Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT

Oleh : Aan Supyanah


Mahasiswa Al-Ghifari Bandung Jurusan Farmasi tahun 2008

Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam
takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau
gejala-gejalanya
Untuk mendapatkan efek terapeutik dari sebuah obat, maka diperlukan dosis yang tepat. Pengukuran
dosis tergantung dari banyak faktor antara lain adalah umur, berat badan, jenis kelamin, keadaan
penyakit dan keadaan atau kondisi pasien yang bersangkutan
Menurut WHO (World Health Organization), efek samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat obat
tesebut yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksud pada dosis yang dianjurkan.Di dalam
menggunakan obat, terdapat kerja utama, efek samping dan kerja tambahan (kerja sekunder). Obat-obatan kerja
utama dan dan efek samping obat adalah pengertian yang sebetulnya tidak mutlak, karena kebanyakan obat memiliki
lebih dari satu khasiat farmakologi.
Berdasarkan aspek medis, penggunaan obat-obatan untuk tujuan terapi haruslah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Atas dasar indikasi pemakaian yang tepat;
2. Tepat dalam dosis;
3. Tepat dalam waktu pemberian;
4. Lama jangka waktu pemberian obat tergantung tujuan pemberian obat;
5. Tidak ada kontra indikasi atau hipersensitif.
Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian dalam memberikan dan mengelola obat tentunya
harus diawasi dan di evaluasi, pada makalah ini saya akan membahas mengenai Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) di rumah sakit adalah suatu preoses jaminan mutu yang
terstruktur, dilaksanakan terus- menerus, dan diotorisasi rumah sakit, ditujukan untuk memastikan bahwa
obat-obatan digunakan dengan tepat, aman, dan efektif.
Dalam lingkungan pelayanan kesehatan, penggunaan obat yang ekonomis harus juga
diberikan prioritas tinggi dan karena itu, menjadi suatu komponen dari definisi ini, definisi EPO diatas
difokuskan pada penggunaan obat secara kualitatif.

Sasaran EPO secara umum adalah sebagai berikut :


1. Mengadakan Pengkajian penggunaan obat yang efisien dan terus menerus
2. Meningkatkan pengembangan standar penggunaan terapi obat
3. Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk materi edukasi berkelanjutan
4. Meningkatkan kemitraan antarpribadi professional pelayanan kesehatan
5. Menyempurnakan pelayanan pasien yang diberikan
6. Mengurangi resiko tuntutan hukum pada rumah sakit
7. Mengurangi biaya rumah sakit dan perawatan pasien sebagai akibat dosis akurat, efek samping
yang lebih sedikit, dan waktu hospitalisasi yang lebih singkat.

Jaminan mutu mendorong suatu perspektif solusi masalah untuk meningkatkan pelayanan
pasien. Untuk solusi permasalahan yang dihadapi sangatlah penting, unsur-unsur dasar berikut yang
harus diperhatikan
1. Kriteria / standar penggunaan obat, dalam penggunaan obat harus yang dapat diukur (standar)
yang menguraikan penggunan obat yang tepat.
2. Mengidentifikasi masalah penting dan yang mungkin, memantau dan menganalisis penggunaan
obat secara terus menerus, direncanakan secara sistematik untuk mengidentifikasi masalah nyata atau
masalah yang mungkin. Secara ideal, kegiatan ini sebaiknya diadakan secara prospektif
3. Menetapkan prioritas untuk menginvestigasi dan solusi masalah.
4. Mengkaji secara objektif, penyebab, dan lingkup masalah dengan enggunakan criteria yang
abash secara klinik
5. Solusi masalah.
6. Menyanangkan dan menerapkan tindakan untuk memperbaiki atau meniadakan masalah.
7. memantau solusi masalah dan keefektifan.
8. Mendokumentasi serta melaporkan secara terjadwal temuan, rekomendasi, tindakan yang
diambil, dan hasilnya. Tindakan yang diambil dapat berupa pengaturan atau edukasi yang cocok dengan
keadaan dan kebijakan rumah sakit.

Antara Apoteker dan Dokter diperlukan kerjasama untuk memastikan penggunaan obat yang
optimal. Tanggungjawab melaksanakan proses EPO secara khas didelegasikan pada suatu komite dari
staf medik. Komite / panitia yang dapat melakukan fungsi ini diuraikan sebagai berukut :
Panitia ini bertanggung jawab untuk mengatur semua aspek dari siklus obat dalam rumah sakit, mulai
dari pengadaan sampai ke evaluasi, dank arena susunan panitia ini terdiri atas gabungan dari
professional pelayanan kesehatan, panitia ini sering ditrunjuk bertanggung jawab untuk memimpin EPO.
Dalam beberapa rumah sakit, tanggung jawab ini didelegasikan pada suatu subkomite dari PFT.
Fokus dari PPI ini adalah surveilan dan pengendalian infeksi. Panitia ini kadang-kadang diberi tangguna
jawab untuk mengevaluasi penggunaan obat (EPO) antibiotika. Karena lingkup EPO mencakup semua
kategori obat adalah tidak tepat untuk memisahkan EPO antibiotika dari kegiatan EPO lainnya.
Beberapa rumah sakit memilih bekerja melalui panitia SMF yang ada (misalnya SMF pediatric, bedah,
penyakit dalam, dll.) dalam pelaksanaan EPO.

Beberapa rumah sakit membentuk suatu panitia khusus dengan tanggung jawab khusus untuk EPO.
Keanggotaan dan hubungan pelaporan dari panitia harus diresmikan (diformalkan) dalam struktur
organisasi rumah sakit.
Akuntabilitas dan kewenangan untuk mengevaluasi pelayanan medik sering didelegasikan pada suatu
PAM, suatu panitia tetap dari staf medik terorganisasi. Pengkajian pelayanan medik oleh berbagai dokter
lain, pada umumnya disebut pengkajian kelompok ahli yang sama (peer revew). Direkomendasikan
agar perwakilan profesi kesehatan lainnya termasuk apoteker, diangkat dalam panitia ini.
Kebanyakan rumah sakit mempunyai panitia jaminan mutu sentral, panitia ini jarang berpartisipasi
langsung dalam pengkajian masalah dan fase tindakan EPO, tetapi dapat mengatur keefektifan program.
Setiap rumah sakit wajib mendesain suatu sistem yang dapat bekerja paling baik dengan gabungan khas
dari personel, kebijakan, dan protocol. Harus diputuskan andividu atau kellompok yang dapat
merencanakan paling efektif untuk penggunan obat yang optimal, mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan obat, menganalisis data, merekomendasikan tindakan, dan solusi maslah berkenaan
penggunaan obat. Seorang anggota penting dari EPO adalah seorang apoteker yang komunikatif dan
bertanggung jawab.

Proses penetapan dan pemeliharaan suatu program EPO dapat rumit dan membuat frustasi,
walaupun pengembangan dari berbagai langkah tertentu dapat berubah-ubah, pendekatan berikut dapat
membantu mengonsepsikan dan melakukan EPO sebagai suatu kegiatan jaminan mutu.
Tim EPO / Panitia EPo dibentuk oleh pimpinan rumah sakit atas usul PFT, Komite Medik dan /
atau kelompok jaminan mutu. Penganggung jawab EPO biasanya diserahkan kepada Panitia EPO,
dikebanyakan rumah sakit, PFT adalah kelompok yang logis untuk mengelola kegiatan EPO.
Penunjukkan PFT sebagai penganggung jawab EPO, mempunyai keuntukngan karena merupakan
panitia dari staf medik dan IFRS / Apoteker terwakili; disamping itu, PFT mempunyai hubungan pelaporan
langsung dengan pimpinan SMF dan pemimpin komite medik, serta memikul tanggung jawab yang
melekat untuk mengawasi semua aspek penggunaan obat di dalam rumah sakit. Beberapa rumah sakit
dapat membentuk komite EPO staf medik (yang didalamnya terdapat apoteker) atau menempatkan EPO
dalam komite jaminan mutu. Kepada siapapun tanggung jawab itu diserahkan, harus merupakan suatu
kelompok yang benar-benar disegani di rumah sakit dan memiliki perwakilan IFRS serta kewenangan
yang cukup untuk memberikan legitimasi pada program. EPO ini juga merupakan salah satu kegiatan
jaminan mutu dan IFRS dapat membangun serta memelihara kemitraan yang baik sekali.

Mengidentifikasi Obat Tertentu untuk Dipantau dan Dievaluasi


Penetapan atau golongan obat untuk dipantau dalam suatu program EPO seharusnya tidak sulit,
pada dasarnya ada tiga kategori standar besar obat-obat yang digunakan di rumah sakit, yaitu :
Mekanisme lain yang mungkin ialah mekanisme SMF untuk mengidentifikasi obat-obantan yang akan
dievaluasi, berdasarkan pendapat SMF individu dalam rumah sakit, antara lain :
Beberapa obat atau golongan obat yang dievaluasi, mungkin serupa diantara berbagai SMF dan
dapat merupakan dasar untuk evaluasi awal.
Mekanisme lain ialah mekanisme yang memberi peringkat obat guna dievaluasi dengan
mengembangkan suatu matriks EPO. Obat-obatan sumbu lain di daftar karakteristiknya. (sebagai
contoh : volume tinggi, resiko tinggi atau cenderung bermasalah). Suatu obat yang memenuhi ketiga
karakteristik tersebut, akan mempunyai nilai numeric total 3 (tiga). Hal yang sama suatu obat yang hanya
volume tinggi dan tidak berisiko timggi, atau tidak cenderung bermasalah, akan diberikan nilai numerik
1(satu). Obat obatan dengan nilai numerik paling tinggi adalah obat yang dinilai pertama. Setiap peroses
yang digunakan untuk mengidentifikasi obat agar dieevaluasi, harus didokumentasikan guna memenuhi
persyaratan dokumentasi dari suatu proses yang sistematik.
Sebagai ringkasan, obat obatan yang dievaluasi harus dipilih berdasarkan satu atau lebih alasan
berikut.

Definisi criteria penggunaan obat adalah berbagai unsur / syarat penggunaan obat tertentu yang
ditetapkan terlebih dahulu, digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi atau mengukur komponen
mutu pelayanan / penggunaan obat tertentu. Atau disebut juga bagwa criteria penggunan obat adalah
pernyataan berbagai unsur nyata (tangible) dan dianggap penting pada penggunaan obat yang optimal.
Penggunaan criteria eksplisit atau criteria tertulis, memungkinkan pembandingan yang objektif dari
terapi obat nyata terhadap karakteristik penggunaan obat yang optimal.
Kriteria / standar penggunaan obat digunakan untuk mengukur mutu penggunaan obat. Aspek lain
dari penggunaan untuk setiap obat tertentu, membantu menetapkan ketepatan atau ketidaktepatan
penggunaan obat, walaupun tidak ada aturan tertulisuntuk criteria, persyaratan criteria penggunaan obat
antara lain :

Mungkin tidak layak maupun tidak diinginkan untuk menkaji setiap pasien selama pengkajian masalah.
Waktu dan pembiayaan penelusuran dan mengevaluasi setiap rekaman mungkin menjadi penghalang.
Olehkarena itu, suatu keputusan harus dibuat untuk menyeleksi suatu populasi yang tepat untuk
mengevaluasi melalui teknik sensus atau teknik smple.
a. Sensus
Populasi yang mencakup semua pasien yang relevan adalah suatu sensus. Suatu evaluasi berbasis
sensus akan menyajikan ukuran yang paling benar dari pelayanan pasien karena setiap pasien yang
dipengaruhi akan dievaluasi. Suatu sensus mungkin perlu mempelajari masalah yang jarang terjadi
(tetapi karena akibat yang serius dan mungkin sekali, telah dipilih untuk evaluasi). Proses
evaluasi prospektif dan konkuren dapat menggunakan suatu sensus sehingga tiap terapi obat pasien
dapat dikaji.
b. Sampel
Sampling (pengambilan sampel) adalah untuk memperoleh kesimpulan yang layak, tentang
karakteristik penggunaan obat dari terapi satu kelompok pasien perwakilan dalam suatu rumah sakit.
Untuk membat kesimpulan yang abash dari sampel tentang mutu penggunaan obat di dalam rumah sakit,
adalah penting untuk memilih suatu sampel yang tepat.
Ada dua teknik sampling digunakan dalam mengkaji kasus pasien, mencakup sampling kelompok
(cluster sampling) dan sampling sistematik.
1. Sampling Kelompok
Adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel, berupa kelompok dari beberapa kelompok
dan setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil. Jumlah unsur dari masing-masong
kelompok dapat sama dan berbeda. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipilih dengan metode acak
sederhana maupun acak sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertamanya saja (misalnya
semua pasien yang menerima albumin selama bulan Mei).
2. Sampling SIstematik
Adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu dari suatu
kerangka sampel yang telah diurutkan. Dengan demikian, tersedianya suatu populasi sasaran yang
tersusun, merupakan prasarat penting bagi dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan
metode acak sistematis.
Pengumpulan data dapat diselesaikan melalui salah satu dari proses pengkajian retrospektif,
konkuren, atau prspektif. Data terapi obat secara rutin tersedia untuk pengkajian dalam rumah sakit,
misalnya :
Dengan criteria yang benar-benar baik ditetapkan, proses untuk menyari (ekstrak) data pelayanan
pasien yang tepat adalah relative sederhana da cepat. Walaupun hamper setiap kategori personel
pelayanan kesehatan dapat didelegasikan untuk mengumpulkan informasi adalah sangat tepat untuk
melibatkan semua apoteker dalam proses ini, terutama dengan kerangka waktu prospektif dan konkuren.
Apoteker sudah terbiasa mengetahui sifat fisik dan farmakologi obat, berbagai factor fasien, dapat
memengaruhi kerja obat, dan status penyakit. Selanjutnya diharapkan bahwa seorang apoteker memiliki
motivasi professional untuk mengidentifikasi dan mengatsi masalah penggunaan obat.
Setelah dikumpulkan, data harus diordanisasikan dengan cara yang sesuai untuk mengidentifikasi
pola penggunaan obat dalam rumah sakit. Beberapa rumah sakit menganggap bahwa adalah berguna
untuk mengorganisasikan data penggunaan obat menurut dokter, SMF pelayanan atau bagian, dan
pasien tertentu. Informasi ini memungkinkan untuk mengambil tindakan perbaikan tertentu jika diperlukan
(misalnya, suatu surat dari ketua PFT kepada seorang dokter tentang penilisan order / resep yang tidak
tepat).
Data hendaknya dievaluasi menggunakan suatu pendekatan tim oleh individu atau panitia yang
bertanggung jawab untuk program EPO. Walaupun criteria tertetu untuk penggunaan dapat tidak
dipenuhi dalam situasi tertentu, adalah tidak berarti bahwa penggunan tidak tepat. Panitia EPo atau PFT
dapat berpendapat, bahwa pelanggaran criteria adalah minor dan tidak ada tindakan perbaikan yang
dirtekomendasikan. Dalam kasus lain rekomendasi untuk tindakan perbaikan harus diformulaiskan.
Adalah sangat pital untuk mengembangkan suatu suasana yang akan membantu keberhasilan
program EPO. Tanpa suatu atmosfir kerja sama dan kepercayaan, kegiatan audit dapat dengan mudah
mengarah ke dalam suatu perebutan kekuasaan atau suatu tindakan polisi terhadap propesional oleh
kelompok ahli lain. Utnuk mengadakan atmosfer yang kondusip, disarankan berbagai komponen yang
sangat diperlukan yaitu :
Apabila atmosfer kepercayaan dan kerahasiaan diadakan, adalah mungkin memperluas pengguaan
dan pemanfaatan metode EPO terhadap banyak masalah dalam rumah sakit.
Beragam tindakan dapat dilakukan, bergantung pada situasi dan besarnya masalah.
Suatu mekanisme sederhana untuk memulai tindakan perbaikan adalah durat ketua PFT kepada ketua
SMF atau praktisi individu, adapun surat itu mencakup :
Suatu tindakan / langkah perbaikan yang eefktif dan biasanya dikehendaki adalah melalui edukasi.
Apoteker dapat memainkan peranan penting dalam pengadaan edukasi berkelanjutan melalui seminar.
Program EPO memberi suatu kesempatan yang baik sekali untuk memasukkan kegiatan EPO dan
kebijakan PFT, ke dalam pelayanan farmasi klinis sehari-hari. Misalnya praktisi dapat menggunakan
kriteria untuk suatu obat tertentu yang disetujui oleh PFT setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai