SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh:
Nur Widayati
15/383011/KU/18211
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ii
ii
iii
iiiiii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
penyusunan skipsi ini masih memiliki keterbatasan, akan tetapi berkat bimbingan,
arahan, bantuan serta dukungan dari dosen pembimbing dan pihak-pihak lain maka
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan
1. Prof. dr. Ova Emilia, M. Med. Ed., Ph.D., Sp. OG (K) selaku Dekan Fakultas
2. Haryani, S.Kp., M.Kes., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu
Keperawatan UGM.
3. Sri Warsini, S. Kep., Ns., M. Kes., PhD., selaku pembimbing I yang dengan
4. Puji Sutarjo, S. Kep., Ns., MPH., selaku pembimbing II yang dengan sabar
iv
v
5. Akrim Wasniyati, S. Kep., Ns., MPH., selaku penguji seminar hasil skripsi
6. dr. Akhmad Akhadi S, MPH., selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Grhasia
DIY.
serta dukungan.
9. Semua pihak yang turut mendukung dan membantu yang tidak dapat saya
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca serta semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
Penulis
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih kepada Mamak & Bapak yang selalu mendoakan Nur serta selalu
memberi dukungan saat Nur sedang down. Nur sangat sangat sayang sama kalian
Terima kasih juga kepada Bu Ichi yang selalu dengan telaten memberi masukan
dan membantu saya dalam penyelesaian skripsi serta selalu membantu saya saat
dalam kesulitan.
Terima kasih kepada Pak Puji yang selalu dengan sabar dan telaten memberi
nyemangatin, Risma yang selalu jadi teman nontonku, Suti si teman begadang,
Nurul, Nana dan Desti yang jadi penyemangat serta teman-teman lainnya yang
Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu yang
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................................... xv
vii
viii
2. Self-Esteem ............................................................................................. 17
4. Asertivitas ............................................................................................... 24
C. Kerangka Teori........................................................................................... 31
E. Definisi Operasional................................................................................... 36
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 36
A. Hasil ........................................................................................................... 49
B. Pembahasan ................................................................................................ 55
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Saran ........................................................................................................... 62
LAMPIRAN .......................................................................................................... 72
x
DAFTAR GAMBAR
(2010) .................................................................................................................... 26
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Distribusi Item Skala Regulasi Emosi yang disusun oleh Tarigan (2014)
Tabel 6. Tingkat regulasi emosi dan asertivitas yang dimiliki responden ............ 52
Tabel 7. Hasil uji beda regulasi emosi dan asertivitas dengan karakteristik
responden .............................................................................................................. 53
Tabel 8. Hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas pada responden ..... 54
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8. Surat Izin Studi Pendahuluan Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY ........ 86
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY ....... 87
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY .................... 88
xii
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
xiv
ABSTRAK
Latar Belakang: Perawat merupakan profesi yang selalu berhubungan dengan pasien,
keluarga pasien, dan juga tenaga kesehatan lain sehingga perawat selalu dituntut untuk
bersikap baik dan memiliki kestabilan emosi agar terhindar dari tekanan pekerjaan, stres,
dan perilaku yang tidak seharusnya dimiliki perawat seperti marah-marah dengan pasien,
kesal, kurang tanggap terhadap pasien, menggurutu. Regulasi emosi dibutuhkan untuk
menjaga kestabilan emosi sehingga perawat dapat berperilaku asertif. Perilaku asertif ini
akan membantu perawat dalam berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas
pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan jenis
analitik korelatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Maret 2019 kepada 52 perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner regulasi emosi menurut Gratz & Roemer
yang dimodifikasi oleh Tarigan dan kuesioner Rathus Assertiveness Schedule (RAS) untuk
mengukur asertivitas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
korelasi Pearson.
Hasil: Tingkat regulasi emosi mayoritas responden (92,3%) berada pada kategori tinggi,
dan lebih dari setengah responden (57,7%) berada pada kategori asertif. Terdapat hubungan
yang signifikan antara regulasi emosi dengan asertivitas (r= 0,363, p value= 0,008).
Kesimpulan: Ada hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas pada perawat di
Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.
Kata kunci: asertivitas, perawat, regulasi emosi
1
Mahasiswa Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan
Keperawatan Universitas Gadjah Mada
2
Perawat Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
3
Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
xiv
xv
ABSTRACT
Background: Nurse is a profession that always deals with patients, families of patients,
and other health workers so that nurses are always required to have good attitude and have
emotional stability in order to avoid work pressure and stress. Emotion regulation is needed
to maintain emotional stability so that nurses can behave assertively. Such assertive
behavior will help nurses to deal with others.
Objective: To identify the correlation between emotion regulation and assertiveness in
nurses at Grhasia Psychiatric Hospital of Yogyakarta.
Methods: This research is a quantitative non-experimental research with correlative
analytic using cross sectional design. It was conducted in March 2019 to 52 nurses at
Grhasia Psychiatric Hospital of Yogyakarta. The questionnaire used in this study was the
emotion regulation questionnaire according to Gratz & Roemer modified by Tarigan and
the Rathus Assertiveness Schedule (RAS) questionnaire to measure assertiveness. Data
were analyzed using the Pearson correlation test.
Results: The level of emotional regulation of the majority of respondents (92.3%) was
high, and more than half of the respondents (57.7%) were assertive. There was a significant
correlation between emotion regulation and assertiveness (r = 0.363, p value = 0.008).
Conclusion: There is a correlation between emotion regulation and assertiveness in nurses
at Grhasia Psychiatric Hospital of Yogyakarta.
1
Student, Nursing Science Study Program, Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Gadjah
Mada University
2
Nurse, Grhasia Psychiatric Hospital of Yogyakarta
3
Department of Mental Health Nursing, Faculty of Medicine, Publc Health, and Nursing, Gadjah
Mada University
xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karena seorang perawat selalu berhubungan dengan pasien, keluarga pasien, dan
juga tenaga kesehatan lain (Diefendorff et al., 2011). Untuk menjalankan perannya,
perawat dituntut untuk selalu bersikap hangat, ramah, dan sopan pada semua
pasiennya (Setiyana, 2013), memiliki rasa peduli, empati, penuh belas kasih,
juga diharapkan memiliki kepekaan budaya, etika dan juga mampu bekerja dengan
sumber daya yang terbatas sekalipun (Seifi & Ebrahimzadeh, 2016). Perawat
diharapkan bisa menunjukkan kemampuan klinis yang baik saat merawat pasien
serta memberikan arahan dan dukungan kepada pasien dan dapat mengintegrasikan
semua jenis pelayanan keperawatan yang telah mereka berikan kepada tenaga
kesehatan lain untuk mencapai hasil yang baik (Patrick et al., 2011).
Bekerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa memiliki beban kerja tersendiri.
Perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa harus selalu berhadapan dengan pasien-
pasien yang memiliki gangguan jiwa yang memiliki sikap agresif, hiperaktif, dan
tidak kooperatif (Dewi, 2015). Hal tersebut menyebabkan perawat sulit untuk
lain-lain.
1
2
Oleh karena itu untuk menghindari perilaku tersebut, perawat perlu mengatur
emosi yang dimiliki. Dalam mengendalikan dan mengatur emosi tersebut agar tetap
mengatur aliran emosi mereka secara spontan (Koole, 2009). Regulasi emosi
& Ebrahimzadeh (2016) regulasi emosi dapat digunakan untuk menurunkan emosi
negatif.
Individu yang memiliki regulasi emosi yang buruk akan sulit dalam
lain, berperilaku ceroboh atau agresif saat sedang mengalami tekanan emosional
(Syahadat, 2013). Perawat yang kurang memahami masalah dan emosi yang sedang
Regulasi emosi dapat mengatasi situasi stres di lingkungan kerja perawat dan
regulasi emosi yang tinggi akan melakukan pelayanan yang optimal, khususnya
Regulasi emosi yang baik dapat meningkatkan harga diri perawat (Hammond
et al., 2009). Perawat yang memiliki harga diri yang baik akan menunjukkan
3
atau mengungkapkan ide atau pikiran, perasaan yang dimiliki dengan tetap
menghargai hak-hak orang lain (Pfafman, 2017). Asertivitas merupakan salah satu
cara bagi perawat untuk membangun hubungan dengan orang lain secara efektif
(Mohamed et al., 2016; Okuyama et al., 2014). Dengan berperilaku asertif, perawat
Perawat yang tidak asertif akan sulit dalam berkomunikasi dengan pasien
pasien maupun dengan rekan kerja lainnya. Agar dapat mengindari konflik tersebut
Regulasi emosi dan asertivitas merupakan faktor penting yang perlu dimiliki
juga membantu perawat dalam berhubungan dengan tenaga kesehatan lain maupun
dengan pasien dan keluaga pasien serta membantu perawat dalam meningkatkan
dalam hal tersebut. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit BAB III Pasal 4 menyebutkan bahwa rumah sakit mempunyai tugas
tugas tersebut, disebutkan dalam pasal 5 bahwa rumah sakit mempunyai fungsi
mewawancarai 5 perawat secara acak di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Perawat
yang diwawancara berasal dari Wisma Bima, Wisma Arjuna, Wisma Arimbi, dan
perawat memiliki regulasi emosi yang baik, namun masih ada beberapa perawat
yang kurang asertif. Berdasarkan data wawancara tersebut diketahui bahwa perawat
sering mengalami perasaan marah, jengkel atau kesal karena sikap pasien atau
keluarga pasien yang tidak kooperatif. Regulasi emosi yang dilakukan perawat
antara lain perawat akan menenangkan diri terlebih dahulu sebelum bertemu
kembali dengan pasien atau keluarga pasien. Perawat juga akan memikirkan
melayani pasien serta keluarga pasien, sehingga perawat menjadi lebih bisa
yang dikatakan oleh keluarga pasien atau teman seprofesinya, serta beberapa
perawat aktif menyampaikan ide yang dimilikinya didepan tenaga kesehatan lain
dan ada beberapa perawat yang kurang percaya diri dalam menyampaikan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan tinjauan pustaka yang telah dilakukan,
dengan asertivitas pada perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara regulasi emosi
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara regulasi emosi dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara regulasi
emosi dengan asertifivas pada perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui regulasi emosi perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam
2. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan membawa dampak yang positif bagi pasien
karena dengan adanya regulasi emosi tinggi dan asertivitas pada perawat maka
pihak Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY dalam mengetahui kemampuan regulasi
emosi dan asertivitas perawat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber bacaan dan diharapkan dapat
E. Keaslian Penelitian
perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grhasia belum pernah dilakukan sebelumnya.
1. Penelitian Silaen & Dewi (2015), tentang hubungan regulasi emosi dengan
penelitian adalah siswa SMA Negeri 9 Semarang yang berusia 14 sampai dengan
data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Hasil
yang tinggi (72,2 %) dan asertivitas yang tinggi (71,7 %). Hasil analisis antara
korelasi sebesar 0,385, p = 0,000. Persamaan penelitian Silaen & Dewi dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah variabel yang diteliti yaitu regulasi emosi
instrumen. Penelitian Silaen & Dewi populasi yang digunakan adalah siswa
skala asertivitas berdasarkan aspek asertivitas Stein (2004). Pada penelitian yang
akan dilakukan, populasi yang digunakan adalah perawat di Rumah Sakit Jiwa
tempat penelitian di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Instrumen yang akan
(2014) berdasarkan aspek regulasi emosi Gratz & Roemer (2004) dan instrumen
8
asertivitas.
Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah istri yang tinggal dengan
yang berusia 18-40 tahun. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive
ukur untuk regulasi emosi adalah skala regulasi emosi yang dimodifikasi peneliti
dari skala regulasi emosi Maheswari (2014). Alat ukur untuk asertivitas adalah
menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara regulasi emosi dan asertivitas
penelitian milik Nurngaini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-
sama meneliti regulasi emosi dan asertivitas. Perbedaan kedua penelitian adalah
populasi istri yang tinggal dengan mertua, sedangkan penelitian yang akan
Grhasia DIY. Teknik sampling yang digunakan juga berbeda, dalam penelitian
yang digunakan dalam kedua penelitian juga berbeda, yaitu pada penelitian
skala regulasi emosi Maheswari (2014) dan skala asertivitas yang yang
Tarigan (2014) berdasarkan aspek regulasi emosi Gratz & Roemer (2004) dan
mengukur asertivitas.
3. Penelitian Ariana & Kristiana (2017), tentang hubungan regulasi emosi dengan
adalah perawat rawat inap RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Penentuan
data dalam penelitian ini menggunakan skala regulasi emosi yang disusun
Banjarnegara memiliki regulasi emosi yang tinggi (63,3 %, n=57) dan juga
terdapat hubungan yang positif secara signifikan antara regulasi emosi dengan
Persamaan dari kedua penelitian adalah pada variabel bebas yang diteliti yaitu
sampling, variabel terikat serta instrumen yang digunakan. Penelitian Ariana &
adalah skala regulasi emosi yang disusun berdasarkan aspek regulasi emosi
emosi adalah skala regulasi emosi yang di modifikasi oleh Tarigan (2014)
4. Penelitian Putri (2013), tentang hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku
prososial pada perawat Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Penelitian yang
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit Jiwa
11
instrumen yang digunakan adalah skala regulasi emosi dan alat ukur perilaku
prososial yang dibuat oleh peneliti sendiri. Teknik analisis data menggunakan
uji korelasi product moment. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan
yang positif dan sangat kuat antara regulasi emosi dengan perilaku prososial
pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dengan nilai r = 0,384,
p < 0,05. Persamaan pada kedua penelitian adalah pada variabel bebas yang
diteliti yaitu regulasi emosi, populasi yang digunakan yaitu perawat Rumah
Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Perbedaan dari kedua penelitian adalah pada
sampling yaitu total sampling serta instrumen yang digunakan adalah skala
regulasi emosi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang akan dilakukan
emosi yang di modifikasi oleh Tarigan (2014) berdasarkan aspek regulasi emosi
A. Tinjauan Teori
1. Perawat Jiwa
penting dan dibutuhkan dalam kesehatan jiwa (Rosdahl & Kowalski, 2012).
Kowalski, 2012).
12
13
Menurut Rosdahl & Kowalski (2012), peran perawat jiwa adalah sebagai
2012).
(ARNNL, 2008).
perawat, namun juga sebagai konselor, agen sosialisasi, guru, dan individu
et al., 2015).
2012).
2012).
Perawat jiwa memiliki lingkungan kerja serta beban kerja yang berbeda
dengan perawat lainnya (Zaki, 2016). Perawat jiwa harus selalu berhadapan
agresif, hiperaktif, dan tidak kooperatif (Dewi, 2015). Maka tidak jarang
lain (Zaki, 2016). Dalam berhadapan dengan pasien, perawat jiwa harus selalu
kadang terjadi konflik atau permasalahan yang terjadi antar tenaga kesehatan.
malah diabaikan oleh tenaga kesehatan lain dan akhirnya perawat memilih
depresi. Perasaan stres, cemas, dan depresi yang dirasakan perawat bisa
(Prastika, 2016). Perubahan perilaku yang terjadi pada perawat antara lain
2. Self-Esteem
Self-esteem merupakan salah satu bagian dari konsep diri. Self-esteem mengacu
pada evaluasi emosional subjektif dari nilai dan kemampuan seseorang (Cifuentes-
penilaian seseorang terhadap dirinya yang ditampilkan melalui sikap positif atau
Self-esteem diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa
harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan dan akan merasa harga
dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima
2017). Regulasi emosi merupakan salah satu pemegang peranan penting dalam
3. Regulasi Emosi
a. Emosi
tubuh, verbal), dan respon fisiologis perifer (detak jantung, pernapasan) yang
unik dan relatif konsisten (Gross & Barrett, 2011). Emosi bersifat multifaset/
beraneka ragam serta bersifat subjektif pada setiap orang karena setiap orang
18
Emosi dan pola respon emosi dapat dimanipulasi untuk mengubah jenis,
intensitas, durasi dan jalannya emosi yang mungkin atau sedang dialami
tatanan sosial, namun hal ini tidak selalu terjadi (Scheve, 2012).
Dalam emosi terdapat model modal emosi (gambar 1) yang terdiri dari
(response) (Gross & Thompson, 2007). Urutan dari model modal emosi yaitu
dimulai dari suatu situasi (situation) yang relevan secara psikologis, situasi
yang relevan ini dapat bersifat eksternal maupun internal dan berdasarkan
untuk mengatur aliran emosi termasuk suasana hati, stres, dan pengaruh
positif atau negatif secara aktif dan spontan (Koole, 2009). Regulasi emosi
Regulasi emosi dapat diperkuat dengan stimulus atau aktivitas yang dapat
yang efeknya dapat diamati dari perilaku atau fisik, pikiran, dan perasaan
(Koole, 2009). Orang dapat meregulasi emosi mereka dengan memilih atau
Regulasi emosi memiliki tiga fitur inti yaitu pertama tujuan regulasi emosi
yang berkaitan dengan apa yang ingin dicapai. Kedua yaitu strategi regulasi
emosi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Ketiga yaitu hasil (outcomes)
emosi yang tidak diinginkan (Koole, 2009). Strategi regulasi emosi menurut
Gross (2002) cit Hidayat (2016) terdiri atas dua, yaitu cognitive reappraisal
dan suppression.
1) Cognitive reappraisal
yang tepat. Strategi ini secara rinci berfokus pada tujuan untuk
2) Suppression
secara internal dan eksternal, baik secara verbal atau mengontrol ekspresi
terdiri dari:
1) Need-oriented
2) Goal-oriented
Strategi dari regulasi emosi yang didorong oleh satu tujuan eksplisit,
Selain itu bisa juga dengan mengekspresikan emosi melalui tubuh, misal
3) Person-oriented
informasi yang berlawanan dengan keadaan emosi saat ini (Koole et al.,
meningkatkan besarnya atau durasi dari emosi negatif atau positif. Umumnya
22
(Gross, 2014).
al., 2010). Orang- orang sering menggunakan regulasi emosi untuk meredam
emosi negatif yaitu dengan mengurangi intensitas atau durasi dari kemarahan,
Proses regulasi emosi secara luas adalah proses dimana orang mengatur
dan respon fisik atau perilaku (Koole et al., 2011). Terdapat lima poin dalam
1) Seleksi situasi
23
emosi yang diinginkan (Gross & Barret, 2011). Hal ini biasa dilakukan
mengatur suatu kegiatan, atau mencari sesuatu hal yang membuat nyaman
2) Modifikasi situasi
2014).
3) Penyebaran perhatian
dengan memfokuskan perhatian pada aspek- aspek lain dari situasi atau
4) Perubahan kognitif
24
secara signifikan, baik dengan mengubah cara berpikir tentang situasi atau
5) Modulasi respon
perilaku, atau fisiologis dari respon emosional. Salah satu bentuk modulasi
(verbal dan wajah) yang biasanya menyertai emosi tersebut (Gross &
Barrett, 2011).
4. Asertivitas
a. Pengertian Asertivitas
untuk kepentingan dan ide mereka sendiri, mengejar tujuan yang diinginkan
dan menolak sesuatu yang dipaksakan orang lain terhadap dirinya dalam
untuk mengekspresikan diri sendiri dan haknya sendiri tanpa melukai hak
25
sendiri dan juga orang lain (Pramila, 2013). Karena dasar dari asertivitas
atau mengungkapkan ide atau pikiran, perasaan, dan batasan dengan tetap
Ungkapan tersebut dapat berupa ungkapan positif dan negatif dan untuk
menyerah kepada orang lain, tidak pernah menjadi emosional dan marah, juga
bukan tentang memaksakan kehendak kita pada orang lain. Asertivitas lebih
menekankan nilai komunikasi yang jelas, tenang, jujur dan sebagai sarana
perilaku tidak asertif dan agresif (Hayes, 2015). Agresivitas yaitu cara
pantas dan melukai hak orang lain. Perilaku tidak asertif merupakan perilaku
yang pasif dan indirect. Perilaku tidak asertif menyebabkan orang lain untuk
26
melukai hak kita dan menunjukkan kurangnya hormat pada apa yang kita
butuhkan. Karena orang yang tidak asertif menganggap bahwa apa yang dia
garis continuum seperti gambar 2 di bawah ini. Ujung garis kiri menunjukkan
ASERTIVITAS
dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perilaku pasif, asertif hingga agresif
maka seseorang akan merasa tidak berharga, ditolak, marah atau sedih.
antara lain memiliki martabat dan harga diri, memiliki hak untuk berkata
“tidak” pada apa yang tidak disukainya, bebas mengekspresikan perasaan, dan
meminta apa yang diinginkan secara langsung. Seseorang juga berhak untuk
Menurut Rathus & Nevid (1983) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
c. Fungsi Asertivitas
kepercayaan diri dan harga diri, memahami dan mengenali perasaan sendiri,
konflik (Garner, 2012). Orang yang asertif akan efektif dalam mempengaruhi,
29
dalam keadaan prima, emosi diri terkontrol, berbicara di tempat dan waktu
yang tepat dengan perkataan yang sopan serta attitude yang baik. Perawat juga
B. Landasan Teori
Dalam bekerja, perawat jiwa sering menghadapi pasien dengan gangguan jiwa,
bertambah dan menimbulkan perasaan stres, cemas serta depresi. Keadaan stres,
emosional mereka termasuk suasana hati, stres, dan pengaruh positif atau negatif.
efeknya dapat diamati dari perilaku atau fisik, pikiran, dan perasaan (Koole, 2009).
30
reappraisal dan suppression (Gross, 2002 cit Hidayat, 2016). Kedua strategi
& Fenollar-Cortés, 2017). Perawat yang memiliki self-esteem yang baik akan
contohnya perilku asertif (Cahyani & Mudaim, 2017) sebab self-esteem merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi asertivitas (Rathus & Nevid, 1983).
perasaan, dan batasan dengan tetap menghargai hak orang lain, mempertahankan
mengekspresikan diri sendiri dan haknya sendiri tanpa melukai hak orang lain.
Seorang individu harus menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain (Pramila,
C. Kerangka Teori
Faktor yang
+/- mempengaruhi:
Strategi regulasi
emosi: - Self-esteem
- Cognitive - Jenis kelamin
reappraisal - Kebudayaan
- Suppression - Tingkat pendidikan
- Situasi tertentu
lingkungan
- Tipe kepribadian
Gambar 3. Kerangka Teori (Sumber: Gonelli, 2016; Rathus & Nevid, 1983;
Cutuli, 2014)
D. Kerangka Penelitian
mempengaruhi asertivitas.
1. Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas pada perawat jiwa di
2. Pertanyaan Penelitian
Grhasia DIY?
DIY?
BAB III. METODE PENELITIAN
analitik korelatif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian cross sectional, dimana data diambil dalam waktu yang
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY yang beralamat
Yogyakarta. Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan Februari – Maret 2019
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek subyek yang
memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini,
populasi yang digunakan adalah seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
33
34
cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih sampel yang
memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
Zα+Zβ 2
N={
0,5ln[(1+r)/(1−r)]
} +3
1,64+1,28 2
N={
0,5ln[(1+0,385)/(1−0,385)]
} +3
2,92 2
N={
0,5ln[1,385/0,615]
} +3
2,92 2
N={
0,5 ln 2,25
} +3
2,92 2
N={
0,5 (0,81)
} +3
2,92 2
N={
0,41
} +3
N = {7,12}2 + 3 =
N = 50,69 + 3
Keterangan:
r = korelasi
35
rumus di atas, didapatkan besar sampel sebanyak 54 responden dan ditambah 10%
dengan pengambilan data berbeda. Jumlah perawat saat studi pendahuluan ada 149
namun saat uji validitas dan pengambilan data hanya ada 144 perawat. Sembilan
puluh perawat telah digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas dan sisa perawat
tinggal 54, dan 2 diantaranya harus di drop out karena sedang sakit dan cuti.
1. Kriteria inklusi:
yang belum stabil maupun sudah stabil (Bangsal Bima, Arjuna, Nakula,
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja (atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek) yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah regulasi emosi dan variabel terikat
adalah asertivitas.
36
E. Definisi Operasional
1. Regulasi emosi merupakan kemampuan perawat Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
untuk mengatur aliran emosi dan mengontrol emosi agar tetap berada pada
respon emosi yang positif pada saat marah, kesal atau jengkel, kecewa kepada
pasien, keluarga pasien, serta rekan kerja. Data diperoleh dengan menggunakan
aspek regulasi emosi Gratz & Roemer (2004). Skala penelitian ini adalah interval
dengan kategorisasi yaitu rendah (x <59); sedang (59 ≤ x < 95); tinggi (x ≥ 95).
Jiwa Grhasia DIY dalam mengekspresikan diri dan haknya sendiri dengan tetap
menghargai hak orang lain serta dapat mengungkapkan ide dan perasaannya dan
berbicara tentang apa yang diinginkannya atau menolak apa yang tidak
adalah interval dengan kategorisasi yaitu tidak asertif (x < 10) dan asertif (x ≥
10).
3. Perawat jiwa adalah orang yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Grhasia yang
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis instrumen
penelitian, yaitu:
37
1. Regulasi Emosi
aspek regulasi emosi Kim L. Gratz dan Lizabeth Roemer pada tahun 2004
(Instrumen terlampir). Jumlah item pernyataan dari skala regulasi emosi adalah
22 item. Tabel 2 di bawah ini merupakan distribusi item skala regulasi emosi.
Tabel 2. Distribusi Item Skala Regulasi Emosi yang disusun oleh Tarigan (2014)
hasil modifikasi dari Gratz & Roemer (2004)
95 – 132 = tinggi.
38
2. Asertivitas
Kuesioner ini dikembangkan oleh Rathus pada tahun 1973. Kuesioner RAS
terdiri dari 30 item pernyataan. Instrumen ini juga menggunakan skala likert,
dengan pilihan jawaban yaitu -3= sangat tidak seperti saya/ sangat tidak
menggambarkan saya, -2= agak tidak seperti saya/ agak tidak menggambarkan
saya, -1= sedikit tidak seperti saya/ sedikit tidak menggambarkan saya, +1=
sedikit seperti saya/ sedikit menggambarkan saya, +2= agak seperti saya/ agak
Kuesioner RAS memiliki rentang skor -90 sampai +90, dimana skor kurang dari
+10 berarti tidak asertif dan skor lebih dari sama dengan +10 berarti asertif. Kisi-
Item
Indikator Jumlah
Favorable Unfavorable
Meminta pertolongan dari orang 6 5, 16, 23 4
lain dan menolak permintaan orang
lain.
Menyatakan ketidaksetujuan 18 19 2
terhadap pendapat orang lain
dengan cara yang efektif.
Menjalin interaksi sosial. 10 2, 11, 12, 13 5
Mengungkapkan perasaan dan 21, 29 1, 15, 17, 24, 7
pikiran kepada orang lain secara 30
spontan dan tidak berlebihan.
Mengungkapkan pujian dan 7, 8, 20 26 4
menerima pujian.
Memberikan keluhan kepada orang 3, 22, 25, 27, 4, 9, 14 8
lain dan menerima keluhan dari 28
orang lain.
Total 13 17 30
39
3. Data Demografi
diri responden. Data demografi tersebut meliputi: nama/ inisial, jenis kelamin,
usia, pendidikan, masa/ lama kerja di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY, dan nama
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk (construct
yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang
diukur (Sugiyono 2011). Dua instrumen yang peneliti gunakan dilakukan uji coba
regulasi emosi dan asertivitas dikatakan valid apabila nilai korelasi pearson (r)
suatu item yaitu > r tabel. Nilai r tabel pada instrumen dapat diketahui dengan cara
jumlah total responden (90) dikurangi jumlah item pertanyaan pada instrumen,
kemudian hasilnya dilihat pada r tabel product moment. Nilai r tabel untuk
instrumen regulasi emosi yaitu 90 dikurangi jumlah item (22) didapatkan hasil 68,
kemudian dilihat pada r tabel product moment dengan degree of freedom/df (68)
sehingga diperoleh r tabel 0,235. Nilai r tabel untuk instrumen asertivitas yaitu 90
dikurangi jumlah item (30) diperoleh hasil 60, maka diperoleh r tabel 0,250.
40
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas ini
dilakukan setelah melakukan uji validitas. Analisis data dalam pengujian reliabilitas
Cronbach Alpha. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6
(Sugiyono, 2011).
Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen regulasi emosi yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa semua item valid dengan rentang nilai 0,266 – 0,706
dan nilai Cronbach Alpha adalah 0,896. Berdasarkan hasil tersebut, maka instrumen
Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen asertivitas yang telah dilakukan
peneliti menunjukkan bahwa ada 7 item yang tidak valid dari 30 item. Item yang
tidak valid kemudian dimodifikasi oleh peneliti dan digunakan untuk pengambilan
data. Item yang tidak valid kemudian diuji lagi menggunakan jumlah sampel dan
hasilnya terdapat satu item yang menjadi valid. Instrumen RAS merupakan alat
ukur yang sudah baku. Maka, item yang tidak valid tetap digunakan oleh peneliti
untuk pengambilan data. Nilai Cronbach Alpha kuesioner adalah 0,833, sehingga
Item
Indikator Jumlah
Valid Tidak valid
Meminta pertolongan dari orang 5, 16, 23 6 4
lain dan menolak permintaan orang
lain.
Menyatakan ketidaksetujuan 18, 19 - 2
terhadap pendapat orang lain
dengan cara yang efektif.
Menjalin interaksi sosial. 2, 11, 12, 13 10 5
Mengungkapkan perasaan dan 1, 15, 17, 24, 21 7
pikiran kepada orang lain secara 29, 30
spontan dan tidak berlebihan.
Mengungkapkan pujian dan 7, 20, 26 8 4
menerima pujian.
Memberikan keluhan kepada orang 3, 9, 14, 25, 4, 22 8
lain dan menerima keluhan dari 27*, 28
orang lain.
Total 24 6 30
Keterengan: * = item yang menjadi valid
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
angket. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, yang merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau
menggunakan data primer yang didapat dari responden penelitian yang telah
terlebih dahulu menemui fasilitator yang telah ditunjuk oleh pihak Rumah Sakit
Jiwa Grhasia DIY untuk meminta izin serta menanyakan mekanisme pengambilan
meminta izin kepada perawat yang ada dibangsal serta menjelaskan maksud dan
kuesioner ditinggal selama 7-10 hari untuk memudahkan perawat dalam mengisi
consent dan nomor yang bisa dihubungi oleh responden apabila ada pertanyaan atau
I. Jalannya Penelitian
1. Persiapan Penelitian
validitas dan reliabilitas. Peneliti lalu mengajukan ethical clearance ke Komite Etik
Peneliti mengurus surat izin penelitian dengan meminta surat pengantar dari
Program Studi Ilmu Keperawatan FKKMK UGM serta ke Kantor Kesatuan Bangsa
dan Politik DIY untuk mendapatkan izin penelitian di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
DIY. Setelah itu peneliti membawa surat pengantar dari instansi terkait, surat
ethical clearance, dan proposal penelitian ke bagian Tata Usaha Rumah Sakit Jiwa
Grhasia DIY untuk mendapatkan izin penelitian dari pihak Rumah Sakit Jiwa
2. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melakukan pengambilan data dengan membawa surat izin dari Rumah
Sakit Jiwa Grhasia DIY (terlampir). Peneliti mendatangi satu per satu bangsal
sesuai dengan kriteria yang peneliti inginkan. Peneliti meminta izin kepada perawat
yang sedang berjaga dengan menyerahkan surat izin dari Rumah Sakit Jiwa Grhasia
DIY serta menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Sesuai dengan
tersebut selama 7-14 hari atau sampai semua kuesioner diisi oleh para perawat.
Peneliti juga mencantumkan nomor telepon peneliti yang bertujuan agar responden
dapat bertanya kepada peneliti apabila ada pertanyaan atau pernyataan didalam
kuesioner yang belum jelas. Setelah semua perawat mengisi kuesioner, maka
jawaban dalam kuesioner saat mengambil kuesioner. Terdapat dua orang calon
responden yang dinyatakan gugur karena sedang sakit dan sedang cuti.
menggunakan program komputer untuk uji validitas reliabilitas, uji normalitas, uji
beda, dan uji korelasi. Peneliti kemudian melakukan analisis data. Analisis data
merupakan tahapan mengidentifikasi data yang telah diperoleh dan yang telah
selesai diolah uji statistik untuk diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut. Setelah
3. Penyelesaian
J. Etika Penelitian
melakukan ujian proposal penelitian. Saat ini peneliti telah memiliki surat ethical
suatu kode dalam proses pengambilan data, penulisan laporan dan proses publikasi.
penelitian. Menurut Loiselle et al. (2004) dalam Siswanto et al. (2016), terdapat
empat prinsip utama yang perlu diperhatikan peneliti dalam penelitian, yaitu:
K. Analisis Data
kelengkapan dan isian data. Kemudian data yang diperoleh dianalisis melalui
1. Editing
kelengkapan data yang diperoleh (Notoatmodjo, 2012). Saat kuesioner telah selesai
responden.
2. Coding
Coding dilakukan untuk mengubah bentuk kalimat menjadi data angka atau
Beberapa data yang diubah oleh peneliti menjadi kode/ kategori tertentu adalah
(usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, dan bangsal). Contoh coding
untuk kategorisasi instrumen regulasi emosi adalah kategori rendah diberi kode 1,
3. Entry
Entry data merupakan proses memasukkan data untuk diolah secara statistik
data demografi responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja dan
bangsal), serta data hasil pengisian kuesioner regulasi emosi dan asertivitas ke
4. Cleaning
adanya kesalahan kode ataupun data yang tidak lengkap, kemudian dilakukan
program komputer selanjutnya dilakukan pengecekan ulang secara manual dan satu
5. Analisis
yang telah diolah (Notoatmodjo, 2012). Analisis data yang dilakukan dalam
a. Analisis univariate
regulasi emosi dan gambaran asertivitas pada perawat di Rumah Sakit Jiwa
b. Analisis bivariate
dahulu terhadap skor Rathus Assertiveness Schedule dan skor regulasi emosi.
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau
47
tidak serta untuk menentukan jenis uji bivariate yang dapat digunakan. Peneliti
terdistribusi normal apabila nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas didapatkan
bahwa data regulasi emosi (p=0,176) dan asertivitas (0,200) terdistribusi normal
sehingga uji korelasi yang digunakan peneliti adalah uji korelasi Pearson.
1. Hambatan penelitian
2. Keterbatasan penelitian
a. Sampel yang diperoleh peneliti lebih sedikit dari pada jumlah sampel yang
responden. Jumlah total perawat ada 144 perawat, dimana 90 perawat telah
digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas. Maka, sisa perawat yang dapat
perawat yang tidak memenuhi kriteria inklusi maka harus di drop out dan
yang tidak valid (6 item) dan item yang tidak valid tetap digunakan peneliti
A. Hasil
Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY beralamat di Jalan Kaliurang KM. 17,
Pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY berupa rawat jalan,
rawat inap, instalasi gawat darurat, NAPZA. Jumlah perawat yang ada di Rumah
a. Visi
Visi strategis Rumah sakit Jiwa Grhasia adalah “Menjadi Pusat Pelayanan
b. Misi
pasien.
masyarakat DIY.
c. Motto
S: Siap
49
50
E: Empati
N: Nalar
Y: Yakin
2. Karakteristik Responden
Responden yang ikut dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di
Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Bima, Arjuna, Nakula, Arimbi, dan Sembodro. Data karakteristik responden terdiri
dari gambaran umum responden, yaitu berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
berusia 26-45 tahun yaitu sebanyak 44 orang (84,6%). Sebanyak 61,5% responden
spesialis sebanyak satu orang (1,9%) dan 34 orang memiliki tingkat pendidikan D3
(65,4%). Setengah dari responden (50,0%) telah bekerja selama 11-15 tahun di
Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Responden yang bekerja di bangsal maintenance
Mean ± SD
Karakteristik Frekuensi Presentase (%) Median;IQR
Umur (tahun) Mean ± SD
18-25 2 3,9 37,7 ± 6,4
26-45 44 84,6
46-65 6 11,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 38,5
Perempuan 32 61,5
Tingkat Pendidikan
D3 34 65,4
D4 10 19,2
S1 5 9,6
Ners 2 3,9
Spesialis 1 1,9
Lama kerja (tahun) Median; IQR
1-5 9 17,3 13,0; (11,5-18,0)
6-10 3 5,8
11-15 26 50,0
16-20 9 17,3
>20 5 9,6
Bangsal
Intensif (Bima,
23 44,2
Arimbi)
Maintenance
29 55,8
(Arjuna, Nakula,
Sembodro)
Sumber: Data Primer, 2019
3. Gambaran Regulasi Emosi dan Asertivitas pada Responden
responden yaitu rendah (x < 59), sedang (59-94), dan tinggi (x > 94).
berarti asertif. Hasil uji normalitas didapatkan bahwa variabel regulasi emosi dan
Tabel 6. Tingkat regulasi emosi dan asertivitas yang dimiliki responden (n=52)
regulasi emosi rendah dan mayoritas responden memiliki tingkat regulasi emosi
yang tinggi (92,3%) yang berarti bahwa mayoritas responden perawat di Rumah
Sakit Jiwa Grhasia DIY dapat meregulasi emosi dengan baik. Lebih dari
setengah jumlah responden (57,7%) di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY asertif.
b. Hasil uji beda regulasi emosi dan asertivitas dengan karakteristik responden
Hasil uji beda regulasi emosi dan asertivitas terhadap karakteristik responden
dapat dilihat pada tabel 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat regulasi
emosi dan tingkat asertivitas dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang
Tabel 7. Hasil uji beda regulasi emosi dan asertivitas dengan karakteristik
responden (n=52)
Variabel Regulasi Emosi Asertivitas
Sedang Tinggi p Tidak Asertif p
asertif
Umur (tahun) 1,000 0,775
18-35 1 17 7 11
36-55 3 31 15 19
Jenis Kelamin 1,000 1,000
Laki-laki 1 19 8 12
Perempuan 3 29 14 18
Tingkat Pendidikan 1,000 0,260
< S1 4 40 17 27
≥ S1 0 8 5 3
Lama Kerja (tahun) 1,000 1,000
≤ 10 1 11 5 7
> 10 3 37 17 23
Bangsal 0,310 1,000
Intensif 3 20 10 13
Maintenance 1 28 12 17
Sumber: Data Primer, 2019
berjumlah 31 orang dan sedang 3 orang berada pada rentang usia 36-55 tahun.
Responden yang asertif berjumlah 19 orang dan 15 orang tidak asertif berada
pada rentang usia 36-55 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang
laki, dan untuk responden yang asertif terdiri dari 18 perawat perempuan dan 12
perawat memiliki regulasi emosi tinggi dan 4 perawat memiliki regulasi emosi
sedang, sementara responden yang asertif terdapat 27 perawat dan yang tidak
asertif 17 perawat.
Responden dengan lama kerja > 10 tahun yang memiliki regulasi emosi
sedangkan responden yang asertif berjumlah 23 orang dan yang tidak asertif
memiliki regulasi emosi tinggi dan 1 orang memiliki regulasi emosi sedang, serta
responden perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY dapat dilihat dalam tabel 8.
Variabel Asertivitas
Koefisien Korelasi Signifikansi (p)
Regulasi emosi Pearson (r)
0,363 0,008
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 8 nilai korelasi Pearson antara variabel regulasi emosi
kekuatan korelasi antara regulasi emosi dengan asertivitas berada pada tingkat
lemah dan arah korelasinya bernilai positif yang berarti semakin tinggi nilai regulasi
emosi seseorang maka akan semakin tinggi pula asertivitas seseorang. Nilai
signifikansi (p value) sebesar 0,008 (p < 0,05) sehingga dapat dikatakan memiliki
diterima yang artinya ada hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas pada
B. Pembahasan
1. Karakteristik responden
Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY berusia antara 26-45 tahun. Batasan usia produktif
untuk bekerja di Indonesia adalah berada pada usia 15-64 tahun (Kemenkes RI,
2017). Pada usia produktif kondisi tubuh biasanya pada kondisi prima. Dengan
adanya jumlah usia produktif yang ada, dapat menjadi modal dasar bagi rumah sakit
Responden perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY lebih
banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 responden (61,5%). Data ini
sesuai dengan data milik PPNI yang menyebutkan bahwa dari total perawat yang
terdaftar di PPNI, 71% terdiri dari perawat perempuan (Pusat Data dan Informasi
dianggap lebih cocok berperan sebagai perawat karena perempuan lebih fleksibel
perempuan boleh merawat pasien laki-laki dan perempuan, sedangkan perawat laki-
dengan data dari Kementerian Kesehatan RI (2017), yaitu bahwa 77,56% perawat
Keperawatan atau lulusan S1 keperawatan tanpa pendidikan profesi (Pusat Data dan
pendidikan profesi (ners, spesialis). Maka, tingkat pendidikan perawat yang bekerja
di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY sudah sesuai dengan peraturan yang ada.
(50%) responden telah bekerja selama 11-15 tahun di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
DIY. Lama masa kerja perawat akan mempengaruhi kinerja perawat dalam
masa kerja lebih dari 10 tahun memiliki peluang yang besar untuk memiliki kinerja
yang baik karena samakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi semakin
menjalankan tugas.
Sakit Jiwa Grhasia DIY memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi. Artinya,
mayoritas perawat dapat meregulasi emosi dengan baik. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri (2013) yang menyebutkan
bahwa mayoritas perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY memiliki
Menurut penelitian Meilani (2018), regulasi emosi yang tinggi pada perawat
emosi serta perasaannya dengan tepat sehingga dapat menunjukkan sikap dan
perilaku yang baik pada situasi tertentu. Regulasi emosi yang tinggi juga membuat
perawat dapat menurunkan stres kerja yang dialaminya selama bekerja (Primatomo,
2014).
Regulasi emosi yang tinggi pada perawat menandakan bahwa perawat memiliki
lain (Meilani, 2018). Hal ini menyebabkan seorang perawat dengan regulasi emosi
yang tinggi akan melakukan pelayanan yang optimal demi kesembuhan pasien
(Putri, 2013).
meregulasi emosi maka semakin baik kemampuan individu untuk meregulasi emosi
(Gross et al, 2006). Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Jiwa
setengah dari jumlah responden (57,7%) memiliki peilaku asertif. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat asertivitas perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia sudah
dapat memberikan pelayanan dan perawatan yang kompeten dan berkualitas kepada
pasien serta mampu berkomunikasi dengan nyaman dan efektif dalam berhubungan
dengan orang lain (Abed et al, 2015). Dengan begitu pasien maupun keluarga
58
pasien akan merasa puas dengan pelayanan yang telah diterimanya. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaya & Suratmi (2014) tentang hubungan
asertif perawat dengan kepuasan pasien yang menyatakan bahwa semakin baik
akan meningkat (Widyastuti, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Honey et al. (2012), yang menyatakan bahwa setelah dilakukan
kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja dan bangsal tempat kerja tidak
mempengaruhi tingkat regulasi emosi pada responden perawat di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia DIY.
bahwa usia tidak mempengaruhi asertivitas. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Erbay & Akcay (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan antara usia dengan asertivitas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
59
oleh Abed (2015) yang didapatkan hasil bahwa perawat yang lebih tua akan lebih
asertif dibandingkan dengan perawat yang masih muda. Perbedaan ini terjadi
karena budaya yang ada di tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan Erbay &
penelitian yang dilakukan oleh Abed (2015) dilakukan di sebuah rumah sakit di
Mesir yang tentu saja keduanya memiliki tipe kebudayaan yang berbeda.
yang dilakukan oleh Abed (2015), Arigbabu et al. (2011), Maheswari & Gill (2105),
dan Vantika (2015) yang menyebutkan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap
asertivitas seseorang.
Hal ini bisa disebabkan karena sudah adanya kesetaraan gender antara laki-laki
dan perempuan (Arigbabu et al., 2011). Persamaan gender yang ada pada saat ini
membuat perempuan dapat melakukan hal yang sama layaknya laki-laki, seperti
bekerja, memimpin, dan lain sebagainya (Arigbabu, et al., 2011). Hal ini membuat
responden. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Maheswari
& Gill (2015) yang didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh
responden yang terlibat. Pada penelitian ini kebanyakan responden memiliki tingkat
pendidikan yang sama (D3 dan D4). Meskipun ada yang sudah S1 bahkan spesialis,
Lama kerja perawat pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap asertivitas.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jalil (2014) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan asertivitas
seseorang. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abed (2015) yang
semakin asertif. Perawat yang memiliki pengalaman kerja yang lebih lama maka
disebabkan karena rata-rata responden telah bekerja lebih dari 10 tahun dan karena
faktor budaya dan kebiasaan di tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan Abed
(2015), lama kerja perawat lebih bervariasi serta tempat penelitian berada di luar
negeri yang tentu saja memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda dengan di
regulasi emosi dengan asertivitas (p < 0,05). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Silaen & Dewi (2015) yang menunjukkan adanya hubungan
antara regulasi emosi dengan asertivitas pada siswa SMA (r=0,385; p=0,000).
61
Semakin tinggi regulasi emosi maka akan semakin tinggi asertivitas yang dimiliki
individu.
tinggi akan mampu memahami situasi dan mampu mengubah pikiran atau
regulasi emosinya rendah maka dapat membuat individu bersikap tidak asertif.
Menurut Taylor et al. (2005) perawat yang dapat mengontrol emosinya dapat
meningkatkan perilaku asertif. Individu yang memiliki regulasi emosi yang tinggi
akan mampu dalam mengontrol emosi dengan cara menurunkan emosi negatif serta
meningkatkan emosi positif (Gross, 2014). Emosi negatif yang dapat diturunkan
berupa intensitas atau durasi dari kemarahan, kesedihan, dan kecemasan (Gross et
al., 2006). Individu yang mampu mengatur emosi negatifnya akan lebih mudah
untuk mengendalikan emosi dan menemukan cara-cara yang tepat dalam menyikapi
akan mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain secara spontan dan
tidak berlebihan (Rathus, 1973). Hal tersebut dapat dilakukan apabila seseorang
tersebut dapat melakukan regulasi emosi. Menurut Gratz & Roemer (2004),
individu dengan regulasi emosi tinggi akan mampu mengontrol emosi yang
fisiologis, tingkah laku, dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan
A. Kesimpulan
pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY dengan kekuatan korelasi
B. Saran
dan hubungan perawat dengan pasien, keluarga pasien dan rekan kerja dapat
meningkat.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi pihak yang berwenang
62
63
kekurangan responden/sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Abed, G. A., El-Amrosy, S. H., & Atia, A. A. (2015). The effect of assertiveness
training program on improving self-esteem of psychiatric nurses. Journal of
Nursing Science, 1(1):1-8. http://www.aascit.org/journal/jns
Benfer, B. A. (1980). Defining the role and function of the psychiatric nurse as a
member of a team. Perspectives in Psychiatric Care, 18(4), 166-177.
https://doi.org/10.1111/j.1744-6163.1980.tb00082.x
Boone, B. N., King, M. L., Gresham, L. S., Wahl, P., & Suh, E. (2008). Conflict
management training and nurse-physician collaborative behaviors. Journal
for Nurses in Staff Development, 24(4), 168-175. doi:
10.1097/01.NND.0000320670.56415.91
64
65
Dewi, A. C. (2015). Hubungan antara stres kerja, umur, dan masa kerja dengan
perasaan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
(Tesis, Universitas Gadjah Mada, 2015). Retrieved from
http://infolib.med.ugm/showDetail.html?col=kyi&sub=c&id=17673
Dewi, E. A. (2016). Harga diri ditinjau dari dukungan sosial dan regulasi emosi
pada wanita lansia yang bekerja wiraswasta di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta (Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2016). Retrieved from
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/52243/Harga-Diri-Ditinjau-dari-
Dukungan-Sosial-dan-Regulasi-Emosi-pada-Wanita-Lansia-yang-Bekerja-
Wiraswasta-di-Kecamatan-Jebres-Kota-Surakarta
Diefendorff, J.M., Erickson, R.J., Grandey, A.A., & Dahling, J.J. (2011). Emotional
display rules as work unit norms: A multilevel analysis of emotional labour
among nurses. Journal of Occupational Health Psychology, 16(2), 170-186.
doi: 10.1037/a0021725
Erbay, E. & Akcay, S. (2013). Assertiveness skill of social work students: a case of
Turkey. Academic Research International,4(2),316-323.
Gonnelli, C., Raffagnino, R., & Puddu, L. (2016). The emotional regulation in
nursing work: An integrative literature review and some proposals for its
implementation in educational programs. Journal of Nursing and Health
Science 5, 43-49. doi: 10.9790/1959-0506074349
66
Gross, J.J. (1998b). Antecedent and response focused emotion regulation: divergent
consequences for experience, expression and physiology. Journal of
Personality and Social Psychology, 74(1), 224-237. Retrieved from
https://pdfs.semanticscholar.org/8d28/47f27d28b570e7d9f1bd6f723d919f70
0916.pdf
Gross, J.J. (2014). Emotion regulation: Conceptual and empirical foundations. In:
J. J. Gross (Ed.), Handbook of emotion regulation (2nd ed.). New York, NY:
Guilford Press.
Gross, J. J., & Barrett, L. F. (2011). Emotion generation and eotion regulation: one
or two depends on your point of view. Journal Published in final edited from
as: Emotion Review, 3(1), 8-16. doi: 10.1177/1754073910380974
Gross, J. J., Richards, J. M., & John, O. P. (2006). Emotion regulation in everyday
life. In D. K. Snyder, J. Simpson, & J. N. Hughes (Ed), Emotion regulation
in couples and families: Pathways to dysfunction and health. Washington,
DC, US: American Psychological Association.
http://dx.doi.org/10.1037/11468-001
Hammond, A., Westhues, A., & Hanbidge, A. S. (2009). Assessing the impact of
an emotion regulation booster program for elementary school-aged children.
J Primary Prevent, (2009) 30, 569-586. doi: 10.1007/s10935-009-0188-6
Honey, A. E., Gusty, R. P., & Arif, Y. (2012). Pengaruh pelatihan komunikasi
asertif pada perawat pelaksana yang mengalami konflik interpersonal
terhadap kinerjanya dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat
inap RSUD Solok. Ners Jurnal Keperawatan,8(2):147-153.
Hunter, C. L., Goodie, J. L., Oordt, M. S., & Dobmeyer, A. C. (2009). Integrated
behavioral health in primary care: step-by-step guidance for assessment and
intervention, American Psychological Association.
Jalil, N. (2014). Faktor yang berhubungan dengan perilaku asertif perawat di ruang
rawat inap interna dan bedah RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 4(4), 537-540.
Jaya, P. & Suratmi. (2014). Hubungan perilaku asertif perawat dengan kepuasan
pasien di Ruang Teratai RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya, 02(XVIII):91-
99.
Koole, S. L., Dillen, L. F. V., & Sheppes, G. (2011). The self-regulation of emotion.
In R. F. Baumeister & K. D. Vohs (Ed.), Handbook of self-regulation:
research, theory, and aplications, 22-40. New York: Guilford Press.
Mayo Clinic. (2017). Being assertive: reduce stress, communicate better. Retrieved
from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-
depth/assertive/art-20044644
Meilani, V. (2018). Hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku prososial pada
perawat RSUD dr. Moewardi (skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2018).
Okuyama, A., Wagner, C., & Bijnen, B. (2014). How we can enhance nurses’
assertiveness: A literature review. J Nurs Care 3, 194-202. doi:
10.4172/2167-1168.1000194
Patrick, A., Laschinger, H. K., Wong, C., & Finegan, J. (2011). Developing and
testing a new measure of staff nurse clinical leadership: The clinical
leadership survey. J Nurs Manag 19(4), 449-460. doi: 10.1111/j.1365-
2834.2011.01238.x
Prastika, N. D. (2016). Emosi positif pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Paper presented at Seminar ASEAN 2nd
Psychology & Humanity, Universitas Mulawarman Samarinda. Retrieved
from http://mpsi.umm.ac.id/files/file/616%20-%20623%20netty.pdf
Quoidbach, J., Berry, E. V., Hansenne, M., & Mikolajczak, M. (2010). Positive
emotion regulation and well-being: Comparing the impact of eight savoring
and dampening strategies. Personality and Individual Differences, 49, 368–
373. https://doi.org/10.1016/j.paid.2010.03.048
Ratnasari, S. & Suleeman, J. (2017). Perbedaan regulasi emosi perempuan dan laki-
laki di perguruan tinggi. Jurnal Psikologi Sosial,15(1),34-46. Doi:
10.7454/jps.2017.4
Rathus, S. A., 1973. A 30-item schedule for assessing assertive behavior. Behavior
Therapy 4(3), 398–406. http://dx.doi.org/10.1016/S0005-7894(73)80120-0
Rathus, S. A., & Nevid, J. S. (1983). Adjusment and growth: The Challenges of life
(2nd ed). New York: CBS College Publising.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (Ed.). (2012). Buku ajar keperawatan dasar
(Vol. 1), (10nd ed). Jakarta: EGC.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (Ed.). (2012). Buku ajar keperawatan dasar
(Vol. 5), (10nd ed). Jakarta: EGC.
Sabella, D., & Fay-Hillier, T. (2014). Challenges in mental health nursing: current
opinion. Nursing: Research and Review 2014:4, 1-6. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.2147/NRR.S40776
Samson, A., & Gross, J. J. (2012). Humor as emotion regulation: The differential
consequences of negative versus positive humor. Cognition and Emotion,
26(2), 375–384. doi: 10.1080/02699931.2011.585069
Scheve, C. V. (2012). Emotion regulation and emotion work: two sides of the same
coin? Frontiers in Psychology, 3, 1-10. doi: 10.3389/fpsyg.2012.00496
Seifi, F., & Ebrahimzadeh, S. (2016). Predicting job performance of nurses based
on emotional regulation and mental health practices. International Journal of
Humanities and Cultural Studies ISSN 2356-5926. Retrieved from
https://www.ijhcs.com/index.php/ijhcs/article/viewFile/1334/1198
70
Setiyana, V. Y. (2013). Forgiveness dan stres kerja terhadap perawat. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 01(02), 376-396. Retrieved from
ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/download/1589/1698
Silaen, A. C., & Dewi, K. S. (2015). Hubungan antara regulasi emosi dengan
asertivitas (studi korelasi pada siswa di SMA Negeri 9 Semarang). Jurnal
Empati 4(2), 175-181. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/14912/14427
Tarigan, A. F., (2014). Perbedaan regulasi emosi pada siswa yang beragama islam
di SMP 6 Binjai ditinjau dari keikutsertaan dalam mentoring agama islam
(Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2014). Retrieved from
repository.usu.ac.id/handle/123456789/42870
Taylor, B., Holroyd, B., Edwards, P., Unwin, A., & Rowley J. (2005). Assertiveness
in nursing practice: an action research and reflection project. Contemporary
Nurse, 20(2), 234-247. doi: 10.5172/conu.20.2.234
Yosep, I. & Sutini, T. (Ed.). (2014). Buku ajar keperawatan jiwa dan advance
mental health nursing. Bandung, Indonesia: Refika Medika.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (Ed.). (2015). Buku ajar keperawatan
kesehatan jiwa. Jagakarsa, Jakarta Selatan: Salemba Medika.
71
Zaki, R. A. (2016). Job stress and self- efficacy among psychiatric nursing working
in Mental Health Hospitals at Cairo, Egypt. Journal of Education and
Practice, 7(20), 103-113. Retrieved from
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1109165.pdf
LAMPIRAN
Jadwal Penelitian
Jenis Kegiatan Bulan
Feb Mar – Okt Nov- Jan Feb- Apr- Juni
2018 Sep 2018 Des 2019 Mar Mei 2019
2018 2018 2019 2019
Pengajuan judul
Penyusunan proposal
Seminar proposal
Revisi seminar
proposal
Pengajuan etik
Pengajuan izin
penelitian
Uji validitas dan
reliabilitas;
pengambilan data
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan laporan
Seminar hasil
penelitan
Revisi seminar hasil
72
73
JIWA GRHASIA.
dengan asertivitas pada perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grhasia serta untuk
mengetahui tingkat regulasi emosi dan asertivitas pada perawat jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Grhasia.
Peneliti mengajak saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila
Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan
diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun. Tidak
ada konsekuensi apapun jika Anda tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
74
B. Prosedur penelitian
menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Anda simpan,
dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah Anda akan mengisi data
demografi pada lembar kertas yang diberikan peneliti. Kemudian peneliti akan
untuk mengukur tingkat regulasi emosi menggunakan skala regulasi emosi dan
peneliti.
yang telah diberikan peneliti. Bila ada yang belum jelas, saudara bisa bertanya
D. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat regulasi emosi serta
E. Kerahasiaan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan
F. Kompensasi
Saudara akan mendapatkan souvenir dari peneliti sebagai tanda terima kasih
G. Pembiayaan
H. Informasi tambahan
Saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan,
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian
ini
Tandatangan saksi:
Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
Usia : ………….
Pendidikan terakhir :
D3 D4 S1
Masa/lama Kerja :
Unit Bekerja :
78
1. Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang harus Anda jawab sesuai dengan
kondisi Anda sendiri.
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.
3. Seluruh jawaban akan kami jaga kerahasiannya.
4. Masing-masing pernyataan mempunyai pilihan jawaban sebagai berikut:
a. TP = Tidak Pernah
b. HTP = Hampir Tidak Pernah
c. KD = Kadang-kadang
d. AS = Agak Sering
e. SR = Sering
f. SL = Selalu
5. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda dengan cara memberikan
tanda checklist ( √ ). Jika terjadi kesalahan maka tandai jawaban yang sudah
dipilih dengan tanda sama dengan ( = ), lalu beri tanda checklist pada jawaban
baru yang sesuai dengan Anda.
Contoh:
Pernyataan Pilihan Jawaban
TP HTP KD AS SR SL
Saya suka marah kalau saya √
sedang lelah
6. Bila Anda sudah selesai, periksalah kembali jangan sampai ada nomor yang
tidak terjawab.
79
Terima kasih atas waktu dan kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini.
Selamat Mengerjakan
No Pernyataan Pilihan Jawaban
TP HTP KD AS SR SL
1. Saya yakin bahwa saya dapat
menyelesaikan masalah yang saya
hadapi
2. Saya akan melakukan aktivitas
tertentu untuk mengatasi kecemasan
saya
3. Kesedihan yang saya rasakan dapat
hilang dengan cepat
4. Saya dapat mengambil hikmah dari
kejadian-kejadian yang membuat
saya kesal
5. Saya tetap dapat menjaga hubungan
meskipun teman saya pernah
mengecewakan saya
6. Saya akan bercerita kepada orang
lain jika saya punya masalah
7. Saya akan menyembunyikan
kesedihan saya dari orang lain karena
saya malu bila diketahui orang lain
8. Saya merasa malu jika menangis di
hadapan orang lain
9. Saya tetap tenang meskipun apa yang
terjadi tidak sesuai dengan keinginan
saya
10. Saya yakin bahwa setiap masalah
yang saya hadapi akan membuat saya
semakin dewasa
11. Saya akan mengalihkan perhatian
saya jika emosi saya sedang tidak
baik
12. Ketika teman saya terlambat datang,
saya dapat mengendalikan emosi
saya untuk tidak memarahinya di
muka umum
80
KUESIONER ASERTIVITAS
Petunjuk pengisian
1. Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang harus Anda jawab sesuai dengan
kondisi Anda sendiri.
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.
3. Seluruh jawaban akan kami jaga kerahasiannya.
4. Masing-masing pernyataan mempunyai pilihan jawaban sebagai berikut:
a. STS = Sangat Tidak Seperti Saya
b. ATS = Agak Tidak Seperti Saya
c. SDTS = Sedikit Tidak Seperti Saya
d. SDS = Sedikit Seperti Saya
e. ASS = Agak Seperti Saya
f. SSS = Sangat Seperti Saya
5. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda dengan cara memberikan
tanda checklist ( √ ). Jika terjadi kesalahan maka tandai jawaban yang sudah
dipilih dengan tanda sama dengan ( = ), lalu beri tanda checklist pada jawaban
baru yang sesuai dengan Anda.
Contoh:
Pernyataan Pilihan Jawaban
STS ATS SDTS SDS ASS SSS
Kebanyakan orang lebih √
agresif dan tegas dari saya.
6. Bila Anda sudah selesai, periksalah kembali jangan sampai ada nomor yang
tidak terjawab.
82
Terima kasih atas waktu dan kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini.
Selamat Mengerjakan
Ethical Clearence
86
Lampiran 8. Surat Izin Studi Pendahuluan Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
89