Anda di halaman 1dari 95

VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR ASETOSAL DALAM

SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI


FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)

SKRIPSI
HALAMAN JUDUL

OLEH:
WILDO CAHYA ASHIDIQI TAMBUNAN
NIM 171501118

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR ASETOSAL DALAM
SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI
FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)

HALAMAN USULAN PENELITIAN


SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
WILDO CAHYA ASHIDIQI TAMBUNAN
NIM 171501118

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

ii
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN SKRIPSI

VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR ASETOSAL DALAM


SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI
FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)

OLEH:
WILDO CAHYA ASHIDIQI TAMBUNAN
171501118
Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara pada Tanggal: 3 Januari 2022

Disetujui oleh: Panitia Penguji:


Pembimbing I,

Prof. Dr. Masfria M.S., Apt.


Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt NIP 195707231986012001
NIP 195306191983031001

Pembimbing II,

Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt


NIP 195306191983031001

Henny Sri Wahyuni S.Farm., M.Si., Apt


NIP 198509222018032001
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi, NIP 195201041980031002

Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt Henny Sri Wahyuni S.Farm., M.Si., Apt
NIP 197712262008122002 NIP 198509222018032001

Medan, 3 Januari 2022


Diahkan oleh:
Dekan

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.


NIP 197802152008122001

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Validasi dan Penetapan Kadar Asetosal dalam sediaan tablet secara

spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas untuk menyelesaikan skripsi penulis,

kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.Si., Apt., selaku Mantan Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa

Pendidikan. Saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt., dan Ibu Henny Sri Wahyuni,

S.Farm., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh

kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Kepada

Ibu Prof. Dr. Masfria, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan dan Ibu Prof. Dr. Poppy Anjelisa

Zaitun Hasibuan S.Si., M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberi

bimbingan, perhatian dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua

orangtua, Ayahanda Sahnan Tambunan dan Ibunda Desniwati, abangda Heru Utama

Tambunan, dan juga adik Naufal Tambunan yang telah memberikan cinta dan kasih sayang,

doa, semangat, dorongan motivasi kepada penulis selama ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan penelitian Ricky, Karmila, Egik

dan Dandy, kepada Shabrina Alifah Siregar atas waktu, motivasi dan doa yang telah

diberikan kepada penulis selama menjalani pendidikan dan penelitian, kepada teman

seperjuangan Yogik, Kevin, Dika, Dimas, Muliandi, Wildo, Rahmat, Amri, Raja, Jose, Ade,

Enry, Ella, Anggi, Keluarga Bersama, Asisten Laboratorium Statistik dan Metodologi

Penelitian serta sahabat-sahabat stambuk 2017 Fakultas Farmasi USU atas kebersamaan,

perhatian, do’a, dorongan, semangat serta cinta yang diberikan kepada penulis selama ini,

hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 3 Januari 2021


Penulis,

Wildo Cahya Ashidiqi Tambunan


171501118

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wildo Cahya Ashidiqi Tambunan

Nomor Induk Mahasiswa : 171501118

Program studi : Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Validasi Dan Penetapan Kadar Asetosal Dalam

Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Fourier

Transform Infra Red (FTIR)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan

bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi saya tersebut

terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun

oleh Program Studi Sarjana Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Saya

tidak akan menuntut pihak manapun atas perbualan saya tersebut.

Demikian Surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam

keadaaan sehat.

Medan, 3 Januari 2022


Penulis,

Wildo Cahya Ashidiqi Tambunan


171501118

vi
Universitas Sumatera Utara
VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR ASETOSAL DALAM SEDIAAN
TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI FOURIER TRANSFORM
INFRA RED (FTIR)

ABSTRAK
Latar belakang: Asetosal atau Asam Asetilsalisilat merupakan salah satu obat
antiinlfamasi non steroid yang sering digunakan didunia. Asetosal digunakan untuk
meredakan nyeri ringan sampai sedang dan gangguan inflamasi akut. Fourier
Transform Infra Red (FTIR) memiliki sensitifitas yang lebih baik, pengukuran yang
lebih singkat, persiapan sampel sederhana, dan mudah dalam pengoperasian.
Fourier Transform Infra Red (FTIR) memiliki sifat yang khas sebagai spektrum
sidik jari, yang mana tidak ada dua buah senyawa atau sampel yang berbeda
mempunyai spektrum yang sama. Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan syarat
yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar asetosal dalam
sediaan tablet serta untuk mengetahui kesesuaian kadar terhadap persyaratan
Farmakope Indonesia.
Metode: Penetapan kadar asetosal secara spektrofotometri Fourier Transform Infra
Red (FTIR) dilakukan dengan pembuatan kalibrasi dan validasi 5 konsentrasi yang
diukur pada rentang bilangan gelombang 4000-400 cm-1.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asetosal dalam sediaan tablet
Aptor® (96,81±0,95) %, tablet Astika® (101,90±1,59) %, tablet Cardioasetosal®
(105,75±1,83)%, dan tablet Farmasal® (98,36±1,50) %. Kadar yang diperoleh
memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia edisi VI tahun
2020. Validasi metode yang dilakukan didapat hasil uji perolehan kembali 100,77
%, RSD 0,57%, dan LOD dan LOQ masing-masing adalah 0,7761% dan 2,5870%.
Hasil ini menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memberikan hasil akurat dan
teliti.
Kesimpulan: Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar asetosal
dapat dilakukan secara spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan
kadar tablet asetosal telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi VI
tahun 2020.

Kata Kunci: Asetosal, FTIR, spektrofotometri, penetapan kadar

vii
Universitas Sumatera Utara
VALIDATION AND DETERMINATION OF ASETOSAL IN TABLET BY
FOURIER TRANSFORM INFRA RED SPECTROPHOTOMETRY (FTIR)

ABSTRACT
Background: Acetosal or Acetylsalicylic Acid is one of the most widely used non-
steroidal anti-inflammatory drugs in the world. Acetosal is used to relieve mild to
moderate pain and acute inflammatory disorders. Fourier Transform Infra Red
(FTIR) has better sensitivity, shorter measurements, simple sample preparation, and
is easy to operate. Fourier Transform Infra Red (FTIR) has a characteristic as a
fingerprint spectrum, in which no two compounds or different samples have the
same spectrum. Examination of active substance levels is a requirement that must
be met to ensure the quality of drug preparations.
Objective: The purpose of this study was to determine asetosal levels in tablet and
to determine the suitability of the requirements of Indonesian Pharmacopoeia.
Methods: Determination of asetosal levels by Fourier Transform Infra Red (FTIR)
spectrophotometry used to made a chemometric calibration and validation of each
of the 5 concentrations measured absorbance in the wave number range 4000-400
cm-1.
Results: The results showed that the levels of asetosal in Aptor® tablets
(96,81±0,95)%, Astika® tablets (101,90±1,59)%, Cardioasetosal® tablets
(105,75±1,83)%, and Farmasal® tablets (98,36±1,50)%. The content obtained
meets the requirements set in the Indonesian’s Pharmacopeia 5th edition 2014. The
validation method showed the result of the recovery test was 100.77%, RSD was
0,57%, and LOD and LOQ were 0,7761% and 2,5870% respectively. These results
indicate that the method was accurate and precise.
Conclusion: The results of this study concluded that the determination of asetosal
levels could be carried out by Fourier Transform Infra Red (FTIR)
spectrophotometry and the levels of asetosal tablets had met the requirements of
the Indonesian’s Pharmacopeia 6th edition 2020.

Keywords: Asetosal, FTIR, spectrophotometry, content determination

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ...................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Hipotesis .............................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5
2.1 Asetosal ..............................................................................................................5
2.1.1 Sifat Fisika Kimia ...........................................................................................5
2.1.2 Farmakologi ....................................................................................................6
2.1.3 Farmakokinetika..............................................................................................6
2.2 Tablet..................................................................................................................7
2.3 Spektrofotometri ................................................................................................7
2.3.1 Definisi ............................................................................................................7
2.3.2 Klasifikasi Spektrofotometri ...........................................................................8
2.4 Spektrofotometri FTIR .....................................................................................11
2.5 Vibrasi Molekul Inframerah .............................................................................15
2.6 Pengolahan Sampel pada FTIR ........................................................................16
2.7 Interpretasi Spektrum Infra Merah ...................................................................19
2.8 Interpretasi Spektrum Infra Merah Asetosal ....................................................21
2.9 Validasi Metode ...............................................................................................21
2.9.1 Akurasi ..........................................................................................................22
2.9.2 Presisi ............................................................................................................22
2.9.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi...............................................................22
2.9.4 Linearitas .......................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................24
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................................24
3.3 Alat-alat ............................................................................................................24
3.4 Bahan-bahan .....................................................................................................24
3.5 Pengambilan Sampel .......................................................................................25
3.6 Prosedur Penelitian...........................................................................................25
3.6.1 Pembuatan Spektrum Serapan Baku Asetosal ..............................................25

ix
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ..........................................................................25
3.6.3 Penetapan Kadar Tablet Asetosal..................................................................26
3.7 Validasi Metode ...............................................................................................26
3.7.1 Linearitas .......................................................................................................26
3.7.2 Akurasi ..........................................................................................................26
3.7.3 Presisi ............................................................................................................27
3.7.4 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) .......................................27
3.7.5 Analisis Data Penetapan Kadar secara Statistik ............................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................29
4.1 Penentuan Spektrum Serapan Baku Asetosal ..................................................29
4.2 Penentuan Kurva Kalibrasi Asetosal ................................................................32
4.3 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Asetosal .....................................................33
4.4 Hasil Penetapan Kadar Asetosal dalam Sediaan Tablet ..................................35
4.5 Hasil Validasi Metode ......................................................................................38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................40
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................40
5.2 Saran.................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................41
LAMPIRAN ...........................................................................................................42

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

4.1 Puncak gugus fungsional asetosal ...................................................................30


4.2 Hasil pengolahan data dari sediaan tablet asetosal dengan nama dagang.. ......36
4.3 Data kadar asetosal dalam sediaan tablet .........................................................37

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur kimia asetosal .......................................................................................5


2.2 Komponen utama dalam FTIR .........................................................................13
2.3 Jenis-jenis vibrasi molekul ...............................................................................15
2.4 Daerah fundamental pada spektrum infra merah .............................................16
2.5 Vibrasi Bond Strecthing ...................................................................................17
2.6 Vibrasi Bond Bonding ......................................................................................17
2.7 Spektrum inframerah propanol (CH3CH2CH2OH) ........................................... 18
2.8 Daerah-daerah perkiraan frekuensi vibrasi yang mana berbagai jenis ikatan
menyerap sinar IR (disini hanya vibrasi ulur; sementara berbagai jenis vibrasi
tekuk dihilangkan untuk membuat lebih jelas) ...............................................20
4.1 Tampilan puncak daerah gugus fungsional asetosal ..........................................30
4.2 Spektrum Serapan Baku Asetosal 10% ...............................................................31
4.3 Tampilan transmittan spektrum asetosal dengan bilangan gelombang spesifik ..32
4.4 Tampilan transmittan spektrum asetosal dengan bilangan gelombang spesifik
Menurut Literatur ...................................................................................................33
4.5 Tampilan spektrum tumpang asetosal dengan berbagai konsentrasi (6-14%) .....34
4.6 Grafik kurva kalibrasi baku asetosal .......................................................................35

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

1. Spektrofotometer Inframerah (IRPrestige-21 Shimadzu) ...............................43


2. Timbangan (Sartorius) ....................................................................................43
3. Kalium bromida ..............................................................................................44
4. Tablet Aptor® ..................................................................................................50
5. Spektrum Tumpang Tindih Baku Asetosal dan Tablet Aptor® .....................50
6. Tablet Astika® .................................................................................................55
7. Spektrum Tumpang Tindih Baku Asetosal dan Tablet Astika® .....................55
8. Tablet Cardioasetosal® ....................................................................................60
9. Spektrum Tumpang Tindih Baku Asetosal dan Cardioasetosal® ...................60
10. Tablet Farmasal®.............................................................................................65
11. Spektrum Tumpang Tindih Baku Asetosal dan Tablet Farmasal® .................65

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Alat dan Bahan ..................................................................................43


2. Bagan Alir Prosedur Penelitian .......................................................................45
3. Bagan Alir Prosedur Penelitian secara Keseluruhan.......................................47
4. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, dan Koefisien Korelasi
Asetosal ...........................................................................................................48
5. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Aptor® ...........................................50
6. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Astika® .........................................55
7. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Cardioasetosal® .............................60
8. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Farmasal® ......................................65
9. Perhitungan Validasi Metode ..........................................................................70
10. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi (LOD), dan Batas Kuantitasi
(LOQ) Asetosal ...............................................................................................79
11. Daftar Nilai Distribusi t...................................................................................80
12. Sertifikat Pengujian Asetosal .........................................................................81

xiv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asetosal merupakan obat yang memiliki sifat analgesik, antiinflamasi, dan

antipiretik. Asetosal digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang,

kondisi demam ringan, dan untuk gangguan inflamasi akut dan kronis seperti

osteoartritis, artritis reumatoid, artritis idiopatik remaja, dan spondilitis ankilosa

(Sweetman, 2009). Asetosal merupakan salah satu obat yang paling banyak

digunakan didunia. Selain mempunyai harga yang relatif murah, asetosal

mempunyai banyak kegunaan. Asetosal termasuk dalam golongan obat

antiinflamasi non steroid yang memiliki efek analgesik, antipiretik dan

antiinflamasi (Rahmadanita dan Sumarno, 2019).

Menurut UU Nomor 36 (2009), tentang Kesehatan pada pasal 105 ayat 1,

Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat

Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya. Pemeriksaan kadar zat aktif

merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat,

dan untuk melakukan penetapan kadar obat dibutuhkan suatu metode yang telah

divalidasi (Uno, dkk., 2015).

Penetapan kadar tablet asetosal dilakukan dengan cara kromatografi cair

kinerja tinggi. Sistem kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor

280 nm dan kolom berukuran 4,0 mm x 30 cm. Laju alir lebih kurang 2 mL per

menit. Lakukan kromatografi terhadap larutan baku, rekam kromatogram dan ukur

respons puncak seperti tertera pada prosedur, dan simpangan baku relatif tidak lebih

dari 2,0%. (Ditdjen KAK, 2020).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitan terdahulu yang telah dilakukan oleh Murtaza, dkk.,

(2011), penetapan kadar asetosal dilakukan secara spektrofotometri UV

menunjukkan kadar asetosal dalam sediaan tablet yang diuji memliki kadar 99,16

% dan dinyatakan memenuhi syarat Farmakope Indonesia Edisi VI. Selanjutnya,

berdasarkan penelitan terdahulu yang dilakukan Gandhimathi dan Ravi (2007),

penetapan kadar asetosal menggunakan KCKT dengan kolom C18 dengan

perbandingan fase gerak triethylamine (pH 4): acetonitril (25:75). Didapatkan

%Recovery sebesar 101,62% dinyatakan memenuhi syarat Farmakope Indonesia

Edisi VI. Penetapan kadar menggunakan FTIR, antara lain penetapan kadar

isoniazid (Gunasekaran, dkk., 2009), lorazepam (Konoz, dkk., 2012), azitromisin

(Robaina, dkk., 2013), dan asam folat (Raouf dkk., 2014). Menurut Nugrahani, dkk

(2019), pentepanan kadar Kafein, Paracetamol, dan Asetosal dalam tablet

kombinasi dapat dilakukan menggunakan Spektrofotometri FTIR. Namun belum

ada dijumpai penelitan penetapan kadar senyawa tunggal tablet menggunakan

spektofotometri FTIR.

Menurut Mallah, dkk (2012), metode titrasi, spektrofotometri turunan,

spektrofluororimetri, kromatografi cair, kromatografi cairan kinerja tinggi/

spektrofotometri massa membutuhkan prosedur yang panjang dan sejumlah pelarut

organik yang berkontribusi terhadap tingginya biaya analisis dan menghasilkan

limbah.

Salah satu keunggulan spektroskopi IR dengan spektroskopi lainnya yaitu

karena sifatnya yang khas sebagai spektrum sidik jari, yang mana tidak ada dua

buah senyawa atau sampel yang berbeda mempunyai spektrum yang sama

(Rohman, 2014). Spektroskopi IR Juga memiliki sensitifitas yang lebih baik,

Universitas Sumatera Utara


pengukuran yang lebih singkat, persiapan sampel sederhana, mudah dalam

pengoperasian. Spektroskopi FTIR juga telah menjadi pilihan utama untuk

meminimalisir isu lingkungan mengenai limbah kimia industri karena tidak

memerlukan banyak pelarut (Mallah, dkk., 2012).

Pemeriksaan kadar sampel senyawa obat menggunakan daerah sidik jari

bertujuan untuk menentukan kesesuaian sampel dengan standar Farmakope.

Spektroskopi Infra merah merupakan teknik analis yang sangat popular untuk

analisis berbagai sampel, baik sampel produk farmasetik, makanan, cairan biologis,

maupun sampel lingkungan dan untuk menentukan tingkat kesesuaian sampel

dengan standar Farmakope bisa dilakukan dengan penyiapan sampel pada daerah

sidik jari menggunakan KBr atau KCl (Gandjar dan Rohman, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih metode FTIR untuk penetapan

kadar asetosal dalam sediaan tablet secara Spektrofotometri Fourier Transform

Infra Red (FTIR) pada daerah sidik jari (1300–900 cm-1) menggunakan serbuk KBr

(Kalium Bromida) sesuai persyaratan kadar yang ditetapkan pada Farmakope

Indonesia edisi VI tahun 2020.

Universitas Sumatera Utara


1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah daerah sidik jari pada asetosal dapat digunakan untuk

penetapan kadar secara Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red

(FTIR)?

b. Apakah metode penetapan kadar dengan pelet KBr menggunakan

daerah sidik jari secara Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red

(FTIR) memenuhi persyaratan validasi dengan parameter akurasi,

presisi, batas deteksi dan batas kuantifikasi ?

c. Apakah kadar asetosal dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan

yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia edisi VI tahun 2020?

1.2 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dari penelitian ini

sebagai berikut:

a. Daerah sidik jari pada asetosal dapat digunakan untuk penetapan kadar

secara Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR).

b. Metode penetapan kadar dengan pelet KBr menggunakan daerah sidik

jari secara Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR)

memenuhi persyaratan validasi dengan parameter akurasi, presisi, batas

deteksi dan batas kuantifikasi ?

c. Kadar asetosal dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar yang

ditetapkan pada Farmakope Indonesia edisi VI tahun 2020.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah:

a. Untuk mengetahui bahwa daerah sidik jari pada asetosal dapat digunakan

sebagai penetapan kadar secara Spektrofotometri Fourier Transform

Infra Red (FTIR).

b. Untuk mengetahui bahwa metode penetapan kadar dengan pelet KBr

menggunakan daerah sidik jari secara Spektrofotometri Fourier

Transform Infra Red (FTIR) memenuhi persyaratan validasi dengan

parameter akurasi, presisi, batas deteksi dan batas kuantifikasi ?

c. Untuk mengetahui kesesuaian hasil kadar asetosal dalam sediaan tablet

yang diperoleh dengan persyaratan kadar yang ditetapkan pada

Farmakope Indonesia edisi VI tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :

a. Untuk memberikan informasi bahwa Spektrofotometri Fourier

Transform Infra Red (FTIR) dapat digunakan sebagai salah satu

penetapan kadar asetosal.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk industri

farmasi dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asetosal

2.1.1 Sifat Fisika Kimia

Rumus Struktur :

Gambar 2.1 Struktur Kimia Asetosal

Berdasarkan Ditjend KAK (2020), Uraian tentang asetosal adalah sebagai

berikut:

Nama Kimia : Asam asetilsalisilat (50-78-2)

Rumus Molekul : 𝐶9 𝐻8 𝑂6

Berat Molekul : 180,16

Persyaratan : Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam

Asetilsalisilat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak

lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Pemerian : Hablur, seperti jarum atau lempengan tersusun,

atau sebuk hablur; putih; tidak berbau atau berbau

lemah.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol;

larut dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar

Universitas Sumatera Utara


larut dalam eter mutlak.

Baku Pembanding : Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan pengeringan

diatas silica gel P selama 5 jam, sebelum digunakan.

Simpan dalam wadah tertutup rapat.

2.1.2 Farmakologi

2.1.3 Farmakokinetika

Asetosal dan salisilat lainnya diserap dengan cepat dari saluran pencernaan

saat diminum tetapi penyerapan setelah dosis rektal kurang dapat diandalkan.

Asetosal dan salisilat lainnya juga bisa diserap melalui kulit. Setelah dosis oral,

absorpsi asetosal yang tidak terionisasi terjadi di lambung dan usus. Beberapa

asetosal dihidrolisis menjadi salisilat di dinding usus. Setelah diserap, asetosal

dengan cepat diubah menjadi salisilat, tetapi selama 20 menit pertama setelah dosis

oral asetosal adalah bentuk obat dalam plasma. Asetosal 80 sampai 90% terikat

pada protein plasma dan didistribusikan secara luas; volume distribusinya

dilaporkan 170 mL / kg pada orang dewasa. Saat konsentrasi obat dalam plasma

meningkat, tempat pengikatan pada protein menjadi jenuh dan volume distribusinya

meningkat. Baik asetosal dan salisilat memiliki aktivitas farmakologis meskipun

hanya asetosal yang memiliki efek anti-platelet. Salisilat terikat secara luas pada

protein plasma dan dengan cepat didistribusikan ke seluruh bagian tubuh. Salisilat

muncul dalam ASI dan melewati plasenta (Sweetman, 2009)

Salisilat terutama dieliminasi oleh metabolisme hati; metabolitnya termasuk

asam salisilat, glukuronida fenolik salisil, asil glukuronida salisilat, asam gentisat,

dan asam gentisurat. Pembentukan metabolit utama, asam salisilat dan glukuronida

fenolik salisil, mudah jenuh dan mengikuti kinetika MichaelisMenten; rute

Universitas Sumatera Utara


metabolisme lainnya adalah proses orde pertama. Akibatnya, konsentrasi plasma-

salisilat meningkat secara tidak proporsional dengan dosis. Setelah dosis asetosal

325 mg, eliminasi adalah proses urutan pertama dan waktu paruh salisilat plasma

sekitar 2 sampai 3 jam; pada dosis asetosal tinggi, waktu paruh meningkat menjadi

15 sampai 30 jam. Salisilat juga diekskresikan tidak berubah dalam urin; jumlah

yang dikeluarkan melalui jalur ini meningkat dengan peningkatan dosis dan juga

tergantung pada pH urin, sekitar 30% dosis diekskresikan dalam urin alkali

dibandingkan dengan 2% dosis dalam urin asam. Ekskresi ginjal melibatkan filtrasi

glomerulus, sekresi tubulus ginjal aktif, dan reabsorpsi tubular pasif. Salisilat

dihilangkan dengan hemodialysis (Sweetman, 2009)

2.2 Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak

dan tablet kempa. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan

penandaan, permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen KAK, 2020).

2.3 Spektrofotometri

2.3.1 Definisi

Spektroskopi Infra merah merupakan teknik analisis yang sangat popular untuk

analisis berbagai jenis sampel, baik sampel produk farmasetik, makanan, cairan

biologis, maupun sampel lingkungan. Instrument infra merah mulai tersedia

dipasaran pada tahun 1940-an. Spektroskopi infra merah merupakan jenis

spektroskopi yang bersifat: (1) spesifik terhadap suatu molekul; yang akan

memberikan informasi yang menyatu (inheren) tentang gugus-gugus fungsional

yang ada dalam molekul, termasuk macamnya, interaksi-interaksinya dan orientasi-

Universitas Sumatera Utara


orientasinya; (2) selektif terhadap isomer, yang disebabkan oleh adanya kisaran

daerah sidik jari (fingerprint); (3) bersifat kuantitatif dan non-destruktif (tidak

merusak) bahkan terhadap senyawa-senyawa yang sangat labil dengan kisaran kerja

yang utama antara 0,1-100% dan (4) bersifat universal, dalam persyaratan

pengambilan sampelnya, baik sampel padat, cair, gas, sampel antara padat dan cair

atau gas, sampel permukaan, maupun sampel ruahan (bulk) (Gandjar dan Rohman,

2012).

Tujuan analisis kuantitatif pada Spektorskopi Infra Merah adalah untuk

menentukan konsentrasi analit dalam suatu sampel. Tinggi puncak atau luas puncak

suatu spektrum IR dalam bentuk absorbansi secara langsung berhubungan dengan

konsentrasinya. Analisis kuantitatif dilakukan dengan membuat rajah (plot)

hubungan antara konsentrasi analit dengan absorbansinya yang disebut kalibrasi.

Untuk membuat hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi, spektra IR analit

dengan konsentrasi tertentu yang telah diketahui, yang disebut dengan standar

disiapkan (Gandjar dan Rohman, 2012)..

2.3.2 Klasifikasi Spektrofotometri

a. Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran bilangan gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis

biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam

larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit

informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum

Universitas Sumatera Utara


ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di

dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada bilangan gelombang

tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004)

b. Spektroskopi Infra Merah

Spektroskopi infra merah (infrared, untuk selanjutnya disingkat IR)

merupakan spektroskopi vibrasional (getaran). Spektrum IR merupakan jenis

spektrum yang bersifat: (1) spesifik terhadap suatu molekul; yang akan

memberikan informasi yang menyatu (inheren) tentang gugus-gugus fungsional

yang ada dalam molekul, termasuk jenis dan interaksi-interaksinya; (2) sidik jari

(fingerprint); (3) bersifat kuantitatif, yang mana intensitas puncak berkorelasi

dengan konsentrasi, (4) non-destruktif (tidak merusak), yang berarti bahwa pada

jenis penanganan sampel tertentu seperti dengan attenuated total reflectance (ATR),

sampel yang dianalisis dapat dianalisis dengan metode analisis yang lain, dan (5)

bersifat universal, baik sampel padat, cair, gas, sampel antara padat dan cair atau

gas (Rohman, 2014).

c. Spektrometer massa

Jika suatu benda yang bergerak lurus diberi tenaga dari luar, maka

gerakannya tidak akan lurus lagi seperti biasanya karena akan terjadi defleksi atau

perubahan arah. Besarnya perubahan arah ini tergantung dari massa benda yang

bergerak itu. Jika kita mengetahui besar benda yang bergerak, kecepatannya, dan

jumlah tenaga luar yang diberikan; maka kita bisa menghitung massa benda

tersebut. Makin besar perubahan arah gerak, makin ringan benda tersebut. Prinsip

ini bisa diaplikasikan dalam menentukan massa suatu molekul.

10

Universitas Sumatera Utara


Gerakan suatu atom atau molekul bisa didefleksikan oleh medan magnet.

Agar bisa dipengaruhi oleh medan magnet maka atom atau molekul ini harus diubah

menjadi bentuk ion. Partikel yang bermuatan dapat dipengaruhi oleh medan magnet

sedangkan yang tidak bermuatan tidak dipengaruhi. Spektrometer massa pada

umumnya digunakan untuk: 1. Menentukan massa suatu molekul. 2. Menentukan

rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High

Resolution Mass Spectra) 3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat

pola fragmentasinya (Dachriyanus, 2004).

d. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti / Spektroskopi H1-NMR

Spektroskopi H1-NMR paling banyak digunakan oleh kimiawan organic.

Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok proton (H)

dalam molekul organic akan beresonansi pada frekwensi yang tidak identic atau

beresonansi pada frekwensi yang spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton

suatu molekul organic dikelilingi electron yang berbeda (lingkungan elektroniknya

berbeda). Makin besar kerapatan electron yang mengelilingi inti maka makin besar

pula medan magnet yang digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu molekul

organic mempunyai lingkungan elektronik (kimia) yang berbeda maka akan

menyebabkan frekwensi resonansi yang berbeda (Sitorus, 2017).

e. Spektroskoskopi Resonansi Inti Karbon 13C RMI

Seperti diketahui bahwa spektroskopi RMI tidak hanya terbatas terhadap

inti hidrogen. Setiap inti yang memiliki jumlah proton dan atau neutron yang ganjil

bisa diukur dengan spektroskopi RMI. Nukleus yang biasa dipakai adalah karbon.

Karena karbon memiliki nomor proton yang genap maka yang digunakan adalah

isotopnya, yaitu karbon-13. Pada spektrum 1H RMI, sinyal yang dilihat berasal dari

11

Universitas Sumatera Utara


hidrogen yang hadir pada karbon tertentu dan pola spin kopling tergantung pada

atom hidrogen yang terletak pada karbon tetangga (H-C-C-H). Pada spektrum RMI

karbon, sinyal karbon dapat dilihat secara langsung. Spektrometer resonansi magnet

inti karbon pada umumnya digunakan untuk: 1. Menentukan jumlah karbon yang

memiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa organik 2. Mengetahui

informasi mengenai struktur suatu senyawa organic (Dachriyanus, 2004).

f. Spektrofotometri emisi nyala dan spektrofotometri absorbsi atom

Spektroskopi serapan atom (SSA) dan spektroskopi emisi atom (SEA), disebut juga

dengan fotometri nyala, merupakan 2 metode pengukuran analitik yang

mendasarkan pada proses eksitasi dan emisi. Pada analisis kuantitatif, metode ini

digunakan untuk mengukur kurang lebih 70 elemen (logam atau non-logam).

Dengan beberapa model instrumen fotometer nyala ini, dimungkinkan untuk

melakukan pengukuran dengan kedua teknik ini (serapan atom dan emisi atom),

meskipun prinsipnya berbeda. Dalam SSA, konsentrasi dapat diperoleh dari

pengukuran serapan sinar oleh atom yang tertinggal dalam keadaan dasar ketika

atom disinari dengan sumber sinar yang menyebabkan eksitasi yang sesuai. Dalam

SEA, konsentrasi dapat diperoleh dari intensitas radiasi yang diemisikan oleh

sebagian atom yang telah melewati keadaan tereksitasi (Gandjar dan Rohman,

2012)

2.4 Spektrofotometer FTIR

Spektofotometer FTIR didasarkan pada ide adanya interforensi radiasi antara

2 berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram. Inteferogram merupakan

sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan pathlength antara 2 berkas sinyal.

Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat ditukar balikkan dengan metode matematik

12

Universitas Sumatera Utara


yang disebut tranformasi Fourier (Rohman, 2014).

Komponen – komponen utama dalam FTIR :

Sumber Interferometer Sampel


Sinar
Pengubah
Detektor analog ke
digital

Komputer

Gambar 2.2 Komponen utama dalam FT-IR

(Sumber: Rohman, 2014)

a. Sumber sinar

Sumber cahaya yang umum digunakan adalah batang yang dipanaskan oleh listrik

berupa Nerst Glower yang merupakan campuran logam: Zr, Y, Er dan lain-lain;

Globar yang merupakan silikon karbida: dan berbagai bahan keramik lainnya (Sitrous,

2017).

b. Interferometer Michelson

Tujuan interferometer adalah untuk membawa berkas sinar, lalu memecahnya ke

dalam dua berkas sinar, dan membuat salah satu berkas sinar berjalan dengan jarak

yang berbeda dengan yang lain. Interferometer Michelson mempunyai 2 buah cermin,

yakni cermin statik/tetap (tidak bergerak) dan cermin yang selalu bergerak. Diantara

2 cermin ini terdapat pemecah berkas sinar (beam splitter), yang dirancang untuk

mentransmisikan setengah radiasi yang mengenainya dan merefleksikan atau

memantulkan yang setengahnya. Berkas sinar yang muncul dari interferometer pada

sudut 90o ke berkas sinar yang ditransmisikan merupakan berkas sinar yang terdeteksi

dalam spektrofotometer FTIR (Gandjar dan Rohman, 2012).

13

Universitas Sumatera Utara


c. Detektor

Ada 2 jenis detektor yang umum digunakan pada spektrofotometer FTIR.

Detektor normal pada penggunaan rutin adalah alat piroelektrik yang didalamnya

terdapat deuterium triglisin sulfat (DTGS) pada jendela alkali halida yang tahan

terhadap panas. Untuk pekerjaan yang memerlukan sensistifitas lebih, dapat

digunakan detektor merkuri kadmium tellurida (MCT). Untuk pengukuran spektra IR

di daerah dekat (NIR), detektor yang digunakan adalah fotokonduktor timbal sulfida

(Rohman, 2014).

d. Komputer

Komputer akan mengendalikan instrumen, misalkan dalam hal kecepatan,

batas, serta awal dan akhir scanning. Komputer akan membaca spektra dari

instrumen begitu spektrum di-scanning. Hal ini bermakna bahwa spektrum telah

digitalisasikan. Komputer juga dapat digunakan untuk memanipulasi spektrum,

misalkan untuk melakukan derivatisasi, pengurangan, dan penjumlahan spektra,

serta untuk overlay antar spektra (Rohman, 2014).

Spektrofotometer FTIR merupakan instrumen single beam. Pengukuran

background dilakukan sebelum pengukuran sampel. Pengukuran background ini

merupakan pengukuran spektrum lingkungan, yang terdiri dari gas yang mampu

mengabsorpsi sinar inframerah seperti gas karbon dioksida dan uap air. Perangkat

lunak komputer akan mengurangi spektra hasil pengukuran dengan spektra

background secara otomatis untuk menghasilkan spektra sampel yang dianalisis

(Rohman, 2014).

14

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa keunggulan spektrofotometer FTIR dibandingkan

spektrofotometer dispersif, dua keuntungan utama adalah: (1) keuntungan Felgett

(multiplex) disebabkan karena adanya peningkatan pengukuran rasio signal to noise

(SNR), dan (2) keuntungan Jacquinot adalah spektrofotometer FTIR tidak

memerlukan penggunaan celah monokromator dimana output sumber total dapat

dilewatkan secara terus menerus sehingga menghasilkan energi yang sampai ke

detektor cukup tinggi dan meningkatkan signal to noise (SNR) (Rohman, 2014).

2.5 Vibrasi Molekul Inframerah

Bila suatu molekul dilewatkan sinar pada panjang daerah IR, maka atom-atom

yang terikat dalam molekul mengalami vibrasi (Bergetar). Vibrasi molekul terdiri

atas vibrasi ulur dan vibrasi tekuk. Vibrasi ulur (Strecthing) terjadi antara dua atom

sepanjang sumbu ikatan (Gerakan Simetri dan anti simetri), sedangkan vibrasi

tekuk terjadi akibat berubahnya sudut antara dua ikatan (Khaldun, 2018).

Gambar 2.3 Jenis-jenis Vibrasi Molekul

15

Universitas Sumatera Utara


Vibrasi tekuk hanya terjadi pada pada molekul yang mempunyai lebih dari dua

atom. Vibrasi ini terdiri atas scissoring, rocking, wagging, dan twisting. Bilangan

gelombang setiap gugus fungsi dalam molekul bersifat khas, oleh sebab itu dapat

dipakai sebagai dasar analisis kualitatif untuk mengidentifikasinya. Secara umum,

daerah IR tengah (4000-400 cm-1) dapat dikelompokkan menjadi empat daerah

penting yang terdiri dari (1) vibrasi ulur ikatan tunggal (Strecthing single bond), (2)

ikatan rangkap tiga (triple bonds), (3) ikatan ganda (double bonds), dan daerah sidik

jari (fingerprint region) (Khaldun, 2018).

Gambar 2.4 Daerah fundamental pada spektrum infra merah

Setiap frekuensi cahaya, termasuk inframerah, mempunyai energi tertentu.

Apabila frekuensi cahaya yang dilewatkan diserap oleh senyawa yang diinvestigasi,

berarti energi tersebut ditransfer pada senyawa. Besarnya energi yang diserap

senyawa akan mempengaruhi kondisi molekul senyawa tersebut. Energi radiasi

inframerah berhubungan dengan energi yang dibutuhkan untuk terjadinya vibrasi

dari suatu ikatan (Dachriyanus, 2009).

16

Universitas Sumatera Utara


a) Peregangan Ikatan (Bond Stretching)

Pada suatu ikatan kovalen, atom tidak terikat dengan suatu hubungan yang

rigid. Dua atom yang berhubungan satu sama lain disebabkan karena kedua inti

atom terikat pada pasangan elektron yang sama. Kedua inti ini bisa mengalami

vibrasi kedepan-kebelakang dan atau kesamping-keatas satu sama lain

(Dachriyanus, 2009).

Gambar 2.5 Vibrasi Bond Strecthing

Energi yang terlibat pada vibrasi tergantung pada panjang ikatan dan massa

atom-atom yang saling berikatan. Ini berarti bahwa setiap ikatan yang berbeda akan

tervibrasi dengan cara yang berbeda dan jumlah energi yang berbeda pula. Pada

dasarnya, ikatan-ikatan akan bervibrasi sepanjang waktu. Apabila ikatan tersebut

diberi sejumlah energi yang tepat sama dengan besarnya energi pada ikatan maka

energi ini akan menyebabkan vibrasi pada keadaan yang lebih tinggi. Jumlah energi

yang dibutuhkan bervariasi pada setiap ikatan sehingga setiap ikatan akan menyerap

pada frekuensi yang berbeda- beda pada radiasi inframerah (Dachriyanus, 2009).

b) Pengerutan Ikatan (Bond Bending)

Seperti halnya peregangan, ikatan juga bisa bergerak naik-turun (bend).

17

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Vibrasi Bond Bending

Ikatan bisa bervibrasi naik-turun sepanjang waktu dan jika diberikan energi

yang tepat pada ikatan ini maka vibrasinya akan semakin kuat. Naik turunnya suatu

ikatan melibatkan sejumlah energi sehingga setiap ikatan akan menyerap energi

pada frekuensi yang berbedabeda dari radiasi inframerah (Dachriyanus, 2009).

Gambar 2.7 Spektrum inframerah propanol (CH3CH2CH2OH)

Pada spektrum diatas, terlihat adanya tiga jenis serapan yang disebabkan

karena adanya vibrasi ikatan (Dachriyanus, 2009).

2.6 Pengolahan Sampel pada FTIR

Teknik transmisi berdasarkan jenis sampel yang akan dianalisis sebagai berikut:

a. Spektra transmisi sampel padat

Ada tiga cara umum untuk mengolah sampel yang berupa padatan, yaitu:

(1) dengan lempeng kalium bromida, (2) “mull”, dan (3) lapisan tipis. (1) Pelet KBr

digunakan dengan cara menumbuk cuplikan (0,1-2,0%) lalu ditekan dengan

18

Universitas Sumatera Utara


tekanan tinggi sampai membentuk pelet KBr yang transparan dalam cetakan, (2)

Mull atau pasta digunakan dengan mencampur cuplikan dengan minyak pasta

kemudian dilapis pada dua keping NaCl, (3) Lapisan Tipis digunakan dengan

melarutkan padatan dalam pelarut yang mudah menguap, lalu diteteskan pada pelat

NaCl. Bila pelarut sudah menguap maka akan diperoleh lapisan tipis pada pelat

(Sitorus, 2017).

b. Spektra transmisi cairan

Sebelum memperoleh spektrum IR sampel dalam larutan, maka pelarut yang

sesuai harus dipilih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika memilih pelarut,

yakni: pelarut harus melarutkan sampel, pelarut yang digunakan sedapat mungkin

non-polar untuk meminimalkan interaksi solut-pelarut, serta pelarut tersebut tidak

menyerap spektrum IR secara kuat. Sebanyak 1-5% larutan dimasukkan dalam sel

larutan yang mempunyai jendela transparan dengan alat pengatur ketebalan. Tebal

sel biasanya antara 0,1-1,0 mm. Selain itu, dengan mengatur konsentrasi dan tebal

sel maka bentuk dan pita serapan yang penting dapat ditonjolkan dengan jelas

(Rohman, 2014).

c. Spektra transmisi gas

Untuk pengolahan sampel berbentuk gas, sampel dimasukkan pada sel khusus

yang menghadap langsung pada sumber sinar IR. Dalam bentuk modifikasi, cermin

internal digunakan untuk memantulkan berkas sinar berulangkali untuk menaikkan

sensitivitas (Sastrohamidjojo, 2013).

Teknik-teknik reflektans (pantulan) dapat digunakan untuk sampel-sampel

yang susah dianalisis dengan teknik transmitans. Metode pantulan dapat dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu: (1) pengukuran pantulan internal dengan menggunakan sel

19

Universitas Sumatera Utara


attenuated total reflectance (ATR) yang bersinggungan (kontak) langsung dengan

sampel; dan (2) pengukuran pantulan eksternal yang melibatkan berkas sinar IR yang

dipantulkan secara langsung dari permukaan sampel (Rohman, 2014).

2.7 Interpretasi Spektrum Inframerah

Berdasarkan Rohman (2014), spektrum daerah Inframerah tengah dapat dibagi

menjadi 4 daerah, dan sifat frekuensi gugus secara umum dapat ditentukan dengan

daerah-daerah serapan, yang mana gugus-gugus tersebut terdapat didalamnya.

Daerah-daerah tersebut adalah sebagai berikut: daerah ulur X–H (4000-2500 cm-1),

yang mana X berupa O, N dan C daerah ikatan rangkap tiga (2500-2000 cm-1),

daerah ikatan rangkap dua (2000-1500 cm-1) dan daerah sidik jari (1500-600 cm1).

Secara visual daerah serapan gugus-gugus fungsional yang utama dapat dilihat

pada Gambar 2.3 berikut:

Frekuensi (cm-1)

4000 2500 2000 1800 1650 1550 650

C≡C Sangat C=O C=N C–Cl


O–H
C≡N sedikit pita C=C C–O
C–H
X=C=Y N=O C–N
N–H
(C, O, N, S) C–C

N=O

2,5 4,0 5,0 5,5 6,1 6,5 15,4

Panjang gelombang (mikron)

Gambar 2.8 Daerah-daerah perkiraan frekuensi vibrasi yang mana berbagai jenis
ikatan menyerap sinar IR (disini hanya vibrasi ulur; sementara
berbagai jenis vibrasi tekuk dihilangkan untuk membuat lebih jelas)
(Sumber: Rohman, 2014)

20

Universitas Sumatera Utara


Spektroskopi IR memiliki salah satu keunggulan dengan spektroskopi lainnya

yaitu karena sifatnya sebagai spektrum sidik jari, yang mana tidak ada dua buah

senyawa atau sampel yang berbeda mempunyai spektrum yang sama (Rohman,

2014). Menurut Sitorus, (2017) serapan sidik jari pada daerah sekitar 1200-500 cm-1

memiliki molekul dan serapan yang sangat kompleks dan biasanya digunakan untuk

mengkonfirmasi apakah gugus fungsinya ada. Misalkan bila molekul mempunyai

gugus fungsional hidroksi (-OH) pada sekitar 3400 an cm-1 biasanya intentitasnya kuat

dengan puncak melebar, diperkuat serapan C-O tunggal pada sekitar 1200 cm-1 yang

tajam dan intensitasnya kuat.

Sampel yang disiapkan untuk penentuan sidik jari bertujuan untuk

meningkatkan kesesuaian sampel dengan standar farmakope, penyiapan sampel

untuk tujuan ini dilakukan dalam pelet KBr atau KCl (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.8 Interpretasi Spektrum Inframerah Asetosal

Menurut Moffat dkk., (2011) Asetosal atau aspirina mempunyai bilangan

gelombang spesifik, yaitu 1183 cm-1, 1688 cm-1, 1305 cm-1, 1755 cm-1, 925 cm-1,

1219 cm-1. Daerah sidik jari berada dalam daerah 1300-600 cm-1 daerah yang

memasuki rentang tersebut yaitu 925 cm-1, 1183 cm-1, 1219 cm-1 dan 1305 cm-1.

2.9 Validasi Metode

Validasi metode merupakan suatu tahapan penting dalam penjaminan mutu

analisis kuantitatif. Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP)

dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis bersifat akurat, spesifik,

reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Validasi metode

analisis ditujukan untuk menjamin bahwa metode analisis memenuhi spesifikasi

yang dapat diterima sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Rohman, 2019).

21

Universitas Sumatera Utara


2.8.1 Akurasi

Akurasi adalah kedekatan antara nilai terukur (measured value) dengan

nilai sebenarnya yang diterima (accepted true value), baik nilai konvensi, nilai

sebenarnya, maupun nilai rujukan. Kriteria keberterimaan akurasi dengan 3

replikasi untuk pengujian ±2% (98,0%-102,0%) (Rohman, 2019).

2.8.2. Presisi

Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relative

berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap replikasi sampel yang diambil dari

campuran yang homogen. Presisi dapat menghasilkan nilai rata-rata yang sangat

dekat dengan nilai yang sebenarnya, simpangan baku relatif atau disebut juga

Relatif Standard Deviasi (RSD) digunakan sebagai parameter ukur dari presisi

(Arikalang dkk., 2018).

2.8.3. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah nilai parameter, yaitu konsentrasi analit terendah yang

dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

blanko (Harmita, 2004).

Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):
3 ×𝑆𝐵
Batas deteksi (LOD) = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

Menurut Harmita (2004), batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil

dalam sam pel yang masih dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan

memenuhi kriteria cermat dan seksama.


10 ×𝑆𝐵
Batas kuantitasi (LOQ) = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

22

Universitas Sumatera Utara


Penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi dilaku kan berdasarkan

kemiringan (slope) kurva kalibrasi (Arikalang dkk., 2018).

2.8.4. Linearitas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil

uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang

diberikan. Pada uji linieritas paling tidak 5 konsentrasi yang berbeda digunakan pada

pengujian (Rohman, 2019).

Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari

persamaan y = ax + b. Persamaan ini yang akan menghasilkan koefisien korelasi

(r). Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk parameter linearitas (Ryanto,

2016).

23

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode

Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR) terhadap penetapan kadar

asetosal yang terkandung dalam sediaan tablet, dilakukan di Laboratorium

Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan ada bulan Februari sampai Juni 2021 di

Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Alat–alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer

inframerah (IRPrestige-21 Shimadzu) yang dilengkapi dengan Komputer dan

Software IRsolution, software Minitab versi 18.2.4.4., Neraca Analitik (Sartorius),

Lumpang dan Alu, serta alat-alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel.

3.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baku Asetosal

(BPFI), Kalium Bromida (KBr), tablet Aptor® (PT. Nicholas), dan tablet Astika®

(PT.Ikapharmindo Putramas), tablet Cardioasetosal® (PT. Bayer Healthcare), dan

tablet Farmasal® (PT. Fahrenheit).

24

Universitas Sumatera Utara


3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel secara purposif yaitu tanpa membandingkan antara

satu tempat dengan tempat yang lain, karena tempat pengambilan sampel dianggap

homogen.

Menurut Sudjana (2002), sampling purposif dikenal juga sebagai sampling

pertimbangan peneliti.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Pembuatan Spektrum Serapan Baku Asetosal

Ditimbang baku Asetosal (BPFI) sebanyak 30 mg dicukupkan dengan KBr

hingga 300 mg dan digerus sampai homogen. Kemudian diukur serapan pada

bilangan gelombang 4000-400 𝑐𝑚−1

3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dari enam standar internal yang berbeda konsentrasi

dalam kisaran 1:10 b / b sebanyak 18 mg, 24 mg, 30 mg, 36 mg, 42 mg dan masing-

masing dicukupkan dengan KBr hingga 300 mg dan digerus untuk mengurangi

ukuran partikelnya. Inframerah spektra dari setiap pengukuran dikonversi ke

spektrum turunan pertama. Absorbansi dari setiap kalibrasi standar diukur dalam

range bilangan gelombang 1755 cm-1, 1688 cm-1, 1305 cm-1, 1219 cm-1, 1183 cm-1

dan 925 cm-1.

3.6.3 Penetapan Kadar Tablet Asetosal

Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus dalam lumpang sampai halus dan

homogen. Ditimbang seksama sejumlah serbuk setara 30 mg Asetosal dan

dicukupkan dengan KBr sampai 300 mg dan dihomogenkan. Diukur serapannya

pada bilangan gelombang 4000- 400 𝑐𝑚−1 .

25

Universitas Sumatera Utara


Konsentrasi sampel (X) dapat dihitung dengan mensubstitusikan vibrasi

yang diperoleh pada (Y) dari persamaan regresi: Y = aX + b, sehingga diperoleh X

dan ini disebut dengan konsentrasi perolehan.

3.7 Validasi Metode

3.7.1 Linearitas

Baku asetosal yang telah dibuat, diukur absorbansinya pada bilangan

gelombang yang telah ditentukan. Nilai absorbansi ditentukan dengan

menggunakan persam-aan regresi yang dioperasikan pada data konsentrasi dan

absorbansi masing-masing komponen pada setiap bilangan gelombang pengukuran.

Dari persamaan regresi yang diperoleh :

Y = aX + b

Keterangan:

Y = Absorbansi

a = Koefisien regresi yang menunjukkan nilai luas area

X = Kadar (mg/mL)

b = Konstanta

3.7.2 Akurasi

Menurut Harmita (2004), uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan

baku (Standart Addition Method), yaitu dengan membuat konsentrasi analit sampel

pada tiga rentang spesifik, yakni: 80%, 100% dan 120% dihitung dari kesetaraan

penimbangan pada penetapan kadar sampel, masing-masing rentang spesifik terdiri

dari tiga kali pengulangan yang mengandung 70% analit asetosal dari tablet yang

dianalisis dan 30% penambahan baku. Pada metode penambahan bahan baku,

sejumlah sampel yang dianalisis ditambah analit dengan konsentrasi yang

26

Universitas Sumatera Utara


diperlukan dari kadar analit yang diperkirakan, dicampur dan dianalisis kembali.

Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya. Kadar yang

diperoleh dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang

sebenarnya:

CF − CA
%Perolehan Kembali = × 100%
C* A

Keterangan:

CF = Konsentrasi perolehan sampel setelah penambahan baku

CA = Konsentrasi teoritis sampel sebelum penambahan baku

C*A = Konsentrasi baku yang ditambahkan

3.7.3 Presisi

Menurut Harmita (2004), penentuan presisi berdasarkan nilai Relative

Standard Deviation (RSD) dengan persyaratan simpangan baku relatif bernilai

kurang dari 2% dan dirumuskan sebagai:


SD
RSD = X̅  100%

Keterangan:

RSD = Standar deviasi relatif (%)

SD = Standar deviasi

̅=
X Kadar rata-rata zat dalam sampel

3.7.4 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Menurut Harmita (2004), berdasarkan absorbansi pada bilangan gelombang

analisis dilakukan pula perhitungan LOD dan LOQ.

SY ∑(Y − Yi)2
= SB = √
X n−2

SY
LOD = 3  X / Slope

27

Universitas Sumatera Utara


SY
LOQ = 10  X / Slope

Keterangan:

SY
= SB = Simpangan baku
X

Slope = a (pada persamaan garis Y = aX + b)

3.7.5 Analisis Data Penetapan Kadar secara Statistik

Data perhitungan kadar asetosal dianalisis secara statistik dengan

menggunakan uji ttabel.

Menurut Sudjana (2002), rumus yang digunakan adalah:

̅ )2
∑(X −X
SD = √
n−1

Untuk mencari thitung digunakan rumus:


̅
X −X
thitung = |SD⁄ n|

Data diterima jika thitung< ttabel pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =

0,01.

Keterangan:

SD = Standar deviasi/simpangan baku

x = Kadar dalam satu perlakuan

̅ = Kadar rata-rata dalam satu sampel


X

n = Jumlah pengulangan

α = Tingkat kepercayaan

Menurut Sudjana (2002), untuk menghitung kadar Asetosal sebenarnya dapat

digunakan rumus:

SD
X ±ttabel 
μ= ̅
√n

28

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

SD = Standar deviasi/simpangan baku

̅
X = Kadar rata-rata dalam satu sampel

n = Jumlah pengulangan

t =Harga tabel sesuai dengan derajat kepercayaan

29

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Spektrum Serapan Baku Asetosal

Penelitian ini diawali dengan melakukan pengukuran serapan baku pada

konsentrasi 10%. Penentuan spektrum serapan baku dilakukan pada bilangan

gelombang 4000-500 cm-1. Pengukuran spektrum baku asetosal dilakukan dengan

menentukan spektrum vibrasi asetosal konsentrasi 10% dalam KBr. Tampilan

puncak gugus fungsional asetosal konsentrasi 10% dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tampilan Puncak Daerah Gugus Fungsional Asetosal

Tabel 4.1 Puncak Gugus Fungsional Asetosal

No. Peak No. Peak


1. 2870,07 6.. 1462,04
2. 2588,47 7. 1303,97
3. 1755,22 8. 1219,01
4. 1689,64 9. 1184,29
5. 1604,77 10. 925,83

30

Universitas Sumatera Utara


Menurut Gandjar dan Rohman (2012), pada spekturm IR asetosal

bilangan gelombang 3300-2400 cm-1 (2870,07 cm-1 dan 2588,47 cm-1)memiliki

gugus fungsional O-H karboksilat ulur yang memiliki pita serapan yang sangat

lebar, bilangan gelombang 1757 cm-1 (1755,22 cm-1) memiliki gugus fungsional

C=O Ester ulur, bilangan gelombang 1690 cm-1 (1689,64 cm-1) memiliki gugus

fungsional C=O asam karboksilat terkonjugasi ulur, bilangan gelombang 1608 cm -


1
(1604,77 cm-1 ) memiliki gugus fungsional C=C aromatic ,bilangan gelombang

1460 cm-1 (1462,04 cm-1) memiliki gugus fungsional C=C aromatic tekuk, bilangan

gelombang 1325-1285 cm-1 (1303,87 cm-1 dan 1219,01 cm-1) memiliki gugus

fungsional C-O ulur dan bilangan gelombang 1200-900 cm-1 (1184,29 cm-1 dan

925,83 cm-1) memiliki gugus fungsional C-O (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Menurut Moffat dkk., (2011) asetosal mempunyai bilangan gelombang

spesifik, yaitu 1755 cm-1, 1688 cm-1, 1305 cm-1, 1219 cm-1, 1183 cm-1 dan 925 cm-
1
. Menurut Sitorus, (2017) daerah sidik jari berada dalam daerah 1200-500 cm-1

daerah yang memasuki rentang tersebut yaitu 925 cm-1, 1183 cm-1, dan 1219 cm-1.

Sehingga dilakukan analisis pada titik spesifik yang memenuhi rentang daerah sidik

jari saja. Spektrum vibrasi asetosal konsentrasi 10% dapat dilihat pada gambar 4.2.

31

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Spektrum Serapan Baku Asetosal 10%

Spektroskopi IR memiliki salah satu keunggulan dengan spektroskopi lainnya

yaitu karena sifatnya sebagai spektrum sidik jari, yang mana tidak ada dua buah

senyawa atau sampel yang berbeda mempunyai spektrum yang sama (Rohman,

2014). Menurut Sitorus, (2017) serapan sidik jari pada daerah sekitar 1200-500 cm-
1
memiliki molekul dan serapan yang sangat kompleks dan biasanya digunakan

untuk mengkonfirmasi apakah gugus fungsinya ada. Misalkan bila molekul

mempunyai gugus fungsional hidroksi (-OH) pada sekitar 3400 an cm-1 biasanya

intentitasnya kuat dengan puncak melebar, diperkuat serapan C-O tunggal pada

sekitar 1200 cm-1 yang tajam dan intensitasnya kuat.

Kebanyakan sampel yang disiapkan untuk penentuan sidik jari bertujuan untuk

meningkatkan kesesuaian sampel dengan standar farmakope, penyiapan sampel

untuk tujuan ini dilakukan dalam pelet KBr atau KCl (Gandjar dan Rohman, 2012).

Berikut ini merupakan perbandingan antara spektrum transmitan dan bilangan

gelombang hasil penelitian dengan spektrum transmitan berdasarkan literatur.

32

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3 Tampilan transmitan spektrum asetosal dengan bilangan gelombang
spesifik 925,83 cm-1

Gambar 4.4 Tampilan transmitan spektrum asetosal dengan bilangan

gelombang spesifik menurut literatur (Sumber: Moffat dkk.,

2011).

33

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 tersebut, terlihat bahwa terdapat

perbedaan antara pergeseran bilangan gelombang atau pita absorbansi spektrum

transmitan yang diperoleh dari penelitian dengan spektrum transmitan berdasarkan

literatur.

Sebelum dilakukan penetapan kadar, terlebih dahulu baku asetosal dianalisis

secara kualitatif dengan cara membandingkan bilangan gelombang dari serapan

baku asetosal konsentrasi 10% dengan bilangan gelombang dari literatur. Hal ini

dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah sampel asetosal di mana terdapat kesesuaian pada beberapa bilangan

gelombang asetosal dengan literatur yaitu 1755,23 cm-1, 1689,64 cm-1, 1307,737,

cm-1, 1219,01 cm-1, 1184,29 cm-1 dan 925,83 cm-1.

Menurut Rohman, (2014), semua pengukuran mengandung kesalahan dalam

level tertentu, tanpa memperhatikan seberapa baik kita melakukan suatu percobaan

ataupun seberapa hebat instrumen yang kita gunakan. Akurasi dari bilangan

gelombang spektrum atau pita absorbansi spektrum IR adalah ± 2 cm-1. Sehingga

hal ini memberikan perbedaan bentuk antara spektrum transmitan atau pita

absorbansi hasil penelitian dengan spektrum berdasarkan literatur.

4.2 Penentuan Kurva Kalibrasi Asetosal

Spektrum vibrasi standar asetosal yang dibuat dengan 4 variasi konsentrasi

masing-masing ditentukan pada daerah bilangan gelombang spesifik pada rentang

925 cm-1, 1183 cm-1, dan 1219 cm-1. Dilakukan analisis kuantitatif pada bilangan

gelombang tersebut.

34

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran kurva kalibrasi asetosal secara kuantitatif telah diorientasikan pada

3 bilangan gelombang spesifik sidik jari baku asetosal konsentrasi 10%. Hasil

pengujian yang diperoleh menunjukkan pada bilangan gelombang 1219,01 cm-1

dengan koefisien korelasi yaitu 0,9974 , bilangan gelombang 1184,29 cm-1 dengan

koefisien korelasi yaitu 0,9982 , dan bilangan gelombang 925,83 cm-1 dengan

koefisien korelasi yaitu 0,9997.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robaina dkk, (2017), pemilihan

bilangan gelombang didasarkan pada bilangan gelombang yang memberikan

puncak spesifik, karena pada daerah ini memberikan selektifitas dan sensitifitas

yang paling baik untuk penetapan kadar sediaan farmasi.

Berdasarkan hal tersebut dipilih bilangan gelombang 925,83 cm-1 untuk

penetapan kadar sediaan asetosal dimana bilangan tersebut memiliki linieritas

yang paling baik daripada bilangan gelombang spesifik lainnya dengan koefisien

korelasi r = 0,9997.

Selain itu, pemilihan bilangan gelombang 925,83 cm-1 untuk penetapan kadar

asetosal didasari pada sifatnya sebagai sidik jari. Hal ini dibuktikan dengan adanya

vibrasi C-O yang muncul pada daerah 1200-900 cm-1 yaitu pada bilangan

gelombang 925,83 cm-1, dan sebagai bentuk konfirmasi adanya gugus fungsi O-H

yang muncul pada daerah 3700-3000 cm-1 yaitu 3491,15 cm-1 (Ewing, 1975;

Fesssenden dan Fessenden, 1986).

4.3 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Asetosal

Baku Asetosal ditimbang dalam berbagai konsentrasi, diukur serapannya pada

wilayah spesifik asetosal. Spektrum asetosal pada berbagai konsentrasi dapat dilihat

pada Gambar 4.5.

35

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.5 Tampilan spektrum tumpang tindih Asetosal dengan berbagai
konsentrasi (6-14%)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka

semakin tinggi pula absorbansi yang dihasilkan. Spektrum vibrasi asetosal pada

berbagai konsentrasi dalam KBr menunjukkan bahwa konsentrasi tidak mengubah

bentuk spektrum dari masing-masing zat, sehingga dapat dikatakan penggunaan

analisis dengan KBr stabil terhadap asetosal.

Pembuatan kurva kalibrasi baku asetosal dilakukan dengan memplot

konsentrasi (sumbu x) dengan absorbansi (sumbu y), kemudian titik tersebut

dihubungkan dengan garis lurus. Berdasarkan kurva diatas, diperoleh persamaan

regresi Asetosal Y = 0,070299527X + 0,000888916 dengan koefisien korelasi (r)

0,9997. Dari gambar berikut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka

36

Universitas Sumatera Utara


semakin tinggi pula absorbansi yang dihasilkan. Kurva kalibrasi asetosal dapat

dilihat pada Gambar 4.6.

1.2

0.8
ABSORBANSI

0.6

0.4

0.2

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
KONSENTRASI (%)

Gambar 4.6 Grafik kurva kalibrasi baku Asetosal

Pengukuran kurva kalibrasi juga dilakukan pada absorbansi pada bilangan

gelombang yang lain dan tidak didapatkan hasil yang memenuhi persyaratan

koefisien korelasi. Sehingga, dalam penelitian ini dipilih bilangan gelombang yang

memberikan linearitas yang paling baik yaitu absorbansi pada bilangan gelombang

925,83 cm-1. Data kalibrasi, persamaan regresi dan koefisien korelasi dapat dilihat

pada Lampiran 4.

4.4 Hasil Penetapan Kadar Asetosal dalam Sediaan Tablet

Penetapan kadar asetosal dilakukan secara spektrofotometri Fourier Transform

Infra Red (FTIR). Konsentrasi asetosal dalam sampel ditentukan berdasarkan

persamaan regresi kurva kalibrasi pada bilangan gelombang 925,83 cm -1 dari baku

yaitu Y = 0,070299527X + 0,000888916. Sediaan asetosal yang digunakan untuk

analisis adalah tablet Aptor® (PT. Nicholas), dan tablet Astika® (PT.Ikapharmindo

Putramas), tablet Cardioasetosal® (PT. Bayer Healthcare), dan tablet Farmasal®

(PT. Fahrenheit). Perolehan kadar tiap tablet dapat dilihat pada Tabel 4.2

37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Hasil pengolahan data dari sediaan tablet asetosal dengan nama dagang

No. Nama Sampel Pengulangan Absorbansi Kadar


1 I 0,688143 96,49479 %
2 II 0,692901 97,16284 %
3 III 0,682816 95,74684 %
Aptor
4 IV 0,688981 96,61820 %
5 V 0,685788 96,16413 %
6 VI 0,681932 95,62272 %
1 I 0,731275 102,55079%
2 II 0,722467 101,31409%
3 III 0,720981 101,10545%
Astika
4 IV 0,719637 100,91674%
5 V 0,737434 103,41555%
6 VI 0,728084 102,10275%
1 I 0,747774 104,86735%
2 II 0,741428 103,97633%
3 III 0,760663 106,67705%
Cardioasetosal
4 IV 0,758663 106,39624%
5 V 0,761580 106,80580%
6 VI 0,754427 105,80147%
1 I 0,708403 99,33942%
2 II 0,699705 98,11816%
3 III 0,692901 97,16284%
Farmasal
4 IV 0,706537 99,07742%
5 V 0,705970 98,99781%
6 VI 0,694905 97,44421%

Berdasarkan Tabel 4.2 perhitungan statistik, maka diperoleh kadar asetosal

dalam sediaan tablet sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data kadar asetosal dalam sediaan tablet

No. Nama Obat Penetapan Kadar


1. Asetosal Dagang Aptor 96,80531 ± 0,95 %
2. Asetosal Dagang Astika 101,90089 ± 1,59 %
3. Asetosal Dagang Cardioasetosal 105,75404 ± 1,83%
4. Asetosal Dagang Farmasal 98,35664 ± 1,50%

Sediaan tablet asetosal dalam sediaan tablet yang di tentukan kadarnya

berdasarkan absorbansi, keseluruhannya sesuai dengan persyaratan yang tertera

38

Universitas Sumatera Utara


pada Farmakope Indonesia edisi VI tahun 2020, yaitu tablet asetosal mengandung

asetosal tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang

tertera pada etiket.

4.5 Hasil Validasi Metode

Parameter validasi yang diuji adalah akurasi (kecermatan), presisi

(keseksamaan), batas deteksi (LOD), dan batas kuantitasi (LOQ). Uji akurasi

dinyatakan dalam persen perolehan kembali (%recovery) yang ditentukan dengan

metode adisi standar. Uji presisi dinyatakan dalam simpangan baku relatif (RSD).

Pada penelitian ini dilakukan uji validasi dengan metode adisi standar pada sampel

tablet asetosal dagang yaitu Astika® (PT.Ikapharmindo Putramas).

Uji akurasi dilakukan dengan membuat tiga konsentrasi sampel dengan rentang

spesifik 80%, 100%, dan 120% dihitung dari kesetaraan penimbangan pada

penetapan kadar sampel, masing-masing rentang spesifik terdiri dari tiga kali

pengulangan yang mengandung 70% analit dan 30% baku. Perhitungan persen

perolehan kembali (%recovery) dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 77 .

Menurut Rohman (2014), %recovery dinyatakan memenuhi syarat akurasi

untuk validasi metode dengan 3 replikasi jika berada pada rentang 98%-102%.

Metode analisis kadar asetosal dinyatakan akurat dengan perolehan rata-rata

%recovery 100.77%. Simpangan baku relatif (RSD) asetosal yang diperoleh 0,57%,

hasil ini memenuhi syarat presisi untuk validasi metode karena kurang dari 2%.

Batas deteksi dan batas kuantitasi asetosal berturut-turut adalah 0,7761% dan

2,5870%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar

asetosal secara spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR) dapat

diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan di mana seluruh nilai

39

Universitas Sumatera Utara


konsentrasi analit sampel berada di atas LOD dan LOQ. Hasil perhitungan RSD,

LOD dan LOQ dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 72-73.. Dari hasil di atas,

dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan untuk menganalisis asetosal telah

memenuhi persyaratan validasi metode untuk akurasi dan presisi.

40

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

a. Penetapan kadar tablet asetosal dapat dilakukan secara spektrofotometri

Fourier Transform Infra Red (FTIR) menggunakan daerah sidik jari pada

bilangan gelombang 925,83 cm-1.

b. Metode penetapan kadar dengan pelet KBr menggunakan daerah sidik jari

secara Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR) memenuhi

persyaratan validasi dengan parameter akurasi (100,77%), presisi (0,57%),

batas deteksi (0,7761% ) batas kuantifikasi (2,5870%).

c. Kadar asetosal dalam sediaan tablet Aptor® (96,81±0,95) %, tablet Astika®

(101,90±1,59) %, tablet Cardioaspirin® (105,75±1,83)%, dan tablet

Farmasal® (98,36±1,50)% yang ditentukan dengan metode

spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR) memenuhi

persyaratan kadar yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia edisi VI tahun

2020.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penetapan kadar

terhadap obat lain, misalnya Metilprednisolon secara spektrofotometri Fourier

Transform Infra Red (FTIR).

41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Arikalang, T.G., Sudewi, S., Rorong, J.A. 2018. Optimasi dan Validasi Metode
Analisis dalam Penentuan Kandungan Total Fenolik pada Ekstrak Daun
Gedi Hijau (Abelmoschus Manihot L.) yang Diukur dengan
Spektrofotometer Uv-Vis. Jurnal Ilmiah Farmasi. 7(3): 19.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Cetakan I. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas. Halaman 1, 39, 111.
Ditjend KAK. 2020. FARMAKOPE INDONESIA. EDISI VI. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 62, dan 170-171.
Ewing, G.W. 1975. Instrumental Methods of Chemical Analysis. Fourth Edition.
Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha. Halaman 120.
Fessenden, R.J., Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Jilid 1. Edisi ketiga.
Penerjemah: Pudjaatmaka A.H. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari Organic
Chemistry 1. Halaman 320.
Gandhimathi, M., Ravi, T.K. 2007. High Performance Liquid Chromatographic
Determination of Asetosal and Clopidogrel in Tablets. Indian Journal of
Pharmaceutical Sciences. 123-125.
Gandjar, I.G., Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 155, 156,
181-182, 230,233,235-236, 245-247, dan 253.
Gunasekaran, S., Sailatha, E., Seshadri, S., Kumaresan, S. 2009. FTIR, FT Raman
spectra and molecural structural confirmation of isoniazid. Indian Journal
of Pure & Applied Physycs. 47: 1.
Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.
Khaldun, I. 2018. Kimia Analisis Instrumen.Cetakan pertama. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press. Halaman 106, dan 114.
Konoz, E., Sarrafi, A.H.M., Samadizadeh, M., Boreiri, S. 2012. Quantitaive
Analysis of Lorazepam in Pharmaceutical Formulation Through FTIR
Spectroscopy. Journal of Chemistry. 9(4): 1.
Mallah, M.A., Sherazi S.T.H., Bhanger M.I., Mahesar S.A., Bajeer M.A. 2015. A
rapid Fourier-transform infrared (FTIR) spectroscopic method for direct
quantification of paracetamol content in solid pharmaceutical formulations.
Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy.
141(2015): 65.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., Widdop, B. 2011. Clarke’s Analysis of Drugs and
Poisons. Fourth Edition. London : Pharmaceutical Press. Halaman 924.
Murtaza, G., Ali Khan, S.A., Shabbir, A., Mahmood, A., Bin Asad, M.H.H.B.,
Farzana, K., dkk. 2011. Development of a UV-spectrophotometric method
for the simultaneous determination of asetosal and paracetamol in tablets.
Scientific Research and Essays. 6(2): 417-421.
Nugrahani, I., Manosa, E.Y., Chyntya, W. 2019. FTIR-derivative as a green
method for simultaneous content determination of caffeine, paracetamol,
and acetosal in a tablet compared to HPLC. Vibrational Spectroscopy. 104
(2019) : 1-5.

42

Universitas Sumatera Utara


Rahmadanita, F.F., Sumarno. 2019. Kajian Pustaka Efek Samping Asetosal :
Asetosal-Exacerbated Respiratory Disease (AERD). Pharmaceutical
Journal of Indonesia. 5(1) : 1-5.
Raouf, A.L.M., Hammud, K.K., Mohammed, J.M., Al-Dulimyi, E.M.K. 2014.
Qualitative and Quantitative Determination of Folic acid in Tablets by FTIR
Spectroscopy. International Journal of Advances in Pharmacy, Biology And
Chemistry. 3(3): 773-780.
Ryanto. 2016. Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025
Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Cetakan III. Sleman: Depublish.
Halaman 54.
Robaina, N.F., De Paula, C.E.R., Brum, D.M., De La Guardia, M., Garrigues, S.,
Cassella, R.J. 2013. Novel approach for the determination of azitromycin in
pharmaceutical formulation by Fourier transform infrared spectroscopy in
film-through transmission mode. Microchemical Journal. 110 (2013): 306.
Rohman, A. 2014. Spektroskopi Inframerah dan Kemometrika untuk Analisis
Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Halaman 1-2, 48-52, 59-60, 66-67,
dan 79-81.
Rohman, A. 2019. Validasi dan Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia. Cetakan
III. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 96-98, dan 105.
Sastrohamidjojo, H. 2013. Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Halaman 104 dan 108.
Sitorus, M. 2017. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Cetakan
Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 35,46,47 dan 56-57.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Cetakan ulang kedua. Edisi Keenam. Bandung:
Penerbit Tarsito. Halaman 93, 168.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Third-Sixth
Edition. Grayslake: Pharmaceutical Press. Halaman 552-555.
Uno, N.R., Sudewi, S., Lolo, W.A. 2015. Validasi Metode Analisis Untuk
Penatapan Kadar Tablet Asam Mefenamat Secara Spektrofotometri
Ultraviolet. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT. 4(4): 156-167.
UU Nomor 36. 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Halaman 40.

43

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan

Spektrofotometer Inframerah (IRPrestige-21 Shimadzu)

Timbangan (Sartorius)

44

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Lanjutan

Kalium bromida

45

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Spektrum Serapan Baku Asetosal

Baku Asetosal

Ditimbang sebanyak 30 mg
Dicukupkan dengan KBr hingga 300 mg
Digerus sampai homogen
Diukur serapan pada bilangan gelombang
500-4000 𝑐𝑚−1

Spektrum Serapan
Baku Asetosal

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asetosal

Baku Asetosal

Ditimbang sebanyak 18 mg, 24 mg, 30


mg, 36 mg, 42 mg.
Dicukupkan masing-masing dengan KBr
hingga 300 mg
Digerus sampai homogen
Diukur serapannya pada wilayah
spesifik Asetosal pada bilangan
gelombang 500-4000 𝑐𝑚−1

Spektrum Kurva
Kalibrasi Asetosal

46

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Lanjutan

3. Penetapan Kadar Asetosal dalam Sediaan Tablet

20 tablet

Ditimbang bobotnya
Digerus hingga homogen
Serbuk Asetosal
dalam sediaan
Tablet
Ditimbang seksama sejumlah serbuk
setara 30 mg asetosal
Dihitung kesetaraan asetosal dengan
metode adisi standar (Standart Addition
Method)
Dicukupkan dengan KBr dan
dihomogenkan
Diukur serapannya pada bilangan
gelombang 500-4000 𝑐𝑚−1
Spektrum Serapan Sampel
Dihitung absorbansi pada bilangan
gelombang spesifik 925,83 𝑐𝑚−1

Kadar

47

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Bagan Alir Prosedur Penelitian secara Keseluruhan

Pembuatan Spektrum
Serapan Baku Asetosal

Pembuatan Spektrum
Serapan Kurva Kalibrasi
Asetosal
Diperoleh persamaan regresi dan
Penentuan bilangan gelombang
spesifik asetosal pada daerah
sidik jari
Pengukuran Spektrum
Serapan Sampel Asetosal
Dagang dan Generik

Diplot nilai absorbansi pada


persamaan regresi untuk
memperoleh konsentrasi
Penetapan Kadar Sampel

Pengujian Validasi
Metode

48

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4, Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi, dan Koefisien

Korelasi Asetosal

No. Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)


1, 0 0
2, 6 0,411142
3, 8 0,569277
4, 10 0,711256
5, 12 0,847540
6, 14 0,975228

No Konsentrasi (X) Absorbansi X² Y² XY


(Y)
1 0 0 0 0 0
2 6 0,411142 36 0,1690377442 2,466852
3 8 0,569277 64 0,3240763027 4,554216
4 10 0,711256 100 0,5058850975 7,11256
5 12 0,847540 144 0,7183240516 10,17048
6 14 0,975228 196 0,951069652 13,653192
∑ 50 3,514443 540 2,668392848 37,9573
̅
X= 8,333333333 ̅
Y =0,5857405 90 0,4447321413 6,3262166667
a = 0,069279192

∑ XY − (∑ X)(∑ Y)/n
a= ∑ X2 − (∑X)2 /n

37,9573 − (50)(3,514443/6)
= 540 − (50)2 /6

37,9573 – 29,287025
= 540 − 416,6666666667

8,670275
= 123,3333333333

= 0,070299527

49

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4, Lanjutan

̅ ̅+ b
Y = aX

b=̅ ̅
Y −aX

b = 0,5857405– (0,070299527)( 8,333333333)

= 0,000888916

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,070299527X + 0,000888916

∑ XY − (∑ X)(∑ Y)/n
r=
√(∑ X2 − (∑X)2 /n)(∑ Y2 − (∑Y)2 /n)

37,9573 − (50)(3,514443)/6
r=
√(540 −(50)2 /6)( 2,668392848− (3,514443)2 /6)

37,9573−29,287025
r=
√(540 − 416,66666)(2,668392848 – 2,0585516)

8,670275
r=
8,6725865799

r = 0,9997334613

r = 0,9997

50

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Aptor

Tablet Aptor

Nama sampel : Aptor

Wadah/kemasan : Strip/100 mg

No. Reg : DBL9417805715A1

Komposisi : Tiap tablet mengandung Asetosal 100 mg

Kadaluarsa : September 2021

Produksi : PT. Nicholas

Berat 20 tablet : 3251,1 mg

Spektrum Tablet Aptor

51

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Lanjutan

Berat 20 tablet adalah 3251,1 mg

Ditimbang analit setara dengan 30 mg Asetosal, maka jumlah analit yang ditimbang

adalah
30 𝑚𝑔
= 20 𝑥 100 𝑚𝑔 x 3251,1 mg

= 48,7665 𝑚𝑔

1. Data Absorbansi Sampel

Pengulangan Absorbansi (Y)

I 0,688143

II 0,692901

III 0,682816

IV 0,689022

V 0,685788

VI 0,681932

2. Perhitungan Konsentrasi Sampel dengan Persamaan Regresi

Y = 0,070299527X + 0,000888916

Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mg)

Sampel 1 (Y = 0,688143)

0,688143−0,000888916
X= = 9,776084
0,070299527

52

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Lanjutan

Sampel 2 (Y = 0,692901)

0,692901−0,000888916
X= = 9,843765
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,699801)

0,682816−0,000888916
X= = 9,700308
0,070299527

Sampel 4 (Y=0,689022)

0,689022−0,000888916
X= = 9,788587
0,070299527

Sampel 5 (Y=0,685788)

0,685788−0,000888916
X= = 9,742584
0,070299527

Sampel 6 (Y=0,681932)

0,681932−0,000888916
X= = 9,687733
0,070299527

3, Perhitungan Kadar Sampel pada Bilangan Gelombang 925,83 cm-1


𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%Kadar = x Standar Kemurnian Baku (%)
𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 = Konsentrasi sam

Sampel 1

9,776084
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 96,49479 %

Sampel 2

9,843765
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 97,16284 %

Sampel 3

9,700308
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 95,74684 %

53

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Lanjutan

Sampel 4

9,788587
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 96,61820 %

Sampel 5

9,742584
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 96,16413 %

Sampel 6

9,687733
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 95,62272 %

4,Analisis Statistika untuk Mencari Kadar Sampel yang Sesungguhnya

No. X (%) X−̅ X (X − ̅


X)2
1, 96,49479 19,320 0,0373275
2, 97,16284 86,125 0,7417573
3, 95,74684 -55,475 0,3077438
4, 96,61820 31,661 0,1002440
5, 96,16413 -13,746 0,0188943
6, 95,62272 -67,887 0,4608599
∑ 577,80952
̅
X 96,30158 1,6668269

̅ )2
∑(X − X
SD = √ n−1

1,6668269
=√ 5

= 0,577378
SD
RSD = ̅
X
100%

0,57737
= 96,30158 100%

= 0,599551 %

54

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Lanjutan

Pada interval kepercayaan 99%, dengan nilai α = 0,01, dk = n-1 = 6-1 = 5

Diperoleh ttabel = 4,03214, Data diterima jika thitung< ttabel


̅
X−X
thitung = |SD⁄ n|

0,19320
thitung Sampel 1 = |0,577378⁄ 6| = 0,8196387

0,86125
thitung Sampel 2 =|0,577378⁄ 6| = 3,6537987

−0,55475
thitung Sampel 3 = |0,577378⁄ 6|= 2,3534918

0,31661
thitung Sampel 4 = | |= 1,3431979
0,577378⁄√6

−0,13746
thitung Sampel 5 = |0,577378⁄ 6|= 0,5831653

−0,67887
thitung Sampel 6 = |0,577378⁄ 6|= 2,8800631

Dari data diatas, thitung< ttabelmaka semua data diterima,

Kadar Asetosal sebenarnya dapat digunakan rumus:

SD
̅ ± ttabel 
μ=X
√n

0,577378
μ = 96,30158 ± 4,03214 
√6

= (96,80531 ± 0,95043 %)

55

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Astika

Gambar 4, Tablet Astika

Nama sampel : Astika

Wadah/kemasan : Strip/100 mg

No. Reg : DKL 9609311615 A1

Komposisi : Tiap tablet mengandung Asetosal 100 mg

Kadaluarsa : September 2021

Produksi : PT.Ikapharmindo Putramas

Berat 20 tablet : 4569,1 mg

Spektrum Tablet Astika

56

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Lanjutan

Berat 20 tablet adalah 4569,1 mg

Ditimbang analit setara dengan 30 mg Asetosal, maka jumlah analit yang ditimbang

adalah
30 𝑚𝑔
= 20 𝑥 100 𝑚𝑔 x 4569,1 mg

= 68,5365 𝑚𝑔

3. Data Absorbansi Sampel

Pengulangan Absorbansi (Y)

I 0,731275

II 0,722467

III 0,720981

IV 0,719637

V 0,737434

VI 0,728084

4. Perhitungan Konsentrasi Sampel dengan Persamaan Regresi

Y = 0,070299527X + 0,000888916

Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mg)

Sampel 1 (Y = 0,731275)

0,731275−0,000888916
X= = 10.344238
0,070299527

Sampel 2 (Y = 0,722467)

0,722467−0,000888916
X= = 10.264337
0,070299527

57

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6, Lanjutan

Sampel 3 (Y=0,720981)

0,720981−0,000888916
X= = 10.243199
0,070299527

Sampel 4 (Y=0,719637)

0,719637−0,000888916
X= = 10.224081
0,070299527

Sampel 5 (Y=0,737434)

0,737434−0,000888916
X= = 10.477240
0,070299527

Sampel 6 (Y=0,728084)

0,728084−0,000888916
X= = 10.344238
0,070299527

3, Perhitungan Kadar Sampel pada Bilangan Gelombang 925,83 cm-1


𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%Kadar = x Standar Kemurnian Baku (%)
𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Sampel 1

10.344238
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 102,55079 %

Sampel 2

10.264337
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 101,31409 %

Sampel 3

10.243199
%Kadar = x 99,74 % = 101,10545 %
10,1048629246

Sampel 4

10.224081
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 100,91674 %

58

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Lanjutan

Sampel 5

10.477240
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 103,41555 %

Sampel 6

10.344238
%Kadar = x 99,74 % = 102,10275 %
10,1048629246

4,Analisis Statistika untuk Mencari Kadar Sampel yang Sesungguhnya

No. X (%) ̅
X−X ̅)2
(X − X

1, 102,55079 0,64990 0,4223635

2, 101,31409 -0,58681 0,3443401

3, 101,10545 -0,79545 0,6327327

4, 100,91674 -0,98416 0,9685610

5, 103,41555 1,51466 2,2941797

6, 102,10275 0,20186 0,0407454

∑ 611,40537

̅
X 101,90089 4,7029226

̅ )2
∑(X − X
SD = √ n−1

4,7029226
=√
5

= 0,969837

SD
RSD = ̅
X
100%

0,969837
= 101,90089 100%

= 0,951745 %

59

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Lanjutan

Pada interval kepercayaan 99%, dengan nilai α = 0,01, dk = n-1 = 6-1 = 5

Diperoleh ttabel = 4,03214, Data diterima jika thitung< ttabel


̅
X−X
thitung = |SD⁄ n|

0,64990
thitung Sampel 1 = |0,969837⁄ 6| = 1,6161767

−0,58681
thitung Sampel 2 =|0,969837⁄ 6| = 1,4820888

−0,79545
thitung Sampel 3 = |0,969837⁄ 6|= 2,0090447

−0,98416
thitung Sampel 4 = | |= 2,4856641
0,969837⁄√6

−1,51466
thitung Sampel 5 = |0,969837⁄ 6|= 3,8255324

0,20186
thitung Sampel 6 = |0,969837⁄ 6|= 0,5098318

Dari data diatas, thitung< ttabelmaka semua data diterima,

Kadar Asetosal sebenarnya dapat digunakan rumus:

SD
̅ ± ttabel 
μ=X
√n

0,969837
μ = 101,90089 ± 4,03214 
√6

= (101,90089 ± 1,59646 %)

60

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Cardioasetosal

Gambar 4, Tablet Cardioasetosal

Nama sampel : Asetosal

Wadah/kemasan : Strip/100 mg

No. Reg : DKL 9451600515 A1

Komposisi : Tiap tablet mengandung Asetosal 100 mg

Kadaluarsa : Juli 2022

Produksi : PT. Bayer Healthcare

Berat 20 tablet : 2735,9,1 mg

Spektrum Tablet Cardioasetosal

61

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Lanjutan

Berat 20 tablet adalah 2735,9 mg

Ditimbang analit setara dengan 30 mg Asetosal, maka jumlah analit yang ditimbang

adalah
30 𝑚𝑔
= 20 𝑥 100 𝑚𝑔 x 2735,9 mg

= 41,0385 𝑚𝑔

5. Data Absorbansi Sampel

Pengulangan Absorbansi (Y)

I 0,747774

II 0,741428

III 0,760663

IV 0,758663

V 0,761580

VI 0,754427

6. Perhitungan Konsentrasi Sampel dengan Persamaan Regresi

Y = 0,070299527X + 0,000888916

Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mg)

Sampel 1 (Y = 0,747774)

0,747774−0,000888916
X= = 10.624325
0,070299527

62

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Lanjutan

Sampel 2 (Y = 0,741428)

0,741428−0,000888916
X= = 10.534055
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,760663)

0,760663−0,000888916
X= = 10.807669
0,070299527

Sampel 4 (Y=0,758663)

0,758663−0,000888916
X= = 10.779220
0,070299527

Sampel 5 (Y=0,761580)

0,761580−0,000888916
X= = 10.820714
0,070299527

Sampel 6 (Y=0,754427)

0,728084−0,000888916
X= = 10.718963
0,070299527

3, Perhitungan Kadar Sampel pada Bilangan Gelombang 925,83 cm-1


𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%Kadar = 𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
x Standar Kemurnian Baku (%)

Sampel 1

10.624325
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 104,86735 %

Sampel 2

10.534055
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 103,97633 %

Sampel 3

10.807669
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 106,67705 %

Sampel 4

10.779220
%Kadar = x 99,74 % = 106,39624 %
10,1048629246

63

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Lanjutan

Sampel 5

10.820714
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 106,80580 %

Sampel 6

10.718963
%Kadar = x 99,74 % = 105,80147 %
10,1048629246

4,Analisis Statistika untuk Mencari Kadar Sampel yang Sesungguhnya

No. X (%) X−X ̅ ̅)2


(X − X
1, 104,86735 -0,88669 0,7862191
2, 103,97633 -1,77771 3,1602528
3, 106,67705 0,92301 0,8519474
4, 106,39624 1,05176 1,1061990
5, 106,80580 0,64220 0,4124208
6, 105,80147 0,04743 0,0022496
∑ 634,52424
̅
X 105,75404 6,3192890

̅ )2
∑(X − X
SD = √ n−1

6,3192890
=√ 5

= 1,124214

SD
RSD = ̅
X
100%

1,12421
= 105,75404 100%

= 1,063046 %

64

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Lanjutan

Pada interval kepercayaan 99%, dengan nilai α = 0,01, dk = n-1 = 6-1 = 5

Diperoleh ttabel = 4,03214, Data diterima jika thitung< ttabel


̅
X−X
thitung = |SD⁄ n|

−0,88669
thitung Sampel 1 = |1,124214⁄ 6| = 1.9524417

−1,77771
thitung Sampel 2 =|1,124214⁄ 6| = 3,9144179

0,92301
thitung Sampel 3 = |1,124214⁄ 6|= 2,0324163

1,05176
thitung Sampel 4 = | |= 2,3159166
1,124214⁄√6

0,64220
thitung Sampel 5 = |1,124214⁄ 6|= 1,4140884

0,04743
thitung Sampel 6 = |1,124214⁄ 6|= 0,1044382

Dari data diatas, thitung< ttabelmaka semua data diterima,

Kadar Asetosal sebenarnya dapat digunakan rumus:

SD
̅ ± ttabel 
μ=X
√n

1,124214
μ = 105,75404 ± 4,03214 
√6

= (105,75404 ± 1,83117 ) %

65

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Hasil Pengujian Asetosal 100 mg Merek Farmasal

Gambar 4, Tablet Farmasal

Nama sampel : Asetosal

Wadah/kemasan : Strip/100 mg

No. Reg : DKL 9231502715 A1

Komposisi : Tiap tablet mengandung Asetosal 100 mg

Kadaluarsa : November 2021

Produksi : PT. Fahrenheit

Berat 20 tablet : 2605,0 mg

SpektrumTablet Farmasal

66

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Lanjutan

Berat 20 tablet adalah 2605,0 mg

Ditimbang analit setara dengan 30 mg Asetosal, maka jumlah analit yang ditimbang

adalah
30 𝑚𝑔
= 20 𝑥 100 𝑚𝑔 x 2605,0 mg

= 39,075 𝑚𝑔

7. Data Absorbansi Sampel

Pengulangan Absorbansi (Y)

I 0,708403

II 0,699705

III 0,692901

IV 0,706537

V 0,705970

VI 0,694905

8. Perhitungan Konsentrasi Sampel dengan Persamaan Regresi

Y = 0,070299527X + 0,000888916

Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mg)

Sampel 1 (Y = 0,708403)

0,708403−0,000888916
X= = 10.064279
0,070299527

67

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Lanjutan

Sampel 2 (Y = 0,699705)

0,699705−0,000888916
X= = 9.9405517
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,692901)

0,692901−0,000888916
X= = 9,843765
0,070299527

Sampel 4 (Y=0,706537)

0,706537−0,000888916
X= = 10,037735
0,070299527

Sampel 5 (Y=0,705970)

0,705970−0,000888916
X= 0,070299527
= 10,029670

Sampel 6 (Y=0,694905)

0,694905−0,000888916
X= = 9,872272
0,070299527

3, Perhitungan Kadar Sampel pada Bilangan Gelombang 925,83 cm-1


𝐶𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%Kadar = x Standar Kemurnian Baku (%)
𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Sampel 1

10.064279
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 99,33942 %

Sampel 2

9.9405517
%Kadar = x 99,74 % = 98,11816 %
10,1048629246

Sampel 3

9,843765
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 97,16284 %

Sampel 4

10,037735
%Kadar = x 99,74 % = 99,07742 %
10,1048629246

68

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Lanjutan

Sampel 5

10,029670
%Kadar = 10,1048629246 x 99,74 % = 98,99781 %

Sampel 6

9,872272
%Kadar = x 99,74 % = 97,44421 %
10,1048629246

4,Analisis Statistika untuk Mencari Kadar Sampel yang Sesungguhnya

No. X (%) X−X ̅ ̅)2


(X − X
1, 99,33942 0,98278 0,9614390
2, 98,11816 -0,23848 0,0516425
3, 97,16284 -1,19380 1,4305356
4, 99,07742 0,72078 0,5162853
5, 98,99781 0,64117 0,4082187
6, 97,44421 -0,91243 0,8366395
∑ 590,13986
̅
X 98,35664 4,2047608

̅ )2
∑(X − X
SD = √ n−1

4,2047608
=√ 5

= 0,917718

SD
RSD = ̅
X
100%

0,917718
= 98,35889 100%

= 0,933052 %

69

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Lanjutan

Pada interval kepercayaan 99%, dengan nilai α = 0,01, dk = n-1 = 6-1 = 5

Diperoleh ttabel = 4,03214, Data diterima jika thitung< ttabel


̅
X−X
thitung = |SD⁄ n|

0,98053
thitung Sampel 1 = |0,917718⁄ 6| = 2,6248614

−0,23848
thitung Sampel 2 =|0,917718⁄ 6| = 0,6369451

−1,19605
thitung Sampel 3 = |0,917718⁄ 6|= 3,1884649

0,72078
thitung Sampel 4 = |0,917718⁄ 6|= 1,9250977

0,64117
thitung Sampel 5 = |0,917718⁄ 6|= 1,7124711

−0,91243
thitung Sampel 6 = |0,917718⁄ 6|= 2,4369668

Dari data diatas, thitung< ttabelmaka semua data diterima,

Kadar Asetosal sebenarnya dapat digunakan rumus:

SD
̅ ± ttabel 
μ=X
√n

0,917718
μ = 98,35889 ± 4,03214 
√6

= (98,35889 ± 1,50968 ) %

70

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Perhitungan Validasi Metode

Berat 20 tablet = 4569,1 mg

Berat kesetaraan penimbangan sampel pada penetapan kadar = 30 mg

Perolehan 80%

Asetosal = 80/100 x 30 mg = 24 mg

Analit Asetosal = 70/100 x 24 mg = 16,8 mg

Sampel yang ditimbang = = 16,8/(20 x 100) x 4569,1 mg = 38,38044 mg

Baku asetosal 30% yang ditambahkan = 30/100 x 24 mg = 7,2 mg

Perolehan 100%

Asetosal = = 100/100 x 30 mg = 30 mg

Analit Asetosal = 70/100 x 30 mg = 21 mg

Sampel yang ditimbang = 21/(20 x 100) x 4569,1 mg = 47,97555 mg

Baku asetosal 30% yang ditambahkan = = 30/100 x 30 mg = 9 mg

Perolehan 120%

Asetosal = = 120/100 x 30 mg = 36 mg

Analit Asetosal = 70/100 x 36 mg = 25,2 mg

Sampel yang ditimbang = 25,2/(20 x 100) x 4569,1 mg = 57,57066 mg

Baku asetosal 30% yang ditambahkan = 30/100 x 36 mg = 10,8 mg

Persentase perolehan kembali :

𝐶𝑓−𝐶𝑎
% recovery = 𝐶𝐴∗

Keterangan :

Cf = Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku

Ca = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku

CA*= Jumlah baku yang ditambahkan x standart kemurnian baku

71

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan

N Rentan Baku yang Absorbansi Konsentrasi (%)


o g ditambahk Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Spesifi an (mg) x penambah penambah penambah penambaha
k standart an baku an baku an baku n baku
kemurnian
baku
1 80% 7,18128 0,369782 0,538923 5,2474475 7,6534524
2 7,18128 0,370144 0,537193 5,2525969 7,6288434
3 7,18128 0,368865 0,537954 5,2344034 7,6396685
4 100% 8,97660 0,473532 0,684941 6,7232754 9,7305360
5 8,97660 0,471659 0,685788 6,6966323 9,7425845
6 8,97660 0,468263 0,682816 6,6568880 9,7003082
7 120% 10,77192 0,560604 0,816071 7,9618613 11,5958402
8 10,77192 0,566100 0,820262 8,0400410 11,6554565
9 10,77192 0,561719 0,816138 7,9777220 11,5967933

2. Perhitungan Konsentrasi Sampel dengan Persamaan Regresi

Y = 0,070299527X + 0,000888916

Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mg)

I. Rentang Spesifik 80%

Sebelum penambahan baku

Sampel 1 (Y = 0,369782)

0,369782−0,000888916
X= 0,070299527
= 5,2474475 %

Sampel 2 (Y = 0,370144)

0,370144−0,000888916
X= = 5,2525969 %
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,368865)

0,368865−0,000888916
X= = 5,2344034 %
0,070299527

72

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan

Setelah penambahan baku

Sampel 1 (Y=0, 538923)

0,538923−0,000888916
X= = 7,65345240 %
0,070299527

Sampel 2 (Y=0,537193)

0,537193−0,000888916
X= = 7,6288434 %
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,537954)

0,537954−0,000888916
X= = 7,6396685 %
0,070299527

II. Rentang Spesifik 100%

Sebelum penambahan baku

Sampel 1 (Y = 0,473532)

0,473532−0,000888916
X= = 6,7232754 %
0,070299527

Sampel 2 (Y = 0,471659)

0,471659−0,000888916
X= = 6,69663231 %
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,468263)

0,468263−0,000888916
X= = 6,6568880 %
0,070299527

Setelah penambahan baku

Sampel 1 (Y=0,684941)

0,684941−0,000888916
X= = 9,7305360 %
0,070299527

Sampel 2 (Y=0,685788)

0,685788−0,000888916
X= = 9,7425845 %
0,070299527

73

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan

Sampel 3 (Y=0,682816)

0,682816−0,000888916
X= = 9,7003082 %
0,070299527

III. Rentang Spesifik 120%

Sebelum penambahan baku

Sampel 1 (Y = 0,560604)

0,560604−0,000888916
X= = 7,9618613 %
0,070299527

Sampel 2 (Y = 0,566100)

0,566100−0,000888916
X= = 8,0400410 %
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,561719)

0,561719−0,000888916
X= 0,070299527
= 7,9777220 %

Setelah penambahan baku

Sampel 1 (Y=0,816071)
0,816071−0,000888916
X= = 11,59584024 %
0,070299527

Sampel 2 (Y=0,820262)

0,820262−0,000888916
X= = 11,65545657 %
0,070299527

Sampel 3 (Y=0,816138)
0,816138−0,000888916
X= = 11,596793300 %
0,070299527

3. Perhitungan Bobot Sampel

Bobot sampel = Konsentrasi sampel dengan persamaan regresi ´ Bobot

Keseluruhan

Bobot Keseluruhan = 300 mg

74

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan

I. Rentang spesifik 80%

Sebelum penambahan baku

Sampel 1 = 5,2474475 % x 300 mg = 15,7423425 mg

Sampel 2 = 5,2525969 % x 300 mg = 15,7577907 mg

Sampel 3 = 5,2344034 % x 300 mg = 15,7032102 mg

Setelah penambahan baku

Sampel 1 = 7,6534524 % x 300 mg = 22,9603572 mg

Sampel 2 = 7,6288434 % x 300 mg = 22,8865302 mg

Sampel 3 = 7,6396685 % x 300 mg = 22,9190055 mg

I. Rentang spesifik 100%

Sebelum penambahan baku

Sampel 1 = 6,7232754 % x 300 mg = 20,1698262 mg

Sampel 2 = 6,6966323 % x 300 mg = 20,0898969 mg

Sampel 3 = 6,6568880 % x 300 mg = 19,970664 mg

Setelah penambahan baku

Sampel 1 = 9,7305360 % x 300 mg = 29,191608 mg

Sampel 2 = 9,7425845 % x 300 mg = 29,2277535 mg

Sampel 3 = 9,7003082 % x 300 mg = 29,1009246 mg

I. Rentang spesifik 120%

Sebelum penambahan baku

Sampel 1 = 7,96186130 % x 300 mg = 23,8855839 mg

Sampel 2 = 8,04004106 % x 300 mg = 24,1201231 mg

Sampel 3 = 7,97772201 % x 300 mg = 23,93316603 mg

75

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan

Setelah penambahan baku

Sampel 1 = 11,59584024 % x 300 mg = 34,7875207 mg

Sampel 2 = 11,65545657 % x 300 mg = 34,9663697 mg

Sampel 3 = 11,59679330 % x 300 mg = 34,7903799 mg

4. Perhitungan % Recovery

Bobot setelah penambahan baku(mg)−Bobot sebelum penambahan baku(mg)


%Re = x 100%
Baku yang ditambahkan (mg)

I. Rentang spesifik 80%

22,96035722− 15,74234277
%Re Sampel 1 = x 100% = 100,5115307 %
7,18128

22,8865302− 15,7577907
%Re Sampel 2 = x 100% = 99,2683686 %
7,18128

22,9190055 − 15,7032102
%Re Sampel 3= x 100% = 100.4806288 %
7,18128

II. Rentang Spesifik 100%


29,1916082− 20,1698262
%Re Sampel 1 = x 100% = 100,5033313 %
8,97660

29,2277535− 20,0898969
%Re Sampel 2 = x 100% = 101,7964113 %
8,97660

28,8638677 − 19,970664
%Re Sampel 3= x 100% = 101,7117933 %
8,97660

III. Rentang Spesifik 120%


34,7875207− 23,8855839
%Re Sampel 1 = x 100% = 101,2069975 %
10,77192

34,9663697− 24,1201232
%Re Sampel 2 = x 100% = 100,6900025 %
10,77192

34,7903799 − 23,9331660
%Re Sampel 3= x 100% = 100,7918168 %
10,77192

76

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan

5. Data Hasil Persen Perolehan Kembali

No. Bobot Bobot setelah Baku yang %Recovery


sebelum penambahan ditambahkkan
penambahan baku x standart
baku kemurnian
baku
80% 15,7423427 22,9603572 7,18128 100,51%
15,7577907 22,8865302 7,18128 99,26%
15,7032102 22,9190055 7,18128 100.48%
100% 20,1698262 29,1916082 8,97660 100,50%
20,0880806 29,2277535 8,97660 101,79%
19,9706640 28,8638677 8,97660 101.71%
120% 23,8855839 34,7875207 10,77192 101,20%
24,1201232 34,9663697 10,77192 100,69%
23,9331660 34,7903799 10,77192 100,79%

6. Perhitungan RSD

No. X (%) X−X ̅ ̅)2


(X − X
1, 100,51% -0.26% 0,0676
2, 99,26% -1.51% 2,2801
3, 100.48% -0.29% 0,0841
4, 100,50% -0.27% 0,0729
5, 101,79% 1.02% 1,0404
6, 101,71% 0.94% 0,8836
101,20% 0.43% 0,1849
100,69% -0.08% 0,0064
100,79% 0.02% 0,0004
∑ 906,93% 4,6204
̅
X 100,77%

̅ )2
∑(X − X
SD = √ n−1

4,6204
=√ 8

= 0,57755

77

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Lanjutan
SD
RSD = ̅
X
100%

0,57755
=  100%
100,77

= 0,57 %

78

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Perhitungan Simpangan Baku, Batas Deteksi (LOD), Dan Batas

Kuantitasi (LOQ) Asetosal.

No Konsentrasi Absorbansi Yi (Y - Yi) (Y - Yi)2


(X) (Y)
1 0 0 0,000888916 -0,000888916 7.90172E-07
2 6 0,411142 0,422686078 -0,011544078 0.000133266
3 8 0,569277 0,563285132 0,005991868 3.59025E-05
4 10 0,711256 0,703884186 0,007371814 5.43436E-05
5 12 0,847540 0,84448324 0,00305676 9.34378E-06
6 14 0,975228 0,985082294 -0,009854294 9.71071E-05
∑ 50 3,514443 3,520309846 -0,005866846 0.000330753
̅
X= 8,333333 ̅
Y =0,5857405

Y = 0,070299527X + 0,000888916

1. X = 0 ; Yi = 0,070299527 (0) + 0,000888916

Yi = 0,000888916

2. X = 6 ; Yi = 0,070299527 (6) + 0,000888916

Yi = 0,422686078

3. X = 8 ; Yi = 0,070299527 (8) + 0,000888916

Yi = 0,563285132

4. X = 10 ; Yi = 0,070299527 (10) + 0,000888916

Yi = 0,703884186

5. X = 12 ; Yi = 0,070299527 (12) + 0,000888916

Yi = 0,84448324

6. X = 14 ; Yi = 0,070299527 (14) + 0,000888916

Yi = 0,985082294

79

Universitas Sumatera Utara


SD ̅ )2
∑(Y − Y
̅ = √
X n−2

0,000330753
= √ 4

= 0,018186616 %

SY
LOD = 3 x X
/ Slope

0,018186616 %
=3x 0,070299527

= 0,776105478 %

= 0,7761 %

SY
LOQ = 10 x X
/ Slope

0,018186616 %
= 10 x
0,070299527

= 2,58701826 %

= 2,5870 %

80

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Daftar Nilai D istribusi t

81

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai