Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH COMPOUNDING & DISPENSING

SWAMEDIKASI OBAT KB

Oleh:
Kelompok 22

Tania Siti Rahmah Fitriani 21181033


Vivian Yulias Sabela 21181034

Dosen Pengampu:
Kenti Prahmanti, S. Si., Apt.

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Swamedikasi Pil KB”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun maksud penulisan Makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Compounding & Dispensing pada program profesi apoteker di
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.

Dalam penyelesaian makalah ini ada beberapa kesulitan yang penulis temukan. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya
kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini semoga makalah ini bermanfaat
bagi siapa saja, khususnya para mahasiswa serta seluruh pembaca.

Bandung, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1


A. Latar belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 3
II.1 Pil KB ........................................................................................................................................... 3
A. Definisi.................................................................................................................................... 3
B. Jenis-jenis Pil KB .................................................................................................................... 3
C. Cara Penggunaan .................................................................................................................... 6
D. Mekanisme Pil KB .................................................................................................................. 6
II.2 Swamedikasi................................................................................................................................. 7
A. Definisi.................................................................................................................................... 7
B. Penyakit dalam Swamedikasi .................................................................................................. 7
C. Obat dalam Swamedikasi ........................................................................................................ 7
BAB III PERCAKAPAN SWAMEDIKASI .......................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya


manusia dengan kelahiran 5 juta/tahun. Dalam mengatasi hal tersebut telah
dilaksanakan dengan cara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana.
Gerakan KB nasional indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat
dunia menganggap indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
Masyarakat dapat menerima hampir semua metode teknis KB yang di canangkan oleh
pemerintah (Manuaba, 1998).
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita
dengan cara diminum (pil). Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah,
menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang memang tidak diinginkan.
Menurut WHO, tahun 2009 hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga
berencana dan 65-75 juta diantaranya terutama di negeri berkembang menggunakan
kontrasepsi hormonal yaitu pil KB. Akan tetapi 5% dari jumlah tersebut penggunanya
adalah tidak melakukan pengkonsumsian secara teratur sehingga beresiko terjadinya
kehamilan.
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit
ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari
60% dari anggota masyarakat melakukan swamedikasi (Anonim, 2010). Jenis obat
yang dapat diberikan oleh apoteker kepada masyarakat tanpa resep dokter yaitu
meliputi jenis Obat Bebas Terbatas (OBT), Obat Bebas (OB) dan Obat Wajib Apotek
(OWA). Pil KB merupakan salah satu obat swamedikasi karena termasuk obat
golongan OWA. Swamedikasi dikatakan berkualitas jika indikator rasionalitasnya
tercapai yaitu 4T 1W yaitu Tepat dosis, Tepat pasien, Tepat waktu pemberian, Tepat
cara pemberian dan Waspada efek samping (Ganiswara, 1995). Oleh karena itu,
makalah ini disusun untuk memberikan wawasan mengenai swamedikasi obat KB.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Pil KB dan swamedikasi?
2. Apa jenis-jenis Pil KB?
3. Bagaimana cara penggunaan Pil KB?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Pil KB dan swamedikasi
2. Mengetahui jenis-jenis Pil KB
3. Mengetahui cara penggunaan Pil KB

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1 Pil KB
A. Definisi
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di
dalam strip yang berisi gabungan hormone estrogen dan progesterone atau yang hanya
terdiri dari hormon progesterone saja. Pil kb adalah tablet yang berisi hormone ekstrogen
dan progesterone yang berbeda-beda pula jenis dan takarannya (Mochtar, 2002).
Pil KB merupakan kontrasepsi hormonal yang terdiri atas kombinasi ekstrogen dan
progesterone atau hanya berisi progestin saja. Hormone seks ini dapat menekan produksi
gonadotropin sehingga menghambat ovulasi. Hormone komsumsi peroral ini juga bisa
menjadi pilihan kontasepsi pasca koitus dalam kondisi darurat (Mochtar, 2002).

B. Jenis-jenis Pil KB
1) Pil Kombinasi
Pil kombinasi dibuat dari dua hormone sinstesis, yaitu pil mengandung hormone
estrogen dan progesterone. Kandungan estrogen di dalam pil biasanya menghambat
ovulasi dan menekan perkembangan telur yang dibuahi. Mungkin juga dapat menghambat
implantasi. Progesterone dalam pil akan mengentalkan lendir serviks untuk mencegah
masuknya sperma. Hormone ini juga mencegah konsepsi dengan cara memperlambat
trnasportasi telur dan menghambat ovulasi (Hartanto Hanafi, 2010).

Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis yaitu :


a. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tamblet mengandung hormone aktif
estrogen/ progesterone dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormone aktif
(Hartanto, Hanafi, 2010).
b. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/ progesterone dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone
aktif (Hartanto, Hanafi, 2010).
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone
aktif (Hartanto, Hanafi, 2010).

3
Keuntungan pil kombinasi (Hartanto, Hanafi, 2010):
- Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi) bila
digunakan setiap hari.
- Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
- Tidak menganggu hubungan seksual
- Siklus haid menjadi teratu, banyaknya darah haid berkurang mencegah anemia, tidak
terjadi haid, tidak terjadi nyeri haid.
- Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakan untuk
mencegah kehamilan.
- Dapat digunakan sejak usia remaja hinggga monopouse.
- Mudah dihentikan setiap saat.
- Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
- Dapat digunakan sebagai kontasepsi darurat.
- Membantu mencegah kangker ovarium, kangker endometrium, kista ovarium,
penyakit radang punggul, kelainan jinak pada payudara, kelaian jinak pada payudara,
dismenore.

Kerugian pil kombinasi (Hartanto, Hanafi, 2010):


- Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya tiap hari.
- Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
- Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.
- Pusing
- Berat badan naik seikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat justru
memiliki dampak positif.
- Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi
- Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
- Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana
hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
- Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko struk, dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia
> 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
- Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.

4
2) Pil Mini
Mini pil (kadang-kadang disebut juga pil masa menyusui) mengandung agen
progestasional dalam dosis yang kecil, dan harus dikonsumsi setiap hari secara
berkesinambungan. Di seluruh dunia, Mini Pil tidak mendapatkan penerimaan yang luas,
baik dari pihak wanita maupun dari petugas medis KB. Mini Pil bukan menjadi pengganti
dari Pil Oral Kombinasi, tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan yang digunakan wanita
yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang
harus menghindari estrogen oleh sebab apapun (Hartanto, Hanafi, 2010).
Adapun keuntungan kontrasepsi pil mini dibagi atas 2 yaitu :
- Keuntungan Kontrasepsi : Sangat efektif bila digunakan secara benar; tidak
mengganggu hubungan seksual; tidak mempengaruhi asi; kesuburan cepat
kembali; nyaman dan mudah digunakan; sedikit efek samping; dapat dihentikan
setiap saat; tidak mengandung estrogen (Hartanto, Hanafi, 2010).
- Keuntungan Pil Mini tidak hanya digunakan untuk kontrasepsi saja, tetapi dapat juga
digunakan untuk wanita usia subur dengan keuntungan : Mengurangi nyeri haid;
mengurangi jumlah darah haid; menurunkan tingkat anemia; mencegah kanker
endometrium; melindungi dari penyakit radang panggul; tidak meningkatkan
pembekuan darah; dapat diberikan pada penderita endometriosis; kurang
menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi; dapat
mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri
payudara, nyeri pada betis, lekas marah); sedikit sekali mengganggu metabolisme
karbohidrat sehingga relatif aman diberikan kepada perempuan pengidap kencing
manis yang belum mengalami komplikasi (Hartanto, Hanafi. 2010).

Adapun kerugian dalam menggunakan Pil KB Mini sebagai berikut (Hartanto, Hanafi.
2010) :
- Hampir 30 – 60 % mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenore)
- Peningkatan berat badan
- Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
- Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
- Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatis atau jerawat
- Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi risiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan mini pil.

5
C. Cara Penggunaan (Menurut Hartanto, Hanafi, 2010)
1. Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
2. Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
3. Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang
lain atau gunakan metode kotrasepsi lain bila klien berniat melakukan hubungan
seksual 48 jam berikutnya.
4. Pada klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut
begitu klien ingat dan gunakan metode pelindungan selama 48 jam.
5. Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera klien
ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
6. Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir habis.
7. Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus 9 tidak haid
atau bila merasa hamil segera temui petugas klinik untuk tes kehamilan.

D. Mekanisme Pil KB
Cara kerja mencegah kehamilan (Hartanto, Hanafi, 2010) :
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu
kuat.)
2. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

6
II.2 Swamedikasi
A. Definisi
Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh
seseorang atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan
Menteri Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa
swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam
mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu
melakukan konsultasi kepada dokter. Namun penting untuk dipahami bahwa swamedikasi
yang tepat, aman,dan rasional tidak dengan cara mengobati tanpa terlebih dahulu mencari
informasi umum yang bisa diperoleh tanpa harus melakukan konsultasi dengan pihak
dokter. Adapun informasi umum dalam hal ini bisa berupa etiket atau brosur. Selain itu,
informasi tentang obat bisa juga diperoleh dari apoteker pengelola apotek, utamanya dalam
swamedikasi obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek (Depkes RI, 2006).

B. Penyakit dalam Swamedikasi


Berdasarkan beberapa penelitian, penyakit-penyakit yang paling sering diobati secara
swamedikasi, antara lain (Supardi dan Raharni, 2005):
a. Batuk
b. Demam
c. Nyeri
d. Flu
e. Maag
f. Diare

C. Obat dalam Swamedikasi


Obat merupakan zat yang dapat bersifat sebagai obat atau racun. Sebagaimana terurai
dalam definisi obat bahwa obat dapat bermanfaat untuk diagnosa, pencegahan penyakit,
menyembuhkan atau memelihara kesehatan, yang hanya didapatkan pada dosis dan waktu
yang tepat, namun dapat bersifat sebagai racun bagi manusia apabila digunakan salah dalam
pengobatan dengan dosis yang berlebih atau tidak sesuai aturan yang telah ditetapkan, dan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Pada dosis yang lebih kecil, efek pengobatan untuk
penyembuhan penyakit tidak akan didapatkan (Anief, 1997).

7
Obat tanpa resep adalah obat untuk jenis penyakit yang pengobatannya dianggap dan
ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak begitu membahayakan jika mengikuti aturan
memakainya (Anief, 1997).
Golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri adalah golongan obat bebas,
obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek (SK Menkes NO. 2380/1983).

8
BAB III
PERCAKAPAN SWAMEDIKASI

Dibawah ini merupakan percakapan swamedikasi pasien dengan apoteker


Pasien : permisi
Apoteker : iya selamat pagi bu, perkenalkan saya apoteker vivian yang bertugas hari ini,
apa ada yang bisa saya bantu bu?
Pasien : iya bu saya ingin membeli obat KB
Apoteker : Maaf sebelumnya, apa obatnya untuk ibu sendiri?
Pasien : Iya, saya sendiri
Apoteker : Apakah ini konsumsi pertama obat pil kb?
Pasien : iya benar apoteker vivian, saya baru nikah, dan berencana untuk menunda
punya anak dulu, jadi saya putuskan untuk menggunakan pil kb.
Apoteker : oh.. gitu ya bu..apakah siklus menstruasi ibu lancar?
Pasien : Alhamdulillah lancar bu
Apoteker : oh baik bu, tunggu sebentar saya akan ambilkan obatnya
Apoteker : ini bu obat pil kb nya, sebelumnya saya mau meminta waktu ibu sebentar untuk
saya menjelaskan informasi pil kb ini?
Pasien : boleh bu
Apoteker : baik bu, ini namanya pil andalan berisi 28 pil, untuk mencegah kehamilan.
Sebelumnya saya ingin tanya, apakah dalam masa haid atau tidak?
Pasien : tidak
Apoteker : oh… kalau gitu mulainya di tanda yang ini ya bu, nanti diteruskan sesuai
dengan tanda panahnya, diminumnya 1 pil perhari.
Pasien : ini gak ada tanggalnya ya bu, pokoknya sesuai dengan tanda ini ya?
Apoteker : iya sesuai dengan tanda ini, kalau ibu mulainya dari sini, mulainya minum pil
ini, sebaiknya diminum pada waktu yang sama ya. Misalnya minumnya
sebelum tidur, besoknya lagi juga di minum sebelum tidur.
Pasien : Sebaiknya saya minum sebelum tidur atau pagi aja aya bu?
Apoteker : Sebenarnya bisa terserah bu, yang penting ibu ingat waktu minum pil kb.
Pasien : oh… gitu yaaa bu, kalau saya berpergian 2 hari keluar kota dan saya tidak
membawa pil kb, kalau kayak gitu gimana ya bu?
Apoteker : oh gitu, misalnya ibu minumnya hari senin, di 2 hari berikutnya selasa dan
rabu di lewatkan, jadi langsung di minum yang hari kamis.
9
Pasien : Jadi, 2 pil yang untuk 2 hari ini gak usah di minum ya bu?
Apoteker : iya gak usah di minum, langsung di lanjutkan dengan pil selanjutnya saja.
Pasien : kalau pilnya habis semua, sisa pil yang di lewatkan diminum atau tidak?
Apoteker : pil ini gak bisa diminum lagi bu, harus beli pil kb lagi.
Pasien : oh… jadi sisa yang tadi gak bisa di minum lagi ya? Udah gak ber efek ya bu?
Apoteker : iya benar bu. Pengguaan pil kb juga memiliki beberapa efek samping bu, dan
yang sering terjadi itu saat di awal aja bu, misalnya flek di wajah, ada bercak
(spotting), sakit kepala yang ringan, dan penambahan berat badan. Hal ini
biasanya terjadi pada 3bulan pertama konsumsi pil kb ini. tapi efeknya di
minimalisir kalau ibu minumnya teratur.
Pasien : oh.. gitu bu
Apoteker : jika efeknya berlanjut dan tidak nyaman buat ibu, dapat kembali ke dokter dan
konsultasi lagi dan nanti dapat dipikirkan kb yang sesuai dengan ibu.
Pasien : iya bu
Apoteker : untuk penyimpanan pil kb pada suhu kamar, jika ada kotak obat di taruh saja
di kotak obat ya bu.
Pasien : bu, kok ini pilnya beda, ada yang besar dan kecil?
Apoteker : iya ini yang besar sebagai placebo, dan kecil itu yang mempunyai efek untuk
mengontrol penundaan hamil. Tapi yang placebo ini tetap di minum yaa
Pasien : iya bu.
Apoteker : bu, karena obatnya tidak bekerja langsung saat itu, seminggu pertama
disarankan menggunakan kondom.
Pasien : iya baik bu
Apoteker : iya bu, apa ada yang belum jelas bu?
Pasien : sudah jelas bu
Apoteker : untuk memastikan ibu sudah paham, bisakah ibu mengulang informasi pil kb
ini?
Pasien : iya bu, jadi ini pil nya diminum sehari satu kali bias sebelum atau setelah
makan. Jika saya lupa meminumnya tidak usah diminum double pada
penggunaan selanjutnya ya bu?
Apoteker : betul bu, kalua ibu sudah paham obatnya bias ibu ambil dikasir. Terimakasih
bu, semoga sehat selalu
Pasien : terimakasih kembali bu

10
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pil KB merupakan kontrasepsi hormonal yang terdiri atas kombinasi ekstrogen dan
progesterone atau hanya berisi progestin saja. Jenis-jenis Pil KB yaitu Pil KB
Kombinasi dan Pil KB Mini. Pil KB kombinasi dibuat dari dua hormone sinstesis, yaitu
pil mengandung hormone estrogen dan progesterone. Pil KB Mini mengandung agen
progestasional dalam dosis yang kecil, dan harus dikonsumsi setiap hari secara
berkesinambungan.

Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh
seseorang atas inisiatifnya sendiri. Pil KB merupakan salah satu obat dalam
swamedikasi, karena Pil KB merupakan obat golongan OWA (Obat Wajib Apotek)
yang termasuk obat keras dan dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dari dokter.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M,. 1997. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: UGM Press.
Departemen Kesehatan. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Supardi, S., dan Raharni. 2005. Penggunaan Obat yang Sesuai dengan Aturan dalam
Pengobatan Sendiri (Hasil analisis lanjut dan survey kesehatan rumah tangga 2001,
Jurnal Kedokteran YARSI 12 (1)0, 61-69.

12

Anda mungkin juga menyukai