Anda di halaman 1dari 88

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2018

Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak


Jagung (Corn Oil) dan Uji Efektivitas
sebagai Pelembab Bibir

Delvia
Univesitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8032
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MINYAK JAGUNG (CORN
OIL) DAN UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI PELEMBAB BIBIR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
DELVIA
NIM 141501021

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

i
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MINYAK JAGUNG (CORN
OIL) DAN UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI PELEMBAB BIBIR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
DELVIA
NIM 141501021

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

ii
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MINYAK JAGUNG (CORN


OIL) DAN UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI PELEMBAB BIBIR

OLEH:
DELVIA
NIM 141501021

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji


Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 23 Agustus 2018

Pembimbing, Panitia Penguji,

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 196005111989022001 NIP 195807101986012001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.


NIP 196005111989022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt.


NIP 196106191991031001

Medan, September 2018


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak

Jagung (Corn Oil) dan Uji Efektivitas sebagai Pelembab Bibir”. Skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Minyak jagung termasuk salah satu bahan alami yang kaya akan asam

lemak dan vitamin E yang baik untuk kulit, khususnya dalam hal melembabkan,

melenturkan dan menyehatkan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas dari sediaan lip balm yang mengandung minyak jagung dengan

konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dalam meningkatkan kelembaban bibir serta

uji nilai kesukaan terhadap variasi sediaan. Hasil yang didapat yaitu sediaan lip

balm dengan konsentrasi minyak jagung 6% merupakan sediaan yang disukai oleh

panelis dengan peningkatan kelembaban bibir sebesar 42,86%. Hasil penelitian ini

diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.

Sumaiyah, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab hingga

selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku ketua penguji,

Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku anggota penguji dan kepada bapak Drs.

Saiful Bahri, M.S., Apt., dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt.,

iv
Universitas Sumatera Utara
selaku dosen penasehat akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas

Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi.

Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus

kepada keluarga tercinta, Ayahanda Novian dan Ibunda Azniarti Hanum, serta

serta kakak dan adik tercinta Hanifah dan Rahmat Syahputra atas limpahan kasih

sayang, semangat dan doa yang tidak ternilai dengan apapun.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, September 2018


Yang membuat pernyataan

Delvia
NIM 141501021

v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MINYAK JAGUNG (CORN OIL) DAN
UJI EFEKTIVITAS SEBAGAI PELEMBAB BIBIR

ABSTRAK

Latar Belakang: Bibir merupakan bagian wajah yang mudah kering dan pecah-
pecah pada cuaca ekstrim, karena secara anatomi, bibir memiliki sedikit lapisan
korneum, tidak memiliki folikel rambut dan kelenjar keringat yang dibutuhkan
untuk menjaga kelembaban bibir. Minyak jagung mengandung asam lemak dan
vitamin E yang tinggi yakni asam oleat (25,8%), linoleat (58,9%), linolenat
(1,1%), stearat (1,7%), palmitat (11%), dapat mengatasi kulit kering, membuat
kulit lentur dan sehat, serta melindungi kulit dari paparan sinar UV matahari.
Tujuan: Membuat sediaan lip balm yang mengandung minyak jagung serta
menguji efektivitasnya sebagai pelembab bibir.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental, meliputi formulasi sediaan lip
balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%, 4%, 6%, dan 8% dengan bahan dasar
lip balm oleum cacao, pemeriksaan mutu fisik sediaan yakni uji homogenitas,
stabilitas selama penyimpanan 28 hari pada suhu kamar, iritasi pada kulit, titik
lebur, pH, efektivitas sebagai pelembab bibir selama 4 minggu dan kesukaan
(hedonic test).
Hasil: Hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh sediaan yang dihasilkan
memenuhi persyaratan uji homogenitas, stabil selama penyimpanan 28 hari, titik
lebur 54-59 oC, pH 6,23-6,5 dan tidak mengiritasi kulit. Sediaan dengan
konsentrasi minyak jagung 8% tidak memenuhi syarat titik lebur. Persen
peningkatan kelembaban bibir yang dihasilkan dari sediaan lip balm dengan
konsentrasi minyak jagung 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, secara berturut-turut adalah
8,52%, 14,56%, 20,81%, 42,86%, 60,84%. Sediaan dengan konsentrasi minyak
jagung 4, 6, dan 8% memperoleh nilai 4 pada uji kesukaan yang artinya sediaan
disukai oleh panelis.
Kesimpulan: Formula sediaan lip balm terbaik adalah sediaan dengan konsentrasi
minyak jagung 6% dengan persen peningkatan kelembaban 42,86% dan
memperoleh nilai 4 pada uji kesukaan yang artinya sediaan disukai oleh panelis.

Kata Kunci: Lip balm, minyak jagung, kelembaban bibir

vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION LIP BALM OF CORN OIL AND EFFECTIVITY TEST
AS LIP MOISTURIZER

ABSTRACT

Background: Lip is face part that easily become to dry and cracked when
extreme weather, caused of according to anatomy, lip have little corneum layer,
no hair follicle and sweat gland which is needed to taking care of lip moisture.
Corn oil contains high fatty acids and vitamin E, they are oleic (25.8%), linoleic
(58.9%), linolenic (1.1%), stearic (1.7%) and palmitic acid (11%), can solve the
dry skin, making the skin be flexible and healthy and protecting skin from
excessive sun UV.
Purpose: Making lip balm formulation with corn oil and testing the effectivity as
lip moisturizer.
Method: The research was done according to experimental, include formulation
lip balm with corn oil concentration 2%, 4%, 6%, and 8%, with lip balm base
material oleum cacao, determination of physic quality formulation, homogenity
test, stability at storage for 28 days in room temperature, melting point, pH skin,
irritation, effectivity as lip moisture in 4 weeks and hedonic test.
Result: The result showed that all of the formulation had fulfilled the requirement
of homogenity, stable at storage for 28 days in room temperature, melting point
54-59 oC, pH 6.23-6.5, and did not irritate skin. The formulation with corn oil
concentration 8% was not fulfilled the requirement of melting point. The raising
moisture percent of lip balm formulation with corn oil concentration 0%, 2%, 4%,
6%, 8%, respectively were 8.52%, 14.56%, 20.81%, 42.86%, 60.84%. The
formulation with corn oil concentration 4%, 6%, and 8% got score 4 in hedonic
test which means the formulation was liked by panelist.
Conclusion: The best formulation lip balm was the formulation with corn oil
concentration 6% with percent of raising moisture 42.86% and got score 4 in
hedonic test which means the formulation was liked by panelist.

Keywords: Lip balm, corn oil, lip moisture

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ....................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN .......................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................... 1

1.2 Perumusan masalah .................................................................. 4

1.3 Hipotesis penelitian ................................................................... 4

1.4 Tujuan penelitian ....................................................................... 4

1.5 Manfaat penelitian .................................................................... 4

1.6 Kerangka pikir .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1 Uraian tumbuhan .................................................................... 6

2.1.1 Habitat tumbuhan ......................................................... 6

2.1.2 Kandungan kimia biji jagung ........................................ 6

ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pemanfaatan biji jagung ............................................... 8

2.2 Minyak jagung ........................................................................ 8

2.2.1 Deskripsi minyak jagung ............................................... 8

2.2.2 Ekstraksi minyak jagung ............................................... 8

2.2.3 Kandungan minyak jagung ............................................ 8

2.2.4 Pemanfaatan minyak jagung ......................................... 9

2.3 Kulit ........................................................................................ 9

2.3.1 Kulit sebagai pelindung ................................................. 9

2.3.2 Struktur Lapisan sel kulit .............................................. 9

2.3.3 Permeabilitas kulit terhadap air ..................................... 10

2.4 Bibir ........................................................................................ 11

2.4.1 Anatomi bibir ................................................................ 11

2.4.2 Kelembaban bibir .......................................................... 12

2.5 Kosmetik ................................................................................ 12

2.5.1 Kosmetik perawatan dan pemeliharaan kulit ................ 12

2.5.2 Alasan pentingnya pelembab kulit ................................ 13

2.5.3 Mekanisme kerja bahan pelembab ................................ 13

2.6 Sediaan lip balm ..................................................................... 15

2.6.1 Komponen dalam sediaan lip balm ............................... 16

2.7 Pemeriksaan mutu fisik sediaan lip balm ............................... 20

2.7.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan ................................ 20

2.7.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan ...................................... 20

2.7.3 Pengamatan titik lebur sediaan ...................................... 20

2.7.4 Penentuan pH sediaan ................................................... 21

x
Universitas Sumatera Utara
2.7.5 Uji iritasi sediaan .......................................................... 21

2.7.6 Uji efektivitas sediaan ................................................... 22

2.7.7 Uji kesukaan sediaan ..................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 24

3.1 Alat dan bahan ...................................................................... 24

3.1.1 Alat ............................................................................... 24

3.1.2 Bahan ........................................................................... 24

3.2 Penyiapan sampel .................................................................. 24

3.3 Sukarelawan .......................................................................... 25

3.4 Uji analisis kandungan minyak jagung .................................. 25

3.5 Prosedur kerja ........................................................................ 25

3.5.1 Formula dasar .............................................................. 25

3.5.2 Modifikasi formula ....................................................... 26

3.5.3 Prosedur pembuatan sediaan ........................................ 26

3.6 Pemeriksaan mutu fisik sediaan ............................................ 27

3.6.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan .............................. 27

3.6.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan .................................... 27

3.6.3 Pengamatan titik lebur sediaan ................................... 27

3.6.4 Pengukuran pH sediaan ............................................... 27

3.7 Uji iritasi, uji efektivitas dan uji kesukaan sediaan ............... 28

3.7.1 Uji iritasi sediaan ......................................................... 28

3.7.2 Uji efektivitas sediaan ................................................. 29

3.7.3 Uji kesukaan sediaan ................................................... 29

3.8 Analisis data ......................................................................... 30

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 31

4.1 Hasil formulasi sediaan ......................................................... 31

4.2 Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan ................................... 31

4.2.1 Hasil uji homogenitas sediaan ...................................... 31

4.2.2 Hasil stabilitas sediaan ................................................. 32

4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan lip balm ......................... 33

4.2.4 Hasil pengamatan titik lebur sediaan ............................ 34

4.3 Hasil uji iritasi sediaan .......................................................... 34

4.4 Hasil uji efektivitas sediaan .................................................. 35

4.5 Hasil uji kesukaan .................................................................. 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 41

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 41

5.2 Saran ...................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42

LAMPIRAN ............................................................................................... 44

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komposisi biji jagung kering ............................................................ 7

3.1 Formula sediaan lip balm minyak jagung ......................................... 26

4.1 Data pengamatan homogenitas sediaan ............................................ 31

4.2 Data pengamatan uji stabilitas .......................................................... 32

4.3 Data pengukuran pH sediaan lip balm .............................................. 33

4.4 Data pengamatan titik lebur sediaan lip balm ................................... 34

4.5 Data hasil uji iritasi sediaan .............................................................. 35

4.6 Data uji efektivitas sediaan ............................................................... 36

4.7 Data uji kesukaan sediaan ................................................................. 39

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Gambar kerangka pikir penelitian ................................................. 5

2.1 Gambar bagian-bagian biji jagung ................................................ 6

2.2 Gambar struktur asam-asam lemak ............................................... 9

2.3 Gambar anatomi bibir .................................................................... 11

4.1 Gambar grafik kelembaban bibir ................................................... 37

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil analisis minyak jagung ....................................................... 44

2. Gambar tanaman, lembaga dan minyak jagung .......................... 46

3. Perhitungan bahan formula sediaan lip balm .............................. 47

4. Gambar alat dan bahan ................................................................ 50

5. Bagan kerja pembuatan sediaan lip balm .................................... 51

6. Gambar hasil formulasi sediaan lip balm .................................... 52

7. Gambar hasil evaluasi sediaan lip balm ...................................... 53

8. Contoh surat pernyataan sukarelawan ......................................... 54

9. Perhitungan hasil uji kesukaan sediaan ....................................... 55

10. Hasil uji kelembaban bibir dengan Moisture checker .................. 59

11. Hasil uji analisis data menggunakan program SPSS 19 ............... 68

12. Perbedaan gambar bibir dengan dan tanpa lip balm .................... 72

xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bibir merupakan salah satu bagian kulit yang membutuhkan perlindungan

agar kelembaban bibir tetap terjaga. Hal ini disebabkan karena bibir tidak

memiliki folikel rambut dan kelenjar keringat serta lapisan korneum yang lebih

sedikit dan tipis, yakni terdiri dari 3-4 lapisan, sedangkan pada bagian kulit lain

terdiri dari 15-16 lapisan (Balsam, 2008). Karena kulit bibir lebih tipis, bibir

menjadi lebih mudah luka dan mengalami perdarahan (Wibowo, 2005).

Bibir merupakan bagian kulit yang paling sensitif terhadap cuaca panas

dan dingin. Pada cuaca panas, pembuluh darah yang berada di bawah bibir

mengalami vasodilatasi yang menyebabkan perpindahan kelembaban dari kapiler

menuju jaringan meningkat, sehingga terjadi penguapan air secara berlebihan.

Sementara itu, pada cuaca dingin terjadi vasokonstriksi pembuluh darah di bawah

bibir untuk memelihara panas yang menyebabkan perpindahan kelembaban dari

kapiler menuju jaringan berkurang. Sehingga, bibir menjadi kering dan pecah-

pecah (Madans, 2012).

Selain cuaca panas dan dingin, paparan sinar UV matahari dapat merusak

sel keratin bibir yang berfungsi melindungi bibir. Sel keratin yang rusak akan

terkelupas dan jatuh. Pada kondisi ini, bibir akan terlihat pecah-pecah. Proses ini

akan terus berlanjut hingga semua sel yang rusak tersebut digantikan oleh sel yang

baru. Namun, sel yang baru ini juga sedikit rusak (Jacobsen, 2011).

1
Universitas Sumatera Utara
Setiap kali permukaan bibir rusak, maka kelenturannya akan berkurang.

Hilangnya kelenturan akan membuat bibir lebih retak. Lip balm merupakan

sediaan yang diaplikasikan pada bibir berfungsi sebagai pelembab dengan cara

membentuk lapisan minyak yang tidak dapat bercampur pada permukaan bibir.

Lapisan yang terbentuk oleh lip balm merupakan lapisan pelindung bibir dari

pengaruh luar (Denavarre, 1975; Madans, 2012).

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia selain

gandum dan padi dan merupakan tanaman yang mudah diperoleh hampir di

seluruh wilayah Indonesia (Ketaren, 1986). Selain berfungsi sebagai bahan

pangan, jagung dapat diolah menjadi minyak jagung yang diperoleh dari ekstraksi

bagian lembaganya (Ketaren, 1986).

Minyak jagung termasuk bahan alami yang dapat dimanfaatkan dalam

bidang kosmetik, salah satunya adalah bahan pembuatan sediaan lip balm. Hal ini

disebabkan karena minyak jagung memiliki kandungan vitamin E dan asam lemak

tak jenuh tinggi yakni asam oleat (25,8%), linoleat (58,9%), linolenat (1,1%),

stearat (1,7%) dan palmitat (11%) (Rowe, 2009; Rajendran, dkk., 2012). Menurut

Widagdyo (2013), minyak jagung terdiri atas 13% asam lemak jenuh yakni asam

palmitat dan stearat, dan 86% asam lemak tak jenuh yakni 56% asam linoleat dan

30% asam oleat, sisanya adalah abu, zat warna atau lilin (Widagdyo, dkk., 2013).

Kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi dari minyak jagung

berfungsi memberikan efek kelenturan dan membuat kulit lebih sehat. Isomer

asam linoleat juga memberikan efek terapeutik dalam mengatasi kulit kering, luka

dan hiperkeratosis (Tranggono dan Latifah, 2007).

2
Universitas Sumatera Utara
Selain asam lemak, minyak jagung juga memiliki kandungan vitamin E

yang berfungsi sebagai antioksidan dalam melindungi sel dari kerusakan oksidasi

dan radikal bebas, menjaga kekuatan serat elastin antara dermis dan kolagen

dalam menjaga kelenturan sel, UV-protection dalam melindungi kulit dari paparan

sinar UV, anti-inflamasi, pelembab dengan cara mempertahankan ikatan air dalam

kulit dan melindungi lipid/lipoprotein dalam membran sel, serta sebagai

microcirculator yang mengatur cairan dalam vena/arteri serta sirkulasi periferal

sehingga stabilitas membran sel tetap terjaga (Tranggono dan Latifah, 2007).

Penelitian sebelumnya mengenai minyak jagung telah dilakukan oleh

Suriawati, (2015) yakni kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak

jarak (Oleum ricini) sebagai bahan dasar lipstik. Hasil formulasi sediaan lipstik

menggunakan kombinasi minyak jagung (Oleum maydis) dan minyak jarak

(Oleum ricini) dengan perbandingan yaitu 100:0, 70:30, 60:40, 50:50, 30:70,

40:60, 0: 100, diperoleh bahwa sediaan lipstik dengan perbandingan konsentrasi

minyak jagung (Oleum maydis) yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi

minyak jarak (Oleum ricini) memiliki tekstur, warna dan homogenitas bagus.

Penggunaan minyak tumbuhan pada lip balm lebih baik daripada minyak

mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mudah

menembus di antara sel-sel stratum korneum dan memiliki daya adhesi yang lebih

kuat (Tranggono dan Latifah, 2014).

Banyaknya manfaat minyak jagung serta keunggulan dari bentuk sediaan

lip balm menarik perhatian penulis untuk memformulasikan minyak jagung dalam

bentuk sediaan lip balm.

3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

a. Apakah minyak jagung dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% dapat

diformulasikan dalam sediaan lip balm?

b. Apakah sediaan lip balm minyak jagung dapat meningkatkan kelembaban

bibir?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini :

a. Minyak jagung dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% dapat

diformulasikan dalam sediaan lip balm

b. Sediaan lip balm minyak jagung dapat meningkatkan kelembaban bibir

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk membuat sediaan lip balm minyak jagung dengan konsentrasi 2%,

4%, 6%, dan 8%

b. Untuk mengetahui sediaan lip balm minyak jagung dapat meningkatkan

kelembaban bibir

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah menambah informasi mengenai

bentuk sediaan lip balm minyak jagung yang memiliki manfaat meningkatkan

kelembaban bibir

4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka pikir
Latar belakang Tujuan Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Paramr
Bibir dapat
menjadi  Homogeni
kering dan tas
Formulasi Stabilitas
pecah-pecah
sediaan lip fisik lip  pH
pada cuaca  Suhu
panas maupun balm yang balm
Konsen lebur
dingin akibat mengandun
g minyak
trasi  Organolep
tidak adanya minyak
jagung,  tis
Erythema
folikel rambut jagung Keamanan
beeswax, pada kulit  Edema
dan kelenjar (2%,4
keringat serta cocoa butter (iritasi)  Papula
%,6%,
sedikitnya dan  Vesikula
8%)
lapisan petrolatum
korneum Uji Lembar
 Sehingga, Kesukaan pertanyaan
diperlukan (Hedonic (kuesioner)
sediaan lip test)
balm dengan
kandungan
minyak Efek Nilai
jagung yang kelembaban Moisture
kaya akan pada bibir test
asam lemak
dan vitamin E
guna
melembabkan
, melenturkan
dan
menyehatkan
kulit

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Habitat tumbuhan

Tanaman jagung (Zea mays) merupakan tanaman pangan penting setelah

padi dan terdapat hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Jagung berasal dari

daerah tropis, tetapi karena banyaknya tipe jagung dengan variasi sifat dan

adaptasi yang tinggi, jagung tersebar luas dan dapat hidup baik pada berbagai

macam iklim (Ketaren, 1986).

Jagung banyak ditemukan di dataran rendah dan hanya sebagian saja

berada di daerah pegunungan pada ketinggian 100-1800 m di atas permukaan laut.

Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah khusus karena dapat tumbuh hampir

di semua jenis tanah. Tanah yang subur, gembur dan kaya humus merupakan

sarana pertumbuhan yang baik. Keasaman (pH) tanah yang terbaik untuk jagung

adalah 5,5-7,0 (Ketaren, 1986).

2.1.2 Kandungan kimia biji jagung

Biji jagung terdiri dari empat bagian yaitu kulit ari (5-6%), endosperm

(80-89%), lembaga dan gluten. Berikut adalah gambar bagian-bagian biji jagung:

Gambar 2.1 bagian-bagian biji jagung

6
Universitas Sumatera Utara
Kulit ari terdiri dari serat kasar yang membungkus bagian endosperm dan

embrio. Endosperm memiliki lapisan aleuron yang mengandung putih telur dan

lemak (Ketaren, 1986).

Biji jagung mengandung karbohidrat (73-79%) dan protein (10-19%) pada

endosperm. Selain karbohidrat dan protein, biji jagung juga mengandung lemak

(4,2-5%) yang banyak terdapat dalam endosperm. Berikut ini adalah Tabel 2.1

Komposisi biji jagung kering

Tabel 2.1 Komposisi biji jagung kering (Ketaren, 1986)

Komponen Jumlah (%)


Protein kasar 9,29
Lemak (ekstrak dari ester) 3,97
Serat kasar 2,03
Ekstrak N bebas 68,35
Abu 1,37
Energi (kal//gr) 3,81

Kandungan mineral
Kalsium 0,01940
Fosfor 0,27300
Kalium 0,28500
Besi 0,00226
Magnesium 0,10200
Khlor 0,04100
Mangan 2,43000
Tembaga 1,82000
Kobalt 0,01120
Iod 0,00006

Kandungan vitamin
Karoten 2,20
Vitamin A 1990,00 IU/lb
Thiamin 2,06
Niacin 6,90
Riboflavin 0,60
Panthothenic acid 3,36
Alfa tokoferol 11,21

7
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pemanfaatan biji jagung

Biji jagung memiliki banyak kegunaan. Masyarakat Indonesia banyak

memanfaatkannya sebagai bahan pangan karena, selain mudah diolah, harganya

juga cukup murah, serta memiliki nilai gizi tinggi (Ketaren, 1986).

2.2 Minyak Jagung

2.2.1 Deskripsi minyak jagung

Minyak jagung merupakan cairan berminyak jernih, kuning cerah,

memiliki bau khas dan rasa manis. Titik leleh -18-10 oC dengan nilai penyabunan

187-196. Viskositas minyak jagung adalah 37-39 cp (Rowe, 2009).

Minyak jagung dapat bercampur dengan benzena, kloroform,

diklorometana, eter, hexana, petroleum eter, praktis tidak larut etanol dan air.

Minyak jagung sebaiknya disimpan dalam tempat kedap udara, kering dan tidak

terpapar cahaya langsung. Minyak jagung relatif tidak bersifat toksik dan iritasi.

Minyak jagung telah lama digunakan sebagai minyak makan (Rowe, 2009).

2.2.2 Ekstraksi minyak jagung

Minyak jagung diperoleh dengan cara mengekstraksi lembaga. Sistem

ekstraksi yang digunakan adalah sistem press (pressing)/kombinasi sistem press

dan pelarut menguap (pressing and solvent extraction). Minyak jagung bewarna

merah gelap dan menjadi kuning keemasan setelah dimurnikan (Ketaren, 1986).

2.2.3 Kandungan minyak jagung

Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan

asam-asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6%, sedangkan sisanya

merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat warna atau lilin. Minyak jagung

8
Universitas Sumatera Utara
mengandung asam linoleat (58,9%), oleat (25,8%), palmitat (11%), stearat (1,7%),

linolenat (1,1%) (Ketaren, 1986; Rowe, 2009). Berikut adalah Gambar 2.2

Struktur asam-asam lemak yang terdapat dalam minyak jagung

Asam oleat
Asam palmitat

Asam linoleat

Asam stearat
Asam linolenat
Gambar 2.2 Struktur asam-asam lemak

2.2.4 Pemanfaatan minyak jagung

Penggunaan minyak jagung dalam sediaan farmasi diantaranya pelarut

injeksi intramuskular, pembawa sediaan topikal (Rowe, 2009).

2.3 Kulit

2.3.1 Kulit sebagai pelindung

Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari gangguan dan rangsangan

luar, melalui mekanisme pembentukan lapisan tanduk (keratinisasi), pelepasan

sel-sel kulit mati, respirasi, pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat,

pembentukan pigmen melanin, peraba, perasa, serta pertahanan terhadap tekanan

dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2014).

2.3.2 Struktur lapisan sel kulit

Kulit terbagi atas 2 lapisan utama, yaitu :

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan paling luar

2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat) (Tranggono dan Latifah, 2014).

9
Universitas Sumatera Utara
Epidermis

Lapisan epidermis terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu :

1. Lapisan tanduk (stratum korneum), terdiri dari beberapa sel gepeng, mati,

tidak memiliki inti, tidak terdapat proses metabolisme, tidak bewarna,

sangat sedikit mengandung air, dan sebagian besar terdiri dari keratin.

Permukaan stratum korneum dilapisi oleh mantel asam kulit

2. Lapisan jernih (stratum lucidum), berada tepat di bawah stratum korneum,

berupa lapisan tipis dan jernih. Di antara stratum korneum dan lucidum

terdapat lapisan keratin tipis barrier rein yang bersifat impermeabel

3. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum), terdiri dari sel-sel berbentuk

poligonal, berbutir kasar dan intinya mengkerut

4. Lapisan malpighi (stratum spinosum), memiliki sel berbentuk kubus

seperti berduri, intinya besar dan oval, setiap sel berisi filamen-filamen

kecil yang terdiri dari serabut protein.

5. Lapisan basal (stratum germinativum) merupakan lapisan terbawah

epidermis, yang akan mengalami pendewasaan menjadi stratum korneum

dalam waktu 14-21 hari (Tranggono dan Latifah, 2014).

2.3.3 Permeabilitas kulit terhadap air

Permeabilitas kulit (kemampuan air melewati membran sel) terhadap air

sangat terbatas. Kandungan air stratum korneum yang berada di atas barrier rain

hanya sekitar 10%. Lapisan stratum korneum yang agak kering ini secara

fisiologis sangat penting untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur

(Tranggono dan Latifah, 2014).

10
Universitas Sumatera Utara
Namun, stratum korneum tidak boleh terlalu kering karena akan

kekurangan elastisitas dan mudah sobek. Derajat kandungan air dalam stratum

korneum tergantung suplai air dan kelembaban udara sekitar. Jaringan

makromolekuler yang membentuk stratum korneum bersifat sebagai spons yang

dapat menyerap air dan mengeluarkannya jika diperlukan (Tranggono dan Latifah,

2014).

2.4 Bibir

2.4.1 Anatomi bibir

Berbeda halnya dengan anatomi kulit pada umumnya, bibir memiliki

anatomi dan fisiologi yang sedikit berbeda, yakni bibir tidak memiliki folikel

rambut dan kelenjar keringat, juga memiliki lapisan korneum yang lebih sedikit

dan tipis, yakni 3-4 lapisan, sedangkan pada bagian kulit lain terdiri dari 15-16

lapisan (Balsam, 2008). Berikut adalah Gambar 2.3 Gambar anatomi kulit bibir.

Gambar 2.3 Gambar anatomi kulit bibir

Karena kulit bibir lebih tipis, bibir menjadi lebih mudah luka dan

mengalami perdarahan (Wibowo, 2005). Lapisan bibir yang lebih tipis ini

menyebabkan bibir mudah ditembus oleh cahaya sehingga terlihat merah akibat

pembuluh darah yang berada di bawahnya (Madans, 2012).

11
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Kelembaban bibir

Kelembaban bibir berasal dari kapiler darah melalui mekanisme transport

massa dimana kelembaban terdifusi (berpindah) dari kapiler menuju jaringan yang

disebut dengan perpindahan difusi (Madans, 2012).

Perpindahan difusi kelembaban dipengaruhi oleh perubahan temperatur.

Pada saat cuaca dingin, pembuluh darah akan berkontraksi untuk memelihara

panas. Akibatnya, perpindahan kelembaban dari kapiler darah menuju jaringan

berkurang, sehingga bibir menjadi kering dan pecah-pecah (Madans, 2012).

Pada cuaca panas, pembuluh darah akan berdilatasi sehingga diameter

pembuluh darah bertambah dan meningkatkan difusi kelembaban dari kapiler

darah menuju jaringan. Akibatnya, terjadi penguapan air berlebihan dan

mengakibatkan bibir menjadi kering (Madans, 2012).

2.5 Kosmetik

2.5.1 Kosmetik perawatan kulit

Berbeda halnya dengan kosmetik riasan yang bertujuan untuk merias dan

menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik,

kosmetik perawatan kulit bertujuan untuk merawat kelembutan, kelenturan,

kebersihan, dan menjaga kerusakan kulit yang disebabkan oleh pengaruh luar.

Jenis kosmetik ini terdiri atas kosmetik pembersih (cleansing), pelembab

(moisturizing), pelindung (protecting), dan penipis (thinning). Beberapa contoh

diantaranya adalah astringen, toner, pelembab, masker, krim malam

(Wasitaatmadja, 1997).

12
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Alasan pentingnya pelembab kulit

Secara fisiologis, kulit memerlukan lemak dan air agar kelembabannya

terjaga. Hal ini dibuktikan dengan penemuan Blank bahwa lapisan stratum

korneum kulit yang diletakkan di udara kering akan menjadi keras, kering dan

bersisik dimana tidak dapat dilunakkan kembali hanya dengan pemberian lemak-

lemak seperti lanolin, olive oil maupun petrolatum, namun akan menjadi lunak

setelah diberi air. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kemampuan stratum

korneum dalam mengikat air sangat penting untuk fleksibilitas dan kelenturan

kulit (Tranggono dan Latifah, 2014).

Stratum korneum terbuat dari sisik keratin dan semen mirip lilin yang

mengisi celah-celah piringan keratin tersebut. Keratin terdiri dari molekul-

molekul rantai panjang yang dihubungkan satu sama lain dengan jembatan garam

atau hidrogen. Semakin sedikit jumlah air di antara rantai-rantai, semakin kuat

ikatan itu dan semakin rendah elastisitas jaringan keratin stratum korneum. Kulit

akan kering dan pecah-pecah membentuk retakan mendalam mirip huruf V

(Tranggono dan Latifah, 2014).

Oleh karena itu, pemberian kosmetika pelembab diperlukan oleh kulit

untuk mencegah dehidrasi yang akan menyebabkan kulit menjadi kering dan

pecah-pecah dengan akibat buruk lebih lanjut (Tranggono dan Latifah, 2014).

2.5.3 Mekanisme kerja bahan pelembab

Pelembab adalah campuran kompleks senyawa kimia yang

dihasilkan dengan tujuan membuat kulit lebih lembut dan elastis dengan cara

meningkatkan hidrasi kulit. Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi tiga yaitu

13
Universitas Sumatera Utara
oklusif, humektan dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari

ketiga mekanisme tersebut (Baumann, 2009).

a. Oklusif

Oklusif adalah mekanisme kerja pelembab melalui pembentukan lapisan

film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum

korneum. Pada umumnya bahan yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak.

Bahan-bahan yang memiliki mekanisme oklusif merupakan bahan pelembab

terbaik tetapi kurang dapat diterima dengan baik karena sifatnya yang berminyak.

Contoh bahan yang bersifat oklusif adalah petrolatum, minyak mineral, parafin,

skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, malam lebah (beeswax),

propilen glikol, dan lanolin (Baumann, 2009).

b. Humektan

Humektan adalah mekanisme kerja pelembab dengan cara menarik atau

menyerap air. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara untuk kemudian

berpenetrasi ke dalam kulit bila kelembaban relatif rendah. Tetapi, humektan

dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan

kulit menjadi kering. Maka sebaiknya penggunaan humektan dikombinasikan

dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan yang menarik air dan berpenetrasi ke

dalam kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang

memberikan persepsi kulit halus dan sedikit kerut. Contoh bahan yang bersifat

humektan adalah gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilen glikol, asam

α-hidroksi, dan gula (Baumann, 2009).

14
Universitas Sumatera Utara
c. Emolien

Mekanisme kerja emolien sebagai pelembab adalah dengan mengisi ruang

antara desquamating keratinosit untuk membentuk permukaan yang halus.

Emolien meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel

tidak menggulung. Ada beberapa bahan yang memiliki mekanisme kerja sebagai

emolien, humektan dan oklusif, seperti lanolin dan petrolatum (Baumann, 2009).

2.6 Sediaan Lip Balm

Lip balm merupakan sediaan yang diaplikasikan pada bibir dengan cara

membentuk lapisan minyak yang tidak dapat bercampur pada permukaan bibir.

Lip balm umumnya berfungsi dalam melapisi bibir. Lapisan yang terbentuk oleh

lip balm merupakan lapisan pelindung bibir dari pengaruh luar (Madans, 2012).

Sebagai pelapis, lip balm mencegah kehilangan kelembaban,

memberikan peluang untuk mengembalikan kelembaban awal bibir melalui aliran

difusi antara kapiler dan jaringan. Dengan lip balm, kelembaban akan

dikumpulkan pada permukaan antara lip balm dengan stratum korneum. Karena

fungsinya sebagai pelapis, jika lip balm dibersihkan maka tidak ada lagi

perlindungan antara bibir dan lingkungan luar (Madans, 2012).

Penggunaan minyak tumbuhan pada lip balm lebih baik daripada minyak

mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mudah

menembus di antara sel-sel stratum korneum dan memiliki daya adhesi yang lebih

kuat (Tranggono dan Latifah, 2014).

15
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Komponen dalam sediaan lip balm

Adapun komponen dalam sediaan lip balm adalah :

1. Minyak

Minyak merupakan bahan cair dalam suhu kamar yang disebabkan

rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak

tak jenuh, memiliki ikatan rangkap satu atau lebih di antara atom-atom karbonnya,

sehingga titik leburnya rendah (Winarno, 1997). Minyak berfungsi sebagai bahan

oklusif dalam membentuk lapisan film pada permukaan bibir guna mencegah

hilangnya air dari stratum korneum (Baumann, 2009).

2. Lilin

Lilin berfungsi memberikan bentuk sediaan stik, dimana perlu menjadi

perhatian dalam menentukan jenis dan jumlahnya agar dihasilkan formula yang

tepat. Beeswax (sinonim: cera alba atau malam putih) adalah lilin yang paling

banyak digunakan karena tekstur, keseragaman dan sifat menyusut yang baik

selama pencetakan. Kecenderungan menyusut ini membuat beeswax menjadi lebih

mudah untuk dikeluarkan dari cetakan setelah dingin (Chilson, 1934).

Beeswax memiliki titik leleh 62-64 oC. Lilin ini merupakan turunan dari

sarang lebah. Saat pertama kali meleleh dan disaring, terjadi perubahan warna dari

coklat menjadi kekuningan bercahaya. Lilin mentah ini selanjutnya dimurnikan

dan diputihkan secara kimia atau menggunakan cahaya matahari. Beeswax tidak

mudah tengik. Sebagai bahan yang paling banyak digunakan, beeswax diperlukan

sebagai lilin murni dengan kualitas berdasarkan ketentuan USP (Chilson, 1934).

16
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan jumlah lilin akan meningkatkan titik leleh dan kekerasan dari

suatu sediaan. Kekerasan dari lilin ini dipengaruhi oleh adanya ester hidroksil

asam lemak tak jenuh dengan 12 atom karbon pada rantainya (Madans, 2012).

3. Lemak

Salah satu jenis lemak yang biasa digunakan dalam sediaan lip balm

adalah lemak coklat. Lemak coklat atau yang disebut juga oleum cacao atau cocoa

butter, mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (2%) dan vitamin E

(tokoferol) sebesar 3-13 mg/100 gram bahan. Lemak coklat dapat digunakan

sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik antara lain sebagai krim pembersih,

krim penyerap dan minyak rambut (Ketaren, 1986).

Lemak coklat memiliki kelebihan yakni lunak, lebih mudah diserap, dapat

memberikan aroma bau yang menyenangkan, sehingga tidak perlu penambahan

pengharum (Chilson, 1934). Lemak coklat biasanya mulai mencair dan meleleh

pada suhu 34-35 oC. Bila di bawah suhu 30 oC, zat ini mengandung lebih banyak

kristal (polimorfisme) daripada trigliserida padat. Bila dipanaskan pada suhu

tinggi (di atas suhu leleh), lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak

tetapi kehilangan semua inti kristalnya yang berguna untuk memadat. Lemak

coklat akan mengkristal dalam bentuk kristal metastatis bila didinginkan di bawah

suhu 15 oC (Syamsuni, 2005).

4. Petrolatum

Petrolatum (sinonim: vaselin album, petroleum jelly putih)

umumnya digunakan dalam sediaan topikal sebagai basis salep emolien, namun

sedikit yang diabsorbsi di kulit. Petrolatum juga digunakan dalam sediaan krim

dan transdermal, sebagai bahan sediaan lubrikan, juga sebagai bahan yang

17
Universitas Sumatera Utara
terdapat dalam kain kasa steril untuk menyembuhkan luka. Petrolatum digunakan

secara luas dalam kosmetik sebagai emolien, pelindung, dan pelumas kulit (Rowe,

2009).

Petrolatum bewarna kuning pucat hingga kuning, tembus cahaya, tidak

bau, tidak berasa, dan sedikit berpendar di siang hari, bahkan pada saat dilelehkan.

Petrolatum dapat teroksidasi jika terpapar cahaya berlebih menjadi tidak bewarna

dan bau yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan yang

sesuai untuk mencegah hal tersebut, seperti Butil hidroksianisol (BHA), Butil

hidroksitoluen (BHT), atau alfa tokoferol (Vitamin E) (Rowe, 2009).

Petrolatum sebaiknya disimpan dalam tempat yang tertutup, terlindung

dari sinar matahari, dan tempat yang kering dan dingin. Petrolatum bersifat tidak

mengiritasi dan tidak toksik secara topikal, tidak menimbulkan efek alergi secara

langsung, tidak berpengaruh secara individual pada penggunaan berulang di kulit

wajah, meskipun ada juga beberapa laporan mengenai reaksi iritasi (Rowe, 2009).

Petrolatum tidak boleh digunakan lebih dari 20%, karena akan mengurangi

efek pelumasnya. Petrolatum dalam bentuk mentah bewarna gelap, berminyak dan

beraroma kambing. Jika disuling, terjadi perubahan warna dari kuning sawo gelap

menjadi putih salju. Petrolatum larut dalam pelarut organik, kurang larut air dan

sedikit larut alkohol (Chilson, 1934).

5. Gliserin

Gliserin (C3H8O3) merupakan cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau,

kental, bersifat higroskopis, memiliki rasa manis kira-kira 0,6 kali dari sukrosa,

dan memiliki titik leleh 17,8 oC (Rowe, 2009). Gliserin banyak digunakan pada

sediaan farmasi, termasuk oral, topikal, dan parenteral. Pada sediaan topikal dan

18
Universitas Sumatera Utara
kosmetik, gliserin memiliki kegunaan utama sebagai humektan dan emolien, juga

sebagai sebagai pelarut dan ko-solven pada krim dan emulsi (Rowe, 2009).

6. Antioksidan

Butil hidroksitoluen (BHT) merupakan salah satu antioksidan yang paling

banyak digunakan pada kosmetik, produk makanan dan sediaan farmasi lain.

Tujuan penggunaannya adalah untuk mencegah kerusakan oksidatif dari lemak

dan minyak agar tidak tengik dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang

terlarut dalam minyak (Rowe, 2009).

BHT berbentuk serbuk kristal putih dengan bau fenol yang khas, praktis

tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali hidroksida, asam

mineral encer, namun larut dalam aseton, benzena, etanol 95%, eter, metanol,

toluena, minyak mineral. BHT hrus disimpan di tempat yang tertutup baik,

terlindung dari cahaya, lembab dan panas (Rowe, 2009).

7. Pengawet

Nipagin (sinonim: metilparaben) digunakan secara luas sebagai

pengawet pada produk kosmetik, makanan dan sediaan farmasi, dapat digunakan

tunggal atau dikombinasikan dengan pengawet lain. Nipagin merupakan pengawet

yang paling sering digunakan pada sediaan kosmetik, karena efektif digunakan

pada range pH yang luas yakni 4-8 dan memiliki daya hambat antibakteri yang

luas. Aktivitas antibakteri semakin menurun seiring dengan peningkatan pH.

Nipagin lebih efektif menghambat ragi dan jamur dibandingkan bakteri dan lebih

efektif menghambat bakteri Gram positif dibandingkan Gram negatif. Nipagin

berbentuk serbuk kristal putih tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan sedikit

19
Universitas Sumatera Utara
berasa terbakar. Pengawet turunan paraben ini tidak bersifat mutagen, teratogenik,

dan karsinogenik. Reaksi alergi terhadap nipagin jarang terjadi (Rowe, 2009).

2.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Lip Balm

Pemeriksaan mutu fisik sediaan lip balm, meliputi pemeriksaan stabilitas

sediaan mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau

sediaan selama 28 hari pada suhu kamar, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur,

uji pH, uji iritasi, uji efektivitas sediaan terhadap kulit menggunakan alat moisture

checker dan uji kesukaan sediaan (Ratih, dkk., 2014).

2.7.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

2.7.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik dengan

masing-masing konsentrasi seberat 5 g, disimpan pada suhu kamar dan diukur

parameter-parameter kestabilan meliputi bau, warna dan bentuk selama 28 hari

(Ratih, dkk., 2014).

2.7.3 Pengamatan titik lebur sediaan

Metode pengamatan titik lebur lip balm dilakukan dengan cara

memasukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu awal 50 oC selama 15 menit,

diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu dinaikkan 1 oC setiap 15 menit dan

diamati pada suhu berapa lip balm mulai melebur (Linda, 2012).

20
Universitas Sumatera Utara
2.7.4 Penentuan pH sediaan

Semakin asam atau basa suatu bahan yang mengenai kulit, maka akan

semakin sulit untuk menetralisirnya. Kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah,

sensitif dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu, diusahakan agar pH kosmetik

sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis mantel asam kulit yaitu 4,5-6,5.

Fungsi mantel asam kulit, yaitu:

1. Sebagai penyangga (buffer) dalam menetralisir bahan kimia yang bersifat

terlalu asam atau basa yang masuk ke dalam kulit

2. Dengan adanya sifat asam yang bersifat membunuh, sehingga menekan

pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan kulit

3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit

(Tranggono dan Latifah, 2014).

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH kulit

dipengaruhi oleh lapisan tipis dan lembab yang berada di atas stratum korneum

yang disebut sebagai mantel asam kulit (sauremantel). Tingkat keasaman (pH)

kulit agak berbeda-beda, tetapi umumnya berkisar antara 4,5-6,5, sehingga

bersifat asam lemah (Rawlins, 2003; Tranggono dan Latifah, 2014).

2.7.5 Uji iritasi sediaan

Uji iritasi sediaan dilakukan dengan menggunakan metode uji tempel terbuka

(open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 15 panelis yang

bersedia dan menulis surat pernyataan. Contoh surat pernyataan dapat dilihat pada

lampiran 8. Uji tempel terbuka dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada

lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati

21
Universitas Sumatera Utara
apa yang akan terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari

berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2014).

Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau

edema. Menurut Ditjen POM (1985), tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji

tempel adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan Papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++

5. Edema dan vesikula ++++

2.7.6 Uji efektivitas sediaan

Pengujian efektivitas sediaan dilakukan dengan membandingkan keadaan

bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter

kelembaban. Prosedur yang dilakukan adalah dengan mengukur kelembaban bibir

awal panelis menggunakan alat Moisture checker. Sediaan lip balm dioleskan

pada bibir panelis setiap harinya secara rutin pagi dan malam hari dan diukur

kelembaban bibir setiap satu kali seminggu dalam empat minggu perawatan.

Pengujian efektivitas sediaan dilakukan terhadap 15 orang panelis.

Pengujian dilakukan pada daerah bibir. Pengelompokan dibagi menjadi :

a. kelompok I : 3 orang panelis menggunakan formula blanko

b. kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 2%

c. kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 4%

d. kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 6%

e. kelompok V : 3 orang panelis menggunakan formula 8%

22
Universitas Sumatera Utara
2.7.7 Uji kesukaan (Hedonic Test) sediaan

Uji kesukaan adalah metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat

kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian (kuesioner).

Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6 orang.

Sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang. Menurut Badan Standar

Nasional (2006), syarat-syarat panelis adalah sebagai berikut:

1. tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpartisipasi,

2. konsisten dalam mengambil keputusan,

3. berbadan sehat.

Uji kesukaan dilakukan secara organoleptis terhadap 30 orang panelis

dimana 10 orang penelis diantaranya telah dilakukan uji iritasi. Setiap panelis

diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis.

Kemudian, panelis memilih formula yang paling disukai. Panelis menuliskan 1

bila sangat tidak suka, 2 bila tidak suka, 3 bila netral, 4 bila suka, 5 bila sangat

suka. Parameter uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas

dan kelembaban yang dirasakan bibir. Kemudian dihitung persentase kesukaan

terhadap masing-masing sediaan, dengan rumus sebagai berikut :

P 95% (Linda, 2013).

Penilaian sampel uji berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Jumlah tingkat

kesukaan bervariasi. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya

dapat dianalisa secara statistik untuk penarikan kesimpulan (Badan Standar

Nasional, 2006).

23
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi

formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi uji stabilitas selama

28 hari pada suhu kamar, homogenitas, titik lebur, pH, iritasi, efektivitas dan

kesukaan (hedonic test) terhadap sediaan. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Batang pengaduk,

cawan penguap, cetakan lip balm, gelas objek, kertas perkamen, moisture checker

(Aram), neraca analitik (Mottler Toledo), oven (Dynamica), penangas air, pH

meter (Hanna), pipet tetes, spatula, tisu, wadah lip balm.

3.1.2 Bahan

Akuades (Rudang), BHT (Rudang), cera alba (Rudang), cocoa butter

(Arum Nusantara), gliserin (Rudang), larutan dapar pH asam (Rudang), larutan

dapar pH netral (Rudang), minyak jagung (Carrefour Medan Fair Plaza), nipagin

(Rudang), petrolatum (Carrefour Medan Fair Plaza), oleum cacao (Rudang).

3.2 Penyiapan Sampel

Minyak jagung merk Mazola dibeli di Transmart Carrefour Medan Fair

Plaza dengan alamat Jl. Gatot Subroto No. 30, Sekip, Medan Petisah, Kota

Medan, Sumatera Utara 20214.

24
Universitas Sumatera Utara
3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) adalah 15 orang

mahasiswi Fakultas Farmasi USU yang telah dianalisa bibirnya memiliki

kelembaban yang rendah (nilai kelembaban 0-29) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).

3.4 Uji analisis kandungan minyak jagung

Analisis kandungan minyak jagung dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) dengan alamat Jl. Bridgen Katamso No. 51, Kampung Baru, Medan

Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara, 20158.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Formula dasar (Ratih, dkk., 2014)

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini :

R/ Gliserin 5%

Cera Alba 10%

Cera Flava 12%

Nipagin 0,18%

Nipasol 0,02%

BHT 0,05%

Oleum cacao ad 100

25
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Modifikasi formula

Setelah dilakukan modifikasi formula, maka formula sediaan lip balm

minyak jagung yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula sediaan lip balm minyak jagung

Konsentrasi ( gram)
Bahan F0 (Blanko) F1 (2%) F2 (4%) F3 (6%) F4 (8%)
Minyak jagung 0 2 4 6 8
Gliserin 7 7 7 7 7
Cera alba 5 5 5 5 5
Cocoa butter 4 4 4 4 4
Petrolatum 6 6 6 6 6
Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
BHT 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Oleum cacao Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Keterangan:F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak jagung (blanko)


F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2 %
F2: Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4 %
F3: Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6 %
F4: Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8 %

3.5.3 Prosedur pembuatan sediaan

Cera alba dilelehkan menggunakan cawan penguap di atas penangas air

pada suhu leleh 62-64 oC hingga meleleh sempurna (massa 1). Sementara itu, pada

cawan lain yang telah diletakkan BHT, dilelehkan petrolatum pada suhu 38-64 oC

hingga meleleh sempurna, kemudian diturunkan suhu penangas air menjadi 31-34
o
C untuk melelehkan oleum cacao dan cocoa butter (massa 2). Lalu, dimasukkan

massa 1 ke dalam massa 2 dan diaduk homogen. Selanjutnya, dimasukkan gliserin

dan nipagin dan diaduk homogen. Lalu, dimasukkan minyak jagung sambil

diaduk homogen. Kemudian, lelehan sediaan dimasukkan ke dalam wadah dan

dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku (Ratih, dkk., 2014).

26
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik sediaan lip balm, meliputi uji stabilitas sediaan

selama 28 hari pada suhu kamar yang mencakup pengamatan terhadap perubahan

bentuk, warna dan bau sediaan, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, pH, iritasi,

efektivitas sediaan dengan menggunakan alat moisture checker dan uji kesukaan

terhadap sediaan (Ratih, dkk., 2014).

3.6.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

3.6.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik dengan

masing-masing konsentrasi seberat 5 g, disimpan pada suhu kamar dan diukur

parameter-parameter kestabilan meliputi bau, warna dan bentuk selama 28 hari

(Ratih, dkk., 2014).

3.6.3 Pengamatan titik lebur sediaan

Metode pengamatan titik lebur lip balm dilakukan dengan cara

memasukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu awal 50 oC selama 15 menit,

diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu dinaikkan 1 oC setiap 15 menit dan

diamati pada suhu berapa lip balm mulai melebur (Linda, 2012).

3.6.4 Pengukuran pH sediaan

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan

larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH. Kemudian

27
Universitas Sumatera Utara
elektroda dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat

dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml

aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat

menunjukkan harga pH sampai konstan. Pengukuran pH dilakukan sebanyak 3

kali lalu diambil nilai rata-ratanya (Rawlins, 2003).

3.7 Uji Iritasi, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan

3.7.1 Uji iritasi sediaan

Uji iritasi sediaan dilakukan dengan menggunakan metode uji tempel

terbuka (open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 15 panelis

yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Contoh surat pernyataan dapat dilihat

pada lampiran 11. Uji tempel terbuka dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan

pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan

diamati apa yang akan terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua

hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau

edema. Menurut Ditjen POM (1985), tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji

tempel adalah

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan Papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++

5. Edema dan vesikula ++++

28
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Uji efektivitas sediaan

Pengujian efektivitas sediaan dilakukan terhadap 15 orang panelis.

Pengujian dilakukan pada bibir bawah. Pengelompokan dibagi menjadi :

a. kelompok I : 3 orang panelis menggunakan formula blanko

b. kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 2%

c. kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 4%

d. kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 6%

e. kelompok V : 3 orang panelis menggunakan formula 8%

Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah

pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban, dengan cara mengukur

kelembaban seluruh panelis sebelum perlakuan menggunakan alat Moisture

checker. Sediaan lip balm dioleskan secara rutin pagi dan malam hari dan

dilakukan pengukuran kelembaban bibir setiap satu kali dalam seminggu selama

empat minggu perawatan

3.7.3 Uji kesukaan (Hedonic Test) sediaan

Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis dengan 10

orang penelis yang sama dengan uji iritasi. Setiap panelis diminta untuk

mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis. Kemudian, panelis

memilih formula yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila sangat tidak suka,

2 bila tidak suka, 3 bila netral, 4 bila suka, 5 bila sangat suka. Parameter

pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma,

homogenitas dan kelembaban yang dirasakan pada bibir. Kemudian dihitung

persentase kesukaan sediaan. Rumus menghitung nilai uji kesukaan yaitu :

P 95% (Linda, 2013).

29
Universitas Sumatera Utara
3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 21. Langkah pertama data dianalis dengan

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan

normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis

menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata

diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc

Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Sedangkan jika data

tidak normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal wallis

untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat

perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Mann-Whitney untuk melihat perbedaan

nyata antar perlakuan.

30
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Formulasi Sediaan

Sediaan lip balm yang dihasilkan memiliki aroma coklat dan tekstur yang

lembut. Perbedaan konsentrasi minyak jagung memberikan hasil yang juga

berbeda, dimana semakin tinggi konsentrasi minyak jagung, maka lip balm yang

dihasilkan semakin berminyak. Pada konsentrasi 2% lip balm yang dihasilkan

kurang berminyak, konsentrasi 4% cukup berminyak, konsentrasi 6% berminyak

dan konsentrasi 8% sangat berminyak.

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

4.2.1 Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan lip balm

Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Data pengamatan homogenitas sediaan lip balm minyak jagung

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)


0 7 14 21 28
F0 H H H H H
F1 H H H H H
F2 H H H H H
Homogenitas F3 H H H H H
F4 H H H H H

Keterangan: H : Homogen
F0 : Formula lip balm tanpa minyak jagung
F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8%

31
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan lip balm

yang dihasilkan mempunyai susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak

adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan (Ditjen

POM, 1979).

4.2.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik

sebanyak 5 g, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter

kestabilan meliputi bau, warna dan bentuk selama 28 hari (Ratih, dkk., 2014).

Hasil uji stabilitas lip balm dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data pengamatan uji stabilitas sediaan lip balm minyak jagung

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan setelah hari ke-


0 7 14 21 28
Bentuk F0 SB SB SB SB SB
F1 SB SB SB SB SB
F2 SB SB SB SB SB
F3 SB SB SB SB SB
F4 SB SB SB SB SB
Warna F0 K K K K K
F1 K K K K K
F2 K K K K K
F3 K K K K K
F4 K K K K K
Bau F0 Kh Kh Kh Kh Kh
F1 Kh Kh Kh Kh Kh
F2 Kh Kh Kh Kh Kh
F3 Kh Kh Kh Kh Kh
F4 Kh Kh Kh Kh Kh

Keterangan:
F0 : Formula lip balm tanpa minyak jagung
F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8%
SB : Solid yang baik
K : Kuning
Kh : Khas cokelat

32
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, didapat bahwa seluruh sediaan

memiliki bentuk dan konsistensi yang baik, yakni tidak meleleh pada suhu kamar,

tidak mengeluarkan minyak (sweating), serta tidak terjadi perubahan warna dan

bau selama penyimpanan 28 hari. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemberian

BHT 0,02 % dan nipagin 0,2% dapat menstabilkan sediaan.

Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya perubahan

bau dan warna. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat

ditambahkan antioksidan dan untuk mengatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh

jamur atau mikroba dapat ditambahkan pengawet (Allen, 2002).

4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan lip balm

Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak

jagung berkisar antara 6,23 - 6,5. Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada

Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan lip balm minyak jagung

Sediaan pH
F0 6,5
F1 6,5
F2 6,4
F3 6,36
F4 6,23
Keterangan:
F0 : Formula lip balm tanpa minyak jagung (Blanko)
F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8%

Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak

jagung yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi minyak jagung, maka pH

sediaan lip balm semakin rendah. Nilai pH lip balm yang dihasilkan telah

33
Universitas Sumatera Utara
memenuhi persyaratan pH sediaan kosmetika yakni berada pada rentang pH

fisiologis kulit 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.2.4 Hasil pengamatan titik lebur sediaan lip balm

Hasil pengamatan titik lebur lip balm menunjukkan bahwa titik lebur lip

balm berkisar antara 54-59 oC. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat

memiliki titik lebur yang baik yaitu berada di antara 55-75 oC (Ditjen POM,

1985). Perbedaan titik lebur antar sediaan, disebabkan karena perbedaan jumlah

oleum cacao yang terdapat pada masing-masing sediaan. Dimana, semakin tinggi

konsentrasi minyak jagung, maka semakin sedikit jumlah oleum cacao yang

terdapat pada sediaan. Sehingga, titik lebur sediaan semakin menurun. Hasil titik

lebur sediaan lip balm yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Data pengamatan titik lebur sediaan lip balm minyak jagung

Sediaan Titik lebur (oC)


F0 59
F1 57
F2 56
F3 55
F4 54

Keterangan:
F0 : Formula lip balm tanpa minyak jagung
F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8%

4.3 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lip Balm

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 panelis dengan

cara mengoleskan sediaan lip balm pada kulit lengan bawah lapisan dalam selama

2 hari berturut-turut, diperoleh bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi

34
Universitas Sumatera Utara
iritasi yaitu eritema, papula atau vesikula. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman digunakan (Tranggono dan

Latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Data hasil uji iritasi sediaan lip balm minyak jagung terhadap 10
panelis
Reaksi Panelis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Eritema - - - - - - - - - -
Eritema dan papula - - - - - - - - - -
Eritema, papula dan - - - - - - - - - -
vesikula
Edema dan vesikula - - - - - - - - - -
Keterangan:
1. Tidak ada reaksi -
2. Eritema +
3. Eritema dan papula ++
4. Eritema, papula dan vesikula +++
5. Edema dan vesikula ++++

4.4 Hasil Uji Efektivitas Sediaan

Pengujian efektivitas sediaan dilakukan terhadap 15 orang panelis.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan kelembaban bibir panelis sebelum

dan sesudah pemakaian sediaan. Seluruh penelis diukur terlebih dahulu kondisi

kelembaban bibir awal sebelum pemakaian sediaan dengan menggunakan alat

moisture checker. Kemudian, dilakukan pengukuran kelembaban bibir kembali

sesudah pemakaian sediaan setiap satu kali seminggu selama 4 minggu. Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan program statistik SPSS versi 19 dengan metode

Kruskal Wallis. Selanjutnya, dilakukan analisis dengan metode Mann-Whitney

untuk melihat pengaruh formula terhadap kelembaban bibir selama empat minggu

35
Universitas Sumatera Utara
perawatan. Data hasil pengukuran kelembaban bibir panelis dapat dilihat pada

Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Data hasil uji efektivitas sediaan lip balm minyak jagung terhadap

kelembaban bibir

Formula Panelis Kondisi Waktu perawatan setelah Persen


Awal minggu ke- Peningkatan
1 2 3 4 kelembaban
F0 1 33 34 35 35 35 6,06%
2 32 33 34 34 35 9,38%
3 29 30 30 31 32 10,34%
Rata-rata 31,3 32,3 33 33,3 34 8,52%
F1 4 32 33 35 37 37 15,63%
5 33 33 34 36 37 12,12%
6 31 32 34 36 36 16,13%
Rata-rata 32 32,6 34,3 36,3 36,6 14,56%
F2 7 32 34 35 36 38 18,75%
8 33 34 36 37 40 21,21%
9 31 32 34 35 38 22,58%
Rata-rata 32 33,3 35 36 38,6 20,81%
F3 10 31 34 38 39 41 32,26%
11 26 30 36 38 42 61,54%
12 34 36 38 42 47 38,24%
Rata-rata 30,3 33,3 37,3 39,6 43,3 42,86%
F4 13 30 34 40 43 49 63,33%
14 37 40 45 48 54 45,95%
15 30 35 42 46 53 76,66%
Rata-rata 32,3 36,3 42,3 45,6 52 60,84%
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100
F0 : Sediaan tanpa konsentrasi minyak jagung (blanko)
F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 8%

Data pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa selama empat minggu

pemberian sediaan lip balm setiap hari pada pagi dan malam hari secara rutin,

kelembaban bibir panelis mengalami peningkatan, dimana peningkatan tertinggi

terdapat pada formula 4 dengan pemulihan sebesar 60,84%. Namun, karena

36
Universitas Sumatera Utara
formula 4 tidak memenuhi syarat uji titik lebur sediaan, maka tidak dapat

dijadikan formula terbaik.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 19,

dimana hasil analisis data menunjukkan bahwa data tidak normal (Sig. 0,00).

Selanjutnya, data dianalisis menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis

untuk mengetahui efektivitas sediaan lip balm terhadap pengaruh perbedaan

signifikan kelembaban bibir panelis pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4, dimana

diperoleh nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan

kelembaban bibir panelis pada minggu ke-2, 3 dan 4 setelah pemakaian sediaan.

Berikut adalah Gambar 4.1 grafik pengaruh pemakaian lip balm minyak jagung

terhadap kelembaban bibir panelis selama empat minggu perawatan.

Kelembaban bibir (Moisture)


60
Peningkatan kelembaban

50
Kelembaban bibir

40 F0 (Blanko)
30 F1 (2%)
F2 (4%)
20
F3 (6%)
10
F4 (8%)
0
kondisi minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
awal

Gambar 4.1 Kelembaban bibir panelis selama 4 minggu perawatan

Lip balm berfungsi sebagai pelembab bibir dengan cara membentuk

lapisan minyak yang tidak dapat bercampur pada permukaan bibir. Sebagai

pelapis, lip balm mencegah kehilangan kelembaban bibir melalui aliran difusi

antara kapiler dan jaringan. Dengan lip balm, kelembaban akan dikumpulkan pada

37
Universitas Sumatera Utara
permukaan antara lip balm dengan stratum korneum. Kandungan asam lemak tak

jenuh yang tinggi dari minyak jagung berfungsi memberikan efek kelenturan kulit

dan membuat kulit lebih sehat, mengatasi kulit kering, luka dan hiperkeratosis.

Kandungan vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, UV-protection, serta sebagai

pelembab (Madans, 2012; Tranggono dan Latifah, 2007).

4.5 Hasil Uji Kesukaan Sediaan

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan

ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata

pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil perhitungan

didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan, yaitu:

- Sediaan F1 memiliki interval nilai kesukaan 2,561 – 3,298. Untuk

penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,561 dan dibulatkan

menjadi 3 (netral)

- Sediaan F2 memiliki interval nilai kesukaan 3,617 – 4,182. Untuk

penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,617 dan dibulatkan

menjadi 4 (suka)

- Sediaan F3 memiliki interval nilai kesukaan 3,717 – 4,343. Untuk

penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,717 dan dibulatkan

menjadi 4 (suka)

- Sediaan F4 memiliki interval nilai kesukaan 3,576 – 4,423. Untuk

penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,576 dan dibulatkan

menjadi 4 (suka).

38
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, sediaan yang disukai

adalah sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4, 6 dan 8%. Hasil uji

kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) sediaan lip balm minyak jagung
Panelis Formula
Nilai kesukaan :
F1 F2 F3 F4
1 : Sangat tidak suka
1 4 5 5 5
2 : Tidak suka
2 4 4 5 5
3 : Netral
3 3 3 4 3 4 : Suka
4 2 4 2 5 5 : Sangat suka
5 2 4 5 5
6 2 4 4 5
7 3 4 4 5
8 3 3 2 2
9 3 3 4 5
10 2 3 5 4
11 3 4 5 2
12 5 5 4 5
13 5 4 4 3
14 2 4 5 5
15 2 4 5 1
16 4 4 2 2
17 2 3 4 5
18 3 5 4 5
19 2 3 4 5
20 4 5 4 2
21 2 2 3 4
22 4 5 4 4
23 3 4 4 4
24 2 3 4 4
25 2 4 4 5
26 5 4 3 3
27 2 5 4 4
28 4 5 4 5
29 2 3 5 4
30 2 4 5 4
Total 88 117 121 120
Keterangan:
F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8%

39
Universitas Sumatera Utara
Dari seluruh formula sediaan lip balm minyak jagung yang dihasilkan,

formula terbaik adalah formula 3 (F3) dengan konsentrasi minyak jagung 6%

karena telah memenuhi seluruh syarat evaluasi sediaan lip balm meliputi syarat

homogenitas, stabilitas selama penyimpanan 28 hari pada suhu kamar, titik lebur,

pH, iritasi. Selain itu, juga diperoleh persen peningkatan kelembaban bibir sebesar

42,86% dan mendapat nilai 4 pada uji hedonik yang artinya sediaan disukai oleh

panelis.

40
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Minyak jagung dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan lip balm

dengan konsentrasi 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3) dan 8% (F4) dan telah

memenuhi persyaratan uji homogenitas, stabil selama penyimpanan 28

hari, titik lebur 54-59 oC, pH 6,23-6,5, dan tidak mengiritasi kulit. Sediaan

dengan konsentrasi minyak jagung 8% (F4) tidak memenuhi syarat titik

lebur.

b. Sediaan lip balm minyak jagung memberikan persen peningkatan

kelembaban bibir yaitu F0 (Blanko): 8,52%; F1 (minyak jagung 2%):

14,56%; F2 (minyak jagung 4%) : 20,81%; F3 (minyak jagung 6%) :

42,86%; F4 (minyak jagung 8%) : 60,84%, jika dibandingkan dengan

kondisi kelembaban bibir awal.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat membuat formulasi

sediaan lip balm minyak jagung dengan menggunakan basis selain oleum cacao

seperti Polietilen glikol (PEG) 4000:40 dan menggunakan bahan

pelunak/pelembut sediaan lain seperti lanolin.

41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. (2002). The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical


Compounding. Second Edition. Washington D.C: Apha. Halaman 43, 46.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (2008). Cosmetics Science and Technology. Second
Edition. USA: Wiley Interscience Publication. Halaman 209-512.

Baumann, L. MD., Sogol, S. MD., Edmund, W. MS. (2009). Cosmetic


Dermatology, Principles and Practice. Edisi II. United States: McGraw-
Hill Companies. Halaman 273-276.

Denavarre, M.G. (1975). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Edisi II.
Orlando: Continental Press. Halaman 699.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 506.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Depkes RI.


Halaman 82-105.

Jacobsen, P. L. (2011). The Little Lip Book. USA: Carma Laboratories


Incorporated. Halaman 14-16.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Jakarta:
UI Press. Halaman 238, 239, 241, 242, 245, 246.

Linda. (2013). Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Angkak


(Monascus purpureus) Sebagai Pewarna. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Madans, A., Katie, P., Christine, P., Shailly, P. (2012). Ithaca Got Your Lips
Chapped: A Performance Analysis of Lip Balm. BEE 4530. Halaman 4-5.

Rajendran, A., Singh, R.N., Vinay, M., Chaudhary, D.P., Sapna, Kumar, R.S.
(2011). Corn Oil An Emerging Industrial Product Ambika. Technical
Bulletin. New Delhi: Directorate of Maize Research. Halaman 5-9.

Ratih, H., Titta, H., Ratna, C.P. (2014). Formulasi Lip Balm Minyak Bunga
Kenanga (Cananga Oil) Sebagai Emolien. Prosiding Simposium
Penelitian. Yogyakarta: LeutikaPrio. Halaman 2-4.

Rowe, C.R., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Edisi Keenam. Washington: Pharmaceutical Press. Halaman
75.

Suriawati. (2015). Kombinasi Minyak Jagung (Oleum maydis) dan Minyak Jarak
(Oleum ricini) Sebagai Bahan Dasar Lipstik. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Medan.

42
Universitas Sumatera Utara
Syamsuni. (2005). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Halaman 89.

Tranggono, R. I. S., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 7-8, 93-96.

Wibowo, D. S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo. Halaman


165.

Widagdyo, D.R., Budiman, V.A., Aylianawati dan Indraswati, N. (2013).


Ekstraksi Kafein dari Serbuk Kopi Java Robusta dengan Pelarut Minyak
Jagung. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala. Halaman 175.

43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil analisis minyak jagung

44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar tanaman, buah, biji dan minyak jagung

Tanaman jagung

Buah jagung Biji jagung

Minyak jagung

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Perhitungan modifikasi formula sediaan lip balm dari minyak
jagung

- Formula 0 (Blanko) yaitu sediaan tanpa minyak jagung


- Gliserin 7 % = x 100 g = 7 g

- Cera alba 5% = x 100 g = 5 g

- Cocoa butter 4% = x 100 g = 4 g

- Petrolatum 6% = x 100 g = 6 g

- Nipagin 0,2% = x 100 g = 0,2 g

- BHT 0,02% = x 100 g = 0,02 g

- Oleum cacao ad = 100 g – (7+5+4+6+0,2+0,02) g = 77,78 g

- Formula 1 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 2%

- Gliserin 7 % = x 100 g = 7 g

- Cera alba 5% = x 100 g = 5 g

- Cocoa butter 4% = x 100 g = 4 g

- Petrolatum 6% = x 100 g = 6 g

- Nipagin 0,2% = x 100 g = 0,2 g

- BHT 0,02% = x 100 g = 0,02 g

- Minyak jagung 2% = x 100 g = 2 g

- Oleum cacao ad = 100 g – (7+5+4+6+0,2+0,02+2) g = 75,78 g

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
- Formula 2 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 4%

- Gliserin 7 % = x 100 g = 7 g

- Cera alba 5% = x 100 g = 5 g

- Cocoa butter 4% = x 100 g = 4 g

- Petrolatum 6% = x 100 g = 6 g

- Nipagin 0,2% = x 100 g = 0,2 g

- BHT 0,02% = x 100 g = 0,02 g

- Minyak jagung4% = x 100 g = 4 g

- Oleum cacao ad = 100 g – (7+5+4+6+0,2+0,02+4) g = 73,78 g

- Formula 3 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 6%


- Gliserin 7 % = x 100 g = 7 g

- Cera alba 5% = x 100 g = 5 g

- Cocoa butter 4% = x 100 g = 4 g

- Petrolatum 6% = x 100 g = 6 g

- Nipagin 0,2% = x 100 g = 0,2 g

- BHT 0,02% = x 100 g = 0,02 g

- Minyak jagung 6% = x 100 g = 6 g

- Oleum cacao ad = 100 g – (7+5+4+6+0,2+0,02+6) g = 71,78 g

48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (Lanjutan)
- Formula 4 yaitu sediaan dengan konsentrasi minyak jagung 8%
- Gliserin 7 % = x 100 g = 7 g

- Cera alba 5% = x 100 g = 5 g

- Cocoa butter 4% = x 100 g = 4 g

- Petrolatum 6% = x 100 g = 6 g

- Nipagin 0,2% = x 100 g = 0,2 g

- BHT 0,02% = x 100 g = 0,02 g

- Minyakjagung 8% = x 100 g = 8 g

- Oleum cacao ad = 100 g – (7+5+4+6+0,2+0,02+8) g = 69,78 g

49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar alat dan bahan

Neraca analitik Termometer Cawan penguap Batang pengaduk, spatula, pipet tetes

Kaca arloji, gelas objek Oven pH meter Moisture checker

Oleum cacao Cocoa butter Metilparaben BHT

Cera alba Petrolatum Gliserin Penangas air

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan kerja pembuatan sediaan lip balm

BHT & Petrolatum Cera alba


Dilelehkan di atas penangas air Dilelehkan di atas penangas
pada suhu leleh 38-64 oC hingga air pada suhu leleh 62-64oC
melelehsempurna hingga meleleh sempurna
Diturunkan suhu penangas air
menjadi suhu 31-34 oC untuk
melelehkan oleum cacao dan cocoa
butter hingga meleleh sempurna
Massa 2 Massa 1

Campuran massa 1 &massa 2

Ditambahkan gliserin, nipagin dan diaduk homogen


Ditambahkan minyak jagung dan diaduk hingga homogen
Dimasukkan ke dalam wadah lip balm
Dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku

Lip balm yang mengandung


minyak jagung

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar hasil formulasi sediaan lip balm

Lip balm dalam kemasan bentuk balsam

Lip balm dalam kemasan bentuk stik

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar hasil evaluasi sediaan lip balm

Gambar hasil uji homogenitas

Gambar sediaan lip balm setelah penyimpanan selama 28 hari

Gambar hasil uji iritasi sediaan

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Contoh surat pernyataan sukarelawan
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA
DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama lengkap :
Umur :
Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa punggung tangan danbibirsaya


akan digunakan sebagai daerah yang akan diuji. Setelah mendapat penjelasan
secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan setuju untuk
ikut serta dalam penelitian Delviadengan judul “Formulasi sediaan lip balm
minyak jagung (corn oil) dan uji efektivitas sebagai pelembab bibir” sebagai
usaha untuk mengetahui apakah sediaan lip balm yang dihasilkan tidak
memberikan dampak iritasi dan memiliki efektivitas sebagai pelembab bibir. Saya
menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah
ditetapkan.
Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak
manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

, Medan, April 2018


Sukarelawan

Nama lengkap

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan uji kesukaan (Hedonic test)

Untuk menghitung nilai kesukaan rerata dari setiap panelis digunakan rumus

sebagai berikut:

 P 95%

 =

 2
=

 =

Keterangan:
n : banyak panelis
2
: keragaman nilai kesukaan
1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95%
: nilai kesukaan rata-rata
: nilai kesukaan dari panelis ke i, dimana i=1,2,3,...,n
s : simpangan baku nilai kesukaan

- F1

 =

= 2,93

 2
=

= 1,062

 s =

= 1,03

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

 P

P (2,56152

- F2

 =

= 3,9

 2
=

= 0,623

 s =

= 0,7893

 P

P (3,6175

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

- F3

 =

= 4,03

 2
=

= 0,7655

 s =

= 0,8749

 P

P (3,717

- F4

 =

=4

 2
=

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

= 1,4

 s =

= 1,1832

 P

P (3,57664

58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Hasil uji kelembaban bibir menggunakan Moisturizer checker
- Formula Blanko (F0)
Kondisi awal

Minggu 1

Minggu 2

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 3

Minggu 4

- Formula 1 (2%)
Kondisi awal

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 4

- Formula 2 (4%)
Kondisi awal

Minggu 1

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
- Formula 3 (6%)
Kondisi awal

Minggu 1

Minggu 2

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 3

Minggu 4

- Formula 4 (8%)
Kondisiawal

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Minggu 4

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil analisis data kelembaban bibir dengan program SPSS 19
- Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Jenis Formula Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Kondisi_Awal F0 (Blanko) .292 3 . .923 3 .463
F1 (2%) .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 (4%) .175 3 . 1.000 3 1.000
F3 (6%) .232 3 . .980 3 .726
F4 (8%) .385 3 . .750 3 .000
Minggu 1 F0 (Blanko) .385 3 . .750 3 .000
F1 (2%) .175 3 . 1.000 3 1.000
F2 (4%) .385 3 . .750 3 .000
F3 (6%) .253 3 . .964 3 .637
F4 (8%) .328 3 . .871 3 .298
Minggu 2 F0 (Blanko) .385 3 . .750 3 .000
F1 (2%) .385 3 . .750 3 .000
F2 (4%) .175 3 . 1.000 3 1.000
F3 (6%) .385 3 . .750 3 .000
F4 (8%) .219 3 . .987 3 .780
Minggu 3 F0 (Blanko) .292 3 . .923 3 .463
F1 (2%) .385 3 . .750 3 .000
F2 (4%) .175 3 . 1.000 3 1.000
F3 (6%) .292 3 . .923 3 .463
F4 (8%) .219 3 . .987 3 .780
Minggu 4 F0 (Blanko) .385 3 . .750 3 .000
F1 (2%) .385 3 . .750 3 .000
F2 (4%) .385 3 . .750 3 .000
F3 (6%) .328 3 . .871 3 .298
F4 (8%) .314 3 . .893 3 .363
a. Lilliefors Significance Correction

- Uji kruskal wallis


Test Statisticsa,b

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4


Chi-Square .546 5.750 12.190 12.795 13.573
Df 4 4 4 4 4
Asymp. Sig. .969 .219 .016 .012 .009

68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
- Uji mann witney
- F0 dengan F1
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 4.000 3.000 1.000 .000 .000


Wilcoxon W 10.000 9.000 7.000 6.000 6.000
Z -.225 -.696 -1.650 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .822 .487 .099 .046 .043
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .700 .200 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

- F0 dengan F2
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 4.000 2.000 1.000 .500 .000


Wilcoxon W 10.000 8.000 7.000 6.500 6.000
Z -.225 -1.124 -1.623 -1.771 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .822 .261 .105 .077 .043
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .400 .200 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

- F0 dengan F3
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 4.000 2.500 .000 .000 .000


Wilcoxon W 10.000 8.500 6.000 6.000 6.000
Z -.218 -.899 -2.023 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .369 .043 .050 .046
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .400 .100 .100 .100a

a. Not corrected for ties.


b. Grouping Variable: Jenis Formula

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
- F0 dengan F4
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 4.000 .000 .000 .000 .000

Wilcoxon W 10.000 6.000 6.000 6.000 6.000


Z -.221 -1.993 -1.993 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .825 .046 .046 .050 .046
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .100 .100 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula
- F1 dengan F2
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 4.500 3.500 3.500 3.500 .000


Wilcoxon W 10.500 9.500 9.500 9.500 6.000
Z .000 -.471 -.471 -.471 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .637 .637 .637 .043
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .700 .700 .700 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

- F1 dengan F3
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 3.500 3.500 .000 .000 .000


Wilcoxon W 9.500 9.500 6.000 6.000 6.000
Z -.443 -.443 -2.023 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .658 .658 .043 .046 .046
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700 .700 .100 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

- F1 dengan F4
Test Statisticsb
Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 .500 .000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 6.500 6.000 6.000 6.000
Z -.664 -1.771 -1.993 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .507 .077 .046 .046 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a .100a .100a .100a .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
- F2 dengan F3

Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 3.500 4.000 .500 .000 .000


Wilcoxon W 9.500 10.000 6.500 6.000 6.000
Z -.443 -.232 -1.798 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .658 .817 .072 .050 .046
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700 1.000 .100 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

- F2 dengan F4

Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 3.000 1.000 .000 .000 .000


Wilcoxon W 9.000 7.000 6.000 6.000 6.000
Z -.664 -1.623 -1.964 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .507 .105 .050 .050 .046
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700 .200 .100 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

- F3 dengan F4
Test Statisticsb

Kondisi_Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Mann-Whitney U 4.000 2.500 .000 .000 .000


Wilcoxon W 10.000 8.500 6.000 6.000 6.000
Z -.221 -.886 -1.993 -1.964 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .825 .376 .046 .050 .050
a a a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .400 .100 .100 .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Jenis Formula

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Perbedaan gambar bibir dengan dan tanpa menggunakan lip balm
minyak jagung

Tanpa Pakai Lip Balm

Lip Balm F1 (2%) Lip Balm F2(4%)

Lip Balm F3 (6%) Lip Balm F4 (8%)

Keterangan:
F1 : Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 2%
F2 : Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 4%
F3 : Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 6%
F4 : Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak jagung 8%

72
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai