SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh:
Wahyu Indah Fitriyani
E620183294
PEMBIMBING
1. RUSNOTO, SKM, M.Kes (Epid)
2. Sri Karyati, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Mat
i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
v
PERNYATAAN
NIM : E620183294
Oleh karena itu pertanggungjawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
NIM: E620183294
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Hp.085640674766
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
viii
MOTTO
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat, karunia, petunjuk, dan hidayah yang diberikan Allah
SWT kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Pengaruh Spritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
Terhadap Kualitas Tidur Pasien CHF di RSU Mitra Bangsa Pati”. Dalam penyusunan
skripsi ini, peneliti telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, peneliti menyatakan terimakasih kepada:
1. Bapak Rusnoto, SKM.,M.Kes ( Epid ) selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus Indonesia.
2. Ibu Yuli Setyaningrum, S.Kep.Ns.M.Si.Med selaku ketua jurusan sarjana
keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus Indonesia.
3. Ibu Setiyowati selaku staff jurusan sarjana keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kudus Indonesia.
4. Bapak Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid) selaku dosen pembimbing utama dan
penguji utama pada Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Ibu Sri Karyati, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing pada Program
Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Sukarmin,M.Kep.,Ns.,Sp.MB selaku dosen penguji pada Program Studi
Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya, Bapak Juned, SP dan Ibu Umiyarsi yang mensupport
saya dengan banyak nasehat dan kasih sayang, bersemangat untuk membiayai
saya selama ini, mendoakan disetiap langkah dalam menyelesaikan skripsi serta
adek Wahyu Nurul Maulidiyah yang memberikan semangat.
8. Kamdi seorang terkasih yang tak henti-hentinya untuk memberikan semangat,
motivasi, serta dukungan.
x
9. Teman-teman ICU dan asrama RSU Mitra Bangsa Pati yang memberikan
semangat, dukungan, doa serta motivasinya.
10. Teman – teman kelas Fastabiq Sehat Muhammadiyah Pati atas inspirasi,
kebersamaan, dan motivasinya selama ini.
11. Seluruh Civitas Akademika Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Kudus Indonesia atas dukungan yang telah diberikan.
12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak kekurangan
sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan.
Pati, 25 Agustus 2019
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…….……………………..……………………............. I
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL...….…………………............. ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL…………………….…………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN SRIPSI…....……………………….............. iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………….. v
PERNYATAAN.…………………….……………………………………….. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………….. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….... viii
MOTTO………………………………………………………………………. ix
KATA PENGANTAR.............................................................................. x
DAFTAR ISI........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xix
ABSTRAK.............................................................................................. xx
ABSTRACT............................................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................... 4
E. Keaslian penelitian.......................................................... 5
F. Ruang lingkup.................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
1. Pengertian……………………………………….......... 7
2. Anatomi Fisiologi……………………………………… 8
3. Klasifikasi……………………………………………… 12
xii
4. Etiologi dan Faktor Risiko…………………………… 13
5. Faktor Resiko Penyakit Gagal Jantung……………. 16
6. Patofisiologi…………………………………………… 17
7. Penatalaksanaan…………………………………...... 18
8. Komplikasi…………………………………………….. 19
9. Pemeriksaan Diagnostik……………………………... 19
B. KUALITAS TIDUR
1. Pengertian Kualitas Tidur………………………........ 20
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur…………. 21
3. Fisiologi Tidur…………………………………………. 24
4. Mekanisme Tidur……………………………………... 24
5. Siklus dan Tahapan Tidur…………………………… 25
6. Gangguan Tidur………………………………………. 26
7. Pengukuran Kualitas Tidur…………………………... 28
C. SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE
(SEFT)
1. Pengertian……………………………………………… 29
2. Tujuan…..………………………………………………. 29
3. Cara Melakukan SEFT……………………………….. 30
4. Kunci Keberhasilan SEFT………….………………… 39
5. Keunggulan Terapi SEFT…………………………….. 41
6. Pengaruh Terapi SEFT……………………………….. 41
D. PENELITIAN TERKAIT…………………………………… 42
E. KERANGKA TEORI……………………………………….. 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN................................................ 47
B. HIPOTESIS PENELITIAN............................................... 47
C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN.............................. 47
D. RANCANGAN PENELITIAN 48
1. Jenis Penelitian dan Design Penelitian..................... 48
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data.................... 49
3. Metode Pengumpulan Data...................................... 49
xiii
4. Populasi Penelitian................................................... 49
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian................. 49
6. Definisi operasional................................................... 51
7. Instrumen penelitian.................................................. 51
8. Teknik pengolahan.................................................... 52
9. Analisa Data.... ......................................................... 53
10. Etika Penelitian......................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN……………………….. 55
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN…………………………. 56
C. HASIL PENELITIAN………………………………………... 58
BAB V PEMBAHASAN
A. HASIL ANALISIS UNIVARIAT…………………………..... 61
B. HASIL ANALISIS BIVARIAT………………………...……. 65
C. KETERBATASAN PENELITIAN………………………….. 67
PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………… 68
B. SARAN………………………………………………........... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
4.8 Uji Wilcoxon perbedaan tidur pada pasien CHF
sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pada 59
kelompok kontrol
4.9 Uji Maan-Whitney perbedaan post test pada 60
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
xvi
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
Universitas Muhammadiyah Kudus
Study Program S-1 Keperawatan
ABSTRAK
Latar Belakang: Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh jaringan dan keadaan
patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak memenuhi kebutuhan darah untuk
metabolisme jaringan. 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan kardiovaskular.
Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Di Jawa Tengah sebesar 0,18 % atau diperkirakan sekitar 43.361 orang, sedangkan yang
terdiagnosis oleh dokter sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 72.268 orang. Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh SEFT (Spiritual Emosional Freedom Tehnique) terhadap
kualitas tidur pasien gagal jantung kongestif di Rumah sakit Mitra Bangsa Pati. Metode:
quasy experiment dengan desain pre- posttest design with two control group, sampel seluruh
Penderita CHF rawat inap di RS Mitra Bangsa Pati sebanyak 34 orang. teknik Purposive
sampling. Data di analisa dengan uji statistik wilcoxon. Hasil: Hasil uji statistic dengan
Wilcoxon test didapatkan p value sebesr 0,003 < ɑ (0,05), dengan demikian maka Ho ditolak
atau Ha diterima yang berarti terdapat Pengaruh kualitas tidur pada pasien CHF dengan
Terapi SEFT di RSU Mitra Bangsa Pati
xx
University Muhammadiyah Kudus
Study Program S-1 Nursing
ABSTRACT
Background: Congestive Heart Failure (CHF) is the inability of the heart to pump blood
throughout the tissues and pathophysiological conditions where the heart as a pump does
not meet the blood requirements for tissue metabolism. 17.5 million people worldwide died
from cardiovascular disorders. More than 75% of cardiovascular sufferers occur in low and
middle income countries, and 80% of cardiovascular deaths are caused by heart attacks and
strokes. In Central Javait is 0.18% or estimated to be 43,361 people, while those diagnosed
by doctors are 0.3% or an estimated 72,268 people. Objective: To determine the effect of
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Tehnique) on the sleep quality of congestive heart failure
patients at Mitra Bangsa Pati Hospital. Method: quasy experiment with pre-posttest design
with two control groups, samples of all CHF Patients hospitalized in Mitra Bangsa Pati
Hospital were 34 people. Purposive sampling technique. Data were analyzed by Wilcoxon
statistical test. Results: The statistical test results with Wilcoxon test obtained p value of
0.003 <ɑ (0.05), thus Ho was rejected or Ha was accepted, which means that there was an
influence of sleep quality on CHF patients with SEFT Therapy at Mitra Bangsa Pati General
Hospital
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh jaringan dan
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gagal jantung kongestif
merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung
sehingga menyebabkan jumlah darah yang masuk ke jantung tiap menitnya
tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh (Muttaqin, 2009).
Manifestasi klinis utama pada pasien gagal jantung kongestif adalah
sesak napas. Sesak napas terjadi karena peningkatan tekanan vena pulmonalis
sehingga cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema
pulmonal. Edema pulmonal dapat menyebabkan gangguan difusi (Ardiansyah,
2012).
WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat
gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian
kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Jumlah kejadian
penyakit jantung di Amerika Serikat pada tahun 2012 adalah 136 per 100.000
orang, di negara-negara Eropa seperti Italia terdapat 106 per 100.000 orang,
Perancis 86 per 100.000. Selanjutnya jumlah kejadian penyakit jantung di Asia
seperti di China ditemukan sebanyak 300 per 100.000 orang, Jepang 82 per
100.000 orang, sedangkan di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk
kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100.000 orang lebih
tinggi dibandingkan Timur Leste sebanyak 347 per 100.000 orang dan jauh
lebih tinggi dibandingkan Thailand yang hanya 184 per 100.000 orang (WHO,
2016).
Prevalensi gagal jantung di Jawa Tengah sebesar 0,18 % atau
diperkirakan sekitar 43.361 orang, sedangkan yang terdiagnosis oleh dokter
sebesar 0,3 % atau diperkirakan sekitar 72.268 orang (Riskedas, 2013).
1
2
SEFT dapat membantu mengatasi berbagai masalah fisik (sakit jantung, asma,
sakit kepala, dll), dan bisa mengatasi berbagai masalah emosi
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh SEFT Terhadap Kualitas Tidur Pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah “Apakah ada
Pengaruh SEFT (Spiritual Emosional Freedom Tehnique) terhadap kualitas tidur
pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh SEFT (Spiritual Emosional Freedom
Tehnique) terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung kongestif di Rumah
sakit Mitra Bangsa Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas tidur pada penderita CHF sebelum dan sesudah
dilakukan terapi SEFT pada kelompok intervensi.
b. Mengetahui kualitas tidur pada penderita CHF sebelum dan sesudah
dilakukan terapi SEFT pada kelompok kontrol
c. Mengetahui perbedaan kualitas tidur pada CHF pada kelompok control dan
kelompok intervensi di Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan teori dan ilmu yang telah didapat di
bangku kuliah serta menambah wawasan pada peneliti dalam mengadakan
penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Nama , judul dan Tahun Metode Hasil penelitian Perbedaan
penelitian
1. Hubungan Self-Management Analitik korelasi Ada hubungan Metode
dengan Kualitas Hidup yang kuat antara penelitian,
Pasien Pasca Stroke di SEFT- tempat,
Wilayah Puskesmas manajemen diri responden dan
Pisangan Ciputat, Pretty dan kualitas waktu
Angelina Brillianti, 2016 hidup pasca penelitian
stroke dengan
tingkat
signifikansi (2-
tailed) adalah
0,000.
F. Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
2. Anatomi Fisiologi
Fungsi anatomi fisiologi kerja jantung adalah merupakan salah satu
bukti kebesaran Allah kepada kita manusia. Karena dengan mengenal serta
memahami akan cara kerja jantung kardiovaskular dan pembuluh darah yang
terdapat pada manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat yang Allah
karuniakan kepada kita semuanya. Jantungadalah salah satu organ penting
dalam tubuh kita. Fungsi jantung secara umum adalah bekerja sebagai
pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya dengan sistem peredaran tubuh
sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam rangka memompakan darah
ke seluruh jaringan tubuh kita (Ardiansyah, 2012).
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul dan
memiliki empat ruang dan terletak antara kedua paru – paru dibawah rongga
toraks. Dua pertiga jantung terletak disebelah kiri midsternal line (garis tengah
yang membagi badan jadi dua, tepat ditengah tulang rusuk). Jantung
dilindungi oleh rongga paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan
arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Ukuran jantung kurang
lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ardiansyah, 2012).
tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah
agak runcing yang disebut apeks kordis.. Letak jantung di dalam rongga dada
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada
tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-
kira 250-300 gram (Ardiansyah, 2012).
Selain itu menurut Syamsudin, (2006) anatomi fisiologi jantung :
1) Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun
secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus. Lapisan
jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium.
Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu:
a. Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini
adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung.
Terdiri dari dua lapisan :
1) Perikarduim fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang
membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar merekat pada
sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2) Perikarduim serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Perikardium parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering disebut
epikardium, dan Perikarduim fiseral yang mengandung sedikit cairan
yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah pergerakan
jantung.
b. Miokardium
Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot
jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot
ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang
akan menerima darah dari arteri koroner.
10
c. Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu
jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi
peredaran darah.
1) Ruang-Ruang Jantung
Berbicara mengenai anatomi jantung maka organ jantung terdiri atas
4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel
(bilik).
Atrium dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh
sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan
oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum. Septum atau sekat ini
adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah dari
kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan
menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah
sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa
darah yang mengandung oksigen tinggi. Jantung terdiri dari beberapa ruang
jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung
tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel kiri dan
kanan.
a. Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :
1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang
berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah de-
oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan tubuh
bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih rendah).
Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan
otot jantung dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi
11
a. Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan.
Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan
menuju ventrikel kanan. Katup trikuspidalis berfungsi mencegah
kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid
terdiri dari 3 daun katup
b. Katup Pulmonalis
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel
kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan
jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat
katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila
ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi,
sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju
arteri pulmonalis.
c. Katup Bikuspid (Bikuspidalis).
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
d. Katup Aorta.
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga
darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup
pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk
kembali kedalam ventrikel kiri.
3. Klasifikasi
The New York Heart Association (NYHA) tahun 2015 menetapkan
metode pertama klasifikasi berdasarkan jumlah aktifitas yang diperlukan untuk
memunculkan gejala. Kelas I tidak menunjukkan adanya keterbatasan aktifitas.
Kelas II adalah diagnosis ketika gejala pada taraf ringan dan dan hanya saat
aktifitas tertentu. Kelas III ditandai dengan timbulnya gejala saat beraktifitas,
13
kecuali hanya saat pasien istirahat. Diagnosis Kelas IV di buat ketika gejala
terlihat meskipun pasien sedang istirahat.
Tabel 2.1. Klasifikasi gagal jantung menurut fungsi NYHA
Kelas I Aktifitas fisik tidak dibatasi
Kelas II Aktifitas fisik terbatas
Kelas III Marked limitation of activity
Kelas IV Activity severly limited
Sumber: Syamsudin, (2011)
Tabel 2.2. Klasifikasi gagal jantung menurut ACC/AHA
Kelas A Orang yang beresiko tinggi
Kelas B Struktur jantung tidak normal tanpa perkembangan gejala.
Kelas C Gejala gagal jantung di rasakan dengan friksi ejeksi (blood output)
normal atau menurun.
Kelas D Gejala jantung pada fase akhir atau telah sulit disembuhkan (fase
refraktori).
Sumber: Syamsudin, (2011)
Skema klasifikasi kedua dikembangkan oleh American College of
Cardiology dan American Heart Association yang didasarkan kepada temuan
yang terukur pada jantung. Klasifikasi ini terdiri atas empat tahap atau dikenal
dengan ACC/AHA Klasifikasi. Tahap A menunjukan seorang pasien yang
berisiko tinggi untuk mengalami gagal jantung tetapi belum menunjukkan
perubahan pada jantung. Tahap B dianggap sebagai tahap berisiko tinggi
tetapi sejumlah perubahan/gejala mulai terlihat. Tahap C adalah tahap pertama
ketika diagnosis gagal jantung telah ditetapkan. Pada tahap ini biasa orang
baru menyadari gejala dan mulai mengunjungi dokter untuk diagnosis serta
pengobatan. Tahap D adalah gagal jantung tahap akhir, ketika pasien tidak lagi
merespons terhadap terapi konvesional. Masing-masing tahap ACC/AHA
memerlukan pengobatan tersendiri (Syamsudin, 2011).
4. Etiologi dan Faktor Risiko
Menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum gagal jantung dapat di sebabkan
oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi:
14
a. Disfungsi Miokard
1) Iskemia miokard
penyakit yang ditandai oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
Biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit arteri koroner/ penyakit
jantung koroner, dimana aliran darah melalui arteri terganggu.
2) Infark miokard
kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang
terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel
jantung menjadi mati (nekrosismiokard)
3) Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau inflamasi pada miokardium.
Peradangan ini dapat disebabkan oleh penyakit reumatik akut dan infeksi
virus seperti cocksakie virus, difteri , campak, influenza, poliomielitis, dan
berbagai macam bakteri, rikettsia, jamur, dan parasit.
4) Kardiomiopati
Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit miokardium, atau otot
jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk
memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi semacam ini
cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan
cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau gangguan miokardium,
sehingga jantung tidak mampu berkontraksi secara normal.
b. Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)
1) Stenosis aorta
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada
katup aorta. Penyempitan pada katup aorta ini mencegah katup aorta
membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir
dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri
dari 4 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa
melewatinya.
2) Hipertensi iskemik
Peningkatan tekanan darah secara cepat (misalnya hipertensi yang
berasal dari ginjal atau karena penghentian obat antihipertensi pada
15
dan menghasilkan darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih)
yang akan memenuhi rongga pericardium. Inflamasi pada perikardium
terjadi kurang dari 6 minggu.
b) Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan
yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan,
nanah, darah, bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat
adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung.
2) Sekunder
a) Stenosis mitral
Stenosis mitral adalah suatu penyempitan jalan aliran darah ke
ventrikel. Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka
dengan tepat dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang
jantung kiri. Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah tidak
dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan
seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta gejala
lainnya.
b) Stenosis trikuspidalis
Stenosis trikuspidalis penyempitan lubang katup trikuspidalis, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kanan
ke ventrikel kanan. Stenosis katup trikuspidalis menyebabkan atrium
kanan membesar dan ventrikel kanan mengecil. Jumlah darah yang
kembali ke jantung berkurang dan tekanan di dalam vena yang
membawa darah kembali ke jantung meningkat tajam.
b. Respon kompensatorik
1) Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas adrenergik
jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraktil
akan meningkat untuk menambah cardiac output (CO), juga terjadi
vasokontriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan
retribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ-organ
yang rendah metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi ke
jantung dan ke otak dapat di pertahankan. Vasokontriksi akan
meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang selanjutnya
akan menambah kekuatan kontriksi.
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA). Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh
ginjal, meningkatkan volume ventrikel-ventrikel tegangan tersebut.
Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium
18
3) Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi
miokardium akan bertambah tebalnya dinding
4) Efek negatif dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan namun pada
akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan laju jantung
dan memperburuk tingkat gagal jantung.
Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan
kontraktilitas dini mengakibatkan bendungan paru-paru, vena sistemik
dan edema, fase kontruksi arteri dan redistribusi aliran darah
mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena
menimbulkan tanda serta gejala, misalnya berkurangnya jumlah air
kemih yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri juga
menyebabkan beban akhir dengan memperbesar resistensi terhadap
ejeksi ventrikel, beban akhir juga kalau dilatasi ruang jantung. Akibat
kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga meningkat, yang
juga ditambah lagi adanya hipertensi miokard dan perangsangan
simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak
terpenuhi maka akan terjadi iskemik miokard, akhirnya dapat timbul
beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang berulang.
7. Penatalaksanaan
Menurut Syamsudin (2011) prinsip penatalaksanaan penyakit gagal jantung
kongestif adalah
a. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung dan menurunkan tekanan darah.
b. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain
itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan
mengurangi edema.
c. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh.
19
d. Terapi Diuretik
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan air dan
garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah.
e. Digitalis
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat,
volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume
intravaskuler menurun.
f. Inotropik Positif
Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik positif)
dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropikpositif). SedatifPemberian
sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.
g. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat
Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat yang ketat merupakan tindakan
penanganan gagal jantung.
8. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi gagal jantung kongestif adalah:
a. Edema pulmoner akut.
b. Hiperkalemia
Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan
diit berlebih.
c. Perikarditis
Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
d. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
e. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Syamsudin, (2011) pemeriksaan diagnostic gagal jantung kongestif
adalah:
20
antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7 komponen
yaitu : kualitas tidur, kemampuan mempertahankan tidur, durasi tidur,
kebiasaan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur, penggunaan obat tidur dan
tidak bersemangat dalam menjalani aktivitas harian selama 1 bulan terakhir.
PSQI adalah instrumen yang efektif untuk mengukur kualitas dan pola tidur
pada orang dewasa.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
Sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur seringkali
faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis,
psikologis dan lingkungan dapat megubah kuantitas dan kualitas tidur. Adapun
menurut Lumbantobing (2010), faktor yang mempengaruhi tidur adalah:
a. Usia
Orang yang berbeda memiliki kebutuhan tidur yang berbeda, tetapi
kebanyakan orang dewasa dari segala usia membutuhkan sekitar delapan
jam tidur malam untuk merasa istirahat. Dan penuaan menyebabkan
perubahan yang dapat mempengaruhi pola tidur. Pada usia lanjut proporsi
waktu yang dihabiskan dalam tidur tahap 3 dan tahap 4 menurun,
sementara yang dihabiskan di tidur ringan tahap 1 meningkat dan tidur
menjadi kurang efisien.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan gender juga merupakan faktor yang mempengaruhi tidur usia
lanjut. Dimana wanita lebih sering terjadi gangguan tidur daripada laki-laki.
Hal ini disebabkan karena wanita sering mengalami depresi dibanding laki-
laki. Secara psikososial wanita lebih banyak mengalami tekanan dari pada
dengan laki-laki.
c. Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau
masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan
masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai
masalah kesulitan tertidur atau tetap tidur. Nokturia atau berkemih di malam
hari juga menjadi salah satu penyebab gangguan tidur dan siklus tidur. Dan
ini sering terjaid pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau
orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis atau penyakit prostat.
22
Lansia sering mengalami sindrom “kaki tak berdaya”, dan ini akan sering
menjadi kekambuhan di malam hari, seperti merasakan sensai gatal pada
otot, sehingga akan menimbulkan terganggunya tidur pada lansia
khususnya di malam hari.
d. Respon Terhadap Penyakit
Seiring berjalannya proses penuaan pada usia lanjut maka respon terhadap
penyakit mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Sesak napas pada
saat tidur, pusing, ada gerakan kaki secara tidak sadar, ingin buang air kecil
dan terutama respon terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat
mengakibatkan gangguan tidur pada usia lanjut. Kurangnya penanganan
nyeri dapat menjadi masalah bagi usia lanjut karena prevalensi kondisi
penyakit yang sering menyerang usia lanjut. Penyakit yang sering
menyerang pada usia lanjut antara lain penyakit jantung, stoke, diabetes
mellitus, penyakit paru, kanker, osteoporosis dan gangguan memoro. Rasa
nyeri yang menyertai penyakit pada usia lanjut dapat menyebabkan kurang
tidur yang dapat memperburuk kualitas tidur. Sebuah percobaan terbaru
yang dilakukan oleh Roehrs menunjukkan bahwa kehilangan tidur empat
jam mengakibatkan peningkatan sensitivitas terhadap rasa nyeri.
e. Obat-obatan dan Substansi
Lansia sering kali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau
mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari obat-obatan dapat
menimbulkan gangguan tidur yang serius. L-triptofan adalah suatu protein
alami yang ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan daging, dapat
membantu seseorang untuk mudah tidur.
f. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja
bergantian berputar (misal 2 minggu siang, kemudian diikuti oleh 1 minggu
malam) seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan jadwal tidur. Setelah
beberapa minggu bekerja pada waktu malam hari maka, jam biologis
seseorang dapat menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang
mengganggu meliputi bekerja berat yang tidak biasa, mengikuti aktivitas
sosial pada waktu malam hari, dan perubahan waktu makan malam.
23
g. Stres Emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan tidak bisa
tidur. Seringkali lansia mengalami kehilangan yang mengarah pada stres
emosional. Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan
kehilangan keamanan ekonomi keluarga merupakan contoh situasi yang
mempredisposisi lansia untuk cemas dan depresi. Sehingga lansia
seringkali mengalami perlambatan untuk jatuh tidur, munculnya tidur REM
secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur
yang kurang dan terbangun cepat.
h. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tertidur dan tetap tidur. Ukuran, kekerasan dan posisi
tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Seseorang lebih nyaman tidur
sendiri atau bersama orang lain, teman tidur dapat mengganggu tidur jika ia
mendengkur. Suara juga mempengaruhi tidur.
i. Latihan Fisik dan Kelelahan
Seseornag yang kelelahan biasanya memperoleh tidur yang
mengistirahatkan, khususnya kelelahan ini dikarenakan bekerja atau latihan
yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur
membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan yang
melelahkan sehingga meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang
berlebihan yang dihasilkan dari bekerja yang meletihkan atau penuh stres
membuat sulit tidur. Hal ini juga dapat menjadikan masalah dalam kualitas
dan pola tidur, dan biasanya terjadi pada anak sekolah dan remaja.
j. Asupan Makanan dan Kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan
yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Kafein dan
alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi
insomnia, sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara
drastis adalah strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur.
Kehilangan atau kelebihan berat badan juga dapat mempengaruhi pola
tidur.
24
3. Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa
rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian
bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya
matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas
waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada
malam hari (Angkat, 2009).
Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika
seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif
melainkan sedang bekerja. Sistem yang mengatur siklus atau perubahan
dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing
regional (BSR) yang terletak pada batang otak (Kurniawan, 2012)
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam
mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan
visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Azmi,
2016).
4. Mekanisme Tidur
Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter
fisiologis. NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang
stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur
yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba,
peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas
dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai
dengan penurunan tonus otot dan peningkata aktivitas otot involunter. REM
disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur
paradoks (Utama, 2014).
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-
rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah
25
seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur
NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat
rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan
gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM (Nurlela, 2009).
Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem
yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System
ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular
Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas
Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik,
histaminergik (Lumbantobing, 2010).
5. Siklus dan Tahapan Tidur
Menurut Lumbantobing (2010), tidur yang normal memiliki dua fase yaitu
pergerakan mata yang tidak cepat (tidur non rapid eye movement, (NREM) dan
pergerakan mata yang cepat (tidur rapid eye movement, (REM).
a. Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium, yaitu :
1) Stadium I : merupakan transisi dari bangun dan ditandai oleh hilangnya
pola alfa reguler dan munculnya amplitudo rendah, pola frekuensi
campuran, terutama pada rentang teta (2-7Hz), dan gerakan mata
berputar lambat. Seseorang dengan mudah terbangun oleh sensori
seperti stimulus suara. Dan ketika terbangun seseorang akan merasa
seperti telah melamun.
2) Stadium II : ditetapkan melalui kejadian kompleks K dan kumparan tidur
yang bertumpang tindih pada aktivitas latar belakang yang serupa
dengan stadium 1. Untuk terbangun masih relatif rendah, namun sudah
memiliki peningkatan dalam relaksasi. Dan fungsi tubuh seseorang
menjadi sangat lambat.
3) Stadium III : merupakan delta tidur dengan sekitar 20% tetapi kurang dari
50% aktivitas delta amplitudo tinggi (375𝜇𝑉) delta (0,5-2Hz). Kumparan
tidur tetap ada, aktivitas gerakan mata tidak ada, dan aktivitas EMG
(Elektromyografi) menetap pada kadar yang rendah sehingga otot-otot
mulai kendur. Tahap ini berakhir 15-30 menit.
26
Tahap Pratidur
Tidur REM
d. Narkolepsi
Merupakan keinginan yang tidak terkendali untuk tidur atau serangan
mengantuk mendadak, sehingga dapat tertidur pada setiap saat di mana
serangan tidur itu datang. Serangan mendadak yang dialami pada siang hari
tidak bisa dihindari, biasanya berlangsung 10-20 menit atau kurang dari 1 jam.
Gambaran tidur pada narkolepsi ini menunjukkan penurunan fase REM 30-70
%. Terdapat empat gejala klasik penderita narkolepsi yaitu rasa kantuk
berlebihan (EDS), melemasnya otot secara mendadak (katapleksi), dan sleep
paralysis (keadaan ketika akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas
seperti tercekik, dada sesak, sulit berteriak, dan badan sulit bergerak).
e. Apnea Tidur
Apnea tidur merupakan henti napas saat tidur atau mendengkur. Yang
disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan di mulut.
Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas sering terjadi pada usia lanjut
karena otot-otot di bagian belakang mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan. Telah dilaporkan apnea napas terjadi pada 11-62% pada
usia lanjut. Sebagian besar penderita apnea tidur ini adalah pria, dengan
keluhan sering terbangun di malam hari, banyak tidur di siang hari,
mendengkur,dan nyeri kepala pada saat bangun.
7. Pengukuran Kualitas Tidur
Pengukuran kualitas tidur dapat berupa kuesioner maupun sleep diary,
nocturnal polysomnography, dan multiple sleep latency test. Sleep diary
merupakan pencatatan aktivitas tidur sehari-hari, waktu ketika tertidur, aktivitas
yang dilakukan dalam 15 menit setelah bangun, makanan dan minuman, serta
obat yang dikonsumsi. Pengukuran kualitas tidur dengan menggunakan
instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PQSI). PQSI merupakan instrumen
efektif yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur. Instrumen
PQSI dibuat berdasarkan pengukuran pola tidur responden dengan rentang
tidur satu bulan terakhir. Tujuan pembuatan PQSI adalah untuk menyediakan
standar pengukuran kualitas tidur yang valid dan terpercaya, membedakan
antara tidur yang baik dan tidur yang buruk, menyediakan indeks yang mudah
dipakai oleh subjek dan interpetasi oleh peneliti, dan digunakan sebagai
29
ringkasan dalam pengkajian gangguan tidur yang bisa berdampak pada kualitas
tidur (Indrawati, 2012).
C. Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft)
1. Pengertian
SEFT merupakan teknik penyembuhan emosional yang juga ternyata
dapat menyembuhkan gejala-gejala penyakit fisik. SEFT adalah teknik
penyembuhan tubuh dan pikiran yang mengkombinasikan efek fisik dari
perawatan meridian dengan efek mental dalam memfokuskan pada sakit atau
permasalahan pada waktu yang sama (Iskandar, 2010)
Menurut Zainuddin (2009) perbedaan EFT dan SEFT yaitu EFT
berasumsi kesembuhan berasal dari sendiri sedangkan SEFT berasumsi
berasal dari Tuhan, EFT menggunakan 7 atau 14 titik sedangkan SEFT
menambahkan titiknya hingga 18 titik.Terapi SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Tehnique) adalah terapi dengan menggunakan gerakan sederhana
yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan sakit fisik
maupun psikis, meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan
kebahagiaan hidup. Terapi SEFT (spiritual emotional freedom technique)
adalah tehnik terapi yang menggunakan gerakan sederhana untuk membantu
menyelesaikan berbagai masalahsakit fisik maupun psikis, meningkatkan
perfoma kerja dan prestasi, meraih kedamaian dan prestasi serta
kebermaknaan hidup. Rangkaian yang dilakukan adalah :
a. The set – up yaitu menetralisir energi negatif yang ada ditubuh,
b. The tune in yaitu mengarahkan pikiran pada tempat rasa sakit, dan
c. The tapping yaitu mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik – titik
tertentu ditubuh manusia.
2. Tujuan SEFT
Menurut Zainuddin (2009) SEFT merupakan sebuah teknik ilmiah
revolusioner yang dengan sangat mudah dan cepat (5-25 menit) dapat
digunakan untuk :
a. Mengatasi berbagai masalah fisik
Sakit kepala, nyeri punggung, maag, asma, sakit jantung, kelebihan
berat badan, alergi, dan sebagainya.
30
a. Estimate Severity
Ada baiknya terlebih dahulu subjek menentukan nilai seberapa tinggi
intensitas emosi / rasa sakit yang dialami sekarang dengan
menggunakan skala 0-10 (0 = tidak terasa, 10 = intensitas maksimum).
Nilai subjektif tersebut (0-10) yang menjadi tolok ukur kemajuan setelah
SEFT
b. The Set-Up
Semua individu memiliki aspek bawah sadar yang tidak siap untuk
menyembuhkan karena menganggap jauh lebih aman dengan keadaan
dirinya yang sekarang. The set-Up dirancang untuk membantu individu
agar siap untuk sembuh.
Cara melakukan Set-Up adalah mengucapkan kalimat Set-Up seperti “
Meskipun saya ingin merokok ketika minum kopi padahal saya juga ingin
berhenti merokok, saya benar-benar menerima dan mencintai diri saya
sendiri”. Kalimat tersebut diucapkan sebanyak tiga kali sambil menekan
pada titik karate chop yaitu pada samping telapak tangan.
“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energy tubuh kita
terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir
“Psychological Reversal” atau perlawanan psikologis” (biasanya berupa
pikiran negativ spontan atau keyakinan bawah sadar negatif).
Contoh Psychological Reversal ini diantaranya :
1) Saya tidak bisa sehat seperti dulu lagi
2) Saya tidak mungkin sembuh dari penyakit jantung ini
3) Saya tidak mampu menjalani pengobatan ini
4) Saya, menyerah, saya tidak mampu mematuhi diet jantung
5) Saya menyerah, saya tidak mampu minum obat dengan teratur.
The Set-Up sebenarnya terdiri dari 2 aktifitas adalah mengucapkan
kalimat seperti diatas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah
sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah, sambil mengucapkan dengan
perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya dibagian “Sore Spot” (Titik
Nyeri : daerah disekitar dada atas yang jika ditekan agak sakit) atau
mengantuk dengan dua ujung dibagian “Karate Chop”.
32
Gambar 2.1
Sumber : Zainuddin, (2009)
34
2) EB = Eye brow
Pada titik pangkal alis
Gambar 2.2
Sumber : Zainuddin, (2009)
3) SE = side of the Eye
Di atas tulang samping mata
Gambar 2.3
Sumber : Zainuddin, (2009)
4) UE = Under the Eye
2 cm dibawah kelopak mata
Gambar 2.4
Sumber : Zainuddin, (2009)
35
Gambar 2.5
Sumber : Zainuddin, (2009)
6) Ch = Chin
Di antara dagu dan bagian bawah bibir
Gambar 2.6
Sumber : Zainuddin, (2009)
7) CB = Colar Bone
Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk
pertama.
Gambar 2.7
Sumber : Zainuddin, (2009)
36
Gambar 2.8
Sumber : Zainuddin, (2009)
9) BN = Bellow Nipple
2,5 cm di bawah puting susu (pria) atau perbatasan antara tulang dada
dan bagian bawah payudara.
Gambar 2.9
Sumber : Zainuddin, (2009)
10) IH = Inside of Hand
Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan.
Gambar 2.10
Sumber : Zainuddin, (2009)
37
Gambar 2.11
Sumber : Zainuddin, (2009)
12) Th = Thumb
Ibu jari di samping luar bagian bawah kuku
Gambar 2.12
Sumber : Zainuddin, (2009)
13) IF = Index Finger
Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari).
Gambar 2.13
Sumber : Zainuddin, (2009)
38
Gambar 2.14
Sumber : Zainuddin, (2009)
15) RF = Ring Finger
Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibu jari).
Gambar 2.15
Sumber : Zainuddin, (2009)
16) BF = Baby Finger
Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
menghadap ibi jari).
Gambar 2.16
Sumber : Zainuddin, (2009)
17) KC = Karate Chop
Di samping telap tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan
balok saat karate.
39
Gambar 2.17
Sumber : Zainuddin, (2009)
18) GS = Gamut Spot
Dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari
kelingking.
Gambar 2.18
Sumber : Zainuddin, (2009)
4. Kunci Keberhasilan SEFT
Menurut Zainuddin (2009) kunci dalam keberhasilan SEFT adalah sebagai
berikut :
a. Yakin
Terapis maupun klien tidak perlu yakin dengan SEFT atau diri sendiri,
melaikan yakin pada Maha Kuasanya Tuhan dan Maha Sayangnya
Tuhan.Jadi SEFT tetap efektif walaupun pasien skeptic, ragu, tidak
percaya diri, malu kalau tidak berhasil, dan sebagainya.Asalkan klien
dan terapis masih yakin dengan Allah, SEFT tetap efektif.Anehnya, jika
semakin percaya diri semakin tidak bagus hasilnya. Semakin tidak
percaya diri tetapi percaya dengan Allah atau percaya dengan Tuhan
maka hasilnya akan menakjubkan. Karena ketika percaya diri berarti ego
menjadi naik.Sedangkan ego adalah singkatan dari Edging God Out
yang artinya menyingkirkan Tuhan ke luar.Artinya semakin ego naik,
semakin Tuhan menyingkirkan dari kehidupan kita. Semakin kurang ego
40
agar kita dapat mengubah sikap tubuh dengan cara yang terasa lebih alami,
lebih kongruen.
e. Melakukan anchoring saat merasakan
Anchoring adalah suatu proses menghubungkan satu pengalaman dengan
stimulus tertentu. Anda bisa melakukan anchoring pada saat mengalami
pengalaman positif (misalnya: perasaan penuh syukur dan percaya diri saat
memenangkan satu kejuaraan). Anda bisa melakukan anchoring
pengalaman positif dengan menggunakan gerakan-gerakan tertentu, musik,
gambar, semboyan, yel-yel, dsb. SEFT bisa anda gunakan untuk
memperkuat aspek anchoring dengan cara melakukan SEFT sambil
melakukan anchoring.
f. Hilangkan kepercayaan yang merusak
Kepercayaan-kepercayaan negatif bisa berupa keyakinan yang kita sadari
atau keyakinan yang terbenam dalam alam bawah sadar kita. Kita sudah
terbiasa meyakininya sehingga tidak merasa bahwa sebenarnya keyakinan-
keyakinan negati inilah yang menghambat kemajuan hidup kia. Jika ingin
mengubah hidup, maka kita perlu mengubah keyakinan-keyakinan negatif
kita. Dalam hadist Kudsi Allah berfirman. Dengan menggunakan teknik
SEFT secara tepat, kita dapat menghentikan pola sabotase diri yang
disebabkan oleh limiting belief.
g. Perjelas prioritas anda
SEFT dapat anda gunakan untuk memperjelas prioritas anda dan untuk
mengatasi konflik kepentingan antara satu prioritas dengan prioritas yang
lain.
h. Tetapkan tujuan anda
Hanya setelah kita memutuskan apa yang kita inginkan, mengatasi
hambatan-hambatan internal dan menetapkan prioritas utama kita, barulah
kita dapat melakukan setting goals dengan jernih. Saat setting goals, kita
kadang dihantui ketakutan dan keraguan tentang apakah goal kita itu bisa
tercapai atau tidak.
SEFT sekali lagi dapat kita gunakan untuk menetralisir perasaan ragu dan
takut gagal saat menetapkan saran (setting goals), sehingga kita dapat
44
melakukan langkah setting goals ini dengan sepenuh hati (dalam istilah
Steve Wells: kongruen.
i. Tetaplah gigih dalam menekuni komitmen anda
Menetapkan komitmen berarti membuat janji pada diri sendiri bahwa kita
akan melakukan apapun yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kita.
Kita memerlukan kegigihan dalam menekuni komitmen kita, karena jalan
menuju pencapaian tujuan dan cita-cita kita tidak selalu mulus.
SEFT bisa kita gunakan untuk memperkuat komitmen kita dengan cara
melakukannya dalam tiap level komitmen. Saat anda merasakan diri anda
tidak kongruen ketika mengucapkan satu komitmen, anda bisa melakukan
SEFTuntuk menghilangkan incongruency ini, sampai anda bisa dengan
sepenuh hati mengucapkan komitmen tertinggi anda.
j. Buatlah rencana yang matang, tapi bersiaplah merespon kesempatan
spontan.
Setelah anda telah membulatkan tekad untuk mencapai gools Anda, Anda
perlu membuat rencana yang memadai untuk mewujudkannya. Steve Wells
menyarankan beberapa hal berikut untuk membantu perencanaan yang
baik.
1) Lakukan persiapan.
2) Buatlah blueprint atau rencana awal
3) Carilah seseorang yang bisa anda jadikan teladan, tirulah kiat-kiat
mereka
4) Carilah pembimbing yang tepat
5) Dapatkan rekan dan pendukung yang tepat
6) Ciptakan lingkungan yang mendukung kesuksesan anda
7) Saat berhasil mencapai target, berilah diri anda sedndiri hadiah.
k. Bertindak dengan penuh keyakinan dan penuh semangat.
Diatas segalanya, setelah melalui enam tahap menuju peak performance,
akhirnya kita sampai pada tahap terpenting, yaitu: bertindak. Keenam
langkah diatas tidak berguna jika pada akhirnya tidak dapat membuat kita
“bertindak”. Banyak orang yang ragu-ragu, takut atau enggan untuk
bertindak ketika saatnya tiba. SEFT dapat kita manfaatkan untu mengatasi
segala hambatan ini (Zainuddin, 2009).
45
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Pretty Angelina Brillianti, tahun 2016 dengan
judul penelitian Hubungan Self-Management dengan Kualitas Hidup Pasien
PascaStroke di Wilayah Puskesmas Pisangan Ciputat, menggunakan metode
penelitian analitik korelasi dan hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada
hubungan yang kuat antara SEFT- manajemen diri dan kualitas hidup pasca
stroke dengan tingkat signifikansi (2-tailed) adalah 0,000.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad Rajin, 2012 dengan judul peneliyian
Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) Untuk Meningkatkan
Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di Rumah sakit, menggunakan metode
penelitian Pre-posttest control group design tehnik Purposive sampling dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa Hasil uji statistik one way Anova pada hari
pertama didapatkan nilai P= 0.009 dan pada hari ketiga nilai P= 0.000.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi SEFT dapat
meningkatkan kualitas tidur pasien dengan signifikan
.
46
E. Kerangka Teori
Tujuan SEFT
a. Mengatasi berbagai masalah fisik
b. Mengatasi berbagai emosi
c. Meraih kesuksesan hidup,
meningkatkan kedamaian hati dan
kebahagiaan.
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subyek yang berbeda
dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Nursalam, 2013). Variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen (Nursalam,
2008). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Seft (Spritual
Emotional Freedom Technique)
Variabel dependen adalah variabel respon atau output (Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah kualitas tidur pasien CHF
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara, yang
mungkin benar atau juga salah (Nursalam, 2013). Berdasarkan atas teori yang
ada maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh Seft (Spritual Emotional Freedom Technique) Terhadap
Kualitas Tidur Pasien CHF di Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati
Ho : Tidak ada pengaruh Seft (Spritual Emotional Freedom Technique) Terhadap
Kualitas Tidur Pasien CHF di Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati
C. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent
47
48
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan
penelitian quasi experimental dengan menggunakan deskriptif analitik yaitu
pengamatan terhadap obyek yang diteliti (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini
menggunakan quasy experiment dengan desain pre- posttest design with
two control group yang mempunyai tujuan mengungkapkan perbedaan
antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dan membandingkan
dengan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini ada kelompok kontrol atau
pembanding subyek. Dimana subyek sebelum dan sesudah diberikan
intervensi untuk terapi SEFT terlebih dulu kemudian dilakukan pengukuran
Kualitas tidur pasien CHF
Kelompok Intervensi R1 X1 R2 Y1 = R1 : R2
Kelompok Kontrol R3 X0 R4 Y2 = R3 : R4
Y3 = R2 : R4
Keterangan :
R1 : Kelompok intervensi diukur kualitas tidur pada pasien CHF
sebelum diberikan terapi SEFT
R2 : Kelompok intervensi diukur kualitas tidur pada pasien CHF
sesudah diberikan Terapi SEFT
X1 : Intervensi pemberian terapi SEFT dan obat tidur
R3 : Kelompok kontrol diukur kualitas tidur pada pasien CHF tanpa
diberikan terapi SEFT
R4 : Kelompok kontrol diukur kualitas tidur pada pasien CHF tanpa
diberikan terapi SEFT
X0 : Tidak diberikan Terapi SEFT dan diberikan obat tidur
Y1 : Kualitas tidur setelah diberikan terapi SEFT pada kelompok
intervensi
Y2 : Kualitas tidur setelah diberikan terapi SEFT pada kelompok control
Y3 : Perbedaan kualitas tidur pada pasien CHF sebelum (pre-test)
dengan sesudah (post-test) pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
49
𝑁
n=
1 + 𝑁(𝑒 2 )
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
e = Taraf Kesalahan
Berdasarkan jumlah populasi, sampel yang digunakan adalah :
51
𝑛=
1 + 51(0,12 )
51
𝑛=
1,51
n= 34 orang
6. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena (Hidayat, 2010).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
8. Teknik Pengelolaan
a. Pengolahan data
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati adalah rumah sakit swasta murni milik
Yayasan Bumi Wali Songo Pati yang dipimpin oleh putra daerah Pati (H. Imam
Suroso, SH. S.sos. MM). Berawal sebagai Rumah Sakit Bersalin dan diresmikan
pada tanggal 11 Maret 2002 oleh Bupati Pati (Tasiman, SH), sehingga pada
tanggal 11 Maret tersebut sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Rumah Sakit Mitra
Bangsa Pati. Dan terletak di Jl. Kolonel Sugiyono No. 75 Pati, Telp: (0295)
382555, Fax : (0295) 4191994. Berdasarkan Undang. Undang Nomor 23 Tahun
1992, tugas pokok Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati adalah membantu
pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta melaksanakan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati
mempunyai fungsi: menyelenggaraan pelayanan medis, menyelenggaraan
pelayanan penunjang medis dan non medis, menyelenggaraan pelayanan dan
asuhan keperawatan, menyelenggaraan pelayanan obat dan alat kesehatan,
menyelenggarakan pelayanan rujukan, menyelenggarakan pelayanan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, menyelenggaraan
pengembangan program dan sistem informasi manajemen, menyelenggaraan
keuangan, menyelenggaraan ketatausahaan, membinaan dan bimbingan
kelompok jabatan fungsional, Melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan
oleh Yayasan Bumi Wali Songo Pati dan Instansi Pemerintah yang terkait.
55
56
kepala, dll), dan bisa mengatasi berbagai masalah emosi dan bisa
meningkatkan kualitas tidur pada penderita CHF.
B. Karakteristik Responden
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Kelompok
Intervensi dan Kontrol di RSU Mitra Bangsa Pati
Umur Mean Median SD Min Max
Kelompok Intervensi 43.71 44.0 3.687 39 51
Kelompok Kontrol 45.29 45.00 5.429 38 55
Sumber: Data Primer, 2019
3. Pekerjaan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSU Mitra Bangsa Pati
C. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Kualitas Tidur Pada Pasien CHF sebelum dan sesudah diberikan terapi
SEFT pada kelompok Intervensi.
Tabel 4.5
Kualitas tidur Pada psien CHF sebelum dan sesudah diberikan Terapi
SEFT pada kelompok Intervensi di RSU Mitra Bangsa Pati
Kualitas Tidur Kelompok Intervensi
Pasien CHF Sebelum Sesudah
Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase
(%)
Baik 4 23.5 13 76.5
Buruk 13 76.5 4 23.5
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber: Data Primer, 2019
Tabel 4.7
Uji Wilcoxon Perbedaan Pre-Test dan Post-Test Pada Kelompok Intervensi
Kualitas Tidur Kelompok Intervensi P
pada Pasien Sebelum Sesudah Value
CHF Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
Baik 4 23.5 13 76.5 0,003
Buruk 13 76.5 4 23.5
Total 17 100,0 17 100,0
Sumber: Data Primer, 2019
PEMBAHASAN
61
62
68
69
SEFT dapat mengatasi masalah baik fisik maupun psikis seperti gangguan
tidur.
B. Hasil Analisis Bivariat
Hasil analisa pengaruh kualitas tidur pada pasien CHF dengan Terapi
SEFT di RSU Mitra Bangsa Pati dengan hasil P value 0,003 < p value 0,05.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mangatasi masalah
gangguan tidur adalah dengan menggunakan terapi medikasi dan nonmedikasi.
Terapi medikasi dapat mengakibatkan gangguan fisik tubuh yang lain dan jika
terlalu lama digunakan dapat menyebabkan ketergantungan (Potter, 2009).
Salah satu terapi non medikatif yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan terapi Spiritual Emosional Freedom Tehnique (SEFT). Terapi ini
merupakan suatu teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy
medicine) dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping
(ketukan) beberapa titik tertentu pada tubuh. Banyak manfaat yang dihasilkan
dengan terapi SEFT yang telah terbukti membantu mengatasi berbagai masalah
fisik maupun emosi (Faiz, 2010).
Menurut Faiz (2008), terapi SEFT berfokus pada kata atau kalimat yang
diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah kepada
Allah SWT. Ketika seorang pasien berdoa dengan tenang (disertai dengan hati
ikhlas & pasrah) maka tubuh akan mengalami relaksasi dan menyebabkan
seorang pasien menjadi tenang. Pernafasan menjadi teratur, denyut jantung
menjadi teratur dan stabil akan melancarkan sirkulasi darah yang mengalir
kedalam tubuh dan mereka benar-benar berada dalam keadaan yang luar biasa
rileks. Keadaan relaksasi menurunkan kecemasan pasien sehingga stimulus ke
RAS menurun dan beberapa bagian, BSR mengambil alih yang dapat
menyebabkan tidur.
Sementara itu ketukan (tapping) ringan yang dilakukan pada titik-titik
energi meridian sesuai dengan teori get control yang dikemukakan oleh
Melzack & Well (1965) akan menutup substansi gelatinosa (SG) pada medulla
spinalis dan menghalangi implus nyeri menuju otak. Ketukan dapat menutup SG
karena dihantarkan melalui serabut saraf yang memiliki diameter lebih besar
daripada serabut saraf nyeri. Jika ada suatu zat dapat mempengaruhi substansi
71
gelatinosa didalam gate control, zat tersebut dapat digunakan untuk mengobati
nyeri (Potter,2008).
Pengubahan kondisi emosi yang stabil dan pikiran yang positif,
memungkinkan seseorang untuk lebih aktif dan produktif dalam menyikapi suatu
hal, objek atau stimulus yang diterima. Hal inilah yang ingin dilakukan oleh
peneliti terhadap pasien CHF untuk meningkatkan kualitas tidurnya.
Congestive heart failure adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung
dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). Congestive heart failure terkadang disebut gagal jantung
kongestif, ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Gagal jantung
merupakan sidrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban (overload)
cairan dan perfusi jaringan yang buruk. Mekanisme terjadinya gagal jantung
kongestif meliputi gangguan kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau
pengisian jantung (diastole) sehingga curah jantung lebih rendah dari nilai
normal. Curah jantung yang rendah dapat memunculkan mekanisme
kompensasi yang mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung dan pada
akhirnya terjadi resistensi pengisian jantung (Smeltzer, 2013)
Tidur merupakan keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup
(Lumbantobing, 2010).
Menurunnya kualitas tidur seseorang disebabkan oleh meningkatnya
latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, terbangun lebih awal dan kesulitan
untuk kembali tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan
fungsi dari organ tubuh pada lansia. Penurunan fungsi neurontransmiter
menyebabkan menurunnya produksi hormon melatonin yang berpengaruh
terhadap perubahan irama sirkadian, sehingga lansia akan mengalami
penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM, bahkan hampir tidak memiliki
fase 4 atau tidur dalam (Lumbantobing, 2010).
72
C. Keterbatasan Penelitian
Adapunketerbatasanpenelitian yang dimilikiselamaprosespenelitianberiku :
1. Variable perancutidakdikendalikan oleh peneliti
2. Dalam penelitian ini adanya keterbatasan waktu dalam pengambilan Data
karena membagikan kuesioner tidak bisa dilakukan dengan sendiri, hanya
beberapa saja peneliti ikut mendampingi responden untuk mengisi kuisioner
dan dibantu enumerator yaituperawat yang ada di RSU Mitra BangsaPati
73
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
PENUTUP
C. Kesimpulan
68
69