberian pakan pada sore hari. Mathius (1994) menyatakan bahwa
dalam beternak kambing ada beberapa asumsi yang dipakai dalam analisa usaha
penggemukkan kambing potong yaitu kambing bakalan yang dipakai: 100 ekor,
dengan umur kurang lebih: 6 bulan dan bobot badan: 16 kg/ekor, lama
penggemukkan: 100 hari atau kurang lebih 3 bulan/satu periode. Pertambahan
bobot badan harian: 100 g/hari: 0,1 kg/hari. Bobot badan kambing yang dijual
harga Rp 2000/kg dan hijauan 10% bobot badan dengan harga Rp 300/kg.
Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa jarak
kandang dengan rumah peternak adalah 5 meter dengan model kandang adalah
panggung. Bahan bangunan terbuat dari beton,besi, papan, seng, terpal. Atap
kandang panggung mempunyai kelebihannya kotoran dan air kencing ternak jatuh
kandang terjamin. Lantai kandang tidak becek sehingga kelembaban yang tinggi
di dalam kandang dapat dihindari. Lantai kandang lebih kering sehingga kuman-
dapat terhindar dari gangguan binatang buas. Aman terhadap kemungkinan banjir
mendadak.
Jarak antara lantai kandang dengan tanah adalah 0,95 m. Jantan dan betina
tidak dipisah serta tempat penyimpanan pakan ada di luar kandang. Sistem
penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak
pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan
kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk
dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau
Ternak tidak pernah digembalakan, tidak dicukur, tidak potong kuku dan
tidak dimandikan. Hal ini dikarenakan peternak focus pada penggemukan. Tandi
lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium. Fungsi padang
yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit serta ternak
dapat memilih dan merenggut sendiri makanannya. Rumput dan legum yang ada
disebabkan, rumput dan legum yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang
mendekati kelahiran maka ternak dibawa ke rumah peternak. Cempe yang baru
lahir langsung diberi kamper (kapur barus) dan minyak kayu putih. Menurut
Muljana (2001), penyakit belatung disebabkan oleh luka yang berdarah dan
dapat dilakukan dengan menggunakan Gusanex dan obat anti biotik lainnya, atau
bisa dilakukan dengan cara membersihkan luka kemudian obati dengan gerusan
kamper/kapur barus kemudian luka ditutup dengan perban dan diulangi pada hari
selanjutnya.
Hijauan yang diberikan untuk pakan adalah semua jenis tumbuhan, baik
legume, ramban, rumput dan sebagainya. Pemberian pakan secara adlibitum dan
frekuensi pemberian 2 kali sehari pagi dan sore. Sumadi (2010) menyatakan
sehari.
menyatakan bahwa Adapun ketersediaan air minum untuk kambing harus ada
setiap saat. Sebagian besar air didapat dari hijauan rumput atau daun-daunan,
kambing tetap harus diberi minum. Air diperlukan untuk membantu proses
(keringat, air kencing dan kotoran), melumasi persendian dan membuat tubuh
tidak kepanasan.
Praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa jika ada ternak
yang sakit maka penanganan pada kambing yang sakit ditangani dengan cepat dan
segerah dipisahkan dengan ternak lainnya, agar tidak penyebar pada ternak
lainnya. Dan cara penanganannya itu obat di suntikan atau di campurkan dengan
minumannya. Dick (1995) menyatakan bahwa vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut. Tujuan diberikan
memiliki sifat dari kedua jenis tersebut yakni mudah pemeliharaannya, mampu
Modal tetap adalah modal perusahaan yang tertanam dalam harta tetap,
hak paten, dan mesin-mesin serta saham dan surat berharga lainnya. Modal tetap
meliputi lahan pengembalaan, lahan untuk kandang, kandang ternak, dan peratan
lain (sekop, ember, sapu dana lain-lain) pertahun. Modal-modal tersebut secara
keseluruhan ditambahkan maka hasilnya akan di peroleh total modal tetap yang
Berdasarkan tabel diatas terlihat modal tetap tertinggi berada pada lahan
memerlukan biaya sekitar 150 juta. Modal tetap terenda pada peralatan kandang
yang mana jumlah biaya yang dibutuhkan dari 6 ember, 2 sekop, dan 2 sapu
adalah 271 ribu. Hal ini di karenakan modal tetap yang digunakan tersebut adalah
faktor dari kebutuhan ternak sendiri sehingga secara otomatis akan berpengaruh
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
membersihkan kandang, memberikan makan dan lain” sehingga total biaya tenaga
kerja yang harus di keluarkan perusahan untuk mebayar tenaga kerja tahun
terakhir adalah 48.000 dari total 8 pekerja. Pakan hijauan perhari sebanyak 7
ember dan biaya listrik, air dan lain-lain sebesar 50 ribu perbulan. hal ini berbeda
dengan pendapat Zulfanita (2011) menyatakan biaya berupa tenaga kerja seperti
mencari rumput dan membersihkan kandang tidak dinilai sebagai input yang harus
dibayar hal dikarenakan pemanfaatan ekonomi dari pada terbuang atau tidak
terpakai bisa di peroleh dari tanah milik sendiri dan padang rumput.
Berdasarkan tabel di atas yang mana ternak jantan yang berumur <1 tahun
berjumlah 7 ekor dengan harga rata-rata 1,5 jt sampai 2 jt, jantan umur 1-2 tahun
berjumlah 7 ekor dengan harga rata-rata yaitu 2 jt sampai 3 jt dan jantan umur > 2
tahun dengan jumlah 7 ekor > 3 jt. Sedangkan pada betina umur <1 tahun
berjumlah 8 ekor dengan harga rata-rata 800 ribu, betina umur 1-2 tahun
berjumlah 8 ekor dengan harga rata-rata 1 jt sampai 1,5 jt dan betina umur > 2
tahun berjumlah 8 ekor dengan harga rata-rata 2 jt jadi total harga kambing jantan
dari umur < 1 tahun sampai > 2 tahun adalah 147 jt sedangkan pada ternak betina
dari umur < 1 tahun sampai > 2 tahun 64 jt pertahun. Sehingga total pendapatan
pertahun sekitar 211 jt. Pendapatan usaha ternak sangat ditentukan oleh kapasitas
penjual hasil produksi pada kurun periode tertentu. Semakin banyak penjualan,
maka semakin besar pula pendapatan dari usaha ternak (Priyanto dan Yulistiyani,
2005).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa di kelurahan kambu
kecamatan kambu kabupaten kota kendari, oleh bapak Mardi, La insi dan Bapak
5.2. Saran
Donkin, E.F. and P.A. Boyazoglu. 2004. Diseases and Mortality of Goat Kids in
South Africa Milk Goat Herd. South Africa. J. Anim. Sci. 34 (suppl.)
258- 261.
Irmawati D., A.M.Fuah dan D.J. Setyono. 2013. Sistem Produksi Dan
Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawa. Jurnal
Produksi dan Teknologi Peternakan. Vol 1 (20 : 104-109.
Kusuma diwyanto dan atien priyanti. 2008. Keberhasilan pemanfaatan sapi bali
berbasis pakan lokal dalam pengembangan usaha sapi potong di
Indonesia. Jurnal Wartazoa. Vol. 18 (1).
Maemunah, A., Nuraini H., Priyanto R., Harsi T. 2017.Dimensi Tubuh Sapi
Friesian Holstein dan limousine Betina Berdasarkan Morfometrik dengan
Citra Digital. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan.
Vol. 7 (2).
Mathius, I.W. 1994. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran
Kambing-Domba. Wartazoa. 3(2−4), Maret 1994. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.
Putri, B.R.T; I. N. Suparta I.W. Sukanata dan Suciani. 2016. Analisis finansial
usaha perbibitan sapi bali yang menggunakan dana bansos di provinsi
bali. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jl PB Sudirman,
Denpasar – Bali.
Rusdiana, S. 2016. Analisis Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis
Agroekosistem Di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Agriekonomika. Vol 5 2. Hal: 1-13. e-ISSN : 2407-6260.
Sarwono. 2002. Beternak Kambing Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tandi, Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan
Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)
Gowa. Jurnal Agrisistem. Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.
Zulfanita. 2011. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing Di Desa
Lupangsampang Kecamatan Piturud Kabupatern Pruwerjo. Jurnal
Mediagroo. Vol 7 (2):61-68.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Kuesioner
KUESIONER
ANALISIS PRODUKSI
PETERNAKAN SAPI BALI
9. Faktor produksi :
A. Modal Tetap Tahun Terakhir
No Volume Luas Biaya Umur pakai/ Nilai jual
Uraian
(Buah) (m2) (Rp.) ekonomis (thn) (Rp.)
1. Lahan penggembalaan -
2. Lahan untuk kandang 20 x10 70 x10 400 Juta - 19 Juta
3. Kandang ternak Sapi Bali
4. Peralatan lain pertahun - - - -
: -
Sekop, Ember, Beko,
Sapu, Tali, dll
Jumlah 20 x10 70 x10 400 Juta - 19 Juta
11. Rata-rata penghasilan peternak sapi potong perbulan (dalam ribuan rupiah)
No Tahun Stok Awal Pembelian/ Lahir Mati Dijua Sisa akhir Total harga
(ekor) Gaduh (ekor (ekor l tahun ternak
(ekor) ) ) (ekor (ekor) akhir tahun (Rp)
)
1. 2016 - - - - - - -
2. 2017 - - - - - - -
3. 2018 - - - - - - -
4. 2019 - - - - - - -
5. 2020 - - - - - - -
KUESIONER
ANALISIS PRODUKSI
PETERNAKAN KAMBING KACANG
No Tahun Stok Awal Pembelian/ Lahir Mati Dijua Sisa akhir Total harga
(ekor) Gaduh (ekor (ekor l tahun ternak
(ekor) ) ) (ekor (ekor) akhir tahun (Rp)
)
1. 2016 - - - - - - -
2. 2017 - - - - - - -
3. 2018 - - - - - - -
4. 2019 - - - - - - -
5. 2020 - - - - - - -
KUESIONER
ANALISIS PRODUKSI
PETERNAKAN KAMBING ETAWA
No Tahun Stok Awal Pembelian/ Lahir Mati Dijua Sisa akhir Total harga
(ekor) Gaduh (ekor (ekor l tahun ternak
(ekor) ) ) (ekor (ekor) akhir tahun (Rp)
)
1. 2016 - - - - - - -
2. 2017 - - - - - - -
3. 2018 - - - - - - -
4. 2019 - - - - - - -
5. 2020 - - - - - - -
LINK YOUTUBE
https://youtu.be/tMtYiNM_4FY