Anda di halaman 1dari 22

TERAPI OBAT PADA PASIEN

GERIATRI / LANSIA
Kelompok 9 :
1. Afierda Alsadila (1B / 15.003)
2. Atika Yunia Sari (1B / 15.021)
3. Lailatul Nafi’ah (1B / 15.061)
4. Satria Yosi Hernawan (1B / 15.100)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila
dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan
suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu.
Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak
masalahnya, karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi
pada golongan usia lanjut, cenderung membuat lansia mengkonsumsi
lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih muda sehingga
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi
obat yang merugikan (Anonim, 2004).
B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari geriatri.
2. Mengetahui apa saja konsep dasar pemakaian obat.
3. Mengetahui efek samping obat pada usia lanjut.
4. Mengetahui peran tim medis dalam pemberian terapi
obat pada lansia.
5. Mengetahui terapi obat pada geriatri/lansia.
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI GERIATRI
Istilah geriatri sendiri berasal dari kata gerias dalam
bahasa Yunani yang berarti umur tua dan iatros yang berarti
dokter; jadi secara harafiah geriatri berarti pengobatan medik
atau penyembuhan bagi individu usia lanjut. Namun secara
umum istilah ini diartikan sebagai individu usia lanjut.
Pasien Geriatri adalah penderita dengan usia 60 tahun
keatas, memiliki karakteristik khusus antara lain menderita
beberapa penyakit akibat ganguan fungsi jasmani dan rohani,
dan sering disertai masalah psikososial.
Dalam pemberian obat pada pasien geriatric perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah pengaturan
dosisnya karena pada usis lanjut, seorang pasien lebih mudah
mengalami reaksi efek samping dan interaksi obat yang
merugikan. Serta pada usia lanjut, rentan terserang penyakit
sehingga pemberian obat sering polifarmasi. Polifarmasi berarti
pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari
yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan
diagnosis yang diperkirakan.
B. KONSEP DASAR PEMAKAIAN OBAT
Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam
pembuatan atau peresepan obat :
1. Diagnosis dan patofisiologi penyakit
2. Kondisi organ tubuh
3. Farmakologi klinik obat (Boedi, 2006)
Setelah dokter mendiagnosis penyakit pasien, maka
sebelum penentuan obat yang diberikan perlu
dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta farmakologi dari
obat yang akan diresepkan. Pada usia lanjut banyak hal-hal
yang lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan
fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi
tanggapan tubuh terhadap obat.
Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut :
1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya
bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan
plasebo yang sesungguhnya.
2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling
menguntungkan dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain
atau penyakit lainnya.
3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis
yang biasa diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila
perlu dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang
yang tepat umumnya lebih rendah.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang
mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien.
6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan
hentikan obat yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004).
C. EFEK SAMPING OBAT PADA USIA LANJUT

 Kesalahan peresepan
 Kesalahan pasien
 Ketidak-jelasan informasi pengobatan
 Pasien sering lupa instruksi yang berkenaan dengan cara,
frekuensi dan berapa lama obat harus diminum untuk
memperoleh efek terapetik yang optimal.
 Pada penderita yang tremor, mengalami gangguan visual atau
menderita artritis, jangan diberi obat cairan yang harus ditakar
dengan sendok.
 Untuk pasien usia lanjut dengan katarak atau gangguan visual
karena degenerasi makular, sebaiknya etiket dibuat lebih besar
agar mudah dibaca.
D. PERAN TIM MEDIS DALAM PEMBERIAN
OBAT

1. Fase Perawatan Intensif (Intensive Care)


Yang menonjol peran perawat, baru kemudian
fisioterapis dan mungkin petugas sosial medik sudah mulai
berperan.
2. Fase Perawatan Antara (Intermediate Care)
Perawat masih diperlukan, fisioterapis makin menonjol,
terapis okupasi mulai berperan, mungkin terapis wicara
atau psikolog mulai berperan. Juga bila alat bantu
diperlukan, misalnya walker, dynamic-splint, dll. Maka
ortoris-prostetis yang akan membuat susuai dengan kondisi
penderita.
3. Fase Perawatan Sendiri (Self Care)
Okupasi terapi sangat penting untuk mendukung aktivitas
kehidupan sehari-hari. Mulai dari aktivitas untuk pribadi
sampai dengan pada aktivitas dalam kehidupannya dalam
pekerjaan.
4. Fase Rawat Jalan (Day Care)
Tergantung pada gangguan/dissabilitas yang dideritanya.
Biasanya terapi okupasi suportif sangat membantu, dan dalam
hal ini program bisa diberikan dalam bentuk kegiatan yang
menghasilkan sesuatu. Pada keadaan ini seluruh tim akan
berperan, dan dokter selalu memantau pada setiap fase yang
dijalani.
E. TERAPI OBAT PADA GERIATRI / LANSIA

1. CAPTOPRIL Obat Generik : 


Captopril / Kaptopril
Obat Bermerek :
Casipril,Dexacap,Farmoten,Forten,Lotensin,Metopril, Vapril
KOMPOSISI / KANDUNGAN
Captopril 12,5 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
Captopril 25 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
Captopril 50 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
FARMAKOLOGI 
Captopril (kaptopril) adalah obat antihipertensi dan efektif dalam
penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin
angiotensin aldosteron.
Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat ACE, akibatnya
pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan
sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta
mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan
tekanan darah dan mengurangi beban jantung,
baik afterloadmaupun preload, sehingga terjadi peningkatan kerja
jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan efek takikardia.
Lanjut ...
INDIKASI EFEK SAMPING
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazid memberikan efek  Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 gram sehari pada 0,5%
aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang penderita dan 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi
aditif. sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita
Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan
diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian captopril diberikan bersama diuretik pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein
dan digitalis. urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.
KONTRAINDIKASI  Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4% penderita. Efek
Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap captopril atau penghambat ACE samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi
lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 – 3 bulan pengobatan,
penghambat ACE lainnya). pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena infeksi. Pada
Wanita hamil atau yang berpotensi hamil. penderita dengan risiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum
Wanita menyusui. pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan
secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi
Penderita gagal ginjal. akut, pemberian captopril harus segera dihentikan karena merupakan
Stenosis aorta. petunjuk adanya neutropenia.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI  Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan
Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa
kebutuhan penderita (individual). hari setelah dosis diturunkan.
Dosis Captopril untuk Dewasa  Terjadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama
Hipertensi : Dosis awal 12,5 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu penurunan dan menghilang meskipun obat diteruskan.
tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25
mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol
 Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita
sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazid misal hidroklorotiazid 25 mg gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium
setiap hari. Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.
dua minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi tidak boleh melebihi 450
mg dalam sehari.
Gagal Jantung : 12,5 – 25 mg, 3 kali sehari. Captopril diberikan bersama diuretik
dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis perlu dikurangi disesuaikan
Lanjut ...
PERINGATAN DAN PERHATIAN INTERAKSI OBAT
 Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum  Alkohol.
terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian obat  Obat antiinflamasi terutama indometasin.
ini, maka pemberian obat captopril harus dihentikan
dengan segera.  Suplemen potassium atau obat yang mengandung
potassium.
 Captopril harus diberikan dengan hati-hati pada wanita
menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena  Obat-obat berefek hipotensi.
ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi dari pada KEMASAN
kadar dalam darah ibu.
o Captopril 12,5 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
 Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui
keamanannya, sehingga captopril hanya diberikan bila
o Captopril 25 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
tidak ada obat lain yang efektif. o Captopril 50 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
 Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena
sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
 Hati-hati pemberian captopril pada penderita ginjal.
 Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala
angioedema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah,
laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
 Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen
potassium, potassium sparing diuretic dan garam-
garam potassium.
PERINGATAN

2. AMITRIPTYLINE  Penyakit jantung (terutama dengan aritmia)


 Epilepsi
 Hamil, menyusui, lansia
 Gangguan faal hati, penyakit tiroid, psikosis, glaukoma sudut sempit,
retensi urin,
 Bersamaan dengan terapi elektrokonvulsif
 Hindari pemutusan obat mendadak, hati-hati pada anestesia, porfiria.
KONTRAINDIKASI
 Infark miokardial yang baru,
 Aritmia, mania
 Penyakit hati berat.
EFEK SAMPING :
 Mulut kering
 Sedasi
 Pandangan kabur
 Konstipasi, mual, sulit buang air kecil,
 Efek pada kardiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardia, sinkope,
terutama pada dosis tinggi)

MERK DAGANG  Berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama anak)

Amitriptyline, Amitriptilina HCl, Trilin, Zepazym, Mutabon  Hipomania, bingung (terutama lansia)
D, Mutabon M  Gangguan fungsi seksual
INDIKASI  Perubahan gula darah, nafsu makan bertambah.
 Depresi, terutama bila diperlukan sedasi;  Lebih jarang dapat terjadi: lidah hitam, ileus paralitik, kejang,
agranulositosis, leukopenia, eosinofilia, purpura, trombositopenia,
 Nocturnal enuresis pada anak hiponatremia, sakit kuning.
Lanjut ...
DOSIS
 Oral: depresi: dosis awal 75 mg 1 kali (lansia dan remaja 30-75 mg/hari), dosis terbagi,
 atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan bertahap bila perlu, maksimal 150 mg.
DOSIS PEMELIHARAAN
 Lazim: 50-100 mg/hari.
 ANAK di bawah 16 tahun, tidak dianjurkan untuk depresi.
NOCTURNAL ENURESIS
 ANAK 7-10 tahun 10-20 mg
 11-16 tahun 25-50 mg, malam hari.
 Maksimal periode pengobatan (termasuk pemutusan obat secara bertahap) 3 bulan.
3. ALLOPURINOL
FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat
menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xanthin-
oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxanthin menjadi
xanthin dan mengubah xanthin menjadi asam urat. Dengan
menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol
mencegah atau menurunkan endapan urat sehingga mencegah
terjadinya gout arthritis dan urate nephropathy.
INDIKASI / KEGUNAAN
Hiperurisemia primer (penyakit gout / asam urat)
Hiperurisemia sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan
kalsium oksalat.
Produksi berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia
vera, terapi sitostatik.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang yang hipersensitif atau alergi terhadap allopurinol.
Obat Generik Penderita yang sedang mengalami gout akut / asam urat akut.
Allopurinol EFEK SAMPING
Obat Bermerek Gejala hipersensitifitas atau alergi  seperti kulit kemerahan, gatal-
gatal, dan urtikaria.
Alluric, Benoxuric, Isoric, Licoric, Linogra, Nilapur, Ponuric,
Pritanol, Puricemia, Reucid, Rinolic, Sinoric, Tylonic, Urica, Gangguan saluran pencernaan seperti : mual, diare.
Uricnol, Zyloric. Sakit kepala, vertigo, mengantuk.
KOMPOSISI / KANDUNGAN Gangguan mata dan rasa.
Allopurinol 100 mg : Tiap tablet mengandung Allopurinol Gangguan darah : leukopenia, trombositopenia, anemia hemolitik,
100 mg. anemia aplastik.
Allopurinol 300 mg : Tiap tablet mengandung Allopurinol
100 mg.
Lanjut ...
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dewasa : OVER DOSIS
Dosis awal : Allopurinol 100 – 300 mg sehari. Overdosis pernah dilaporkan terjadi pada penggunaan
Dosis pemeliharaan : Allopurinol 200 – 600 mg sehari. Allopurinol sampai 5 g dan 20 g. Gejala dan tanda-tanda
over dosis adalah pusing, mual dan muntah. Dianjurkan
Dosis tunggal maksimum 300 mg.
minum yang banyak sehingga memudahkan diuresis
Bila diperlukan dapat diberikan dosis yang lebih tinggi, allopurinol dan metabolitnya.
maksimal 900 mg sehari.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Dosis harus disesuaikan dengan cara pemantauan kadar asam
urat dalam serum/air seni dengan jarak waktu yang tepat Sebelum penggunaan Allopurinol, informasikan kepada dokter
hingga efek yang dikehendaki tercapai yaitu selama ± 1 – 3 anda apabila anda menderita penyakit ginjal, penyakit hati,
minggu. diabetes, gagal jantung, tekanan darah tinggi, atau dalam
pengobatan kemoterapi.
Anak-anak :
Hentikan penggunaan obat Allopurinol bila timbul gejala
Dosis Allopurinol 10 – 20 mg/kg BB sehari atau 100 – 400 mg kemerahan pada kulit atau terjadi gejala alergi.
sehari.
Hindari penggunaan Allopurinol pada penderita kelainan fungsi
Penggunaan pada anak-anak khususnya pada keadaan ginjal atau penderita asam urat asimtomatik (tidak bergejala).
malignan terutama leukemia serta kelainan enzim tertentu,
misalnya sindroma Lesch-Nyhan. Pada penderita kerusakan fungsi hati, dianjurkan untuk melakukan
tes fungsi hati berkala selama tahap awal perawatan.
Pada penderita gangguan fungsi ginjal dosis Allopurinol
disesuaikan (diturunkan) sesuai dengan pemantauan kadar Keuntungan dan risiko penggunaan allopurinol pada ibu hamil
asam urat dalam darah. dan menyusui harus dipertimbangkan terhadap janin, bayi atau
ibunya.
Sebaiknya allopurinol diminum setelah makan untuk
mengurangi iritasi lambung.
Dianjurkan untuk meningkatkan pemberian cairan (banyak
minum) selama penggunaan allopurinol untuk menghindari
terjadinya batu ginjal.
Lanjut ...
INTERAKSI OBAT
Allopurinol dapat meningkatkan toksisitas siklofosfamid dan sitotoksik lain.
Allopurinol dapat menghambat metabolisme obat di hati, misalnya warfarin.
Allopurinol dapat meningkatkan efek dari azathioprin dan merkaptopurin, sehingga dosis
perhari dari obat-obat tersebut harus dikurangi sebelum dilakukan pengobatan dengan
allopurinol.
Allopurinol dapat memperpanjang waktu paruh klorpropamid dan meningkatkan risiko
hipoglikemia, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan salisilat dan urikosurik,seperti probenesid.
KEMASAN
Allopurinol 100 mg, Dus, 10 strip @ 10 kapsul.
Allopurinol 300 mg, Dus, 10 strip @ 10 kapsul.
4. MELOXICAM

INDIKASI
Osteoartritis, artritis reumatoid.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Aspirin dan obat-obat anti inflamasi
non steroid lainnya.
Penyakit ginjal berat.
Wanita hamil, ibu menyusui, anak-anak.
Ulserasi peptikum aktif atau berulang.
MERK DAGANG Insufisiensi ginjal berat non dialisa.
Meloksikam, Arimed, Artrilox, Cameloc, Loxil,
Perdarahan saluran cerna, perdarahan pembuluh darah
Loxinic, Mecox, Meloxin, Meluempi, Movi-Cox, otak, ataugangguan perdarahan lainnya.
Mevilox, Mexpharm, Mobiflex, Moxam, Moxic, Moxic
Forte, Relox, Velcox, Vitracox, X-Cam, Ostelox PERHATIAN
KANDUNGAN Riwayat penyakit saluran pencernaan, gangguan fungsi
hati atau ginjal, penyakit hati, dehidrasi, hipertensi, asma,
Meloxicam / Meloksikam tablet 7.5mg
usia lanjut.
Meloxicam / Meloksikam tablet 15mg
Meloxicam / Meloksikam Suppost 15mg
Meloxicam / Meloksikam cairan injeksi 10mg/ml
Lanjut ...
EFEK SAMPING
Gangguan saluran pencernaan, edema, nyeri, pusing, sakit kepala, anemia, nyeri sendi, nyeri pada
punggung dan pinggang, insomnia (susah tidur), infeksi saluran nafas, gatal-gatal, ruam, sering buang
air kecil, infeksi saluran kemih.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau
lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan
hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan
alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
DOSIS
Osteoartritis : 7,5 mg sekali sehari, memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi 15 mg sekali sehari.
Artritis reumatoid : 15 mg sekali sehari , memungkinkan untuk dikurangi menjadi 7,5 mg sekali
sehari.
Pasien dengan resiko tinggi : dosis awal 7,5 mg sekali sehari.
Gagal ginjal : maksimal 7,5 mg sekali sehari.
PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pasien Geriatri adalah penderita dengan usia 60 tahun keatas, memiliki
karakteristik khusus antara lain menderita beberapa penyakit akibat
ganguan fungsi jasmani dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial.
Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam pembuatan atau
peresepan obat : Diagnosis dan patofisiologi penyakit, Kondisi organ tubuh,
Farmakologi klinik obat (Boedi, 2006).
Peran tim medis dalam pemberian obat terdapat 4 fase, yaitu : Fase
Perawatan Intensif (Intensive Care), Fase Perawatan Antara (Intermediate
Care), Fase Perawatan Sendiri (Self Care), dan Fase Rawat Jalan (Day
Care).
Contoh obat untuk pasien lansia, antara lain : captopril, amitriptylin,
allopurinol, meloxicam.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai