Anda di halaman 1dari 91

PENATALAKSANAAN & FARMAKOTERAPI

INFEKSI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

(ISPA)
Dr.NANANG MUNIF YASIN, M.PHARM, APT
FAKULTAS FARMASI UGM
nanangy@yahoo.com

1
ILUSTRASI KASUS
LS laki-laki berusia 56 tahun berada di ICU disebabkan karena nyeri dada kanan
yang parah. Dua jam sebelumnya dia merasa demam bahkan sampai menggigil.
Setelah itu dirasakan nyeri dada yang semakin meningkat intensitasnya selama 30
menit sehingga dia merasa kesulitan untuk bernafas. Selain itu LS juga menderita
batuk dengan sputum berwarna merah kecoklatan.
Hasil pemeriksaan fisik adalah : BP 141/83 mmHg, HR 108 x /menit, RR 33 x
/menit dan T 38,5 0C. Hasil pemeriksaan dada adalah menunjukkan abnormalitas.
Hasil tes laboratorium adalah sebagai berikut : Leukosit 19.100 sel/ mm3 (normal
5.000 – 10.000) dengan hitung jenisnya PMNs 88 %, bands 10 %, limfosit 2 %. Hct
sebesar 42,5 %.
Sinar Rotgen dada menunjukkan tanda-tanda pneumonia, sedangkan hasil
pengecatan Gram pada sputum menunjukkan adanya gram positif diplokokus.
Diagnosisnya adalah pneumococcal pneumonia.

Pertanyaan
1. Hasil temuan apa saja yang menunjukkan bahwa LS memang menderita pneumococcal
pneumonia ?
2. Klasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya (dengan skoring) !
3. Sebutkan alternatif antibiotik yang dapat digunakan untuk terapi pneumonia pasien LS
(lengkap dengan dosis dan durasinya) !
4. Apa drug of choice bagi LS disertai dengan alasannya ?
9/22/2020 2
5. Jelaskan parameter monitoring bagi pasien LS ?
9/22/2020 3
KLASIFIKASI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

ISP
ISP ATAS ISP BAWAH

CROUP
SINUSITIS BRONKITIS
OTITIS MEDIA BRONKIOLITIS
TONSILITIS
PNEUMONIA
FARINGITIS
EPIGLOTITIS
LARINGITIS

9/22/2020 4
TUJUAN TERAPI

1. Mencegah kematian
2. Menyembuhkan penderita
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan tingkat penularan

9/22/2020 5
SASARAN TERAPI

1. Keluhan/gejala pasien :
• Sesak nafas, demam, batuk, pilek
2. Faktor penyebab :
• bakteri, virus
3. Komplikasi :
• Otitis media : mastoiditis,meningitis
• Sinusitis : meningitis, septikemia
• Bronkitis : PPOK, bronkhiektasis
• Pneumonia : atelektasis, abses paru,
efusi paru, bakteremia
9/22/2020 6
STRATEGI TERAPI

1. Perbaiki kondisi pasien


• Hidrasi, oksigenasi
2. Ringankan keluhan/ gejala pasien
3. Atasi faktor penyebab
4. Cegah dan atasi komplikasi

9/22/2020 7
SINUSITIS
Sinusitis:
Peradangan satu atau lebih dari rongga
sinus paranasal, kemungkinan disebabkan
alergi, virus, bakteri, atau jamur (jarang).
• Akut
− sinusitis berlangsung ≤ 4 minggu

• Recurrent
− 4 atau lebih episode sinusitis akut
Rhinitis: per tahun berlangsung setiap 10 hari
Peradangan pada mukosa hidung,
atau lebih
penyebab paling umum virus atau alergi.
dan
- tidak adanya gejala antara episode
Rhinosinusitis: • Kronik
Peradangan mukosa hidung dan lapisan − sinusitis berlangsung 12 minggu atau
sinus, penyebab paling umum virus atau lebih dengan atau tanpa pengobatan
alergi.
Catatan: Rhinitis dan rinosinusitis sering misdiagnosed sebagai sinusitis.
LATAR BELAKANG DIAGNOSIS

Virus di pernapasan Beda sinusitis karena


bakteri dengan virus
biasanya sangat ditentukan
menyebabkan oleh durasi dan
peradangan pada keparahan gejala
mukosa hidung dan
sinus maksilaris. Sinusitis virus kualitas
dan warna sekret
jernih dan cair.
Kebanyakan kasus
rinosinusitis akut Rinosinusitis karena
akibat infeksi virus bakteri mungkin
yang tidak komplek. terjadi jika gejala
menetap > 10 hari ,
atau memburuk
setelah 5-7 hari dan
ada lokalisasi ke sinus
maksilaris.
(J Clin Microbiol 1997;
35:2864; JAMA 1967;
202:158).
PENATALAKSANAAN
GEJALA OUT COME
hidung tersumbat , Membebaskan obstruksi
sekret hidung kental Me(-) viskositas sekret
dan nyeri wajah Eradikasi bakteri
+ / - demam, sakit
gigi rahang atas,
wajah bengkak
FARMAKOTERAPI

Terapi atibiotik umumnya tidak diindikasikan


Analgesik-antipiretik untuk mengatasi nyeri dan demam
Pengobatan dengan uap, humidifier dan semprot nasal salin
Dekongestan topikal atau sistemik dengan durasi pendek
bermanfaat (3-4 hari)
CATATAN KHUSUS
Dekongestan topikal atau sistemik dengan durasi pendek bermanfaat, tapi jika
digunakan jangka panjang (> 5 hari) mengakibatkan penyumbatan berulang,
komplikasi lokal (iritasi tenggorakan), dan tidak dianjurkan.
(Madigan Army Medical Center. Sinusitis referral guideline. January 2004)

Dekongestan oral yang mengandung fenilpropanolamin (PPA) tidak disarankan untuk


digunakan dalam sinusitis bakteri akut.
ADE: cemas, imsononia, takikardi, peningkatan tekanan darah, tremor
(MMWR August 16, 1996: Adverse Events Associated with Ephedrine-Containing Products -Texas,
December 1993 - September 1995)

Antihistamin harus dihindari pada sinusitis akut karena kecenderungan mereka untuk
menyebabkan kekeringan yang berlebihan dengan penebalan cairan dan pengerasan
kulit sehingga mengurangi drainase sinus ,yang dapat memperburuk sinusitis.
(Stafford C. The clinician’s view of sinusitis. Otolaryngology Head and Neck Surgery, 1990; 103 (5 part 2):
870-874)

Penggunaan kortikosteroid semprotan hidung kontroversial di sinusitis akut.


Kortikosteroid bermanfaat dalam sinusitis kronis karena kemampuan untuk
mengurangi edema dan inflamasi hidung dan dengan demikian menghasilkan
drainage. (Poole M. A focus on acute sinusitis in adults: changes in disease management. American
Journal Medicine, May 1999; 106(5A): 38S-47S).
PENATALAKSANAAN
PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Kebanyakan pasien dengan rinosinusitis bakteri akut membaik tanpa pengobatan antibiotik.
Sekitar 81% pasien yang diobati dengan antibiotik dan 66% dari kontrol meningkat pada 10-14
hari (manfaat absolut dari 15%).

S pneumoniae & H influenzae terlibat di lebih dari 50% kasus sinusitis akut pada orang dewasa
dan anak-anak. Moraraxella catarrhalis juga penyebab umum sinusitis akut.

Pasien dengan gejala sedang atau berat mendapat manfaat dari terapi antibiotik.

Amoksisilin tetap menjadi pilihan antibiotik untuk sinusitis bakteri akut :


 Mencover organisme yang terlibat dalam sinusitis akut
 Memiliki aktivitas terbaik dari semua agen β-laktam dalam mengatasi penicillin
intermediate Streptococcus pneumoniae
 Efek samping yang relatif sedikit
 Potensi untuk terjadinya resisten rendah
 Tidak ada agen antibiotik lainnya telah terbukti unggul untuk amoksisilin dalam uji klinis

Pertimbangkan agen lini kedua jika tidak ada perbaikan atau memburuk > 72 jam.
OTITIS MEDIA
Otitis media adalah
peradangan dan/atau
infeksi telinga tengah.

Otitis media akut terjadi


bila ada infeksi bakteri
atau virus di cairan
telinga tengah yg
menyebabkan produksi
cairan / nanah.

Otitis media efusi :


cairan tanpa
peradangan akut

Otitis media kronis :


cairan (otorrhea) yang
purulen shg diperlukan
drainase.
ETIOLOGI
Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus,
namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri
berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan
otoskop saja.

OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA KRONIK


Bakteri yang terlibat : Bakteri yang terlibat :
Streptococcus pneumoniae, P. aeruginosa,
Haemophilus influenzae, Proteus species,
Moraxella catarrhalis Staphylococcus aureus,dan
gabungan anaerob

22/09/2020 18
TANDA DAN GEJALA

OTITIS MEDIA AKUT OTITIS MEDIA KRONIK


Peradangan lokal, otalgia,  Dijumpainya cairan (otorrhea)
otorrhea, iritabilitas, kurang yang purulen sehingga
istirahat, nafsu makan turun, diperlukan drainase.
nyeri, hilangnya pendengaran,  Otorrhea semakin meningkat
demam, & leukositosis pada saat ISP atau setelah
terekspose air.
Anak < 3 tahun :
 Nyeri jarang dijumpai
Seringkali bersifat non-
padaotitis kronik, kecuali
spesifik seperti iritabilitas,
pada eksaserbasi akut.
demam, terbangun pada malam
 Hilangnya pendengaran
hari, nafsu makan turun, pilek
disebabkan oleh karena
dan tanda rhinitis,
destruksi membrana timpani
konjungtivitis
dan tulang rawan.
22/09/2020 19
DIAGNOSIS
 Otitis media didiagnosis dengan
melihat membrana timpani
menggunakan Otoscope.
 Tes diagnostik lain adalah
dengan mengukur kelenturan
membrana timpani dengan
Tympanometer.
Dari tes ini akan
tergambarkan ada tidaknya
akumulasi cairan di telinga
bagian tengah.
 Pemeriksaan lain menggunakan
X-ray dan CT-scan ditujukan
untuk mengkonfirmasi adanya
mastoiditis dan nekrosis tulang
pada otitis maligna ataupun
kronik.
22/09/2020 20
PENULARAN & FAKTOR RESIKO

 Oleh karena sebagian besar otitis media didahului


oleh infeksi pernapasan atas, maka metode
penularan adalah sama seperti pada infeksi
pernapasan tersebut.

 Faktor risiko untuk mengalami otitis media semakin


tinggi pada anak dengan “otitis-prone” yang
mengalami infeksi pernapasan atas.

22/09/2020 21
KOMPLIKASI

Komplikasi otitis media meliputi:


 Mastoiditis
 Paralisis syaraf ke-7
 Thrombosis sinus lateral
 Meningitis
 Abses otak
 Labyrinthitis.

22/09/2020 22
PENATALAKSANAAN
GEJALA OUT COME
NYERI MENGATASI NYERI
OTORRHEA MENCEGAH KOMPLIKASI
IRITABILITAS ERADIKASI INFEKSI
NAFSU MAKAN <
DEMAM
FARMAKOTERAPI

 Acetaminophen atau ibuprofen untuk mengatasi nyeri / demam


 Dekongestan, antihistamin, & kortikosteroid tidak direkomendasikan
krn tidak bermanfaat dalam pengobatan namun justru meningkatkan
risiko efek samping.

Catatan:
 Beberapa ahli percaya bahwa antihistamin dan atau dekongestan
mungkin bermanfaat ketika alergi berperan dalam etiologi OM.
 Prednison 2 x5 mg efektif menghentikan efusi pd otitis media kronik
FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK
Agen penyebab AOM paling sering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti
oleh influenzae Haemophilis nontypeable (25%), Moraxella catarrhalis (10%), Grup A
Streptococcus (2%) dan Staphylococcus aureus (2%) .
Sekitar 20-30% diduga etiologi karena virus.

Durasi standar terapi antibiotik untuk AOM telah 10 hari.


Ada studi mengurangi durasi terapi dari 10 hari sampai 5 hari tampaknya memiliki
khasiat setara untuk AOM tanpa komplikasi.

Mengurangi durasi dari terapi memiliki beberapa keuntungan, termasuk mengurangi


potensi resistensi antibakteri, mengurangi efek samping, meningkatkan kepatuhan,
dan berkurangnya biaya.

Anak-anak kurang dari 2 tahun atau mereka yang terdapat perforasi membran timpani
harus menerima 10 hari terapi antibiotik

Untuk pasien dengan sekret telinga (otorrhea), disarankan menambahkan terapi tetes
telinga ciprofloxacin atau ofloxacin.

Profilaksis bagi px dg riwayat otitis media ulangan menggunakan amoksisilin 20 mg/kg


BB 1 x sehari selama 2-6 bulan berhasil mengurangi OM 40-50%
FARINGITIS
Faringitis:
Peradangan pada mukosa faring dan sering
meluas ke jaringan sekitarnya.

Biasanya timbul bersama-sama dengan


tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis.
PENATALAKSANAAN
GEJALA OUT COME
DEMAM tiba-tiba MENGATASI GEJALA
NYERI telan ME(-) MELUAS INFEKSI
ADENOPATI MENCEGAH KOMPLIKASI
SERVIKAL
MALAISE, MUAL FARMAKOTERAPI
Antibiotik HANYA diindikasikan : Streptococcus grup A

Parasetamol dan Ibuprofen membantu mengatasi rasa tidak


nyaman dari faringitis
Jangan menggunakan aspirin pd anak – risiko Reye’s Syndrome
Enselopati pada anak yang jarang, akut, dan sering fatal, ditandai dengan
pembengkakan otak akut – gangguan kesadaran & kejang

Kumur dengan larutan garam hangat, gargarisma khan

Lozenges/tablet hisap untuk nyeri tenggorokan


FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK
Group A Streptococcal Pharyngitis
Terapi antibiotik diberikan HANYA apabila ada kecurigaan karena bakteri (demam tiba-tiba,
tanpa batuk, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior), sambil menunggu hasil kultur

Demam dan gejala lainnya bisa hilang 3-4 hari meski tanpa antibiotik

Terapi dapat ditunda sampai 9 hari sejak gejala pertama muncul dan tetap dapat mencegah
komplikasi

Terapi antibiotik untuk Group A Streptococcal Pharyngitis:


Menurunkan keparahan simptom, durasi simptom, risiko transmisi (setelah 24 jam terapi)
sehingga mencegah komplikasi

Terapi antibiotik selama 10 hari.


Blm ada bukti terapi < 10 hari sama efektifnya (termasuk sefalosporin atau makrolida baru)

Pilihan pertamannya adalah amoksisilin bila tidak ada kontraindikasi


BRONKHITIS
Bronkhitis:
Kondisi peradangan pada daerah
trakheobronkhial. Proses inflamasi tidak meluas
ke alveoli.

Biasanya timbul bersama-sama dengan


tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis.

Bronkitis sering diklasifikasikan sebagai akut


atau kronis.

Bronkitis akut terjadi pada individu dari segala


usia, sedangkan bronkitis kronis terutama
mempengaruhi orang dewasa.

Bronchiolitis adalah penyakit masa kanak-kanak.

Bronkhitis akut umumnya terjadi pada musim


dingin, hujan, kehadiran polutan yang
mengiritasi seperti polusi udara, dan rokok
ETIOLOGI

Bronkitis AKUT Bronkitis KRONIK


 Umumnya virus seperti Penyebab bronkhitis kronik
rhinovirus, influenza A & B, berkaitan dengan :
coronavirus, parainfluenza,  Penyakit paru obstruktif
dan respiratory
 Merokok
synctialvirus (RSV).
 Paparan terhadap debu,
 Bakteri atypical
(Chlamydia pneumoniae,  Polusi udara
Mycoplasma pneumoniae )  Infeksi bakteri
Bakteri atypical sulit
terdiagnosis, tetapi
mungkin menginvasi pada
sindroma yang lama ( > 10
hari).
22/09/2020 33
TANDA DAN GEJALA

 Batuk (sputum) yang menetap, >> parah pd malam hari


 Rhinorrhea (biasanya disebabkan oleh rhinovirus)
 Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi
(naik tangga, mengangkat beban berat)
 Lemah, lelah, lesu
 Nyeri telan (faringitis)
 Laringitis (biasanya bila penyebab adalah chlamydia)
 Nyeri kepala
 Demam
 Adanya ronchii
 Skin rash (25% kasus)

22/09/2020 34
DIAGNOSIS

 Tes C- reactive protein (CRP)


sensitifitas : 80-100%, spesifisitas 60-70%
............. dalam mengidentifikasi infeksi bakteri.

 Pemeriksaan sel darah putih,


 25% kasus meningkat

 Pulse oksimetri, gas darah arteri dan tes fungsi


paru
mengevaluasi saturasi oksigen di udara kamar.

 Pewarnaan Gram pada sputum


tidak efektif dalam menentukan etiologi
maupun respon terhadap terapi antibiotika.
22/09/2020 35
FAKTOR RESIKO

 Merokok
 Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pernapasan atas dan
menimbulkan batuk kronik
 Bronkhiektasi
 Anomali saluran pernapasan
 Foreign bodies
 Aspirasi berulang

22/09/2020 36
KOMPLIKASI

 Komplikasi jarang terjadi kecuali pada


anak yang tidak sehat.

 Komplikasi meliputi antara lain :


 PPOK,
 bronkhiektasis,
 dilatasi yang bersifat irreversible dan
 destruksi dinding bronkhial.

22/09/2020 37
PENATALAKSANAAN
TEMUAN OUT COME
Tanda dan gejala
Batuk persisten > 5 – 1 minggu MENGATASI GEJALA
Sakit tenggorokan, malaise, sakit
kepala MENGHILANGKAN
Demam jarang> 39 ° C
Pemeriksaan fisik
EKSASERBASI
Ronki, lembab, rales bilateral
Dahak purulen (50% pasien)
Radiografi
Normal FARMAKOTERAPI
Antibiotik TIDAK direkomendasikan dalam pengelolaan bronkitis akut
Menghentikan rokok
Meningkatkan kelembaban/ vaporizer
Hidrasi yang baik
Analgesik / antipiretik (parasetamol, NSAID)
Bronkodilator (salbutamol, albuterol) : batuk berlarut-larut
Antitusif (dextrometorfan, codein): meringankan batuk tapi tidak mengurangi durasi penyakit

CATATAN:
Kortikosteroid (dihirup atau oral) tidak direkomendasikan karena tidak cukup bukti yang
mendukung penggunaannya dalam bronkitis akut
Ekspektoran tidak secara rutin dianjurkan karena kemanjuran terbatas
FARMAKOTERAPI: SUPORTIF
Analgesik-antipiretik membantu dalam meringankan kelesuan, malaise, dan demam

Aspirin atau asetaminofen (650 mg pada dewasa atau 10-15 mg / kg per dosis pada anak-
anak; maksimum dosis harian pediatrik 60 mg / kg; maksimum 4 dosis dewasa harian g)
atau ibuprofen (200-800 mg pada orang dewasa atau 10 mg / kg per dosis pada anak-anak;
dosis harian maksimum 40 pediatrik mg / kg; dosis dewasa harian maksimum 3.2 g) harus
diberikan setiap 4 sampai 6 jam.

Pada anak-anak, aspirin harus dihindari karena menyebabkan Reye syndrome.

Ibuprofen durasi efek antipiretik lebih lama (5-6 jam) dibanding aspirin dan parasetamol (3-
4 jam)

Aspirin dan ibuprofen dapat memperburuk fungsi ginjal pada pasien lebih muda dari 3
bulan, lansia pasien, dan individu dengan fungsi ginjal yang buruk.
FARMAKOTERAPI: SUPORTIF
OTC mengandung antihistamin, simpatomimetik, dan antitusif tidak terbukti efiktivitasnya,
malah memperburuk dan memperpanjang proses pemulihan.

Batuk, yang mungkin mengganggu, dapat diobati dengan dekstrometorfan atau kodein
(tetapi tidak rutin digunakan terutama batuk produktif)

Pada kasus yang berat, batuk mungkin terus-menerus cukup untuk mengganggu tidur,
disarankan penggunaan obat penekan batuk disertai obat penenang ringan-hipnotis

Penggunaan ekspektoran masih dipertanyakan efektivitas klinisnya


FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK
Bakteri patogen dipercaya memiliki peran minimal pada bronkitis akut.

Meskipun S pneumoniae dan H influenzae kadangkala ditemukan pada kultur


mikrobiologi, namun ini hanya menunjukkan kolinisasi daripada infeksi.

Suatu meta-analisis yang mencakup 6 dari studi ini menyimpulkan bahwa tidak ada
bukti untuk mendukung penggunaan antibiotika untuk bronkitis akut

Empat uji klinik yang mengevaluasi eritromisin, doksisiklin, atau TMP / SMX
menunjukkan perbaikan yang minimal dalam gejala dan/atau waktu kerja yang hilang
pada kelompok yang mendapat antibiotik.

Empat uji lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan hasil antara kelompok plasebo dan
mereka yang diterapi dengan eritromisin atau doksisiklin.

Suatu meta-analisis dari 9 studi yang mengevaluasi pengobatan antibiotik untuk


pencegahan infeksi bakteri pada penyakit pernapasan karena virus menyimpulkan
bahwa antibiotik tidak mencegah atau mengurangi keparahan infeksi karena bakteri
FARMAKOTERAPI: ANTIBIOTIK
Terapi antibiotik pada bronkitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai demam dan
batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya keterlibatan bakteri
saluran nafas seperti S pneumonia, H influenzae.
PENATALAKSANAAN & FARMAKOTERAPI

(PNEUMONIA)
Dr.NANANG MUNIF YASIN, M.PHARM, APT
FAKULTAS FARMASI UGM
nanangy@yahoo.com

43
PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIK

SASARAN & STRATEGI TERAPI

PENATALAKSANAAN

EVALUASI OBAT & JURNAL


PNEUMONIA
Pneumonia
Infeksi di ujung bronkial dan alveoli yang
dapat disebabkan oleh berbagai patogen
seperti bakteri, virus, jamur,dan parasit.

Macamnya dibagi 5 :
1. Community acquired pneumonia (CAP)
2. Hospital (Nosokomial) acquired
pneumonia (HAP)
3. Aspiration pneumonia (AP)
4. Ventilator-associated pneumonia (VAP)
5. Health care–associated pneumonia
(HCAP)
DEFINISI LAIN PNEUMONIA
Suatu penyakit respirasi
akut dengan focal signs di
dada dan bayangan yang
signifikan pada sinar-X
(minimal lobular) dengan
atau tanpa diketahui
penyebabnya

Suatu infeksi saluran nafas


bawah akut yang berkaitan
dengan perubahan tanda-
tanda radiologik
DEFINISI HAP
Infeksi saluran pernafasan bawah dengan focal
signs dan perubahan radiologi yang terjadi 2 hari
atau lebih setelah perawatan di RS dan
sebelumnya tidak terjadi saat masuk
ETIOLOGI
Pneumonia disebabkan oleh : bakteri, virus, jamur dan protozoa.

komuniti Nosokomial ASPIRASI

 Bakteri Gram (+)  Bakteri Gram (-)  Bakteri Anaerob

Staph aureus Campuran bakteri


Klebsiella aerob & anaerob
Peptococcus
E coli
Peptostreptococcus
Proteus Fusobacterium
Pseudomonas Bacteroides
Legionella sp Strep. pneumonia
Strep. pneumonia Staph aureus
Gram negatif basil

22/09/2020 50
PATOGENESIS
 Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak
dan menimbulkan penyakit.
 Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak permukaan epitel saluran napas.
Rute infeksi:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

22/09/2020 52
FAKTOR PREDISPOSISI

Influenzae
Perokok
Alkoholik
Obstruksi bronkial
Imunosupresi
Intravena-Drug Use (IDU)

22/09/2020 53
INSIDEN & MORTALITAS

komuniti Nosokomial
 Bakteri Gram (+)  Bakteri Gram (-)
 750.000 kasus  Merupakan peringkat ke-3
pertahun, infeksi nosokomial setelah
 50.000 di rawat di RS ISK dan wound infections
 3.000 meninggal  2-6 per 1000 pasien
 Mortalitas 20 % total
pasien
 Mortalitas 50 % pasien
bakterimia

22/09/2020 54
FAKTOR RESIKO

komuniti Nosokomial
 Bakteri Gram (+)  Bakteri Gram (-)
Geriatrik Pasien dengan ventilatory
Pediatrik di bawah 5 support di ICU
tahun Pasien post-operasi,
Perokok terutama bedah thoraco-
Pasien dengan problem abdominal
cardiac, pulmonary, renal Pasien immuno-
dan imunosupresi karena compromised
terapi atau penyakit Pasien dengan penyakit
Lingkungan pulmonary

22/09/2020 55
GEJALA DAN TANDA KLINIS
TYPICAL SIGNS AND SYMPTOMS OF PNEUMONIA

SYMPTOMS SIGNS
UMUM Sianosis
Lemah Takipnea
Demam Takikardi
Rigor (dingin-kaku) Produksi sputum (darah)
Myalgia Focal signs :
SPESIFIK konsolidasi
Dyspnoea (padat-inelastis)
Chest pain krepitasi
Batuk
Rales & ronki
22/09/2020 57
GEJALA DAN TANDA KLINIS
ATYPICAL SIGNS AND SYMPTOMS OF PNEUMONIA

SYMPTOMS SIGNS

Sakit kepala Sianosis


Confusion Takipnea
Diare Takikardi
Ruam kulit

22/09/2020 58
Tanda dan gejala
Demam tiba-tiba, menggigil, dyspnea, dan
batuk produktif
Sputum berwarna (karat) atau hemoptysis
Nyeri dada pleuritik
Pemeriksaan fisik
Sianosis
Takipnea
Takikardi
Focal signs :
konsolidasi (padat-inelastis)
krepitasi
Dada radiografi
Lobar padat atau Infiltrat segmental
Tes laboratorium
Leukositosis dengan dominasi sel
polymorphonuclear
Saturasi oksigen yang rendah pada gas darah
arteri atau nadi oksimetri
DIAGNOSIS

Radiografi Dada (Sinar-X)


Pemeriksaan Mikroskopis
Biakan sputum
Biakan cairan pleura jika tersedia
Tes serologi

LIHAT GUIDELINES IDSA …. HAL 370, 358-360


PENATALAKSANAAN
GEJALA OUT COME
DEMAM MENCEGAH KEMATIAN
BATUK (sputum) ERADIKASI BAKTERI
TAKIPNEA SEMBUH PARIPURNA
TAKIKARDI
KONSOLIDASI
FARMAKOTERAPI
 Pemberian oksigen : px dg sesak nafas, hipoksemia
 Bronkodilator : px dg bronkospasme
 Fisioterapi dada : pengeluaran sputum
 Nutrisi yang baik dan cukup
 Hidrasi yang cukup, bila perlu dg parenteral
 Antipiretik pada pasien demam
 Terapi empiris dengan antibiotik spektrum luas sambil
menunggu hasil kultur
ASSESSING THE SEVERITY OF PNEUMONIA

Umur > 60 tahun


RR > 30/menit
DBP < 60 mmHg
Atrial Fibrilasi
Confusion
Serum Urea > 7 mmol/L (> 30 mg/dL)
Pneumonia Patient Outcome Research Team
(Pneumonia PORT) dari IDSA
Karakteristik Pasien Nilai skor
A. Faktor demografi
Umur
Laki-laki = umur
Wanita umur - 10
Nursing home resident + 10

B. Penyakit Penyerta
Neoplastik + 30
Liver + 20
CHF + 10
Cerebrovascular + 10
Renal + 10
Pneumonia Patient Outcome Research Team
(Pneumonia PORT) dari IDSA

Karakteristik Pasien Nilai skor


C. Hasil Pemeriksaan Fisik
Status mental + 20
Kecepatan respirasi (RR) > 30 x /menit + 20
Tekanan darah sistolik (SBP) < 90 mm Hg +
20
Suhu badan < 35 °C atau > 40 °C + 15
Nadi (HR) > 125 x/menit + 10
Pneumonia Patient Outcome Research Team
(Pneumonia PORT) dari IDSA
Karakteristik Pasien Nilai skor
D. Hasil Data Lab atau Radiografi
PH Arterial < 7.35 + 30
BUN > 30 mg/dL + 20
Tekanan darah sistolik (SBP) < 90 mm Hg +
20
Natrium < 130 mEq/L + 10
Glukosa > 250 mg/dL + 10
Hematocrit < 30 % + 10
Tekanan oksigen parsial Arterial < 60 mm Hg + 10
Pleural Effusion + 10
Pneumonia Patient Outcome Research Team
(Pneumonia PORT) dari IDSA

Risk Skor Jumlah Mortalitas Rekomendasi


Class Pasien (%)
I - 3034 0.1 Outpatient

II ≤ 70 5778 0.6 Outpatient

III 71-90 6790 2.8 Outpatient or


brief inpatient
IV 91-130 13.104 8.2 Inpatient

V >130 9333 29.2 Inpatient


TERAPI
PRINSIP UMUM

Oksigen (hipoksemia)
Bronkodilator (bronkospasme)
Hidrasi yang baik
Nutrisi
Kontrol demam
Antibiotik
GUIDELINE TERAPI EMPIRIK CAP
TIPE PASIEN TERAPI EMPIRIK
Rawat Jalan Makrolida
Doksisiklin
Fluorokuinolon
Rawat Inap Sefalosporin (+) Makrolida
(Bangsal) ß Laktam/ßLI (+) Makrolida
Fluorokuinolon
Rawat Inap Sefalosporin atau ß Laktam/ßLI
(ICU) (+) Fluorokuinolon atau Makrolida
IDSA/ATS Guidelines for CAP in Adults • CID 2007:44,S27-72
REGIMEN DOSIS TERAPI PNEUMONIA
Golongan Antibiotik Pediatrik Dewasa
(mg/kg/hari) (dosis/hari)

Makrolida Erythromycin 30 - 50 1–2g


Clarithromycin 15 0.5 – 1 g
Azithromycin 10 mg 1 hari 500 mg 1 hari,
5 mg 4 hari 250 mg 4 hari
Tetracycline Tetracycline HCl 25 – 50 1–2g
Oxytetracycline 15 - 25 0.25 – 0.3 g
Aminoglyco Gentamicin 7.5 3 – 6 mg/kg
sides Tobramycin 7.5 3 – 6 mg/kg
REGIMEN DOSIS TERAPI PNEUMONIA
Golongan Antibiotik Pediatrik Dewasa
(mg/kg/hari) (dosis/hari)
Penicillin Ampicillin 100 – 200 2–6g
Amox-clavulanat 40 – 90 0.75 – 1 g
Ampi-sulbactam 100 – 200 4–8g
Piperacillin- 200 - 300 12 g
tazobactam
Sefalosporin Ceftriaxone 50 – 75 1–2g
Ceftazidime 150 2–6g
Cefepime 100 - 150 2–4g
Fluoroquinolon Gatifloxacin 10 – 20 0.4 g
Levofloxacin 10 – 15 0.5 – 0.75 g
Ciprofloxacin 20 - 30 0.5 – 1.5 g
TERAPI HAP
TERAPI EMPIRIK (PASIEN NON-ICU)

Pilihan 1
Sefalosporin generasi 3,
mis : Sefotaksim atau Seftriakson
Pilihan 2
Gentamisin + Sefuroksim
Pilihan 3
4-Quinolon + Eritromisin
Aspiration
ditambah Metronidazol
TERAPI HAP
HAP- TERAPI EMPIRIK (PASIEN ICU)

Pilihan 1
Sefalosporin generasi 3 + Gentamisin
Pilihan 2
4-Quinolon + Carbapenem
Aspiration
ditambah Metronidazol
IDSA/ATS Guidelines for the Management of Adults with HAP, VAP,
HCAP• Am J Respir Crit Care Med Vol 171. pp 388–416, 2005
MONITORING
MONITORING
PASIEN PNEUMONIA

Sputum untuk biakan & uji kepekaan


kuman
Sinar X-Dada
Leukosit & hitung jenis
serta atipikal serologi
ABG untuk hipoksemia (PaO2 < 8)
Temperatur setiap 4 jam
TD tiap 4 jam (diastole < 60 mmHg)
Respiratory Rate ( > 30, kemudian
turun)
TERAPI DENGAN ANTIBIOTIK
Pilihan pertama Lini kedua

Otitis media Amoksisilin Koamoksiklav, Cefuroksim


Klaritromisin, Azitromisin,
Ceftriaxone
Sinusitis Amoksisilin, Koamoksiklav, Cefuroksim,
Kotrimoksazol, Klaritromisin, Azitromisin,
Doksisiklin (dewasa) Levofloxacin (dewasa)
Faringitis Penisilin G, Penisilin V, Eritromisin, Klaritromisin,
Amoksisilin, Azitromisin, Sefalosporin
Koamoksiklav gen 1-2, Levofloxacin
Bronkitis akut Tanpa antibiotik Amoksisilin, Koamoksiklav
Makrolida
Pneumonia Makrolida (Eritromisin, Koamoksiklav, Sefalosporin
(CAP) Klaritromisin, Azitromisin) gen-3, Fluorokuinolon

9/22/2020 87
GRAM (+) AEROB GRAM (-) AEROB
Antibiotik E
SA MRSA SE MR SE St Ec KP EB PM SM PA HI HI*
Coli

Penisilin + - + - ++++ ++ - - - - - - - -

Ampisilin + - + - ++++ ++ ++ - - +++ - - ++++ -

Ticarcilin + - + - ++++ - ++ + ++ +++ +++ ++ +++ -

Co-amoxiclav ++++ + ++++ - ++++ ++ +++ ++ - ++++ - - ++++ ++++

Cefazolin ++++ - ++++ - ++++ - +++ +++ - ++++ - - + -

Cefuroxime ++++ - ++++ - ++++ - +++ +++ + ++++ + - ++++ ++++

TGC +++ - ++ - ++++ - ++++ ++++ + ++++ ++++ + ++++ ++++

Cefepime +++ - ++++ - ++++ - ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++

Cotrimoxazol ++++ +++ ++++ + ++++ + +++ +++ ++++ ++++ +++ - ++++ ++++

Eritromisin ++ - + - ++++ -

Gentamisin ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ +++ ++ ++

Ciprofloksazin +++ ++ +++ ++ + + ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++

Fluoroquinolon ++++ ++ +++ ++ ++++ ++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++

Imipenem ++++ + ++++ - ++++ ++ ++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ ++++

Aztreonam - - - - - - ++++ ++++ + ++++ ++++ +++ ++++ ++++

9/22/2020 88
Vancomisin ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ +++
AN AEROB KETERANGAN
Antibiotik
BF P PS C SA = Staphylococcus aureus
SE = Staphylococcus epidermidis
Penisilin + - + -
St = Streptococci
Ampisilin + - + - Ec = Enterococci
KP = Klebsiella pneumoniae
Ticarcilin + - + - EB = Enterobactercioacae
PM = Proteus Mirabilis
Co-amoxiclav ++++ + ++++ -
SM = Serratia marcescens
Cefazolin ++++ - ++++ - PA = pseudomonas aeruginosa
HI = Haemophillus Influenzae
Cefuroxime ++++ - ++++ - BF = bacteroides fragilis
TGC +++ - ++ -
P = Peptococcus
PS = Peptostreptococccus
Cefepime +++ - ++++ - C = Clostridia
Cotrimoxazol ++++ +++ ++++ +

Eritromisin ++ - + -

Gentamisin

Ciprofloksazin +++ ++ +++ ++

Fluoroquinolon ++++ ++ +++ ++

Imipenem ++++ + ++++ -

Aztreonam - - - -

Vancomisin ++++ ++++ ++++ ++++

9/22/2020 89
PUSTAKA ACUAN
1. Dipiro, J.T, Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, A., Wells, B.G., Pasey, L.M.,
2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Appleton &
Lange, Philadelphia.
2. Walker R,Edward C, Clinical Pharmacy & Therapeutics, 2003, Churchill
Livingstone
3. Depkes RI, 2006, Pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran
pernafasan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
4. Pelletier, CE, 2003, Lange Smart Charts: Pharmacology, McGraw-Hill
Companies,Inc.
5. WHO dan pustaka lain
6. www.idsociety.org
7. www.cdc.gov
8. www.thoracic.org

9/22/2020 90
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai