Jika Anda sebagai clinical pharmacist, apa yang akan Anda lakukan dalam
melaksanakan pharmaceutical care pada pasien di kasus ini?
a. Tn. SA berusia 58 tahun dengan keluhan adanya benjolan pada pada kanan sejak
Januari 2022 yang semakin membesar sehingga pada bulan Agustus 2022 dilakukan
biopsy dan Tn.SA didiagnosis rhabdomyosarcoma. Pasien memiliki riwayat komorbid
stroke iskemik berulang 5 kali (terakhir Mei 2021) yang menyebabkan pasien afasia
motorik, hemiparesis dextra, paresis nervus VII dextra sentral, memiliki riwayat
hipertensi lebih dari 5 tahun, hemorrhoid sejak 2014, serta perdarahan lambung Mei
2021. Riwayat Pasien memiliki alergi terhadap levofloxacin. Berikut merupakan
Riwayat penggunaan obat Tn.SA :
fenitoin 100-50-50 mg (3 x 1)
ISDN 1 x 1 malam
b. Pada riwayat obat berikut dianalisis efek klinis dari terapi pasien untuk
mengidentifikasi masalah terkait terapi yang diberikan seperti ketepatan indikasi, tepat
pasien, tepat obat, tepat dosis serta efek samping yang mungkin terjadi.
Setelah dilakukan assessment diatas maka terapi yang dilanjutkan yaitu eribulin yang
akan diselesaikan hingga 8 siklus, candesartan, folavit, clopidogrel, serta lansoprazole.
Sedangkan terapi yang dihentikan yaitu citicoline, sertraline, fenitoin, Keppra
(levetiracetam), ISDN serta clobazam karena adanya obat tanpa indikasi yang
digunakan ataupun kurang tepatnya obat tersebut digunakan.
c. Pada pasien diperlukan monitoring terhadap efek samping yang mungkin timbul
akibat dari kemoterapi seperti mual muntah serta penurunan kadar leukosit, neutrofil
maupun Hb, monitoring tekanan darah tinggi pasien, monitoring perdarahan pada
pasien serta monitoring LDL pasien untuk mencegah terjadinya stroke berulang
Subjective Adanya benjolan dipaha kanan sejak januari 2022 yang semakin
membesar
Assessment Terjadi neutropenia dan anemia karena efek samping dari kemoterapi
Subjective Adanya benjolan dipaha kanan sejak januari 2022 yang semakin
membesar
Assessment Masih terjadi neutropenia dan anemia karena efek samping dari
kemoterapi
Referensi :
Penggunaan eribulin dapat menimbulkan berbagai efek samping yang perlu dilakukan
monitoring seperti dapat menyebabkan gangguan hematologic seperti anemia ( 58% - 70%)
serta neutropenia (63% - 82% ). Pasien mendapatkan terapi eribulin selama 8 siklus sehingga
perlu dilakukan monitoring pada pasien.
(Lexicomp,2022)
Pada kasus diatas pasien mengalami efek samping dari eribulin ini seperti anemia dan
neutropenia, sehingga perlu diberikan terapi tambahan untuk mengatasi permasalah ini. Pada
anemia dilihat pada hasil laboratorium pasien mengalami penurunan pada kadar MCV rendah
yang menunjukkan pasien mengalami kekurangan zat besi, sehingga disarankan untuk
penambahan multivitamin zat besi. Selain mengalami anemia pasien juga mengalami
neutropenia dikarenakan efek samping dari eribulin, sehingga disarankan untuk penggunaan
filgastrim, dapat merangsang produksi granulosit neutrofilik dan sargramostim yang
kemudian akan terjadi proliferasi granulosit. Selain itu penggunaan asam folat dapat tetap
dilanjutkan untuk membantu mengatasi anemia pasien.
Pada riwayat penyakit pasien pernah mengalami stroke iskemik berulang 5 kali (terakhir Mei
2021) yang menyebabkan pasien afasia motorik, hemiparesis dextra, paresis nervus VII
dextra sentral, memiliki riwayat hipertensi lebih dari 5 tahun, hemorrhoid sejak 2014, serta
perdarahan lambung Mei 2021. Pada riwayat pengobatan pasien mendapatkan candesartan 16
mg tiap 24 jam sudah tepat karena menurut PERHI,2019 candesartan (ARB) dapat digunakan
sebagai prevensi stroke berulang. Citicoline merupakan neuroprotector yang bisa digunakan
pada pasien stroke akan tetapi penggunaan neuroprotector belum menunjukkan hasil yang
signifikan sehingga disarankan untuk diberhentikan. Clopidogrel merupakan antiplatelet yang
dapat digunakan sebagai prevensi stroke iskemik sehingga pada pasien penggunaannya dapat
dilanjutkan. Penggunaan ISDN juga disarankan untuk diberhentikan, karena penggunaan
ISDN biasa digunakan pada pasien dengan problem medik angina pectoris sehingga
penggunaannya pada pasien stroke kurang tepat.
Perdossi,2011