SKRIPSI
OLEH:
MAGDALENA SITORUS
NIM 171501044
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
MAGDALENA SITORUS
171501044
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
OLEH:
MAGDALENA SITORUS
171501044
Disetujui oleh:
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt
NIP 195807101986012001 NIP 195306251986012001
Dr. Sumaiyah, S.Si., M.Si., Apt Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt
NIP 197712262008122002 NIP 195807101986012001
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
penyusunan skripsi ini yang berjudul “Formulasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak
Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni (Ness & T. Ness)) sebagai
Pelembap Kulit”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai
rasa hormat dan terima kasih yang setulusnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,
M.Si., Apt. selaku pembimbing saya yang telah meluangkan banyak waktu dan
tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran dan
mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt
dan Ibu Hetty Lendora Maha S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khairunnisa,
Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan dan
penelitian, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Alm. Dr. Marline
Nainggolan, M.S., Apt, selaku dosen pimbimbing akademik saya, dan beserta
seluruh dosen pengajar di Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu
iv
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Wilmar
Sitorus, Ibu Medy Siagian dan abang serta kakak-kakak saya, serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan pengorbanan baik moril
maupun materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada adik saya desy sirait, sahabat saya Sonya,
Erika, Maesaroh, Maulidiyah, Rotua, Sarah M, Chita, Intan, Artha, Kristin dan
Kevin, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan ssatu persatu yang telah
memberikan, doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan yang tanpa henti selama
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis meminta
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi. Penulis bersedia
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak
Magdalena Sitorus
NIM 171501044
v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya
sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya
tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi
sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
Magdalena Sitorus
NIM. 171501044
vi
FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR
EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU MANIS
(Cinnamomum burmanni (Ness & T. Ness))
SEBAGAI PELEMBAP KULIT
ABSTRAK
Kata kunci: Ekstrak etanol kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni (Ness &T.
NESS); Pembersih; Kehalusan; Kelembapan; Sabun cair.
vii
FORMULATION OF LIQUID SOAP EXTRACT
PREPARATIONS CINNAMON BARK ETHANOL
(Cinnamomum burmanni (Ness & T. Ness)) AS A SKIN
MOISTURIZER
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
3.4.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam ........................... 21
3.5 Skrining Fitokimia pada Simplisia Kulit Kayu Manis .............................. 21
3.5.1 Pemeriksaan Alkaloid ............................................................................ 21
3.5.2 Pemeriksaan Flavonoid .......................................................................... 22
3.5.3 Pemeriksaan Saponin ............................................................................. 22
3.5.4 Pemeriksaan Tanin ................................................................................. 22
3.5.5 Pemeriksaan Glikosida........................................................................... 23
3.5.6 Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid.......................................................... 23
3.6 Pembuatan Ekstrak ................................................................................... 23
3.7 Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ....................................... 24
3.7.1 Penetapan Kadar Air .............................................................................. 24
3.7.2 Penetapan Kadar Abu Total ................................................................... 25
3.7.3 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam ........................... 25
3.8 Skrining Fitokimia pada Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ..................... 25
3.8.1 Pemeriksaan Alkaloid ............................................................................ 25
3.8.2 Pemeriksaan Flavonoid .......................................................................... 26
3.8.3 Pemeriksaan Saponin ............................................................................. 26
3.8.4 Pemeriksaan Tanin ................................................................................. 26
3.8.5 Pemeriksaan Glikosida........................................................................... 27
3.8.6 Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid.......................................................... 27
3.9 Pembuatan Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis .......... 28
3.9.1 Formula Dasar ........................................................................................ 28
3.9.2 Formula Modifikasi Sediaan Sabun Cair ............................................... 28
3.9.3 Prosedur Pembuatan Sediaan sabun cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis ...................................................................................................... 29
3.10 Evaluasi Formula ...................................................................................... 29
3.10.1 Pengujian Organoleptis .......................................................................... 30
3.10.2 Pengujian Homogenitas ......................................................................... 30
3.10.3 Pengukuran pH Sabun ............................................................................ 30
3.10.4 Pengukuran Viskositas ........................................................................... 31
3.10.5 Pengukuran Ketinggian Busa Sabun ...................................................... 31
3.10.6 Pengujian Bobot Jenis ............................................................................ 31
3.10.7 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ................................................. 31
3.11 Uji Efektivitas Sediaan ............................................................................. 32
3.11.1 Uji pembersih ......................................................................................... 32
3.11.2 Pengujian Kelembapan dan Kehalusan .................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 34
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan .................................................................... 34
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia Kulit Kayu Manis ..... 34
4.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ........ 36
4.4 Skrining Fitokimia .................................................................................... 36
4.5 Hasil Ekstraksi .......................................................................................... 37
4.6 Hasil Pembuatan Sediaan Sabun Cair....................................................... 38
4.6.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan ............................................... 38
4.6.2 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ........................................ 44
4.7 Hasil Uji Efektivitas Sediaan Sabun Cair ................................................. 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 50
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 50
x
5.2 Saran ......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 51
LAMPIRAN ....................................................................................................... 54
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan salah satu tanaman berkhasiat serta mengandung senyawa kimia yang
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat yaitu sinamaldehid. Tanaman ini
merupakan sejuta manfaat. Selain digunakan sebagai herba, hasil olahan tanaman
kayu manis juga banyak digunakan sebagai bahan industri farmasi, kecantikan,
salah satu antioksidan yang sangat kuat yang secara efektif dapat melawan radikal
radikal bebas yang lainnya dalam pengujian in vitro (Jakhetia, et. al, 2010).
seseorang. Kulit kering termasuk masalah yang sering dihadapi oleh banyak
1
orang, secara umum dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pemaparan
panas, dingin, debu, polusi udara dan air, udara kering serta radiasi sinar matahari.
dapat membuat kulit menjadi pecah, retak-retak, kering dan kasar (Fauzi dan
untuk mengembalikan keelastisitas serta kadar air dalam kulit (Prianto, 2014).
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
saat ini ada bermacam-macam diantaranya berupa sabun cair (liquid soap), sabun
padat opaque (sabun padat biasa), dan juga sabun padat transparan (Irhamna,
2019). Sabun cair adalah jenis sabun yang berbentuk liquid (cairan) sehingga
mudah dituangkan dan menghasilkan busa yang lebih banyak dan tampak lebih
menarik. Sabun cair memiliki banyak keuntungan dari pada sabun padat,
keuntungannya yaitu sabun cair mudah digunakan, lebih higienis, mudah dibawa
dan disimpan serta tidak mudah rusak atau kotor (Watkinson, 2000).
Sabun yang baik bukan hanya dapat membersihkan kulit dari kotoran saja,
tetapi juga memiliki kandungan zat yang tidak merusak kulit serta dapat
melindungi kulit, salah satunya adalah dari efek radikal bebas. Senyawa yang
dan Nurmalina, 2012). Formulasi sabun cair umumnya terdiri dari surfaktan,
misalnya lauryl ether sodium sulfate yang digunakan untuk memastikan stabilitas
2
busa dan meningkatkan viskositas sabun cair (Mendes Canguss et al., 2016).
Klasifikasi surfaktan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: surfaktan ionik
dan surfaktan nonionik. Surfaktan ionik dapat dibagi menjadi surfaktan anionik,
surfaktan kationik dan surfaktan amfoter. Surfaktan anionik adalah surfaktan yang
membawa gugus ion dalam bentuk kepala negatif atau positif; atau mungkin
dan mengangkat sebagian besar lapisan lipid pelindung kulit dan menyisakan kulit
yang kering. Selain itu, sabun saponifikasi akan bereaksi membentuk endapan
ketika digunakan bersama air sadah yang mengandung ion kalsium dan
Surfaktan yang sering digunakan dalam produk sabun dan sampo disebut dengan
SLES karena lebih ringan efeknya di kulit dan lebih mudah larut air dibandingkan
SLS.
kelembapan kulit.
3
1.2 Perumusan Masalah
b. Apakah sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu manis (Cinnamomum
1.3 Hipotesis
pemakaian 4 minggu.
b. Untuk mengetahui apakah sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu
tentang sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu manis (Cinnamomum
burmanni) sehingga dapat menjadi salah satu bentuk sediaan yang dapat berfungsi
4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Alkaloid
Skrining Fitokimia
Ekstrak etanol kulit Glikosida
Ekstrak etanol kulit
kayu manis Flavonoid
kayu manis Saponin
(Cinnamomum
burmanni) Tanin
Steroid/Triterpenoid
Karakteristik
Ekstrak etanol kulit Kadar air
kayu manis Kadar abu total
Kadar abu tidak larut
asam
Evaluasi sediaan
sabun cair ekstrak Stabilitas (Bentuk,
etanol kulit kayu warna, bau)
Homogenitas
manis
(Homogen)
Sediaan sabun cair pH sediaan (8,0-11,0)
ekstrak etanol kulit Tinggi busa
kayu manis konsentrasi Bobot jenis
0,3%; Viskositas
0,4%; 0,5%
Uji Pembersih
Efektivitas sediaan Kelembapan
sabun cair ekstrak (Moisture)
etanol kuklit kayu (Dehidrasi: 0-29,
Normal: 30-50,
manis
Hidrasi: 51-100)
Kehalusan (Eveness)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Laulares
Family : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
2.1.3 Sinonim
6
2.1.4 Morfologi Tumbuhan
panjang. Kualitas kulit dan aroma kayu manis dipengaruhi oleh ketinggian tempat
penanaman kayu manis. Secara umum kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian
hingga 2000 m dpl (Anto, 2020). Tinggi pohon bisa mencapai 15 meter, batang
berkayu dan bercabang-cabang, daun tunggal, warna daun muda merah pucat
setelah tua berwarna hijau, perbungaan bentuk mulai tumbuh diketiak daun buah
muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam, memiliki daun yang lebih
kecil dan kaku, umumnya berbentuk tunggal, pucuk daun berwarna kemerahan,
akar tunggang (Rismundar, 2001), juga memiliki kulit kayu berwarna abu-abu
Kayu manis dikenal baik sebagai tanaman rempah aromatik karena hampir
seluruh bagian tanaman mengandung minyak atsiri (Suwarto, 2014). Kulit kayu
manis juga mengandung coumarin, dua jenis insektisida alami yaitu cinnzelanim
Pada kulit kayu manis terkandung senyawa sinamaldehid yang termasuk dalam
7
atsiri kayu manis yang terbesar adalah sinamaldehid 55-65%, eugenol 4-8%,
beberapa jenis aldehida, felandren, dan benzyl benzoat. Senyawa lainnya yaitu
sitronela, dan polifenol. Biasanya minyak atsiri kayu manis diperoleh dari bagian
tanaman kayu manis berupa kulit, batang cabang atau ranting, atau daunnya
dengan cara penyulingan. Bagian kulit batang kayu manis paling banyak
juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Bisset & Wichtl 2001). Flavanoid
merupakan salah satu senyawa polifenol yang memiliki sifat antioksidan. (Dewi
dkk., 2018). Antioksidan dapat memelihara jaringan ikat di dalam sel, misalnya
menjaga integritas serat elastin antara dermis dan kolagen sehingga kelenturan
2.2 Kulit
juga terlibat aktif dalam mekanisme pertahanan dan fungsi penting lainnya
(Sherwood, 2012). Kulit termasuk organ yang esensial dan vital yang dapat
kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, usia, jenis
Kulit dalam bahasa latin disebut cutis dan dibagian bawahnya terdapat
lapisan bernama subcutis. Jika kulit dicubit dan diangkat, kulit itu terasa longgar
8
beberapa zat kimia dengan fungsi spesifik seperti keratin, lipid, asam lemak,
proteinase, dan lain-lain. Biasanya kulit sangat halus. Namun, karena penuaan dan
paparan panas dan dingin, sinar matahari, tekanan dan abrasi, debu dan infeksi
mikroba, dan lain-lain. Kelembutan dapat hilang dan kulit menjadi lebih kasar dan
kulit. Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit, maka kulit
akan terlihat kering dan tidak elastis lagi. Paparan sinar matahari berlebih
Enzim ini lah yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan
jaringan penghubung yang ada di bawah kulit dermis (Muliyawan dan Suriana,
2013).
mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi-sisi kulit yang lebih dalam dari
dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: Moisture (Kadar air), Sebum (Kadar
9
menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada
2.4 Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
surfaktan yang memiliki struktur kimia dengan panjang rantai karbon C12 hingga
C16 atau C18 dan memiliki sifat mengurangi tegangan permukaan serta tegangan
(kotoran). Sabun memiliki dua tipe, yaitu sabun berbasis sapo (asam lemak dan
alkali) dan berbasis surfaktan. Sabun berbasis sapo menghasilkan busa yang
sangat banyak dan daya deterjensinya (daya bersih) sangat baik, serta dapat
iritasi kulit, serta memiliki daya bersih yang baik (Paye, dkk., 2006).
bersama dengan air untuk mencuci dan membersihkan kulit dari kotoran (yang
10
Berdasarkan bentuknya, sabun yang dikenal pada saat ini ada bermacam-
macam diantaranya berupa sabun cair (liquid soap), sabun padat opaque (sabun
padat biasa), dan juga sabun padat transparan (Irhamna, 2019). Sabun yang baik
bukan hanya dapat membersihkan kulit dari kotoran saja, tetapi juga memiliki
kandungan zat yang tidak merusak kulit serta dapat melindungi kulit, salah
satunya adalah dari efek radikal bebas. Senyawa yang dapat menangkal radikal
Sabun yang dibuat adalah sediaan sabun cair berwujud cairan kental.
bahan tambahan lainnya yang digunakan bersama dengan air untuk mencuci dan
2001). Formulasi sabun cair umumnya terdiri dari surfaktan, misalnya lauryl ether
Surfaktan adalah molekul yang memiliki gugus polar yang suka air
mengandung minyak dan air untuk dapat dihilangkan dengan air (Kusumayanti,
dkk., 2018).
ionik dan surfaktan nonionik. Surfaktan ionik dapat dibagi menjadi surfaktan
11
anionik, surfaktan kationik dan surfaktan amfoter. Surfaktan anionik adalah
surfaktan yang membawa gugus ion dalam bentuk kepala negatif atau positif; atau
kationik adalah yang terbesar, dan toksisitas surfaktan anionik adalah antara
dan mengangkat sebagian besar lapisan lipid pelindung kulit dan menyisakan kulit
yang kering. Selain itu, sabun saponifikasi akan bereaksi membentuk endapan
ketika digunakan bersama air sadah yang mengandung ion kalsium dan
Surfaktan yang sering digunakan sebagai basis sabun di antaranya adalah SLS,
12
Sodium lauril eter sulfat (SLES) dan kokamidopropil betain. Perbedaan
pemilihan surfaktan. Surfaktan yang sering digunakan dalam produk sabun dan
sampo disebut dengan SLES karena lebih ringan efeknya di kulit dan lebih mudah
Standardisasi Nasional Indonesia (2017): keadaan (bentuk, bau dan warna), pH,
bobot jenis, dan ketinggian busa. Syarat menurut SNI 4085-2017 dapat dilihat
Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun Cair Bahan Dasar Sabun Menurut SNI 4085-2017
No. Kriteria Uji Persyaratan (Satuan)
Keadaan:
- Bentuk Cairan Homogen
1.
- Bau Khas
- Warna Khas
2. pH 4-10
3. Bobot Jenis 1,01-1,10 g/ml
4. Ketinggian busa 13-220 mm
Sumber: Standardisasi Nasional Indonesia,2017
ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun tidak sepenuhnya larut
dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel,
13
Sabun dapat mengurangi tegangan permukaan sehingga meningkatkan
sifat pembasahan air yang di dalamnya terlarut sabun. Air sabun dapat
tersebut menjadi terperangkap di dalam busa sabun dan hilang setelah dibilas
larut dalam air dan berwarna transparan hingga kekuningan (Shipp, 1996).
1996).
Sulfat menjadi pilihan kedua setelah Lauril Eter Sulfat. Berdasarkan sifat
Eter Sulfat. Akan tetapi, Lauril Sulfat mudah menyebabkan iritasi, serta
14
b. Gliserin
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat dan higroskopis. Dapat bercampur
dengan air dan dengan etanol 95% P, praktis tidak larut dalam kloroform
P, dalam eter P dan dalam minyak lemak (Ditjen POM, 1979). Gliserin
merupakan humektan (menarik uap air dari udara ke kulit) dan sering
tidak berbau, kental, cairan higroskopis serta rasa yang manis. Sebagai
c. Polietilen glikol
dipengaruhi oleh bobot molekul. Polimer ini mudah larut dalam berbagai
pelarut, titik leleh dan toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semi
antara 4000-20000, khususnya PEG 4000 dan PEG 6000 (Rowe, 2009).
15
d. Propil paraben
paraben yang digunakan untuk sediaan topikal, yaitu 0,01% - 0,6%. Propil
paraben sangat larut dalam aseton dan eter, mudah larut dalam etanol dan
e. Metil paraben
f. HPMC
Berwarna putih hingga agak kuning, bubuk tidak berbau dan tidak berasa.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ekstrak etanol kulit kayu manis, formulasi sediaan sabun cair, penentuan mutu
fisik sediaan sabun cair yang meliputi pengamatan uji homogenitas, uji pH, bobot
jenis, uji organoleptis, uji viskositas, uji ketinggian busa, uji iritasi dan pengujian
efektifitas uji pembersih, kelembapan dan kehalusan pada variasi sediaan yang
dibuat dengan konsentrasi 0,3%, 0,4% dan 0,5%. Penelitian ini dilakukan di
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium foil, batang
pengaduk, beaker glass, blender, cawan penguap, erlenmeyer, gelas ukur, kaca
objek, kertas perkamen, kertas saring, kompor gas, lemari pendingin, lemari
analyzer (Aramo), tanur (Nabertherm), viskometer NDJ- 8S, dan wadah sabun
cair.
17
3.1.2 Bahan
etanol kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni), etanol 96%, air suling,
selulosa (HPMC),), metil paraben, propil paraben, larutan dapar pH asam (4,01),
3.2 Sukarelawan
mahasiswi Farmasi USU yang telah dianalisa kulitnya memiliki kelembapan yang
membandingkan bahan yang sama dari daerah lain. Bahan yang digunakan adalah
18
3.3.3 Pengolahan Sampel
Kulit kayu manis di cuci dan dibersihkan dari pengotor yang mungkin
melekat pada kulit kayu manis. Kulit kayu manis dikeringkan didalam lemari
pengering pada suhu 40-60oC sampai kulit kayu manis kering. Simplisia yang
manis. Serbuk simplisia kulit kayu manis ditaburkan diatas kaca objek yang telah
ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian
a. Penjenuhan toluen
±30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan
19
b. Kadar air simplisia
toluen mendidih, kemudian toluen diatur 2 tetes per detik sampai sebagian
tetes per detik dan setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin
penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen
memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam
bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).
sampai kering dalam cawan yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.
Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 100˚C sampai diperoleh bobot tetap.
Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
20
disaring. Sebanyak 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan yang
berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven
pada suhu 100˚C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol
Serbuk kulit kayu manis sebanyak 2 g yang telah digerus dan ditimbang
seksama, dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara,
kemudian diratakan. Krus porselin bersama isinya dipijarkan hingga arang habis,
didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar abu dihitung
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total didihkan dengan 25
mL asam klorida encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut
dalam asam, disaring dengan kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air panas.
Residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, kemudian
dinginkan dan ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung
mL asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan di atas penangas air selama
21
2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji
pereaksi Dragendorff. Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan
paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas (Depkes RI, 1995).
menit dan disaring dalam keadaan panas. Kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1g
serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 1 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah kekuningan
kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida
tabung reaksi, lalu disari dengan 10 mL air suling, disaring lalu filtratnya
diencerkan dengan air suling hingga tidak berwarna. Diambil 2 mL larutan lalu
ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru
22
3.5.5 Pemeriksaan Glikosida
mL campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume air. Direfluks
ditambahkan dengan 25 mL air suling dan 25 mL timbal (II) asetat 0,4 M, lalu
bagian kloroform dan 2 bagian isopropanol dilakukan berulang sebanyak tiga kali.
Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50˚C. Sisanya
penangas air. Sisa dilarutkan dalam 2 mL air suling dan 5 tetes pereaksi molish,
heksan selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dan sisanya ditambahkan pereaksi
96%. Cara kerja, yaitu: sebanyak 1 kg serbuk kulit kayu manis dimasukkan ke
dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian (7,5 L) etanol 96%, ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari pada suhu kamar
sambil sesekali diaduk, kemudian diserkai dan disaring. Ampas dicuci kembali
23
dengan 25 bagian (2,5 L) etanol 96% pada bejana tertutup, dibiarkan di tempat
sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari dan dienaptuangkan. Maserat yang
diperoleh diuapkan dengan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 40-
60˚C hingga setengah kental lalu diuapkan diatas penangas air sampai diperoleh
a. Penjenuhan toluene
±30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan
Labu berisi toluen dimasukkan 5 g ekstrak etanol kulit kayu manis yang
mendidih, kemudian toluen diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air
terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik dan
setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.
suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan
ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air
yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen
(WHO, 1998).
24
3.7.2 Penetapan Kadar Abu Total
Ekstrak etanol kulit kayu manis sebanyak 2 g yang telah digerus dan
ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan
ditara, kemudian diratakan. Krus porselin bersama isinya dipijarkan hingga arang
habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total didihkan dengan 25
mL asam klorida encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut
dalam asam, disaring dengan kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air panas.
Residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, kemudian
dinginkan dan ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung
Ekstrak etanol kulit kayu manis ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian
penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh
25
ketiga ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Alkaloid disebut positif jika
terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas
filtrate ditambahkan 0,1g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 1
ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi
warna merah kekuningan atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth,
1966).
Ekstrak etanol kulit kayu manis ditimbang sebanyak 0,5 gram dan
setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan
1995).
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu disari dengan 10 mL air suling, disaring
lalu filtratnya diencerkan dengan air suling hingga tidak berwarna. Diambil 2 mL
larutan lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi
(Farnsworth, 1966).
26
3.8.5 Pemeriksaan Glikosida
disari dengan 30 mL campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume
asetat 0,4 M, lalu dikocok selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari dengan 20
sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari
percobaan berikut, yaitu 0,1 mL larutan percobaan diuapkan di atas penangas air.
Sisa dilarutkan dalam 2 mL air suling dan 5 tetes pereaksi molish, kemudian
(Harborne, 1987).
27
3.9 Pembuatan Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
R/ SLS 15
HPMC 0,9
Propilen glikol 15
R/ SLES 9
HPMC 0,9
Propilen glikol 15
Propil 0,02
paraben 12
Gliserin
sabun cair yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,3% (F1), 0,4% (F2) dan
0,5% (F3). Formulasi dasar sediaan sabun cair yang tidak mengandung ekstrak
etanol kulit kayu manis dibuat sebagai blanko (F0). Formula masing-masing
sediaan sabun cair dapat dilihat pada Tabel 3.1. Perhitungan bahan-bahan pada
28
Tabel 3.1 Komposisi Formula Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Formula
Bahan
0 1 2 3
Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (g) - 0,3 0,4 0,5
SLES 9 9 9 9
HPMC (g) 0,9 0,9 0,9 0,9
Propilen glikol (g) 15 15 15 15
Metil paraben (g) 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil paraben (g) 0,02 0,02 0,02 0,02
Gliserin (g) 12 12 12 12
Air Suling (ml) add 100 100 100 100
Keterangan:
F0 = Formula tidak mengandung esktrak etanol kulit kayu manis (blanko)
F1 = Formula mengandung 0,3% ekstrak etanol kulit kayu manis
F2 = Formula mengandung 0,4% ekstrak etanol kulit kayu manis
F3 = Formula mengandung 0,5% ekstrak etanol kulit kayu manis
3.9.3 Prosedur Pembuatan Sediaan sabun cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
ditambahkan metil paraben dan propil paraben dalam sediaan yang sudah
dilarutkan dalam propilen glikol, serta SLES yang sudah dilarutkan dalam
sebagian air suling sambil terus diaduk. Suhu campuran diturunkan hingga 40ºC,
kemudian ditambahkan ekstrak etanol kulit kayu manis. Sabun yang diperoleh
kemudian dievaluasi.
29
3.10.1 Pengujian Organoleptis
dan bau sabun cair yang terbentuk (Depkes RI, 1995). Menurut SNI, standar
sabun cair yang ideal yaitu memiliki bentuk cair, serta bau dan warna yang khas
(SNI, 1996).
dengan kaca yang lain lalu diratakan. Sediaan yang memenuhi persyaratan
homogenitas harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH
7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) hingga alat menunjukkan harga Ph
tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Setelah itu elektroda dicelupkan dalam larutan
2003). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar (25°) pada hari minggu ke 1, 4,
8, dan 12.
30
3.10.4 Pengukuran Viskositas
dalam tanda batas. Motor dinyalakan dengan speed 12 dan spindel dibiarkan
Sampel sediaan sabun cair sebanyak 0,1% dalam air suling dimaukkan 50
ml kedalam gelas ukur tertutup 100 ml dan dikocok selama 20 detik dengan cara
beraturan. Ukur tinggi busa yang terbentuk. Kemudian diamkan selama 5 menit
suhu 250C. Permukaan air es harus lebih tinggi dari pada permukaan contoh
terendam selama 30 menit kemudian buka tutup piknometer dan bersihkan bagian
luar piknometer dengan gulungan kertas saring sampai tanda garis (SNI, 1996).
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan sabun cair dengan maksud untuk
mengetahui ada atau tidaknya iritasi yang timbul pada kulit. Iritasi dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi
pelekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru
31
timbul beberapa jam setelah penyentuhan dan pelekatan pada kulit (Ditjen POM RI,
1985). Sukarelawan yang akan menggunakan kosmetika baru dapat dilakukan uji
tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut ditempat lain,
yaitu daun telinga. Setelah dibiarkan 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang
Uji Pembersih
kuantitatif.
- Kualitatif
Kemudian kertas saring dipotong sebanyak formula yang akan diuji dan
selama 1 menit, kemudian kertas saring diangkat dan dibilas dengan air
- Kuantitatif
32
sebagai kotoran minyak yang dapat diangkat oleh sabun cair.
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit tangan yang
sudah ditandai dengan menggunakan skin analyzer dan moisture checker yang
meliputi:
1. Kelembapan (moisture)
dengan tekan tombol power pada moisture checker dan tunggu hingga
kulit yang akan diukur. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan
biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur
kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil
33
BAB IV
bahwa tumbuhan yang diteliti termasuk spesies Cinnamomum burmanni dari suku
Hasil pemeriksaan makroskopik dari kulit kayu manis yaitu berupa kulit
batang membujur, tebal, pipih, warna coklat kekuningan atau coklat sampai
terdapat sklereida, idioblas berupa sel minyak dan sklerenkim. Hasil mikroskopik
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dari sampel kulit kayu manis yang
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia Kulit Kayu Manis
No. Parameter Pengujian Hasil Pemeriksaan (%)
1. Kadar air 8,55
2. Kadar sari larut air 19,61
3. Kadar sari larut etanol 28,95
4. Kadar abu total 7,06
5. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,26
34
Berdasarkan hasil pemeriksaan karakterisasi kadar air diperoleh kadar air
serbuk simplisia kulit kayu manis sebesar 8,55%, dimana lebih kecil dari 10% dan
sudah memenuhi kadar air simplisia. Kadar air yang melebihi 10% pada sampel
dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, jamur atau serangga
(WHO, 1998). Menurut Hananti (2012), hasil uji karakteristik kadar air simplisia
memiliki hasil 6,5% dimana menenuhi persyaratan WHO (1998) dimana hasil
Penetapan kadar sari yang larut air menyatakan jumlah zat yang tersari
dalam pelarut air seperti glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan
asam- asam organik, sedangkan penetapan kadar sari yang larut etanol menyatakan
jumlah zat yang tersari dalam pelarut etanol seperti glikosida, steroid, flavonoid,
sebesar 28,95%, kadar sari larut air sebesar 19,61%, kadar abu total sebesar
7,06%, dan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,26% yang telah memenuhi
persyaratan pada Farmakope Herbal edisi II yaitu dengan kadar sari larut dalam
etanol tidak kurang dari 16%, kadar sari larut air tidak kurang dari 4,0%, kadar
abu total tidak lebih dari 10,0%, dan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari
0,3%. Menurut Hananti (2012), hasil penetapan kadar kadar sari larut dalam
etanol diperoleh sebesar 12%, kadar sari larut air sebesar 5%, kadar abu total
sebesar 3,2%, dan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,2% dimana memenuhi
bila simplisia dipijar pada suhu 500-600oC hingga seluruh unsur organik hilang.
35
Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral
setelah pemijaran yang meliputi abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman
itu sendiri yang terdapat di dalam sampel maupun abu non fisiologi yang
merupakan residu dari proses pengekstraksian (contohnya pasir dan tanah). Kadar
abu tidak larut asam dilakukan dengan cara melarutkan abu total dalam asam
klorida untuk menunjukkan jumlah silikat seperti pasir dan tanah yang terdapat
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
No. Parameter Pengujian Hasil Pemeriksaan (%)
1. Kadar air 12,23
2. Kadar abu total 0,23
3. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,08
Berdasarkan hasil penetapan kadar air yang diperoleh yaitu 12,23%, kadar
abu total sebesar 0,23%, dan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,08% yang telah
memenuhi persyaratan pada Farmakope Herbal edisi II yaitu dengan kadar air
tidak lebih dari 16%, kadar abu total tidak lebih dari 0,3%, dan kadar abu tidak
larut asam tidak lebih dari 0,1%. Menurut Hananti (2012) hasil penetapan kadar
air yang diperoleh yaitu 12,23%, kadar abu total sebesar 0,23%, dan kadar abu
36
Tabel 4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
No. Golongan Simplisia Ekstrak
1. Alkaloid + +
2. Flavonoid + +
3. Saponin + +
4. Tanin + +
5. Triterpenoid/Steroid + +
6. Glikosida + +
Keterangan: (+) Positif : mengandung golongan senyawa
(-) Negatif : tidak mengandung golongan senyawa
bahwa simplisia dan ekstrak etanol kulit kayu manis mengandung alkaloid,
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam (Dewi, 2018). Menurut Parhusip (2019), Menunjukkan hasil positif pada
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40-60oC hingga setengah kental lalu
diuapkan di atas penangas air dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 355,03 gram
37
4.6 Hasil Pembuatan Sediaan Sabun Cair
etanol kulit kayu manis yang digunakan adalah 0,3%, 0,4%, dan 0,5%, basis
sabun cair yang digunakan adalah aquades, dan bahan lain yang digunakan yaitu
SLES, gliserin, propilen glikol, propil paraben, metil paraben. Sediaan sabun cair
dengan penambahan ekstrak yang diperoleh berupa sabun cair berwarna merah
muda hingga merah tua dan tanpa penambahan ekstrak (blanko) bening.
a. Pemeriksaan organoleptis
terhadap sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu manis pada ketiga
perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan secara visual pada suhu
38
Tabel 4.4 Pengamatan Organoleptis Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit
Kayu Manis
Lama pengamatan (Minggu)
Pengamatan Formula
1 4 8 12
F0 - - - -
F1 - - - -
Bentuk
F2 - - - -
F3 - - - -
F0 - - - -
F1 - - - -
Bau
F2 - - - -
F3 - - - -
F0 - - - -
F1 - - - -
Warna
F2 - - - -
F3 - - - -
Keterangan:
F0 : Sediaan sabun cair tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis (blanko)
F1 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,3%
F2 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,4%
F3 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,5%
- : tidak mengalami perubahan;
+ : mengalami perubahan
organoleptis seluruh sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu manis
tidak mengalami perubahan bentuk, warna serta bau yang khas. Hal ini
berarti sabun cair stabil secara fisika selama penyimpanan dalam suhu
kamar serta memenuhi kriteria SNI 1996 yaitu memiliki bentuk cair, bau
dan warna yang khas. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 14.
dengan kaca yang lain lalu dilihat. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.5.
39
Tabel 4.5 Data Pengamatan Homogenitas Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis
Formula Homogenitas
F0 H
F1 H
F2 H
F3 H
Keterangan:
F0 : Sediaan yang tidak mengandung ekstrak etanol kulit kayu manis
F1 : Sediaan yang mengandung 0,3% ekstrak etanol kulit kayu manis
F2 : Sediaan yang mengandung 0,4% ekstrak etanol kulit kayu manis
F3 : Sediaan yang mengandung 0,5% ekstrak etanol kulit kayu manis
H : Homogen
sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu manis memenuhi persyaratan
homogenitas yaitu tidak terlihat butiran kasar. Hasil dapat dilihat pada
Lampiran 13.
sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit kayu manis sebesar 8,2-8,6. Hal ini
memenuhi rentang syarat nilai pH sabun cair yaitu 8-11 (SNI, 1996). Hasil
Tabel 4.6 Pengujian pH Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Lama pengamatan (Minggu)
Formula
1 4 8 12
F0 7,1 7,1 7,0 7,0
pH
F1 6,9 6,7 6,6 6,5
F2 6,8 6,6 6,5 6,4
F3 6,6 6,4 6,3 6,2
Keterangan:
F0 : Sediaan sabun cair tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis (blanko)
F1 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,3%
F2 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,4%
F3 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,5%
40
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak etanol kulit kayu manis yang ditambahkan ke dalam sediaan sabun
cair, pH sediaan sabun cair yang didapat semakin menurun. Hal ini dapat
terjadi karena pH ekstrak etanol kulit kayu manis memiliki pH asam yaitu
pembuatan.
cair ekstrak ekstrak etanol kulit kayu manis bertujuan untuk mengetahui
Tabel 4.7 Data Pengamatan Ketinggian (Mm) Dan Kestabilan Busa Sabun Cair
Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Tinggi Busa Sabun Terhadap waktu (mm)
Formula
Waktu awal (t0) Setelah 5 menit (t5)
F0 (Blanko) 180 170
F1 173 163
F2 165 155
F3 145 135
Keterangan:
F0 : Sediaan sabun cair tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis (blanko)
F1 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,3%
F2 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,4%
F3 : Sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,5%
41
Stabilitas busa dilakukan untuk mengetahui tinggi busa yang
dihasilkan dari sediaan sabun cair dengan cara pengocokan lalu didiamkan
selama 5 menit. Berdasarkan SNI, syarat tinggi busa dari sabun cair yaitu
13-220 mm. Dari hasil pengamatan tinggi busa terlihat bahwa semua
formula memenuhi standar sabun yang sesuai dengan SNI. Stabilitas busa
etanol kulit labu kuning dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Data Hasil Pengukuran Bobot Jenis Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis
Formula Bobot Jenis (g/mL)
F0 1,032
F1 1,037
F2 1,048
F3 1,050
Keterangan:
F0 : Sediaan yang tidak mengandung ekstrak etanol kulit kayu manis
F1 : Sediaan yang mengandung 0,3% ekstrak etanol kulit kayu manis
F2 : Sediaan yang mengandung 0,4% ekstrak etanol kulit kayu manis
F3 : Sediaan yang mengandung 0,5% ekstrak etanol kulit kayu manis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot sabun cair dengan bobot air
pada volume dan suhu yang sama (SNI,1996). Pengujian bobot jenis
formulasi sabun cair terhadap bobot jenis sabun yang dihasilkan. Hasil
bobot jenis sediaan sabun cair ekstrak etanol kulit labu kuning yang
42
dihasilkan berkisar antara 1,032 – 1,050 g/mL. Hal ini membuktikan
bahwa bobot jenis sediaan sabun cair yang dihasilkan telah memenuhi
standar SNI 1996 yaitu berkisar antara 1,010 – 1,100 g/mL dan mendekati
Tabel 4.9 Pengujian Viskositas Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Lama pengamatan (Minggu)
Formula
0 1 4 8 12
F0 2497 2497 2497 2496 2497
Viskositas (cp) F1 2497 2497 2496 2497 2496
43
persyaratan viskositas sabun cair berada dalam rentang 500 – 20000 cPs.
sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,5% (F3)
hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu
adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji
iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan sabun cair yang dibuat aman
untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit
Tabel 4.10 Hasil Uji Iritasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Terhadap Kulit Sukarelawan
Sukarelawan
Pengamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
Keterangan: - : Tidak terjadi iritasi
+ : Terjadi iritasi
a. Uji Pembersih
- Uji kualitatif
44
minyak yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak makan
penelitian ini adalah minyak makan. Hasil dari uji tersebut dapat
- Uji Kuantitatif
kulit kayu manis menghasilkan air yang keruh pada F0, F1, F2, F3.
45
b. Uji terhadap sukarelawan
- Kelembapan (Moisture)
46
Dari data yang diperoleh dapat dilihat terjadinya kenaikan
47
- Kehalusan (Eveness)
48
paling tinggi yaitu, 12.04%. Sinar matahari dapat menyebabkan
kerusakan kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit yang
49
BAB V
5.1 Kesimpulan
sediaan 7,1-6,2, tinggi busa 135-180 mm, bobot jenis 1032-1050 g/mL,
5.2 Saran
peneliti selanjutnya untuk membuat sediaan lainnya dari ekstrak etanol kulit kayu
manis (Cinnamomum burmanni) dalam bentuk sediaan sabun padat, lulur, lip
50
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Y., dkk. 2020. Karakteristik Fisik dan Aktivitas Antibakteri Sabun
Cair Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang Berbasis Surfaktan
Sodium Lauril Eter Sulfat. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol.10 (1). Hal
3- 4.
Anto. 2020. Rempah-Rempah dan Minyak Atsiri. Jateng: Penerbit Lakeisha. Hal
131-134.
Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd.Halaman 1-10.
Baki G, Alexander K. Introduction to Cosmetic Formulation and Technology.
New Jersey: John Wiley & Sons Inc.; 2015. 175 p.
Balsam MS, Sagarin E. 2008. Cosmetics Science and Technology. Second
Edition. Volume 2. London: John Wiley & Son inc. Halaman 103,107.
Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H. I. 2001. Cosmetic Science and Tecnology.2nd
Ed. New York: John Willey and Son Inc. Halaman 151-153.
Bisset, N. G and Wichtl, M. 2001. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, 2nd
edition. Medpharm Scientific Publishers. Germany. 67-69 hal.
Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid Keenam. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 300, 302-304, 306, 334, 540,
536.
Dewi, S.R., Naily, U., Bambang, D.A. 2018. Kandungan Flavanoid dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Pleurotus ostreatus. Jurnal Rona Teknik Pertanian.
11(1): 2.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Indonesia. Halaman 33.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 22-26.
Farnsworth, N.R. 1996. Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmace utical Science. 55(3): 259, 262-264.
Fauzi, A. R., dan Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta:
Penerbit PT Elex Media Komputindo. Hal: 1-6.
Fessenden, R.J., Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid 2. Edisi Ke-3.:
Penerbit Erlangga. Halaman 312
Hananti, R., S. Hidayat, S. dan Yanti, L. (2012). UJI AKTIVITAS
ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU MANIS
(Cinnamomum burmanii Nees ex.Bl.) DIBANDINGKAN DENGAN
GLIBENKLAMID PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster
DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA., 1(1): Halaman: 17
Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penerjemah Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soediro. Cetakan Kedua. Bandung: ITB Press. Halaman 71-72.
Hariana, H. A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar swadaya.
Hal 17.
51
Irhamna, D. 2019. FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT DARI EKSTRAK
ETANOL KULIT PUTIH BUAH SEMANGKA (Citrullus lanatus
(Thunb.) Matsumura & Nakai) KOMBINASI MADU (Mel depuratum).
Medan: FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT
KESEHATAN HELVETIA. Hal 15-17.
Jakhetia, V., Patel, R., Khatri, P., Pahuja, N., Garg, S., Pandey, A Dan Sharma, S.
2010. Cinnamon: A Pharmacological Review. Journal Scientific Research.
1 (2): 19.
Kaneko, D., Sakamoto, K. 2001. Skin Cleansing Liquid, Barel, A.O., Paye, M.,
Maibach, H.I., 3rd Ed, Handbook of Cosmetic Science and Technology,
Marcell Dekker, Inc. New York. Pages 499-509.
Kemenkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Halaman 181-184.
Kemenkes RI. 2015. Materia Kosmetika Bahan Alam Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Halaman 255.
Mendes Canguss, Loiola Vasconcelos TY, Feitosa Medeiros DP, Martins
Mesquita RJ, Bezerra Sampaio Marques FV, de Vasconcelos Saraiva RL,
vilo do Nascimento A. (2016). Pengembangan formulasi berbeda yang
mengandung 2% klorheksidin diglukonat dan evaluasi awal stabilitas
formulasi, World Journal of Farmaceutical Research, Volume 5, Edisi 5,
139-147.
Mithal, B.M., dan Saha, R.N. 2000. A Handbook Of Cosmetics. Delhi: Vallabh
Prakashan. Halaman 11-15.
Mitsui, T. 1997. Cosmetic and Skin: New Cosmetic Science. Amsterdam:
Elsevier. Halaman 38-46.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT
Elex Media Komputindo. Hal: 22-23.
Nazdrajic, S., dan Bratovcic, A. (2019). THE ROLE OF SURFACTANTS IN
LIQUID SOAPS AND ITS ANTIMICROBIAL PROPERTIES. Journal
homepage: www.journalijal.com. Int. J. Adv. Res. 7(12), 501-507.
Halaman 3-4.
Parhusip, A., J., N. dan Cynthia, L., J. (2019). (APLIKASI EKSTRAK KULIT
KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) UNTUK MENGHAMBAT
AKTIVITAS BAKTERI IKAN LELE (Clarias batrachus)). Jurnal Sains
dan Teknologi, 3(2): 70-71
Pelczar, M., Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit UI-
Press. Halaman 117, 145-148.
Prasetyaningrum, dkk. 2012. Aktivitas Antioksidan, Total Fenol, dan Antibakteri
Minyak Atsiri dan Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomum burmannii).
Jurnal Teknosains Pangan. Vol 1(1): 27.
Prianto, J. 2014. Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 132.
Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas.
London: Bailierre Tindall. Halaman 355.
Rismundar, dan Paimin FB. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengelolahan. Edisi
4. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Halaman: 3, 15-6.
52
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th ed. London: Pharmaceutical Press. Hal 155, 285, 474,
697,754.
Schramm, L.L. 2005. Emulsion, Foams, and Suspensions. Wiley-VCH Verlag
GmbH & Co. KgaA. Weinheim. Halaman 155.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC. Halaman 479-480 SNI 439. 1996. Sediaan Tabir Surya.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Shipp, P. J. 2006. Hair-care Products, Dalam Chemistry and Technology of The
Cosmetics and Toiletries Industry Second Edition. London: Blackie
Academic & Professional.
SNI 439. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Suwarto, dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar
Swadaya. Suryani, A., Hambali E., Rivai, M. (2002). Teknologi produksi
Surfaktan. Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB. Halaman 88-90.
Spiess, E. 1996. Raw Materials, Dalam Chemistry and Technology of The
Cosmetics and Toiletries Industry Second Edition. London: Blackie
Academic & Professional.
Toofan M. & Toofan J. (2015). Tinjauan Singkat Proses Pembersihan untuk
Fabrikasi Perangkat Elektronik, Perkembangan Kontaminasi dan
Pembersihan Permukaan. Metode Pembersihan Basah dan Kering, 185-
2012.
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Halaman 11-13, 23-30, 77-87, 167.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia. Halaman 3, 58, 69, 197-198.
WHO. 1998. Quality Control Methods For Medical Plant Materials.Geneva:
World Health Organization. Halaman 28, 31-33.
Wibowo, D. S. 2008. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo. Hal 25-28.
Winarsi H, 2007. Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 2. Gambar Mikroskopis Dan Makroskopis Serbuk Kulit Kayu Manis
a. Mikroskopis
Keterangan: 1. Sklereida
2. Idioblas berupa sel minyak dan sklerenkim
3. Sklerenkim
b. Makroskopis
Warna coklat kekuningan atau coklat sampai kemerahan; bau khas;
55
Lampiran 3. Gambar Serbuk dan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
56
Lampiran 4. Bagan Kerja Penelitian
Dihaluskan
Karakteristik Serbuk
Skrining Fitokimia Pembuatan Ekstrak
Kulit Kayu Manis
Dibuat
dengan
Meliputi: metode
Makroskopis
maserasi
Mikroskopis Meliputi:
PK. Air Alkaloid
PK. Sari Larut Flavonoid
Air Saponin Ekstrak Etanol
PK. Sari Larut Glikosida Kulit Kayu Manis
Etanol Tanin
PK. Abu Total Steroid /
PK. Abu Tak triterpenoid Dibuat
Larut Asam variasi
Formulasi Sediaan
Sabun cair Ekstrak
Etanol Kulit Kayu
Manis
57
Lampiran 5. Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Ampas Maserat I
Dicuci dengan etanol
96% sebanyak 2,5 liter
Didiamkan
Diserkai/disaring
Maserat II
Digabung
Dibiarkan selama 2 hari di tempat
yang terlindung cahaya
Dituangkan/disaring
Filtrat
58
Lampiran 6. Gambar Hasil Karakterisasi Serbuk Kulit Kayu Manis
(A)
(B) (C)
(D) (E)
Keterangan:
A : Penetapan kadar air
B : Penetapan sari larut air
C : Penetapan sari larut etanol
D : Penetapan kadar abu total
E : Penetapan kadar abu tak larut asam
59
Lampiran 7. Hasil Skrining Fitokimia Kulit Kayu Manis
A) (B) (C)
Keterangan:
(A) : Hasil pemeriksaan senyawa alkaloid positif
(B) : Hasil pemeriksaan senyawa flavonoid positif
(C) : Hasil pemeriksaan senyawa glikosida positif
(D) : Hasil pemeriksaan senyawa saponin positif
(E) : Hasil pemeriksaan senyawa tanin positif
(F) : Hasil pemeriksaan senyawa steroid/triterpenoid positif
60
Lampiran 8. Perhitungan Karakteristik Serbuk Kulit Kayu Manis
No. Berat Sampel (gram) Volume Awal (ml) Volume akhir (ml)
1 5,09 2,0 2,6
2 5,00 2,6 3,0
3 5,09 3,0 3,3
1.
2.
3.
4.
61
Lampiran 8. Perhitungan Karakteristik Serbuk Kulit Kayu Manis
62
Lampiran 8. Perhitungan Karakteristik Serbuk Kulit Kayu Manis
63
Lampiran 9. Perhitungan Karakteristik Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
No. Berat Sampel (gram) Volume Awal (ml) Volume Akhir (ml)
1 5,03 2,0 2,7
2 5, 05 2,7 3,2
3 5,05 3,2 3,9
1.
2.
3.
4.
64
Lampiran 9. Perhitungan Karakteristik Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Berat sampel Berat Kurs Kosong Berat Kurs + Abu Berat Abu
No.
(gram) (gram) (gram) (gram)
1 2,01 57,5754 57,5772 0,0018
2 2,00 58,1235 58,1249 0,0014
3 2,01 62,8259 62,8279 0,0020
65
Lampiran 10. Bagan Pembuatan Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Ditimbang. Ditimbang
Dilarutkan HPMC kedalam Dilarutkan
sebagian propilen glikol. dalam sebagian
Dikembangkan dalam akuades sampai
akuades dengan suhu 70 – SLES larut
80oC sambil diaduk hingga sempurna
mengembang.
Dimasukkan metil paraben
dan propil paraben yang
sudah dilarutkan dengan
sedikit propilenglikol
kedalam sediaan.
Massa 1 Massa 2
Ditambahkan ekstrak
etanol kulit kayu manis
yang telah digerus pada
lumpang
Diaduk hingga homogen
Dimasukkan kedalam
wadah Sabun cair
Hasil
66
Lampiran 11. Gambar Alat
Oven Tanur
67
Lampiran 11. Gambar Alat
68
Lampiran 12. Perhitungan Formula Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit
Kayu Manis
F0 yaitu sediaan sabun cair tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis
- SLES 15%
- HPMC 1,2%
- Gliserin 12%
- Aquadest
F1 yaitu sediaan sabun cair dengan ekstrak etanol kulit kayu manis 0,3%
- SLES 15%
- HPMC 1,2%
- Gliserin 12%
- Aquadest
69
Lampiran 12. Perhitungan Formula Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis
F2 yaitu sediaan sabun cair dengan ekstrak etanol kulit kayu manis 0,4%
- Ekstrak etanol kulit kayu manis 0,4%
- SLES 15%
- HPMC 1,2%
- Gliserin 12%
- Aquadest
F1 yaitu sediaan sabun cair dengan ekstrak etanol kulit kayu manis 0,5%
- SLES 15%
- HPMC 1,2%
- Gliserin 12%
- Aquadest
+ 0,5
70
Lampiran 13. Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit
Kayu Manis
- Uji Homogenitas
71
Lampiran 14. Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit
Kayu Manis
- Uji Stabilitas
72
Lampiran 15. Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Kulit
Kayu Manis
- Uji Iritasi
73
Lampiran 16. Ethical Clearance
74
Lampiran 17. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan
( )
75
Lampiran 18. Cair Dengan Penambahan Minyak Pada Kertas Saring
a. Konsentrasi 0,3%
b. Konsentrasi 0,4%
c. Konsentrasi 0,5%
76
Lampiran 19. Hasil Pengujian Efektivitas Uji Pembersih Pada Sediaan Sabun
Cair Dengan Penambahan Margarin Pada Kertas Saring
a. Konsentrasi 0,3%
b. Konsentrasi 0,4%
c. Konsentrasi 0,5%
77
Lampiran 20. Hasil Pengujian Efektivitas Kelembapan Dan Kehalusan Pada
Sediaan Sabun Cair Dalam Alat Skin Analyzer Dan Moisture
Checker Dengan Konsentrasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
0,5% (F3)
a. Kelembapan (moisture)
Kondisi awal
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
78
Lampiran 21. Hasil Pengujian Efektivitas Kelembapan dan Kehalusan Pada
Sediaan Sabun cair dalam Alat Skin Analyzer dan Moisture
Checker dengan Konsentrasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
0,5% (F3)
b. Kehalusan (eveness)
Kondisi Awal Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3
Minggu 4
79