SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ADE NURI TANTI DAMANIK
NIM 151501063
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ADE NURI TANTI DAMANIK
NIM 151501063
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
yang berjudul “Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet dengan Nama
(FTIR)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Menurut UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 105 ayat 1,
dinyatakan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus
memenuhi syarat Farmakope Indonesia atau buku standar lain. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar parasetamol dalam sediaan tablet
dengan nama dagang dan generik secara Spektrofotometri Fourier Transform Infra
Indonesia edisi V.
Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan
bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy
Delux Putra, SU., Apt., dan Bapak Dr. Nerdy, S. Farm., M.Si., Apt., yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan
penulisan skripsi ini berlangsung. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan
Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
iv
Universitas Sumatera Utara
memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
yang telah mendidik selama perkuliahan dan Ibu Sri Yuliasmi, S.Farm., M.Si.,
Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberi bimbingan, perhatian dan
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
kedua orangtua, Ayahanda Sunaryono Damanik dan Ibunda Ratna, serta adik Ade
Zuki Damanik yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, do’a, semangat,
dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil kepada penulis selama ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Masna, Ilmah, Nisa, Ulfa, Una,
Azizah, Fauziah, Ira, Lia, Atul, Laili, Dewi, Annisa, Kak Ova, Kak Fitri Sibuea,
Kak Sifa, Kak Mila, Lingkaran Cahaya, Fii Sabilillah, Asisten Laboratorium
perhatian, do’a, dorongan, semangat serta cinta yang diberikan kepada penulis
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET
DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA
SPEKTROFOTOMETRI FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)
ABSTRAK
vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF PARACETAMOL IN TABLET WITH THE
NAME OF TRADE AND GENERIC BY FOURIER TRANSFORM INFRA
RED SPECTROPHOTOMETRY (FTIR)
ABSTRACT
Results: The results showed that paracetamol levels in Sanmol® tablets (92.38
0.69)%; Turpan® tablets(101.93 1.14)%; Omegrip® tablets (101.27 1.35)%;
Biogesic® tablets (100.20 0.45)%; Paracetamol tablets (96.88 0.55)%. From
the method validation, the results of the recovery test was 99.77%, RSD was
0.38%, and LOD and LOQ respectively were 2.2617 mg / mL and 7.5391 mg /
mL. These results indicate that the method performed shows accurate and precise
results.
Conclusion: The results of this study concluded that the determination of
paracetamol levels could be carried out by Fourier Transform Infra Red (FTIR)
spectrophotometry and the levels of paracetamol tablets had met the requirements.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ix
Universitas Sumatera Utara
3.6 Validasi Metode ..............................................................................................27
3.6.1 Linearitas ......................................................................................................27
3.6.2 Akurasi .........................................................................................................27
3.6.3 Presisi ............................................................................................................28
3.6.4 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) .......................................28
3.6.5 Analisis Data Penetapan Kadar secara Statistik ...........................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................30
4.1 Hasil Penentuan Spektrum Vibrasi Maksimum ..............................................30
4.2 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi Parasetamol ..............................................34
4.3 Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet dengan
Nama Dagang dan Generik ............................................................................37
4.4 Hasil Validasi Metode .....................................................................................38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................40
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................40
5.2 Saran .................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................41
Lampiran ................................................................................................................43
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
2.1 Korelasi antara jenis vibrasi gugus fungsional dan frekuensi vibrasinya .......21
4.1 Hasil pengolahan data dari sediaan tablet parasetamol dengan nama
dagang .............................................................................................................37
4.2 Hasil pengolahan data dari sediaan tablet parasetamol dengan nama
generik .............................................................................................................38
4.3 Data kadar dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik
yang ditentukan berdasarkan tinggi puncak ......................................................38
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada biasanya
atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan
Sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5˚C masih berada diambang batas
suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan
penyakit yang masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh akan melakukan
Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak dari biasanya ini diikuti dengan
naiknya suhu badan. Semakin berat penyakit yang menyerang, semakin banyak
pula antibodi yang dikeluarkan dan akhirnya semakin tinggi pula suhu badan yang
parasetamol dijumpai dengan nama dagang dan nama generik. Obat dengan nama
dagang dan generik memiliki aspek formulasi yang berbeda tergantung dari
metode, proses, peralatan dan pengemas. Obat dengan nama dagang dan generik
yang diproduksi ini juga memiliki kandungan bahan tambahan atau eksipien yang
1
Universitas Sumatera Utara
berbeda sesuai dengan formula yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Perbedaan
formulasi dan proses produksi obat dapat mempengaruhi ketersediaan obat dalam
tubuh sehingga juga berpengaruh terhadap efektifitas obat tersebut (Nasif dkk.,
2017).
Menurut UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 105 ayat 1,
dinyatakan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus
Suatu obat dikatakan bermutu jika obat yang digunakan tersebut mempunyai
efek terapi yang baik dan aman dalam penggunaannya. Agar mutu obat tersebut
tetap terjamin dan efektif dalam pengobatan, maka diperlukan suatu kadar zat
aktif yang tepat terkandung dalam sediaan obat tersebut (Armin dkk., 2012).
parasetamol tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
Untuk mengetahui kadar obat, perlu suatu metode penetapan kadar yang
menunjukkan hasil yang baik dan terjamin ketepatan dan ketelitiannya. Penetapan
secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakan fase gerak air-
(KCKT) pada panjang gelombang 243 nm, diperoleh hasil kadar sediaan tablet
2
Universitas Sumatera Utara
pada Farmakope Indonesi edisi V (2014) yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak
gelombang 248 nm. Sampel yang digunakan terdiri dari 2 nama generik dan 2
telah ditetapkan.
dengan spektrofotometri FTIR asalkan terdapat pita yang sesuai dalam spektrum
komponen yang dituju (analit). Pita yang dipilih haruslah mempunyai nilai
absorptivitas molar yang tinggi, tidak tumpang tindih dengan puncak-puncak lain
dari komponen lain dalam suatu campuran atau puncak pelarut, puncak yang
digunakan untuk analisis bersifat simetrik, dan memberikan plot kalibrasi yang
menggunakan intensitas gugus-gugus C=O, N–H atau O–H. Pita ulur C=O adalah
yang paling sering digunakan karena pita karbonil memberikan pita serapan yang
kuat dan daerahnya relatif bebas dari gangguan oleh gugus-gugus fungsional yang
lain. Lebih lanjut, gugus karbonil tidak terpengaruh oleh perubahan kimia
sebagaimana pita-pita O–H atau N–H yang mengalami perubahan karena adanya
3
Universitas Sumatera Utara
Penetapan kadar menggunakan FTIR juga telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya, yakni pada penelitian Mallah dkk., (2015) melakukan analisis cepat
dalam sediaan padat. Parasetamol pada penelitian Mallah dkk., (2015) tersebut
secara langsung dianalisis tanpa ekstraksi pelarut, tetapi menggunakan pellet KBr.
koefisien korelasi 0,999 serta batas deteksi dan batas kuantifikasi masing-masing
farmasi sangat populer sebagai alat kuantitatif karena memiliki sensitifitas yang
lebih baik, pengukuran yang lebih singkat, persiapan sampel sederhana, mudah
dalam pengoperasian. Spektroskopi FTIR juga telah menjadi pilihan utama untuk
tablet parasetamol dengan nama dagang dan generik yang bertujuan untuk
mengembangkan metode yang lebih sederhana, murah, cepat dan yang ramah
4
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
pelarut metanol?
penetapan kadar?
1.3 Hipotesis
pelarut metanol.
kadar.
5
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
pelarut metanol.
b. Aplikasi di lapangan untuk industri farmasi dan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
6
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parasetamol
2.1.1 Sejarah
kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak
yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Wilmana dan Gan, 2016).
Rumus Bangun :
7
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan : Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
2.1.3 Farmakologi
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Parasetamol dapat
menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral
sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek
2.1.4 Farmakokinetik
paruh dalam plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
8
Universitas Sumatera Utara
80% asetaminofen dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil
dengan asam sulfat dalam hati. Selain itu obat ini juga dapat mengalami
hidroksilasi. Obat ini diekskresi melalui ginjal (Wilmana dan Gan, 2016).
2.2 Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun
tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat
sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang
sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan yang lain
2.3 Spektrofotometri
2.3.1 Definisi
(REM). Pada prinsipnya interaksi REM dengan molekul akan menghasilkan satu
atau dua macam dari tiga kejadian yang mungkin terjadi. Ketiga macam kejadian
9
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin terjadi sebagai akibat interaksi atom molekul dengan REM adalah
hamburan (scattering), absorpsi (absorption), dan emisi (emision) REM oleh atom
a. Spektrofotometri UV-Vis
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan
Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada
satu macam gugus, maka akan terjadi satu absorbsi yang merupakan garis
Konsep radiasi infra merah diajukan kali pertama oleh Sir William Herschel
prisma. Ternyata pada daerah sesudah sinar merah menunjukkan adanya kenaikan
temperatur tertinggi yang berarti pada daerah panjang gelombang radiasi tersebut
c. Fotoluminesensi
10
Universitas Sumatera Utara
luminesensi kimia. Ketiga metode fisikokimia tersebut mempunyai kesamaan
d. Spektroskopi Raman
Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) dengan atom atau molekul yang
berada dalam media transparan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan di
percikan oleh atom atau molekul tersebut. Percikan radiasi oleh atom atau
molekul tersebut menuju ke segala arah dengan panjang gelombang dan intensitas
Spectrophotometry). Dasar pemikiran metode ini adalah reaksi nyala untuk unsur-
unsur logam pada penentuan kualitatif. Setiap unsur akan memberikan nyala pada
gas pembakar. Energi panas gas pembakar akan mengeksitasi elektron atom
logam pada kulit yang terluar ke tingkat eksitasi (Mulja dan Suharman, 1995).
terjadi penyerapan sumber radiasi oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang
berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan
11
Universitas Sumatera Utara
merupakan penegasan urutan gugus atau susunan atom dalam satu molekul yang
sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan path length antara 2 berkas sinar.
Gambar 2.2. Radiasi yang berasal dari sumber sinyal dilewatkan melalui
dihilangkan dengan filter, maka data diubah ke bentuk digital dengan suatu
Komputer
a. Sumber sinar
daerah IR tengah. Jika spektra IR jauh juga akan diukur, maka lampu merkuri
12
Universitas Sumatera Utara
tekanan tinggi dapat digunakan. Untuk IR dekat, lampu-lampu tungsten-hidrogen
b. Interferometer Michelson
tahun 1891. Tujuan interferometer adalah untuk membawa berkas sinar, lalu
memecahnya ke dalam dua berkas sinar, dan membuat salah satu berkas sinar
berjalan dengan jarak yang berbeda dengan yang lain. Perbedaan jarak yang
dilalui oleh 2 berkas sinar ini disebut dengan perbedaan celah optik (path length
difference) atau penghambat optik, disimbolkan dengan huruf Yunani delta kecil
statik/tetap (tidak bergerak) dan cermin yang selalu bergerak. Diantara 2 cermin
ini terdapat pemecah berkas sinar (beam splitter), yang dirancang untuk
beam splitter akan mengenai cermin statik, sementara sinar yang direfleksikan
akan mengenai cermin bergerak. Dua berkas sinar ini akan dipantulkan dari
cermin-cermin ini, kembali ke beam splitter yang mana keduanya akan bergabung
kembali dan akan melakukan interferensi. Setengah berkas sinar yang dipantulkan
dipantulkan kembali ke arah sumber sinar. Berkas sinar yang muncul dari
interferometer pada sudut 90o ke berkas sinar yang masuk disebut dengan berkas
sinar yang ditransmisikan dan ini merupakan berkas sinar yang terdeteksi dalam
13
Universitas Sumatera Utara
c. Detektor
Detektor normal pada penggunaan rutin adalah alat piroelektrik yang didalamnya
terdapat deuterium triglisin sulfat (DTGS) pada jendela alkali halida yang tahan
digunakan detektor merkuri kadmium tellurida (MCT), akan tetapi detektor ini
(Rohman, 2014).
d. Komputer
misalkan dalam hal kecepatan, batas, serta awal dan akhir scanning. Komputer
akan membaca spektra dari instrumen begitu spektrum di-scanning. Hal ini
merupakan pengukuran spektrum lingkungan, yang terdiri dari gas yang mampu
mengabsorpsi sinar inframerah seperti gas karbon dioksida dan uap air.
14
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa keunggulan spektrofotometer FTIR dibandingkan dengan
signal to noise ratio (SNR). Nilai SNR ini juga sebanding dengan pangkat dua
dari waktu yang dibutuhkan dalam pengukuran satu titik data. Semakin banyak
pengukuran sampel, maka akan diperoleh signal to noise ratio (SNR) yang
semakin baik, karena nilai SNR sebanding dengan akar kuadrat dari jumlah
total dapat dilewatkan ke sampel secara terus-menerus. Hal ini akan menghasilkan
energi yang sampai ke detektor cukup tinggi, sehingga akan meningkatkan sinyal
lebih baik serta waktu pengukuran yang lebih singkat dibandingkan dengan
15
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Jenis Sampel yang Dapat Dianalisis dengan FTIR
Ada tiga cara umum untuk mengolah sampel yang berupa padatan, yaitu
dengan lempeng kalium bromida, “mul” dan lapisan tipis. Padatan juga dapat
1. Pelet KBr
terutama sesuai untuk sampel-sampel serbuk. KBr merupakan bahan yang inert,
transparan terhadap sinar IR dan dapat beraksi sebagai pendukung dan pengencer
sampel. Tahapan penyiapan pelet KBr: Pertama, sampel dan KBr harus digerus
KBr dan sampel sebaiknya digerus secara terpisah untuk menghindari interaksi
kimia yang mungkin, adanya panas dan tekanan yang dihasilkan dapat
berkisar antara 0,1-2,0% berat). Campuran sampel dan KBr selanjutnya diletakkan
dalam wadah tertentu, lalu ditekan untuk menghasilkan pelet yang transparan.
16
Universitas Sumatera Utara
2. Mull
kemudian dicampur dengan satu dua tetes minyak hidrokarbon parafin cair
lapisan tipis dan rata diantara dua lempeng tersebut. Jika spektrum serapan Nujol
mengganggu karena jatuh bersamaan dengan pita serapan cuplikan, maka sebagai
utama untuk memperoleh spektrum yang baik dengan cara ini ialah bahwa ukuran
partikel zat padat yang disuspensikan harus kecil. Sejumlah kecil lumpuran
(umumnya NaCl atau KBr), suatu jendela kedua diletakkan di atas dan 2 jendela
3. Lapisan tipis
Lapisan tipis padatan cuplikan pada lempeng natrium klorida dapat diperoleh
Karena pelarut yang digunakan mudah menguap, maka akan didapatkan lapisan
pelarut, yakni: pelarut harus melarutkan sampel, pelarut yang digunakan sedapat
17
Universitas Sumatera Utara
tersebut tidak menyerap spektrum IR secara kuat. Cuplikan padat dapat dilarutkan
Sebanyak 1-5% larutan dimasukkan dalam sel larutan yang mempunyai jendela
transparan dengan alat pengatur ketebalan. Tebal sel biasanya antara 0,1-1,0 mm.
Ada beberapa jenis sel transmisi untuk larutan yang tersedia. Sel tertutup dengan
tebal celah tertentu (fixed) bermanfaat untuk cairan yang bersifat volatil, akan
Ada 2 teknik yang umum digunakan untuk memperoleh spektra emisi cairan,
Untuk membuat lapisan tipis kapiler, satu tetes sampel diletakkan diantara 2
sel inframerah adalah jenis bahan jendela. Bahan ini harus bersifat transparan
(tidak menyerap sinar IR). Bahan yang umum digunakan adalah alkil halida.
Bahan yang paling murah adalah NaCl, akan tetapi bahan lain seperti KBr juga
umum digunakan. Adanya kendala tertentu akan muncul ketika menggunakan air
sangat intens dan dapat bertumpang timdih dengan spektrum sampel yang dituju.
dalam sel, akibatnya akan mencegah penguapan. Teknik ini dapat digunakan
untuk cairan yang volatil, berbau menyengat serta cairan toksik karena cairan-
18
Universitas Sumatera Utara
c. Spektra Transmisi Gas
inframerah, biasanya NaCl, digunakan sehingga sel ini dapat diletakkan langsung
dalam berkas cuplikan. Modifikasi dari bentuk ini dilakukan degan menggunakan
Dalam fase uap, perubahan rotasi dalam molekul dapat bebas terjadi dan
proses energi rendah ini dapat mengatur pita vibrasi dengan energi lebih tinggi.
Pita vibrasi dipecah dan seringkali terbentuk struktur halusnya (fine structure).
Tetapi hanya ada beberapa senyawa organik yang dapat ditetapkan dalam bentuk
gas.
merupakan teknik analisis yang sangat populer untuk analisis berbagai jenis
sampel, baik sampel produk farmasetik, makanan, cairan biologis, maupun sampel
(Rohman, 2014).
spesifik terhadap suatu molekul yang akan memberikan informasi yang menyatu
tentang gugus-gugus fungsional yang ada dalam molekul, termasuk jenis dan
19
Universitas Sumatera Utara
interaksi-interaksinya. Memiliki daerah sidik jari (fingerprint). Kuantitatif, yang
dibagi menjadi 4 daerah, dan sifat frekuensi gugus secara umum dapat ditentukan
(4000-2500 cm-1), yang mana X berupa O, N dan C daerah ikatan rangkap tiga
(2500-2000 cm-1), daerah ikatan rangkap dua (2000-1500 cm-1) dan daerah sidik
jari (1500-600 cm1). Secara visual daerah serapan gugus-gugus fungsional yang
Frekuensi (cm-1)
4000 2500 2000 1800 1650 1550 650
–O–H C C C=N C–Cl
C–O
C N C=C
C–H Sangat C=O C–N
sedikit pita
X=C=Y N=O C–C
N–H (C, O, N, S)
N=O
2,5 4,0 5,0 5,5 6,1 6,5 15,5
Gambar 2.3 Daerah-daerah perkiraan frekuensi vibrasi yang mana berbagai jenis
ikatan menyerap sinar IR (disini hanya vibrasi ulur; sementara berbagai jenis
vibrasi tekuk dihilangkan untuk membuat lebih jelas)
(Sumber: Rohman, 2014)
Pita-pita utama yang muncul di daerah 2000-1500 cm-1 disebabkan oleh C=C
dan C=O ulur. Karbonil (C=O) ulur merupakan salah satu pita yang paling mudah
dikenali. Pita karbonil biasanya merupakan pita yang paling intens dalam suatu
20
Universitas Sumatera Utara
spektrum. Pita ini muncul pada daerah 1830-1650 cm-1 tergantung pada jenis
ikatan C=O. Perlu dicatat bahwa karbonil logam dapat muncul di atas 2000 cm-1.
Ikatan C=C ulur lebih lemah dibanding dengan karbonil ulur sehingga muncul
disekitar 1650 cm-1, akan tetapi pita ini seringkali tidak ada karena alasan
simetriksitas atau momen dipol. Ikatan C=N ulur juga terjadi pada daerah ini, dan
Tabel 2.1 Korelasi antara jenis vibrasi gugus fungsional dan frekuensi vibrasinya
Gugus Jenis Vibrasi Frekuensi (cm-1) Intensitas
C–H Alkana (ulur) 3000-2850 Kuat
–CH3 (tekuk) 1450 dan 1375 Medium
–CH2– (tekuk) 1465 Medium
Alkena (ulur) 3100-3000 Medium
Alkena (tekuk, keluar 1000-650 Kuat
bidang)
Aromatis (ulur) 3150-3050 Kuat
Aromatis (tekuk, keluar 900-690 Kuat
bidang)
Alkuna (ulur) 3300 Kuat
Aldehid 2900-2800 Lemah
2800-2700 Lemah
C–C Alkana 1200 Sedang
C=C Alkena 1680-1600 Medium-Lemah
Aromatis 1600 dan 1475 Medium-Lemah
C≡C Alkuna 2250-2100 Medium-Lemah
C=O Aldehid 1740-1720 Kuat
Keton 1725-1705 Kuat
Asam karboksilat 1725-1700 Kuat
Ester 1750-1730 Kuat
Amida 1680-1630 Kuat
Anhidrida 1810 dan 1760 Kuat
Asil Klorida 1800 Kuat
C–O Alkohol, eter, ester, asam 1300-1000 Kuat
karboksilat, anhidrida
O–H Fenol
Bebas 3650-3600 Medium
21
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan. Tabel 2.1
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah
dihasilkan dari hasil uji yang absah (valid). Validasi adalah suatu tindakan
penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk
presisi, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran dan rentang (Gandjar dan
Rohman, 2008).
2.7.1 Akurasi
hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang
22
Universitas Sumatera Utara
dapat diterima adalah 90%-110%. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan
2.7.2 Presisi
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara statistik. Presisi bisa dinyatakan dalam koefisien variasi (KV)
dan dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila KV < 2% (Gandjar dan
Rohman, 2008).
yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Definisi
batas deteksi yang paling umum digunakan dalam kimia analisis bahwa batas
deteksi merupakan kadar analit yang memberikan respon sebesar respon blanko
ditambah dengan 3 simpangan baku blanko. LOD juga dapat dihitung berdasarkan
pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan (slope) kurva baku pada level
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada
23
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
parasetamol yang terkandung dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan
generik.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat FTIR
(Agilent) yang terdiri dari sumber sinar, interferometer, detektor, dan komputer
dilengkapi dengan printer, lumpang dan alu, neraca analitik (Sartorius), kertas
labu tentukur 50 mL (Iwaki), labu tentukur 10 mL (Iwaki) dan alat gelas lainnya.
3.3 Bahan-bahan
analisis, Parasetamol baku pabrik (PT. Kimia Farma), tablet Parasetamol (PT.
Kimia Farma), tablet Omegrip® (PT. Mutifa), tablet Biogesic® (PT. Medifarma
Laboratories), tablet Sanmol® (PT. Sanbe), tablet Turpan® (PT. Corsa Industries).
24
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pengambilan Sampel
tempat dengan tempat yang lain, karena tempat pengambilan sampel dianggap
generik dan 4 nama dagang yaitu tablet Parasetamol (PT. Kimia Farma), tablet
diencerkan dengan pelarut metanol sampai garis tanda, lalu dikocok sampai
25
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi
mg/mL, dengan cara memipet sebanyak 1 mL, 3 mL, 5mL, 7 mL dan 9 mL secara
Dicukupkan volume dengan pelarut yang sama sampai garis tanda. Kemudian
∑ ∑ ∑
A=
∑ ∑
b =̅ a̅
Y = aX + b
∑ ∑ ∑
R=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
sampai garis tanda, disaring, dibuang 3 mL filtrat pertama dan filtrat selanjutnya
26
Universitas Sumatera Utara
3.6 Validasi Metode
3.6.1 Linearitas
gelombang pengukuran.
Y = aX + b
Keterangan:
Y = Tinggi puncak
a = Koefisien regresi yang menunjukkan nilai tinggi puncak
X = Kadar (mg/mL)
b = Konstanta
3.6.2 Akurasi
tiga rentang spesifik, yakni: 80%, 100% dan 120%. Dimana pada masing-masing
rentang spesifik digunakan 70% sampel yang dianalisis dan 30% berasal dari baku
yang ditambahkan (metode adisi standar) (Harmita, 2004). Pada metode adisi
analit dengan konsentrasi yang diperlukan dari kadar analit yang diperkirakan,
dicampur dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar
tersebut, kadar yang diperoleh dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang
27
Universitas Sumatera Utara
CF
% Perolehan Kembali = × 100%
C*
Keterangan:
CF = Konsentrasi perolehan sampel setelah penambahan baku
CA = Konsentrasi teoritis sampel sebelum penambahan baku
C*A = Konsentrasi baku yang ditambahkan
3.6.3 Presisi
RSD = ̅ 100%
Keterangan:
RSD = Standar deviasi relatif (%)
SD = Standar deviasi
̅ = Kadar rata-rata zat dalam sampel
∑
= SB =√
LOD = 3 / Slope
LOQ = 10 / Slope
Keterangan:
= SB = Simpangan baku
Slope = a (pada persamaan garis Y = aX + b)
28
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Analisis Data Penetapan Kadar secara Statistik
∑ ̅
SD = √
̅
thitung = | |
⁄√
Data diterima jika thitung < ttabel pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =
0,01.
Keterangan:
SD = Standar deviasi/simpangan baku
x = Kadar dalam satu perlakuan
̅ = Kadar rata-rata dalam satu sampel
n = Jumlah pengulangan
α = Tingkat kepercayaan
=̅ ttabel
√
Keterangan:
SD = Standar deviasi/simpangan baku
̅ = Kadar rata-rata dalam satu sampel
n = Jumlah pengulangan
t = Harga tabel sesuai dengan derajat kepercayaan
29
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
dapat digunakan untuk analisis kualitatif, dimana setiap molekul pasti akan
30
Universitas Sumatera Utara
Menurut Moffat dkk., (2011) parasetamol mempunyai bilangan gelombang
spesifik, yaitu 1506 cm-1, 1657 cm-1, 1565 cm-1, 1263 cm-1, 1227 cm-1, 1613 cm-1.
31
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 tersebut, terlihat bahwa terdapat
adanya perbedaan bentuk standar yang dianalisis. Dari literatur moffat dkk.,
(2011) dilakukan analisis standar dalam bentuk Nujol (Mull). Nujol (Mull) yaitu
kemudian dicampur dengan satu dua tetes minyak hidrokarbon parafin cair
standar saja tanpa bahan tambahan, sehingga hal ini memberikan perbedaan
berdasarkan literatur.
Gambar 4.5 Tampilan tumpang tindih spektrum vibrasi metanol dan parasetamol
(50 mg/mL) dalam metanol
Keterangan: Metanol
Parasetamol
32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Perbandingan spektrum vibrasi metanol dan parasetamol (50
mg/mL) dalam metanol
Keterangan: Metanol
Parasetamol
Dari Gambar 4.5 dan 4.6 dapat terlihat perbedaan yang signifikan antara
mg/mL dalam metanol. Perbedaan spektrum yang signifikan dapat dilihat pada
bilangan gelombang 1667,9 cm-1, 1610,1 cm-1, 1559,7 cm-1, 1261,5 cm-1, 1168,3
gelombang spesifik yang dimiliki oleh parasetamol dan tidak dimiliki oleh
tersebut.
kemudian ditangkap oleh detektor dan akhirnya dicetak pada kertas rekorder.
Gugus fungsional dari sampel yang mengabsorbsi radiasi akan tampak sebagai
normal molekul yaitu posisi spektrum yang dihasilkan (ditunjukkan oleh panjang
33
Universitas Sumatera Utara
gelombang atau bilangan gelombang) ditentukan oleh massa dari atom-atom
dalam molekul dan gaya yang bekerja diantara massa. Hal ini menyebabkan
spektrum IR adalah spektrum yang spesifik. Perbedaan paling kecil dalam struktur
puncak yang tertinggi, karena pada daerah ini memberikan selektifitas dan
sensitifitas yang paling baik untuk penetapan kadar sediaan farmasi. Oleh sebab
itu, pada penelitian ini digunakan bilangan gelombang pada daerah yang
memberikan puncak paling tinggi. Pada Gambar 4.5 dan 4.6 terlihat bahwa
puncak pada bilangan gelombang 1667,9 cm-1 memiliki tinggi puncak terbesar
34
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
Kons 0 mg/mL
Kons 10 mg/mL
Kons 30 mg/mL
Kons 50 mg/mL
Kons 70 mg/mL
Kons 90 mg/mL
masing zat, sehingga dapat dikatakan penggunaan pelarut metanol stabil terhadap
parasetamol. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
juga dilakukan pada bilangan gelombang yang lain, yaitu pada bilangan
gelombang 1261,7 cm-1 dan 1559,9 cm-1 dan didapatkan hasil yang memenuhi
persyaratan dengan koefisien korelasi 0,9998 dan 0,9960. Dari koefisien korelasi
tersebut, maka penetapan kadar juga dapat dilakukan di daerah sidik jari (daerah
sidik jari 1600-670 cm-1) (Mulja dan Suharman, 1995). Namun, dalam penelitian
ini dipilih bilangan gelombang yang memberikan linearitas yang paling baik yaitu
pada bilangan gelombang 1667,9 cm-1. Data kalibrasi, persamaan regresi dan
35
Universitas Sumatera Utara
Kurva kalibrasi parasetamol dapat dilihat pada Gambar 4.9.
konsentrasi (sumbu x) dengan tinggi puncak (sumbu y), kemudian titik tersebut
korelasi (r) sebesar 0,9999. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan adanya hubungan yang
memberikan puncak vibrasi (getaran) karena memiliki gugus C–H, O–H dan C–O
puncak. Pita ulur simetrik dan asimetrik –C–H dapat memberikan beberapa
CH3 memberikan puncak pada bilangan gelombang 1450 cm-1 dan 1375 cm-1.
Vibrasi O–H bebas pada alkohol menghasilkan puncak pada bilangan gelombang
antara 3650-3600 dan melebarnya pita ini disebabkan oleh ikatan hidrogen
2014).
36
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet dengan Nama
Dagang dan Generik
0,0771. Perolehan kadar tiap tablet dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Hasil pengolahan data dari sediaan tablet parasetamol dengan nama
dagang
No. Nama Perlakuan Tinggi Puncak % Kadar
Sampel
1. 1 1,2681 93,05
2. 2 1,2614 92,47
3. 3 1,2613 92,49
4. Sanmol® 4 1,2596 92,41
5. 5 1,2544 91,99
6. 6 1,2540 91,88
7. 1 1,3959 103,01
8. 2 1,3886 102,49
9. 3 1,3824 101,91
®
10. Turpan 4 1,3760 101,44
11. 5 1,3728 101,23
12. 6 1,3769 101,50
13. 1 1,3794 101,74
14. 2 1,3609 100,36
15. 3 1,3778 101,53
16. Omegrip® 4 1,3639 100,51
17. 5 1,3699 100,95
18. 6 1,3891 102,52
19. 1 1,3648 100,59
20. 2 1,3599 100,25
21. 3 1,3591 100,08
®
22. Biogesic 4 1,3588 100,07
23. 5 1,3546 99,80
24. 6 1,3624 100,38
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil pengolahan data dari sediaan tablet parasetamol dengan nama
generik
No. Nama Perlakuan Tinggi Puncak % Kadar
Sampel
1. 1 1,3209 97,17
2. 2 1,3170 96,84
3. 3 1,3235 97,31
4. Parasetamol 4 1,3108 96,43
5. 5 1,3142 96,60
6. 6 1,3177 96,95
Berdasarkan Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan perhitungan statistik, maka diperoleh
kadar parasetamol dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Data kadar dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan
generik yang ditentukan berdasarkan tinggi puncak
No. Nama Sampel % Kadar
1. Sanmol® (PT. Sanbe) (92,38 0,69) %
®
2. Turpan (PT. Corsa Industries) (101,93 1,14) %
®
3. Omegrip (PT. Mutifa) (101,27 1,35) %
®
4. Biogesic (PT. Medifarma Laboratories) (100,20 0,45) %
5. Parasetamol (PT. Kimia Farma) (96,88 0,55) %
Sediaan tablet parasetamol dengan nama dagang dan generik yang di tentukan
yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014, yaitu tablet
parasetamol mengandung parasetamol tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
(keseksamaan), batas deteksi (LOD), dan batas kuantitasi (LOQ). Uji akurasi
metode adisi standar. Uji presisi dinyatakan dalam simpangan baku relatif (RSD).
38
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini dilakukan uji validasi dengan metode adisi standar pada
Laboratories).
rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% dihitung dari kesetaraan penimbangan
pada penetapan kadar sampel, masing-masing rentang spesifik terdiri dari tiga kali
pengulangan yang mengandung 70% analit dan 30% baku. Perhitungan persen
karena rata-rata kadar perolehan kembali berada pada rentang 90%-110% dengan
99,77% untuk parasetamol (Ermer dan McB. Miller, 2005). Simpangan baku
relatif (RSD) parasetamol yang diperoleh 0,38%, hasil ini memenuhi syarat presisi
untuk validasi metode karena kurang dari 2% (Ermer dan McB. Miller, 2005).
mg/mL dan 7,5391 mg/mL. Hasil perhitungan RSD, LOD dan LOQ dapat dilihat
pada Lampiran 12 halaman 92-93. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa
39
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
pelarut metanol.
kadar.
5.2 Saran
40
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. 2010. PENETAPAN KADAR HYDROXYETHIL STARCH SECARA
SPEKTROFOTOMETRI INFRAMERAH. SKRIPSI. FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. PROGRAM
STUDI EKSTENSI FARMASI. DEPOK.
Armin, F., Rusdi., Dantes, E. V. 2012. PENGGUNAAN METODE RASIO
ABSORBAN DALAM PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN
SALISILAMIDA BERBENTUK SEDIAAN CAMPURAN. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi. 17 (2): 172.
Ditjen POM Depkes RI. 1995. FARMAKOPE INDONESIA. EDISI IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 4-5.
Ermer, J., McB. Miller, J. H. 2005. Method Validation in Pharmaceutical
Analysis. Weinheim: WILEY-VCH Verlagg GmbH & Co. KGaA. Page
190-191, 199.
Gandjar, I. G., Rohman, A. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan III.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 465-469.
Harmita. 2004. PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI METODE DAN
CARA PERHITUNGANNYA. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian.
1(3): 117-135.
Kemenkes RI Ditjend BKAK. 2014. FARMAKOPE INDONESIA. EDISI V.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1001.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Penerjemah: Siti Suyatmi. Edisi Ketiga. Jakarta: UI
Press. Halaman 645-646.
Mallah, M. A., Sherazi S. T. H., Bhanger M. I., Mahesar S. A., Bajeer M. A.
2015. A rapid Fourier-transform infrared (FTIR) spectroscopic method for
direct quantification of paracetamol content in solid pharmaceutical
formulations. Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular
Spectroscopy. 141(2015): 65.
Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2011. Clarke’s Analysis of Drugs and
Poisons In pharmaceuticals, body fluids And postmortem material. Fourth
Edition. London : Pharmaceutical Press. Page 1856.
Mulja, M. H., Suharman. 1995. ANALISIS INSTRUMENTAL. Surabaya:
Airlangga University Press. Halaman 26, 29, 60, 82, 91, 100, 102, 107, dan
114.
Nasif, H., Zaini, E., Agnes. S. 2017. Uji Dissolusi Terbanding Tablet
Metilprednisolon Generik Bermerek dan Generik Berlogo Dibandingkan
Dengan Tablet Metilprednisolon Paten. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi. 19 (1): 47.
Rahman, H. 2015. PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM
SEDIAAN TABLET PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI
CAIK KINERJA TINGGI (KCKT). TUGAS AKHIR. PROGRAM STUDI
DIPLOMA III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN. FAKULTAS
FARMASI. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. MEDAN.
Robaina, N. F., R. de paula, C. E., Brum, D. M., de la Guardia, M., Garrigues, S.,
Cassella, R. J. 2013. Novel approach for the determination of azitromycin in
41
Universitas Sumatera Utara
pharmaceutical formulation by Fourier transform infrared spectroscopy in
film-through transmission mode. Microchemical Journal. 110 (2013): 306.
Rohman, A. 2014. SPEKTROSKOPI INFRAMERAH dan KEMOMETRIKA untuk
ANALISIS FARMASI. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Halaman 1-2, 48-52.
Sudjana. 2002. METODE STATISTIKA. Cetakan ulang kedua. Edisi Keenam
Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 93, 168.
Tulandi, G. P., Sudewi, S., Lolo, W. A. 2015. VALIDASI METODE ANALISIS
UNTUK PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN
TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET. Jurnal
Ilmiah Farmasi. 4 (4): 168,175.
UU Nomor 36. 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah RI.
Wilmana, P. F, Gan, S. 2016. ANALGESIK-ANTIPIRETIK ANALGESIK ANTI-
INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT GANGGUAN SENDI LAINNYA,
dalam (Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi., Instiaty)
FARMAKOLOGI DAN TERAPI. EDISI 6. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Halaman 218-221.
Zega, S., Apni, Antonio. 2017. SPEKTROFOTOMETRI INFRAMERAH
TRANSFORMASI FOURIER (FTIR). Departemen Kimia. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Halaman
1.
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan
43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Lanjutan
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur Penelitian
Baku Parasetamol
Dipipet 5 mL
Dimasukkan kedalam labu tentukur 10
mL
Dilarutkan dan dicukupkan volumenya
dengan menggunakan pelarut metanol
sampai garis tanda
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Lanjutan
LIB Parasetamol
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Lanjutan
20 Tablet
Ditimbang bobotnya
Digerus
Obat Parasetamol
Kadar obat
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan Alir Prosedur Penelitian secara Keseluruhan
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Data Konsentrasi dan Tinggi Vibrasi serta Perhitungan Persamaan
Garis Regresi dan Koefisien Korelasi pada Bilangan Gelombang
1667,9 cm-1.
∑ ∑ ∑
a=
∑ ∑
= 0,0256
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Lanjutan
̅ = a̅ + b
b=̅ a̅
b = 1,1438 – (0,0256)(41,6667)
= 1,1438 – 1,0667
= 0,0771
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
r=
√
r=
√
r=
r = 0,9999
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Data Konsentrasi dan Tinggi Vibrasi serta Perhitungan Persamaan
Garis Regresi dan Koefisien Korelasi pada Bilangan Gelombang
1261,7 cm-1.
∑ ∑ ∑
a=
∑ ∑
= 0,0256
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Lanjutan
̅ = a̅+ b
b=̅ a̅
b = 1,1442 – (0,0256)(41,6667)
= 1,1442 – 1,0667
= 0,0775
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
r=
√
r=
√
r=
r = 0,9998
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Konsentrasi dan Tinggi Vibrasi serta Perhitungan Persamaan
Garis Regresi dan Koefisien Korelasi pada Bilangan Gelombang
1559,9 cm-1.
∑ ∑ ∑
a=
∑ ∑
–
=
= 0,0166
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Lanjutan
̅ = a̅+ b
b=̅ a̅
b = 0,9207 – (0,0166)(41,6667)
= 0,9207 – 0,6917
= 0,2290
∑ ∑ ∑
r=
√ ∑ ∑ ∑ ∑
r=
√
r=
√ ( – )
r=
r = 0,9960
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Hasil Pengujian Parasetamol 500 mg Merek Sanmol®
Wadah/kemasan : Strip/500 mg
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Lanjutan
Y = 0,0256X + 0,0771
Y = Tinggi puncak
X = Konsentrasi (mg/mL)
Sampel 1 (Y = 1,2681)
X= = 46,5234 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,2614)
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Lanjutan
Sampel 3 (Y = 1,2613)
Sampel 4 (Y = 1,2596)
X= = 46,1914 mg/mL
Sampel 5 (Y = 1,2544)
X= = 45,9883 mg/mL
Sampel 6 (Y = 1,2540)
X= = 45,9727 mg/mL
awal
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Lanjutan
% Kadar = 100%
No. X (%) X ̅ (X ̅ 2
1. 93,05 0,67 0,4489
2. 92,47 0,09 0,0081
3. 92,49 0,11 0,0121
4. 92,41 0,03 0,0009
5. 91,99 -0,39 0,1521
6. 91,88 -0,50 0,2500
∑ 554,29 0,8721
̅
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Lanjutan
∑ ̅
SD = √
=√
= 0,4176
̅
thitung = | |
⁄√
Dari data diatas, thitung < ttabel maka semua data diterima.
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Lanjutan
=̅ ttabel
√
= 92,38 4,0321
√
= (92,38 0,69) %
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Hasil Pengujian Parasetamol 500 mg Merek Turpan®
Wadah/kemasan : Strip/500 mg
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lanjutan
Y = 0,0256X + 0,0771
Y = Tinggi puncak
X = Konsentrasi (mg/mL)
Sampel 1 (Y = 1,3959)
X= = 51,5156 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,3886)
X= = 51,2305 mg/mL
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lanjutan
Sampel 3 (Y = 1,3824)
X= = 50,9883 mg/mL
Sampel 4 (Y = 1,3760)
X= = 50,7383 mg/mL
Sampel 5 (Y = 1,3728)
X= = 50,6133 mg/mL
Sampel 6 (Y = 1,3769)
X= = 50,7734 mg/mL
awal
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lanjutan
% Kadar = 100%
No. X (%) X ̅ (X ̅ 2
1. 103,01 1,08 1,1664
2. 102,49 0,56 0,3136
3. 101,91 -0,02 0,0004
4. 101,44 -0,49 0,2401
5. 101,23 -0,70 0,4900
6. 101,50 -0,43 0,1849
∑ 611,58 2,3954
̅
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lanjutan
∑ ̅
SD = √
=√
= 0,6922
̅
thitung = | |
⁄√
Dari data diatas, thitung < ttabel maka semua data diterima.
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lanjutan
=̅ ttabel
√
= 101,93 4,0321
√
= (101,93 1,14) %
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil Pengujian Parasetamol 500 mg Merek Omegrip®
Wadah/kemasan : Strip/500 mg
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
Y = 0,0256X + 0,0771
Y = Tinggi puncak
X = Konsentrasi (mg/mL)
Sampel 1 (Y = 1,3794)
X= = 50,8711 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,3609)
X= = 50,1484 mg/mL
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
Sampel 3 (Y = 1,3778)
X= = 50,8086 mg/mL
Sampel 4 (Y = 1,3639)
X= = 50,2656 mg/mL
Sampel 5 (Y = 1,3699)
X= = 50,5000 mg/mL
Sampel 6 (Y = 1,3891)
X= = 51,2500 mg/mL
awal
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
% Kadar = 100%
No. X (%) X ̅ (X ̅ 2
1. 101,74 0,47 0,2209
2. 100,36 -0,91 0,8281
3. 101,53 0,26 0,0676
4. 100,51 -0,76 0,5776
5. 100,95 -0,32 0,1024
6. 102,52 1,25 1,5625
∑ 607,61 3,3591
̅
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
∑ ̅
SD = √
=√
= 0,8196
̅
thitung = | |
⁄√
Dari data diatas, thitung < ttabel maka semua data diterima.
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lanjutan
=̅ ttabel
√
= 101,27 4,0321
√
= (101,27 1,35) %
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Hasil Pengujian Parasetamol 500 mg Merek Biogesic®
Wadah/kemasan : Strip/500 mg
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
Y = 0,0256X + 0,0771
Y = Tinggi puncak
X = Konsentrasi (mg/mL)
Sampel 1 (Y = 1,3648)
X= = 50,3008 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,3599)
X= = 50,1094 mg/mL
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
Sampel 3 (Y = 1,3591)
X= = 50,0781 mg/mL
Sampel 4 (Y = 1,3588)
X= = 50,0664 mg/mL
Sampel 5 (Y = 1,3546)
X= = 49,9023 mg/mL
Sampel 6 (Y = 1,3624)
X= = 50,2070 mg/mL
awal
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
% Kadar = 100%
No. X (%) X ̅ (X ̅ 2
1. 100,59 0,39 0,1521
2. 100,25 0,05 0,0025
3. 100,08 -0,12 0,0144
4. 100,07 -0,13 0,0169
5. 99,80 -0,40 0,1600
6. 100,38 0,18 0,0324
∑ 601,17 0,3783
̅
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
∑ ̅
SD = √
=√
= 0,2751
̅
thitung = | |
⁄√
Dari data diatas, thitung < ttabel maka semua data diterima.
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
=̅ ttabel
√
= 100,20 4,0321
√
= (100,20 0,45) %
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil Pengujian Tablet Parasetamol
Wadah/kemasan : Strip/500 mg
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Lanjutan
Y = 0,0256X + 0,0771
Y = Tinggi puncak
X = Konsentrasi (mg/mL)
Sampel 1 (Y = 1,3209)
X= = 48,5859 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,3170)
X= = 48,4336 mg/mL
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Lanjutan
Sampel 3 (Y = 1,3235)
X= = 48,6875 mg/mL
Sampel 4 (Y = 1,3108)
X= = 48,1914 mg/mL
Sampel 5 (Y = 1,3142)
X= = 48,3242 mg/mL
Sampel 6 (Y = 1,3177)
X= = 48,4609 mg/mL
awal
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Lanjutan
% Kadar = 100%
No. X (%) X ̅ (X ̅ 2
1. 97,17 0,29 0,0841
2. 96,84 -0,04 0,0016
3. 97,31 0,43 0,1849
4. 96,43 -0,45 0,2025
5. 96,60 -0,28 0,0784
6. 96,95 0,07 0,0049
∑ 581,30 0,5564
̅
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Lanjutan
∑ ̅
SD = √
=√
= 0,3336
̅
thitung = | |
⁄√
Dari data diatas, thitung < ttabel maka semua data diterima.
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Lanjutan
=̅ ttabel
√
= 96,88 4,0321
√
= (96,88 0,55) %
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Perhitungan Validasi Metode
Y = 0,0256X + 0,0771
Y = Tinggi puncak
X = konsentrasi (mg/mL)
Sampel 1 (Y = 0,7934)
X= = 27,9805 mg/mL
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
Sampel 2 (Y = 0,7942)
X= = 28,0117 mg/mL
Sampel 3 (Y = 0,7945)
X= = 28,0234 mg/mL
Sampel 1 (Y = 1,1007)
X= = 39,9844 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,1001)
X= = 39,9609 mg/mL
Sampel 3 (Y = 1,1014)
X= = 40,0117 mg/mL
Sampel 1 (Y = 0,9731)
X= = 35,0000 mg/mL
Sampel 2 (Y = 0,9735)
X= = 35,0156 mg/mL
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
Sampel 3 (Y = 0,9726)
X= = 34,9805 mg/mL
Sampel 1 (Y = 1,3537)
X= = 49,8672 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,3554)
X= = 49,9336 mg/mL
Sampel 3 (Y = 1,3546)
X= = 49,9023 mg/mL
Sampel 1 (Y = 1,1520)
X= = 41,9883 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,1525)
X= = 42,0078 mg/mL
Sampel 3 (Y = 1,1531)
X= = 42,0313 mg/mL
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
Sampel 1 (Y = 1,6135)
X= = 60,0156 mg/mL
Sampel 2 (Y = 1,6145)
X= = 60,0547 mg/mL
Sampel 3 (Y = 1,6138)
X= = 60,0273 mg/mL
awal
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
4. Perhitungan % Recovery
% Re = 100%
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
6. Perhitungan RSD
No. % Recovery X ̅ (X ̅ 2
(X)
1. 100,03 0,26 0,0676
2. 99,58 -0,19 0,0361
3. 99,90 0,13 0,0169
4. 99,11 -0,66 0,4356
5. 99,45 -0,32 0,1024
6. 99,48 -0,29 0,0841
7. 100,15 0,38 0,1444
8. 100,26 0,49 0,2401
9. 99,98 0,21 0,0441
∑ 897,94 1,1713
̅
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
∑ ̅
SD = √
=√
= 0,3826
RSD = ̅ 100%
= 100%
= 0,38%
Y = 0,0256X + 0,0771
1. X = 0
2. X = 10
3. X = 30
4. X = 50
5. X = 70
6. X = 90
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan
∑ –
=√
=√
= 0,0193
LOD = 3 / Slope
=3
= 2,2617 mg/mL
LOQ = 10 / Slope
= 10
= 7,5391 mg/mL
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Daftar Nilai Distribusi t
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Sertifikat Pengujian Parasetamol
95
Universitas Sumatera Utara