Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

UJI ANTI BAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)


TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI JERAWATPropionibacterium acnes
SECARA IN VITRO

Ruhana Afifi 1), Euis Erlin2)


1)
Universitas Galuh-Ciamis, E-mail: ruhanaafifi@yahoo.com
2)
Dosen Universitas Galuh-Ciamis

ABSTRAK

Jerawat (acne vulgaris) merupakan penyakit kulit yang terjadi karena adanya penyumbatan
folikel oleh sel-sel mati, sebum, dan peradangan yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium
acnes pada folikel sebasea. Antibiotik dapat mengobati jerawat namun dapat menimbulkan resistensi
dari suatu bakteri, sehingga diperlukan cara yang lebih aman dan lebih murah. Salah satunya dengan
penggunaan daun Jambu Biji (Psidium Guajava) karena mengandung zat aktif Flavonoid dan Tanin
yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan
konsentrasi ekstrak daun Jambu biji terhadap zona hambat bakteri P. acnes secara in-vitro dan
mengetahui konsentrasi minimal ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes.
Penelitian ini bertempat di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Galuh, dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen dan didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Teknik pengujian menggunakan metode sumur dengan sembilan perlakuan konsentrasi ekstrak daun
jambu biji berdasarkan hasil penelitian pendahuluan adalah 10 mgml-1, 25 mgml-1, 50 mgml-1, 75
mgml-1, 100 mgml-1, 125 mgml-1, 150 mgml-1, 175 mgml-1 dan 200 mgml-1. Parameter yang digunakan
adalah dengan mengukur diameter zona hambat pada daerah bening sekitar sumur yaitu daerah yang
tidak ditumbuhi bakteri dalam satuan milimeter. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Varian
Satu Faktor (ANAVA), dan berdasarkan hasil analisis diperoleh Fhitung 22,6 lebih besar dari Ftabel
(0,01)dengan taraf nyata (α) 1% sebesar 5,47 yang berarti bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak daun
jambu biji berpengaruh sangat nyata terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri P. acnes
yang terbentuk secara in-vitro. Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan diperoleh bahwa
konsentrasi minimal ekstrak daun Jambu biji yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri bakteri P.
acnes secara in-vitro adalah 25 mgml-1.

Kata kunci:Anti bakteri, Ekstrak daun jambu biji, Propionibacterium acnes, In vitro

A. PENDAHULUAN Alasan penggunaan daun jambu


Obat asli Indonesia sudah dikenal biji sebagai antibiotik alami ini karena
sejak dulu, jauh sebelum pelayanan daun jambu biji (Psidium guajava)
kesehatan formal dengan obat-obat mengandung zat-zat aktif yang berperan
modern yang digunakan sekarang oleh sebagai zat anti bakteri. Senyawa-senyawa
masyarakat secara luas. Salah satu obat kimia tersebut diantaranya adalah tanin,
asli Indonesia yang sudah digunakan oleh saponin, etanol, polifenol, flavonoid,
masyarakat sejak dulu adalah daun jambu minyak atsiri (eugenol), asam malat, asam
biji (Psidium guajava). ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
Masyarakat menggunakan daun asam oleanolat, asam guajaverin dan lain-
jambu ini antara lain untuk obat diare, dan lain(Hieronymus,1998;Darmansyah,2001;
digunakan juga sebagai sabun muka untuk Arnelia,2002).
mencegah atau mengobati infeksi kulit. Mengingat keberadaan kandungan
Berkenaan dengan penggunaan daun zat antibakteri pada daun jambu biji
jambu tersebut, maka daun jambu dapat tersebut, maka daun jambu biji dianggap
berperan sebagai antibiotik alami. tepat untuk mencegah atau mengobati
321
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
infeksi kulit. Salah satu infeksi kulit yang dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka
hampir setiap orang pernah mengalaminya inflamasi akan meluas sehingga padatan
adalah penyakit jerawat (acne vulgaris). asam lemak dan minyak kulit yang
Penyakit ini menyerang mengeras akan membesar (Alhidayati,
pilosebasea kulit yaitu bagian kelenjar 2007).
sebasea dan folikel rambut. Menurut Pengobatan jerawat dilakukan
Brown (2009) bahwa pembentukan dengan cara memperbaiki abnormalitas
jerawat terjadi karena adanya folikel, menurunkan produksi sebum,
penyumbatan folikel oleh sel-sel mati, menurunkan jumlah koloni P.acnes, dan
sebum, dan peradangan yang disebabkan menurunkan inflamasi pada kulit. Populasi
oleh bakteri Propionibacterium acnes (P. bakteri P acnes dapat diturunkan dengan
acnes) pada folikel sebasea. Bentuk memberikan antibiotik seperti eritromisin,
jerawat seperti bisul berisi dan kadang- klindamisin, dan benzoil peroksida.
kadang menjadi keras. Pada kulit terutama Menurut Azrifitria (2010), meskipun
wajah terdapat benjolan-benjolan kecil, penggunaan antibiotik cukup efektif
berkepala kuning, berisi nanah, terasa mengatasi jerawat, namun penggunaan
gatal dan sedikit nyeri. antibiotik sebagai pilihan utama
P. acnes berperan pada penyembuhan jerawat harus ditinjau
patogenesis jerawat dengan menghasilkan kembali untuk membatasi perkembangan
lipase yang memecah asam lemak bebas resistensi bakteri terhadap antibiotik.
dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat Hal tersebut mendorong
mengakibatkan inflamasi jaringan ketika penemuan sumber obat-obatan antibakteri
berhubungan dengan sistem imun dan lain dari bahan alam, yang dapat berperan
mendukung terjadinya jerawat. P. acnes sebagai antibakteri yang lebih aman dan
termasuk bakteri yang tumbuh relatif relatif lebih murah. Untuk memperoleh
lambat. Genome dari bakteri ini telah bukti ilmiah penggunaan daun jambu biji
dirangkai dan sebuah penelitian sebagai antibiotik alami pada pengobatan
menunjukkan beberapa gen yang dapat jerawat, maka perlu dilakukan pengujian
menghasilkan enzim untuk meluruhkan berbagai konsentrasi ekstrak daun jambu
kulit dan protein, yang immunogenic biji terhadap pertumbuhan bakteri P
(Azrifitria, 2010). acnes. Pertumbuhan bakteri bisa diamati
Mekanisme terjadinya jerawat dengan menentukan ukuran zona hambat
adalah bakteri P. acnes merusak stratum bakteri.
korneum dan stratum germinativum Flavonoid dalam ekstrak jambu
dengan cara menyekresikan bahan kimia biji pada konsentrasi rendah dapat
yang menghancurkan dinding pori. merusak membran sitoplasma yang
Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. menyebabkan bocornya metabolit penting
Asam lemak dan minyak kulit tersumbat yang menginaktifkan sistem enzim

322
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi untuk saluran pencernaan maupun kulit
mampu merusak membran sitoplasma dan dan juga dapat digunakan sebagai obat
mengendapkan protein sel diare.
(Robinson,1995) Banyak faktor yang dapat
Menurut Gilman (Kamilah, 2010) mempengaruhi efektifitas zat
+
ada perusakan membran sel, ion H dari antimikroba, diantaranya adalah waktu
senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) kontak, populasi jenis mikroba yang akan
akan menyerang gugus polar (gugus dibinasakan, temperatur, pH, jenis
fosfat) sehingga molekul fosfolipid akan material yang ada pada jasad renik dan
terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, konsentrasi zat antimikroba itu sendiri
dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996; dan
fosfolipid tidak mampu mempertahankan Cappucino,1982).
bentuk membran sel, akibatnya membran Konsentrasi zat anti mikroba
akan bocor dan bakteri mengalami mempengaruhi pertumbuhan
hambatan pertumbuhan bahkan kematian. mikroorganisme, artinya jika konsentrasi
Fenol dan polifenol bersifat toksik zat antimikroba pada ekstrak daun jambu
terhadap mikroorganisme, hidroksilasi biji berbeda maka pertumbuhan mikroba
yang meningkat menyebabkan toksisitas pun akan berbeda, dimana konsentrasi
yang meningkat pula. Mekanisme yang yang lebih besar akan menyebabkan
dianggap bertanggung jawab terhadap jumlah kematian yang lebih besar pula
toksisitas fenolik pada mikroorganisme terhadap mikroba. Pada akhirnya
adalah bahwa fenol berperan sebagai konsentrasi berbeda akan memperlihatkan
inhibitor enzim, merusak membran zona hambat berbeda pada masing-masing
sitoplasma yang menyebabkan bocornya pertumbuhan mikroba.
metabolit penting, mengadakan interaksi Berdasarkan aturan dalam
non-spesifik dengan protein dan secara penentuan dosis obat kedokteran, sebelum
total dapat mengendapkan protein sel dilakukan uji in-vivo terlebih dahulu
(Volk and Wheeler, 1988; Sarastani dkk, diperlukan Konsentrasi Hambat Minimum
2002). (KHM) atau Minimal Inhibitor
Menurut Fahrani (2009) pelarut Concentration (MIC) dari zat antimikroba
etanol : air (7:3) adalah pelarut yang melalui pengujian in-vitro. Hal ini
terbaik untuk memperoleh ekstrak dianggap lebih efektif digunakan karena
senyawa tanin.Senyawa tanin mampu penggunaan zat antimikroba dalam
menghambat pertumbuhan konsentrasi yang tinggi dikhawatirkan
mikroorganisme dengan kemampuanya akan menimbulkan efek samping atau efek
menginaktivasi adhesin mikroba, enzim fisioligis bagi tubuh (Jawetz, Melnick &
dan protein transpor cell envelove. Tanin Adelberg, 1996).
ini juga digunakan sebagai astringent baik
323
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Menurut Ketut dkk (2002), hasil pengujian menggunakan metode sumur
percobaan in vitro menunjukkan bahwa dengan sembilan perlakuan konsentrasi
ekstrak etanol jambu biji daging buah ekstrak daun jambu biji berdasarkan hasil
putih memiliki konsentrasi hambat penelitian pendahuluan.
minimum (KHM) 40 mg/ml terhadap 2. Variabel Penelitian
bakteri Shigella flexneri, 30 mg/ml Penelitian ini menggunakan satu
terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 60 variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak
mg/ml terhadap bakteri Salmonella typhi daun jambu biji (Psidium guajava) dan
dan 40 mg/ml terhadap bakteri satu variabel terikat yaitu zona hambat
Escherichia coli. bakteri P. acnes.
Untuk menguji kebenaran adanya 3. Parameter
kandungan zat antibakteri pada daun Parameter untuk mengukur
jambu, peneliti sudah melakukan pertumbuhan bakteri pada penelitian ini
penelitian pendahuluan ,pada konsentrasi adalah ukuran diameter zona hambat yang
25 mg tidak terdapat zona hambat, ditunjukan dengan daerah bening, yaitu
sehingga dapat diduga KHM pertumbuhan daerah yang tidak ditumbuhi bakteri
Propionibacterium acne ada pada dalam satuan milimeter (mm).
konsentrasi 50 mg/ml. 4. Alat dan Bahan
Berdasarkan latar belakang Bahan-bahan yang digunakan dalam
tersebut maka penelitian ini bertujuan penelitian ini adalah daun jambu biji,
untuk 1)mengetahui pengaruh perbedaan Muller Hinton agar, etanol, akuades, isolat
konsentrasi ekstrak daun jambu biji bakteri P. acnes, NaCl fisiologis 0,9 %,
(Psidium guajava) terhadap zona hambat dan kapas.
bakteri P acnes secara in-vitro; Alat-alat yang digunakan dalam
2)mengetahui konsentrasi minimal ekstrak penelitian ini adalah erlenmeyer500 ml,
daun jambu biji (Psidium guajava) yang kertas saring, vacuum pump, corong,
dapat menghambat pertumbuhan bakteri P timbangan analitik oven, inkubator,
acnes secara in-vitro. alumunium foil, mikropipet dan tip 1000
µldan 100 µl, beaker glass 50 dan 250 ml,
B. METODE PENELITIAN
gelas ukur 10 ml, tabung reaksi, alat
1. Rancangan Penelitian
pelubang berdiameter 7 mm, jangka
Penelitian ini dilaksanakan di
sorong, cawan petri, dan pipet tetes.
laboratorium Biologi FKIP Universitas
5. Cara Kerja
Galuh, mulai bulan Januari sampai dengan
a. Tahap persiapan
bulan April 2017.
Tahap persiapan dilakukan dengan
Penelitian menggunakan metode
menyiapkan dan sterilisasi seluruh alat
eksperimen dan didesain menggunakan
dan bahan dengan memasukan seluruh
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Teknik
alat dan bahan ke dalam autoklaf

324
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

sampai suhu 121oC dan tekanan 15 ekstrak daun jambu biji diujikan
lb/sq. kepada bakteri uji. Uji antibakteri
b. Tahap pelaksanaan yang digunakan yaitu dengan
1) Membuat peremajaan bakteridi menggunakan metode cup
atas Muller Hinton agar yang platdimana dibuat sumur pada
telah padat.Bakteri diinkubasikan media agar yang telah ditanami
selama 24 jam dalam suhu 37°C. dengan mikroorganisma dan pada
2) Daun jambu biji dipotong kecil- sumur tersebut diberi ekstrak
kecil menggunakan alat pemotong yang akan di uji. Bahan uji
dengan ukuran ± 1 cm, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama
dioven dengan suhu 70°C selama 24 jam di dalam inkubator.
1x24 jam sampai kering patah, Setelah diinkubasi selama 24 jam
diblender, dan kemudian zona hambat diamati dengan cara
ditimbang.Selanjutnya dimaserasi mengukur daerah bening
selama 1x24 jam dengan (diameter zona hambat) disekitar
menggunakan etanol. Untuk lubang sumur dengan
membuat konsentrasi 250mg/ml menggunakan jangka sorong
sebanyak 100 ml maka serbuk dengan satuan milimeter.
daun yang ditimbang adalah 6. Metode Analisis Data
sebanyak 25 gram kemudiaan Data uji daya antibakteri yang
ditambahkan larutan etanol : air diperoleh, dianalisis menggunakan analisis
(7:3) sebanyak 100 ml. ragam (ANOVA) pada tingkat
3) Ekstrak induk dengan konsentrasi kepercayaan 99%. Setelah terdapat
-1
250 mgml diencerkan dengan perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan
aquadest menjadi berbagai uji jarak ganda Duncan (Duncan’s New
konsentrasi yang ditentukan. Multiple Range Test) pada tingkat
Ekstrak hasil pengenceran kepercayaan yang sama (Gomez, 1995).
0
diuapkan pada suhu ±40 C,
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
sampai tidak tercium lagi bau
Pengukuran zona hambat pada
etanol. Kemudian disterilisasi
diameter daerah bening dilakukan setelah
dalam autoklaf pada suhu 121oC
inkubasi terhadap bakteri selama 24 jam.
dan tekanan 15 lb/sq.
Data Hasil pengukuran zona hambat setiap
4) Konsentrasi ekstrak daun jambu
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
biji yang digunakan adalah 10
Perlakuan yang menghasilkan
mgml-1, 25 mgml-1, 50 mgml-1, 75
jumlah diameter zona hambat terbesar
mgml-1, 100 mgml-1, 125 mgml-1,
adalah perlakuan konsentrasi 200 mg ml-1
150 mgml-1, 175 mgml-1 dan 200
dengan rata-rata diameter 13,02 mm,
mgml-1. Konsentrasi dari setiap
325
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
sedangkan perlakuan yang menunjukan berbeda memberi pengaruh terhadap
jumlah diameter zona hambat terkecil diameter zona hambat pertumbuhan
adalah perlakuan konsentrasi 25 mg ml-1 bakteri P. acnes yang terbentuk, semakin
dengan rata-rata diameter 8,45 mm. tinggi konsentrasi ekstrak daun jambu
Diameter yang dihasilkan oleh perlakuan semakin besar pula diameter zona hambat
-1
konsentrasi 10 mg ml adalah rata-rata terhadap pertumbuhan bakteri P. acnes
diameter 7,00 mm, tetapi diameter yang terbentuk. Untuk membuktikan
tersebut sama sekali tidak menunjukan pengaruh perbedaan dari setiap
zona hambat karena sumur yang diisi konsentrasi tersebut maka selanjutnya
ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dilakukan uji statistik dengan
dengan menggunakan alat pelubang yang menggunakan Uji Analisis Varians Satu
berdiameter 7 mm. Faktor.
Terdapat kecenderungan bahwa
konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang

Tabel 1. Rata-rata Diameter Zona Hambat


Diameter zona hambat (mm)
Jumlah
Rataan
Perlakuan Ulangan Perlakuan
perlakuan
(T)
1 2
Konsentrasi 10 mg ml-1 7,00 7,00 14,00 7,00
Konsentrasi 25 mg ml-1 7,60 9,30 16,90 8,45
Konsentrasi 50 mg ml-1 9,35 9,90 19,25 9,63
Konsentrasi 75 mg ml-1 10,15 9,73 19,88 9,94
Konsentrasi 100 mg ml-1 10,14 10,06 20,20 10,10
Konsentrasi 125 mg ml-1 10,96 10,42 21,38 10,69
Konsentrasi 150 mg ml-1 11,56 11,20 22,76 11,38
Konsentrasi 175 mg ml-1 13,46 12,18 25,64 12,82
Konsentrasi 200 mg ml-1 12,79 13,24 26,03 13,02
Jumlah Umum (G) 186,04
Rataan Umum 10,34
Adapun ringkasan hasil analisis sidik ragam dapat disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Ringkasan Analisis Sidik Ragam


Derajat Jumlah Kuadrat F tabel
Sumber Keragaman F hitung
Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
Perlakuan 8 44,2 5,53 22,6** 3,23 5,47

Dari hasil analisis di atas terlihat bakteri P. acnes yang terbentuk secara in-
bahwa nilai F hitung 22,6 lebih besar dari vitro.
nilai F tabel (α = 1%) 5,47 maka perlakuan Selanjutnya untuk mencari
berbeda sangat signifikan (**). perbedaan antar perlakuan dilakukan
Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi analisis beda rata-rata dengan
ekstrak daun jambu biji yang berbeda menggunakan Uji Jarak Berganda
berpengaruh sangat nyata terhadap Duncan. Hasil ringkasan perbandingan
diameter zona hambat pertumbuhan antar perlakuan disajikan dalam tabel 3.

326
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

Tabel 3. Hasil Perbandingan Uji Duncan Pengukuran Zona Hambat Bakteri P. acnes
dari Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu
Rataan Diameter Zona Hambat
Perlakuan
(mm)
Konsentrasi 10 mg ml-1 7,00a
-1 8,45ab
Konsentrasi 25 mg ml
-1
Konsentrasi 50 mg ml 9,63bc
-1 9,94bcd
Konsentrasi 75 mg ml
-1
Konsentrasi 100 mg ml 10,10bcde
-1 10,69cdef
Konsentrasi 125 mg ml
-1
Konsentrasi 150 mg ml 11,38cdefgh
-1 12,82fgh
Konsentrasi 175 mg ml
-1
Konsentrasi 200 mg ml 13,02hi

Berdasarkan tabel angka yang Berdasarkan Analisis Sidik Ragam


diikuti huruf yang sama menunjukan tidak (Analisis Varians), diketahui bahwa
berbeda nyatadengan Uji Duncan pada konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang
taraf kepercayaan (α ) 1%.Angka yang berbeda berpengaruh sangat nyata
diikuti huruf yang berbeda menunjukan terhadap diameter zona hambat
berbeda sangat nyatadengan Uji Duncan pertumbuhan bakteri P. acnes yang
pada taraf kepercayaan (α ) 1%. terbentuk secara in-vitro.
Dari hasil penelitian konsentrasi Analisis Uji Duncan memberikan
minimal atau kadar hambat miminum hasil bahwa konsentrasi terendah yang
(KHM) ekstrak daun jambu biji yang dapat menghambat pertumbuhan P.acnes
dapat membentuk zona hambat adalah 25 mgml-1. Sedangkan perlakuan
pertumbuhan bakteri P acnes adalah 25 dengan konsentrasi 10 mgml-1 sama sekali
mgml-1. Konsentrasi tersebut dianggap tidak menunjukan zona hambat, hal ini
sebagai konsentrasi yang paling efektiv dikarenakan zat antimikroba yang terdapat
yang dapat menghambat pertumbuhan dalam ekstrak tidak mampu untuk
bakteri P acnes dan terlihat berbeda sangat menghambat pertumbuhan bakteri.
nyata dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan hal tersebut dapat
Berdasarkan hasil penelitian Uji dinyatakan bahwa semakin tinggi
Ekstrak Daun Jambu Biji Terhadap Zona konsentrasi ekstrak daun jambu biji
Hambat Pertumbuhan Bakteri P.acnes diberikan maka semakin besar pula
secara In-Vitro, dapat terbentuk zona diameter zona hambat yang ditunjukan
hambat atau daerah bening pada media terhadap pertumbuhan bakteri P.acnes.
agar yang tidak ditumbuhi oleh bakteri Hal tersebut sesuai dengan teori yang
karena adanya zat antimikroba dari dikemukakan oleh Dwidjoseputro (2005),
ekstrak daun jambu yang diberikan bahwa konsentrasi antimikroba
sehingga secara difusi menyebar pada mempengaruhi pertumbuhan
media agar. mikroorganisme, semakin tinggi

327
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
konsentrasi antimikroba maka semakin metabolismenya, sehingga bakteri yang
besar pula jumlah mikroba yang dihambat terkena oleh zat antimikroba tersebut akan
pertumbuhannya. mati atau dihambat pertumbuhannya.
Pengaruh perbedaan konsentrasi Hal ini sesuai dengan pendapat
antimikroba terhadap pertumbuhan Kamilah (2010) bahwa kandungan yang
mikroorganisme dibuktikan dengan terdapat dalam daun jambu biji yang
penelitian yang dilakukan yaitu Uji bekerja sebagai antibakteri adalah Tanin
Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji dan Flavonoid. Senyawa Flavonoid
terhadap Zona Hambat Pertumbuhan merupakan salah satu antibakteri yang
bakteri P acnes secara In-vitro yang bekerja dengan mengganggu fungsi
dilakukan dengan metode difusi sumur, membran sitoplasma. Flavonoid mampu
ekstrak daun jambu dengan berbagai membentuk senyawa kompleks dengan
konsentrasi dimasukan ke dalam lubang protein ekstraseluler dan terlarut dengan
sumur pada cawan petri dan kemudian dinding sel. Zat antimikroba yang
ekstrak tersebut akan berdifusi ke dalam menghalangi fungsi penting membran
biakan bakteri P acnes pada media agar. dapat mengakibatkan kematian sel atau
Ekstrak daun jambu dengan ketidakmampuan untuk tumbuh dan
berbagai konsentrasi yang berbeda berkembang.
tersebut mengandung zat antimikroba Membran bakteri bersifat
yang berbeda pula dan dapat membunuh semipermeabel yang mengatur substansi
atau menghambat pertumbuhan P acnes keluar masuk sel. Kerusakan membran
sehingga menimbulkan zona hambat yang memungkinkan ion organik penting,
berupa daerah bening disekitar sumur. nukleotida, koenzim, dan asam amino
Diameter zona bening yang terbentuk merembes keluar sel. Kerusakan membran
menunjukan bahwa media agar tidak lagi plasma ini menghambat atau merusak
ditumbuhi oleh bakteri P. acnes. kemampuannya bertindak sebagai
Perbedaan konsentrasi ekstrak yang penghalang osmosis dan mencegah
digunakan menyebabkan zona bening berlangsungnya biosintesis, sedangkan
yang menunjukan daya hambatnya yang senyawa Tanin mampu menghambat
ditunjukan juga berbeda-beda. Semakin pertumbuhan mikroorganisme dengan
tinggi konsentrasi ekstrak daun jambu kemampuanya menginaktivasi adhesin
berarti semakin pekat larutan tersebut dan mikroba, enzim dan protein transpor cell
semakin banyak pula jumlah zat-zat envelove.
antimikroba yang terkandung di Flavonoid dan Tanin merupakan
dalamnya. Bila jumlah zat antimikroba senyawa aktif dalam tanaman yang
semakin besar maka semakin besar pula berkhasiat sebagai obat yang dapat
bakteri P.acnes yang dirusak baik itu menyembuhkan penyakit infeksi. Dalam
struktur tubuh maupun sistem penentuan dosis obat kedokteran perlu

328
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

dilakukan uji secara in-vitro sebelum menghambat pertumbuhan bakteri P.acnes


diterapakan secara in-vivo dan diperlukan secara in-vitro adalah 25 mgml-1.
Konsentrasi Hambat minimum (KHM)
DAFTAR PUSTAKA
atau Minimal Inhibitor Concentration
Arnelia. 2004. Fito-kimia Komponen
(MIC) dari antimikroba. Hal ini sesuai
Ajaib Cegah PJK, DM dan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Kanker.
Jawetz et.al. (2001). KHM dianggap
http://www.kimianet.lipi.go.id/
efektif digunakan karena penggunaan zat
utama.cgi/artikel.
antimikroba dalam konsentrasi yang tinggi
Azifitria, et.al . 2010. Aktivitas Antibakteri
dikhawatirkan akan menimbulkan efek
Ekstrak Etanolik Daun Dan Umbi
samping atau fisiologis bagi tubuh
Crinum asiatum L, Terhadap
manusia.
Bakteri Penyebab Jerawat. Puslit
Berdasarkan hasil uji pendahuluan
Biologi LIPI, Cibinong
yang dilakukan konsentrasi yang terkecil
Brown, R.G. 2009. Lectures Notes
yang dapat menghambat pertumbuhan
Dermatologi, Erlangga, Jakarta
P.acnes adalah konsentrasi ekstrak 25
Cappuccino,J& Natalie Sherman. 1982.
mgml-1 hal ini ditunjukan dengan adanya
Microbiology : A Laboratory
zona bening yang terbentuk. Hasil uji
Manual. Suffern ,New York
pendahuluan kemudian menjadi dasar uji
Darmansyah, I2001. Pengobatan Diare.
lanjutan dan dari hasil yang pengamatan
http://www.iwandarmansjah.web.i
terbukti bahwa konsentrasi ekstrak
d
minimal yang efektif digunakan adalah 25
Faharani, B.G.R. 2009. Uji Aktivitas
mgml-1. Namun demikian masih perlu
Antibakteri Daun Jambu terhadap
dilakukan uji lanjut secara in-vivo
Bakteri aureus dan E. Coli
pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak
secara Bioautografi, Yogyakarta
daun jambu sebelum diaplikasikan sebagai
Gomes, KA.1995. Statistika Untuk
obat jerawat atau pun sebagai masker
Penelitian Pertanian. Alih Bahasa
alami untuk mengetahui efek fisiologis
Endang Sjamsudin, dkk. Edisi 2,
secara langsung bagi tubuh manusia.
Universitas Indonesi, Jakarta.
D. SIMPULAN Hieronymus,B. 1998. Tanaman Obat
Perbedaan konsentrasi ekstrak daun Keluarga, Kanisius, Yogyakarta
jambubiji(Psidium guajava) berpengaruh Jawetz, et.al. 2001. Mikrobiologi
sangat nyata terhadap zona hambat kedokteran,Salemba Medika,
pertumbuhan bakteri P.acnes secara in- Jakarta
vitro pada taraf nyata (α ) 1%. Kadar Kamilah, E. 2010. Dibalik Mukzizat
hambat minimum dari ekstrak daun daun Tanaman Jambu Sebagai
jambubiji(Psidium guajava) yang dapat Pengawet Alami. Tersedia : http:

329
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
// elokkamilah. wordpress.com Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
diakses tanggal 15 Oktober 2011. Tumbuhan Tinggi. ITB, Bandung
Ketut, I dkk. 2004.Efek Ekstrak Daun Sarastani, D. Dedi Fardiaz, Anton
Jambu Biji Daging Buah Putih Apriyantono, dkk. 2002. Senyawa
dan Jambu Biji Daging Buah Antimikroba dari
Merah Tanaman.http://indobic.biotrop.or
SebagaiAntidiare.http://acta.fa.itb. g/berita_detail.php?id_berita=124.
ac.id/baca_abstrak Suriawiria, U. 2004.Buah "Terkutuk"
Pelczart, M.J dan Chan E.C.S. 1986. Anti-HIV ,http://www.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1 kompas.co.id/ kesehatan/
dan 2. Terjemahan Hadioetomo, /0412/01/061807.htm
R.S.dkk, Universitas Indonesia Volk and Wheeler. 1988. Mikrobiologi
Press,Jakarta Dasar, Edisi kelima, Jilid 1 dan
Rismunandar. 1981. Tanaman Jambu Biji ,Jakarta: Erlangga.
yang Serba Guna, PT Sinar
Baru,Bandung

330

Anda mungkin juga menyukai