Penerapan kajian farmakoekonomi di instansi pemerintah dalam kaitannya dengan pelayanan
kesehatan dapat dilakukan di tingkat Nasional (Kementerian Kesehatan), Daerah (Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota), dan fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya). 1. Tingkat Nasional (Kementerian Kesehatan) Kajian farmakoekonomi dapat digunakan dalam penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Program Jamkesmas, Formularium Nasional, obat program, asuransi kesehatan, dan lain-lain; 2. Tingkat Daerah (Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota) Kajian farmakoekonomi dapat digunakan dalam pemilihan obat yang akan digunakan di Puskesmas; 3. Tingkat Fasilitas Pelayanan (rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya) Di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, kajian farmakoekonomi dapat digunakan dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit dan pemilihan obat dalam pengobatan. Formularium ini memegang peran penting dalam pengobatan yang rasional. Penerapan Kajian Farmakoekonomi dapat dilakukan oleh tim yang telah ada di dalam setiap institusi, misalnya Komite Nasional (KomNas) Penyusunan DOEN (di Tingkat Pusat), Tim Evaluasi Obat (di PT. Askes), Panitia Farmasi dan Terapi (PFT, di rumah sakit), dan Tim Pengadaan Obat Terpadu (TPOT, di Dinas Kesehatan). Tim tersebut dianjurkan untuk mengikuti pelatihan/pembekalan pemahaman Farmakoekonomi agar memiliki kesamaan persepsi. Jika belum ada tim yang sesuai dan dimungkinkan untuk dibentuk tim tersendiri atau menjadi bagian dari tim yang sudah ada, anggota tim yang diutamakan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang farmakoekonomi, minimal terdiri atas dokter klinisi dan apoteker yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan. Akan lebih baik jika mengikutsertakan farmakolog, epidemiolog, dan ahli statistik, dari dalam maupun luar instansi. Selanjutnya Tim dianjurkan untuk menyampaikan secara tertulis tentang rencana untuk melakukan kajian farmakoekonomi dan mengirimkan hasil kajian tersebut kepada Kementerian Kesehatan cq Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Hal ini dianjurkan agar terbentuk koordinasi yang baik antar institusi pelaksana sehingga hasil kajian yang dilakukan memberikan manfaat yang lebih besar secara Nasional. Tahap - tahap pelaksanaan kajian farmakoekonomi 1.tahap persiapan 2.tahap analisis Sebelum melakukan kajian Farmakoekonomi, perlu dilakukan langkah-langkah awal untuk mempersiapkan proses kajian. Tahap-Tahap Persiapan sebelum melakukan kajian Farmakoekonomi: 1. Menyiapkan personil Farmakoekonomi; atau membentuk Tim Kajian 2. Mengikutsertakan anggota Tim dalam suatu pelatihan/ pembekalan pemahaman tentang Kajian Farmakoekonomi di dalam maupun luar instansi 3. Menyampaikan secara tertulis tentang rencana pelaksanaan penerapan Kajian Farmakoekonomi ke Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 4. Mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam kajian, antara lain : a. Data tentang pengalaman institusi terkait efektivitas obat yang akan dikaji (bila ada) b. Bukti ilmiah terpublikasi mengenai efektivitas-biaya (Costeffectiveness), efikasi/efektivitas dari obat yang akan dikaji, dan melakukan telaah kritis (penilaian) atas bukti ilmiah tersebut. Untuk mengumpulkan bukti ilmiah dari jurnal yang peer-reviewed ini dapat digunakan mesin pencari (search engine) Pada telaah kritis, harus diperhatikan berbagai faktor, termasuk jenis, dosis, formulasi, dan rute pemberian obat c. Data epidemiologis penyakit terkait obat yang akan dikaji d. Daftar harga obat dan biaya pengobatan. 5. Melakukan analisis dengan menyajikan hasil AMiB, AEB dan RIEB Tahap analisis dalam kajian farmakoekonomi meliputi 1. Identifikasi masalah dan menentukan tujuan 2. Identifikasi alternatif pemecahan masalah. 3. Identifikasi besarnya efektivitas pilihan pengobatan 4. Identifikasi biaya 5. Melakukan analisis minimalisasi-biaya (AMIB) 6. Melakukan analisis efektivitas-biaya (AEB) 7. Interpretasi Hasil