Anda di halaman 1dari 62

MATA KULIAH

FARMAKOLOGI
“DAFTAR NAMA OBAT GENERIK”

DI SUSUN OLEH:
RISMAWATI
NIM : 201301211

DOSEN PEMBIMBING : SUKMAWATY

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2016/2017
NAMA OBAT GENERIK

A. PUSKESMAS RALLA dan RSUD BARRU

1. PARACETAMOL
Komposisi:
tiap tablet mengandung paracetamol 500mg

tiap 5 ml sirup mengandung Paracetamol 120 mg

Cara Kerja Obat;


analgesik-antipiretik. sebagai analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang
rangsang sakit. sebagai antipiretik diduga bekerja langsung pada pusat pengatur
panas di hipotalamus
indikasi:
meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala,sakit gigi dan menurunkan
demam
kontra indikasi:
 penderita gangguan fungsi hati yang berat
 penderita hipersensitif terhadap obat ini

posologi atau dosis

tablet;

dewasa : 1 tablet 3-4 kali sehari

anak-anak : 6-12: 1/2 -1 tablet 3-4 kali sehari

atau sesuai petunjuk dokter

sirup;

1 sendok takar (5 ml)

0-1 tahun : ½ sendok takar 3-4 kali sehari

1-2 tahun : 1 sendok takar 3-4 kali sehari

2-6 tahun : 1-2 sendok takar 3-4 kali sehari

6-9 tahun : 2-3 sendok takar 3-4 kali sehari

9-12 tahun : 3-4 sendok takar 3-4 kali sehari

Penyimpanan ;

simpan di tempat sejuk 150- 250 C dan kering


Efek Samping Obat:

Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati dan
reaksi hipersensitivitas. hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit
ginjal. bila setelah 2 hari demam tidak turun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi unit kesehatan .penggunaan obat ini pada penderita
yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati

2. CAPTOPRIL
Komposisi:
captopril tablet 12,5 mg: tiap tablet mengandung captopril 12,5 mg
captopril tablet 25 mg: tiap tablet mengandung captopril 25 mg
captopril tablet 50 mg : tiap tablet mengandung captopril 50 mg
Farmakologi:
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim pengubah
pengubah angiotensin- I menjadi Angiotensin-II . captopril mencegah terjadinya
perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensi-II salah satu senyawa yang dapat
menaikkan tekanan darah. captopril dan metabolitnya diekskresikan terutama
urin. Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi
ginjal dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan kebersihan kreatinin.

Indikasi:
1. pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. pada hipertensi berat digubakan
bila terapi standar tidak efektif atau tidak dapat di gunakan
2. pengobatan gagal jantung kongesti, digunakan bersama dengan diuretik dan
bila mungkin dengan digitalis.

Kontraindikasi:

1. penderita yang hipersensitif terhadap captopril atau penghambat ACE lainnya


( misalnya pasien mengalami angiodema selama pengobatan dengan
penghambat ACE lainnya).
2. wanita hamil atau yang berptensi hamil
3. wanita yang menyusui
4. gagal ginjal
5. stenosis aortik

Efek Samping Obat:

1. protenuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin


2. Idionsinkratik, rashes, terutama pruritus
3. Neutropenia,anemia, trombositopenia.
4. hipotensi
Interaksi Obat:

1. obat-obat imonosupresan dapat menyebabkan diskrasia darah pada pengguna


Captopril dengan gagal ginjal.
2. suplement potassium atau obat diuretik yang mengandung potassium, dapat
terjadi peningkatan yang berarti pada serum potassium.
3. probonesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari Captopril
4. obat antiinflamasi non streoid, dapat mengurangi efektifitas antihipertensi.
5. obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi Captopril
6. Captopril di laporkan bekerja sinergis dengan vasodilator perifer seperti
minoxidil.

Dosis atau Cara Pemakaian:

1. Hipertensi Ringan – Sedang


 Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis Pemeliharaan 25 mg, 2 kali
sehari, yang dapat di tingkatkan selang 2-4 minggu, hingga diperoleh
respon yang memuaskan.
 Dosis maksimum 50 mg, 2 kali sehari. Diuretik tiazida dapat ditambahkan
jika belum diperoleh respon yang mmuaskan. dosis diuretik dapat
ditambahkan selang 1-2 minggu hingga diperoleh respon optimum atau
dosis maksimum dicapai.
2. Hipertensi Berat
 Dosis awal 12,5 mg, 2 kaali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap
menjadi maksimum 50 mg, 3 kali sehari. Captopril harus digunakan
bersama obat anti hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian. Dosis
captopril jangan melebihi 150 mg sehari
3. Gagal Jantung
 Captopril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk
mengontrol gejala-gejala. Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat
meminimalkan efek hipotensis sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2-3
kali sehari. dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling sedikit 2
minggu. Dosis maksimum 150 mg sehari
4. Usia Lanjut
 Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan
menurunnya fungsi ginjal atau organ lain pada penderita usia lanjut.
5. Anak-anak
 Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan
perhari dalam 2-3 dosis tergantung respon.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu kamar ( 25-300C), terlindung dari cahaya.


3. DEXAMETHASONE

Komposisi:

Dexamethasone 0,5 mg

Cara Kerja Obat;

Dexamethasone adalah golongan adrenokortikosteroid sintetik “ long acting” yang


terutama mempunyai efek glukokortikoid dan mempunyai aktivitas antiinflamasi,
antialergi, hormonal dan efek metabolik. pada dosis terapi tidak ada efek
mineralokortikoid sehingga retensi natrium sedikit atau bahkan tidak ada, juga
eksresi kalium minimal. pada tingkat molekuler, di duga glukortokoid
mempengaruhi sintesa protein, pada proses transkripsi RNA. Dexamethasone
diabsorbsi melalui selauran cerna.

Indikasi:

1. insupisiensi adrenokortikal primer atau sekunder, hiperplasia adrenal bawaan,


tiroiditis non supuratif, hiperkalsemia karena kanker
2. tinitis alergi perenial, asma bronkial, dermatitis kontak, dermatitis atopi, serum
sisckness, reaksi hipersensitivitas obat.
3. penyakit mata karena peradangan atau alergi dan bukan disebabkan oleh virus.
4. sebagai terapi tambahan untuk pemberian jangka pendek seperti pada: atritis
psoriatik, atritis reumatik, atritis rematoid “juvenille”
5. systemic lupus erythematosus (sle), karditis rematik akut.
6. pempigus, dermatitis herpetiformis bulosa, eritema multiformis yang berat
(steven’s johnson syndrom”).
7. sarkoidosis.
8. edema serebral
9. efek untuk edema tipe pasogenik seperti yang diakibatkan oleh tumor otak,
khususnya metastase dan gelioblastoma.
10. mungkin bermanfaat pada : anemia hemolitik idiopatik dan otoimun.
11. nekrosis hepatik subakut, hepatitis cronik aktif otoimun.

kontra indikasi :

1. Infeksi fungsi sistemik


2. herpes simpleks okuler.
3. penderita yang sensitif terhadap obat tersebut dan komponennya.

posologi atau Dosis :

dewasa:

1. dosis awal bervarasi :0,75-9 mg/ hari,2-4 x sehari atau tergatung berat
rigannya penyakit.
2. pada penyakit ringan, dosis < 0,75 mg.
3. pada penyakit berat, dosis > 9 mg.

Efek Samping Obat

1. muskuloskletal
otot lemas, miopati streoid, kehilangan massa otot, osteoporosis, kompresi
fraktur vertebral, fraktur patologik pada tulang panjang, dan osteonekrosis.
2. saluran pencernaan
tukak lambung dengan kemungkinan perforasidan pendarahan, pankreatitis,
distensi bdominal dan esofagus ulseratif.
3. Dermatologi
impaired wound healing, thin fragile skin, eritema pada wajah dan keringat
bertambah.
4. Sistem Saraf
kejang, tekanan intrakranial bertambah dengan edema papil, vertigo dan sakit
kepala.
5. gangguan cairan dan elektrolit
6. retensi natrium dan cairan (edema) jarang terjadi karena hanya sedikit
mempunyai efek mineralokortikoid. edema ini dapat terjadi pada pasien yang
terganggu kecepatan glomerulusnya.
7. hipokalemia, hipertensi dan gagal jantung bawaan.
8. endokrin
menstruasi tidak teratur, penekanan pertumbuhan pada anak-anak insufisiensi
adrenal sekunder khususnya pada waktu stres sperti trauma dan pembedahan.
9. metabolisme karbohidrat dan lemak pemakaian steroid ini pada penderita
diabetes dapat meningkatkan glukoneogenesis dan mengurangi sensitivitas
oleh insulin. pada pasien normal metabolisme karbohidrat dan lemak tidak
dipengaruhi.
10. Pada Mata
katarak subkapsuler posterior,kadang-kadang tekanan intraokuler
bertambah,glaukoma dan eksoftalmos.
11. Metabolik
kesimbangan nitrogen negatif karna katabolisme protein.
12. Reaksi Hipersensitivitas
reaksi nafilaktif jarang terjadi

Peringatan dan Perhatian

 kepekaan terhadap infeksi pada penderita yang mendapat kartikosteroid tidak


bersifat spesifik untuk bakteri atau fungsi patogen tertentu. Bila terjadi
infeksi dosis tetap dipertahankan atau ditambah, dan harus di lakukan
pengobatan yang terba ik terhadap infeksi tersebut.
 penggunaan kortikosteroid jangka panjang mungkin mengakibatkan katarak
subkapsular pasterior, glaukoma dengan kemungkinan kesrussakan pada
saraf mata dan dapat meningkatkan infeksi okuler sekunder karena fungsi
dan virus.
 kortikosteroidtidak dianjurkan pada wanita hamil trismester pertama karena
kemungkinan bayi yang baru lahir menderita gejala hipoadrenalisme.
 tidak dianjurkan pemakaian pada ibu menyusui karena kemungkinan
kortikosteroid disekresikan kedalam air susu ibu.
 insufisiensi adrenokortikal sekunder karena pemakaian obat ini mungkin
dapat dikurangi dengan menurunkan dosis secara bertahap.
 pemakaian asetosal bersama-sama dengan kortikosteroid tidak dianjurkan
pada penderita hipoprotrombinemia.
 pemakain obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu penyakit
infeksi.
 pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
 kortikosteroid tidak dianjurkan pada penderita kolitis ulseratif non spesifik,
jika ada kecenderungan perforasi, abses dan infeksi piogenik lain,
diverticulitis, fresh intestinal anastomeses,peptic ulcer, renal insufisiensi,
hipertensi, osteoporosis, myasthenia gravis.
 tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah 6 tahun, amati secara hati-hati pada
anak-anak dan bayi yang memakai kortikosteroid dalam jangka panjang
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kontra Indikasi:

1. anti bakterial : Rifampisin mempercepat metabolisme kortikosteroid.


2. anti diabetik : antagonis terhadap efek hipoglikemia.
3. anti epilepsi : carbamazepine, phenobarbitone, phenytoin dan primidone
mempercepat metabolisme terhadap efek hipotensif.
4. anti hipertensi : antagonisme terhadap efek hipertensif
5. barbituraf : mempercepat metabolisme kortikosteroid
6. diuretika : antagonisme terhadap efek diuretika acetazolamide, loop diuretika
dan thiazide menambah resiko hipokalemia
7. antagonisme hormon : aminoglutetimide mempercepat metabolisme
dexamethasone
8. ulcer healing drug : carbonexolone menambah resiko hipoglikemia.

Kemasan:

BOX, 10 Strip @ 10 tablet

Botol Plastik @ 1000 tablet

Penyimpanan :

Simpan di tempat sejuk (15-250C) dan kering


4. DEXTROMETHORPHAN

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung dekstromethorphan hidrobromida 15 mg

Tiap sendok takar ( 5 ml) sirup mengandung dekstrometrophan hidrobromida 10 mg

Cara Kerja Obat:

merupakan penekanan batuk non opiat yang bekerja secara sentral dengan jalan
meningkatkan ambang rangsang refleks batuk.

Indikasi:

untuk meringankan batuk yang tidak berdahak ayau yang menimbulkan rasa sakit.

