Anda di halaman 1dari 34

Laporan Praktikum Manajemen Ternak Potong

ANALISIS PRODUKSI SAPI BALI , KAMBING KACANG DAN


KAMBING ETAWA DI KELURAHAN KAMBU KECAMATAN KAMBU
KABUPATEN KOTA KENDARI

OLEH :

WA ODE MUSLIMAH : L1A117210


KASMAWATI : L1A118017
SRI WULANDARI PANATHA : L1A118019
SULFIANA : L1A118041
WA ODE SITI NURBAYA : L1A118182

JURUSAN PETENAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan

peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan

adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada

faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di

bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar

seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan

kecil seperti ayam, kelinci dll. Adapun jenis-jenis ternak diantaranya sapi, kerbau,

sapi perah, domba, kambing, babi, kelinci, ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera,

belut, katak hijau, dan ternak lebah madu. Masing-masing hewan ternak tersebut

dapat diambil manfaat dan hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan

pilihan untuk diternakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Usaha peternakan merupakan suatu usaha pembibitan dan atau budidaya

peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang

diselengarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dalam jangka

waktu tertentu, untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan, untuk

menghasilkan, dsging, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk

mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya (Sekretaris Jenderal

Kementerian Pertanian, 2015).


Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama

untuk menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi poyong sudah dikenal secara

luas oleh masyarakat. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga

daging yang relatif tinggi memotivasi para pembudidaya untuk terus tetap

bersemangat dalam mengembangkan budidaya ternak sapi potong. Bangsa ternak

sapi potong yang dibudidayakan juga beraneka ragam, mulai dari peranakan ongol

(PO), Simmental, Brahman, Limousine dan Sapi Bali.

Kambing ternak ialah salah satu subspesies kambing yang dipelihara atau

dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan Eropa Timur kambing ialah

anggota dari keluarga bovidae dan bersaudara dengan biri-biri lantaran keduanya

tergolong dalam sub family caprinae. Terdapat lebih 300 jenis kambing yang tidak

sama beda. Kambing ialah salah satu di antara spesies yang paling using

diternakkan yaitu untuk susu, daging, bulu, dan kulit diseluruh dunia.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum analisis

produksi peternkaan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa.

1.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui

analisis produksi peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa.

1.3 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu mahasiswa dapat

mengetahui analisis produksi peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing

etawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah nasional yang perlu

dipertahankan kelestariannya. Sapi Bali memegang peranan penting sebagai

sumber daging dalam negeri. Tingginya permintaan sapi Bali belum diimbangi

dengan usaha-usaha pembibitan atau hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan

mutu genetik ternak. Dampak dari eksploitasi ternak seperti di atas akan berakibat

pada penurunan mutu genetik (Patmawati dkk, 2013).

Ciri-ciri khas Sapi Bali diantaranya rambut berwarna merah keemasan

pada jantan akan menjadi hitam setelah dewasa, dari lutut ketangkai bawah

berwarna putih seperti memakai kaus kaki, bagian pantat berwarna putih

membentuk setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam, serta terdapat garis

belut warna hitam di punggung betina, sapi Bali memiliki kepala pendek dengan

dahi datar, Sapi Bali jantan memiliki tanduk panjang dan besar yang tumbuh

kesamping belakang. Sebaliknya, Sapi Bali betina memiliki tanduk yang lebih

pendek dan kecil (Karno, 2017).

2.2. Kambing Etawa

Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan tipe kambing lokal di

Indonesia yang mempunyai prospek yang bagus dalam pertumbuhan untuk

mendukung perekonomian petani lokal. Kambing PE di Indonesia umumnya

dipelihara oleh peternak di perdesaan. Perhatian utama pada peternakan kambing

PE adalah bagaimana cara meningkatkan populasi kambing PE, sehingga


diperlukan upaya peningkatan produktivitas yang pada gilirannya akan

meningkatkan pendapatan peternak (Maemunah dkk., 2017).

2.3. Identitas Responden

Secara etimologi kata Identitas berasal dari kata identity yang berarti: 1)

kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, mirip satu sama lain; 2)

kondisi atau fakta tentang sesuatu yang sama diantara dua orang atau dua benda;

3) kondisi atau fakta yang menggambarkan sesuatu yang sama diantara dua orang

(individualitas) atau dua kelompok atau benda; 4) menunjukkan tentang suatu

kebiasaan untuk memahami identitas dengan kata “identik” (Subandriyo, 2014).

Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai

dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan

tahun. usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun (Sulianto, 2010).

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan.

Umur produktif berkisar antara 15-64 tahun yang merupakan umur ideal bagi

para pekerja. Di masa produktif, secara umum semakin bertambahnya umur

maka pendapatan akan semakin meningkat, yang tergantung juga pada jenis

pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan fisik seseorang untuk melakukan aktivitas

sangat erat kaitannya dengan umur karena bila umur seseorang telah melewati

masa produktif, maka semakin menurun kekuatan fisiknya sehingga

produktivitasnya pun menurun dan pendapatan juga ikut turun (Firwiyanto, 2010)

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam lingkungan


masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan

merupakan alat yang digunakan untuk merubah perilaku manusia. Pendidikan

dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan individu atau masyaraka (Antara, 2011).

2.4. Profil Perusahaan

Profil Perusahaan adalah suatu pandangan masyarakat tentang karateristik

yang ada di perusahaan berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan

yang dimiliki dan lingkungan perusahaan. Pada umumnya ada dua kategori

perusahaan yaitu high-profile dan low-profile. Dimana perusahaan high-profile

lebih mendapatkan banyak sorotan dari masyarakat luas dibandingkan dengan

perusahaan low-profile, karena perusahaan high-profile lebih dianggap mampu

bersaing dengan perusahaan lain dan mendapat tekanan dari pihak kepentingan

umum serta mempunyai visibilitas konsumen dan resiko tinggi terhadap

lingkungan (Rusdiana,2016).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakan praktikum analisis produksi peternakan

sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa di Kelurahan Kambu, Kecamatan

Kambu, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Waktu dan Tempat


No. Nama Kegiatan Waktu Tempat
1. Asistensi pelaksanaan 31 Desember 2020 Pertemuan virtual
praktikum menggunakan aplikasi
ZOOM
2. Pelaksanaan 04 Januari 2021 Kelurahan Kambu
Praktikum Kecamatan. Kambu,
Kabupaten kota kendari

3.2. Alat dan Objek

Alat yang digunakan dalam praktikum analisis produksi peternakan sapi

bali, kambing kacang dan kambing etawa di Kelurahan Kambu, Kecamatan

Kambu, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaannya


No Nama Alat Kegunaan
1. Alat tulis Mencatat kegiatan dan informasi
2. Kamera Mengambil dokumentasi
3. Kuisioner Daftar pertanyaan untuk mendapatkan
informasi dari peternak

Objek yang digunakan dalam praktikum analisis produksi peternakan sapi

bali, kambing kacang dan kambing etawa di Kelurahan Kambu, Kecamatan


Kambu, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Objek dan Kegunaan


No Objek Kegunaan
1. Peternak Sebagai objek pengamatan

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum analisis produksi peternakan sapi bali,

kambing kacang dan kambing etawa di Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu,

Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu:

a. Asistensi

Sebelum dilakukanya praktikum lapangan dengan tempat yang berbeda,

yang pertama dilakukan adalah asistensi praktikum ilmu manajemen ternak

potong tujuanya agar praktikan mengetahui langkah-langkah apa yang akan

dilakukan dalam praktikum ini.

b. Pelaksanaan Praktikum

Praktikum ini melakukan dengan cara melakukan survey lapangan dengan

mewawancarai pternak dan membuat dokumentasi video singkat tentang topik

analisis produksi peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa di

lokasi tertentu.

c. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendukung, membandingkan dan dapat

memperkuat pendapat tentang materi yang telah diperoleh selama melakukan

praktikum.
d. Analisis Hasil Kegiatan

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data

primer berasal dari observasi pencatatan dilapangan, sedengkan data sekunder

berasal dari sumber-sumber yang berkaitan dengan analisis produksi peternakan

sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa.

e. Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan, dibuat sesuai prosedur atau sesuai apa yang dijelaskan

oleh asisten. Dalam pembuatan laporan ini salah satu persyaratan kelulusan

matakuliah manajemen ternak potong.

3.4. Diagram Alir

Asistensi

Pelaksaan praktikum

Studi literatur

Analisis Hasil Kegiatan

Pembuatan Laporan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sapi Bali

Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang

pertama akan membahas tentang modal tetap tahun terakhir yang mana meliputi

lahan penggembalaan, lahan untuk kandang, kandang untuk ternak dan peralatan

lain pertahun seperti sekop dan lain sebagainya dimana jumlah keselruhan dari

volumenya 10x20, Luasnya 70x10, biaya 400 juta dan nilai jualnya sekitar 19 juta.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Prasetyo, 2015 ) yang menyatakan bahwa

luas kandang sapi bali yaitu sebanyak 9-32 M2 dan pendapatan peternak sapi

sebanyak Rp. 7.299.989 pertahun. Pertambahan berat hidup mencapai 0,6-0,7 kg/

hari/ ekor dan beranak setiap 1,5-2 tahun sekali. Pembuatan kandang yaitu suatu

bagian lahan yang dibatasi oleh pagar dan ternak dibiarkan merumput didalamnya.

Biaya tetap merupakan komponen biaya produksi usaha sapi baik sistem maupun

mandiri dimana besarnya biaya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah sapi

yang dimiliki, akan tetapi dipengaruh oleh setiap biaya yang dikeluarkan seperti

penyusutan kandang, peralatan, listrik, pajak bumi dan bangunan.

Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang

kedua akan membahas tentang modal tetap tahun terakhir yang mana meliputi,

penggembalaan, mengarit rumput, membersihkan kandang, perawatan ternak,

memberi makan dan lain-lain dimana jumlah keseluruhan dari modal tetap tahun

terakhir yang terdiri dari volume 41, luas 1.150, upah Rp. 500.000 dan tenaga

kerja berjumlah 8 orang. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Putri, 2016) yang

menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usaha perbibitan


sapi bali adalah biaya pembelian calon induk, biaya pembuatan bangunan kandang

dan bangunan lainnya, biaya pembelian peralatan, sewa lahan. Pemberian vitamin

terutama pada saat ternak sapi masih muda semua memilki peralatan standar

seperti arit dan parang untuk menyabit rumput atau untuk membersihkan daerah

ternak. Biaya tenaga kerja dan biaya hijauan segar merupakan biaya yang

diperhitungkan, karena sesungguhnya peternak tidak membayar upah tenaga kerja

dan juga tidak membeli hijauan segar. Biaya tenaga kerja diperhitungkan Rp

45.000 sesuai dengan biaya tenaga kerja buruh tani. Sedangkan biaya hijauan

diperhitungkan Rp 199,77 yang diperhitungkan dari lamanya waktu yang

dihabiskan dan biaya-biaya lainnya yang dibutuhkan untuk mencari hijauan segar.

Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang

ketiga akan membahas tentang modal tetap tahun terakhir yang mana meliputi

Pakan hijau/hari, Pakan konsentrat/hari sebanyak 35 kg, Vitamin dan obat-obatan

/bulan sebanyak 2 liter/Bulan, Biaya Lainnya (listrik, air dll)/bulan. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Siregar, 2009) yang menyatakan bahwa untuk bahan pakan

hijaun peternak biasanya diambil sebanyak 30 kg dengan cara diarit dalam hal ini

peternak tidak mengeluarkan biaya karena bahan pakan tersebut langsung

diperoleh dari alam dan diambil sendiri. Sedangkan untuk biaya vitamin dan obat-

obatan hanya digunakan pada saat ternak mengalami sakit dan obat yang

digunakan tergolong sederhana.

Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang

keempat akan membahas tentang Bibit sapi Bali dimana Pola Pengembangbiakan

dan Penggemukan dengan pemeliharaan kurang dari setahun jumlah pembelian


Periode Desember 2019-Desember 2020 sebanyak 9000 Ekor, harga rata-rata 18

Juta, total harga 78 juta, status ternak beli atau gaduh, Lamanya dipelihara untuk

dijual 2/2 tahun dan total perkiraan harga jual 23 juta. Hal ini sesuai dengan

pendapat (Kusuma, 2008) yang menyatakan bahwa Kriteria pengadaan sapi adalah

sapi jantan, sehat dan tidak cacat dengan umur sekitar 2 tahun. Tinggi badan

mencapai 105 cm dengan rata-rata bobot hidup sebesar 150 – 170 kg. Apabila

tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, namun kondisi sapi bagus maka

keputusan sepenuhnya berada di pihak peternak.

Sapi jantan bakalan biasanya dipelihara hingga umur 1,5-2 tahun untuk

siap dijual sebagai bakalan penggemukan. Sedangkan waktu penjualan sapi betina

bakalan sebagai bibit tidak tentu, disesuaikan dengan kebutuhan peternak, 6-12

bulan sudah dijual atau menunggu hingga umur 2 tahun. Sapi betina bakalan tidak

dijual, tetapi dipelihara sendiri untuk digunakan sebagai bibit (induk). Sapi

bakalan dijual kepada pedagang pengumpul atau kepada peternak disekitarnya

yang membutuhkan dan harga penjualan tergantung kesepakatan antara penjual

dan pembeli. Penyerahan barang berupa ternak dapat dilakukan di tempat penjual

dan ada kalanya penjual mengantarkan ternaknya yang dijual kepada pembeli,

sedangkan pembayaran harga ternak dapat dilakukan secara tunai atau dibayar

dengan selang waktu seminggu kemudian sesuai kesepakatan (Hartono, 2009)

Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang

kelima akan membahas tentang Bibit sapi Bali dimana Pola Penggemukan lebih

dari setahun dengan masa pemeliharaan Ternak setahun yang lalu (2019)

sebanyak 1 Ekor, harga rata-rata 8 Juta, total harga 8 juta, status ternak beli
Lamanya dipelihara untuk dijual 2 tahun dan total perkiraan harga jual Rp. 15,9

juta. Hal ini sesuia dengan pendapat (Indrayani, 2012) yang menyatakan bahwa

Setiap penjualan per ekor sapi, memperoleh pendapatan sekitar Rp. 1,1 – 1,3 juta,

yang biasanya dipelihara selama 8–10 bulan. Selama 5 tahun, rata-rata keuntungan

yang diperoleh sebesar Rp.1,122 juta. Penggemukan sapi potong dengan sapi

bakalan yang digunakan berada pada fase pertumbuhan, maka akan berpengaruh

positif terhadap pertambahan bobot badan sapi. penggemukan sebaiknya

dilakukan pada ternak sapi usia 12-18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun.

Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah

mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan

daging yang baik.

Praktikum yang berjudul analisis produksi peternakan sapi bali ini yang

keenam akan membahas tentang Rata-rata penghasilan peternak sapi potong

perbulan (dalam ribuan rupiah) dimana total penghasilan dari 2016-2017 tidak

ada, total penghasilan dari 2018 sebanyak 125 juta, total penghasilan dari 2019

sebanyak 80 juta dan total penghasilan di tahun 2020 blm ada. Hal ini tidak sesuai

dengan pendapat (Hartono, 2011) yang menyatakan bahwa Kepemilikan ternak

sapi bali merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh responden. Satuan ternak

digunakan disamping untuk menghitung daya tampung makanan ternak suatu

padang rumput atau daya tampung sisa hasil tanaman terahadap jumlah ternak,

dapat juga dugunakan untuk perhitungan berbagai masukan dan keluaran fisik

dengan demikian biaya masukan dan penerimaan dapat diperhitungkan antara 1- 4

ekor sapi bakalan, umur sapi bakalan yang dipelihara bervariasi yaitu untuk sapi
bali sekitar 1 tahun dan untuk sapi bali sekitar 9 bulan atau sekitar lepas sapih.

Periode pemeliharaan sapi penggemukan adalah sekitar 0,5 tahun sampai 1 tahun

tergantung petani dan kalau menguntungkan peternak sudah dijual dan tidak ada

batasan berapa lama penggemukan.

4.2. Kambing

4.2.1. Kambing Kacang

Bibit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para peternak,

khususnya kambing. Hasil praktikum yang telah dilaksanakan adalah harga untuk

bibit betina adalah Rp. 1.500.000 yang dibeli di pasar tradisional. Pemilihan bibit

hanya didasarkan pada penampilan luar. Sumadi (2010) menyatakan bahwa

persyaratan umum pemilihan bibit yaitu bibit kambing/domba yang dipilih berasal

dari daerah yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan

dan pengamatan terhadap penyakit menular sesuai ketentuan (antara lain

bebas Brucellosis), bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala cacat

fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku

abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya,

bibit kambing/domba harus bebas dari cacat alat reproduksi.

Umur cempe untuk mulai digemukkan adalah saat 0 bulan selama 24

bulan. Pemeliharaan tidak dilakukan pemisahan dengan ternak yang lainnya,

dengan pemberian pakan pada sore hari. Mathius (1994) menyatakan bahwa

dalam beternak kambing ada beberapa asumsi yang dipakai dalam analisa usaha

penggemukkan kambing potong yaitu kambing bakalan yang dipakai: 100 ekor,

dengan umur kurang lebih: 6 bulan dan bobot badan: 16 kg/ekor, lama
penggemukkan: 100 hari atau kurang lebih 3 bulan/satu periode. Pertambahan

bobot badan harian: 100 g/hari: 0,1 kg/hari. Bobot badan kambing yang dijual

sekitar 26 kg/ekor, dengan pemberian pakan konsentrat 200 g/hari/ekor dengan

harga Rp 2000/kg dan hijauan 10% bobot badan dengan harga Rp 300/kg.

Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa jarak

kandang dengan rumah peternak adalah 5 meter dengan model kandang adalah

panggung. Bahan bangunan terbuat dari beton,besi, papan, seng, terpal. Atap

kandang mempunyai model gable roof. Budiharto (2007) menyatakan bahwa

kandang panggung mempunyai kelebihannya kotoran dan air kencing ternak jatuh

ke tempat penampungan yang berada di kolong kandang, sehingga kebersihan

kandang terjamin. Lantai kandang tidak becek sehingga kelembaban yang tinggi

di dalam kandang dapat dihindari. Lantai kandang lebih kering sehingga kuman-

kuman penyakit, cendawan, dan parasit dapat ditekan pertumbuhannya. Ternak

dapat terhindar dari gangguan binatang buas. Aman terhadap kemungkinan banjir

mendadak.

Jarak antara lantai kandang dengan tanah adalah 0,95 m. Jantan dan betina

tidak dipisah serta tempat penyimpanan pakan ada di luar kandang. Sistem

pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa

penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak

baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak. Williamson

(1993) menyatakan bahwa dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan

pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan

kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk
dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau

ditambatkan terpisah (Devendra, 1994). Hal ini menjadikan pemeliharaan yang

telah dilakukan kurang sesuai dengan semestinya.

Ternak tidak pernah digembalakan, tidak dicukur, tidak potong kuku dan

tidak dimandikan. Hal ini dikarenakan peternak focus pada penggemukan. Tandi

(2010) menyatakan bahwa padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-

rumputan, kacang-kacangan atau campuran keduanya, dimana fungsi kacang-

kacangan dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai makanan yang

lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium. Fungsi padang

penggembalaan adalah untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternak ruminansia

yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit serta ternak

dapat memilih dan merenggut sendiri makanannya. Rumput dan legum yang ada

di dalam padang penggembalaan dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini

disebabkan, rumput dan legum yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang

penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan

produktivitasnya dari tanah itu sendiri.

Pakan untuk induk bunting diberikan secara ad libitum, saat sudah

mendekati kelahiran maka ternak dibawa ke rumah peternak. Cempe yang baru

lahir langsung diberi kamper (kapur barus) dan minyak kayu putih. Menurut

Muljana (2001), penyakit belatung disebabkan oleh luka yang berdarah dan

infeksi kemudian dihinggap lalat sehingga tumbuh larva belatung. Pengobatan

dapat dilakukan dengan menggunakan Gusanex dan obat anti biotik lainnya, atau

bisa dilakukan dengan cara membersihkan luka kemudian obati dengan gerusan
kamper/kapur barus kemudian luka ditutup dengan perban dan diulangi pada hari

selanjutnya.

Hijauan yang diberikan untuk pakan adalah semua jenis tumbuhan, baik

legume, ramban, rumput dan sebagainya. Pemberian pakan secara adlibitum dan

frekuensi pemberian 2 kali sehari pagi dan sore. Sumadi (2010) menyatakan

bahwa frekuensi pemberian pakan hijauan efisiensi penggunaan pakan meningkat

mengikuti taraf konsumsi (efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat),

konsumsi pakan maksimal. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian

pakan meningkat. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam

sehari.

Sumber air minum didapatkan dari sumur bor. Sarwono (2002)

menyatakan bahwa Adapun ketersediaan air minum untuk kambing harus ada

setiap saat. Sebagian besar air didapat dari hijauan rumput atau daun-daunan,

kambing tetap harus diberi minum. Air diperlukan untuk membantu proses

pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh

(keringat, air kencing dan kotoran), melumasi persendian dan membuat tubuh

tidak kepanasan.

Praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa jika ada ternak

yang sakit maka penanganan pada kambing yang sakit ditangani dengan cepat dan

segerah dipisahkan dengan ternak lainnya, agar tidak penyebar pada ternak

lainnya. Dan cara penanganannya itu obat di suntikan atau di campurkan dengan

minumannya. Dick (1995) menyatakan bahwa vaksin adalah bahan yang dipakai

untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut. Tujuan diberikan

imunisasi adalah di harapkan ternak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga

dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi

kecacatan akibat penyakit tertentu. Tidak diadakannya vaksinasi secara teratur

maka pemeliharaan kurang baik.

4.2.2. Kambing Etawa

Kambing adalah ternak ruminasia kecil dapat diandalkan untuk memenuhi

kebutuhan daging dan susu. Memulai usaha peternakan kambing sudah

seharusnya peternak memahami terlebih dahulu seputar kambing. Pengetahuan ini

meliputi jenis kambing, manajemen pakan, manajemen pemeliharaan, manajemen

reproduksi, perkadangan, pemasaran hasil ternak dan hal-hal yang mendukung

kelangsungan serta kelancaran usaha ternak kambing.

Kambing Etawa merupakan kambing yang didatangkan dari india yang

juga disebut kambing jamnapari. Tinggi kambing jantan berkisar antara 90

sentimeter hingga 127 sentimeter dan betina hanyam encapai 91 kilogram

sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Menurut Irmawati D dkk (2013)

menyatakan kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing kacang asli

Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal india, sehingga kambing PE

memiliki sifat dari kedua jenis tersebut yakni mudah pemeliharaannya, mampu

beradaptasi terhadap lingkungan yang eksrim menguntungkan dan efisien dalam

mengkomversi pakan menjadi susu.

Modal tetap adalah modal perusahaan yang tertanam dalam harta tetap,

hak paten, dan mesin-mesin serta saham dan surat berharga lainnya. Modal tetap
meliputi lahan pengembalaan, lahan untuk kandang, kandang ternak, dan peratan

lain (sekop, ember, sapu dana lain-lain) pertahun. Modal-modal tersebut secara

keseluruhan ditambahkan maka hasilnya akan di peroleh total modal tetap yang

dikeluarkan peternak selama 1 tahu terakhir.

Berdasarkan tabel diatas terlihat modal tetap tertinggi berada pada lahan

pengembalaan dimana total luas yang diperlukan adalah 15 x 20 m2 yang

memerlukan biaya sekitar 150 juta. Modal tetap terenda pada peralatan kandang

yang mana jumlah biaya yang dibutuhkan dari 6 ember, 2 sekop, dan 2 sapu

adalah 271 ribu. Hal ini di karenakan modal tetap yang digunakan tersebut adalah

faktor dari kebutuhan ternak sendiri sehingga secara otomatis akan berpengaruh

juga terhadap usaha ternak kambing.

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat. Seperti halnya dalam usaha ternak kambing di fakultas

peternakan universitas HaluOleo yang masing-masing kegiatan 2 orang tenaga

kerja yang bekerja dalam kegiatan pengembalaan, mengarit rumput,

membersihkan kandang, memberikan makan dan lain” sehingga total biaya tenaga

kerja yang harus di keluarkan perusahan untuk mebayar tenaga kerja tahun

terakhir adalah 48.000 dari total 8 pekerja. Pakan hijauan perhari sebanyak 7

ember dan biaya listrik, air dan lain-lain sebesar 50 ribu perbulan. hal ini berbeda

dengan pendapat Zulfanita (2011) menyatakan biaya berupa tenaga kerja seperti

mencari rumput dan membersihkan kandang tidak dinilai sebagai input yang harus
dibayar hal dikarenakan pemanfaatan ekonomi dari pada terbuang atau tidak

terpakai bisa di peroleh dari tanah milik sendiri dan padang rumput.

Berdasarkan tabel di atas yang mana ternak jantan yang berumur <1 tahun

berjumlah 7 ekor dengan harga rata-rata 1,5 jt sampai 2 jt, jantan umur 1-2 tahun

berjumlah 7 ekor dengan harga rata-rata yaitu 2 jt sampai 3 jt dan jantan umur > 2

tahun dengan jumlah 7 ekor > 3 jt. Sedangkan pada betina umur <1 tahun

berjumlah 8 ekor dengan harga rata-rata 800 ribu, betina umur 1-2 tahun

berjumlah 8 ekor dengan harga rata-rata 1 jt sampai 1,5 jt dan betina umur > 2

tahun berjumlah 8 ekor dengan harga rata-rata 2 jt jadi total harga kambing jantan

dari umur < 1 tahun sampai > 2 tahun adalah 147 jt sedangkan pada ternak betina

dari umur < 1 tahun sampai > 2 tahun 64 jt pertahun. Sehingga total pendapatan

pertahun sekitar 211 jt. Pendapatan usaha ternak sangat ditentukan oleh kapasitas

penjual hasil produksi pada kurun periode tertentu. Semakin banyak penjualan,

maka semakin besar pula pendapatan dari usaha ternak (Priyanto dan Yulistiyani,

2005).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada praktikum analisis produksi

peternakan sapi bali, kambing kacang dan kambing etawa di kelurahan kambu

kecamatan kambu kabupaten kota kendari, oleh bapak Mardi, La insi dan Bapak

Risman dengan berbasis peternakan mandiri dan memanfaatkan sumber daya

manusia,sumber daya alam dengan baik.

5.2. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat lebih sering lagi mengunjungi salah satu

peternakan ternak potong sehingga dapat menambah wawasan serta pengalaman.


DAFTAR PUSTAKA

Antara. 2011. Studi Kelayakan Proyek Industri. Erlangga. Jakarta. (ID).


Budiharto, Bambang dan Ernawati. 2007. Kandang Panggung Ternak
Kambing/Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah:
Ungaran.

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit


ITB, Bandung.

Dick, George. 1995. Imunisasi Dalam Praktek. Jakarta. Hipokrates.

Donkin, E.F. and P.A. Boyazoglu. 2004. Diseases and Mortality of Goat Kids in
South Africa Milk Goat Herd. South Africa. J. Anim. Sci. 34 (suppl.)
258- 261.

Firwiyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta (ID).


Hartono, B. 2011. Analisis ekonomi rumahtangga peternak sapi potong di kec.
Damsol, kabupaten donggala, propinsi sulawesi tengah. Jurnal Ternak
Tropika Vol. 12, No.1: 60-70, 2011
Indrayani, I, R. Nurmalina dan A. Fariyanti. 2012. Analisis Efisiensi Teknis
Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera
Barat. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol. 14 (1) ISSN: 1907-1760.

Irmawati D., A.M.Fuah dan D.J. Setyono. 2013. Sistem Produksi Dan
Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawa. Jurnal
Produksi dan Teknologi Peternakan. Vol 1 (20 : 104-109.
Kusuma diwyanto dan atien priyanti. 2008. Keberhasilan pemanfaatan sapi bali
berbasis pakan lokal dalam pengembangan usaha sapi potong di
Indonesia. Jurnal Wartazoa. Vol. 18 (1).
Maemunah, A., Nuraini H., Priyanto R., Harsi T. 2017.Dimensi Tubuh Sapi
Friesian Holstein dan limousine Betina Berdasarkan Morfometrik dengan
Citra Digital. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan.
Vol. 7 (2).
Mathius, I.W. 1994. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran
Kambing-Domba. Wartazoa. 3(2−4), Maret 1994. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.

Muljana, W, 2001. Cara Beternak Kambing. CV. Aneka Ilmu. Semarang.


Patmawati, N. W., Ni Nyoman, T dan Mahmud, S. 2013. Seleksi Awal Pejantan
Sapi Bali Berbasis Uji Performans. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan.
Vol 1(1).
Prasetyo, B. 2015. Analisis keuntungan dan strategi pengembangan usaha
peternakan sapi potong rakyat perdesaan kecamatan ampel kabupaten
boyolali. Skripsi. Jurusan ilmu ekonomi dan studi pembangunan fakultas
ekonomika dan bisnis. Universitas diponegoro semarang.
Priyanto, M.D dan Yulistiani, D. 2005. Karasteristik Peternak Domba/ Kambing
dengan pemeliharaan digembalakan/ angon dan hubungannya dengan
Tingkat adopsi inovasi Teknologi. Jurnal seminar nasional teknologi dan
veteriner, bogor.

Putri, B.R.T; I. N. Suparta I.W. Sukanata dan Suciani. 2016. Analisis finansial
usaha perbibitan sapi bali yang menggunakan dana bansos di provinsi
bali. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jl PB Sudirman,
Denpasar – Bali.
Rusdiana, S. 2016. Analisis Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis
Agroekosistem Di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Agriekonomika. Vol 5 2. Hal: 1-13. e-ISSN : 2407-6260.
Sarwono. 2002. Beternak Kambing Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.

Siregar, S. A. 2009. Analisis pendapatan peternak sapi potong dikecamatan stabat


kabupaten langkat. Skripsi. Fakultas peternakan. Universitas sumatera
utara.
Subandriyo. 2014. Strategi Pemasaran Menggunakan Matriks SWOT. Jurnal
Teknologi dan Manajemen Agroindustri.
Sulianto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. ANDI.
Yogyakarta (ID).
Sumadi. 2010. Model Pembibitan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU)
Sapi Bali di Denpasar. Disampaikan Pada Pelatihan Pembibitan di Balai
Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali di Denpasar 23-24
Desember 2012. Dewan Riset Nasional Kementrian Riset dan Teknologi
Kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengapdian kepada
Masyarakat Universitas Brawijaya Malang.

Tandi, Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan
Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)
Gowa. Jurnal Agrisistem. Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.
Zulfanita. 2011. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing Di Desa
Lupangsampang Kecamatan Piturud Kabupatern Pruwerjo. Jurnal
Mediagroo. Vol 7 (2):61-68.
LAMPIRAN

1. Dokumentasi
2. Kuesioner
KUESIONER
ANALISIS PRODUKSI
PETERNAKAN SAPI BALI

Kecamatan : Kambu Nomor Responden

Kelurahan : Kambu 001


I. Petunjuk pengisian : lingkari jawaban yang benar (kecuali pertanyaan
tertentu)

1. Nama peternak : La Insi


2. Jenis kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Umur: 21 tahun
4. Pendidikan terakhir: a. SD b. SLTP c. SMA d. S-1
e.Tidak Sekolah
5. Jumlah tanggungan keluarga Tidak Ada
6. Status kepemilikan ternak : a. Milik sendir b. Ternak gaduhan
7. Pengalaman beternak : a. ≤ 1 Thn b. 2 Thn c. 3 Thn d. 4 Thn
e. ≥5 Thn
8. Status kepemilikan lahan : a. Milik sendiri b. Sewa

9. Faktor produksi :
A. Modal Tetap Tahun Terakhir
No Volume Luas Biaya Umur pakai/ Nilai jual
Uraian
(Buah) (m2) (Rp.) ekonomis (thn) (Rp.)
1. Lahan penggembalaan -
2. Lahan untuk kandang 20 x10 70 x10 400 Juta - 19 Juta
3. Kandang ternak Sapi Bali
4. Peralatan lain pertahun - - - -
: -
Sekop, Ember, Beko,
Sapu, Tali, dll
Jumlah 20 x10 70 x10 400 Juta - 19 Juta

B. Tenaga Kerja Tahun Terakhir


Volume Upah/jam Tenaga Kerja
No Kegiatan
(Jam/Hari) (Hari/Bulan) (Rp.) Jumlah Status*)
1. Penggembalaan
2. Mengarit rumput 2-3 Jam 70 Jam 500.000 2/Orang Belum Menikah
3. Membersihkan kandang 4 Jam 120 Jam 2/Orang Belum Menikah
4. Perawatan ternak 30 Menit 900 Menit 2/Orang Belum Menikah
5. Memberi makan 2 Jam 60 Jam 2/Orang Belum Menikah
6. Lain-lain - - - - -
Jumlah 41 1.150 500.000 8 Orang -
Catatan : *) 1. Pekerja Keluarga 2. Pekerja Dibayar

Volume Harga Total Biaya


No Uraian Kg Ikat Biaya
Satuan (Rp) setahun,(Rp)
(Rp)
1. Pakan hijau / hari 39 Kg - - - -
2. Pakan konsentrat/hari - - - - -
3. Vitamin dan obat-obatan 2 Liter/ Bln - - -
/bulan
4. Biaya Lainnya (listrik, air - - - -
dll)/bulan
C.Bibit Sapi (isikan salah satu dari tabel C.1. atau C.2. sesuai pola pemeliharaan ternak)
C.1. Pola Penggemukan dengan masa pemeliharaan kurang dari setahun
Pembelian Periode Lamany
No Desember 2019- Desember 2020 Perkiraan
Status Ternak a
Uraian harga jual
Jumlah Harga Total dipelihar sekarang
(ekor) Rata- Harga a untuk
Beli Gaduh (Rp)
rata (Rp.) dijual
(Rp.)
1. Jantan Umur < 1 6 Ekor 8 Juta 48 Juta Beli 1 Tahun 13 Juta
Tahun
2. Jantan Umur 1-2 3 Ekor 10 Juta 30 Juta Beli 1/ 2 10 Juta
Tahun Tahun
3. Jantan Umur >2 Tahun - - - - - - -
Jumlah 9000 Ekor 18 Juta 78 Juta - - 2/2 Tahun 23 Juta
C.2. Pola Pengembangbiakan dan Penggemukan dengan pemeliharaan lebih dari
setahun

Ternak setahun yang lalu (2019) Lamanya


No Status Ternak Perkiraan
Uraian Jumlah Harga Rata- Total harga jual
untuk
(ekor) rata (Rp.) Harga (Rp.) Beli Gaduh sekarang (Rp)
dijual
1. Jantan Umur < 1 Tahun - - - - - - -
2. Jantan Umur 1-2 Tahun 1 Ekor 8 Juta 8 Juta Beli - 2 Tahun 15,9
3. Jantan Umur >2 Tahun - - - - - - -
4. Betina Umur < 1 Tahun - - - - - - -
5. Betina Umur 1-2 Tahun - - - - - - -
6. Betina Umur >2 Tahun - - - - - - -
Jumlah 1 Ekor 8 Juta 8 Juta Beli - 2 Tahun 15,9

11. Rata-rata penghasilan peternak sapi potong perbulan (dalam ribuan rupiah)

No Jenis Pekerjaan 2016 2017 2018 2019 2020


1. Peternakan sapi - - 125 Juta 80 Juta -
2. Pekerjaan lainnya - - - - -
Total penghasilan - - 125 Juta 80 Juta -

12. Mutasi Ternak Sapi potong

No Tahun Stok Awal Pembelian/ Lahir Mati Dijua Sisa akhir Total harga
(ekor) Gaduh (ekor (ekor l tahun ternak
(ekor) ) ) (ekor (ekor) akhir tahun (Rp)
)
1. 2016 - - - - - - -
2. 2017 - - - - - - -
3. 2018 - - - - - - -
4. 2019 - - - - - - -
5. 2020 - - - - - - -
KUESIONER
ANALISIS PRODUKSI
PETERNAKAN KAMBING KACANG

Kecamatan : Kambu Nomor Responden

Kelurahan : Kambu 002


I. Petunjuk pengisian : lingkari jawaban yang benar (kecuali pertanyaan
tertentu)

1. Nama peternak : Mardi


2. Jenis kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Umur : 28 tahun
4. Pendidikan terakhir: a. SD b. SLTP c. SMA d. S-1
e.Tidak Sekolah
5. Jumlah tanggungan keluarga Tidak Ada
10. Status kepemilikan ternak : a. Milik sendir b. Ternak gaduhan
11. Pengalaman beternak : a. ≤ 1 Thn b. 2 Thn c. 3 Thn d. 4 Thn
e. ≥5 Thn
12. Status kepemilikan lahan : a. Milik sendiri b. Sewa

13. Faktor produksi :


A. Modal Tetap Tahun Terakhir
No Volume Luas Biaya Umur pakai/ Nilai jual
Uraian
(Buah) (m2) (Rp.) ekonomis (thn) (Rp.)
1. Lahan penggembalaan 1
2. Lahan untuk kandang 1
3. Kandang ternak 1 7x8 40 juta 6 tahun
4. Peralatan lain pertahun S= 2 25 ribu
: E= 4 45 ribu
Sekop, Ember, Beko, S= 3 30 ribu
Sapu, Tali, dll
Jumlah 10 100 Juta

B. Tenaga Kerja Tahun Terakhir


Volume Upah/jam Tenaga Kerja
No Kegiatan
(Jam/Hari) (Hari/Bulan) (Rp.) Jumlah Status*)
1. Penggembalaan
2. Mengarit rumput 5 1 5/Orang
3. Membersihkan kandang 3 1 Jam 3/Orang
4. Perawatan ternak 2 x sehari 1 5/Orang
5. Memberi makan 2 x sehar 1jam/hari 5/Orang
6. Lain-lain - - - - -
Jumlah -
Catatan : *) 1. Pekerja Keluarga 2. Pekerja Dibayar

Volume Harga Total Biaya


No Uraian Kg Ikat Biaya
Satuan (Rp) setahun,(Rp)
(Rp)
1. Pakan hijau / hari - - - -
2. Pakan konsentrat/hari - - - - -
3. Vitamin dan obat-obatan - - -
/bulan
4. Biaya Lainnya (listrik, air - - - -
dll)/bulan
C.Bibit Sapi (isikan salah satu dari tabel C.1. atau C.2. sesuai pola pemeliharaan ternak)
C.1. Pola Penggemukan dengan masa pemeliharaan kurang dari setahun
Pembelian Periode Lamany
No Desember 2019- Desember 2020 Perkiraan
Status Ternak a
Uraian harga jual
Jumlah Harga Total dipelihar sekarang
(ekor) Rata- Harga a untuk
Beli Gaduh (Rp)
rata (Rp.) dijual
(Rp.)
1. Jantan Umur < 1
Tahun
2. Jantan Umur 1-2
Tahun
3. Jantan Umur >2 Tahun
Jumlah
C.2. Pola Pengembangbiakan dan Penggemukan dengan pemeliharaan lebih dari
setahun

Ternak setahun yang lalu (2019) Lamanya


No Status Ternak Perkiraan
Uraian Jumlah Harga Rata- Total harga jual
untuk
(ekor) rata (Rp.) Harga (Rp.) Beli Gaduh sekarang (Rp)
dijual
1. Jantan Umur < 1 Tahun - - - - - - -
2. Jantan Umur 1-2 Tahun -
3. Jantan Umur >2 Tahun - - - - - - -
4. Betina Umur < 1 Tahun - - - - - - -
5. Betina Umur 1-2 Tahun - - - - - - -
6. Betina Umur >2 Tahun - - - - - - -
Jumlah -

12. Rata-rata penghasilan peternak kambing perbulan (dalam ribuan rupiah)

No Jenis Pekerjaan 2016 2017 2018 2019 2020


1. Peternakan
kambing
2. Pekerjaan lainnya
Total penghasilan

12. Mutasi Ternak kambing

No Tahun Stok Awal Pembelian/ Lahir Mati Dijua Sisa akhir Total harga
(ekor) Gaduh (ekor (ekor l tahun ternak
(ekor) ) ) (ekor (ekor) akhir tahun (Rp)
)
1. 2016 - - - - - - -
2. 2017 - - - - - - -
3. 2018 - - - - - - -
4. 2019 - - - - - - -
5. 2020 - - - - - - -
KUESIONER
ANALISIS PRODUKSI
PETERNAKAN KAMBING ETAWA

Kecamatan : Kambu Nomor Responden

Kelurahan : Kambu 003


I. Petunjuk pengisian : lingkari jawaban yang benar (kecuali pertanyaan
tertentu)

1. Nama peternak : Risman


2. Jenis kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Umur : 19 tahun
4. Pendidikan terakhir: a. SD b. SLTP c. SMA d. S-1
e.Tidak Sekolah
5. Jumlah tanggungan keluarga Tidak Ada
14. Status kepemilikan ternak : a. Milik sendir b. Ternak gaduhan
15. Pengalaman beternak : a. ≤ 1 Thn b. 2 Thn c. 3 Thn d. 4 Thn
e. ≥5 Thn
16. Status kepemilikan lahan : a. Milik sendiri b. Sewa

17. Faktor produksi :


A. Modal Tetap Tahun Terakhir
No Volume Luas Biaya Umur pakai/ Nilai jual
Uraian
(Buah) (m2) (Rp.) ekonomis (thn) (Rp.)
1. Lahan penggembalaan 1 15 x 20
2. Lahan untuk kandang 2 4x2
3. Kandang ternak 6x3 50 juta 1,8 tahun
4. Peralatan lain pertahun 6 = ember 271 ribu
: 2 = sekop
Sekop, Ember, Beko, 2 = sapu
Sapu, Tali, dll
Jumlah

B. Tenaga Kerja Tahun Terakhir


Volume Upah/jam Tenaga Kerja
No Kegiatan
(Jam/Hari) (Hari/Bulan) (Rp.) Jumlah Status*)
1. Penggembalaan 9/hari 500 ribu 2/orang
2. Mengarit rumput 1 2/Orang
3. Membersihkan kandang 2 x sehari 2/Orang
4. Perawatan ternak 2 x sehari 2/Orang
5. Memberi makan 2 x sehari 2/Orang
6. Lain-lain - - - - -
Jumlah -
Catatan : *) 1. Pekerja Keluarga 2. Pekerja Dibayar

Volume Harga Total Biaya


No Uraian Kg Ikat Biaya
Satuan (Rp) setahun,(Rp)
(Rp)
1. Pakan hijau / hari - - - -
2. Pakan konsentrat/hari - - - - -
3. Vitamin dan obat-obatan - - -
/bulan
4. Biaya Lainnya (listrik, air - - - -
dll)/bulan
C.Bibit Sapi (isikan salah satu dari tabel C.1. atau C.2. sesuai pola pemeliharaan ternak)
C.1. Pola Penggemukan dengan masa pemeliharaan kurang dari setahun
Pembelian Periode Lamany
No Desember 2019- Desember 2020 Perkiraan
Status Ternak a
Uraian harga jual
Jumlah Harga Total dipelihar sekarang
(ekor) Rata- Harga a untuk
Beli Gaduh (Rp)
rata (Rp.) dijual
(Rp.)
1. Jantan Umur < 1
Tahun
2. Jantan Umur 1-2
Tahun
3. Jantan Umur >2 Tahun
Jumlah
C.2. Pola Pengembangbiakan dan Penggemukan dengan pemeliharaan lebih dari
setahun

Ternak setahun yang lalu (2019) Lamanya


No Status Ternak Perkiraan
Uraian Jumlah Harga Rata- Total harga jual
untuk
(ekor) rata (Rp.) Harga (Rp.) Beli Gaduh sekarang (Rp)
dijual
1. Jantan Umur < 1 Tahun - - - - - - -
2. Jantan Umur 1-2 Tahun -
3. Jantan Umur >2 Tahun - - - - - - -
4. Betina Umur < 1 Tahun - - - - - - -
5. Betina Umur 1-2 Tahun - - - - - - -
6. Betina Umur >2 Tahun - - - - - - -
Jumlah -

13. Rata-rata penghasilan peternak kambing perbulan (dalam ribuan rupiah)

No Jenis Pekerjaan 2016 2017 2018 2019 2020


1. Peternakan
kambing
2. Pekerjaan lainnya
Total penghasilan

12. Mutasi Ternak kambing

No Tahun Stok Awal Pembelian/ Lahir Mati Dijua Sisa akhir Total harga
(ekor) Gaduh (ekor (ekor l tahun ternak
(ekor) ) ) (ekor (ekor) akhir tahun (Rp)
)
1. 2016 - - - - - - -
2. 2017 - - - - - - -
3. 2018 - - - - - - -
4. 2019 - - - - - - -
5. 2020 - - - - - - -

LINK YOUTUBE

https://youtu.be/tMtYiNM_4FY

Anda mungkin juga menyukai