DiajukanOleh:
KG.17.054
2020
ii
iii
iv
INTISARI
v
HALAMAN BIODATA
A. Identitas Diri
Agama : Islam
Kabupaten Muna
B. Pendidikan
vi
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
di Politeknik Bina Husada Kendari. Adapun maksud dan tujuan dari penulis karya
terhingga untuk kedua orang tuaku, Ayahanda tercinta La Ode Kanande dan
Ibunda tercinta Nursiah serta keluaraga besar yang selalu memberikan dorongan
dan doa kepada penulis dalam menuntut ilmu. Oleh Karena itu, dengan tulus dan
ikhlas penulis berdoa semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan balasan terbaik
melebihi kebaikan dan kenikmatan yang tak dapat penulis bayangkan sebagai
manusia biasa.
Husada Kendari.
vii
4. Ibu Sri Aprilianti Idris, S.Si., M.Sc. Selaku Wadir II.
Gigi.
8. Ibu Drg. Aisyah Fachruddin, M.Kes dan Bapak Muh. Syaiful Saehu, ST.
9. Bapak/Ibu dosen dan staf tata usaha di lingkungan Kesehatan Gigi yang
10. Terima kasih kepada saudara saudari terbaik saya La Ode Man Sabdar,
motivasi dan dukungan moral serta doa selama perkuliahan saya hingga
11. Terima kasih kepada teman sekampung saya Wa Ode Nurlaila, Wa Ode
viii
12. Terima kasih kepada sahabat teristimewa Mahfud Jarlin, Sucianti, Sitti
Syamsinar, Tri Widyawati, Sri Kartika Ayu, Resti, Nurul Ashariah Genda,
Yusrin Saputra, dan Moh. Syahrir yang telah menjadi sahabat saya dari
motifasi.
14. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu
per satu. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagipembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... iv
INTISARI ............................................................................................................ v
HALAMAN BIODATA ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
E. Penjelasan Keaslian Penelitian ........................................................ 6
F. Tabel KeaslianPenelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LandasanTeori
1. Tinjauan Tentang Menyirih ....................................................... 10
2. Tinjauan Tentang Penyakit Periodontal ..................................... 19
B. Kerangka Konsep .............................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 36
B. Definisi Operasional......................................................................... 36
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 36
x
D. Instrument Penelitian ....................................................................... 36
E. Prosedur Pelaksanaan ....................................................................... 37
F. Sumber Data ..................................................................................... 37
G. Cara Analisis Data Pengumpulan Data ............................................ 38
H. Diagram Alir .................................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................. 39
B. Pembahasan ...................................................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SINGKATAN
Depkes : DepartemenKesehatan
KKP : KategoriKebutuhanPelayanan
EIKM : EdukasiIntruksiKesehatanMulut
SK : Skelling
PK : PerawatanKompleks
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
dengan kasus 7.523, umur 55 - 64 tahun terdapat kasus 5.120 kasus dan
pada umur 65 tahun keatas terdapat kasus 2.813. Pada kategori jenis
kesehatan mulut harus dilakukan dengan rutin dengan cara yang benar
menyeluruh. Jika mulut sehat maka kesehatan organ lain juga akan baik.
Salah satu penyakit yang dapat timbul jika kita tidak menjaga kesehatan
(Sriyono, 2009).
Penyakit periodontal merupakan suatu bentuk peradangan pada
pada jaringan periodontal. Selain itu, kelainan sistemik pun juga dapat
bicara, pengunyahan dan rasa percaya diri. Gangguan yang terjadi pada
pada penyakit gigi dan mulut yang terjadi saat ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terkait antara lain, faktor perilaku masyarakat yang
dijadikan sebagai suatu budaya atau kebiasaan yang salah satu contoh
2
Di kawasan Asia Tenggara, tradisi dalam mengunyah sirih itu
sendiri sudah dimulai sejak 3.000 tahun yang lalu. Tradisi mengunyah sirih
tidak dapat dipastikan dari mana asalnya. Tidak sedikit orang yang
India. Pendapat ini lebih didasarkan pada cerita-cerita sastra dan sejarah
Adat kebiasaan ini dilakukan pada saat upacara kedaerahan atau pada
tembakau, teh dan kopi sehingga orang yang mengunyah sirih sukar untuk
oleh wanita maupun pria baik tua maupun muda. Kebiasaan ini kemudian
3
mengunyah sirih pada masyarakat Papua sudah menjadi budaya yang tidak
medis. Indonesia terkenal dengan kebiasan menyirih oleh para lanjut usia
yang konon katanya baik bagi kesehatan gigi. Tetapi menyirih juga bisa
berdampak buruk bagi kesehatan gigi dan mulut jika salah dalam
dilakukan setiap sehabis makan, setiap ada waktu luang, dan ada pula yang
antiseptik yang dapat memperkuat gigi. Sirih yang dikunyah juga dapat
mengurangi bahaya karies gigi hal ini terjadi karena daun sirih mempunyai
4
Menyirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
penyakit periodontal.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
yang sama.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
mengikuti perkuliahan.
b. Bagi Institusi
Husada Kendari.
6
Batu kebiasaan menyirih
pada kejadian
penyakit periodontal
2. Hubungan Dalam jurnal Penelitian ini
Pengetahuan dan penelitian dan menjelaskan
Frekuensi penelitian yang hubungan yang lebih
Menyirih dengan dilakukan sama- spesifik yakni
Kejadian sama membahas hubungan
I Gusti Made Periodontal pada tentang kebiasaan pengetahuan dan
Geria Jelantik Lansia di Desa menyirih dan frekuensi menyirih
Laloan kejadian penyakit dengan kejadian
Kecamatan Bayan periodontal periodontal,
Kabupaten sedangkan dalam
Lombok Utara penelitian yang
Tahun 2017 diteliti menjelaskan
secara umum
3. Hubungan Status Pada jurnal Penelitian ini
Kesehatan penelitian dan mengkaji status
Periodontal penelitian yang kesehatan
Karel dengan Kebiasaan dilakukan sama- periodontal dari
Pandelaki Menyirih pada sama membahas kebiasaan menyirih,
Mahasiswa Etnis tentang kejadian sedangkan pada
Papua di Manado penyakit penelitian yang akan
periodontal dari diteliti mengkaji
kebiasaan terkait gambaran
menyirih penyakit periodontal
dari kebiasaan
menyirih
4. Hubungan Status Persamaan antara Penelitian ini
Ginggiva dengan jurnal penelitian mengkaji lebih
7
Kebiasaan dan penelitian spesifik pada salah
Cheni Hontong Menuyirih pada yang dilakukan satu penyakit
Masyarakat di yaitu salah satu periodontal yaitu
Kecamatan variabel yang status gingiva
Manganitu diteliti, kebiasaan terhadap kebiasaan
menyirih menyirih, sedangkan
penelitian yang akan
diteliti menjelaskan
gambaran kebiasaan
menyirih terhadap
kejadian penyakit
periodontal
5. Pengaruh Budaya Pada jurnal Penelitian ini
Makan Sirih penelitian dan mengkaji tentang
terhadap Status penelitian yang pengaruh yang
Kesehatan dilakukan sama- terjadi antara budaya
Murni Periodontal pada sama mengkaji makan sirih terhadap
Aritonang Masyarakat Suku tentang antara status kesehatan
Karo di Desa Tiga kebiasaan periodontal,
Juhar Kabupaten menyirih dan sedangkan pada
Deli Serdang penyakit penelitian yang
Tahun 2016 periodontal dilakukan hanya
melihat gambaran
antara kebiasaan
menyirih dan dan
status periodontal
6. Hubungan Antara jurnal Dalam jurnal
Ni Wayan Menyirih dengan penelitian dan penelitian ini
Arini Keadaan Jaringan penelitian yang mengkaji tentang
Periodontal pada dilakukan bagaimana hubungan
8
Orang yang memiliki variabel antara variabel satu
Menyirih di yang sama-sama dengan variabel
Banjar Sedana membahas lainnya, sedangkan
Mertha Kota tentang kebiasaan penelitian yang
Denpasar Tahun menyirih dan dilakukan hanya
2012 keadaan jaringan melihat bagaimana
periodontal gambaran antara
variabel satu dengan
yang lainnya
7. Pengaruh Lama Mempunyai satu Pada jurnal
dan Frekuensi
variabel yang penelitian membahas
Gabriella Wika Menyirih dengan
sama antara jurnal tentang bagaimana
Tandiarrang Terjadinya
Gingivitis pada penelitian dan pengaruh dari
Masyarakat
penelitian yang menyirih, sedangkan
Di Kabupaten
dilakukan yaitu pada penelitian yang
Toraja Utara
kebiasaan dilakukan hanya
gambaran dari
kebiasaan menyirih
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Defenisi Menyirih
sosial. Kebiasaan menyirih ini telah dimulai sejak 2000 tahun yang lalu di
(Tandiarang, 2015).
sirih, pinang, dan kapur yang dikunyah dalam waktu beberapa menit.
< 5 tahun, 5-10 tahun, dan > 10 tahun. Frekuensi menyirih ialah jumlah
menyirih dalam sehari, dibagi atas tiga kategori yaitu: < 3 kali, 3-5 kali,
Menyirih memiliki efek yang dapat timbul pada gigi, gingiva, dan
mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tidak sedap
(Avinaninasia, 2014). Efek dari menyirih itu sendiri pada gigi dari segi
obat alami karena daun sirih tersebut mengandung minyak atsiri. Pada
daun sirih juga terkandung katekin dan tannin yang berperan sebagai
11
Streptococcus mutans sebagai bakteri dominan yang merupakan penyebab
daun sirih (Piper Betel), Kapur sirih (Kalsium Hidroksi), buah pinang
mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjang 5-8 cm dan lebar 2-5
dan terdapat dua benang sari yang pendek, sedangkan pada bulir betina
terdapat fenol dan kavikol yang memiliki aktifitas antibakteri tiga kali
12
dan kavikol dalam minyak atsiri ini memiliki sifat bakterisida yang mampu
gusi dan menghilangkan bau mulut (Mutmainnah, 2013). Daun sirih ini
luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu, daun sirih
Buah pinang juga memiliki efek anti bakteri. Biji buah pinang
galat, getah, lignin, minyak atsiri serta garam. Alkaloida seperti arekaina
Selain itu, kapur sirih yang digunakan bersama-sama pinang dan daun sirih
13
jika digabungkan akan memiliki kandungan kalsium yang tinggi, yang
dipercaya dapat mencegah keries gigi. Hal ini disebabkan karena adanya
Kapur yang berwarna putih seperti salep yang berasal dari kerang laut atau
cangkang kerang yang telah dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut di
campur dengan air agar memudahkan untuk dioleskan pada daun sirih bila
14
sebagai obat dalam bentuk nikotin tartrat, tetapi juga dapat dipergunakan
negara berkembang atau sebagai suatu tradisi dari suatu desa. Selama ini
menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti
yang terdapat pada tembakau. Zat warna tersebut dapat merubah warna
3. Proses Menyirih
dari unsur-unsur yang terpilih yaitu daun sirih, pinang, kapur dan
15
dikunyah dalam waktu beberapa menit. Kebiasaan menyirih mempunyai
efek buruk pada gigi yang disebabkan karena penggunaan kapur di dalam
melakukan kebiasaan menyirih dapat merawat gigi dan mulut, akan tetapi
jika setelah menyirih tidak membersihkan gigi dan mulut maka dapat
merusak gigi, mulut dan gusi akibat dari kandungan bahan-bahan tersebut.
4. Kandungan Sirih
16
mulut seperti submucous fibrosis, oral premalignant lesion dan bahkan
gigi akibat kurangnya produksi saliva saat mengunyah sirih karena adanya
penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tidak
atau gusi dengan adanya cedera pada mukosa mulut seperti sub mucous
17
5. Dampak Menyirih
gigi dan gingiva dapat menyebabkan timbulnya stein, selain itu dapat
yang buruk, dan dapat menyebabk penyusutan pada mukosa lidah. Akibat
keseluruhan, perawatan gigi dan mulut diawali dengan kebersihan gigi dan
gigi. Mereka hanya menggosok gigi sehari dua kali ketika mandi,
18
Proses menyirih diakhiri dengan menyusur yakni menggosokkan
melakukan kebiasaan menyirih sejak usia masih kecil hingga sekarang ini
yang bisa dikatakan lanjut usia (lansia). Jika lansia yang menyirih tidak
membersihkan gigi, dalam waktu yang lama gigi mereka akan berubah
warna menjadi hitam. Warna gigi yang menghitam bisa menutupi adanya
karies gigi sehingga tidak tahu kalau ada keries gigi. Karies gigi bisa
tidak sakit gigi sehingga akan memperburuk kondisi gigi yang dapat
yang mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke tulang alveolar (Putri dkk,
19
setelah karies gigi yang banyak diderita masyarakat di dunia, dan dialami
geligi.
20
c. Penyakit Periodontal
suatu proses peradangan yang terbatas pada gingiva (tidak ada kehilangan
Istilah resesi atau resesi gingiva mengacu pada menurunnya gingiva atau
tulang alveolar ke arah apikal, yang biasanya terjadi pada aspek labial di
gigi yang secara klinis bebas dari peradangan (Klaus H, dkk, 2010).
orang dewasa di negara maju sekitar 5–15% (Prayitno, 2015). Saat ini,
bakteri dalam plak. Plak merupakan lapisan tipis pada permukaan gigi
21
yang berasal dari air liur dan tidak tampak oleh mata.Plak sudah terbentuk
kemudian sejumlah bakteri dalam mulut akan menempel pada plak, namun
hal ini bersifat normal. Bila kebersihan mulut tidak dijaga baik maka
berkembang biak, dan mulai tercium bau tidak sedap (halitosis) dari mulut
yang bersumber dari toksin bakteri. Plak yang tidak dibersihkan secara
rutin akan menjadi karang gigi yang semakin hari akan semakin tebal.
sakit hebat, atau bahkan pada kondisi dini tidak ada keluhan
keluhan yang serius. Hal ini berarti infeksi sudah menjalar lebih luas
oklusi. Namun ahli yang lain berpendapat bahwa periodontitis berasal dari
22
d. Klasifikasi penyakit periodontal
1) Gingivitis
perlekatan epitel sebagai dasar sulkus, sehingga epitel tetap melekat pada
berupa jaringan gingiva berwarna merah dan lunak, mudah berdarah pada
sentuhan ringan, ada perbedaan kontur gingiva, ada plak bahkan kalkulus,
dan terjadi karena efek jangka panjang dari penumpukan plak. Gingivitis
kronis merupakan suatu kondisi yang umum. Jika di obati, maka prognosis
23
gingivitis adalah baik, namun jika tidak di obati maka gingivitis dapat
peradangan gusi pada penilaian ke empat area permukaan gusi pada gigi
yang diperiksa.
2) Periodontitis
24
kronis dapat terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap
e. Faktor Penyebab
stress dan psikososial. Selain itu tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
kebersihan rongga mulut, sehingga hal ini menjadi kendala dalam usaha
1) Faktor Utama
a) Plak
lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materi alba, dan debris makanan.
meminta para pasien ini mengabaikan kebersihan gigi dan mulut dan
25
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara plak dan
b) Kalkulus
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus merupakan plak
mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini
Konsistensi kalkulus ini seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari
jumlah plak di dalam mulut, tetapi juga dipengaruhi oleh saliva (Newman
MG, 2014).
gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat
26
pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya
yang akan mengakibatkan gigi goyang dan lepas sendiri (Carranza, 2012).
mengetahui adanya kelainan dan datang sudah dalam keadaan lanjut dan
2) Faktor Genetik
periodontal dari pada orang ras Kaukasian meskipun perbedaan ini bisa
perbedaan susunan genetik dari ras atau etnis tertentu (Rahardjo A, 2012).
27
Proses terjadinya periodontitis berhubungan didalam satu keluarga. Dasar
dari persamaan ini baik karena memiliki lingkungan atau gen yang sama
3) Usia
kronis yang disebabkan cara menyikat gigi, dan kerusakan dari faktor
iatrogenik yang disebabkan oleh restorasi yang kurang baik atau perawatan
28
f. Tanda dan Gejala Penyakit Periodontal
1) Tanda dan gejala pada gingivitis yaitu, gingiva mudah berdarah saat
2) Periodontitis
napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut, hilangnya sedikit perlekatan
tulang, terbentuk poket sedalam 3-4 mm antara gigi dan gingiva pada satu
terbentuk, gigi terlihat lebih panjang akibat gingiva yang mulai mengalami
resesi, gigi depan mulai bergeser, napas berbau, rasa tidak enak dalam
mulut, poket antara gigi dan gingiva kira-kira sedalam 4-6 mm.
tanggal, napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut yang menetap, akar
gigi terbuka dan sensitif terhadap panas dan dingin, poket antara gigi dan
29
Gambaran radiografis penyakit periodontal tergantung pada tingkat
dkk, 2010).
Needs diterima sebagai indeks resmi pada World Dental Conggres dari
tahun 1981, dan WHO probe digunakan sebagai alat resmi untuk
30
Kedalaman pocket ditentukan atau diukur dengan menggunakan
probe sonde dengan melihat warna pada ujung probe berjarak 3,5 mm dari
ujung sampai 5,5 mm. Pada ujung probe terdapat bola keci berdiameter 0,5
sonde khusus ini adalah untuk melihat adanya perdarahan, sebagai sensing
instrument akan adanya karang gigi, dan juga untuk melihat dalamnya
yang masih terlihat dan untuk pocket dengan kedalaman lebih dari 6 mm
terlihat/tampak.
diberikan tidak boleh lebih dari 25 gram, tekanan yang lebih besar dapat
ujung probe dimasukkan di bawah kuku ibu jari tangan dengan tidak ada
31
Tabel 1.2 Penilaian Atas Kondisi Jaringan Periodontal
secara langsung,
dengan sonde
gigi
hitam
32
mm) pada sonde tidak
terlihat
I II III
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
VI V IV
gigi atau lebih dan tidak terindikasi cabut. Suatu sextan yang hanya
terdapat satu gigi saja maka gigi tersebut dimasukan ke sextan sebelahnya,
dengan demikian pada sextan tersebut tidak diberi nilai. Keadaan terparah
ataupun nilai/skor tertinggi yang dicatat pada suatu sextan. Gigi indeks
17 16 11 21 26 27
47 46 41 31 36 37
33
16 11 21 26
46 41 31 36
Bila dalam suatu sextan tidak terdapat gigi index, maka semua gigi
yang terdapat dalam sextan tersebut diperiksa dan dinilai, ambil yang
terparah yaitu yang mempunyai skor tertinggi. Untuk usia< 19 tahun gigi
palsu). Begitu juga anak < 15 tahun, pencatatan hanya perlu untuk
mengetahui ada atau tidaknya karang gigi dan perdarahan saja. Jika tidak
ada gigi indeks atau pengganti dalam satu sextan, maka sextan diberi tanda
0 Sehat - -
34
Keterangan :
SK : Skelling
PK : Perawatan Kompleks
B. Kerangka Konsep
X Y
35
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi satu variabel bebas, yaitu kebiasaan
direview.
tersedia.
F. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi dari hasil
sekunder yang didapat berupa jurnal yang relevan dengan topik dilakukan
review.
38
G. Cara Analisis Data Pengumpulan Data
data-data hasil ekstraksi yang sejenis dengan hasil yang di ukur untuk
H. Diagram Alir
Kajian teori
Studi literatur
Analisis Data
Kesimpulan
39
BAB IV
A. Hasil
41
Responden yang menyirih
<5 tahun memiliki status
gingiva berat sebanyak
(0%), sedang sebanyak 2
responden (5,1%), dan
ringan sebanyak 3
responden (7,7%).
Berdasarkan analisis
dengan Chi-square
diperoleh hasil p=0,000
(p<0,005) yang artinya
terdapat hubungan
bermakna antara lama
menyirih dengan status
gingival.
4. Ni Wayan Jurnal Hubungan Jenis Berdasarkan hasil
Arini/ 2013 Kesehatan Menyirih penelitian penelitian terhadap 20
Gigi, Volume dengan Keadaan menggunaka responden yang menyirih
1, Nomor 2 Jaringan n deskriptif di Banjar Sedana Mertha
Periodontal pada dengan Kota Denpasar tahun 2012
Orang yang pendekatan ditemukan bahwa sebagian
Menyirih di cross besar perempuan yang
Banjar Sedana sectional menyirih sebanyak 70%.
Mertha Kota Skor tertinggi Poket
Denpasar Tahun dangkal terdapat sebanyak
2012 14 responden (70%) ,
poket dalam lima
responden (25o/o) dan
karang gigi satu responden
(5%). Hasil analisis Uji
Pearson diperoleh nilai r:
0.669 dan nilai p : 0,001'
Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang
signifikan antara lama
kebiasaan menyirih
dengan keadaan jaringan
periodontal.
5. Murni Jurnal Pengaruh Jenis Hasil analisis
Aritonang/ Maternitas Budaya Makan penelitian menunjukkan bahwa dari
2019 Kebidanan, Sirih terhadap deskriptif 45 orang responden
Volume 4, Status dengan dengan nilai makan sirih
Nomor 1 Kesehatan pendekatan yang lengkap terdapat 28
Periodontal pada cross (62,2%) yang mengalami
Masyarakat sectional status kesehatan
Suku Karo di periodontal kurang baik
42
Desa Tiga Juhar dan 17 orang (37,8%)
Kabupaten Deli dengan status kesehatan
Serdang Tahun periodontal yang baik.
2016 sedangkan dari 43 orang
responden dengan tradisi
makan sirih yang tidak
lengkap terdapat 15
(38,5%) yang mengalami
status kesehatan
periodontal kurang baik
dan 24 orang (61,5%)
dengan status kesehatan
periodontal yang baik. Hal
ini berarti bahwa
kebiasaan mengunyah sirih
pada masyarakat Karo
suda menjadi budaya yang
tidak memperhatikan
umur, ras, pangkat dan
golongan. Hal tersebut
sudah menjadi kebiasaan
yang mengakar kuat dalam
masyarakat sehingga
diharapkan dapat
mempererat tali
persaudaraan dalam
keseharian kehidupan
masyarakat Karo.
6. Christina Kesehatan Memprediksi Jenis Dari 100 responden
Ngadilah/ Lingkungan Kebiasaan penelitian terdapat adanya hubungan
2019 &Penyakit Mengonsumsi kuantitatif antara perilaku
Tropis Sirih Pinang dan observasional mengonsumsi siirh pinang
Pengaruhnya -analitik dengan penyakit
Terhadap dengan disain periodontal. Kelompok
Kerusakan cross umur yang paling banyak
Jaringan sectional mengkonsumsi sirih
Periodontal pinang adalah 41-50 tahun
sebanyak 50%.
7. Karel E-Journal Hubungan Jenis Hasil penelitian
Pandelaki/ UNSRAT Status penelitian menunjukkan bahawa
Kesehatan menggunaka status kesehatan
Periodontal n deskriptif periodontal mahasiswa
dengan analitik etnis Papua di Manado
Kebiasaan dengan yang memiliki kebiasaan
Menyirih pada pendekatan menyirih termasuk buruk
Mahasiswa cross sectiona sebanyak 32 orang
43
Etnis Papua di l study (76,2%) dan sangat buruk
Manado sebanyak 10 orang
(23,8%). Dalam penelitian
ini tidak di temukan
responden yang memiliki
status kesehatan
periodontalnya baik yang
berarti seluruh responden
menderita penyakit
periodontal akibat
menyirih. Hal yang sama
terjadi pada pada
penelitian Jul Asdar Putra
Samura pada masyarakat
suku Karo yang juga
memiliki kebiasaan
menyirih.
44
B. Pembahasan
Salah satu penyebab faktor penyebab masalah kesehatan gigi dan mulut
ialah faktor perilaku masyarakat yang dijadikan suatu budaya atau kebiasaan.
saat ini. Efek kebiasaan menyirih berpengaruh terhadap gigi, gingiva dan mukosa
menjadi faktor utama dalam kejadian ini. Tidak terlepas pula dari perilaku
kebiasaan budaya yang masih melekat erat pada masyarakat pengonsumsi sirih
pinang tersebut. Terdapat adanya hubungan yang kuat antara kontrol perilaku
dengan perilaku mengkonsumsi sirih pinang, namun dalam hasil penelitian ini
tidak ada hubungan antara kelompok umur maupun jenis kelamin dengan
45
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017” yakni kepercayaan
menghindari penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang
tidak sedap telah mendarah daging diantara para penggunanya. Hasil frekuensi
parah sebanyak 1 dan sangat parah 32, jumlah 33. Hal ini menunjukkan bahwa
berpengaruh.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sri Wahyuni Ritongga pada tahun 2017
dengan judul “ Pengaruh Budaya Makan Sirih terhadap Penyakit Periodontal pada
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara waktu mengunyah sirih terhadap
mempunyai presepsi hasil penelitan yang sama yakni berdasarkan lama kebiasaan
46
Dalam beberapa penelitian sebagian besar frekuensi penyirih berada pada
Orang yang Menyirih di Banjar Sedana Mertha Kota Denpasar Tahun 2012”. Pada
kalangan perempuan hal ini sudah menjadi hal yang lumrah yang merupakan
kebiasaan, berbeda dengan kaum pria yang sudah mengganti kebiasaan menyirih
penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tak sedap
negatif dari menyirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal atau gusi dengan
atau hubungan dan begitupun sebaliknya. Di kutip dari penelitian dengan judul “
Masyarakat Suku Karo di Desa Tiga Juhar Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016”
yang dikemukakan oleh Murni Aritonang dengan hasil penelitian bahwa tradisi
periodontal. Kebiasaan makan sirih pada suku Karo ini merupakan adat kebiasaan
setempat yang dilakukan pada saat acara yang sifatnya ritual. Hal ini sejalan
Manado”. Hubungan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengunyah sirih dalam
47
hasil tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara frekuensi
waktu yang dibutuhkan untuk mengunyah sirih dalam sekali menyirih dengan
48
BAB V
A. Simpulan
waktu dan komposisi makan sirih menjadi salah satu faktor yang
B. Saran
kesehatan rongga mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari, kontrol pada
dokter gigi minimal 6 bulan sekali dan mengubah kebiasaan buruk yang
Eley, B.M., Soory, M., Manson, J.D. 2013, Periodontics. Sixth Ed. Singapura,
Elsevier.
Hontong, C., Mintjelungan, C.N., Zuliari, K., 2016, Hubungan Status Gingiva
dengan Kebiasaan Menyirih pada Masyarakat di Kecamatan Manganitu,
Jurnal e-GiGi,4 (2): 216-220.
Manson JD, Eley BM, 2013. Buku ajar periodonti. Jakarta: Hipokrates.
Murni A, Mindo T.S, Firda L.T. Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status
Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Tiga Juhar
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.Jurnal Maternitas Kebidanan. Vol 4, No. 1
April-September 2019.
Ni, W.A. Hubungan Menyirih dengan Keadaan Jaringan Periodontal pada orang yang
menyirih di Banjar Sedana Mertha Kota Denpasar Tahun 2012.Jurnal Kesehatan
Gigi.Vol.1 Nomor 2 (Agustus 2013).
Siagian VK, 2012, Status kebersihan gigi dan mulut suku papua pengunyah
pinang di Manado. Dentofasial.
Slots, J., Ting, M. 2010. Systemic Antibiotics in The Treatment of Periodontal
Disease.Periodontology, (28), 106–9.
Soeroso, Y., et al. 2014. Perkembangan Terapi Periodontal Non Bedah Pada
Periodontitis Kronis in The Third National Scientifi c Seminar in
Periodontics. Hotel Aryaduta, Jakarta 13 Januari 2020, hal.11–7.
Sri W.R., Nurhamidah, Citra L. 2017. Pengaruh Budaya Makan Sirih terhadap
Penyakit Periodontal pada masyarakat di Desa Tanjung Medan Kecamatan
Bilah Barat Labuhan Batu.Jurnal B-Dent. Volume 4 Nomor 1 Juni 2017 : 45-51.
Tandiarang, GW. 2015, Pengaruh lama dan frekuensi menyirih dangan terjadinya
gingivitis pada masyarakat di Kabupaten Toraja Utara [Skripsi].
Makassar: Universitas Hasanuddin.