TESIS
diajukan oleh:
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul
“Perbandingan Fungsi Keluarga dan Kesehatan Mental Emosional Remaja di Sekolah
Menengah Pertama Negeri, Pondok Pesantren Modern dan Tradisional di Purworejo“.
Penyusunan tesis ini merupakan syarat untuk mencapai derajat S2 pada Program Studi
Ilmu Kedokteran Klinik minat utama Kedokteran Keluarga.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Mora
Claramita, MHPE, Ph.D dan Dr. dr. Carla R. Marchira, Sp.KJ (K) sebagai pembimbing
pendamping dalam penyusunan tesis ini. Semoga bimbingan dan arahan para dosen
pembimbing menjadi amal jariyah yang tidak akan terputus pahalanya. Aamiin.
1. dr. Retno Sutomo, Ph.D, Sp.A(K) selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kedokteran
Klinik beserta staf pengajar dan staf akademik Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada.
2. Prof. Dr. dr. Sri Sutarni, Sp. S(K) selaku Ketua Dewan Penguji.
3. Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes selaku anggota Dewan Penguji.
4. Bapak dan ibu tercinta di rumah kediaman Gombong, Kebumen.
5. Suamiku tercinta, dr. Arif Budi Santoso, S. Psi dan kedua anakku tersayang M. Firos
Yudistiro serta Key Syifa’ Adhwa’ Tasanee.
6. Teman-teman seperjuangan di Puskesmas Pituruh, Purworejo dan bidan asisten di
tempat praktek.
7. Teman-teman seperjuangan di program pasca sarjana S2 kedokteran keluarga FK
UGM.
Tentunya tesis ini tak luput dari kekurangan, untuk itu penulis menerima dengan
tangan terbuka setiap kritik maupun saran yang membangun. Semoga bermanfaat.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................ix
INTISARI ............................................................................................... ...............x
ABSTRACT .............................................................................................................xi
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................52
A. Hasil Penelitian ...................................................................................54
B. Pembahasan..........................................................................................65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................71
A. Kesimpulan .........................................................................................71
B. Saran ....................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
INTISARI
Latar Belakang : Gangguan mental emosional dapat dialami oleh semua remaja baik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) maupun di pondok pesantren. Di SMP N,
siswa hidup bersama orang tua dan keluarganya di rumah, sedangkan di pondok
pesantren, santri harus hidup mandiri, jauh dari orang tua, beradaptasi dengan
lingkungan pondok yang berbeda dengan lingkungan rumahnya dan peraturan yang
harus dipatuhi.
Tujan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan fungsi keluarga serta
gangguan mental emosional remaja di SMP N, pondok pesantren modern dan tradisional.
Subyek penelitian: 433 remaja berusia 12-16 tahun, terbagi 191 siswa SMP N, 136
santri pondok pesantren modern dan 106 santri pondok pesantren tradisional. Penelitian
dengan rancangan desain deskriptif analitik dengan metode pendekatan komparasi
multivariat.
Instrumen penelitian: kuesioner APGAR keluarga dan SDQ (Strengh And Difficulty
Questionare). Skor total kesulitan adalah gabungan skor hiperaktifitas, skor emosional,
skor teman sebaya dan skor perilaku. Skor kekuatan adalah skor prososial.
Hasil penelitian: Fungsi keluarga remaja di SMP N, pondok pesantren modern dan
tradisional menunjukkan skor APGAR keluarga baik, p: 0,265 (p> 0,05). Skor SDQ
remaja di SMP N adalah tidak normal pada klasifikasi skor total kesulitan, klasifikasi
skor hiperaktifitas dan borderline pada skor teman sebaya. Skor SDQ remaja di ponpes
modern menunjukkan hasil tidak normal pada skor total kesulitan dan skor hiperaktifitas,
serta borderline pada skor teman sebaya. Skor SDQ remaja santri di ponpes tradisional
tidak normal pada skor total kesulitan dan borderline pada skor teman sebaya.
Simpulan: Tidak terdapat perbedaan fungsi keluarga remaja di SMP N, pondok
pesantren modern dan tradisional, namun terdapat perbedaan gangguan mental
emosional remaja di SMP N, pondok pesantren modern dan tradisional. Hal ini
membutuhkan upaya promotif dan preventif pendekatan keluarga secara holistik antara
remaja, orang tua, guru, dan dokter keluarganya.
Kata kunci: fungsi keluarga, kesehatan mental emosional remaja, pondok pesantren
modern, tradisional, Sekolah Menengah Pertama Negeri
x
ABSTRACT
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memahami masalah kesehatan dan penyakit seorang pasien serta keluarga mereka.
Siklus kehidupan keluarga (the family life cycle) juga menggambarkan berbagai
Menurut skema Evelyn Duvalls tentang delapan tahap siklus hidup sebuah
keluarga, tahap IV-V adalah tahap anak remaja usia 6-19 tahun. Menurut WHO,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun (Murtagh, 2011). Di
dunia, kelompok remaja diperkirakan berjumlah 1,2 M atau 18% dari jumlah
mencapai 25% dari jumlah penduduk Indonesia. Artinya 1 dari setiap 4 penduduk
secara dinamis dan pesat baik secara fisik, psikologis, intelektual, sosial dan
dan kepedulian dari dokter mereka. Sebagai dokter keluarga, pendekatan holistik
perlu dilakukan pada remaja yaitu pengkajian biologi, psikologi dan sosial.
1
Sebaiknya ada kecenderungan menganggap setiap kunjungan remaja untuk
fisik yang sangat awal muncul adalah nyeri dada, sesak nafas, takikardi bahkan
perilaku atau suasana hati (atau beberapa kombinasinya) terkait dengan tekanan
yang bermakna dan gangguan fungsi selama jangka waktu tertentu (Sloane, 2012).
Health Organization (WHO) pada tahun 2000 memperoleh data gangguan mental
sebesar 12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada tahun 2015
mental emosional pada penduduk indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun
sebesar 6%.
siswa yang berada di Sekolah Menengah Pertama Negeri maupun santri yang
2
hidup bersama orang tua dan keluarganya di rumah, sedangkan siswa di pondok
pesantren, seorang santri harus hidup mandiri, jauh dari orang tua, beradaptasi
adanya peraturan yang harus dipatuhi. Bahkan pernah dilaporkan dalam sebuah
pesantren adalah kecemasan, stress, dan gejala depresi (Wahab et al., 2013).
yang tidak tepat, penganiayaan, kemiskinan, menjadi orang tua tunggal dan
asuhan (Moflehi et al., 2013). Boarding School diadopsi dari istilah pondok
pesantren di luar negeri yang lebih dikenali sebagai pondok pesantren modern
jangka waktu tertentu bersama santri-santri yang lain berasal dari latar belakang
3
Kabupaten Purworejo berjumlah 110, termasuk di dalamnya pondok pesantren
pesantren, sehingga selain dibekali ilmu umum para santri juga dapat
memperdalam ilmu agama. Para santri yang menimba ilmu di pondok pesantren
diharapkan dapat menguasai ilmu pengetahuan juga memiliki iman dan taqwa
yang sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Santri hidup dalam suatu
komunitas khas, dengan kyai, ustadz, santri dan pengurus pesantren, berlandaskan
kesehatan dan proses emosional pada remaja. Studi kasus juga pernah dilakukan
oleh Hartanto tahun 2011 tentang perilaku agresif remaja pondok pesantren yang
sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Intensitas komunikasi orang tua
terhadap santri juga mempengaruhi mental emosional diri pada remaja di sekolah.
mental dapat menjadi salah satu upaya membantu mengatasi masalah kesehatan
4
mental di Indonesia. Menurut mereka kebanyakan pasien yang datang ke
Puskesmas datang dengan keluhan tidak jelas dan terkait dengan masalah
psikologisnya.
penting dalam terjadinya gangguan mental emosional pada remaja. Namun belum
modern dan tradisional yang bertemu keluarga dalam waktu yang terbatas.
perbedaannya.
B. Rumusan Masalah
5
Sekolah Menengah Pertama Negeri, pondok pesantren modern dan pondok
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Purworejo.
2. Tujuan Khusus
Purworejo.
di Purworejo.
6
D. Keaslian Penelitian
7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
keluarga terhadap gangguan kesehatan jiwa pada remaja sebagai salah satu
2. Manfaat Praktis
terhadap kesehatan mental para siswa seperti deteksi dini kesehatan mental
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keluarga
a. Pengertian
b. Struktur keluarga
c. Bentuk keluarga
yang telah dikenal dan posisi interaksi satu sama lain secara teratur,
9
mempunyai tempat tinggal tetap dan mempunyai sanksi sosial. Adapun
turunan pertama saja. Keluarga besar (extended family) adalah jika dalam
menurut garis vertikal (bapak, ibu, kakek, nenek, cucu, cicit) dan ataupun
garis horizontal (abang, kakak, adik ipar). Sementara itu, keluarga menurut
hukum umum (common low family) adalah keluarga yang terdiri dari pria
dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan yang syah serta anak-anak
keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak
right, dimana banyak wanita lebih senang hidup dalam rumah sendiri
family sekarang dianggap sebagai keluarga. Juga telah ada kebebasan dari
lembaga penitipan anak dan bagi orang single dapat mengadopsi anak.
10
ditujukan dalam masyarakat luas. Dalam bentuk ini peran orang tua
dewasa. Keluarga serial (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari
pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi
Cohabatation family adalah dua orang yang menjadi satu tanpa ikatan
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari kelompok serta norma yang ada dalam masyarakat. Ada
sebagai berikut :
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan
11
rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggota dari
2) Peranan ibu
pelindung dari anak-anak saat ayah tidak ada di rumah. Disamping itu
ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan
3) Peranan anak
e. Fungsi keluarga
pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang
menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga.
12
afektif (afektif function), fungsi sosialisasi (socialization and social
(1)fungsi keagamaan, (2) fungsi budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi
melindungi, (5) fungsi reproduksi (6) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (7)
1) Fungsi biologis
2) Fungsi psikologis
untuk memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi anggota keluarga
bagi keluarga.
13
3) Fungsi sosialisasi
keluarga tersebut.
4) Fungsi ekonomis
5) Fungsi pendidikan
tingkat-tingkat perkembangannya.
14
Tahap ini dimulai dengan pernikahan dan belum mempunyai anak. Di
tahun.
Dalam tahap ini keluarga tersebut mempunyai bayi, dapat satu atau dua
bulan dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 2,5 tahun.
3) Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with preschool
children)
Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia
pra sekolah adalah yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun dan
school)
Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia
yang berumur 6 tahun sampai dengan 13 tahun dan biasanya tahap ini
Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia
15
6) Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family
as launching centre)
Pada tahap ini satu per satu anak meninggalkan keluarga. Di Amerika
Pada tahap ini semua anak telah meninggalkan keluarga. Yang tinggal
Pada tahap suami istri telah berusia lanjut sampai meninggal dunia. Di
2) Otonomi personal
3) Fleksibilitas
4) Apresiasi
5) Saling mendukung
8) Pertumbuhan
16
9) Nilai-nilai religi dan spiritual
1. Remaja
a. Definisi remaja
berada pada usia antara anak-anak dan dewasa (Murtagh, 2011). Secara
17
masyarakat dewasa dan tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan sama atau sejajar (Hurlock, 2003). Menurut WHO
kawin yang berusia 15-24 tahun. Menurut BKKBN tahun 2011 batasan
Masa remaja dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir. Masa
tahun (Santrock, 2003). Saat masa inilah dikenal sebagai masa yang
penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi
dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali mengahadapkan individu
yang terjadi pada rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah.
18
Menurut Hurlock (1999), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
antara lain :
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru (Hurlock,
1999).
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi
sekarang dan akan datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke
(Hurlock, 1999).
19
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
(Hurlock, 1999).
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah sulit diatasi baik
20
menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu dengan harapan mereka
(Hurlock, 1999).
adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini,
tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-
21
menjadi marah. Remaja akan menjadi sakit hati kecewa apabila orang
22
Menerima peran seks yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman yang
diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal itu menonjol pada
23
Keterampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan
yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah
(Hurlock, 1999).
yaitu :
24
pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,
coba-coba.
terkait dengan gangguan makan. Perasaan, sikap dan pola pikir sangat
25
a. Definisi Gangguan mental emosional
distres emosional.
Ini biasanya normal, reaksi jangka pendek terhadap situasi sulit, daripada
hanya saat mereka belajar untuk mengatasi situasi sulit. Pada beberapa
b. Epidemiologi
26
gangguan mental sebesar 12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan
tertentu ditemukan pada orang dari semua daerah, semua negara dan
Satu dari empat orang akan mengembangkan satu atau lebih gangguan
mental atau perilaku selama hidup mereka. Gangguan mental dan perilaku
terjadi pada setiap titik waktupada sekitar 10% dari populasi orang dewasa
beruntung angka ini adalah satu dari lima. Gangguan neurologis dan
27
kompulsif. Proyeksi memperkirakan pada tahun 2020 gangguan
c. Gejala-gejala
atau kesedihan yang kuat dalam waktu yang bersamaan, gangguan mental
timbul ketika perasaan ini menjadi begitu mengganggu dan luar biasa,
bunuh diri, mudah marah, ansietas, panik, gangguan tidur, stres, trauma,
2011)
Orang yang menderita salah satu dari gangguan mental yang berat
28
yang tidak beralasan, gangguan pikiran dan persepsi, disregulasi suasana
hati, dan disfungsi kognitif. Banyak dari gejala ini mungkin relatif spesifik
dan regulasi suasana hati yang paling sering terlihat dalam depresi dan
gangguan bipolar. Namun, tidak jarang untuk melihat gejala psikotik pada
pasien yang didiagnosis dengan gangguan mood atau suasana hati untuk
berfikir, atau kognisi dapat terjadi pada setiap pasien selama perjalanan
adalah masuk akal bahwa jender (faktor tekanan yang cukup besar
29
masyarakat keterbatasan partisipasi mereka dalam kegiatan diluar
atau dijelaskan oleh sejumlah jalur. Ini termasuk status gizi buruk yang
untuk gangguan mental pada usia anak merupakan faktor terkuat untuk
30
Disease-Tenth edition (ICD-10) sebagai “neurotik, stres-terkait dan
sering dan faktor resiko lain yang terkait dengan kesehatan fisik yang
31
perubahan sosial yang cepat dan tak terduga. Di India yang baru-baru
emosional
32
bahwa faktor-faktor sosial, khususnya peristiwa yang mengancam
Deteksi dan penanganan masalah mental emosional secara tepat sejak dini
diharapkan dapat membantu remaja untuk perkembangan yang lebih baik bagi
Questionare).
SDQ merupakan kuesioner perilaku dan emosi untuk anak usia 4-16 tahun
yang praktis, mudah dan ekonomis, dapat dilakukan oleh klinisi, orang tua
atau guru. Jika anak berusia kurang dari 11 tahun dapat menggunakan SDQ
Parent Report yang diisi oleh orang tua dan SDQ Teacher Report yang diisi
mental untuk menilai gangguan pada anak dan remaja, evaluasi sebelum dan
masalah remaja, alat bantu penelitian di bidang pendidikan. SDQ juga dapat
33
umum, sekolah maupun pasien anak. SDQ mempunyai sensitivitas 85% dan
kesehatan dan gangguan mental sebagai bagian untuk menilai gangguan pada
masalah.
Penilaian skor SDQ diberikan dengan nilai 0 jika dijawab benar, nilai 1
jika dijawab agak benar, dan nilai 2 jika dijawab benar. Interpretasi skor SDQ
34
Satuan Pendidikan). Sekolah Menengah Pertama Negeri bukan Sekolah
yang mengajarkan ilmu-ilmu agama saja kepada para santri, sedangkan jika
ada ilmu umum maka itu diajarkan dalam porsi yang sangat sedikit.
akidah, akhlak, sejarah islam, faraidh (ilmu waris islam), ilmu falak, ilmu
hisab dan lain-lain. Semua materi pelajaran yang dikaji memakai buku
berbahasa arab yang umum disebut dengan kitab kuning, kitab gundul, kitab
metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem
belajar mengajar dimana santri membaca kitab yang dikaji didepan ustadz atau
kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang
tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih
Adapun metode klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda
dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi yang diajarkan mayoritas
adalah keilmuan agama. Ciri khas kultural yang terdapat dalam pesantren salaf
yang tidak terdapat dalam pondok pesantren antara lain: santri lebih hormat
35
dan santun kepada kyai, guru dan seniornya, santri senior tidak melakukan
biasanya bersifat non fisikal seperti dihukum mengaji atau menyapu atau
Nahdlatul Ulama (NU) dengan ciri khas seperti fikih bermadzhab Syafi’i
pada bulan Ramadan, baca qunut pada Shalat subuh, membaca tahlil pada tiap
malam jum’at, peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj. Sistem penerimaan tanpa
kelas sesuia dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya.
Biaya masuk pesantren salaf umumnya jauh lebih murah dan tidak ada daftar
pendidikan umum dan ilmu agama islam. Para pelajar atau disebut santri
karakter yang dipengaruhi oleh peraturan yang bersifat agama ataupun yang
sekolah forrmal SMP atau SMU yang bertujuan untuk menjadikan ulama yang
36
menyalurkan bakat dan hobi siswa siswi, sehinnga bakat mereka dapat
salah satu hal yang membedakan pondok pesantren modern dengan sekolah
umum lainnya. Perbedaan lain juga terlihat dalam hal jumlah siswa dan
dan persaudaraan. Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah
37
B. Kerangka Teori
1) Tahap awal 2)Tahap keluarga dengan bayi 3) Tahap keluarga dengan anak
perkawinan (newly (birth of the first child) usia pra sekolah (family with
married) preschool children)
Remaja :
7) Tahap orang tua usia
menengah (parent allone in Perkembangan motorik
meddle years) Perkembangan kognitif
Perkembangan sosial
Perkembangan emosional/psikologis
Lingkungan sekolah:
1. SMP Negeri,
Fungsi keluarga Gangguan mental emosional 2. Ponpes modern,
(APGAR score): (SDQ): 3. Ponpes tradisional
1. Adaptasi 1. Skor kekuatan (prososial)
2. Kemitraan 2. Skor total kesulitan:
3. Pertumbuhan a. Hiperaktivitas
4. Kasih sayang b. Gejala emosi
5. Kebersamaan c. Masalah teman sebaya
d. Masalah perilaku
Pelayanan kesehatan:
Holistic care dengan
pendekatan keluarga
38
C. Kerangka Konsep
Remaja :
Lingkungan pendidikan:
Perkembangan motorik
1. SMP Negeri
Perkembangan kognitif
2. Ponpes Modern
Perkembangan sosial
3. Ponpes Tradisional
Perkembangan emosional/psikologis
D. Hipotesis
39
3. Terdapat perbedaan fungsi keluarga remaja di Sekolah Menengah Pertama
Purworejo.
Purworejo.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Sekolah Menengah Pertama Negeri, remaja santri pondok pesantren modern serta
responden penelitian.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Purworejo kelas VII s/d kelas IX pada tahun ajaran baru 2017/2018.
Jumlah populasi usia remaja usia 12-16 tahun di salah satu SMP N di
Purworejo adalah 396 siswa, salah satu pondok pentren modern adalah 215
41
2. Sampel
sampling sehingga sampel yang digunakan kelas VII-IX yang berusia 12-16
tahun.
a. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi:
pesantren tradisional.
2) Kriteria eksklusi:
b. Jumlah Sampel
Jumlah populasi usia remaja usia 12-16 tahun salah satu SMP N di
Purworejo adalah 396 siswa, pondok pesantren modern adalah 215 orang
42
n= N
1+N.e²
Keterangan :
N = Ukuran populasi
modern)
sampel yang masih bisa ditolerir atau diinginkan (tingkat kepercayaan yang
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Pada penelitian ini,
oleh peneliti. Dari total populasi 396 siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMP N), 215 santri pondok pesantren modern dan 160 santri di
pondok pesantren tradisional, hanya198 siswa dari SMP N, 136 santri dari
43
Purworejo yang akan dijadikan sampel (berdasarkan perhitungan Slovin),
tertentu.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini rencana akan dilakukan pada bulan
salah satu SMP N, pondok pesantren modern dan pondok pesantren tradisional
analisis data.
C. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder. Data
sekunder adalah data siswa siswi yang berusia 12-16 tahun yang diperoleh dari
untuk mengetahui adanya perbedaan fungsi keluarga dan kesehatan mental emosi
44
pondok pesantren tradisional di Purworejo. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian
yaitu:
D. Variabel Penelitian
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N), pondok pesantren modern dan
tradisional.