Dosis:

Tablet;

Dewasa dan diatas 12 tahun : 1 tablet, 3 kali sehari

Anak 6-12 tahun : ½ tablet, 3 kali sehari

atau menurut petunjuk Dokter

Sirup;

Anak 2-6 tahun : ½ sendok takar, 3-4 kali sehari

Anak 7-12 tahun : 1 sendok takar, 3-4 kali sehari

13 tahun keatas : 2 sendok takar, 3-4 kali sehari

Peringatan dan Perhatian

1. tidak dianjurkan untuk anak-anak di bawah 2 tahun, kecuali diatas petunjuk


dokter,
2. hati-hati untuk penderita dalam keadaan mengantuk, debil dan hipoksia
( kekurangan oksigen )
3. hati-hati bila digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
4. dapat menyebabkan depresi pernapasan dan susunan saraf pusat pada penggunaan
dengan dosis besar atau pada pasien dengan gangguan fungsi pernapasan misal:
asma, emfisema

Efek Samping Obat:

 mengantuk
 mual
 pusing
 konstipasi

Kontraindikasi:

penderita hipersensitif terhadap obat ini.

Interaksi Obat:

dapat terjadi rangsangan SSP dan depresi pernapasan yang berat pada peberian
bersamaan dengan penghambat MAO.

Cara Penyimpanan:

simpan di tempat sejuk ( 15-250C ) dan kering.

5. ZINC

Komposisi:

Tiap tablet dispersibel mengandung zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg

Cara Kerja Obat:

1. pengobatan diare bersama oralit bertujuan untuk mencegah atau mengobati


dehidrasi dan untuk mencegah kekurangan nutrisi
2. pemberian zinc bersama oralit sesegera mungkin setelah terjadi diare akan
mengurangi lama dan tingkat keparahan dari dehidrasi. setelah itu diare berhenti,
berikan zinc secara kontinyu untuk menggantikan kandungan zinc yang hilang.
resiko anak akan mengalami diare kembali dalam waktu 2-3 bulan ke depan dapat
berkurang.

Indikasi:

Zinc 20 mg merupakan pelengkap untuk pengobatan diare anak di bawah 5 tahun,


diberikan bersama larutan oralit.

Dosis:

 Bayi 2-6 bulan : ½ tablet dispersibel ( zinc 10 mg ) di berikan setiap hari selama
10 hari berturut-turut ( bahkan ketika diare telah berhenti)
 anak 6 bulan – 5 tahun : 1 tablet dispersibel ( zinc 20 mg ) diberikan setiap hari
selama 10 hari berturut-turut ( bahkan ketika diare telah berhenti ).
 jika terjadi muntah dalam waktu ½ jam setelah peberian obat, berikan lagi obat
yang masih baru.

Cara Penggunaan:

1. letakkan tablet pada sendok 5 ml


2. tambahkan air minum hangat secukupnya ( atau ASI)
3. jangan menggunakan air teh
4. biarkan tablet terlarut ( sekitar 30 detik )
5. berikan pada anak

Peringatan dan Perhatian:

1. tidak adaa peringatan khusus pada penggunaan zinc sulfate dalam dosis ini
2. selama diare masih berlamgsung, selain diberikan suplemen zinc, juga diberikan
oralit. Para ibu menyusui dianjurkan untuk tetap menyusui atau meningkatkan
frekuensi menyusui pada anak selama dan setelah diare.

Efek Samping Obat

1. toksisitas zinc secara oral pada dewasa dapat terjadi akibat supan zinc dosis >
150 mg/hari ( kurang lebih 10 kali dosis yang dianjurkan) selama priode yang
lama.
2. dosis yang tinggi zinc untuk periode lama dapat menyebabkan penurunan
konsentrasi lipoprotein dan absorpsi tembaga.

Interaksi Obat:

jika diberikan bersamaan dengan zat besi, direkomendasikan untuk memberikan


zinc terlebih dahulu yaitu beberapa jam sebelum memberikan zat besi.

Cara Penyimpanan:

simpan di tempat kering, dibawah 300C.

6. IBUPROPEN 400 mg

Komposisi:
tiap tablet salut selaput mengandung IBUPROPEN 400mg
Cara Kerja Obat;
ibupropen adalah golongan obat anti inflamasi nonsteroid yang mempunyai efek
anti inflamasi, analgesik dan antipiretik. obat ini menghambat prostaglandin dan
dengan kadar 400 mg atau lebih digunakan dimana rasa nyeri dan inflamasi
merupakan gejala utama.

Indikasi:
karena efek analgsik dan anti inflamasi maka dapat digunakan untuk meringankan
gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi dan non sendi , juga dapat
digunakaan untuk meringankan gejala akibat trauma otot dan tulang/sendi
( trauma musculoskeletal). karena efek analgesiknya maka dapat digunakan untuk
meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri padaa dismonere
primer ( nyeri haid) , nyeri sakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi
sakit kepala.

Kontra Indikasi:
1. penderita dengan ulkus peptikum ( tukak lambung dan duodenum) yang berat
dan aktif.
2. penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen dan obat anti
inflamasi non steroid lain.
3. penderita sindroma polip hidung, angiodema dan penderita di mana bila
menggunakan asetosal atau obat anti inflamasi non steroid lainnya akan timbul
gejala asma, rinitis dan urtikaria.
4. kehamilan 3 bulan terakhir.

Posologi atau Dosis:

Dewasa;

1. untuk analgesik dan anti inflamasi ( rematik tulng, sendi dan non sendi trauma
otot dan tulang sendi).
Dosis yang dianjurkan sehari 3-4 kali 400mg, pada permulaan pemakaian
sebaiknya menggunakan dosis minimum yang efektif yaitu 400 mg 3-4 kali
sehari.
2. untuk analgesik : Dosis yang dianjurkan 200 mg sampai 400 mg 3-4 kali
sehari.

Efek Samping Obat:

1. walaupun jaarang terjadi, tetapi dapat menimbulkan efek sebagai berikut :


gangguan saluran pencernaan termasuk mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri
lambung atau rasa panas pada perut bagian atas, perdarahan lambung.
2. juga pernah dilaporkan terjadi ruam kulit, penyempitan bronkus
( bronchopasme) tombositopenia ( penurunan sel pembeku darah)

Peringatan dan Perhatian

1. pada uji klinik dosis yang lebih besar dari 400 mg tidak lebih efektif dibanding
dosis 400 mg.
2. tidak boleh melibihi dosis yang dianjurkan.
3. penggunaan ibuprofen harus hati-hati pada penderita: lupus eritematosus
sistemik, gangguan fumgsi hati dan ginjal.
4. karena ibuprofen dapat menyebabkan penyempitan bronkus ( bronkospasme)
maka hati-hati pada penderita asma.
5. karena pernah dilaporkan terjadi retensi air dan oedema, maka hati-hati pada
penderita yang pernah menderita gagal jantung.
6. pada umumnya perdarahan pada lambung dan atau ulcer atau perforasi pada
pasien usia lanjut akan lebih berat.
7. tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui.
8. penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat
terjadi, tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila obat dihentikan. Apabila
terjadi gangguan penglihatan maka obat harus segera dihentikan dan
memerikasakan mata ke dokter.

Cara Penyimpanan:

simpan pada suhu kamar 25-300C

7. GLIBENCLAMIDE

Komposisi:
Tiap tablet mengandung GLIBENCLAMIDE 5 mg

Cara Kerja Obat:


menurunkan konsentrasi glukose darah dengan stimulasi sekresi insulin dari
sel beta pangkreas.

Indikasi:
Diabetes mellitus ringan atau sedang “ maturity onset” tanpa komplikasi yang
tidak responsif dengan diet saja.
Dosis: Tergantung Individual
1. dosis awal 2,5 mg-5 mg/hari sesama makan pagi ( beberapa penderita dengan
1,25 mg telah responsif).
2. bila perlu, sesudah 7 hari, dosis dinaikkan dengan 2,5 mg perminggu sampai
mencapai dosis yang cukup (maksimal 20 mg/hari).
3. dosis lebih dari 10 mg di bagi 2 kali pemberian. pada usia lanjut dan gangguan
fingsi hati, dosis perlu lebih rendah.

Kontra Indikasi:

1. pada penderita non-diabetik dengan glikosuria ginjal.


2. padaa penderita diabetik ketoasidosis.
3. DM dengan komplikasi : demam, trauma, gangren.
4. wanita hamil, hipersensitif, penderita penyakit hati dan ginjal yang parah.
5. DM tergantung insulin ( type I atau juvenil onset diabetes)
6. gangguan fungsi adrenocortikoid yang serius.

Efek Samping Obat:

1. reaksi hipoglikemia
2. efek gastrointestinal : mual, muntah, gastritis
3. reaksi aalergi kulit : pruritus, aritema, urtikaria dan morbiliform.
4. hepatitis ( jarang)
5. gangguan penglihatan bersifat sementara pada awal pengobatan.
6. agranulocytosis, pancytopenia, anemia hemolytic ( jarang).

Peringatan dan Perhatian:

1. keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.


2. reaksi hipoglikemia dapat terjadi pada pemberian dosis tinggi.
3. kemampuan konsentrasi bagi pengendara motor dan operator mesin masih
dapat terganggu.
4. tidak dianjurkan pemakaian pada wanita hamil kecuali keuntungan yang dapat
lebih besar dari resiko yaang ditimbulkan.
5. obat diberikan segera sebelum makan/sarapan.

Interaksi Obat:

1. efek hipoglikemia ditingkatkan oleh sulfonamide, ace inhibitor, clofibrate,


cyclophosphamide, disopyramide, fenfluramin, fluxetine, quanetidine,
probeneric, antibakteri quinolone, sulphypyrazone, tetracycline atau
dihilangkan oleh clonidine, corticosteroid, diazoxide, diuretik, glucagon,
laxatve, asam nicotinat ( dosis tinggi), oral kontrasepsi, derivat phenothiazine,
phenytoin, hormon thyroid.
2. dengan mikonazol menyebabkan hipoglikemia berat.

Cara Penyimpanan:

simpan pada suhu kamar 25-300 C

8. CIMETIDINE

Komposisi:
Tiap tablet mengandung simetidine 200 mg

Cara Kerja Obat:


cimetidine adalah antihistamin penghambat reseftor H2, secara selektifdan
reversibel. pengambat reseptor H2 ini akan berakibat pada penghambatan sekresi
asam lambung baik pada kondisi basal, maupun setelah perangsang oleh
makanan, histamin, pentagastrin, insulin dan kafein.

Indikasi:
cimetidine digunakan untk pengobatan tukak lambung dan duodenum, refluks
esopagitis dan kondisi patologi karena hipersekresi, seperti sindroma Zollinger-
Ellison dan mastositosis sistemik.

Posologi atau Dosis:


Dewasa:
tukak duodenum : 300 mg 4 kali sehari pada waktu makan dan saat akan tidur
malam, atau 400 mg, 2 kali sehari pada pagi hari dan saat akan tidur malam, dosis
pemeliharaan 400 mg sehari saat akan tidur malam.
tukak lambung dan kondisi patologi karean hipersekresi : 300 mg 4 kali sehari
pada waktu makan dan saat akan tidur malam.
refluks esofagitis : 800 mg 2 kali sehari atau 400 mg 4 kali sehari, selama 12
minggu.
Anak-anak:
20-40 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi.

Peringatan dan Perhatian:


 penggunaan pada penderita dengan gangguan hati, ginjal dan pada usia lanjut,
dapat timbul rasa gelisah yang akan kembali normal 3-4 hari setelah
pengobatan dihentikan.
 penggunaan pada wanita hamil hanya bila sangat diperlukan dan pemberian
ASI harus dihentikan selama penggunaan obat ini.
 tidak dianjurkan untuk anak di bawah 16 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.

Efek Samping Obat:

Diare, pusing, sakit kepala, samnolen, dan ginekomastia.

Kontra Indikasi:

penderita yang hipersensitif terhadap cimetidina.

Interaksi Obat:

antasida yang mengurangi ketersediaan hayati simetidine sekitar 25%,


sebaiknya diberikan sekurang-kurangnya 1 jam setelah penggunaan obat ini.

Tempat Penyimpanan:

Simpan pada suhu 15-300c, terlindung dari cahaya.

Kemasan:

cimetidine 200 mg. Dus strip @ 10 tablet.

9. PYRANTEL

Komposisi:
tiap tablet mangandung pirantel pamoat setara dengan pirantel 124 mg.

Cara Kerja Obat:


pirantel pamoat melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa
penghambat neuromuskular dan mengeluarkannya dari dalam tubuh, biasanya
tanpa memerlukan pencahar.

Indikasi :
untuk pengobatan kecacingan yang disebabkan oleh parasit-parasit saluran
pencernaan berikut, baik tunggal maupun campuran :
a. cacing kremi ( enterobius vermucularis)
b. cacing gelang ( ascaris lumbricoides)
c. cacing tambang ( ancylostoma duodenale)
d. cacing Trichoctrongylus colubriformis dan orientalis.

Dosis:

takaran kaptab 125 mg untuk 1 kali pengobatan

a. umur 2-6 tahun jumlah kabtap sekali minum 1-2 kabtap


b. umur 6-12 tahun jumlah kabtap sekali minum 2-3 kabtap
c. umur > 12 tahun jumlah kabtap sekali minum 3-4 kabtap

Peringatan dan Perhatian:

1. hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi hati


2. tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun karena keamanan
penggunaannya belum banyak diketahui.
3. sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil karena keamanan penggunaan
pada wanita hamil belum pernah diteliti.

Efek Samping Obat:

Anoreksia , mual, muntah, diare, sakit kepala,, pusing, rasa mengantuk, rash.

Kontraindikasi:

penderita hipersensitif

Interaksi Obat:

dengan pepirazin sitrat memberikan efek antagonis.

Overdosis:

belum pernah dilaporkan kasus overdosis. jika terjadi overdosis dilakukan kuras
lambung dangan pengobatan suportif.

Penyimpanan:

simpan di bawah 300c dan tempat kering, terlindung dari cahaya.


10. AMOXICILIN

Komposisi:
tiap 5 ml sirup kering mengandung amoksisilin trihidrat
setara dengan amksisilin anhidrat : 125 mg
tiap kapsul mengandung amoksisilin trihidrat
setara dengan amoksisilin anhidrat : 250 mg
tiap kaplet mengandung amoksisilin trihidrat
setara dengan amoksisilin anhidrat : 500 mg

Cara Kerja Obat:

amoksisilin adalah turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana
asam lambung. amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik pada saluran
pencernaan, tidk tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama dieksresikan
dalam bentuk tidak berubah-ubah di dalam urun. eksresi amoksisilin dihambat
saat pemberian bersamaan dengan probenecid, sehingga di perpanjang efek
terapi. amoksisilin aktif terhadap bakteri gram psitif dan negatif.

Indikasi:

infeksi yang disebabkan oleh strain-strain bakteri yang peka:

 infeksi kulit dan jaringan lunak : stafilokokus bukan penghasil penisillinase,


streptokokkus, E. coli.
 infeksi saluran pernafasan : H. influenzae, streptokokus, S. pneumoniae,
stafilokokus bukan penghasil penisilinase, E. coli.
 infeksi saluran genitourinary : E.coli, P. mirabilis dan streptokokus faecalis
 gonore : N. gonorrhoae ( bukan penghasil penisilinae)

Kontra Indikasi:

Penderita hipersensitif atau mempunyai riwayat hipersensitif terhadap


antibiotik beta-laktam ( penisili, sefalosporin)

Dosis:

1. dewasa dan anak-anak dengan berat badan > 20 kg : 250-500 mg tiap 8 jam
2. anak-anak dengan berat badan ≤ 20 kg : 20-40 mg/kg BB sehari dalam dosis
bagi tiap 8 jam.
3. untuk penderita dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan pengurangan dosis.
4. pada penderita yang menerima dialisis peritoneal, dosis maksimum yang
dianjurkan 500 mg/hari.
5. gonokokkus uretritis : amoksisilin 3 gram sebagai dosis tunggal.
6. anak-anak dengan berat badan ≥ 8 kg sebaiknya diberikan sediaan sirup
kering.
Efek Samping Obat:

1. Reaksi kepekaan seperti erythemasosus maculopapular rashes, utrikaria, serum


sickness.
2. reaksi kepekaan yang serius dan fatal adalah anaphylaxis terutama terjadi pada
penderita yang hipersensitif terhadap penisilin.
3. gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare
4. reaksi-reaksi hematologikal ( biasanya bersifat reversibel).

Peringatan dan Perhatian:

1. hati-hati pda pemberian obat ini pada penderita leukemia limphatik, karena
kepekaan terhadap rash kulit yang disebabkan penisilin.
2. dapat menyebabkan terjadinya kolitis yang berat.
3. sebelum pengobatan dengan amoksisilin harus dilakukan pemeriksaan reaksi
kepekaan terhadap penisilin.
4. amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan
menyusui.
5. pengobatan dengan amoksisilin dalam jangka waktu lama harus disertai
dengan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah
6. dapat menimbulkan super inpeksi ( biasanya penyebabnya enterobacterium,
pseudomonas, S. aureus, Candida). bila terjadi hal tersebut , hentikan
pengobatan dan berikan alternatif lain.
7. untuk penderita gagal fungsi ginjal, monitoring tingkat plasma dan urin harus
dilakukan, serta dilakukan penyesuaian dosis.
8. jangan gunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi
karena amoksisilin oral tidak menembus kedalam cairan serebrospinal atau
sinorial.

Interaksi Obat:

1. probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang level darah dari


amoksisilin.
2. penggunaan bersamaan allopurinol dapat menyebabkan peningkatan terjadinya
reaksi kulit.

Penyimpanan :

simpan di tempat sejuk 12-250c , kering dan terlindung dari cahaya .

11. FUROSEMIDE

Komposisi:
tiap taablet mengandung furosemide 40 mg
Cara Kerja Obat:
furosemide adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik.
mekanisme kerja furesemide adalah menghambat penyerapan kembali natrium
oleh sel tubuli ginjal. furosemide meningkatkan penegluaran air,
natrium,klorida,kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal.
pada penggunaan per-oral furosemide dieksresikan bersama urin dan feses.

Indikasi:
furosemide efektif untuk pengobatan berbagai edema seperti : edema karena
gangguan jantung , edema yang berhubungan dengan gangguan ginjal, sirosis
hati, juga digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dn sedang.

Dosis:

edema dan hipertensi pada orang dewasa dan anak-anak:

 dewasa : sehari 1-2 kali 1-2 tablet, maksimum 5 tablet sehari.


untuk pemeliharaan tablet selang 1 hari
 anak-anak : sehari 1-3 mg/kg BB/hari, maksimum 40 mg/hari.

Kontra Indikasi:

1. pasien dengan defisiensi kalium, glomerulonepritis akut, insufisiensi ginjal


akut, wanita hamil muda dan pasien hepersensitif terhadap furosemide.
2. anuria
3. ibu menyusui

Efek Samping Obat:

1. efek samping jarang terjadi relatif ringan seoerti mual, muntah, diare, rash
kulit, pruritus dan kabur penglihatan. pemakaian furosemide dengan dosis
tinggi atau pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan elektrolit.
2. hiperglikemia
3. reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema multiform
4. gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia, thrombositipenia.

Peringatan dan Perhatian:

1. pemberian furosemide pada pasien diabetes melitus : gula darah dan urin harus
diperiksa secara teratur
2. pemberian perlu pengawasan ketat dan dosis harus disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. dianjurkan untuk memulai dengan dosis kecil
4. perlu dilakukan pemerikasaan berkala terhadap susunan elektrolit untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan.
5. hindari penggunaan padaa penderita pulmonary oedema dan tekanan darah
menurun sebagai akibat dari infark miocard, diuresis berlebihan karena dapat
menimbulkan syok.
6. pasien harus melapor bila terjadi gejala penurunan level serum kalium ( diare,
muntah,anoreksia).
7. penderita yang diketahui sensitif terhadap sulfonamida dapat menunjukkan
reaksi alergi dengan furosemide.

Interaksi Obat:

dapat diberikan bersamaan glikosida jantung harus ingat bahwa pada keadaan
kekurangan kalium kepekaan miocardium terhaadap digitalis meningkat.
pemberian bersamaan glucocorticoid mengurangi efek steroid. Furosemide
meningkatkan efek nefrotoxic dari beberapa antibiotika seperti golongan
amino-glikosida. karena itu hati-hati pemberian pada penderita yang mendapat
antibiotika golongan aminoglikosida.

Cara Penyimpanan:

simpan pada suhu kamar 25-300c

12. KETOROLAC

Injeksi

komposisi :

KETOROLAC 10 mg

Tiap ampul (1 ml) mengandung ketorolac tromethamine 10 mg

KETOROLAC 30 mg

Tiap ampul (1 ml) mengandung ketorolac tromethamine 30 mg

Indikasi :

Untuk penatalaksanaan nyeri akut yang berat jangka pendek (< 5 hari).

Dosis dan cara pemberian :

1. Injeksi bolus intravena diberikan dalam waktu minimal 15 detik.


Pemberian intramuskular dilakukan dalam dan perlahan.
2. Untuk pengobatan intramuskular jangka pendek, diberikan dosis 30-60
mg, dan kemudian dengan dosis 15-30 mg/6 jam, jika diperlukan.
3. Dosis maksimum yang diberikan dalam sehari adalah 120 mg. Untuk
meringankan rasa sakit derajat sedang pasca-operasi diberikan dosis 30 mg
dan dosis 90 mg dapat diberikan untuk pasien dengan nyeri berat.
4. Durasi maksimum pengobatan dengan ketorolac adalah selama 5 hari.

Kontraindikasi :

1. Hipersensitif terhadap ketorolac tromethamine dan pernah


menunjukkan reaksi alergi terhadap aspirin atau obat AINS lainnya.
2. Pasien dengan atau yang mempunyai riwayat ulkus peptikum akut,
perdarahan saluran cerna atau perforasi.
3. Penderita gangguan ginjal berat atau berisiko menderita gagal ginjal.
4. Pasien yang diduga menderita perdarahan serebrovaskular, diatesis
hemoragik.
5. Pasien yang sedang mengalami proses persalinan.
6. Ibu menyusui.
7. Mendapatkan obat AINS lainnya dan probenecid.
8. Tidak boleh diberikan secara intratekal atau epidural.

Peringatan dan perhatian :

Hati-hati jika digunakan pada pasien yang sedang menjalani terapi antikoagulan
atau dengan hemofilia, pasien dengan gangguan hemostasis (efek pada
hematologi), penderita penyakit jantung, gagal ginjal akut, hipertensi atau kondisi
lain yang berhubungan dengan retensi cairan, kegagalan fungsi hati atau memiliki
riwayat gangguan hati dan anak-anak yang berusia kurang dari 16 tahun.

Efek samping :

Ulkus, perdarahan saluran cerna dan perforasi, hemoragis pasca bedah, gagal
ginjal akut, reaksi anafilaktoid, dan gagal hati.

Kemasan :

KETOROLAC 10 mg. Kotak, 10 ampul 10 mg/ml @ 1 ml.

KETOROLAC 30 mg. Kotak, 10 ampul 30 mg/ml @ 1 ml

13. OMEPRAZOLE

Persediaan :

Omeprazole 20 mg
Omeprazole vial 40 mg
Omeprazole ampul 10 ml pelarut
Komposisi:

Tiap ml mengandung:

Omeprazole sodium 42,6 mg

setara dengan omeprazole 40 mg

Farmakologi:

Omeprazole secara reversibel mengurangi sekresi asam lambung dengan menghambat


secara spesifik enzim lambung pompa proton H+/ K+- ATPase dalam sel parietal.

Secara kimiawi, dideskripsikan sebagai 5-methoxy-2(4-methoxy-3,5-dimethyl-


2pyridinyl)methyl]sulfinyl]-1H-benzimidazole. Omeprazole sodium diabsorpsi
dengan cepat. 95% omeprazole sodium terikat pada protein plasma. Omeprazole
dimetabolisme secara sempurna terutama di hati, sekitar 80% metabolit diekskresi
melalui urin dan sisanya melalui feses.

Indikasi:

Merupakan terapi pilihan untuk kondisi-kondisi berikut yang tidak dapat menerima
pengobatan peroral: ulkus duodenum, ulkus gaster, esofagitis ulseratif dan sindrom
Zolinger-Ellison.

Kontraindikasi:

Omeprazole dikontraindikasikan untuk pasien yang diketahui hipersensitivitas


terhadap obat ini atau bahan lain yang terdapat dalam formulasi.

Dosis dan cara pemberian:

1. Omeprazole intravena hanya boleh digunakan jika pemberian secara peroral tidak
memungkinkan, contohnya pada pasien yang sakit parah. Dosisnya 40 mg, sehari
sekali.
2. Dosis untuk terapi sindrom Zollinger-Ellisonharus disesuaikan dengan respon tiap
individu.
3. Larutkan OMEPRAZOLE injeksi dengan 10 ml pelarut (10 ml/ampul), dan tidak
boleh digunakan cairan infus lainnya. Berikan dalam waktu tidak kurang dari 2,5
menit. Berikan dengan kecepatan tidak lebih dari 4 ml/menit.
4. Tidak diperlukan penyesuaian dosis untuk OMEPRAZOLE injeksi pada kasus
gangguan hati, fungsi ginjal, dan pasien usia lanjut. Tidak ada pengalaman
penggunaan OMEPRAZOLE injeksi pada anak-anak.

Cara pelarutan:

1. Serbuk OMEPRAZOLE injeksi hanya boleh direkonsitusi dengan pelarut yang


tersedia, tidak boleh menggunakan pelarut yang lain. Perubahan warna dapat
terjadi jika dilakukan teknik rekonstitusi yang tidak benar.
2. Ambil 10 ml pelarut dari dalam ampul menggunakan syringe.
3. Tambahkan 10 ml pelarut ke dalam vial OMEPRAZOLE injeksi secara perlahan
dan pastikan syringe sudah benar-benar kosong.
4. Putar dan kocok vial untuk mencampur serbuk omeprazole dan pelarut.
5. Larutan injeksi intravena yang sudah direkonstitusi harus segera digunakan.
Stabilitas larutan OMEPRAZOLE injeksi setelah direkonstitusi adalah 4 jam pada
suhu di bawah 25°C.

Peringatan dan perhatian:

1. Sebelum memberikan omeprazole kepada pasien yang menderita ulkus gaster,


kemungkinan adanya malignansi harus disingkirkan terlebih dahulu, karena
omeprazole dapat menutupi gejala dan menunda penegakan diagnosis.
2. Omeprazole menghambat metabolisme beberapa obat yang dimetabolisme melalui
sistem enzim sitokrom P450 hati dan dapat meningkatkan konsentrasi plasma
diazepam, phenytoin, dan warfarin.
3. Gangguan fungsi hati

Pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati memperlihatkan peningkatan


bioavailabilitas secara nyata, pengurangan bersihan total dalam plasma dan
perpanjangan waktu paruh sampai dengan 4 kali lipat. Bagaimanapun urinary
recovery selama 96 jam tetap tidak berubah, mengindikasikan tidak ada akumulasi
omeprazole atau metabolitnya. Dosis normal omeprazole sebesar 20 mg per hari
dapat digunakan pada pasien dengan penyakit hati berat.

4. Penggunaan pada wanita hamil

Belum ada penelitian terkontrol atau yang adekuat pada wanita hamil.
Omeprazole hanya boleh diberikan pada wanita hamil jika penggunaannya
dipertimbangkan penting.

5. Penggunaan pada wanita menyusui

Walaupun omeprazole diekskresi dengan konsentrasi rendah dalam air


susu tikus betina menyusui, tidak diketahui apakah omeprazole atau metabolitnya
terdapat dalam air susu manusia. Oleh karena itu penggunanan omeprazole selama
menyusui tidak direkomendasikan.

Efek samping:

Omeprazole pada umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping berikut dilaporkan
terjadi pada individu yang mendapat terapi omeprazole pada situasi klinik terkontrol:
sakit kepala, diare, nyeri abdomen, mual, muntah, infeksi saluran nafas atas, vertigo,
ruam, konstipasi, batuk, astenia, nyeri tulang belakang, dan lain-lain. Kebanyakan
efek samping bersifat ringan dan sementara dan tidak ada hubungan yang konsisten
dengan pengobatan.
Interaksi obat:

Omeprazole dimetabolisme melalui sistem sitokrom P450 hati dan dapat berinteraksi
secara farmakokinetik dengan obat lain yang juga dimetabolisme dengan sistem yang
sama. Tidak terdapat interaksi dengan theophylline atau propanolol diduga karena
omeprazole hanya berinteraksi dengan obat-obat tertentu yang dimetabolisme dengan
sistem sitokrom P450. Sampai saat dilakukan penelitian ini, omeprazole hanya
berinteraksi dengan diazepam, phenytoin, dan warfarin.

Diazepam:

Pemberian berulang omeprazole 40 mg peroral sekali sehari meningkatkan waktu


paruh eliminasi diazepam sebanyak 130%, sebagai akibatnya terjadi peningkatan
konsentrasi plasma diazepam yang bermakna. Harus dipertimbangkan untuk
mengurangi dosis diazepam bila diberikan bersamaan dengan omeprazole.

Phenytoin:

Pemberian omeprazole oral 40 mg per hari selama 7 hari mengurangi bersihan


phenytoin dalam plasma yang diberikan secara intravena dan meningkatkan waktu
paruh eliminasi sebanyak 27%. Dianjurkan untuk memantau konsentrasi phenytoin
dalam plasma pada pasien yang mendapat terapi omeprazole bersamaan dengan
phenytoin.

Warfarin:

Pemberian bersamaan omeprazole 20 mg per oral pada relawan sehat menyebabkan


sedikit peningkatan konsentrasi enansiomer-R warfarin dalam plasma yang bermakna
secara statistik. Tidak ada pengaruh terhadap konsentrasi plasma enansiomer-S
warfarin yang lebih poten. Terjadi sedikit peningkatan aktivitas antikoagulan dari
warfarin yang menyertai interaksi stereoselektif, namun bermakna secara statistik.
Dianjurkan untuk memantau tes koagulasi secara ketat pada saat memulai atau
menghentikan terapi omeprazole pada pasien yang juga diberi terapi warfarin.

Ketoconazole:

Absorpsi beberapa obat dapat dipengaruhi akibat penurunan keasaman di dalam


lambung. Oleh karena itu dapat diperkirakan bahwa absorpsi ketoconazole akan
berkurang pada saat terapi omeprazole, sebagaimana halnya pada saat terapi dengan
penghambat sekresi asam lainnya atau antasida.

Overdosis:

Sampai saat ini belum ada pengalaman overdosis yang disengaja dan tidak terlihat
adanya indikasi bahwa omeprazole menimbulkan efek toksik yang akut pada manusia.
Dalam semua kasus di mana dicurigai adanya overdosis, terapi harus bersifat suportif
dan simtomatik.
Kemasan dan nomor registrasi:

Kotak. 1 vial 40 mg serbuk injeksi + 1 ampul @ 10 ml pelarut injeksi; GKL


1105045544A1

Harus dengan resep dokter

Penyimpanan:

Simpan pada temperatur di bawah 25ºc, terlindung dari cahaya

14. ALPRAZOLAM

Tablet

Komposisi :

ALPRAZOLAM 0,25

Tiap tablet mengandung: Alprazolam 0,25 mg

ALPRAZOLAM 0,5

Tiap tablet mengandung: Alprazolam 0,5 mg

ALPRAZOLAM 1,0

Tiap tablet mengandung: Alprazolam 1,0 mg

Indikasi :

Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan ansietas yang berhubungan
dengan depresi.

Kontraindikasi :

Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepin.

Glaukoma sudut sempit akut.

Miastenia gravis, insufisiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesi psikosis
kronik.

Anak dan bayi prematur.

Dosis dan cara pemberian :

Dewasa:

 0,25-0,5 mg, 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat dinaikkan dengan interval 3-4
hari hingga maksimum 4 mg sehari dalam dosis terbagi.
 Untuk pasien lanjut usia, debil (lemah) dan gangguan fungsi hati berat:
 0,25 mg, 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu.

Peringatan dan perhatian :

1. Dapat terjadi ketergantungan, hindari pemakaian jangka panjang.

2. Jangan digunakan sebagai pengobatan tunggal pada pasien depresi atau


kecemasan dengan depresi.

3. Pasien penyakit hati dan ginjal kronik, penyakit pernafasan, kelemahan otot dan
riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, penderita kelainan kepribadian yang
nyata.

4. Hati-hati pemakaian pada penderita insufisiensi pulmonary kronik.

5. Selama menggunakan obat ini dilarang mengendarai atau mengoperasikan


mesin.

6. Wanita hamil dan menyusui

7. Pemakaian pada anak di bawah usia 10 tahun tidak diketahui keamanannya


dengan pasti.

Efek samping :

1. Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi, light-headedness,


bingung, halusinasi, pandangan kabur.

2. Jarang terjadi: sakit kepala, insomnia, reaksi paradoksikal, tremor, hipotensi,


gangguan gastrointestinal, ruam, perubahan libido, menstruasi tidak teratur,
retensi urin, diskrasia darah dan ikterus.

Interaksi obat :

1. Efek ditingkatkan oleh depresan saraf pusat, alkohol dan barbiturat.

2. Ekskresi dihambat oleh simetidin.

Kemasan :

ALPRAZOLAM 0,25. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.

ALPRAZOLAM 0,5. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.

ALPRAZOLAM 1,0. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.

Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar (25-30°c), terlindung dari cahaya.

15. SALBUTAMOL
Komposisi:

Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 2 mg.

Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 4 mg.

Tiap sendok takar (5ml) mengandung salbutamol sulfat 2,41 mg setara dengan
salbutamol 2 mg.

Cara kerja obat:

1. Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang selektor B2


adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi
AMP siklikdengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase.

2. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan
terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan dengan isoprenalin , salbutamol
bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil
maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit
jantung atau tekanan darah tinggi.

Indikasi:

Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial , bronkitis kronis dan
emphysema.

Kontra indikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.

Dosis :

Tablet :

Dewasa (>12 tahun) : 2 – 4 mg , 3-4 kali sehari.

Dosis dapat dinaikkan secara berangsur.

Utuk lansia diberikan dosis awal yang lebih rendah .

Anak- anak :

2- 6 tahun : 1-2 mg, 3-4 kali sehari.

6 – 12 tahun : 2 mg, 3-4 kali sehari.

Sirup :

Dewasa (>12 tahun) :1-2 sendok ( 5- 10 ml), 3-4 kali sehari.

2-6 tahun : ½ - 1 sendok ( 0,25-0,5 ml), 3-4 kali sehari.


6 – 12 tahun : 1 sendok ( 5 ml ), 3-4 kali sehari.

Efek samping:

Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping yang serius. Pada
pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet (biasanya
pada tangan), palpitasi, kejang otot , takikardia,sakit kepala dan ketegangan. Efek ini
terjadi pada semua perangsang adrenoreseptor beta. Vasodilator periver,
gugup,hiperaktif,epitaxis (mimisan),susah tidur.

Peringatan dan perhatian :

1. Hati-hati bila diberikan pada penderita thyrotoxicosis, hipertensi, gangguan


kardiovaskuler, hipertiroid, dan diabetes mellitus.

2. Meskipun tidak terdapat bukti teratogenitas sebaiknya penggunaan salbutamol


selama kehamilan trimester pertama, hanya jika benar-benar diperlukan.

3. Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui karena kemungkinan diekskresikan


melalui air susu.

4. Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun karena keamanannya belum
diketahui dengan pasti.

5. Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu dimonitor kadar gula darah.

Interaksi obat:

1. Efek salbutamol dihambat oleh β2- antagonis.

2. Pemberian bersamaan dengan monoamin oksidase dapat menimbulkan hipertensi


berat.

3. Salbutamol dan obat-obatan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak


bisa diberikan bersamaan.

Overdosis:

Tanda-tanda over dosis adalah tremor dan tachycardia. Pemberian suatu alpha-
adrenergic bloker melalui injeksi intravena dan suatu beta-blocking agen peroral pada
kasus asmaticus karena resiko konstriksi bronkus. Hypokalemia.

Cara penyimpanan:

Tablet: simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

Sirup : Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar (15-30°C).

Kemasan:
Salbutamol 2 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet

No.Reg. GKL8920903310A1

Salbutamol 4 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet

No.Reg. GKL8920903310B1

Salbutamol 2 mg/5ml sirup, botol @ 100 ml

No.Reg. GKL0920936937A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

INDOFARMA

Bekasi-Indonesia

16. METHYLPREDNISOLONE

Komposisi:

METHYLPREDNISOLONE 4 mg

Tiap tablet mengandung Metilprednisolon 4 mg

METHYLPREDNISOLONE 8 mg

Tiap tablet mengandung Metilprednisolon 8 mg

METHYLPREDNISOLONE 16 mg

Tiap tablet mengandung Metilprednisolon 16 mg

Farmakologi:

Metilprednisolon adalah glukokortioid turunan prednisolon yang mempunyai efek


kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Metilprednisolon tidak
mempunyai aktivitas retensi natrium seperti glukokortikoid yang lain.

Indikasi:

Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi dan peradangan


pada kulit dan saluran pernafasan tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia
sehubungan dengan kanker.

Kontraindikasi:

1. Infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersensitif.


2. Pemberian kortikosterooid yang lama merupakan kontraindikasi pada ulkus
duodenum dan peptikum, osteoporosis berat, penderita dengan riwayat penyakit
jiwa, herpes.

3. Pasien yang sedang diimunisasi.

Dosis:

Dewasa:

Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari 4 mg - 48 mg per hari,


dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.

Dalam multiple sklerosis:

Oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1
bulan.

Anak-anak:

Insufisiensi - adrenokortikal:

Oral 0,117 mg/kg bobot tubuh atau 3,33 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari
dalam dosis terbagi tiga.

Indikasi lain:

Oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg - 50 mg per m2 luas
permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4.

Efek samping:

Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam
dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, resistensi
terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan
darah, katarak, gaangguan pertumbuhan pada anak-anak, insufisiensi adrenal, cushing
syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

Peringatan dan perhatian:

1. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali memang benar-
benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang ketika hamil menerima
terapi kortikosteroid ini harus diperiksa. Kemungkinan adanya gejala
hipoadrenalism.

2. Pasien yang menerima terapi kortikosteroid ini dianjurkan tidak divaksinasi


terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi,
untuk mencegah kemungkinan bahaya komplikasi neurologi.
3. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak, karena penggunaaan jangka
panjang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC latent atau Tuber Culin
Reactivity perlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali
penyakit yang dapat terjadi.

5. Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien dengan hipotiroidi dari


cirrhosis.

6. Tidak dianjurkan penggunaan pada penderita ocular herpes simplex, karena


kemungkinan terjadi perforasi corneal.

7. Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu penyakit
infeksi.

8. Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap


penyakit infeksi.

Interaksi obat:

1. Berikan dengan makanan untuk meminumkan iritasi gastrointestinal.

2. Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik


lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.

3. Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan penyesuaian


dosis.

4. Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain


terutama yang mendapat dosis.

Kemasan dan Nomor Registrasi:

METHYLPREDNISOLONE 4 mg : Kotak, 10 blister @ 10 tablet: No. Reg.


GKL0305035210A1

METHYLPREDNISOLONE 8 mg : Kotak, 10 blister @ 10 tablet: No. Reg.


GKL0305035210B1

METHYLPREDNISOLONE 16 mg : Kotak, 10 blister @ 10 tablet: No. Reg.


GKL0305035210C1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Penyimpanan :

Simpan pada suhu kamar (25-30)0c, terlindung dari cahaya


17. ASAM MEFENAMAT

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.

Indikasi:

Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Dosis:

1. Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg
kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
2. Dismenore. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi
ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
3. Menoragia. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi
dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

Efek samping:

1. Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus,
mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan
kabur, vertigo, dispepsia.
2. Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat
mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.

Kontraindikasi:

1. Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan
hipersensitif terhadap asam mefenamat.
2. Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan
peradangan saluran cerna.

Interaksi Obat:

Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.

Cara Penyimpanan:

Simpan di tempat sejuk dan kering.

Kemasan:

Tersedia dalam kemasan : Asam Mefenamat 500 mg tablet, 1 blister @ 10 tablet.


18. ASAM TRANEKSAMAT

Bentuk Sediaan :

Kapsul 250 mg,

Tablet 500 mg,

Injeksi 50 mg/ml

Farmakologi :

Asam traneksamat diabsorbsi dari saluran cerna dengan konsentrasi plasma puncak
tercapai setelah 3 jam. Bioavailabilitasnya sekitar 30-50%, didistribusikan hampir ke
seluruh permukaan tubuh dan mempunyai ikatan protein yang lemah. Berdifusi ke
plasenta dan air susu. Waktu paruh eliminasi adalah 3 jam, diekskresikan dalam urin
sebagai obat tidak berubah.

Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor
dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu
asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat
fibrinolisis yang berlebihan.

Indikasi:

1. Fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic hyphaemia, neoplasma tertentu,


komplikasi pada persalinan (obstetric complications) dan berbagai prosedur operasi
termasuk operasi kandung kemih, prostatektomi atau konisasi serviks.
2. Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada angioedema herediter.

Kontraindikasi :

1. Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.


2. Penderita perdarahan subarakhnoid.
3. Penderita dengan riwayat tromboembolik.
4. Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.
5. Penderita buta warna.

Dosis:

1. Fibrinolisis lokal : angioneuritik edema herediter; 1 gram (oral) 2-3 x sehari.


2. Perdarahan abdominal setelah operasi : 1 gram 3 x sehari (injeksi IV pelan-pelan)
pada 3 hari pertama, dilanjutkan pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada
hari ke-4 setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara makroskopis).
Untuk mencegah perdarahan ulang dapat diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari
selama 7 hari.
3. Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia :
4. Sesaat sebelum operasi : 10 mg/kgBB (IV).
5. Setelah operasi : 25 mg/kgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8 hari.

(pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat dilakukan terapi parenteral
10 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3-4 kali)

Dosis lain, Cara Pemberian dan Lama Pemberian :

1. Dosis oral : 1-1.5 gram (atau 15-25 mg/kg) 2 sampai 4 kali sehari.
2. Dosis injeksi intravena perlahan : 0.5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 kali sehari.
3. Dosis infus kontinyu : 25-50 mg/kg setiap hari.
4. Dosis anak : 25 kg/mg melalui oral atau 10 mg/kg melalui intra vena setiap 2
atau 3 kali sehari.

Peringatan dan Perhatian :

1. Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal karena risiko
akumulasi.
2. Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria.
3. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
4. Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi trombosis.
5. Hati-hati pemberian pada anak-anak.

Efek Samping :

1. Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan
hilang bila dosis dikurangi.
2. Hipotensi jarang terjadi.

Interaksi :

 Dengan Obat Lain : Obat yang berfungsi untuk menjaga hemostasis tidak
diberikan bersamaan dengan obat antifibrinolitik. Pembentukan trombus akan
meningkat dengan adanya oestrogen, atau mekanisme antifibrinolitk diantagonis
oleh senyawa trombolisis.
 Dengan Makanan

Stabilitas Penyimpanan :

Disimpan ditempat yang sejuk


19. CEFTRIANXONE INJEKSI

Nama Obat Generik : Ceftriaxone / Seftriakson

Nama Obat Bermerek : Betrix, Biotriax, Bioxon, Broadced, Brospec, Cefaxon,


Cefriex, cefsix, Ceftrox, Cefxon, Cephaflox, Criax, Ecotrixon, Elpicef, Erocef,
Foricef, Gracef, Intricef, Intrix, Renxon, Rocephin, Socef, Starxon, Terfacef,
Termicef, Tricefin, Trijec, Trixon, Tyason, Zeftrix

Komposisi :

Tiap vial Ceftriaxone mengandung ceftriaxone sodium setara dengan ceftriaxone 1


gram.

Farmakologi (cara kerja obat) :

Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin. Ceftriaxone mempunyai spektrum luas


dan waktu paruh eliminasi 8 jam. Ceftriaxone efektif terhadap mikroorganisme gram
positif dan gram negatif. Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase
yang dihasilkan oleh bakteri.

Indikasi :

1. Indikasi Ceftriaxone adalah infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh


bakteri gram positif maupun gram negatif yang resisten atau kebal terhadap
antibiotika lain :
2. Infeksi saluran pernapasan
3. Infeksi saluran kemih
4. Infeksi gonore
5. Sepsis
6. Meningitis
7. Infeksi tulang dan jaringan lunak
8. Infeksi kulit

Dosis:

1. Dewasa dan anak >12 tahun : 1 kali sehari 1-2 g tergantung pada tingkat
keparahan infeksi. Maksimal : 4 g sehari dalam 2 dosis terbagi.
2. Anak berusia 3 minggu-12 tahun : 20 mg/kg BB/hari.
3. Maksimal : 80 mg/kg; Anak 50 kg
4. dosis dewasa harus digunakan; Anak 2 minggu : 20-50 mg/kg BB/hari.
5. Meningitis : 100 mg/kg BB/hari. Maksimal : 4 g/hari. Gonore : 250 mg IM dosis
tunggal.
6. Profilaksis : 1-2 g dosis tunggal 30-90 menit pra operasi.

Kontraindikasi :

Hipersensitif terhadap Ceftriaxone atau sefalosporin lainnya.


Cara penggunaan :

Injeksi intravena dan intramuskuler.

Efek samping :

1. Gangguan pencernaan : diare, mual, muntah, stomatitis, glositis.


2. Reaksi kulit : dermatitis, pruritus, urtikaria, edema, eritema multiforma, dan reaksi
anafilaktik.
3. Hematologi : eosinofil, anemia hemolitik, trombositosis, leukopenia,
granulositopenia.
4. Gangguan sistem syaraf pusat : sakit kepala.

Efek samping lokal :

 iritasi akibat dari peradangan dan nyeri pada tempat yang diinjeksi.
 Gangguan fungsi ginjal : untuk sementara terjadi peningkatan BUN.
 Gangguan fungsi hati : untuk sementara terjadi peningkatan SGOT atau
SGPT.

Peringatan dan perhatian :

Pada penyakit ginjal dan gangguan hepar, konsentrasi seftriakson dalam plasma harus
tetap dimonitor. Seftriakson tidak diperbolehkan untuk wanita hamil. Pada
penggunaan jangka lama profil darah harus diperiksa secara teratur.

Kemasan :

Ceftriaxone, Kota, 2 Vial @ 1 g.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu dibawah 25ºC, terlindung dari cahaya.


20. RANITIDIN 150 MG

Persediaan :

Ranitidin 150 mg

Komposisi:

Ranitidin 150 mg tablet salut selaput, tiap tablet mengandung Ranitidin HCl setara
dengan Ranitidin 150 mg.

Farmakologi:

1. Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja


histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung.
2. Pada pemberian IM/IV kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat
50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut
bertahan selama 6–8 jam.
3. Pada pemberian oral Ranitidin diabsorpsi 50% setelah pemberian oral.
Konsentrasi puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg.
Absorpsi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh makanan dan antasida. Waktu
paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral.
4. Ranitidin diekskresi melalui urin.

Indikasi:

1. Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif,
mengurangi gejala refluks esofagitis.

2. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.

3. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison


dan mastositosis sistemik).

4. Ranitidin injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus dua belas jari yang sulit diatasi atau
sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang
tidak bisa diberi Ranitidin oral.

Dosis:

HARUS DENGAN RESEP DOKTER.

1. 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah
makan malam atau sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.

2. Tukak lambung aktif. 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2
minggu.
3. Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung.
Dewasa : 150 mg, malam hari sebelum tidur.

4. Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger – Ellison, mastositosis sistemik).


Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh
dokter berdasarkan gejala klinik yang ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing penderita. Dosis hingga 6 g sehari dapat
diberikan pada penyakit yang berat.

5. Refluks gastroesofagitis. Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.

6. Esofagitis erosif. Dewasa : 150 mg, 4 kali sehari.

7. Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif. Dewasa : 150 mg, 2 kali


sehari.

8. Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal. Bila bersihan kreatinin < 50
mL / menit : 150 mg / 24 jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-
hati setiap 12 jam atau kurang tergantung kondisi penderita.

9. Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidin yang terdistribusi.

Kemasan:

Tersedia dalam kemasan : Ranitidin 150 mg tablet salut selaput, 1 strip @ 10 tablet
salut selaput.

Kontraindikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidin.

Efek Samping:

 Sakit kepala.

 Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia,


vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.

 Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia,


atrioventricular block, premature ventricular beats.

 Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan :


pankreatitis.

 Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia.

 Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada


beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia,
trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan.
 Endokrin : ginekomastia, impoten dan hilangnya libido pernah dilaporkan pada
penderita pria.

 Kulit, jarang dilaporkan : ruam, eritema multiforme, alopesia.

 Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasma, demam,


eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam
kreatinin serum.

Peringatan dan Perhatian:

1. Umum : pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap


Ranitidin, tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung.

2. Karena Ranitidin diekskresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidin harus


disesuaikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

3. Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidin di metabolisme


di hati.

4. Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut.

5. Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui.

6. Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti.

7. Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan
penderita usia dewasa.

8. Pemberian pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.

Interaksi Obat:

1. Ranitidin tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati.

2. Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu


protrombin.

Overdosis:

Gejala-gejala overdosis antara lain, pernah dilaporkan : hipotensi, cara berjalan yang
tidak normal.

Cara Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 30 derajat celcius, di tempat kering dan terlindung dari
cahaya.

Kemasan:
Tersedia dalam kemasan : Ranitidin 150 mg tablet salut selaput, 1 strip @ 10 tablet
salut selaput.

21. CTM (Chlorpheniramine Maleat)

Komposisi:

Tiap tablet mengandung: Chlorpheniramine maleat 4 mg

Farmakologi:

 Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu
antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk).
Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur
dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun
campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk
rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat.
 CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek
samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui
mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin
dalam tubuh manusia.
 CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus
dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin
endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995)
disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam
lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
 Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat
dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi
yang lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan
istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan
pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau
obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.
 Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM
merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah
sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor
histamin.

Indikasi:

Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.

Kontraindikasi:

Serangan asama akut, bayi prematur


Dosis:

 Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.


 Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
 Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.

Efek Samping:

Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek muskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus,
eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, kelainan darah

Peringatan dan Perhatian:

Jangan mengemudi kendaraan bermotor/mengoperasikan mesin. Glaukoma sudut


sempit, hamil, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokalpada krteks serebri. sensisitifas
silang

Penyimpanan:

Simpan di tempat yang kering dan tertutup rapat

22. ANTASIDA DOEN

Suspensi, Tablet Kunyah

Komposisi:

Suspensi

Tiap sendok takar (5 ml) mengandung :

Alluminium Hidroksida : 200 mg

Magnesium Hidroksida : 200 mg

Tablet Kunyah

Alluminium Hidroksida : 200 mg

Magnesium Hidroksida : 200 mg

Cara kerja obat:

1. Kombinasi Alluminium Hidroksida dengan Magnesium Hidroksida merupakan


antasid yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin,
sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin
berkurang.
2. Disamping itu , efek laksatif dari Magnesium Hidroksida akan mengurangi efek
konstipasi dari Alluminium Hidroksida.
Indikasi:

Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung,


tukak lambung, gastritis, tukak usus duabelas jari dengan gejala-gejala seperti mual,
nyeri lambung, nyeri ulu hati, perasaan penuh pada lambung.

Kontra indikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap Alluminium dan Magnesium.

Dosis:

Diminum 1-2 jam setelah makan dan menjelang tidur.

Untuk suspensi : kocok dahulu sebelum dipakai.

Untuk tablet : sebaiknya dikunyah dahulu.

Dewasa : 1-2 sendok teh atau 1-2 tablet, 3-4 kali sehari.

Anak-anak 6-12 tahun : ½ - 1 sendok teh atau ½ -1 tablet, 3-4 kali sehari.

Efek samping:

Konstipasi, diare, mual, muntah.

Perhatian:

1. Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, karena
dapat menimbulkan hipermagnesia ( peningkatan kadar magnesium dalam
darah ).
2. Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas
petunjuk dokter.
3. Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti simetidin atau
antibiotika tetrasiklin, harap diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.
4. Tidak dianjurkan diberikan pada anak umur dibawah 6 tahun, kecuali atas
petunjuk dokter, karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
5. Hati-hati pemberian pada penderita diet rendah fosfor karena pada
pemakaian lama dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.

Interaksi obat:

Mengurangi absorpsi tetrasiklin dan simetidin oral.

Kemasan:

Antasida Doen suspensi :

Botol dengan isi bersih 60 ml

No.Reg.: GBL9922229733A1
Antasida Doen tablet kunyah :

Dus isi 10 blister @ 10 tablet / Het : Rp. 2.187 per blister

No.Reg.: GBL9922227963A2

Penyimpanan:

Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya

23. DOPAMIN

Sediaan:

Injeksi (Ampul) 10 mg/ml, 20 mg/ml, 40 mg/ml

Cara Kerja Obat:

Dopamine adalah agen vasopressor dan inotropic. Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke ginjal dan
digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tak mampu memompa
cukup darah.

Indikasi:

Memperbaiki keseimbangan hemodinamik pada kondisi sindroma syok terhadap


infark miokardial, trauma, syok sepsis, operasi terbuka gagal jantung, gagal ginjal dan
serangan jantung kronis.

Kontraindikasi:

Hipersensitif terhadap sulfit (sediaan yang mengandung natrium bisulfit), takiaritmia,


phaeochromocytoma, fibrilasi ventrikular.

Dosis:

Infus I.V (pemberiannya memerlukan pompa infus) :

1. Bayi : 1-20 mcg/kg/menit, infus kontinyu , titrasi sampai respon yang diharapkan

2. Anak-anak : 1-20 mcg/kg/menit, maksimum 50 mcg/kg/menit, titrasi sampai


respon yang diharapkan.

3. Dewasa : 1-5 mcg/kg/menit sampai 20 mcg/kg/menit, titrasi sampai respon yang


diharapkan. Infus boleh ditingkatkan 4 mcg/kg/menit pada interval 10-30 menit
sampai respon optimal tercapai.

4. Jika dosis > 20-30 mcg/kg/menit diperlukan, dapat menggunakan presor kerja
langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin).
Peringatan dan Perhatian:

1. Hipovolemia harus diperbaiki sebelum pengobatan dilakukan.

2. Hindari pada pasien dengan pheochromocytoma atau hipertiroidisme dan


kemunculan tachyarrhythmias atau fibrilasi ventrikular.

3. Gunakan dengan hati-hati dan dalam dosis rendah pada pasien dengan syok
secondary terhadap MI, pasien dengan riwayat peripheral vascular disease (PVD)
berisiko meningkatkan kemungkinan terkena ischemia akut.

Efek Samping:

1. Sering : denyut ektopik, takikardia, sakit karena angina, palpitasi, hipotensi,


vasokonstriksi, sakit kepala, mual, muntah, dispnea.

2. Jarang : bradikardia, aritmia ventrikular (dosis tinggi), gangrene, hipertensi,


ansietas, piloereksi, peningkatan serum glukosa, nekrosis jaringan (karena
ekstravasasi dopamin), peningkatan tekanan intraokular, dilatasi pupil, azotemia,
polyuria.

Penympanan:

Simpan pada suhu kamar 25-300C, terlindung dari cahaya

24. VITAMIN B KOMPLEKS

Deskripsi:

Vitamin B kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari asupan makanan yang
dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin ini. Selain itu
vitamin B kompleks juga tidak dapat disimpan secara baik didalam tubuh, maka
asupan secara reguler sangat dianjurkan agar tidak kekurangan vitamin B kompleks.

Komposisi:

Tiap tablet mengandung:

1. Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi,


kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat.

2. Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker,


mencegah migren serta katarak.

3. Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien,
membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada
persendian.
4. Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme,
mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal,
terutama dalam proses pembentukan hormon.

5. Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan
gejala hipertensi, asma serta PMS.

6. Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat,
pembentukan kuku serta rambut.

7. Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia


dan pembentukan hemoglobin.

8. Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan


sel darah merah.

9. Unsur lain yang juga terdapat dalam vitamin B kompleks adalah choline, inositol
dan asam para aminobenzoic.

Indikasi:

1. Untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin B Kompleks.

2. Kurang nafsu makan.

Kontraindikasi:

(tidak ada)

Dosis:

1 – 3 tablet per hari.

Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk (15-25 derajat celcius) dan kering terlindung dari cahaya.

25. CEFADROXIL 500 MG

Kapsul

OBAT ANTIBIOTIK

Komposisi:

Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara dengan


cefadroxil 500 mg.
Indikasi:

Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme yang sensitif seperti: - Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis,
faringitis, pneumonia, otitis media. - Infeksi kulit dan jaringan lunak. - Infeksi saluran
kemih dan kelamin. - Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.

Kontra Indikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.

Cara Kerja:

Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian


oral.

Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus
(termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.

Dosis:

Dewasa:

Infeksi saluran kemih:

 Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari dalam dosis
tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam
dosis terbagi.
 Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis
terbagi.

Infeksi saluran pernafasan:

 Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
 Infeksi sedang sampai berat, 1 – 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk
faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g
sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal
selama 10 hari.

Anak-anak:

 Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 – 50 mg/kg BB sehari
dalam dua dosis terbagi.
 Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 – 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua
dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic,
pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.
Efek Samping:

 Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis
pseudomembran.
 Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
 Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan
transaminase.

Interaksi Obat:

 Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas sefalosporin


terhadap ginjal.
 Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga memperpanjang dan
meningkatkan konsentrasi obat dalam tubuh.
 Alkohol dapat mengakibatkan Disulfiram-like reactions, jika diberikan 48 – 72
jam setelah pemberian sefalosporin.

Cara Rekonstitusi Suspensi:

 Tambahkan 45 ml air minum, kocok sampai suspensi homogen.


 Setelah 7 hari suspensi yang sudah direkonstitusi tidak boleh digunakan lagi.

Cara Penyimpanan:

Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar (15 - 30ºC).

Kemasan: Kotak 5 strip @ 10 kapsul

26. TETRACYCLINE

Kapsul

OBAT ANTIBIOTIK

Komposisi:

Tetracycline 250 mg Kapsul

Tiap kapsul mengandung: Tetrasiklin HCl 250 mg.

Tetracycline 500 mg Kapsul

Tiap kapsul mengandung: Tetrasiklin HCl 500 mg.

Indikasi:

Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi
saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga
untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia,
gonore dan tahap tertentu pada sifilis.

Kontra Indikasi:

Penderita yang peka terhadap obat-obatan golongan Tetrasiklin. - penderita gangguan


fungsi ginjal (pielonefritis akut dan kronis).

Cara Kerja Obat:

Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai spektrum luas dan bersifat
bakteriostatik, cara kerjanya dengan menghambat pembentukan protein pada bakteri.

Efek Samping:

1. Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang terjadi superinfeksi


bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan kandidiasis.
2. Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare.
3. Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis.
4. Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan
eosinofilia.

Peringatan dan Perhatian:

1. Hendaknya diminum dengan segelas penuh air +/- 240 ml untuk meminimkan
iritasi saluran pencernaan.
2. Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan terakhir sampai anak
berusia 8 tahun, karena menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kuning dan
terganggupertumbuhan tulang.
3. Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,dapat
menimbulkan efek komulasi.
4. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati, wanita
menyusui.
5. Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam waktu 1 - 3 jam
setelah penggunaan Tetrasiklin.

Dosis:

Dewasa: 4 kali sehari 250 mg - 500 mg.

Lama pemakaian:

Kecuali apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pengobatan dengan Tetracycline
kapsul hendaknya paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman
penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan untuk mencegah terjadinya
resistansi bakteri terhadap tetrasiklin.
Anak-anak di atas 8 tahun: sehari 25 - 50 mg/kg berat badan dibagi dalam 4 dosis,
maksimum 1 g.

Diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.

Interaksi Obat:

1. Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion kalsium, magnesium, besi


dan aluminium. Maka sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan tonikum-
tonikum yang mengandung besi atau dengan antasida berupa senyawa aluminium,
amgnesium. Susu mengandung banyak kalsium, sehingga sebaiknya tidak
diminum bersamaan dengan susu.
2. Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin atau
sefalosporin.
3. Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin secara oral.
4. Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin, sehingga proses
pembekuan akan tertunda.

Cara Penyimpanan:

Simpan di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.

27. NORAGES

Komposisi :

Tiap sendok takar (5 ml) NORAGES sirup mengandung:

Metamizole sodium ...................................................... 250 mg

Tiap 1 ml NORAGES drops mengandung:

Metamizole sodium ...................................................... 250 mg

Tiap 1 ml NORAGES injeksi mengandung:

Metamizole sodium …………………………………….…........………….. 500 mg

Farmakologi :

1. NORAGES mengandung Metamizole sodium suatu senyawa yang memiliki efek


analgesik.
2. NORAGES injeksi dapat diberikan secara IV, hal ini memungkinkan untuk
mendapatkan efek analgesik yang kuat untuk berbagai kondisi.
3. Metamizole merupakan suatu derivat metansulfonat Aminopirin. Pengaruhnya
terhadap susunan saraf pusat dan perifer. Secara sentral diduga bekerja pada
hipotalamus dan secara perifer menghambat pembentukan prostaglandin di tempat
inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik
atau kimiawi.

Indikasi :

 NORAGES sirup dan drops diindikasikan untuk:

Meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan sakit setelah dioperasi.

 NORAGES injeksi diindikasikan untuk:

Mengatasi nyeri berat akut dan kronis seperti pada keadaan penyakit rematik,
sakit kepala, sakit gigi atau adanya tumor. Nyeri setelah kecelakaan atau
sehabis operasi.

Mengatasi nyeri berat yang disebabkan oleh spasme otot polos baik itu akut
dan kronis seperti pada spasme otot, kolik pada saluran pencernaan, saluran
empedu, ginjal dan saluran kemih bagian bawah.

Kontraindikasi :

- Hipersensitif terhadap Metamizole, derivat pirazolone dan komponen obat


lainnya.

- Wanita hamil dan menyusui.

- Penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg.

Efek Samping :

 Efek samping yang utama dari NORAGES adalah reaksi hipersensitivitas.


 Yang paling berat adalah diskrasia darah (agranulositosis, lekopenia,
trombositopenia) dan syok, kedua reaksi ini jarang terjadi akan tetapi dapat
mengancam jiwa.
 Tanda-tanda terjadinya agranulositosis, demam tinggi, menggigil, sakit
tenggorokan, sulit menelan, terjadi peradangan di mulut, hidung, tenggorokan,
juga di sekitar daerah anal dan genital.
 Tanda-tanda akan terjadinya serangan syok, sering terjadi selama penyuntikan:
berkeringat dingin, pusing, stupor, mual, terjadi perubahan pada warna kulit,
kesulitan bernafas.
 Sebagai gejala tambahan dapat terjadi bengkak pada wajah, gatal-gatal,
peningkatan detak jantung, sensitisasi rasa dingin di sekitar tangan dan kaki,
gejala ini dapat terjadi setelah 1 jam pemakaian.
 Apabila salah satu atau lebih dari tanda-tanda tadi diketahui, segera hubungi
dokter untuk diberikan pertolongan secepatnya.
 Serangan asma dapat terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat asma
sebelumnya.
 Efek samping yang lain yaitu reaksi hipersensitif pada kulit dapat berupa:
urtikaria, dan yang terberat adalah sindroma Steven Johnson atau sindroma
Lyell's, apabila terjadi efek samping ini, hentikan segera pemakaian dan konsultasi
ke dokter.

Pengobatan dalam keadaan emergency untuk keadaan syok anafilaktik :

 Suntikkan 1 ml (0,1 mg epinephrine), sambil tekanan darah dan detak jantung


dimonitor, perhatikan adanya gangguan ritme jantung, jika diperlukan dapat
diulang.
 Kemudian suntikkan Glukokortikoid IV, contohnya 250 mg - 1000 mg
methylprednisolone, ulangi jika diperlukan.
 Dosis ini dianjurkan untuk dewasa dengan bobot badan normal, untuk anak-
anak diperlukan pengurangan dosis dan diberikan berdasarkan bobot badan.
 Untuk menyeimbangkan cairan tubuh dapat diberikan pengganti cairan tubuh
(plasma expander).
 Selain itu dilakukan pula pernafasan buatan, inhalasi oksigen dan pemberian
antihistamin.

Over dosis:

Dalam keadaan overdosis bantuan kesehatan sangat diperlukan.

Peringatan Dan Perhatian :

1. Penderita dengan kelainan pembentukan darah.


2. Penderita dengan gangguan asma bronkhial atau penderita dengan infeksi saluran
pernafasan kronis (terutama apabila dikombinasi dengan gejala-gejala: urtikaria
kronis, sering terjadi konjungtivitis dan rhinosinusitis poliposa), dan penderita
yang hipersensitif terhadap obat penghilang rasa sakit dan antirematik (intoleransi
analgesik) berisiko terkena serangan asma atau syok dengan pemberian obat ini.
3. Tidak untuk mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu, lumbago, sakit punggung,
bursitis dan sindroma bahu lengan.
4. Hati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
5. Bila perlu lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan darah pada penggunaan yang
lebih lama dari penggunaan untuk mengatasi rasa sakit akut.
6. Karena dapat menimbulkan agranulositosis yang berakibat fatal, maka sebaiknya
tidak digunakan dalam jangka panjang secara terus menerus.
7. Pada pemakaian jangka lama dapat timbul sindroma neuropati yang akan
berangsur hilang jika obat dihentikan.
8. Obat-obat analgesik tidak boleh digunakan dalam jangka waktu lama, atau dosis
yang tinggi kecuali atas petunjuk dokter atau dokter gigi.
9. Hati-hati penggunaan NORAGES injeksi pada pasien dengan instabilitas aliran
darah seperti pada keadaan infark jantung, multiple injuries dan syok, serta pada
penderita dengan gangguan pembentukan darah seperti pada saat melakukan
terapi sitostatik.
10. Jangan digunakan lebih dari 1 gr sekaligus karena dapat menimbulkan syok.
11. Urine dapat menjadi berwarna kemerahan sebagai hasil metabolisme dari
Metamizole menjadi asam rubazonic, dan hal ini akan hilang setelah pengobatan
selesai.

Interaksi Obat :

1. Pemberian bersamaan dengan cyclosporin, dapat menurunkan kadar cyclosporin, oleh


karena itu diperlukan pengontrolan secara teratur.
2. NORAGES injeksi dan alkohol dapat saling mempengaruhi efek masing-masing.

Dosis Dan Cara Penggunaan :

Dewasa: 2 sendok takar (10 ml) setiap 6 - 8 jam.

Maximum 8 sendok takar (40 ml) sehari.

Anak-anak:

Dosis untuk anak diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:

16 - 23 kg (kira-kira 4 - 6 thn) : ½ - 1½ sendok takar (drops: 0,5-1,5 mL)

24 - 30 kg (kira-kira 7 - 9 thn) : 1 - 2 sendok takar (drops: 0,8-2 mL)

31 - 45 kg (kira-kira 10 - 12 thn) : 1 - 3 sendok takar (drops: 1-3 mL)

46 - 53 kg (kira-kira 13 - 14 thn) : 1½ - 3½ sendok takar (drops: 1,5-


3,5mL)

Sendok takar = 5 ml

Bayi dan Balita:

Dosis untuk bayi dan balita diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:

5 - 8 kg (kira kira 3 - 11 bulan) : drops: 0,05-0,5 mL)

9 - 15 kg (kira kira 1 - 3 tahun) : drops: 0,15-1 mL

Sendok takar = 5 ml

Dewasa dan anak-anak 15 tahun:

Dosis sekali: 2 - 5 ml i.v. atau i.m.

Dosis sehari tidak lebih dari 10 ml.

Pengobatan dalam keadaan emergency untuk keadaan syok anafilaktik:


 Suntikkan 1 ml (0,1 mg epinephrine), sambil tekanan darah dan detak jantung
dimonitor, perhatikan adanya gangguan ritme jantung, jika diperlukan dapat
diulang.
 Kemudian suntikkan Glukokortikoid IV, contohnya 250 mg-1000 mg
methylprednisolone, ulangi jika diperlukan.
 Dosis ini dianjurkan untuk dewasa dengan bobot badan normal, untuk anak-anak
diperlukan pengurangan dosis dan diberikan berdasarkan bobot badan. Untuk
menyeimbangkan cairan tubuh dapat diberikan pengganti cairan tubuh (plasma
expander).
 Selain itu dilakukan pula pernafasan buatan, inhalasi oksigen dan pemberian
antihistamin.

Kemasan :

NORAGES sirup

Dus, isi 1 botol @ 60 mL

No. Reg.: DKL 0815620637A1

NORAGES drops

Dus, isi 1 botol @ 20 mL

No. Reg: DKL 0915620736A1

NORAGES injeksi

Dus isi 5 ampul @ 2 mL

No. Reg. : DKL 0615619543 A1

Cara Penyimpanan :

Simpan pada suhu kamar (25-30) 0C, kering dan terlindung dari cahaya.

28. CEFTAZIDIME

Injeksi

OBAT ANTIBIOTIK

Komposisi:

CEFTAZIDIME 1 g mengandung:

Ceftazidime pentahidrat setara dengan Ceftazidime 1 g

Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain: Infeksi
umum: septicaemia; bacteriaemia; peritonitis; meningitis; penderita ICU dengan
problem spesifik, misalnya luka bakar yang terinfeksi. Infeksi saluran pernapasan
bagian bawah: pneumonia, bronkopneumonia; pleuritis pada paru-paru; emfisema;
bronciectasis yang terinfeksi; abcess pada paru-paru; infeksi paru-paru pada penderita
cystic fibrosis. Infeksi saluran kemih: pyelonephritis akut dan kronis; pyelitis;
prostatitis; berbagai abscess renal Infeksi jaringan lunak dan kulit: celullitis;
erysipelas; abscess; mastitis; luka bakar atau luka lain yang terinfeksi; ulkus pada
kulit Infeksi tulang dan sendi: osteotitis, osteomyelitis; artritis septik; bursitis yang
terinfeksi infeksi abdominal dan bilier cholangitis, cholecystitis; peritonitis;
diverkulitis; penyakit radang pelvic Dialysis Infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan
dialisis haemo dan peritoneal dan CAPD (continous ambulatory peritoneal dialysis).

Kontra Indikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika sefalosporin.

Farmakologi:

Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat


bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri dengan menghambat enzym yang
bertanggung jawab terhadap sintesis dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat
mempengaruhi mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk strain
yang resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu Ceftazidime
sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase, plasmid dan kromosomal yang
secara klinis dihasilkan oleh kuman gram negatif dan dengan demikian Ceftazidime
aktif terhadap beberapa strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.

Dosis:

Dosis umum

Ceftazidime digunakan secara parenteral, dosis tergantung pada tingkat keparahan,


sensitifitas dan tipe infeksi serta usia, berat badan dan fungsi ginjal penderita.

Dewasa:

a. Dosis Ceftazidime yang digunakan untuk orang dewasa adalah 1-6 gram per
hari, dapat diberikan dosis masing-masing 500 mg, 1 g atau 2 g setiap 12 atau
8 jam secara IV atau IM.
b. Untuk infeksi saluran kemih dan infeksi yang kurang serius, dosis 500 mg atau
1 g setiap 12 jam sudah mencukupi
c. Untuk sebagian besar infeksi sebaiknya diberikan dosis 1 g setiap 8 jam atau 2
g setiap 12 jam.
d. Untuk infeksi yang parah terutama untuk penderita “immunocopromised”,
termasuk neutropenia, dapat diberi dosis 2 g setiap 8 jam atau 12 jam.
e. Untuk penderita cystic fibrosis dengan fungsi ginjal yang normal yang
mengalami infeksi paru-paru pseudomonal sebaiknya digunakan dosis 100-
150 mg/kg/hari sebagai dosis terbagi.
f. Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal penggunaan dosis 9 g/hari
masih aman.

Bayi dan anak:

a. Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100
mg/kg/hari, diberikan sebagai dosis terbagi (2-3 kali). Dosis hingga 150
mg/kg/hari (maksimum 6 g sehari) dalam 3 dosis terbagi dapat diberikan pada
anak-anak yang menderita fibrocystic, infected immunocompromised dan
meningitis.

Neonatus dan bayi di bawah 2 bulan

a. Dosis 25-60 mg/kg/hari diberikan dosis sebagai dosis terbagi 2 kali sehari, telah
terbukti efektif. Waktu paruh Ceftazidime pada neonatus dapat 3-4 kali lebih
lama dibandingkan dengan orang dewasa.

Dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

a. Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal secara filtrasi glomeruler. Sehingga


dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan atau
diturunkan.
b. Pada penderita infeksi berat terutama neutropenia yang biasanya mendapatkan
dosis 6 g sehari, ini tidak bisa dilakukan pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal, maka unit dosis pada tabel di atas dapat dinaikkan 50% atau frekuensi
pemberian disesuaikan. Pada penderita ini dianjurkan agar kadar Ceftazidime
dalam serum dipantau dan kadar dalam serum tidak boleh lebih dari 40 mg/liter.
c. Bila hanya ada klirens kreatinin serum, maka rumus (persamaan Cokcroft's) dapat
digunakan untuk mengestimasi klirens kreatinin.
d. Kreatinin serum menunjukkan fungsi ginjal pada keadaan tunak.

Pria:

a. Klirens kreatinin = berat badan (kg) x (140 – usia lanjut) / 72 x kreatinin serum
(mg/dL)
b. Wanita: 0,85 x nilai di atas.

Perubahan kreatinin serum dari u mol liter menjadi mg dL adalah dengan membagi
88,4.

Pada anak-anak klirens kreatinin disesuaikan dengan luas area atau bobot tubuh dan
frekuensi pemberian seperti pada orang dewasa.

Cara pemberian:
Ceftazidime dapat diberikan secara IV dan IM ke dalam masa otot yang besar
misalnya pada daerah gluteus maximus bagian atas atau otot lateral pada paha.

Peringatan dan Perhatian:

Peringatan:

Seperti antibiotika beta-laktam lainnya, sebelum pengobatan dengan Ceftazidime


sebaiknya dilakukan pemeriksaan riwayat reaksi hipersensitifitas terhadap
Ceftazidime, sefalosporin, penisilin dan obat lainnya.

Ceftazidime sebaiknya diberikan dengan perhatian khusus pada penderita dengan tipe
I atau reaksi hipersensitif terhadap penisilin. Bila terjadi reaksi alergi, hentikan
penggunaan obat ini. Reaksi hipersensitif yang serius dapat diatasi dengan efinefrin
(adrenalin), hidrokortison, antihistamin atau pengatasan emergensi lainnya.

Perhatian:

Pemberian sefalosporin dosis tinggi harus hati-hati bila diberikan bersama-sama


dengan obat-obat nefrotoksik seperti aminoglikosida, furosemid, karena kombinasi ini
diduga mempengaruhi fungsi ginjal.

Percobaan klinik menyebutkan bahwa hampir tidak ada masalah pada penggunaan
dosis lazim. Tidak ada bukt bahwa Ceftazidime mempengaruhi fungsi ginjal pada
dosis teurapetik, tetapi perlu dilakukan penurunan dosis untuk penderita gagal ginjal,
karena Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal, yaitu untuk mencegah konsekuensi
klinik akibat peningkatan kadar antibiotik seperti konvulsi.

Tidak ada bukti eksperimental terhadap efek embyophatik dan teratogenik dari
Ceftazidime, tetapi seperti semua obat lainnya maka pemberian obat ini pada masa
awal kehamilan dan awal pertumbuhan janin harus hati-hati.

Efek samping:

Percobaan klinik menyebutkan bahwa Ceftazidime ditoleransi dengan baik. Efek


samping umumnya jarang terjadi termasuk:

Lokal; flebitis atau tromboflebitis pada pemberian IV; rasa sakit atau inflamasi setelah
injeksi IM; hipersensitivitas; rash makulopapular atau urtikarial; fever; angiodema
(sangat jarang); reaksi-reaksi anafilaktik (bronkospase dan atau hipotensi);
gastrointestinal (diare, nausea, nyeri, abdominal, thrust atau kolitis (dangat jarang)).

Efek samping lain yang dikaitkan dengan Ceftazidime termasuk:

- Genito-urinary: candidosis vaginitis

- Susunan saraf pusat: sakit kepala, pusing paraestesia dan rasa tidak enak.
Perubahan sementara terhadap hasil uji laboratorium selama pengobatan dengan
Ceftazidime termasuk eosinofilia, test Coombs' positif tanpa haemolisis, trombositosis
dan sedikit peningkatan enzym hepatik SGOT, SGPT, LDH, GGT dan alkalin
fosfatase,

Interaksi obat:

Pemberian bersama-sama dengan aminoglikosida dapat mengakibatkan inaktivasi.


Bila diberikan bersamaan sebaiknya diinjeksikan pada tempat (bagian tubuh) yang
berbeda. Jangan mencampur kedua obat ini dalam kantong atau botol infus yang
sama.

Dengan vancomycin dapat terjadi pengendapan sehingga untuk pemberian dengan


infus harus dibilas terlebih dahulu bila menggunakan selang yang sama.

Cara Pembuatan Larutan

Penggunaan IM:

untuk vial 1 g, tambahkan 3,0 ml air untuk injeksi.

Penggunaan IV:

untuk vial 1 g, tambahkan 10,0 ml air untuk injeksi

Penyimpanan:

Simpan di tempat kering dan sejuk, suhu di bawah 30ºc. Terlindung dari cahaya

29. AMPICILLIN 125 MG/5ML

OBAT ANTIBIOTIK

Komposisi:

Tiap 5 ml (satu sendok teh) suspensi mengandung Ampisilina Trihidrat setara dengan
Ampisilina Anhidrat 125 mg.

Indikasi:

Ampisilina digunakan untuk pengobatan : Infeksi saluran pernafasan,seperti


pneumonia faringitis, bronkitis, laringitis. Infeksi saluran pencernaan, seperti
shigellosis, salmonellosis. Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa
komplikasi), uretritis, sistitis, pielonefritis. Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap penisilina.


Cara Kerja:

Ampisilina termasuk golongan penisilina semisintetik yang berasal dari inti penisilina
yaitu asam 6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang
bersifat bakterisid.

Secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka terhadap penisilina G
dan bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :

 Kuman gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus dan stafilokokus yang


tidak menghasilkan penisilinase.
 Kuman gram-negatif seperti gonokokus, H. influenzae, beberapa jenis E. coli,
Shigella, Salmonella dan P. mirabilis.

Dosis:

Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan ½ sampai 1 jam sebelum makan.

Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50 ml, kocok
sampai serbuk homogen. Setelah rekonstitusi, suspensi tersebut harus digunakan
dalam jangka waktu 7 hari.

Pemakaian parenteral baik secara i.m. ataupun i.v. dianjurkan bagi penderita yang
tidak memungkinkan untuk pemakaian secara oral.

Cara pembuatan larutan injeksi :

Kemasan Cara pemakaian Penambahan air untuk injeksi

Vial 0,5 g i.m./i.v. 1,5 ml

Vial 1,0 g i.m./i.v. 2,0 ml

Posologi atau Dosis:

Terapi oral

Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg :

Infeksi saluran pernafasan : 250 - 500 mg setiap 6 jam.

Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.

Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang : 50 - 100 mg/kg BB sehari


diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

Pada infeksi yang berat dianjurkan diberikan dosis yang lebih tinggi.

Terapi parenteral

Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg :


Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 250 - 500 mg setiap 6 jam.

Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.

Septikemia dan bakterial meningitis : 150 - 200 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi
setiap 3 - 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3 hari selanjutnya secara i.m.

Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang :

Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 25 - 50 mg/kg BB sehari


dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 50 - 100 mg/kg BB


sehari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.

Septikemia dan bakterial meningitis : 100 - 200 mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi setiap 3 - 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3 hari selanjutnya secara
i.m.

Bayi berusia 1 minggu atau kurang :

25 mg/kg BB secara i.m./i.v. setiap 8 - 12 jam.

Bayi berusia lebih dari 1 minggu :

25 mg/kg BB secara i.m./i.v. setiap 6 - 8 jam.

Efek Samping:

Pada beberapa penderita, pemberian secara oral dapat disertai diare ringan yang
bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus. Umumnya
pengobatan tidak perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih kembali 3 - 5
hari setelah pengobatan dihentikan.

Gangguan pada saluran pencernaan seperti glossitis, stomatitis, mual, muntah,


enterokolitis, kolitis pseudomembran.

Pada penderita yang diobati dengan Ampisilina, termasuk semua jenis penisilina dapat
timbul reaksi hipersensitif, seperti urtikaria, eritema multiform. Syok anafilaksis
merupakan reaksi paling serius yang terjadi pada pemberian secara parenteral.

Cara Penyimpanan:

Simpan di tempat sejuk dan kering.


30. DIAZEPAM (VALIUM)

Sediaan:

Tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg

Injeksi 5 mg/ml

Gel rektal (suposituria) 2 mg, 5 mg, 10 mg, 20 mg

Cara Kerja Obat:

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Diazepam atau biasanya dikenal dengan


Valium merupakan sebuah turunan narkoba. Diazepam disebutkan termasuk dalam
golongan psikotropika. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan
asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat.
Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam.
Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh
bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga
100 jam, tergantung usia dan fungsi hati.

Indikasi:

Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, gangguan kecemasan,


tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot,
tremor, delirium.

Kontraindikasi:

- Penderia hipersensitif

- Bayi dibawah 6 bulan

- Wanita hamil dan menyusui

- Depress pernapasan

- Glaucoma sudut sempit

- Gangguan pulmoner akut

- Keadaan Phobia

Dosis:

 Antiansietas, Antikonvulsan:

Dewasa: 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekali
sehari.

Anak-anak > 6 bulan: 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.


IM, IV (Dewasa): 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu.

 Status Epileptikus:

IV: 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, program pengobatan
ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakan bila rute
IV tidak tersedia).

IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap
2-4 jam.

IM, IV (Anak-anak 1 bulan – 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai


maksimum 5 mg, dapat diulang tiap 2-4 jam.

Rektal (Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).

Rektal (Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.

Rektal (Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg.

 Relaksasi Otot Skelet

Dewasa: 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kali
sehari. 2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat
lemah.

IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat
diulang dalam 2-4 jam.

 Putus Alkohol

Dewasa: 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4 kali
sehari.

IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai


keperluan.

Peringatan dan Perhatian:

1. Jangan mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin selama


minum obat ini.

2. Ansietas atau ketegangan karena stress kehidupan sehari-hari biasanya tidak


memerlukan pengobatan dengan ansiolitik.

3. Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan) belum diuji
secara klinis sistematik.

4. Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan ketergantungan pada obat


5. Pada penderita lemah dan lanjut usia dianjurkan dengan dosis efektif terkecil.

6. Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan pulmoner kronik, penderita


fungsi hati dan ginjal kronik.

7. Hentikan pengobatan jika terjadi reaksi-reaksi paradoksikal seperti keadaan hiper


eksitasi akut. ansietas. halusinasi dan gangguan tidur.

Efek Samping:

1. Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk

2. Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition

3. Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti : reaksi alergi, amnesia, anemia,
angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias, blurred vision, kehilangan
keseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver, drug
dependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue,
general weakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial
secretions, leukopenia, libido changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea,
neutropenia disorder, polydipsia, pruritus of skin, seizure disorder, sialorrhea,
skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia, trombositopenia, tremors, visual
changes, vomiting, xerostomia.

Penyimpanan:
Penyimpanan dan Stabilitas Diazepam: Injeksi: Simpan pada 20-25°C, Lindungi dari
cahaya. Potensi dipertahankan sampai 3 bulan jika disimpan pada suhu kamar. Paling
stabil pada pH 4-8, hidrolisis terjadi pada pH <3. Gel rektal: Simpan pada suhu 25°C
Tablet: Simpan pada 15°-30°C.

31. HIOSIN HIDROBROMIDA

MERK DAGANG

Hyoscine-N-Buthylbromide, Blirom, Buscopan, Colitic, Gitas, Holopon, Hyscopan,


Scobutrin, Scopamin, Scopma, Spashi, SpasmecoSpasmid, Spasmolit, Buscopan Plus,
Colitic Plus, Gitas Plus, Hiopar, , Scopamin Plus, Scopma Plus, Spashi Plus,
Spasmeco Plus, Spasmid Plus, Spasmacine, Spaslic, Spasmo Fastalgin

Kandungan:

Hyoscine-N-butylbromide tablet 10 mg.

Hyoscine-N-butylbromide cairan injeksi 20 mg/ml.


Indikasi:

Pencegahan dan penanganan spasme dismonere.

Spasme saluran gastro intestinal.

Nyeri paroksismal pada penyakit di lambung dan usus halus

Nyeri spastik pada saluran kemih, saluran empedu, dan organ genital wanita (seperti
dismenore).

Kontra indikasi:

Stenosis mekanisme pada gastro intestinal, takikardi, megakolon.

Hipersensitif terhadap komponen obat ini, profiria.

Glaukoma, hipertrofi prostat dengan kecenderungan retensi urine.

Perhatian:

Hindari minuman berakohol.

Hamil, laktasi, gangguan jantung, lansia, kolitis ulseratif, ileus paraltik, stenosis
pilorik.

Interaksi Obat :

Antidepresan, analgesik narkotik, antihistamin, kuinidin, disopiramid, alkohol, sedatif


atau hipnotik, Kalium klorida.

Efek samping:

Semburat panas dan kemerahan pada wajah, aritmia jantung, bradikardia, takikardi,
kekeringan pada mulut dan kulit, konstipasi, palpitasi, reaksi paradoksikal, gangguan
penglihatan.

Dosis:

Dewasa : 4 kali sehari 1-2 kaplet.

Anak-anak usia 6-12 tahun : 3 kali sehari 1 kaplet.

1 ampul (20 mg), intramuskular atau intravena diulang setelah setengah jam bila
perlu.

Penyimpanan:

Di simpan pada suhu ruangan dan hindari dari cahaya langsung dan tempat yang
lembab.

Anda mungkin juga menyukai