Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN KAJIAN

FARMAKOEKONOMI DI
INDONESIA
FARIZAH, S.SI., M.SI., APT
Overview

 Kajian farmakoekonomi dalam pelayanan kesehatan,


khususnyadalam seleksi dan pendaftaran obat baru, telah diterapkan
di banyaknegara, termasuk negara yang menjadi tetangga dekat kita
di Asia Tenggara, seperti Korea, Filipina, Thailand, dan Malaysia.
 Dengan meningkatkan biaya obat nasional, penerapan Kajian ini
juga diperlukan di Indonesia agar sumberdaya yang ketersediaannya
terbatas dapat memberikan hasil pengobatan yang maksimal.
Overview
 Pada fasilitas pelayanan kesehatan, sepertiRumah Sakit, kajian
farmakoekonomi dapat digunakan dalam penyusunanFormularium
Rumah Sakit.
 Formularium ini memegang peran penting dalam penggunaan obat
secara rasional.
 Penerapan kajian farmakoekonomi di instansi pemerintah dalam
kaitannya dengan pelayanan kesehatan dapat dilakukan di tingkat
Nasional (Kementerian Kesehatan), Daerah (Dinas Kesehatan
Provinsi/ Kab/Kota), dan fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya).
Overview

 Tingkat Nasional (Kementerian Kesehatan)
Kajian farmakoekonomi dapat digunakan dalam penyusunanDaftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), Formularium ProgramJamkesmas, Formularium Nasional, obat program,
asuransikesehatan, dan lain-lain.
 Tingkat Daerah (Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota)
Kajian farmakoekonomi dapat digunakan dalam pemilihan obatyang akan digunakan di
Puskesmas.
 Tingkat Fasilitas Pelayanan (rumah sakit danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya)
Di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, kajianfarmakoekonomi dapat
digunakan dalam penyusunanFormularium Rumah Sakit dan pemilihan obat
dalampengobatan. Formularium ini memegang peran penting dalampengobatan yang
rasional
Overview

 Penerapan Kajian Farmakoekonomi dapat dilakukan oleh tim


yangtelah ada di dalam setiap institusi, misalnya Komite Nasional
(KomNas)Penyusunan DOEN (di Tingkat Pusat), Tim Evaluasi Obat
(di PT. Askes),Panitia Farmasi dan Terapi (PFT, di rumah sakit), dan
Tim PengadaanObat Terpadu (TPOT, di Dinas Kesehatan). Tim
tersebut dianjurkan untukmengikuti pelatihan/pembekalan
pemahaman Farmakoekonomi agarmemiliki kesamaan persepsi.
 Jikabelum ada tim yang sesuai dan dimungkinkan untuk
dibentuk tim tersendiri atau menjadi bagian dari tim yang
sudah ada, anggota timyang diutamakan adalah tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dibidang
farmakoekonomi, minimal terdiri atas dokter klinisi dan
apotekeryang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Langkah- Langkah Pelaksanaan Kajian Farmakoekonomi

 Tahap Persiapan
Sebelum melakukan kajian Farmakoekonomi, perlu dilakukan langkah-langkah awal
untuk mempersiapkan proses kajian. Langkah-langkah persiapan yang perlu dilakukan
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan personil atau membentuk Tim KajianFarmakoekonomi.
2. Mengikutsertakan anggota Tim dalam suatu pelatihan/ pembekalan pemahaman
tentang Kajian Farmakoekonomi didalam maupun luar instansi.
3. Menyampaikan secara tertulis tentang rencana pelaksanaanpenerapan Kajian
Farmakoekonomi ke Kementerian Kesehatan cq Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Lanjutan…

4. Mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam kajian, antara lain :
a. Data tentang pengalaman institusi terkait efektivitas obat yang akan dikaji (bila ada).
b.  Bukti ilmiah terpublikasi mengenai efektivitas-biaya (Cost- effectiveness),
efikasi/efektivitas dari obat yang akan dikaji, dan melakukan telaah kritis (penilaian) atas
bukti ilmiah tersebut. Untuk mengumpulkan bukti ilmiah dari jurnal yang peer-
reviewed ini dapat digunakan mesin pencari (search engine). Pada telaah kritis,
harus diperhatikan berbagai faktor, termasuk jenis, dosis, formulasi, dan rute pemberian
obat.
c. Data epidemiologis penyakit terkait obat yang akan dikaji;
d.  Daftar harga obat dan biaya pengobatan
5. Melakukan analisis dengan menyajikan hasil AMiB, AEB dan RIEB.

Anda mungkin juga menyukai