E. Definisi Operasional
1. Fungsi Keluarga
Para anggota yang terdapat dalam satu keluarga bersepakat untuk saling
merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau tidaknya fungsi yang
dimiliki oleh satu keluarga. Keluarga yang dimaksud adalah: bapak, ibu dan
adik, kakek, nenek yang berada di rumah asal subyek penelitian ini.
45
dapat berkembang menjadi keadaan patologis terus berlanjut sehingga perlu
dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Istilah lain
3. Remaja
mencakup individu dengan usia 12-16 tahun, berdasarkan tanggal lahir yang
keagamaan tapi para santri menimba ilmu umum di luar pondok pesantren,
umum dalam satu tempat. Para santri tinggal dan sekolah di pondok pesantren
tersebut.
46
F. Jalannya penelitian
2. Setelah mendapatkan izin penelitian dari kepala sekolah dan kepala pondok
kepala menunjuk salah satu guru bidang kesiswaan untuk membimbing peneliti
dibantu dan didampingi oleh guru bidang kesiswaan dan tim penelitian.
47
G. Analisis hasil
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan dan
yang dikumpulkan dan diukur secara simultan pada waktu yang sama terhadap
1. Editing
Editing adalah upaya untuk melihat kembali dengan teliti kebenaran data
yang diperoleh. Editing dilakukan saat tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul.
2. Coding
data yang terdiri dari beberapa kategori dan jumlah skor. Pemberian kode ini
komputer.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah terkumpul ke dalam
sederhana.
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-
entry, agar terlihat adanya kesalahan atau tidak. Mungkin dapat terjadi
5. Analisis Data
48
Melakukan analisis khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan
ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.
dan inferensial.
a. Analisis univariat
b. Analisis multivariat
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil ukur yang didapat yaitu
membuat distribusi dan frekuensi dari setiap variabel, hasil analisis ini
49
digunakan untuk mengetahui seberapa jumlah, dan prosentase serta nilai
H. Etika penelitian
manusia. mengatakan terdapat tiga prinsip utama etika penelitian yang perlu
Prinsip ini mengandung banyak hal yaitu bebas dari bahaya, bebas
menjadi dasar inform consent. Dengan dua hal ini manusia dapat membuat
penelitian.
50
Subyek ini memiliki hak untuk mengharapkan bahwa setiap data yang
2. Inform consent
51
BAB IV
I
HAS
SIL PENEL
LITIAN DAN PEMB
BAHASAN
Provinsi Jawa
J Tengaah. Pengam endapatkan Surat
mbilan data dilakukan setelah men
Terpadu Satu
S Pintu) Purworejo serta tembu
usan kepadaa kepala sallah satu SM
MP N,
persetujuaaan/inform consent.
c Sebbanyak 191
1 responden
n (44,1 %) ddari SMP N,
N 136
Bagan 3. D
Distribusi Subyek
S Pen
nelitian
52
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah subyek penelitian dari
Berdasarkan bagan di atas, dari 198 siswa di SMP N, 191 siswa termasuk
negeri, pulang ke rumah dan tidak berada di pondok pesantren serta bersedia
menjadi responden dalam penelitian. Namun ada 7 siswa masuk dalam kriteria
eksklusi yaitu siswa tersebut tinggal di pondok pesantren dan tidak pulang ke
rumah bertemu keluarga. Sedangkan dari 139 santri di pondok pesantren modern,
3 diantaranya masuk kriteria eksklusi karena sakit varicella, sehingga siswa tidak
berada di sekolah dan pondok pesantren tersebut. Lain halnya dengan 114 santri
usianya lebih dari 16 tahun dan ada yang usianya kurang dari 12 tahun.
53
A. Hasil Penelitian
santri di pondok pesantren modern dan 106 santri di pondok pesantren tradisional
variabel jenis kelamin, usia, keberadaan ibu, keberadaan bapak, serumah dengan
muka langsung terutama santri yang tinggal di pondok pesantren dapat dilihat
daripada laki-laki di SMP N yaitu 121 remaja (63,4%) dan di pondok pesantren
lebih banyak daripada perempuan yaitu 59 santri (55,7%). Untuk rerata usia
tahun. Keberadaan ibu dan bapak serta remaja tinggal serumah dengan orang tua
juga ditunjukkan bahwa subyek remaja di SMP N, di ponpes modern dan ponpes
tradisional mayoritas masih mempunyai bapak dan ibu dan tinggal serumah
dengan keluarga. Namun perihal motivasi sekolah, remaja di SMP N dan ponpes
modern, 95,3% dan 51,4% adalah keinginan sendiri. Berbeda dengan remaja di
remaja yang tinggal di pondok pesantren. Remaja di ponpes modern dan ponpes
54
tradisional bertemu dengan keluarga setiap minggu paling banyak pada 47,1% dan
41,5% remaja, dengan media komunikasi berupa handphone, yaitu 61% dan
72,6% remaja.
55
Tabel 4. Gambaran Mean, Median, Modus, Standar Deviasi, Nilai Minimum dan
Maksimum Variabel APGAR Keluarga, Skor SDQ Remaja
Di Sekolah Menengah Pertama Negeri, PonPes Modern dan Tradisional
PonPes PonPes
No Variabel Statistik SMP N Signifikansi
Modern Tradisional
Rata-rata 6,94 7,06 8,14
Median 7 7,5 8
Modus 6 8 9 P: 0,265**
1 APGAR
SD 1,63 1,70 1,34
Nilai minimum 3 1 5
Nilai maximum 10 10 10
Rata-rata 7,48 7,16 8,18
Median 8 7 9
Skor
Modus 8 7 10
2 Prososial/skor
SD 1,5 1,75 1,84 P: 0,0005*
kekuatan
Nilai minimum 4 4 4
Nilai maximum 10 10 10
Rata-rata 18,06 19,73 18,26
Median 18 19 18,5
Skor total Modus 13 19 15
3
kesulitan SD 4,42 4,23 4,4 P: 0,009*
Nilai minimum 9 9 10
Nilai maximum 30 32 27
Rata-rata 6,16 6,26 5,96
Median 6 6 6
Skor Modus 5 6 6
3a
Hiperaktifitas SD 1,5 1,45 1,53 P: 0, 213**
Nilai minimum 2 2 2
Nilai maximum 10 10 10
Rata-rata 4,01 4,97 4,41
Median 4 5 4,5
Modus 3 5 6
3b Skor Emosional
SD 2,1 2,24 2,43 P: 0,001*
Nilai minimum 0 0 0
Nilai maximum 10 10 9
Rata-rata 2,92 3,23 2,83
Median 3 3 2
Skor Teman Modus 2 3 2
3c
Sebaya SD 1,4 1,56 1,28 P: 0,072**
Nilai minimum 0 0 0
Nilai maximum 8 8 6
Rata-rata 4,94 5,27 5,05
Median 5 5 5
Modus 4 5 5
3d Skor Perilaku
SD 1,4 1,36 1,47 P: 0,097**
Nilai minimum 1 1 2
Nilai maximum 9 9 8
* Hubungan signifikan (p < 0,05) dengan uji Kruskal Wallis
** Hubungan tidak signifikan (p >0,05) dengan uji Kruskal Wallis
56
Perbandingan fungsi keluarga berdasarkan skor APGAR keluarga secara
minimum 1 dan nilai maksimum 10, serta rata-rata 6,94; 7,06; 8,14 artinya data
antara 7-10 : baik). Sedangkan modus (skor yang sering muncul) adalah 6, 8, 9
pada SMP N, ponpes modern dan ponpes tradisional, artinya pada masing-masing
sekolah tersebut, skor APGAR keluarga termasuk dalam kategori baik, dan pada
uji statistik menunjukkan hasil yang tidak bermakna p: 0,265 (p>0,05), artinya
tidak terdapat perbedaan fungsi keluarga remaja di tiga tempat penelitian terebut
dan ponpes tradisional menunjukkan nilai rata-rata secara berurutan 7,48 (SD
1,5); 7,16 (SD 1,75) dan 8,18 (SD 1,84) artinya berdasarkan interpretasi skor
prososial, remaja di tiga tempat penelitian ini termasuk dalam kategori normal
(normal : 6-10). Pada tabel 2 ditunjukkan modus di SMP N, ponpes modern dan
ponpes tradisional adalah 8, 7 dan 10 dan hasil uji statistik skor prososial
skor kekuatan remaja masuk kategori normal namun terdapat perbedaan skor
kekuatan remaja di tiga tempat penelitian ini. Modus skor kekuatan paling kecil
(7) pada remaja di ponpes modern dan skor paling tinggi (10) di ponpes
tradisional. Hal ini menunjukkan tidak ada masalah pada kekuatan remaja di tiga
57
Pada klasifikasi skor total kesulitan remaja di SMP N, ponpes modern dan
18,26 artinya bahwa rata-rata skor kesulitan remaja di tiga tempat tersebut
ponpes modern dan ponpes tradisional adalah 13, 19 dan 15, artinya bahwa dalam
setiap kelompok sekolah, skor kesulitan terkecil dialami oleh remaja di SMP N
(13) dan skor kesulitan terbesar yang sering muncul dialami oleh remaja di ponpes
modern (19). Pada uji statistik skor total kesulitan menunjukkan signifikansi
bermakna p: 0,009 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan bermakna pada skor total
kesulitan remaja di tiga tempat penelitian ini atau dengan kata lain terdapat
masalah pada total kesulitan remaja yang merupakan gabungan dari skor
hiperaktifitas karena berada pada perbatasan antara normal dan tidak normal. Pada
uji statistik untuk klasifikasi skor hiperaktifitas hasilnya tidak signifikan yaitu p:
0,213 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan skor hiperaktifitas di tiga tempat
penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah hiperaktifitas remaja di SMP
58
Pada klasifikasi skor emosional remaja di SMP N, ponpes modern dan
tradisional menunjukkan rata-rata 4,01; 4,97; 4,41 artinya skor emosional remaja
di tiga tempat penelitian ini termasuk dalam kategori normal. Pada uji statistik
artinya tidak terdapat masalah emosional remaja di tiga tempat penelitian ini.
ponpes modern dan ponpes tradisional 2,92 (SD 1,4); 3,23 (SD 1,56) dan 2,83
(SD 1,28) artinya skor tersebut termasuk dalam kategori normal. Pada uji statistik
skor teman sebaya remaja di tiga tempat penelitian ini menunjukkan angka yang
tidak signifikan p: 0,072 (p> 0,05), maksudnya tidak terdapat perbedaan skor
teman sebaya remaja di tiga tempat penelitiaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat masalah teman sebaya pada remaja di SMP N, ponpes modern atau
ponpes tradisional.
Pada klasifikasi skor perilaku remaja di SMP N, ponpes modern dan ponpes
tradisional, didapatkan rata-rata 4,94 (SD 1,4); 5,27 (SD 1,36); 5,05 (SD 1,47).
Data tersebut menunjukkan kategori tidak normal. Pada uji statistik skor perilaku
remaja menunjukkan signifikansi yang tidak bermakna p: 0,097 (p> 0,05) artinya
tidak terdapat perbedaan skor perilaku remaja di tiga tempat penelitian. Ini
ponpes tradisional.
remaja yang akan diuraikan pada klasifikasi skor kekuatan/skor prososial, skor
59
total kesulitan, skor hiperaktifitas, skor emosional, skor teman sebaya, dan skor
perilaku. Terdapat 6 klasifikasi skor yang akan dijelaskan hasilnya serta akan
penjumlahan skor hiperaktifitas, skor emosional, skor teman sebaya, dan skor
perilaku.
3c. Skor Teman Sebaya Normal Normal Normal Tidak ada perbedaan
3d. Skor Perilaku Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak ada perbedaan
Secara ringkas, hal penting yang menjadi perhatian adalah SDQ remaja di
remaja adalah borderline namun terdapat perbedaan di tiga tempat tersebut. Skor
dan tidak ada perbedaan di ketiga tempat penelitian. Serta rata-rata skor perilaku
remaja yang tidak normal di ketiga tempat tersebut namun tidak terdapat
60
pesantren modern dan tradisional terutama masalah hiperaktifitas dan masalah
perilaku remaja dan tidak terdapat masalah pada ‘emosional’ dan ‘teman sebaya’.
Klasifikasi skor prososial yang merupakan skor kekuatan remaja baik yang
berada di SMP N, ponpes modern dan ponpes tradisional menunjukkan hasil skor
normal paling banyak dibanding skor borderline dan skor tidak normal.
Sedangkan santri yang skor prososialnya tidak normal di SMP N, ponpes modern
61
dan ponpes tradisional tersebut masing-masing sangat sedikit. Di SMP N, 2 orang
santri mengisi skor prososial tidak normal. Perbandingan jumlah remaja untuk
melihat skor kekuatan dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan data yang diperoleh
di SMP N, ponpes modern, dan ponpes tradisional pada klasifikasi skor total
kesulitan, didapatkan hasil skor total kesulitan tidak normal berturut-turut pada 68
klasifikasi tidak normal. Jika diperhatikan pada tabel 6, dapat jelas terlihat bahwa
menunjukkan hasil tidak normal paling banyak dibandingkan remaja dengan skor
normal dan borderline. Lain halnya denga ponpes tradisional, santri yang mengisi
skor hiperaktifitas normal lebih banyak daripada yang mengisi borderline ataupun
ponpes tradisional, remaja yang mengisi skor normal lebih banyak daripada
remaja yang mengisi skor boderline dan tidak normal. Jika diperhatikan pada tabel
62
Pada klasifikasi skor perilaku, remaja di SMP N, ponpes modern dan ponpes
tradisional mengisi skor normal lebih banyak dibanding borderline dan tidak
normal, yaitu berturut-turut 133 (69,6%) remaja, 82 (60,3%) santri dan 72 santri
hasil normal dan tidak normal di 3 tempat penelitian. Jumlah remaja yang
melihat apakah ada perbedaan fungsi keluarga remaja di SMP N, ponpes modern
SDQ di SMP N, ponpes modern, dan ponpes tradisional juga dianalisis dengan uji
Kruskal Wallis.
Hasil analisis uji beda fungsi keluarga di 3 tempat yaitu SMP N, ponpes
modern dan ponpes tradisional tidak menggunakan uji chi square karena syaratnya
dipakai akan ditunjukkan pada tabel 6. Hasil uji beda fungsi keluarga di tiga
63
Tabel 7. Langkah-Langkah Menentukan Uji Hipotesis Penelitian Ini :
No Langkah Jawaban
1 Identifikasi variabel dan Variabel independen fungsi keluarga, kesehatan
skala pengukuran mental emosi remaja (ordinal/kategorik). Variabel
dependen SMP N, ponpes tradisional dan modern
(variabel numerik)
2 Jenis hipotesis Hubungan antara variabel kategorik dan numerik bisa
korelatif atau komparatif. Peneliti memilih
komparatif karena keluaran yang diinginkan adalah
perbandingan proporsi
3 Jenis komparatif Hubungan antar variabel kategorik dan numerik
adalah komparatif kategorik numerik
4 Berpasangan-tidak Tidak berpasangan karena tidak memenuhi kriteria
berpasangan “variabel yang sama diambil dari subyek yang sama”
5 Jumlah pengukuran Satu kali
Hasil uji analisis statistik tentang uji beda gangguan mental emosional
signifikansi pada skor prososial/skor kekuatan, skor emosional dan skor total
gangguan mental emosional remaja pada klasifikasi skor total kesulitan, skor
skor perilaku dan skor teman sebaya menunjukkan p yang tidak signifikan
64
perbedaan hasil skrining gangguan mental emosional remaja klasifikasi skor
hiperaktifitas, skor perilaku dan skor teman sebaya di SMP N, ponpes modern dan
ponpes tradisional.
B. Pembahasan
Berdasarkan uraian data hasil penelitian dan hasil uji data secara statistik
didapatkan variasi hasil dari fungsi keluarga dan gangguan mental emosional
remaja antara remaja yang berada di SMP N, di ponpes modern dan ponpes
menjaga privasi jawaban subyek peneliti sehingga tidak saling melihat jawaban
dari setiap pertanyaan sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda dari
setiap pertanyaan serta menciptakan suasana tenang agar subyek dapat fokus
kelamin, usia, keberadaan ayah dan ibu, serumah dengan keluarga, motivasi
dengan keluarga di setiap tempat penelitian baik di SMP N, ponpes modern, dan
ponpes tradisional diuraikan pada tabel 3. Terdapat data bahwa jumlah subyek
65
SMP N dan ponpes modern di Purworejo, kemungkinan besar hal ini disebabkan
mengetahui keberadaan bapak dan ibu serta jumlah remaja mengisi paling banyak
pesantren, maksudnya remaja tersebut tidak tinggal dengan orang tua asuh atau
kerabat yang lain selain orang tua. Pada tabel 3 ditunjukkan juga motivasi remaja
pesantren tradisional yang dalam definisinya hanya untuk mencari ilmu agama
dan ilmu yang lain didapatkan di SMP N, di luar pondok tradisional tersebut,
Skor APGAR keluarga yang diisi oleh subyek penelitian adalah mayoritas
remaja dalam fungsi keluarga baik. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi keluarga
pada >50% subyek adalah berfungsi baik pada mayoritas remaja di SMP N, di
ponpes modern dan di ponpes tradisional di Purworejo. Data tersebut dapat dilihat
pada tabel 4. Analisis hasil terebut sangat mungkin dipengaruhi bahwa sebagian
besar remaja masih mempunyai orang tua, komunikasi dengan orang tua dan
66
keluarga juga disebutkan dengan tatap muka langsung, sehingga fungsi adaptasi,
bahwa frekuensi dan prosentase terbanyak remaja di SMP N, ponpes modern dan
mereka mengisi kolom jawaban “benar” pada skor emosional, skor perilaku, skor
teman sebaya dan skor hiperaktivitas, sehingga akumulasi total skor cukup besar
(skor total kesulitan dihitung dari jumlah skor emosional, skor perilaku, skor
hiperaktifitas dan skor teman sebaya). Uraian lengkap dapat dilihat pada tabel 5.
0,265 (p>0,05) yang diuraikan pada tabel 4 dan 5, artinya bahwa tidak terdapat
Purworejo. Hal ini kemungkinan sangat erat hubungannya dengan jawaban remaja
di tiga tempat penelitian ini mengisi fungsi adaptasi, fungsi kemitraan, fungsi
pertumbuhan, fungsi kasih sayang dan fungsi kebersamaan dengan isian “selalu”.
Isian dalam kuosioner skor APGAR sangat erat hubungannya dengan komunikasi
remaja dengan orang tua, tinggal serumah dengan orang tua, bertemu dengan
orang tua dalam periode tertentu, dimana orang tua disini masih memegang
(Santrock, 2003).
67
Hasil uji analisis statistik tentang uji beda gangguan mental emosional
kesulitan, skor emosional dan skor kekuatan di SMP N, ponpes modern dan
emosional, skor masalah perilaku, skor hiperaktifitas dan skor masalah teman
Hasil yang signifikan pada skor emosional juga dapat didasarkan pada
selisih yang cukup jauh jumlah prosentase remaja di SMP N, ponpes modern dan
ponpes tradisional yang mengisi skor tidak normal. Selain itu jika melihat unsur
pertanyaannya (sering sakit kepala, cemas dan khawatir, tidak bahagia, sedih,
gugup dan tidak pede, serta banyak yang ditakuti), mayoritas remaja mengisi
kategorik tidak normal di tiga tempat penelitian ini. Faktor-faktor yang dapat
Sedangkan pada klasifikasi skor hiperaktifitas, skor perilaku dan skor teman
0,072 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan hasil skrining gangguan mental
emosional remaja klasifikasi skor hiperaktifitas, skor perilaku dan skor teman
68
gejala gangguan mental emosional pada remaja berkaitan dengan hiperaktifitas,
2013). Penelitian lain yang dilakukan Gonzales dan Dodge, menunjukkan bahwa
dan guru) dan individual (genetik dan jenis kelamin), tetapi dari semua faktor itu,
lingkungan keluarga dan teman sebaya adalah faktor yang paling berpengaruh
dalam perilaku remaja. Namun pada penelitian ini sesuai dengan penelitian
masalah perilaku remaja sehingga faktor monitoring dan kedekatan anak dengan
orang tua pada remaja di SMP N, ponpes modern dan ponpes tradisional
diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru (Hurlock,
1999).
69
2. Penelitian ini menggunakan sampel di SMP N, ponpes tradisional, ponpes
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pada penelitian ini tidak diteliti dan
70
BAB V
A. Kesimpulan
2. Skor SDQ remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri adalah tidak normal
borderline pada skor teman sebaya. Skor SDQ remaja santri di pondok
pesantren modern menunjukkan hasil tidak normal pada skor total kesulitan
dan skor hiperaktifitas, serta borderline pada skor teman sebaya. Skor SDQ
remaja santri di pondok pesantren tradisional tidak normal pada skor total
demikian, remaja di ketiga tempat penelitian berada di zona ‘borderline’ pada skor
di ketiga penelitian ini terdapat masalah yaitu hiperaktifitas dan perilaku. Kesulitan
71
B. Saran
adanya jadwal yang baik sehingga didapatkan kualitas hasil yang lebih
optimal.
4. Upaya promotif dan preventif untuk skrining kesehatan jiwa pada remaja dan
72
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Ekowati, AL, Suryani, E 2014, ‘ Gambaran Masalah Emosi dan Perilaku
Pada Pelajar SMA Regina Pacis Jakarta dengan Adiksi Internet’, Damanius
Journal of Medicine Vol 13, No 3 hlm 199-207.
Darma, MP & Satria 2001, Persepsi orang tua membentuk perilaku anak (dampak
pigmalion di dalam keluarga), Pustaka Populer, Jakarta.
73
Hartanto, F, Radityo, NA, & Widodo, A 2011, Prevalensi Masalah Mental
Emosional Pada Remaja di Kota Semarang Dengan Menggunakan Kuesioner
Kekuatan dan Kesulitan (SDQ), Paediatrica Indonesiana 2011, Vol.51 No. 4.
Hashimoto, S, Onuoha, NF, Isaka, M et al., 2012,’The Effect of Adolescents Image
of Parents on Childrens Self-Image And Mental Health’, Child and Adolescent
Mental Health 16:186-192.
Hawari, D 1997, Al-quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental, Dana
Bhakti Yasa, Jakarta.
Najmi, BA, Salesi, A, Chorami, M , et al., 2014, ‘Parenting stress among mothers
of children with different physical, mental, and psychological problems’ J Res
Med Sci 2014 Feb; 19(2): 145–152.
Perveen, S, & Kazmi, SF July 2011, ‘Personality Dynamics of boarders And Day
Shcolars Who Belong To Madrasah And Public School’ Academic Research
International Vol.1, Issue 1.
Prasetyawati, AE 2010, Kedokteran Keluarga, PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Jakarta
74
Santrock 2003, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5,
Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Sham, F, Hanijah, HS, Ariff, MI et al., 2012,’A Study of Hysteria Among Youth
in a Secondary School in Malaysia’, Advances in Natural and applied Sciences
6(4):565-571
75
Lampiran 1.
Identitas Subyek Penelitian
Nama : Laki-laki/Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat asal :
Alamat tempat tinggal :
Apakah anda bertempat tinggal di sebuah pondok pesantren? YA/TIDAK (lingkari jawaban)
Bapak kandung : masih hidup/meninggal (lingkari jawaban)
Ibu kandung : masih hidup/meninggal (lingkari jawaban)
Anggota keluarga : (yang tinggal serumah dengan Anda di rumah asal)
• Kakek
• Nenek
• Pakde
• Budhe
• Paman
• Tante
• Sepupu
• orang lain
(lingkari jawaban)
Motivasi berada di sekolah/PonPes ini :
• keinginan sendiri
• orang tua
• alasan lain:........................................................
Bertemu dengan keluarga : (lingkari salah satu)
• setiap hari
• setiap minggu
• setiap ..... bulan
• setiap tahun
Komunikasi dengan anggota keluarga di rumah melalui : (lingkari jawaban)
• tatap muka langsung
• HP
• Telp
• Surat menyurat via Pos
Lampiran 2. Inform Consent/lembar penjelasan dan persetujuan keikutsertaan dalam
penelitian
Saya, dr. Betty Nuning W akan melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Fungsi
Keluarga dan Kesehatan Mental Emosional Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri,
Pondok Pesantren Modern Dan Tradisional di Purworejo
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui skor fungsi keluarga dan skor kesehatan
mental emosi remaja di 3 tempat, yaitu sekolah formal, pondok pesantren tradisional dan pondok
pesantren modern.
APGAR (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve) keluarga merupakan
instrumen skrining untuk disfungsi keluarga, mempunyai reliabilitas dan validitas yang adekuat untuk
mengukur tingkat kepuasan mengenai hubungan keluarga secara individual, juga beratnya disfungsi
keluarga. Sedangkan SDQ (Strengh and Difficult Questionare) adalah penilaian klinis yaitu dapat
digunakan pelayanan kesehatan dan gangguan mental sebagai bagian untuk menilai gangguan pada
anak dan remaja.
Dengan penelitian ini, pengukuran skor hasil penilaian APGAR keluarga dan skor SDQ akan
memberikan resiko manfaat bahwa seorang subyek penelitian mengetahui seberapa normal fungsi
keluarganya dan seberapa normal kesehatan mental emosi remajanya sehingga dapat dilakukan
tatalaksana dan tindak lanjut yang sebaiknya dilakukan sebelum terjadi keadaan serta gangguan
kesehatan mental yang lebih berat.
Resiko psikologis yang dapat terjadi dengan penelitian ini akan dijelaskan bahwa dengan
mengetahui fungsi keluarga dan kesehatan mental emosi remaja, para subyek penelitian bisa berpikir
dewasa bahwa hasilnya merupakan sebuah deteksi dini, artinya psikologis yang dikuatkan adalah
deteksi dini lebih baik daripada mengobati, pencegahan lebih baik dilakukan daripada mencari solusi
jika sudah terjadi suatu gangguan. Karena deteksi dini ini adalah bagian dari upaya promotif dan
preventif dalam kesehatan yang mengupayakan pembiayaan kesehatan bisa lebih murah dibanding
jika sampai terjadi gangguan dan melakukan pengobatan.
Tim peneliti mengajak siswa/ adik-adik santri berusia 12-16 tahun untuk ikut serta dalam penelitian
ini.
Penelitian ini membutuhkan sekitar 433 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan
masing-masing subyek sekitar 45 menit.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Siswa/adik-adik santri bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Siswa/adik-adik santri
diminta menandattangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Siswa/adik-adik santri
simpan, dan satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Siswa/adik-adik santri akan diwawancarai oleh peneliti untuk menanyakan : nama, usia, alamat
asal/alamat tempat tinggal, serumah tinggal dengan siapa saja, keberadaan bapak/ibu kandung,
motivasi sekolah di sekolah tersebut, metode komunikasi dengan keluarga, periode komunikasi
dengan keluarga.
2. Siswa/adik-adik santri akan diminta mengisi kuosioner 2 halaman yaitu kuosioner yang berisi
pertanyaan tentang fungsi keluarga dengan skor APGAR Keluarga dan kuosioner yang kedua berisi
tentang pertanyaan untuk menilai kesehatan mental emosi remaja menggunakan SDQ (Strengh and
Difficult Questionare)
3. Kuosioner skor APGAR Keluarga untuk menilai fungsi keluarga, mohon bisa diisi sesuai yang
terjadi pada Siswa/adik-adik santri. Apakah terjadi kadang-kadang, selalu atau tidak pernah.
Silakan isi kolom dengan mberikan tanda centang (√)
4. Kuosioner skor SDQ untuk deteksi kesehatan mental emosi remaja, mohon bisa diisi sesuai dengan
yang terjadi pada Siswa/adik-adik santri. Apakah benar terjadi pada Siswa/adik-adik santri, apakah
agak benar terjadi pada Siswa/adik-adik santri atau tidak benar terjadi pada Siswa/adik-adik santri.
Silakan isi kolom dengan mberikan tanda santri centang (√)
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang Siswa/adik-adik santri dapatkan adalah Siswa/adik-adik santri akan dapat
mengetahui skor fungsi keluarga dan skor kesehatan mental emosi Siswa/adik-adik santri apakah
normal atau tidak normal.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan
diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
G. Kompensasi
Siswa/adik-adik santri akan mendapatkan souvenir berupa sebuah bolpoint.
H. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
I. Informasi Tambahan
Siswa/adik-adik santri diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan
dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Siswa/adik-adik
santri dapat menghubungi dr. Betty Nuning W di no HP 08122756637. Siswa/adik-adik santri juga
dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 0274-588688 ext 17225 atau +62811-2666-869; email:
mhrec_fmugm@ugm.ac.id).
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Nama : ................................
Umur : ................................
Alamat : ................................
Nama : ................................
Umur : ................................
Alamat : ................................
Menyatakan bahwa :
Saya, dr. Betty Nuning W akan melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Fungsi
Keluarga dan Kesehatan Mental Emosional Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri,
Pondok Pesantren Modern Dan Tradisional di Purworejo
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui skor fungsi keluarga dan skor kesehatan
mental emosi remaja di 3 tempat, yaitu sekolah formal, pondok pesantren tradisional dan pondok
pesantren modern.
APGAR (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve) keluarga merupakan
instrumen skrining untuk disfungsi keluarga, mempunyai reliabilitas dan validitas yang adekuat untuk
mengukur tingkat kepuasan mengenai hubungan keluarga secara individual, juga beratnya disfungsi
keluarga. Sedangkan SDQ (Strengh and Difficult Questionare) adalah penilaian klinis yaitu dapat
digunakan pelayanan kesehatan dan gangguan mental sebagai bagian untuk menilai gangguan pada
anak dan remaja.
Dengan penelitian ini, pengukuran skor hasil penilaian APGAR keluarga dan skor SDQ akan
memberikan resiko manfaat bahwa seorang subyek penelitian mengetahui seberapa normal fungsi
keluarganya dan seberapa normal kesehatan mental emosi remajanya sehingga dapat dilakukan
tatalaksana dan tindak lanjut yang sebaiknya dilakukan sebelum terjadi keadaan serta gangguan
kesehatan mental yang lebih berat.
Resiko psikologis yang dapat terjadi dengan penelitian ini akan dijelaskan bahwa dengan
mengetahui fungsi keluarga dan kesehatan mental emosi remaja, para subyek penelitian bisa berpikir
dewasa bahwa hasilnya merupakan sebuah deteksi dini, artinya psikologis yang dikuatkan adalah
deteksi dini lebih baik daripada mengobati, pencegahan lebih baik dilakukan daripada mencari solusi
jika sudah terjadi suatu gangguan. Karena deteksi dini ini adalah bagian dari upaya promotif dan
preventif dalam kesehatan yang mengupayakan pembiayaan kesehatan bisa lebih murah dibanding
jika sampai terjadi gangguan dan melakukan pengobatan.
Tim peneliti mengajak siswa/ adik-adik santri berusia 12-16 tahun untuk ikut serta dalam penelitian
ini.
Penelitian ini membutuhkan sekitar 433 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan
masing-masing subyek sekitar 45 menit.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Siswa/adik-adik santri bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Siswa/adik-adik santri
diminta menandattangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Siswa/adik-adik santri
simpan, dan satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Siswa/adik-adik santri akan diwawancarai oleh peneliti untuk menanyakan : nama, usia, alamat
asal/alamat tempat tinggal, serumah tinggal dengan siapa saja, keberadaan bapak/ibu kandung,
motivasi sekolah di sekolah tersebut, metode komunikasi dengan keluarga, periode komunikasi
dengan keluarga.
2. Siswa/adik-adik santri akan diminta mengisi kuosioner 2 halaman yaitu kuosioner yang berisi
pertanyaan tentang fungsi keluarga dengan skor APGAR Keluarga dan kuosioner yang kedua berisi
tentang pertanyaan untuk menilai kesehatan mental emosi remaja menggunakan SDQ (Strengh and
Difficult Questionare)
3. Kuosioner skor APGAR Keluarga untuk menilai fungsi keluarga, mohon bisa diisi sesuai yang
terjadi pada Siswa/adik-adik santri. Apakah terjadi kadang-kadang, selalu atau tidak pernah.
Silakan isi kolom dengan mberikan tanda centang (√)
4. Kuosioner skor SDQ untuk deteksi kesehatan mental emosi remaja, mohon bisa diisi sesuai dengan
yang terjadi pada Siswa/adik-adik santri. Apakah benar terjadi pada Siswa/adik-adik santri, apakah
agak benar terjadi pada Siswa/adik-adik santri atau tidak benar terjadi pada Siswa/adik-adik santri.
Silakan isi kolom dengan mberikan tanda santri centang (√)
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang Siswa/adik-adik santri dapatkan adalah Siswa/adik-adik santri akan dapat
mengetahui skor fungsi keluarga dan skor kesehatan mental emosi Siswa/adik-adik santri apakah
normal atau tidak normal.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan
diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
G. Kompensasi
Siswa/adik-adik santri akan mendapatkan souvenir berupa sebuah bolpoint.
H. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
I. Informasi Tambahan
Siswa/adik-adik santri diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan
dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Siswa/adik-adik
santri dapat menghubungi dr. Betty Nuning W di no HP 08122756637. Siswa/adik-adik santri juga
dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 0274-588688 ext 17225 atau +62811-2666-869; email:
mhrec_fmugm@ugm.ac.id).
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Nama : ................................
Umur : ................................
Alamat : ................................
Menyatakan bahwa :
2. P : Partnership : kemitraan
Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah saya.
3. G : Growth : pertumbuhan
Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktifitas atau arah baru.
5. R : Resolve : kebersamaan
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama mengekspresikan kasih sayang dan
berespon.
JUMLAH
Lampiran 4.
SDQ/Strengh and Difficulties Questionare:kuosioner kekuatan dan kesulitan pada Anak (11-17 tahun)