2017
Arika, Fauzal
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1444
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN
SITUDUH LANGIT (Erigeron sumatrensis Retz.) TERHADAP
TIKUS JANTAN DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL
SKRIPSI
OLEH:
FAUZAL ARIKA
NIM 151524059
SKRIPSI
OLEH:
FAUZAL ARIKA
NIM 151524059
ii
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN SKRIPSI
OLEH:
FAUZAL ARIKA
NIM 151524059
Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.
NIP. 195504241983031003 NIP. 194908111976031001
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Daun Situduh Langit (Erigeron sumatrensis Retz.) terhadap Tikus Jantan dengan
Metode Transit Intestinal”. Bahan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
Sumatera Utara.
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang
Farmasi USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., dan Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga,
saran-saran selama penelitian hingga selesainya bahan skripsi ini. Bapak Dr. Panal
Sitorus, M.Si., Apt. selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan
bimbingan selama masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas
Ucapan terima kasih dan rasa hormat yang tiada terhingga penulis
persembahkan kepada Ibu tercinta Ariani dan Papa tersayang (Alm.) Asril Kadir.
Atas kasih sayang, do’a, moril maupun materil yang selalu tercurah untuk penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Arvilla Mikartini dan Farhan
Arika selaku kakak dan adik serta segenap keluarga yang senantiasa telah banyak
memberikan motivasi, dukungan dan inspirasi yang begitu luar biasa sehingga
iv
Universitas Sumatera Utara
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga kita semua selalu dalam
skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
farmasi.
Fauzal Arika
NIM 151524059
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Fauzal Arika
NIM 151524059
vi
Universitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SITUDUH
LANGIT (Erigeron sumatrensis Retz.) TERHADAP TIKUS JANTAN
DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL
ABSTRAK
Kata kunci: antidiare, ekstrak etanol daun situduh langit, erigeron sumatrensis
retz, karakterisasi, skrining fitokimia
vii
Universitas Sumatera Utara
ANTIDIARRHEAL ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT LEAVES
SITUDUH LANGIT (Erigeron sumatrensis Retz.) IN MALE RATS
WITH INTESTINE TRANSIT METHOD
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Nama umum ................................................................... 7
x
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 20
xi
Universitas Sumatera Utara
3.6.6 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam ................. 25
xii
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran ......................................................................................... 40
LAMPIRAN ............................................................................................... 46
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun situduh langit ..... 35
4.3 Persentase lintasan marker tinta cina pada usus tikus .................. 37
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Grafik persentase lintasan marker tinta cina pada usus tikus ...... 38
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
nenek moyang atau leluhur. Salah satu tujuannya adalah untuk mengobati, baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
(Tersono, 2008). Bahan aktif yang terkandung dalam tanaman obat telah berhasil
dikembangkan lebih lanjut dalam terapi berbagai penyakit (Anas, dkk., 2016).
dan genus Erigeron L. (Shaha, et al., 2012). Erigeron sumatrensis Retz. memiliki
nama daerah yaitu jalantir, jabung, dan kamandhin kerbhuy (Tersono, 2008).
Erigeron sumatrensis Retz. adalah herba dikotil yang tersebar luas di Nigeria dan
Kenya Tengah (Jack, 2008), selain itu tersebar juga di Amerika Selatan terutama
Argentina, Uruguay, Paraguay dan Brasil (Santos, et al., 2014). Nama lain dari
1
Universitas Sumatera Utara
Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sebagai obat kumur, mengobati sakit gigi,
(2008), tumbuhan ini juga digunakan sebagai obat sakit kepala (pusing), nyeri
senyawa aktif yang berkontribusi besar terhadap efek antidiare adalah steroida,
tanin, flavonoida, saponin (Anas, dkk., 2012), dan sterol (Njinga, et al., 2013).
dunia, serta bertanggung jawab terhadap kematian jutaan orang setiap tahunnya
(Anas, dkk., 2016). Diare hebat sering sekali disertai dengan muntah-muntah,
kalium (hipokalemia) dan acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang
kehidupan yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu
penyebab kematian penting pada anak-anak (Tjay dan Rahardja, 2007). Di negara
uji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun situduh langit (Erigeron sumatrensis
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
kimianya?
c. Apakah ekstrak etanol daun situduh langit memberikan efek antidiare pada
1.3 Hipotesis
berikut:
karakterisasi
c. Ekstrak etanol daun situduh langit memberikan efek antidiare pada dosis
c. Untuk mengetahui dosis efektif ekstrak etanol daun situduh langit sebagai
antidiare.
3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
antidiare.
4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Karakteristik
Simplisia daun 1. Makroskopik
simplisia
situduh langit
1. Kadar air
Karakteristik 2. Kadar sari larut air
Ekstrak etanol daun serbuk 3. Kadar sari larut etanol
situduh langit simplisia 4. Kadar abu total
(EEDSL) 5. Kadar abu tidak larut
Skrining asam
Oleum ricini
Transit intestinal Persentase lintasan
usus tikus marker tinta cina
Ekstrak etanol daun
situduh langit
(EEDSL)
Loperamid HCl
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Morfologi
terutama di daerah yang tidak begitu subur. Tumbuh tegak dengan tinggi 0,3-3,5
m, batang berbentuk bulat berwarna hijau dan mempunyai bulu. Daun berbentuk
tunggal, bersilang, ujung meruncing, panjang 4-7 cm, lebar 1-2 cm, tangkai
2.1.2 Sistematika
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Genus : Erigeron
2.1.1 Habitat
tumbuhan herba dikotil yang tersebar luas di Nigeria, Kenya Tengah, Amerika
6
Universitas Sumatera Utara
Tumbuhan ini tumbuh mulai dari dataran yang rendah sampai dataran yang tinggi
dan sering tumbuh sebagai tumbuhan pengganggu tetapi tidak merugikan terutama
di daerah yang tidak subur (Heyne, 1987; Jack, 2008; Santos, et al., 2014).
jalantir dan jabung (Sunda), jabungan, jentik manis, dan sembungan (Jawa),
2.1.5 Sinonim
(Retz.) E. Walker, Conyza bonariensis var. (S. F. Blake) Cuatrec, Conyza albida
Thwait (Anastasiu and Daniyar, 2012; Heyne, 1987; Santos, et al., 2014).
2.1.6 Kegunaan
Daun situduh langit berkhasiat sebagai obat sakit kepala (pusing), nyeri
pada daun mengandung saponin dan polifenol, akar mengandung saponin dan
(Tersono, 2008). Menurut Jack (2008) dan Shaha, et al., (2012), tumbuhan situduh
7
Universitas Sumatera Utara
2.2 Uraian Kimia
2.2.1 Triterpenoida/steroida
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena, berbentuk kristal, tanpa warna dan
nonpolar dan semipolar. Senyawa ini terdapat di alam yang berasal dari
air dan elektrolit dalam usus menjadi normal kembali (Anas, dkk., 2012; Naufalin,
dkk., 2005).
2.2.2 Tanin
selaput lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi
cairan dan elektrolit yang diperkirakan dapat menghalangi penyerapan kuman dan
2007). Sifat adstringen ini dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput
usus lebih tahan terhadap iritasi atau rangsangan senyawa kimia yang
mengakibatkan diare, toksin bakteri, dan induksi diare oleh oleum ricini (Anas,
dkk., 2012; Fajrin, 2012; Tjay dan Rahardja, 2007), sebagai pengelat tanin
8
Universitas Sumatera Utara
peristaltik usus berkurang (Fratiwi, 2015). Efek lain tanin sebagai antibakteri
2.2.3 Saponin
steroida dan saponin triterpenoida, memiliki rasa pahit, bersifat menyerupai sabun
(bahasa Latin sapo berarti sabun), tersebar luas dibeberapa tanaman tinggi.
Keberadaan senyawa ini sangat mudah ditandai jika dikocok dalam air
darah merah, dalam bentuk larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun
untuk ikan (Endarini, 2016; Harborne, 1996; Robinson, 1995). Beberapa saponin
dkk., 2016).
2.2.4 Flavonoida
dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga daun muda
memperlama waktu transit usus (Anas, dkk., 2016; Fajrin, 2012; Inayathulla, et
al., 2010).
2.2.5 Glikosida
9
Universitas Sumatera Utara
Glikosida adalah senyawa bahan alam yang terdiri atas gabungan dua
bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon
sementara bagian bukan gula disebut sebagai aglikon. Pembagian glikosida paling
atau enzim, jika terhidrolisis maka molekul akan pecah menjadi dua bagian, yaitu
bagian gula dan bagian bukan gula. Senyawa ini larut dalam pelarut polar.
Namun, bila telah terurai maka aglikonnya tidak larut dalam air karena larut
2.3.1 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa
hewani, dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan, dan belum
berupa senyawa kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa
hewan utuh, bagian hewan atau zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia
yang merupakan bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Ditjen POM, 1995).
2.3.2 Ekstrak
10
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengesktraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang telah
menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara yaitu cara dingin (maserasi,
perkolasi) dan cara panas (refluks, sokletasi, infundasi, dekoktasi) (Ditjen POM,
2000).
ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan
pelarut yang banyak dan penyarian kurang sempurna (Ditjen POM, 2000; Mukhriani,
11
Universitas Sumatera Utara
Rongga mulut merupakan awal dari saluran cerna dan di sini makanan di
kunyah menjadi halus dan dicampur dengan ludah, dimana pada saat mengunyah
yang berperan adalah gigi, otot pengunyah, lidah, pipi, langit-langit, dan dasar
mulut. Proses menelan dimulai secara sadar dan kemudian berlanjut secara reflex,
(Mutschler, 2010).
2.4.2 Esofagus
2.4.3 Lambung
Lambung terdiri atas tiga bagian yakni bagian atas (fundus), bagian tengah
(corpus), dan bagian bawah (antrum) yang meliputi pelepasan lambung (pylorus).
Selain otot penutup pylorus, dibagian atas lambung juga terdapat otot melingkar
tersebut bekerja sebagai katup dan berfungsi menyalurkan makanan ke hanya satu
Usus halus merupakan tempat utama proses pencernaan. Usus halus terdiri
atas tiga bagian utama yakni duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus
kosong), dan ileum (ujung usus) yakni bagian tersempit dari usus halus
12
Universitas Sumatera Utara
khimus dengan getah pankreas, empedu, dan sekret dari kelenjar usus halus,
Usus besar yang merupakan bagian akhir dari saluran cerna dapat dibagi
menjadi: cecum (usus buntu sekum) dengan apendix (umbai cacing), colon (usus
besar) dan rectum (usus akhir). Di usus besar dengan pengentalan isi usus
terbentuk feses (Mutschler, 2010). Laju kontraksi usus besar lebih lambat
dibandingkan dengan usus halus. Hal ini berarti makanan yang masuk ke dalam
usus besar perlu waktu seharian untuk berjalan menyusuri seluruh bagian struktur
Diare berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati dan
rheein, yang berarti mengalir atau berlari. Diare atau mencret didefinisikan
sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare merupakan masalah umum untuk orang yang
menderita pengeluaran feses yang terlalu cepat dan terlalu encer (Amin, 2005;
pelintasan chymus sangat cepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja (Sukandar, dkk., 2008; Tjay dan Rahardja,
2007).
13
Universitas Sumatera Utara
Kandungan cairan merupakan penentu utama volume dan konsistensi
feses. Kandungan air umumnya 70-85% dari berat feses total. Kandungan cairan
feses menggambarkan keseimbangan antara sekresi air dan elektrolit dan absorpsi
diare disebabkan oleh gangguan transport air dan elektrolit di usus, terjadinya
dalam lumen, eksudasi protein dan cairan dari mukosa, perubahan motilitas
sehingga mempercepat transit usus. Umumnya terjadi berbagai proses yang saling
sekretorik)
yaitu:
1. Diare osmotik, disebabkan karena bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi,
diabsorpsi
14
Universitas Sumatera Utara
3. Diare eksudatif, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan karena
mukosa usus
motilitas yang menyebabkan waktu transit usus menjadi lebih cepat atau
mengurangi waktu kontak di usus halus, pengosongan usus besar yang lebih
a. Diare akut
Diare akut adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari
atau alergi terhadap makanan (Navaneethan dan Giannella, 2011; Zein, 2004).
b. Diare persisten
Diare persisten merupakan kelanjutan dari diare akut. Diare ini biasanya
c. Diare kronik
sindroma iritasi usus besar, penyakit radang usus, malabsorpsi lemak atau
karbohidrat, karena penyakit kanker kolon dan rektum atau penyakit yang
2004).
15
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis diare sebagai
berikut:
a. Diare akibat virus yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus.
Virus melekat pada sel mukosa usus dan menjadi rusak sehingga kapasitas
absorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare
yang terjadi dapat bertahan terus sampai beberapa hari setelah virus lenyap
diri dan menghasilkan toksin. Toksin ini disebut dengan enterotoksin yang
demam tinggi, kepala pusing (nyeri) dan kejang, selain itu mukosa usus yang
Campylobacter.
memiliki ciri-ciri mencret atau feses dengan konsistensi cair yang bertahan
lebih lama dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam,
Syndrom (IBS), kanker kolon, dan infeksi HIV yang dapat menurunkan sistem
makanan atau minuman, protein susu sapi, serta intoleransi terhadap laktosa
16
Universitas Sumatera Utara
e. Akibat obat, bisa karena efek samping, tidak diabsorbsinya obat atau karena
Semua obat ini dapat menimbulkan diare tanpa kejang perut dan perdarahan.
Rahardja, 2007).
yang lebih lama untuk reabsorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus.
dalam larutan netral atau asam lemah, dapat menciutkan mukosa usus. Zat
ini akan menyebabkan perapatan dan penciutan lapisan selaput lendir usus,
17
Universitas Sumatera Utara
mengandung tanin dan tannalbin, garam-garam bismuth dan aluminium
(Mutschler, 2010).
dihasilkan oleh bakteri atau yang berasal dari makanan dengan cara
melindungi selaput usus dari iritasi. Contoh: kaolin, pektin, garam bismuth
3. Spasmolitika, yaitu suatu zat yang dapat melepaskan atau memberikan efek
kejang pada otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare.
tepat untuk efek lokal pada usus karena tidak mudah menembus ke dalam otak,
mempunyai sifat antagonis terhadap diare yang disebabkan oleh castor oil.
saluran cerna, memperlama waktu transit dan laju aliran pada usus hingga menuju
kolon serta dapat menormalkan keseimbangan absorbsi dan sekresi cairan pada
sekresi dari sel-sel mukosa dengan cara memulihkan sel-sel yang berada dalam
keadaan hipersekresi menjadi normal kembali. Oleh karena itu, loperamid hanya
(Anas, dkk., 2016; Neal, 2006; Nurhalimah, 2015; Tjay dan Rahardja, 2007).
Mulai kerja obat ini cepat dan bertahan lama, menimbulkan efek samping
yang praktis tidak muncul seperti nyeri abdominal, mual, muntah, mulut kering,
mengantuk, dan pusing (Nurhalimah, 2015; Tjay dan Rahardja, 2007). Obat ini
tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah usia 2 tahun, disebabkan karena
18
Universitas Sumatera Utara
fungsi hati yang belum berkembang dengan sempurna untuk menguraikan obat ini
Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak merupakan suatu
trigliserida yang mengandung komponen aktif asam risinoleat. Zat ini dapat
19
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
pembuatan ekstrak etanol daun situduh langit, penyiapan hewan percobaan, dan
pengujian efek antidiare dengan metode transit intestinal. Data hasil penelitian
menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22.
3.3.1 Alat-alat
laboratorium, alat maserasi, bejana, blender (Miyako), botol kaca, cawan porselen,
desikator, hair dryer, kaca objek (object glass), kaca penutup (deck glass),
kompor (Miyako), kurs porselen, kandang hewan, lemari pengering, meja bedah,
neraca hewan (Presica Geniweigher GW-1500), oral sonde, oven listrik (Fischer
20
Universitas Sumatera Utara
scientific), penangas air, rotary evaporator (Buchi), seperangkat alat destilasi,
stopwatch, spuit 1 ml, spuit 3 ml (Terumo), seperangkat alat bedah hewan, statif,
3.3.2 Bahan-bahan
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan (galur wistar).
sumatrensis Retz.), dan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian adalah
berkualitas pro analisis yaitu alfa naftol, amil alkohol, asam asetat anhidrida, asam
klorida pekat, asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, benzena, besi (III) klorida,
kloroform, etanol, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, timbal (II) asetat,
toluena, akuades, natrium karboksi metil selulosa (CMC Na), marker tinta cina,
membandingkan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan
adalah daun situduh langit (Erigeron sumatrensis Retz.) segar yang diambil dari
Sumatera Utara.
21
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Pengolahan tumbuhan
antara ranting pohon dan daun, dibersihkan dari pengotor dengan air mengalir dan
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, pereaksi Molisch, larutan timbal (II) asetat
Sebanyak 16,67 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga
ditambah 2 g iodium sambil diaduk sampai larut, lalu ditambah air suling hingga
100 ml.
Sebanyak 2,266 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga
100 ml (larutan I) dan pada wadah lain dilarutkan 50 g kalium iodida dalam 100
22
Universitas Sumatera Utara
larutan II dan ditambahkan air suling hingga 100 ml.
dicampur dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 g dalam 50 air suling.
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan sedikit demi sedikit dalam asam
Sebanyak 15,17 ml timbal (II) asetat ditimbang dan dilarutkan dalam air
kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar
3.6.1 Makroskopik
23
Universitas Sumatera Utara
situduh langit meliputi bentuk, ukuran, dan ketebalan.
Cara kerja:
1. Penjenuhan toluena
alas bulat, didestilasi selama 2 jam kemudian toluena didinginkan dengan cara
didiamkan selama 30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan
mendidih. Kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik, sampai sebagian air
semua air terdestilasi. Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi
suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca
dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan
kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa (Ditjen POM, 1995).
diuapkan hingga kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara. Sisa
24
Universitas Sumatera Utara
dipanaskan pada suhu 105˚C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air
dihitung dengan persen terhadap bahan yang telah kering (Ditjen POM, 1995).
selama 24 jam dengan 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok
berdasar rata yang telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105oC sampai
bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap
telah dipijar dan ditara. Kurs dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,
disaring dan dipijar sampai bobot tetap, didinginkan dan ditimbang. Kadar abu
yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan kering (Ditjen POM, 1995).
25
Universitas Sumatera Utara
3.7.1 Pemeriksaan golongan triterpenoida/steroida
selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan di dalam cawan penguap. Pada sisanya
ditambahkan asam asetat anhidrida, kemudian ditetesi dengan asam sulfat pekat
(Setyowati, 2014). Timbulnya warna ungu dan merah dan/atau berubah menjadi
9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan
2 tetes Mayer, Bouchardat dan Dragendorff. Jika terdapat alkaloid maka dengan
2014). Alkaloida disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau
2 buah gugus hidroksil dan warna biru mununjukkan adanya 3 buah gugus
26
Universitas Sumatera Utara
Ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat
selama 10 detik. Jika senyawa yang diperiksa berupa sediaan cair, diencerkan
selama 10 menit, hasil positif dengan menunjukkan buih/busa yang stabil selama
1 ml HCl pekat. Dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Hasil positif flavonoida
apabila pada lapisan amil alkohol berwarna merah, kuning atau jingga
(Farnsworth, 1966).
pendingin bola selama 4-5 jam, kemudian didinginkan, lalu disaring. Diambil
masing-masing sari (sari air dan sari pelarut organik). Kumpulan sari pelarut
27
Universitas Sumatera Utara
diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50ºC. Sisa penguapan dilarutkan dengan 2 ml
Daun situduh langit dicuci dan dibersihkan dari partikel asing dan
500 gram serbuk kering simplisia (satu bagian) dimasukkan kedalam maserator,
maserat dengan cara filtrasi. Diulangi proses penyarian sebanyak tiga kali
menggunakan jenis pelarut yang sama dan jumlah volume pelarut setengah kali
diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 2013).
obat pembanding (loperamid HCl), induktor diare (oleum ricini), dan pengujian
efek antidiare.
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan putih dengan berat
28
Universitas Sumatera Utara
Dua minggu sebelum pengujian dilakukan hewan percobaan harus
ventilasi baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan
penyiapan loperamid HCl dan penyiapan ekstrak etanol daun situduh langit.
suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga
diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga
20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 144 mg. Serbuk
demi sedikit sambil digerus homogen lalu ditambahkan suspensi CMC Na 0,5%
hingga 10 ml.
Dosis lazim loperamid HCl untuk dewasa adalah 2-8 mg per hari,
maksimum 16 mg per hari. Dosis yang digunakan dalam pengujian adalah 16 mg,
29
Universitas Sumatera Utara
kemudian dikonversikan sehingga dosis yang diberikan pada tikus putih jantan
lumpang lalu ditambahkan sedikit suspensi CMC Na 0,5% b/v diaduk hingga
Pengujian efek antidiare dari suspensi ekstrak etanol daun situduh langit
(EEDSL) meliputi uji aktivitas antimotilitas ekstrak etanol daun situduh langit
melakukan orientasi dosis. Dosis orientasi yang digunakan yaitu dosis 20, 30, 40,
50, 75, dan 100 mg/kg bb. Dari keenam dosis yang diuji, dipilih variasi dosis
sebanyak tiga dosis, yaitu dosis 20, 30, dan 40 mg/kg bb. Konsentrasi larutan
dibuat bervariasi agar pemberian dosis EEDSL terhadap tikus pada masing-
Sebanyak 30 ekor tikus jantan dipuasakan selama 18 jam dan dibagi dalam
diberi tinta cina 1 ml, kelompok II yaitu kelompok kondisi diare (kontrol negatif)
diberi oleum ricini sebanyak 2 ml dan tinta cina sebanyak 1 ml. Kelompok III, IV,
dan V yaitu kelompok uji diberi suspensi EEDSL dosis 20, 30, dan 40 mg/kg bb.
1 mg/kg bb.
Ekstrak etanol daun situduh langit (EEDSL) dan loperamid diberikan pada
30
Universitas Sumatera Utara
awal percobaan. Satu jam setelah perlakuan, semua tikus diberi oleum ricini
sebanyak 2 ml. Setelah 1 jam pemberian oleum ricini, diberikan tinta cina
sebanyak 1 ml tikus secara oral. Setelah satu jam pemberian tinta cina, semua
hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher. Hewan dibedah dan
ususnya dikeluarkan secara hati-hati. Diukur panjang usus yang dilalui marker
tinta cina mulai dari pilorus sampai katup ileosekal dari masing-masing hewan,
kemudian dari masing-masing hewan dihitung persen lintasan yang dilalui oleh
marker tinta cina terhadap panjang usus seluruhnya (Inayathulla, et al., 2010).
(Statistical Product and Service Solution) versi 22. Data dianalisis dengan
31
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
sampel yang digunakan adalah situduh langit (Erigeron sumatrensis Retz.), dapat
bentuk tunggal, bersilang, lonjong, tepi rata, ujung daun runcing dan panjang
13-15 cm, lebar 1-3 cm, berwarna hijau, dan rasa pahit. Gambar dapat dilihat pada
Karakteristik serbuk simplisia daun situduh langit dapat dilihat pada Tabel
4.1. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 50.
32
Universitas Sumatera Utara
Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan air
yang terdapat dalam serbuk simplisia. Menurut Materia Medika Indonesia (1995),
syarat kadar air yang baik tidak lebih dari 10%. Kadar air yang diperoleh adalah
7,3% dimana hasil ini memenuhi persyaratan. Kadar air terkait dengan stabilitas
suatu sediaan, biasanya kadar air yang cukup beresiko adalah lebih dari 10%
(Aventi, 2015).
Metode penentuan kadar sari larut air maupun larut etanol bertujuan untuk
menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah
serbuk simplisia (Rivai, dkk., 2013). Hasil pengujian menunjukkan kadar sari
larut air dari serbuk simplisia daun situduh langit memiliki nilai 10,01%,
sedangkan kadar sari larut etanol sebesar 19,70%. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah senyawa polar yang terlarut dalam air lebih kecil daripada jumlah senyawa
kurang polar (semi polar maupun non polar) yang terlarut dalam etanol, selain itu
dapat merupakan indikator banyaknya zat berkhasiat yang dapat tersari oleh
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
seperti tanah, pasir, yang seringkali terikut dalam sediaan nabati (Azizah dan
Nina, 2013). Kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam hendaknya
menghasilkan nilai rendah karena uji ini merupakan indikator adanya cemaran
logam yang tidak mudah hilang pada suhu tinggi (Isnawati, dkk., 2006).
33
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Burchard menghasilkan warna merah muda atau ungu (Setyowati, dkk., 2014).
simplisia dengan penambahan akuades panas dan dikocok kuat menghasilkan busa
senyawa glikosida dengan penambahan pereaksi Molisch dan asam sulfat pekat
membentuk cincin ungu (Ndukui, et al., 2013). Hasil skrining fitokimia terhadap
serbuk simplisia daun situduh langit selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
simplisia daun situduh langit diperoleh ekstrak kental sebanyak 125 g. Hasil
rendemen yang diperoleh adalah 8,33%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada
34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun situduh langit
Hasil
No Golongan senyawa
Serbuk simplisia
1 Triterpenoida/steroida
2 Alkaloida
3 Tanin
4 Saponin
5 Flavonoida
6 Glikosida
Keterangan: () Positif : mengandung golongan senyawa
() Negatif : tidak mengandung golongan senyawa
proses absorpsi pada saluran cerna dan mempermudah dalam pengukuran lintasan
marker tinta cina pada usus tikus. Tikus yang digunakan dalam pengujian
dosis yaitu 20, 30, 40, 50, 75, dan 100 mg/kg bb. Hasil penelitian menunjukkan
dosis 50, 75, dan 100 mg/kg bb tidak menunjukkan efek antidiare sehingga tidak
Kelompok I diberi tinta cina 1 ml, kelompok II diberi oleum ricini 2 ml dan tinta
cina 1 ml, kelompok III, IV, V diberi EEDSL masing-masing dosis 20, 30, dan
35
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan tinta cina adalah sebagai marker dalam pengukuran metode
transit intestinal. Oleum ricini atau minyak jarak mengandung komponen aktif
diare. Asam risinoleat dapat meningkatkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Pembebasan asam risinoleat dari minyak jarak menyebabkan iritasi dan
2010).
yang berada dalam kondisi hipersekresi ke keadaan resorpsi normal, dan dapat
meningkatkan waktu transit usus halus dan absorbsi air, natrium dan klorida
cerna dan laju aliran pada usus hingga menuju kolon serta menormalkan
keseimbangan absorbsi dan sekresi cairan pada membran mukosa usus (Anas,
dkk., 2016), selain itu loperamid merupakan agen antidiare yang paling banyak
digunakan dan efektif terhadap minyak jarak karena bersifat sebagai antimotilitas
Hasil uji efek antidiare dari EEDSL pada tikus putih jantan diperoleh
persentase lintasan marker yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan grafik persen
Pemberian tinta cina diperoleh persen lintasan marker tinta cina 76,96% ±
1,97% yang menggambarkan kondisi normal usus tikus tanpa induksi oleum
ricini. Pemberian oleum ricini 2 ml dan tinta cina 1 ml diperoleh persen lintasan
36
Universitas Sumatera Utara
marker tinta cina 91,12% ± 3,01% yang menggambarkan kondisi diare, kemudian
pada pemberian EEDSL dosis 20, 30, dan 40 mg/kg bb pada tikus dewasa yang
dikondisikan diare dengan diinduksi oleum ricini 2 ml dan tinta cina 1 ml,
menunjukkan penurunan lintasan marker tinta cina, yaitu pada dosis 20 mg/kg bb
(40,42% ± 4,80%).
Keterangan: tikus kondisi normal, tikus kondisi diare, dan tikus uji yang diberi
EEDSL dosis 20, 30, 40 mg/kg bb, dan loperamid HCl dosis
1 mg/kg bb.
bermakna (P < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antar
37
Universitas Sumatera Utara
Pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan yang menunjukkan bahwa dosis
20 dan 30 mg/kg bb tidak jauh berbeda dengan pemberian loperamid HCl 1 mg/kg
bb, maka dapat dinyatakan bahwa dosis 20 dan 30 mg/kg bb dapat digunakan
sebagai antidiare yang dilihat dari penurunan persen lintasan marker tinta cina,
Gambar 4.1 Grafik persentase perubahan lintasan marker tinta cina pada usus
tikus kondisi normal, tikus diare, tikus yang diberi EEDSL dosis 20,
30, dan 40 mg/kg bb, dan tikus yang diberi loperamid HCl dosis 1
mg/kg bb.
100
91,12
90
PERSEN RASIO LINTASAN MARKER
80 76,97
70
Normal (Tinta Cina)
60 55,1
TINTA CINA
10
0
KELOMPOK (PERLAKUAN)
elektrolit dalam usus, sehingga mengakibatkan absorbsi air dan elektolit dalam
diuretik dan antiseptik (Fitriyani, dkk., 2011), selain itu tanin berfungsi
38
Universitas Sumatera Utara
pengelat tanin mempunyai efek spasmolitik, dimana dapat mengkerutkan usus
sehingga gerak peristaltik usus berkurang, dan dapat mengendapkan protein pada
permukaan usus. Sifat adstringen tanin akan membuat usus halus lebih tahan
2012).
Tanin juga terbukti membantu melindungi usus dari iritasi yang diakibatkan oleh
(Inayathulla, et al., 2010), mengurangi sekresi air dan elektrolit (Fajrin, 2012),
serta memperlama waktu transit usus (Anas, dkk., 2016). Flavonoida, terpen dan
Kandungan senyawa aktif yang diduga berkontribusi besar terhadap efek antidiare
adalah steroida, tanin, flavonoida, dan saponin (Anas, dkk., 2012). Menurut
Njinga, et al., (2013), sifat antidiare tanaman obat disebabkan oleh tanin, saponin,
flavonoida dan sterol. Senyawa aktif golongan saponin memiliki efek antidiare
39
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik serbuk simplisia daun situduh langit diperoleh kadar air 7,30%,
kadar sari larut dalam air 10,01%, kadar sari larut dalam etanol 19,70%, kadar
abu total 4,04% dan kadar abu yang tidak larut asam 0,93%.
3. Pengujian efek antidiare ekstrak etanol daun situduh langit (EEDSL) diperoleh
dosis 20, 30, dan 40 mg/kg bb memiliki efek antidiare, tetapi dosis 20 dan
1 mg/kg bb.
5.2 Saran
antidiare dengan metode yang lainnya, seperti metode defekasi, uji aktivitas
40
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Y., Fitria, F.R., Purnamasari, A.Y., Ningsih, A.K, Noviantoro, G.A., dan
Suharjono. (2012). Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Randu (Ceiba
petandra L. Gaern.) pada Mencit Jantan Galur Balb/C. Semarang:
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim dan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Halaman 16-22.
Anas, Y., Hidayati, N.D., Kurniasih, A., Dwi, K.L., dan Sanjaya. (2016).
Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus
heterophyllus Lam.) dan Daun Angsana (Pterocarpus indicus Wild.) pada
Mencit Jantan Galur Balb/C. Semarang: Fakultas Farmasi Universitas
Wahid Hasyim. Halaman 33-41.
Anastasiu, P., and Daniyar M. (2012). Conyza sumatrensis: A New Alien Plant In
Romania. Romania: Botanica Serbica. Institute of Botany and Botanical
Garden Jevremovac, Belgrade. Vol. 36. (1). Halaman: 37-40.
Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan 5. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Halaman 107, 169.
Azizah, B., dan Nina, S. (2013). Standarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit. Yogyakarta: Jurnal Ilmu Kefarmasian. Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan. Vol. 3. (1). Halaman: 21-30.
Bawinto, S.A., Mongi, E., dan Kaseger, E.B. (2015). Analisa Kadar Air, pH,
Organoleptik, dan Kapang pada Produk Ikan Tuna (Thunnus Sp.) Asap, di
Kelurahan Girian Bawah, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Manado: Jurnal
Media Teknologi Hasil Perikanan. FPIK Unsrat. Vol. 3. (2). Halaman: 55-
65.
Damanik, D.A. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun
Situduh Langit (Erigeron sumatrensis Retz.) Dan Sediaan Obat Kumur
41
Universitas Sumatera Utara
Terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Medan:
Skripsi. Fakultas Farmasi USU. Halaman 1-2.
Ditjen POM RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 323-325.
Ditjen POM RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 14-17 dan
30.
Fajrin, F.A. (2012). Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium
graveolens L.) pada Mencit Jantan. Jember: Fakultas Farmasi Universitas
Jember. Vol. 9. (1). Halaman 1-8.
Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., dan Nuri. (2011). Uji Antiinflamasi
Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada
Tikus Putih. Jember: Majalah Obat Tradisional. Fakultas Farmasi Jember.
Vol. 16. (1). Halaman 34-42.
Fratiwi, Y. (2015). The Potential of Guava Leaf (Psidium guajava L.) for
Diarrhea. Lampung: Artikel Review, J. Majority. Faculty of Medicine,
Lampung University. Halaman 113-118.
Goodman, S.L. and Gilman, A. (2012). Dasar Farmakologi Terapi, Editor Joel
G., Hardman, Lee E., Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman,
Alih bahasa Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi 10, Volume 2.
Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 1009, 1011 – 1012.
Harmita dan Radji, M. (2008). Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: EGC. Halaman
66.
42
Universitas Sumatera Utara
Isnawati, A., Raini, M., dan Alegantina, S. (2006). Standarisasi Simplisia dan
Ekstrak Etanol Daun Sembung (Blumea balsamifera L.) dari Tiga Tempat
Tumbuh. Media Litbang Kesehatan. Vol. XVI. (2). Halaman: 1-6.
Naufalin, R., Jenie, B.S.L., Kusnandar, F., Sudarwanto, M., dan Rukmini, H.
(2005). Aktivitas antibakteri ekstrak bunga Kecombrang terhadap bakteri
patogen dan perusak pangan. Jurnal Teknotan dan Industri Pangan. Vol.
16. (2). Halaman 119-125.
Ndukui, J., Murithi, B., Muwonge, H., Sembajwe, L., and Kateregga, J. (2013).
Antidiarrheal Activity of Ethanolic Fruit Extract of Psidium guajava
(Guava) in Castor Oil Induced Diarrhea in Albino Rats. Uganda: National
Journal of Physiology, Pharmacy & Pharmacology. Vol. 3. (1). Halaman:
191-197.
Njinga, N.S., Sule, M.I., Pateh, U.U., Hassan, R.S., Usman, M.A., and Haruna,
M.S. (2013). Phytochemical and Antidiarrhea Activity of the Methanolic
Extract of the Stem Bark of Lannea kerstingii Engl. and K. Krause
(Anacardiaceae). Nigeria: J. Nat. Prod. Plant Resour. Scholars Research
Library. Vol 3. (3). Halaman: 43-47.
43
Universitas Sumatera Utara
Nurhalimah, H., Wijayanti, N., dan Widyaningsih, T. D. (2015). Efek Antidiare
Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) terhadap Mencit Jantan yang
Diinduksi Bakteri Salmonella thypimurium. Malang: Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Vol. 3. (3). Halaman 1083-1094.
Rivai, H., Widya, S.E., dan Rusdi. (2013). Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-
Air Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total dan Daya Antioksidan dari
Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.). Padang: Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Vol. 18. (1).
Halaman: 35-42.
Said, A. (2007). Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta: PT. Sinar Wadja
Lestari. Halaman 45.
Saifudin, A., Rahayu, V., dan Teruna, H.Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat
Alam. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 70.
Santos, G., Oliveira JR, R.S., Constantin, J., Francischini, A.C., Machado,
M.F.P.S., Mangolin, C.A., dan Nakajima, J.N. (2014). Conyza
sumatrensis: A New Weed Species Resistant To Glyphosate In The
America. Brazil: Research Paper. Weed Biology and Management.
Halaman: 1-9.
Santos, F.M., Vargas, L., Christoffoleti, P.J., Agostinetto, D., Mariani, F., and Dal
Magro T. (2014). Differential Susceptibility Of Biotypes Of Conyza
sumatrensis To Chlorimuron-Ethyl Herbicide. Brazil: Planta Daninha,
Viçosa-MG. Vol. 32. (2). Halaman: 427-435.
Setyowati, E.A.W., Ariani, D.R.S., Ashaqi, Mulayani, B., dan Rahmaawti, P.C.
(2014). Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak
Metanol Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Surakarta:
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI (SN-KPK). FKIP
Universitas Sebelas Maret. Halaman: 271-280.
Shaha, Z.N., Naveed, M., Azeem, S., dan Rauf, A. (2012). Preliminary
Phytochemical and Anti-Radical Profile of Conyza sumatrensis. Pakistan:
Middle-East Journal of Medicinal Plants Research. IDOSI Publications.
Vol. 1. (1). Halaman: 5-8.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A., dan
44
Universitas Sumatera Utara
Kusnandar. (2008). Isofarmakoterapi I. Jakarta: PT. ISFI. Halaman 349.
Sundari, D., Nugroho, Y. A., dan Nuratmi, B. (2005). Uji Khasiat Antidiare
Ekstrak Daun Sendok (Plantago major Linn.) pada Tikus Putih.
Yogyakarta: Media Litbang Kesehatan. Vol. 15. (3). Halaman 19-23.
Tersono, L. (2008). Tanaman Obat dan Jus untuk mengatasi Penyakit Jantung,
Hipertensi, Kolesterol, dan Stroke. Cetakan Pertama. Jakarta: Agromedia
Pustaka. Halaman 76-77.
WHO. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva:
World Health Organization. Halaman 31-33.
Zein, U., Sagala, H.K., dan Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Medan: e-USU Repository. Fakultas Kedokteran. Divisi Penyakit Tropik
dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Universitas Sumatera Utara.
Halaman 1-2.
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat hasil identifikasi tumbuhan
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat rekomendasi persetujuan etik penelitian
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar tumbuhan situduh langit (Erigeron sumatrensis Retz.)
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar daun segar dan daun kering situduh langit
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Gambar serbuk simplisia daun situduh langit
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan kerja penelitian
Serbuk simplisia
Ekstraksi
dimaserasi
dengan
Karakterisasi meliputi Skrining fitokimia, etanol 80%
pemeriksaan: meliputi:
- Makroskopik Maserat
- Terpenoida/steroida
- Kadar air - Alkaloida
- Kadar sari larut air dipekatkan
- Tanin bantuan
- Kadar sari larut
etanol - Saponin vakum
- Kadar abu total - Flavonoida putar (50oC)
- Kadar abu tidak larut - Glikosida
Ekstrak etanol daun
asam
situduh langit
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Perhitungan hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia daun
situduh langit (Erigeron sumatrensis Retz.)
No. Berat sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml)
1 5,0221 1,9 2,2
2 5,0100 1,8 2,2
3 5,0218 1,6 2,0
0,3 ml
% Kadar air 1 = x 100% = 5,97%
5,0221 g
0,4 ml
% Kadar air 2 = x 100% = 7,98%
5,0100 g
0,4 ml
% Kadar air 3 = x 100% = 7,96%
5,0218 g
0,0920 g 100
% Kadar sari larut air 1 = x x 100% = 9,17%
5,0157 g 20
0,1040 g 100
% Kadar sari larut air 2 = x x 100% = 10,28%
5,0548 g 20
0,1068 g 100
% Kadar sari larut air 3 = x x 100 % = 10,58%
5,0425 g 20
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
0,1084 g 100
% Kadar sari larut etanol 1 = x x 100% = 10,79%
5,0222 g 20
0,0806 g 100
% Kadar sari larut etanol 2 = x x 100% = 8,06%
5,0366 g 20
0,1029 g 100
% Kadar sari larut etanol 3 = x x 100 % = 10,25%
5,0183 g 20
0,0710 g
% Kadar abu total 1 = x 100% = 3,53%
2,0109 g
0,0901 g
% Kadar abu total 2 = x 100% = 4,47%
2,0144 g
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
0,0826 g
% Kadar abu total 3 = x 100% = 4,11%
2,0102 g
0,0193 g
% Kadar abu tidak larut asam 1 = x 100% = 0,96%
2,0109 g
0,0188 g
% Kadar abu tidak larut asam 2 = x 100% = 0,94%
2,0144 g
0,0181 g
% Kadar abu tidak larut asam 3 = x 100 % = 0,90%
2,0102 g
% Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 0,96% + 0,94% + 0,90% = 0,93%
3
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Gambar alat dan bahan yang diperlukan
Tinta cina
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Gambar hewan sebelum dan sesudah dibedah
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Gambar usus halus yang dilintasi marker tinta cina
75,2 cm 100,3 cm
84,8 cm
85,1 cm
50,8 cm 74,5 cm
Lintasan marker tinta cina pada kelompok diberi Loperamid HCl 1 mg/kg bb
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
21,5 cm 70,8 cm
Lintasan marker tinta cina pada kelompok diberi EEDSL dosis 20 mg/kg bb
45,3 cm 89,4 cm
Lintasan marker tinta cina pada kelompok diberi EEDSL dosis 30 mg/kg bb
22,4 cm 83,9 cm
Lintasan marker tinta cina pada kelompok diberi EEDSL dosis 40 mg/kg bb
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Volume maksimum sediaan uji yang diberikan pada hewan uji
(Harmita dan Radji, 2008)
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia (Harmita
dan Radji, 2008)
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Perhitungan konversi dosis loperamid HCl dan ekstrak etanol daun
situduh langit (EEDSL)
Dosis loperamid HCl pada manusia dewasa (berat 70 kg) adalah dosis awal
4 mg, tidak melebihi 16 mg/hari, dosis loperamid yang digunakan untuk tikus
(200 g), yaitu = 16 mg × 0,018 = 0,2 mg/200 g bb tikus atau sama dengan
1 mg/kg bb.
= 4 mg × 56,0
= 224 mg / 70 kg bb
= 0,224 g / 70 kg bb
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
125 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
1500 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8,33%
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Perhitungan dosis dan volume pemberian loperamid HCl (tablet
Antidia®)
Dosis loperamid HCl pada manusia dewasa (berat 70 kg) adalah dosis awal 4 mg,
tidak melebihi 16 mg/hari, dosis loperamid yang digunakan untuk tikus (200 g),
yaitu = 16 mg × 0,018 = 0,2 mg/200 g bb tikus atau sama dengan 1 mg/kg bb.
Konsentrasi loperamid HCl yang digunakan adalah 0,024%, maka untuk membuat
10 𝑚𝑙
= × 0,024 g = 0,0024 g = 2,4 mg
100 𝑚𝑙
Tablet Antidia® ditimbang sebanyak 20 tablet (berat 2400 mg). 1 tablet Antidia ®
loperamid HCl.
Loperamid HCl yang diperlukan dalam penelitian sebanyak 2,4 mg, maka berat
2,4 𝑚𝑔
= × 2400 mg = 144 mg
40 𝑚𝑔
Jadi serbuk Antidia® sebanyak 144 mg mengandung loperamid HCl 2,4 mg.
0,024 𝑔
Konsentrasi 0,024% = = 0,00024 g/ml = 0,24 mg/ml
100 𝑚𝑙
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (Lanjutan)
Jika berat badan tikus 200 g, maka loperamid HCl yang diberikan tiap tikus
200 𝑔
adalah = × 1 mg = 0,2 mg
1000 𝑔
0,2 𝑚𝑔
Maka, volume yang diberikan = × 1 ml = 0,8 ml/200 g bb tikus
0,24 𝑚𝑔/𝑚𝑙
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Perhitungan dosis dan volume pemberian ekstrak etanol daun
situduh langit (EEDSL)
5 𝑚𝑙
diambil sebanyak = × 0,48 g = 0,024 g = 24 mg
100 𝑚𝑙
0,48 𝑔
Konsentrasi 0,48% = = 0,0048 g/ml = 4,8 mg/ml
100 𝑚𝑙
Jika berat badan tikus 200 g, maka EEDSL yang diberikan tiap tikus sebanyak
200 𝑔
= × 20 mg = 4 mg
1000 𝑔
4 𝑚𝑔
Maka, volume yang diberikan = × 1 ml = 0,8 ml/200 g bb tikus
4,8 𝑚𝑔/𝑚𝑙
5 𝑚𝑙
diambil sebanyak = × 0,72 g = 0,036 g = 36 mg
100 𝑚𝑙
0,72 𝑔
Konsentrasi 0,72% = = 0,0072 g/ml = 7,2 mg/ml
100 𝑚𝑙
Jika berat badan tikus 200 g, maka EEDSL yang diberikan tiap tikus
200 𝑔
sebanyak = × 30 mg = 6 mg
1000 𝑔
6 𝑚𝑔
Maka, volume yang diberikan = × 1 ml = 0,8 ml/200 g bb tikus
7,2 𝑚𝑔/𝑚𝑙
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (Lanjutan)
5 𝑚𝑙
diambil sebanyak = × 0,96 g = 0,048 g = 48 mg
100 𝑚𝑙
0,96 𝑔
Konsentrasi 0,96% = = 0,0096 g/ml = 9,6 mg/ml
100 𝑚𝑙
Jika berat badan tikus 200 g, maka EEDSL yang diberikan tiap tikus
200 𝑔
sebanyak = × 40 mg = 8 mg
1000 𝑔
8 𝑚𝑔
Maka, volume yang diberikan = × 1 ml = 0,8 ml/200 g bb tikus
9,6 𝑚𝑔/𝑚𝑙
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Data persentase lintasan marker tinta cina
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Analisis statistik data persentase lintasan marker
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Persen Normal .274 5 .200 .884 5 .329
Lintasan Oleum ricini
.167 5 .200* .991 5 .984
2 ml + tinta cina
Loperamid HCl
.267 5 .200* .909 5 .459
1 mg/kg bb
EEDSL 20
.123 5 .200* 1.000 5 1.000
mg/kg bb
EEDSL 30
.143 5 .200* .983 5 .951
mg/kg bb
EEDSL 40
.210 5 .200* .943 5 .686
mg/kg bb
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. (Lanjutan)
Descriptives
Persen lintasan marker tinta cina
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Mini Maxi
N Mean Deviation Error Bound Bound mum mum
Normal 5 76.9600 4.42291 1.97799 71.4682 82.4518 73.04 83.54
Oleum
ricini 2 ml 5 91.1200 6.73678 3.01278 82.7552 99.4848 81.50 99.64
+ tinta cina
Loperamid
HCl 1 5 55.1040 19.03766 8.51390 31.4656 78.7424 24.92 74.21
mg/kg bb
EEDSL 20
5 42.3620 9.13360 4.08467 31.0211 53.7029 30.36 54.67
mg/kg bb
EEDSL 30
5 46.2980 3.26018 1.45800 42.2500 50.3460 41.94 50.19
mg/kg bb
EEDSL 40
5 40.4220 10.74217 4.80404 27.0838 53.7602 26.69 52.39
mg/kg bb
Total 30 58.7110 21.42227 3.91115 50.7118 66.7102 24.92 99.64
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. (Lanjutan)
ANOVA
Persen lintasan marker tinta cina
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10761.198 5 2152.240 20.278 .000
Within Groups 2547.297 24 106.137
Total 13308.495 29
70
Universitas Sumatera Utara