Disusun oleh :
Pramesthi Putri Rahmantika P17120191002
Hanida Nur Prabandari P17120191006
Firani Puspa Denisia P17120191007
Nuangke Gratia Arum P P17120191008
Fheren Cita Mahanani P17120191009
Yuan Argi Firanda P17120193023
Mamik Umayatus Saida P17120193026
Amadea Damara P17120193032
Siti Cholifah P17120193037
Ibnatus Afli Rahmantika P17120193038
Yayi Sutra Wuni P17120193045
1.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar kandungan paracetamol
dan kafein pada sediaan obat menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Paracetamol
Parasetamol atau asetaminofen merupakan derivat amino fenol yang merupakan
metabolit fenasetin dengan efek analgetik. Efek analgetik parasetamol dapat mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol juga dapat menurunkan suhu tubuh
berdasarkan efek sentral, yaitu anti-piretik. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat
lemah yang dikarenakan kemampuannya dalam menghambat biosintesis prostaglandin
lemah sehingga tidak dapat digunakan sebagai antireumatik.
Parasetamol juga dapat menurunkan suhu tubuh berdasarkan efek sentral, yaitu
anti-piretik. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat lemah yang dikarenakan
kemampuannya dalam menghambat biosintesis prostaglandin lemah sehingga tidak dapat
digunakan sebagai antireumatik.
2.2. Kafein
Kafein merupakan golongan trimethylxanthine, alkaloid yang terdapat dalam biji
kopi berasal dari Arab dan Etiopia. Kafein berkhasiat untuk menstimulasi sistem saraf
pusat dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, mengantuk, meningkatkan daya
konsentrasi dan kecepatan reaksi otak, serta memperbaiki suasana jiwa. Kafein juga
memberikan efek memperkuat kontriksi jantung, vasodilatasi dan diuretis.
3.3.Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Pelarut Aquades : Methanol (60:40)
Aquades Methanol
Larutan Paracetamol +
Kafein
- Akurasi dan Presisi
3.3.6 Pembuatan Larutan Standar Sampel
Larutan sampel
3.3.8 Penentuan Kadar (100%)
Larutan sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Linieritas
- rentang linieritas paracetamol = 5-50ppm
- rentang caffeine (1/10 dari paracetamol) = 0,5-5ppm
Perhitungan Baku Induk
a) Perhitungan baku induk paracetamol
Diketahui : massa = 10mg
volume = 10mL
Ditanya : Konsentrasi (ppm)?
Jawab : 1ppm = 1mg/L
ppm =
ppm = 1000ppm
jadi, konsentrasi larutan baku induk paracetamol yaitu 1000ppm
Kemudian dari larutan baku induk caffein dijadikan larutan baku antara,
karena perbandingan antara paracetamol dan caffeine dalam obat yaitu (10:1).
Diketahui : M1 = 1030ppm
M2 = 100ppm
V2 = 10ml
Ditanya : Larutan baku induk yang harus dipipet (V1)?
Jawab : M1 . V = M2 . V2
1030 . V1 = 100 . 10
V1 = (100 .10)/1030
V1 = 0,97mL atau 970µL
Jadi, konsentrasi larutan baku induk yang harus dipipet yaitu
0,97mL atau 970µL.
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
V1 = V1 =
y = 4079,8x – 9498,2
R2 = 0, 9980
R = 0, 9989
y = 21585x – 5054,4
R2 = 0, 9989
R = 0, 9994
4.0 4374 0
0 2 4 6
4.5 4909
y = 1212,1x – 484,65
R2 = 0, 9996
R = 0, 9997
ppm =
ppm = 400 ppm
2) Pengenceran larutan sampel (80% ; 100% ; 120%)
Diketahui :
M1 = 400 ppm
M2 100% = 30 ppm
Volume = 10 mL
Ditanya : Volume yang harus diambil (V1) ?
Jawab :
a. 100%
M1.V1 = M2.V2
V1 =
=
= 0,75 mL = 750
b. 80%
M1.V1 = M2.V2
V1 =
=
= 0,60 mL = 600
c. 120%
M1.V1 = M2.V2
V1 =
=
= 0,90 mL = 900
∑
Rata-rata berat tablet =
= 699,73 mg
4) Perhitungan berat serbuk sampel obat setara 10 mg paracetamol
Diketahui :
- Berat = 10 mg
- Kandungan tablet = 500 mg
- Rata-rata bobot tablet = 699,73 mg
Ditanya : serbuk yang harus ditimbang ?
Jawab :
Serbuk yang ditimbang =
= 13,9946 mg
= 94,3 %
Replikasi 2 1284087 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 55639x – 118542
1284087 = 55639x – 118542
1402629 = 55639x
x = 25,2
akurasi 80 % =
=
= 105 %
Replikasi 3 1180353 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 55639x – 118542
1180353 = 55639x – 118542
1298895 = 55639x
x = 23,34
akurasi 80 % =
=
= 97,25%
= 98,85%
b. Perhitungan Akurasi 100% pada Regresi Area Puncak
Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 580495 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
580495 = 55639x – 118542
699037 = 55639x
x = 12,56
akurasi 100 % =
= 41,8 %
Replikasi 2 520542 Konsentrasi Teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
520542 = 55639x – 118542
639084 = 55639x
x = 11,48
akurasi 100 % =
= 38,26 %
Replikasi 3 316990 Konsentrasi Teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
316990 = 55639x – 118542
435532 = 55639x
x = 7,82
akurasi 80 % =
=
= 32,58 %
= 37,54%
=
= 103,3 %
Replikasi 2 1748923 Konsentrasi Teoritis 120% = 36 ppm
y = 55639x – 118542
1748923= 55639x – 118542
1867465= 55639x
x = 33,5
akurasi 120 % =
= 93 %
Replikasi 3 1753951 Konsentrasi Teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
1753951 = 55639x – 118542
1872493 = 55639x
x = 33,6
akurasi 120 % =
= 93,3%
= 96,54 %
Akurasi Data Tinggi
Data Tinggi
Data 80% Data 100% Data 120%
88028 49025 160414
102052 43514 145528
96263 26990 150729
= 99,5 %
Replikasi 2 102052 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
102052 = 4079,8x – 9498,2
111550,2 = 4079,8x
x = 27,34
akurasi 80% =
=
= 113,9 %
Replikasi 3 96263 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
96263 = 4079,8x – 9498,2
105761,2 = 4079,8x
x = 25,92
akurasi 80% =
=
= 108 %
= 107,13%
b. Perhitungan Akurasi 100% pada Regresi Tinggi Puncak
Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 49025 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
49025 = 4079,8x – 9498,2
58523,2 = 4079,8x
x = 14,3
akurasi 100 % =
= 47,6%
Replikasi 2 43514 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
43514 = 4079,8x – 9498,2
53012,2 = 4079,8x
x = 12,99
akurasi 100 % =
= 43,3%
Replikasi 3 26990 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
26990 = 4079,8x – 9498,2
36488,2 = 4079,8x
x = 8,94
akurasi 100 % =
= 29,8%
= 40,23%
c. Perhitungan Akurasi 120% pada Regresi Tinggi Puncak
Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 160414 Konsentrasi teoritis 120% = 36 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
160414 = 4079,8x – 9498,2
169912,2 = 4079,8x
x = 41,6
akurasi 120 % =
= 115,5 %
= 102,7 %
= 109 %
= 109,06 %
=√ =
= 5,56%
=√
=√
= 1,32
b. Rentang 100%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟
=√ =
= 23,37%
=√
=√
= 2,48
c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟
=√ =
= 6,06%
=√
=√
= 2,10
=√ =
= 6,68 %
=√
=√
= 1,72
b. Rentang 100%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD =
𝑃𝑟
=√ =
=√ = 23,115%
=√
= 2,79
c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟
=√ =
= 5,72 %
=√
=√
= 2,25
= 51,68%
= 19,71%
= 92,74%
Akurasi 80% =
= 67,7%
= 70,5%
= 28,61%
= 92,55%
=√ =
=√ = 1,048%
=√
= 0,013
b. Rentang 100%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD =
𝑃𝑟
=√ =
= 23,06%
=√
=√
= 0,1363
c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟
=√ =
= 37,01 %
=√
=√
= 1,2325
=√ =
=√ = 0,035%
=√
= 0,000593
b. Rentang 100%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟
=√ =
=√ = 19,72%
=√
= 0,168
c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD =
𝑃𝑟
=√ =
=√ = 23,51 %
=√
= 0,780
y = 55639x – 118542
Sy/x = √
=√ =√ = 133,021.255
LOD =
= = 7,17 ppm
LOQ =
= = 23,90 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
Sy/x = √
=√ =√ = 7,579.756
LOD =
= = 5,57 ppm
LOQ =
= = 18,57 ppm
y = 21585x – 5054,4
Sy/x = √
=√ =√ = 5,266.439
LOD =
= = 0,73 ppm
LOQ =
= = 2,43 ppm
y = 1212,1x – 484,65
Sy/x = √
=√ =√ = 238.99590869929
LOD =
= = 0,59 ppm
LOQ =
= = 1,97 ppm
%Kadar Sampel =
= 39,7%
b. Replikasi 2
Y = 572162
y = 55639x – 118542
572162 = 55639x – 118542
690704= 55639x
X = 12,41
%Kadar Sampel =
=
= 41,38%
c. Replikasi 3
Y = 1581925
y = 55639x – 118542
1581925 = 55639x – 118542
1700467 = 55639x
X = 30,56
%Kadar Sampel =
=
= 101,875%
%Kadar Sampel =
=
= 47,56%
b. Replikasi 2
Y = 52092
y = 4079,8x – 9498,2
52092 = 4079,8x – 9498,2
61590,2 = 4079,8x
X = 15,09
%Kadar Sampel =
=
= 50,32%
c. Replikasi 3
Y = 145283
y = 4079,8x – 9498,2
145283 = 4079,8x – 9498,2
154781,2 = 4079,8x
X = 37,9
%Kadar Sampel =
=
= 126,46%
%Kadar Sampel =
=
= 25,94%
b. Replikasi 2
y = 12659
y = 21585x – 5054,4
12659 = 21585x – 5054,4
17713,4 = 21585x
X = 0,83
%Kadar Sampel =
=
= 27,35%
c. Replikasi 3
y = 37905
y = 21585x – 5054,4
37905 = 21585x – 5054,4
42959,4 = 21585x
X = 1,990
%Kadar Sampel =
=
= 66,34%
c. Replikasi 3
y = 2516
y = 1212,1x – 484,65
2516 = 1212,1x – 484,65
3000,65 = 1212,1x
X = 2,47
%Kadar Sampel =
=
= 82,51%
Selektivitas
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dalam menentukan kadar
parasetamol dan kafein dalam sampel obat dengan instrumen HPLC. Sampel obat
yang digunakan adalah merk saridon. Adapun prinsip dasar dari HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) yaitu pemisahan analit dalam kolom
kromatografi berdasarkan kepolarannya pada aliran fase gerak yang membawa
campuran analit melalui fase diam dimana pemisahan komponen-komponen terjadi
karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam sehingga
terjadi perbedaan waktu perpindahan setiap komponen dalam campuran.
Larutan uji Parasetamol Kafein dengan konsentrasi 80, 100 dan 120 ppm.
Larutan uji adalah larutan yang diperlakukan sama dengan larutan sampel yang
konsentrasinya telah diketahui sebelumnya. Replikasi larutan uji sebanyak 3 kali
digunakan untuk validasi metode presisi dan akurasi. Dokumen ICH
merekomendasikan bahwa akurasi ditetapkan dengan menggunakan minimal 9
penetapan meliputi 3 tingkat konsentrasi berbeda yang telah ditetapkan (misalnya 3
konsentrasi dan 3 replikasi untuk masing-masing konsentrasi) dan repetabilitas
(Presisi) ditentukan dengan menggunakan minimal 9 penetapan meliputi suatu
rentang konsentrasi khusus untuk prosedur (misalnya 3 konsentrasi dan 3 replikasi
untuk masing-masing konsentrasi, atau minimal 6 penetapan pada konsentrasi uji
100%)
Langkah selanjutnya yaitu melakukan validasi metode. Validasi metode suatu
prosedur analisis adalah proses yang ditetapkan melalui kajian laboratorium bahwa
karakteristik kinerja prosedur tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Validasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah linieritas,
presisi, akurasi, LOD dan LOQ.
Linieritas diperoleh dan konsentrasi seri masing-masing sampel yakni
parasetamol dan kafein. Berdasarkan data yang diperoleh, kurva baku larutan seri
parasetamol diperoleh R 2 = 0,9977 dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah
y = 55639x – 118542 . Sedangkan kurva baku larutan seri kafein diperoleh R 2 =
0,9989, dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 21585x + 5054,4.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai RSD larutan uji parasetamol berturut-
turut adalah 5,56% ; 23,37% ; 6,06% dan nilai RSD larutan uji kafein berturut-turut
yaitu 1,048% ; 23,06% ; 37,01%. Karena nilai RSD larutan uji parasetamol < 2%
maka validasi metode parameter presisi tidak valid. Sedangkan pada kafein nilai RSD
> 2% maka validasi metode parameter presisi valid. Untuk validasi presisi diperoleh
rata-rata % recovery larutan uji parasetamol adalah 98,85% ; 37,54% ; 96,54% dan
rata-rata % recovery larutan uji kafein adalah 51,68% ; 19,71% ; 92,74%. Karena nilai
% recovery berada di rentang 95% - 105% maka validasi metode parameter akurasi
valid. Hasil ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki akurasi yang
baik pada validasi metode.
Untuk validasi metode LOD dan LOQ, apabila LOD lebih kecil dari kadar
sampel maka sampel dapat terdeteksi, apabila nilai LOQ lebih kecil dari kadar sampel
maka sampel dapat dikuantifikasi. Untuk parasetamol menggunakan data area
diperoleh LOD sebesar 7,17 ppm dan LOQ sebesar 23,90 ppm. Sedangkan pada data
tinggi diperoleh LOD sebesar 5,57 ppm dan LOQ sebesar 18,57 ppm. Untuk kafein
menggunakan data area diperoleh LOD sebesar 0,73 ppm dan LOQ sebesar 2,43 ppm.
Sedangkan pada data tinggi diperoleh LOD sebesar 0,59 ppm dan LOQ sebesar 1,97
ppm.
Berdasarkan Farmakope Indonesia kadar parasetamol yang diperoleh untuk
analisis adalah pada rentang 90-110%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
kadar kafein maupun parasetamol tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan dan hasil replikasi sampel tidak menunjukkan hasil yang presisi. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan
zat aktif dalam sampell. Selain itu, pengenceran larutan sampel juga berpengaruh
terhadap kadar yang diperoleh.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
metode yang digunakan sudah cukup baik, karena memberikan nilai linieritas,
akurasi, LOD dan LOQ yang baik. Akan tetapi, nilai presisi atau keterulangan yang
diperoleh tidak baik, serta dari hasil pengukuran didapatkan kadar paracetamol dari
data puncak yaitu 39,7 ; 41,38 ; 101,875%. Sedangkan kadar paracetamol yang
diperoleh dari data tinggi puncak yaitu 47,56% ; 50,32% ; 126,46%. Dan kadar kafein
dari data area puncak sebesar 25,94% ; 27,35% ; dan 66,34%. Sedangkan kadar kafein
dari data tinggi puncak yaitu 35,85%; 37,52% ; dan 82,51%. Dari hasil kadar yang
perolehan menunjukkan tidak memenuhi persyaratan pada farmakope, hal ini
dimungkinkan karena pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan zat
aktif dalam sampel, serta ketidaktelitian dalam pengenceran.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G. & Rohman, A., 2012, Analisis Obat secara Spektroskopi dan Kromatografi, 70-
72, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Gapar, R.S. 2003. Interaksi Obat Beta-Blocker dengan Obat-obat lain. Bagian Farmakologi
FK USU, Medan
Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi
Bangunan. Jakarta: Erlangga.
Kriswanto. 2013. Pengembangan dan Uji Validasi Metode Analisa Kadar Parasetamol dan
Kafein dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia
Naid, Tadjuddin dkk. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam tablet Kombinasi dengan
Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis. Majalah Farmasi dan Farmakologi (Volume
15, No.2, hlm. 77-82). Makassar
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. Edisi VI. Cetakan III.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo