Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM

VALIDASI METODE ANALISIS CAMPURAN PARACETAMOL DAN CAFFEIN


DALAM SEDIAAN FARMASI MENGGUNAKAN METODE HPLC

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Obat dan Narkoba


Yang dibina oleh Bapak Lukky Jayadi S.Far, M.Farm, Apt

Disusun oleh :
Pramesthi Putri Rahmantika P17120191002
Hanida Nur Prabandari P17120191006
Firani Puspa Denisia P17120191007
Nuangke Gratia Arum P P17120191008
Fheren Cita Mahanani P17120191009
Yuan Argi Firanda P17120193023
Mamik Umayatus Saida P17120193026
Amadea Damara P17120193032
Siti Cholifah P17120193037
Ibnatus Afli Rahmantika P17120193038
Yayi Sutra Wuni P17120193045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN GIZI
D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sediaan farmasi yang beredar di pasaran sebagian besar merupakan campuran zat
aktif. Campuran tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan
dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang sering digunakan adalah
parasetamol yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik dan kafein sebagai stimulan
sistem saraf pusat. Dalam pemasaran sediaan farmasi yang beredar, pemeriksaan mutu
suatu obat mutlak diperlukan untuk menjamin bahwa sediaan obat mengandung bahan
dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan serta diikuti dengan prosedur analisis
standar, sehingga menunjang efek terapeutik yang diharapkan (Naid, dkk.,2011).
Parasetamol adalah salah satu obat yang umum digunakan di dunia sebagai
analgetik dan antipiretik yang secara farmakologi mengurangi jumlah prostaglandin,
sehingga membantu untuk mencegah sakit kepala dan nyeri lainnya seperti migrain, sakit
kepala, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri sendi, linu, nyeri umum, sakit gigi,
dismenore dan juga digunakan untuk pengurangan demam bakteri atau virus. Sangat
cocok digunakan sebagian besar orang, termasuk anak-anak muda dan tua, namun jika
digunakan secara terus-menerus akan memberikan efek samping yaitu menyebabkan
hepatotoksik. Kafein digunakan sebagai diuretik dan stimulan saraf pusat. Kombinasi
parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan berbagai
merek dagang. Kombinasi tersebut digunakan untuk mencapai efek yang lebih baik dan
toksisitas yang lebih rendah, sangat penting untuk mengontrol isi kadar parasetamol dan
kafein dalam tablet kombinasi (Vichare, 2010).
Dalam berbagai merek dagang, parasetamol dan kafein memiliki kandungan yang
bervariasi dengan konsentrasi kafein yang terbilang lebih kecil dan kedua zat aktif
tersebut memiliki nilai serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan,
sehingga mengakibatkan terjadinya tumpang tindih spektra (overlapping) apabila
penetapan kadar dilakukan menggunakan metode spektrofotmetri. Berdasarkan
farmakope yang berlaku untuk melakukan penetapan kadar parasetamol dalam bentuk
sediaan tablet menggunakan Kromatrografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang dapat
memberikan sensitifitas dan spesifitas tinggi.
Beberapa literatur penetapan kadar mengungkapkan metode yang dapat digunakan
dalam penentuan kadar parasetamol antara lain dengan titrimetri, kromatografi,
elektrokimia, dan teknik spektrofotometri. Dalam penentuan kadar kafein dapat
digunakan metode spektrofotometri, KCKT, dan Fourier Transform Infrared
Spectrometer (FTIR). Penelitian sebelumnya banyak menggunakan metode
spektrofotometri, karena metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan
metode yang memerlukan biaya relatif mahal (Naid, dkk.,2011).
Berdasarkan hal tersebut, belum ada laporan mengenai penggunakan metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk penentuan kadar parasetamol dan kafein
pada tablet kombinasi tanpa pemisahan terlebih dahulu yang memiliki sensitifitas dan
spesifitas tinggi (Vichare, 2010).

1.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar kandungan paracetamol
dan kafein pada sediaan obat menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Paracetamol
Parasetamol atau asetaminofen merupakan derivat amino fenol yang merupakan
metabolit fenasetin dengan efek analgetik. Efek analgetik parasetamol dapat mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol juga dapat menurunkan suhu tubuh
berdasarkan efek sentral, yaitu anti-piretik. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat
lemah yang dikarenakan kemampuannya dalam menghambat biosintesis prostaglandin
lemah sehingga tidak dapat digunakan sebagai antireumatik.

Gambar 2.1 Struktur molekul parasetamol

Parasetamol juga dapat menurunkan suhu tubuh berdasarkan efek sentral, yaitu
anti-piretik. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat lemah yang dikarenakan
kemampuannya dalam menghambat biosintesis prostaglandin lemah sehingga tidak dapat
digunakan sebagai antireumatik.

Secara farmakokinetik, parasetamol di absorpsi dengan cepat dan sempurna dari


usus. Terjadi reaksi biotransformasi parasetamol selama perjalanan dalam tubuh,
parasetamol akan bertransformasi menjadi methemoglobin. Pada orang dewasa, hal ini
tidak menjadi kendala karena akan di reduksi oleh enzim hemoglobin. Tetapi, pada bayi
dan anak-anak hal ini perlu perhatian mengingat sistem enzim pereduksi belum di bentuk
secara sempurna oleh tubuh. (Mutschler, 1999). Pada dosis yang berlebih parasetamol
dapat menyebabkkan nekrosis sel hati yang parah, dengan kata lain hepatotoksik. Hal ini
terjadi karena metabolit parasetamol berikatan dengan protein sel hati sehingga terjadi
reaksi akibat oksidasi mikrosomal pada protein sel hati. Parasetamol memiliki dosis lazim
dalam sediaan tunggal, yaitu 500-1000 mg.

2.2. Kafein
Kafein merupakan golongan trimethylxanthine, alkaloid yang terdapat dalam biji
kopi berasal dari Arab dan Etiopia. Kafein berkhasiat untuk menstimulasi sistem saraf
pusat dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, mengantuk, meningkatkan daya
konsentrasi dan kecepatan reaksi otak, serta memperbaiki suasana jiwa. Kafein juga
memberikan efek memperkuat kontriksi jantung, vasodilatasi dan diuretis.

Gambar 2.2 Struktur molekul kafein


Kafein sering dikombinasikan dengan parasetamol dan aspirin untuk memperkuat
efek analgetiknya. Kombinasi tetap tersebut atas kemampuan metilxantin yang
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah serebral. Penggunaannya sebagai penyegar
yang bekerja secara adiktif. Efek samping yang timbul akibat konsumsi kafein lebih dari
10 cangkir kopi sehari adalah jantung berdebar, gangguan lambung, tangan gemetar,
gelisah, ingatan berkurang dan sukar tidur. Kadar kafein yang terkandung dalam satu
cangkir kopi adalah 80-100 mg.
Dosis kafein pada keadaan rasa letih 100-200 mg per hari dengan pemakian 1-3
kali sehari, sehingga dosis penyesuaian yang digunakan bersama dengan analgetik adalah
50 mg. (Tjay dan Rahardja, 2013).

2.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


Kromatograsi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau disebut juga dengan HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) merupakan alat instrumen dengan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu
dalam suatu sampel pada beberapa bidang. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
digunakan untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, biologis, senyawa
yang tidak mudah menguap, isolasi senyawa dan pemurnian senyawa. Namun, KCKT
memiliki keterbatasan dalam identifikasi senyawa yang komplek karena sulit untuk
memperoleh resolusi yang baik, kecuali KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa
(MS).
Teknik dasar pemisahan kromatografi adalah perbedaan kecepatan migrasi analit
melalui fase diam dengan gerakan fase gerak cair yang digunakan untuk penentuan
kualitatif dan kuantitatif senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap.
2.3.1. Komponen pokok KCKT
a. Fase gerak
Fase gerak terdiri atas campuran pelarut yang secara keseluruhan dapat
bercampur dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ditentukan oleh
polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponenkomponen
sampel. Untuk fase normal, fase diam lebih polar daripada fase gerak sehingga
daya elusi meningkat dengan meningkatkan polaritas pelarut. Sementara untuk
fase terbalik, fase diam kurang polar daripada fase gerak sehingga daya elusi
menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Fase gerak diletakkan dalam wadah gelas yang dapat menampung fase
gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Pada saat membuat pelarut, buffer dan
reagen sangat dianjurkan dengan pelarut yang memiliki kemurnian tinggi dan
lebih terpilih lagi jika pelarut yang akan digunakan untuk KCKT adalah derajat
KCKT (HPLC grade).
b. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa harus inert
(tidak mudah bereaksi) terhadap fase gerak. Pompa yang digunakan sebaiknya
mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan alir 3 ml/menit.
Pompa berfungsi sebagai penghantar fase gerak yang berlangsung secara
tepat, reprodusibel, konstan dan bebas dari gangguan. Tipe pompa terdapat dua
jenis, namun sejauh ini yang umum digunakan adalah pompa dengan aliran fase
gerak yang konstan.
c. Tempat injeksi
Sampel yang akan di analisis dibuat dalam bentuk cair dan larutan,
kemudian disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di
bawah tekanan menuju kolom. Sampel yang diinjeksikan akan digelontori
melewati keluk sampel dan kelebihannya akan dikeluarkan ke pembuang. Pada
saat penyuntikkan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk
sampel dan menggelontor sampel ke kolom.
d. Kolom
Terdapat dua jenis kolom pada KCKT, yaitu kolom konvensional dan
kolom mikrobor. Namun dalam prakteknya, yang banyak digunakan adalah kolom
konvensial karena kolom konvensional lebih tahan dan bermanfaat untuk analisis
rutin. Kolom konvensional terbuat dari stainless steel yang memiliki ukuran
panjang bervariasi (3, 10, 15, 20 dan 25cm) dengan diameter luar 0,25 inchi dan
diameter dalam 4,6 mm. Di dalam kolom terdapat fase diam dengan ukuran yang
sama rata-rata diameter partikel 3,5 atau 10 µm dengan porositas yang kecil.
Tekanan operasional yang digunakan kolom konvensional sekitar 500-3000 psi.
Kolom konvensional memiliki kinerja dengan meningkatnya efisiensi
dengan berkurangnya ukuran partikel fase diam, akan tetapi umur kolom dengan
ukuran partikel 3 µm lebih pendek.
e. Fase diam
Fase diam yang banyak digunakan adalah silika. Permukaan silika adalah
polar dan sedikit asam. Fase diam silika yang banyak digunakan adalah oktadesil
silika (ODS atau C18), karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktadesil silika merupakan silika
yang dimodifikasi secara kimiawi dan hasil reaksi tersebut adalah silika fase
terikat yang stabil terhadap hidrolisis. Silika yang dimodifikasi ini mempunyai
karakteristik kromatografik dan selektifitas yang berbeda jika dibandingkan
dengan silika yang tidak dimodifikasi.Oktadesil silika memiliki karakteristik non-
polar, kisaran pH sekitar 2,5 – 7,5 dan akan mampu memisahkan sejumlah besar
solut.
BAB III
METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 17 Oktober 2021 di Laboratorium
Kimia Universitas Ma Chung Malang.

3.2.Alat dan Bahan


 Alat
- Labu ukur 25 ml - Beaker glass
- Labu ukur 10 ml - Suntikan
- Pipet tetes - Pipet mikro
- Spatula - Vial
- Timbangan analitik - Seperangkat alat HPLC
- Beaker glass 500 ml
 Bahan
- Baku parasetamol
- Baku kafein
- Sampel tablet obat saridon (500 mg paracetamol + 50 mg kafein)
- Aquades
- Methanol

3.3.Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Pelarut Aquades : Methanol (60:40)

Aquades Methanol

- Dituang aquades sebanyak 300 ml ke


dalam beaker glass 500 ml.
- Kemudian, ditambahkan dengan
methanol sebanyak 200 ml.
- Diaduk hingga homogen.

Larutan aquades : methanol


500 ml
- Linieritas
3.3.2 Pembuatan Larutan Baku Induk Paracetamol

Baku Paracetamol Aquades : methanol (60:40)

 Ditimbang baku paracetamol sebanyak 10


mg dalam labu ukur 10 ml.
 Kemudian, ditambahkan aquades :
methanol dengan perbandingan 60:40.
 Dilakukan pengocokan hingga homogen.

Larutan baku induk paracetamol

3.3.3 Pembuatan Larutan Baku Induk Kafein

Baku Kafein Aquades : methanol (60:40)

 Ditimbang baku kafein sebanyak 10 mg


dalam labu ukur 10 ml.
 Kemudian, ditambahkan aquades :
methanol dengan perbandingan 60:40.
 Dilakukan pengocokan hingga homogen.

Larutan baku induk kafein

3.3.4 Pembuatan Larutan Baku Antara Kafein

Baku Kafein Aquades : methanol (60:40)

 Dipipet baku kafein sebanyak 0,97 ml ke


dalam labu ukur 10 ml.
 Kemudian, ditambahkan aquades :
methanol dengan perbandingan 60:40.
 Dilakukan pengocokan hingga homogen.

Larutan baku antara


kafein
3.3.5 Pembuatan Deret Larutan Standar Paracetamol dan Kafein

Larutan baku Baku antara kafein Aquades : methanol


paracetamol (60:40)

 Larutan baku paracetamol yang


telah dibuat, dipipet sebanyak 0,05
ml; 0,1 ml; 0,15 ml; 0,2 ml; 0,25
ml; 0,3 ml; 0,35 ml; 0,4 ml; 0,45
ml; 0,5 ml.
 Kemudian, masing-masing larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur
10 ml.
 Lalu, ditambahkan dengan baku
antara kafein sebanyak 0,05 ml;
0,1 ml; 0,15 ml; 0,2 ml; 0,25 ml;
0,3 ml; 0,35 ml; 0,4 ml; 0,45 ml;
0,5 ml ke dalam labu ukur 10 ml
yang sebelumya telah berisi
larutan baku paracetamol.
 Ditambahkan pelarut pelarut
aquades : methanol (60:40) hingga
tanda batas.
 Dilakukan pengocokan hingga
homogen.
 Lalu, masing-masing larutan
dimasukkan ke dalam vial.
 Kemudian, dilakukan penyaringa.
 Dipindahkan larutan ke dalam vial
HPLC 1,5 ml.
 Dilakukan pengukuran dengan
HPLC.

Larutan Paracetamol +
Kafein
- Akurasi dan Presisi
3.3.6 Pembuatan Larutan Standar Sampel

Sampel Aquades : methanol (60:40)

 Ditimbang masing-masing sampel tablet


obat yang mengandung paracetamol dan
kafein. Kemudian dihaluskan.
 Setelah itu, ditimbang serbuk sampel obat
sebanyak 13,9946 dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 25 ml.
 Kemudian, ditambahkan aquades :
methanol dengan perbandingan 60:40
hingga tanda batas.
 Dilakukan pengocokan hingga homogen.

Larutan standar sampel


3.3.7 Pengenceran Larutan Sampel (80%, 100%, dan 120%)

Larutan sampel Aquades : methanol (60:40)

 Larutan sampel yang telah dibuat, dipipet


sebanyak 0,6 ml (80%), 0,75 ml (100%),
dan 0,9 ml (120%).
 Kemudian masing-masing larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml.
 Ditambahakan dengan aquades :
methanol dengan perbandingan 60:40
hingga tanda batas.
 Dilakukan pengocokan hingga homogen.
 Setelah itu, larutan sampel dimasukkan ke
dalam vial.
 Lalu kemudian dipindahkan sebanyak 1,5
ml ke dalam vial HPLC.
 Dilakukan pengukuran dengan HPLC.
 Masing-masing perlakuan dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali.

Larutan sampel
3.3.8 Penentuan Kadar (100%)

Larutan standar sampel Aquades : methanol (60:40)

 Larutan sampel yang telah dibuat, dipipet


sebanyak 0,75 ml.
 Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 ml.
 Ditambahakan dengan aquades :
methanol dengan perbandingan 60:40
hingga tanda batas.
 Dilakukan pengocokan hingga homogen.
 Setelah itu, larutan sampel dimasukkan ke
dalam vial.
 Lalu kemudian dipindahkan sebanyak 1,5
ml ke dalam vial HPLC.
 Dilakukan pengukuran dengan HPLC.
 Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

Larutan sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
Linieritas
- rentang linieritas paracetamol = 5-50ppm
- rentang caffeine (1/10 dari paracetamol) = 0,5-5ppm
 Perhitungan Baku Induk
a) Perhitungan baku induk paracetamol
Diketahui : massa = 10mg
volume = 10mL
Ditanya : Konsentrasi (ppm)?
Jawab : 1ppm = 1mg/L
ppm =
ppm = 1000ppm
jadi, konsentrasi larutan baku induk paracetamol yaitu 1000ppm

b) Perhitungan baku induk kafein


Diketahui : massa = 10,3 mg
volume = 10mL
Ditanya : Konsentrasi (ppm)?
Jawab : 1ppm = 1mg/L
ppm =
ppm = 1030ppm
Jadi, konsentrasi larutan baku induk paracetamol yaitu 1030ppm.

Kemudian dari larutan baku induk caffein dijadikan larutan baku antara,
karena perbandingan antara paracetamol dan caffeine dalam obat yaitu (10:1).
Diketahui : M1 = 1030ppm
M2 = 100ppm
V2 = 10ml
Ditanya : Larutan baku induk yang harus dipipet (V1)?
Jawab : M1 . V = M2 . V2
1030 . V1 = 100 . 10
V1 = (100 .10)/1030
V1 = 0,97mL atau 970µL
Jadi, konsentrasi larutan baku induk yang harus dipipet yaitu
0,97mL atau 970µL.

 Perhitungan Deret Larutan Standar


Untuk menghitung berapa ml larutan baku paracetamol dan baku antara
caffein yang harus dipipet untuk pembuatan deret standar dengan perbandingan
konsentrasi baku paracetamol : baku antara caffein (10:1).

Baku paracetamol yang harus Baku antara caffein yang harus


Standar dipipet
dipipet
1 Konsentrasi 5 ppm Konsentrasi 0,5 ppm
diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 5ppm M2 = 0,5ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 5 . 10 100 . V1 = 0,5 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,05 mL atau 50 µL V1 = 0,05 mL atau 50 µL


2 Konsentrasi 10 ppm Konsentrasi 1 ppm
diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 10ppm M2 = 1ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 10 . 10 100 . V1 = 1 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,10 mL atau 100 µL V1 = 0,1 mL atau 100 µL

3 Konsentrasi 15 ppm Konsentrasi 1,5 ppm


diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 15ppm M2 = 1,5ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 15 . 10 100 . V1 = 1,5 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,15 mL atau 150 µL V1 = 0,15 mL atau 150 µL


4 Konsentrasi 20 ppm Konsentrasi 2 ppm
diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 20ppm M2 = 2ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 20 . 10 100 . V1 = 2 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,20 mL atau 200 µL V1 = 0,20 mL atau 200 µL


5 Konsentrasi 25 ppm Konsentrasi 2,5 ppm
diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 25ppm M2 = 2,5ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 25 . 10 100 . V1 = 2,5 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,25 mL atau 250 µL V1 = 0,25 mL atau 250 µL

6 Konsentrasi 30 ppm Konsentrasi 3 ppm


diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 30ppm M2 = 3ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 30 . 10 100 . V1 = 3 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,30 mL atau 300 µL V1 = 0,30 mL atau 300 µL


7 Konsentrasi 35 ppm Konsentrasi 3,5 ppm
diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 35ppm M2 = 3,5ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 35 . 10 100 . V1 = 3,5 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,35 mL atau 350 µL V1 = 0,35 mL atau 350 µL

8 Konsentrasi 40 ppm Konsentrasi 4 ppm


diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 40ppm M2 = 4ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 40 . 10 100 . V1 = 4 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,40 mL atau 400 µL V1 = 0,40 mL atau 400 µL

9 Konsentrasi 45 ppm Konsentrasi 4,5 ppm


diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 45ppm M2 = 4,5ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 45 . 10 100 . V1 = 4,5 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,45 mL atau 450 µL V1 = 0,45 mL atau 450 µL

10 Konsentrasi 50 ppm Konsentrasi 5 ppm


diketahui : M1 = 1000ppm diketahui : M1 = 100ppm
M2 = 50ppm M2 = 5ppm
V2 = 10ml V2 = 10ml
ditanya :Volume yang ditanya :Volume yang
dipipet(V1)? dipipet(V1)?
jawab : M1 . V1 = M2 . V2 jawab : M1 . V1 = M2 . V2
1000 . V1 = 50 . 10 100 . V1 = 5 . 10

V1 = V1 =

V1 = 0,50 mL atau 500 µL V1 = 0,50 mL atau 500 µL

 Kurva Linier Area Paracetamol (dipilih 6 titik terbaik)


Konsentrasi Area 3000000
5 256401 2500000 Series1
10 420469 2000000
15 546567 1500000 Linear
1000000 (Series1)
35 1958178
500000 Linear
45 2451913
0 (Series1)
50 2557518 0 20 40 60
y = 55639x – 118542
R2 = 0,9977
R = 0,9988

 Kurva Linier Tinggi Paracetamol


Konsentrasi Linier Tinggi 250000
5 20025 200000
Series1
10 31405 150000
15 38903 100000
Linear
40 153700 50000 (Series1)
45 180694 0
50 191452 0 20 40 60

y = 4079,8x – 9498,2
R2 = 0, 9980
R = 0, 9989

 Kurva Linier Area Kafein


Konsentrasi Area 120000
0.5 3796 100000
3.0 58995 80000 Series1
3.5 76498 60000
40000 Linear
4.0 82004
20000 (Series1)
4.5 92918
0
5.0 97950 0 2 4 6

y = 21585x – 5054,4
R2 = 0, 9989
R = 0, 9994

 Kurva Linier Tinggi Kafein


Linier 6000
Konsentrasi y = 1214.1x - 484.65
Tinggi 5000 R² = 0.9996
0.5 324 4000 Series1
1.0 489 3000
3.0 3013 2000 Linear
3.5 4015 1000 (Series1)

4.0 4374 0
0 2 4 6
4.5 4909

y = 1212,1x – 484,65
R2 = 0, 9996
R = 0, 9997

Akurasi dan Presisi


 Perhitungan Sampel
1) Konsentrasi larutan sampel
Diketahui :
- Massa sampel = 10 mg
- Volume = 25 mL = 0,025 L
Ditanya : Konsentrasi (ppm) ?
Jawab :
1 ppm = 1 mg/L

ppm =
ppm = 400 ppm
2) Pengenceran larutan sampel (80% ; 100% ; 120%)
Diketahui :
M1 = 400 ppm
M2 100% = 30 ppm
Volume = 10 mL
Ditanya : Volume yang harus diambil (V1) ?
Jawab :
a. 100%
M1.V1 = M2.V2
V1 =
=
= 0,75 mL = 750

b. 80%

M1.V1 = M2.V2
V1 =
=
= 0,60 mL = 600

c. 120%
M1.V1 = M2.V2
V1 =
=
= 0,90 mL = 900

3) Penimbangan rata-rata penimbangan tablet


Tablet Berat
1 701,2 mg
2 699,4 mg
3 700,1 mg
4 702,6 mg
5 701,3 mg
6 699,1 mg
7 701,6 mg
8 697,0 mg
9 702,4 mg
10 692,6 mg


Rata-rata berat tablet =

= 699,73 mg
4) Perhitungan berat serbuk sampel obat setara 10 mg paracetamol
Diketahui :
- Berat = 10 mg
- Kandungan tablet = 500 mg
- Rata-rata bobot tablet = 699,73 mg
Ditanya : serbuk yang harus ditimbang ?
Jawab :
Serbuk yang ditimbang =

= 13,9946 mg

Akurasi dan Presisi Paracetamol


Data Area Paracetamol :
Akurasi 80% Akurasi 100% Akurasi 120%
1140997 580495 1953900
1284087 520542 1748923
1180353 316990 1753951

 Akurasi Data Area


a. Perhitungan Akurasi 80% pada Regresi Area Puncak
Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 1140997 Konsentrasi teoritis 80% = 24 ppm
y = 55639x – 118542
1140997 = 55639x – 118542
1259539 = 55639x
x = 22,637
akurasi 80 % =
=

= 94,3 %
Replikasi 2 1284087 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 55639x – 118542
1284087 = 55639x – 118542
1402629 = 55639x
x = 25,2
akurasi 80 % =
=

= 105 %
Replikasi 3 1180353 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 55639x – 118542
1180353 = 55639x – 118542
1298895 = 55639x
x = 23,34
akurasi 80 % =
=

= 97,25%

Rata-rata akurasi 80% =

= 98,85%
b. Perhitungan Akurasi 100% pada Regresi Area Puncak
Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 580495 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
580495 = 55639x – 118542
699037 = 55639x
x = 12,56
akurasi 100 % =

= 41,8 %
Replikasi 2 520542 Konsentrasi Teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
520542 = 55639x – 118542
639084 = 55639x
x = 11,48
akurasi 100 % =

= 38,26 %
Replikasi 3 316990 Konsentrasi Teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
316990 = 55639x – 118542
435532 = 55639x
x = 7,82
akurasi 80 % =
=

= 32,58 %

Rata-rata akurasi 100% =

= 37,54%

c. Perhitungan Akurasi 120% pada Regresi Area Puncak


Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 193900 Konsentrasi teoritis 120% = 36 ppm
y = 55639x – 118542
193900 = 55639x – 118542
2072442= 55639x
x = 37,2
akurasi 120 % =

=
= 103,3 %
Replikasi 2 1748923 Konsentrasi Teoritis 120% = 36 ppm
y = 55639x – 118542
1748923= 55639x – 118542
1867465= 55639x
x = 33,5
akurasi 120 % =

= 93 %
Replikasi 3 1753951 Konsentrasi Teoritis 100% = 30 ppm
y = 55639x – 118542
1753951 = 55639x – 118542
1872493 = 55639x
x = 33,6
akurasi 120 % =

= 93,3%

Rata-rata akurasi 120% =

= 96,54 %
 Akurasi Data Tinggi
Data Tinggi
Data 80% Data 100% Data 120%
88028 49025 160414
102052 43514 145528
96263 26990 150729

a. Perhitungan Akurasi 80% pada Regresi Tinggi Puncak


Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 88028 Konsentrasi teoritis 80% = 24 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
88028 = 4079,8x – 9498,2
97526,2 = 4079,8x
x = 23,90
akurasi 80% =
=

= 99,5 %
Replikasi 2 102052 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
102052 = 4079,8x – 9498,2
111550,2 = 4079,8x
x = 27,34
akurasi 80% =
=

= 113,9 %
Replikasi 3 96263 Konsentrasi Teoritis 80% = 24 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
96263 = 4079,8x – 9498,2
105761,2 = 4079,8x
x = 25,92
akurasi 80% =
=

= 108 %

Rata-rata akurasi 80% =

= 107,13%
b. Perhitungan Akurasi 100% pada Regresi Tinggi Puncak
Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 49025 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
49025 = 4079,8x – 9498,2
58523,2 = 4079,8x
x = 14,3
akurasi 100 % =

= 47,6%
Replikasi 2 43514 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
43514 = 4079,8x – 9498,2
53012,2 = 4079,8x
x = 12,99
akurasi 100 % =

= 43,3%
Replikasi 3 26990 Konsentrasi teoritis 100% = 30 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
26990 = 4079,8x – 9498,2
36488,2 = 4079,8x
x = 8,94
akurasi 100 % =

= 29,8%

Rata-rata akurasi 100% =

= 40,23%
c. Perhitungan Akurasi 120% pada Regresi Tinggi Puncak
Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 160414 Konsentrasi teoritis 120% = 36 ppm
y = 4079,8x – 9498,2
160414 = 4079,8x – 9498,2
169912,2 = 4079,8x
x = 41,6
akurasi 120 % =

= 115,5 %

Replikasi 2 145528 Konsentrasi teoritis 120% = 36 ppm


y = 4079,8x – 9498,2
145528 = 4079,8x – 9498,2
155026,2 = 4079,8x
x = 37
akurasi 120 % =

= 102,7 %

Replikasi 3 150729 Konsentrasi teoritis 120% = 36 ppm


y = 4079,8x – 9498,2
150729 = 4079,8x – 9498,2
160227 = 4079,8x
x = 39,27
akurasi 120 % =

= 109 %

Rata-rata akurasi 120% =

= 109,06 %

 Presisi Data Area Puncak


Renta Luas Konsentrasi Rataan % Rataan SD RSD
ng Area (ppm) Konsentr Akurasi % (ppm) (%)
asi Akurasi
80% 1140997 22,637 23,72 94,3% 98,85% 1,32 5,56
1284087 25,2 105% %
1180353 23,34 97,25%
100% 580495 12,56 10,62 41,8% 37,54% 2,48 23,37
520542 11,48 38,2% %
316990 7,82 32,58%
120% 195900 37,2 34,76 103,3% 96,54% 2,10 6,06
1748923 33,5 93% %
1753951 33,6 93,3%
Perhitungan Standar Deviasi
a. Rentang 80%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

= 5,56%
=√

=√
= 1,32

b. Rentang 100%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

= 23,37%
=√

=√
= 2,48

c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

= 6,06%
=√
=√
= 2,10

 Presisi Data Tinggi Puncak


Renta Luas Konsentra Rataan % Rataan SD RSD
ng Area si (ppm) Konsentrasi Akuras %Akur (ppm) (ppm)
i asi
80% 88028 23,90 25,72 99,5% 107,13% 1,72 6,68%
102052 27,34 113,9%
96263 25,92 108%
100% 49025 14,3 12,07 47,6% 40,23% 2,79 23,11
43514 12,99 43,3% %
26990 8,94 29,8%
120% 160414 41,6 39,29 115,5 109,06% 2,25 5,72%
145528 37 102,7
150729 39,27 109%
Perhitungan Standar Deviasi
a. Rentang 80%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

= 6,68 %
=√
=√
= 1,72
b. Rentang 100%

∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD =
𝑃𝑟

=√ =

=√ = 23,115%

=√
= 2,79
c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

= 5,72 %
=√

=√
= 2,25

 Perhitungan Akurasi dan Presisi Kafein


1) Perhitungan Akurasi Kafein pada Regresi Area Puncak
Data Area Puncak Kafein akurasi 80%
Akurasi 80% Akurasi 100% Akurasi 120%
20707 10188 84084
21909 8588 80650
22571 4375 36379

a. Perhitungan Akurasi 80% Kafein pada Regresi Area Puncak


Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 20707 Konsentrasi Teoritis 80% = 2,4 ppm
y = 21585x – 5054,4
20707 = 21585x – 5054,4
25761,4 = 21585x
X = 1,193
Akurasi 80% =
= 49,70%

Replikasi 2 21909 Konsentrasi Teoritis 80% = 2,4 ppm


y = 21585x – 5054,4
21909 = 21585x – 5054,4
26963,4 = 21585x
X = 1,249
Akurasi 80% =
= 52,04%

Replikasi 3 22571 Konsentrasi Teoritis 80% = 2,4 ppm


y = 21585x – 5054,4
22571 = 21585x – 5054,4
27625,4 = 21585x
X = 1,279
Akurasi 80% =
= 53,32%

Rata-rata akurasi 80% =

= 51,68%

b. Perhitungan Akurasi 100% pada Data Regresi Area Puncak


Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 10188 Konsentrasi Teoritis 100% = 3,0 ppm
y = 21585x – 5054,4
10188 = 21585x – 5054,4
15242,4 = 21585x
X = 0,706
Akurasi 100% =
= 23,53%

Replikasi 2 8588 Konsentrasi Teoritis 100% = 3 ppm


y = 21585x – 5054,4
8588 = 21585x – 5054,4
13642,4= 21585x
X = 0,6320
Akurasi 100% =
= 21,06%
Replikasi 3 4375 Konsentrasi Teoritis 100% = 3 ppm
y = 21585x – 5054,4
4375 = 21585x – 5054,4
9429,4= 21585x
X = 0,436
Akurasi 100% =
= 14,56%

Rata-rata akurasi 100% =

= 19,71%

c. Perhitungan Akurasi 120% pada Regresi Area


Sampel Area Perhitungan
Replikasi 1 84084 Konsentrasi Teoritis 120% = 3,6 ppm
y = 21585x – 5054,4
84084 = 21585x – 5054,4
89138,4 = 21585x
X = 4,129
Akurasi 120% =
= 114,7 %

Replikasi 2 80650 Konsentrasi Teoritis 120% = 3,6 ppm


y = 21585x – 5054,4
80650= 21585x – 5054,4
85704,4= 21585x
X = 3,97
Akurasi 120% =
= 110,2%

Replikasi 3 36379 Konsentrasi Teoritis 120% = 3,6 ppm


y = 21585x – 5054,4
36379 = 21585x – 5054,4
41433,4 = 21585x
X = 1,919
Akurasi 120% =
= 53.32%

Rata-rata akurasi 120% =

= 92,74%

2) Perhitungan Akurasi Kafein pada Regresi Tinggi


Data Tinggi Puncak Kafein akurasi 80%
Akurasi 80% Akurasi 100% Akurasi 120%
1485 730 4264
1612 600 3921
1608 338 2478

a. Perhitungan Akurasi 80% Kafein pada Regresi Tinggi Puncak


Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 1485 Konsentrasi Teoritis 80% = 2,4 ppm
y = 1212,1x – 484,65
1485 = 1212,1x – 484,65
1970,65 = 1212,1x
x = 1,625

Akurasi 80% =
= 67,7%

Replikasi 2 1612 Konsentrasi Teoritis 80% = 2,4 ppm


y = 1212,1x – 484,65
1612 = 1212,1x – 484,65
2096,65 = 1212,1x
x = 1,729
Akurasi 80% =
= 72,07%

Replikasi 3 1608 Konsentrasi Teoritis 80% = 2,4 ppm


y = 1212,1x – 484,65
1608 = 1212,1x – 484,65
2092,65 = 1212,1x
x = 1,726
Akurasi 80% =
= 71,9 %

Rata-rata akurasi 80% =

= 70,5%

b. Perhitungan Akurasi 100% pada Data Regresi Tinggi Puncak


Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 730 Konsentrasi Teoritis 100% = 3,0 ppm
y = 1212,1x – 484,65
730 = 1212,1x – 484,65
1214,65 = 1212,1x
x = 1,002
Akurasi 100% =
= 33,4%

Replikasi 2 600 Konsentrasi Teoritis 100% = 3 ppm


y = 1212,1x – 484,65
600 = 1212,1x – 484,65
1084,65 = 1212,1x
x = 0,89
Akurasi 100% =
= 29,82%

Replikasi 3 338 Konsentrasi Teoritis 100% = 3 ppm


y = 1212,1x – 484,65
338 = 1212,1x – 484,65
822,65 = 1212,1x
x = 0,67
Akurasi 80% =
= 22,62%

Rata-rata akurasi 100% =

= 28,61%

c. Perhitungan Akurasi 120% pada Regresi Tinggi Puncak


Sampel Tinggi Perhitungan
Replikasi 1 4264 Konsentrasi Teoritis 120% = 3,6 ppm
y = 1212,1x – 484,65
4264 = 1212,1x – 484,65
4748,65 = 1212,1x
x = 3,91
Akurasi 120% =
= 108,82 %

Replikasi 2 3921 Konsentrasi Teoritis 120% = 3,6 ppm


y = 1212,1x – 484,65
3921 = 1212,1x – 484,65
4405,65 = 1212,1x
x = 3,63
Akurasi 120% =
= 100,96%

Replikasi 3 2478 Konsentrasi Teoritis 120% = 3,6 ppm


y = 1212,1x – 484,65
2478 = 1212,1x – 484,65
2962,65 = 1212,1x
x = 2,44
Akurasi 120% =
= 67,89%

Rata-rata akurasi 120% =

= 92,55%

3) Perhitungan Presisi Kafein pada Data Area


Rentang Luas Konsentrasi Rataan % Rataan SD RSD
Area (ppm) Konsentrasi Akurasi %Akurasi (ppm) (%)
80% 20707 1,193 1,240 49,70% 51,68% 0,013 1,048%
21909 1,249 52,04%
22571 1,279 53,32%
100% 10188 0,706 0,591 23,53% 19,71% 0,1363 23,06%
8588 0,632 21,06%
4375 0,436 14,56%
120% 84084 4,129 3,33 114,7% 92,74% 1,2325 37,01%
80650 3,97 110,2%
36379 1,919 53,32%

Perhitungan Standar Deviasi


a. Rentang 80%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

=√ = 1,048%

=√
= 0,013

b. Rentang 100%

∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD =
𝑃𝑟

=√ =

= 23,06%
=√

=√
= 0,1363

c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

= 37,01 %
=√

=√
= 1,2325

4) Perhitungan Presisi Kafein pada Data Tinggi

Rentan Tinggi Konsentra Rataan % Rataan SD RSD


g Punca si Konsentra Akurasi % (ppm) (%)
k (ppm) si Akurasi
80% 1485 1,625 1,69 67,7% 70,5% 0,0005 0,035
1612 1,729 72,07% 93 %
1608 1,726 71,9%
100% 730 1,002 0,853 33,4% 28,61% 0,168 19,72
600 0,89 29,82% %
338 0,667 22,62%
120% 4264 3,91 3,32 108,82 92,55% 0,780 23,51
3921 3,63 % %
2478 2,44 100,96
%
67,89%

Perhitungan Standar Deviasi


a. Rentang 80%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

=√ = 0,035%

=√
= 0,000593

b. Rentang 100%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD = 𝑃𝑟

=√ =

=√ = 19,72%

=√
= 0,168

c. Rentang 120%
∑ 𝑆𝐷
SD = √ RSD =
𝑃𝑟

=√ =

=√ = 23,51 %

=√
= 0,780

LOD dan LOQ


 perhitungan LOD dan LOQ data menggunakan area paracetamol

Konsentrasi (ppm) Area (y) yi (y-yi)2


5 256401 159653 9,360,175,504
10 420469 437848 302,029.641
15 546567 716043 28,722,114,576
35 1958178 1828823 16,732,716,025
45 2451913 2385213 4,448,890,000
50 2557518 2663408 11,212,692.100
Jumlah 70,778,617,846

y = 55639x – 118542

 konsentrasi 5 ppm  konsentrasi 35 ppm


yi = 55639 (5) – 118542 yi = 55639 (35) – 118542
yi = 159653 yi = 1828823

 konsentrasi 10 ppm  konsentrasi 45 ppm


yi = 55639 (10) – 118542 yi = 55639 (45) – 118542
yi = 437848 yi = 2385213

 konsentrasi 15 ppm  konsentrasi 50 ppm


yi = 55639 (15) – 118542 yi = 55639 (50) – 118542
yi = 716043 yi = 2663408

Sy/x = √

=√ =√ = 133,021.255

LOD =
= = 7,17 ppm

LOQ =
= = 23,90 ppm

 perhitungan LOD dan LOQ data menggunakan tinggi paracetamol

Konsentrasi Tinggi (y) yi (y-yi)2


5 20025 10900,8 83,251,025.64
10 31405 31299,8 11,067.04
15 38903 51698,8 163,732,497.6
40 153700 153693,8 38.44
45 180694 174092,8 43,575,841.44
50 191452 194491,8 9,240,384.04
Jumlah 229,810,854.2

y = 4079,8x – 9498,2

 konsentrasi 5 ppm  konsentrasi 40 ppm


yi = 4079,8 (5) – 9498,2 yi = 4079,8 (40) – 9498,2
yi = 10900,8 yi = 153693,8

 konsentrasi 10 ppm  konsentrasi 45 ppm


yi = 4079,8 (10) – 9498,2 yi = 4079,8 (45) – 9498,2
yi = 31299,8 yi = 174092,8

 konsentrasi 15 ppm  konsentrasi 50 ppm


yi = 4079,8 (15) – 9498,2 yi = 4079,8 (50) – 9498,2
yi = 51698,8 yi = 194491,8

Sy/x = √

=√ =√ = 7,579.756
LOD =

= = 5,57 ppm

LOQ =

= = 18,57 ppm

 perhitungan LOD dan LOQ data menggunakan Area Kafein

Konsentrasi Area (y) yi (y-yi)2


0.5 3796 10,792.5 48,951,012.25
3.0 58995 59,700.6 497,871.36
3.5 76498 70,493.1 36,058,824.01
4.0 82004 81,285.6 516,098.56
4.5 92918 92,078.1 705,432.01
5.0 97950 102,870.6 24,212,304.36
Jumlah 110,941,542.6

y = 21585x – 5054,4

 konsentrasi 0,5 ppm  konsentrasi 4 ppm


yi = 21585 (0,5) – 5054,4 yi = 21585 (4) – 5054,4
yi = 10,792.5 yi = 81,285.6

 konsentrasi 3 ppm  konsentrasi 4,5 ppm


yi = 21585 (3) – 5054,4 yi = 21585 (4,5) – 5054,4
yi = 59,700.6 yi = 92,078.1

 konsentrasi 3,5 ppm  konsentrasi 5 ppm


yi = 21585 (3,5) – 5054,4 yi = 21585 (5) – 5054,4
yi = 70,493.1 yi = 102,870.6

Sy/x = √

=√ =√ = 5,266.439
LOD =

= = 0,73 ppm

LOQ =

= = 2,43 ppm

 Kurva Linier Tinggi Kafein

Konsentrasi Tinggi (y) Yi (y-yi)2


0.5 324 121.4 41,046.76
1.0 489 727.45 56,858.4025
3.0 3013 3,151.65 19,233.8225
3.5 4015 3,757.7 66,203.29
4.0 4374 4,363.75 105.0625
4.5 4909 4,696.8 45,028.84
Jumlah 228,476.1775

y = 1212,1x – 484,65

 konsentrasi 0,5 ppm  konsentrasi 3,5 ppm


yi = 1212,1 (0,5) – 484,65 yi = 1212,1 (3,5) – 484,65
yi = 121,4 yi = 3757,7

 konsentrasi 1 ppm  konsentrasi 4 ppm


yi = 1212,1 (1) – 484,65 yi = 1212,1 (4) – 484,65
yi = 727,45 yi = 4363,75

 konsentrasi 3 ppm  konsentrasi 4,5 ppm


yi = 1212,1 (3) – 484,65 yi = 1212,1 (4,5) – 484,65
yi = 3151,65 yi = 4696,8

Sy/x = √

=√ =√ = 238.99590869929

LOD =

= = 0,59 ppm
LOQ =

= = 1,97 ppm

 Penetapan Kadar Paracetamol Dalam Sampel


Data area puncak
a. Replikasi 1
Y = 544752
y = 55639x – 118542
544752 = 55639x – 118542
663294 = 55639x
X = 11,92

%Kadar Sampel =

= 39,7%
b. Replikasi 2
Y = 572162
y = 55639x – 118542
572162 = 55639x – 118542
690704= 55639x
X = 12,41
%Kadar Sampel =
=
= 41,38%

c. Replikasi 3
Y = 1581925
y = 55639x – 118542
1581925 = 55639x – 118542
1700467 = 55639x
X = 30,56
%Kadar Sampel =
=
= 101,875%

 Penetapan Kadar Paracetamol Dalam Sampel


Data tinggi puncak
a. Replikasi 1
Y = 48721
y = 4079,8x – 9498,2
48721 = 4079,8x – 9498,2
58219,2 = 4079,8x
X = 14,27

%Kadar Sampel =
=
= 47,56%

b. Replikasi 2
Y = 52092
y = 4079,8x – 9498,2
52092 = 4079,8x – 9498,2
61590,2 = 4079,8x
X = 15,09

%Kadar Sampel =
=
= 50,32%
c. Replikasi 3
Y = 145283
y = 4079,8x – 9498,2
145283 = 4079,8x – 9498,2
154781,2 = 4079,8x
X = 37,9

%Kadar Sampel =
=
= 126,46%

 Penetapan Kadar Kafein Dalam Sampel


Data Area Puncak
a. Replikasi 1
y = 11747
y = 21585x – 5054,4
11747 = 21585x – 5054,4
16801,4 = 21585x
X = 0,77

%Kadar Sampel =
=
= 25,94%
b. Replikasi 2
y = 12659
y = 21585x – 5054,4
12659 = 21585x – 5054,4
17713,4 = 21585x
X = 0,83

%Kadar Sampel =
=
= 27,35%

c. Replikasi 3
y = 37905
y = 21585x – 5054,4
37905 = 21585x – 5054,4
42959,4 = 21585x
X = 1,990

%Kadar Sampel =
=
= 66,34%

Data Tinggi Puncak


a. Replikasi 1
y = 819
y = 1212,1x – 484,65
819 = 1212,1x – 484,65
1303,65 = 1212,1x
X = 1,07
%Kadar Sampel =
=
= 35,85%
b. Replikasi 2
y = 880
y = 1212,1x – 484,65
880 = 1212,1x – 484,65
1364,65 = 1212,1x
X = 1,12
%Kadar Sampel =
=
= 37,52%

c. Replikasi 3
y = 2516
y = 1212,1x – 484,65
2516 = 1212,1x – 484,65
3000,65 = 1212,1x
X = 2,47
%Kadar Sampel =
=
= 82,51%

Selektivitas

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dalam menentukan kadar
parasetamol dan kafein dalam sampel obat dengan instrumen HPLC. Sampel obat
yang digunakan adalah merk saridon. Adapun prinsip dasar dari HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) yaitu pemisahan analit dalam kolom
kromatografi berdasarkan kepolarannya pada aliran fase gerak yang membawa
campuran analit melalui fase diam dimana pemisahan komponen-komponen terjadi
karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam sehingga
terjadi perbedaan waktu perpindahan setiap komponen dalam campuran.
Larutan uji Parasetamol Kafein dengan konsentrasi 80, 100 dan 120 ppm.
Larutan uji adalah larutan yang diperlakukan sama dengan larutan sampel yang
konsentrasinya telah diketahui sebelumnya. Replikasi larutan uji sebanyak 3 kali
digunakan untuk validasi metode presisi dan akurasi. Dokumen ICH
merekomendasikan bahwa akurasi ditetapkan dengan menggunakan minimal 9
penetapan meliputi 3 tingkat konsentrasi berbeda yang telah ditetapkan (misalnya 3
konsentrasi dan 3 replikasi untuk masing-masing konsentrasi) dan repetabilitas
(Presisi) ditentukan dengan menggunakan minimal 9 penetapan meliputi suatu
rentang konsentrasi khusus untuk prosedur (misalnya 3 konsentrasi dan 3 replikasi
untuk masing-masing konsentrasi, atau minimal 6 penetapan pada konsentrasi uji
100%)
Langkah selanjutnya yaitu melakukan validasi metode. Validasi metode suatu
prosedur analisis adalah proses yang ditetapkan melalui kajian laboratorium bahwa
karakteristik kinerja prosedur tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Validasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah linieritas,
presisi, akurasi, LOD dan LOQ.
Linieritas diperoleh dan konsentrasi seri masing-masing sampel yakni
parasetamol dan kafein. Berdasarkan data yang diperoleh, kurva baku larutan seri
parasetamol diperoleh R 2 = 0,9977 dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah
y = 55639x – 118542 . Sedangkan kurva baku larutan seri kafein diperoleh R 2 =
0,9989, dengan persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 21585x + 5054,4.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai RSD larutan uji parasetamol berturut-
turut adalah 5,56% ; 23,37% ; 6,06% dan nilai RSD larutan uji kafein berturut-turut
yaitu 1,048% ; 23,06% ; 37,01%. Karena nilai RSD larutan uji parasetamol < 2%
maka validasi metode parameter presisi tidak valid. Sedangkan pada kafein nilai RSD
> 2% maka validasi metode parameter presisi valid. Untuk validasi presisi diperoleh
rata-rata % recovery larutan uji parasetamol adalah 98,85% ; 37,54% ; 96,54% dan
rata-rata % recovery larutan uji kafein adalah 51,68% ; 19,71% ; 92,74%. Karena nilai
% recovery berada di rentang 95% - 105% maka validasi metode parameter akurasi
valid. Hasil ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki akurasi yang
baik pada validasi metode.
Untuk validasi metode LOD dan LOQ, apabila LOD lebih kecil dari kadar
sampel maka sampel dapat terdeteksi, apabila nilai LOQ lebih kecil dari kadar sampel
maka sampel dapat dikuantifikasi. Untuk parasetamol menggunakan data area
diperoleh LOD sebesar 7,17 ppm dan LOQ sebesar 23,90 ppm. Sedangkan pada data
tinggi diperoleh LOD sebesar 5,57 ppm dan LOQ sebesar 18,57 ppm. Untuk kafein
menggunakan data area diperoleh LOD sebesar 0,73 ppm dan LOQ sebesar 2,43 ppm.
Sedangkan pada data tinggi diperoleh LOD sebesar 0,59 ppm dan LOQ sebesar 1,97
ppm.
Berdasarkan Farmakope Indonesia kadar parasetamol yang diperoleh untuk
analisis adalah pada rentang 90-110%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
kadar kafein maupun parasetamol tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan dan hasil replikasi sampel tidak menunjukkan hasil yang presisi. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan
zat aktif dalam sampell. Selain itu, pengenceran larutan sampel juga berpengaruh
terhadap kadar yang diperoleh.
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
metode yang digunakan sudah cukup baik, karena memberikan nilai linieritas,
akurasi, LOD dan LOQ yang baik. Akan tetapi, nilai presisi atau keterulangan yang
diperoleh tidak baik, serta dari hasil pengukuran didapatkan kadar paracetamol dari
data puncak yaitu 39,7 ; 41,38 ; 101,875%. Sedangkan kadar paracetamol yang
diperoleh dari data tinggi puncak yaitu 47,56% ; 50,32% ; 126,46%. Dan kadar kafein
dari data area puncak sebesar 25,94% ; 27,35% ; dan 66,34%. Sedangkan kadar kafein
dari data tinggi puncak yaitu 35,85%; 37,52% ; dan 82,51%. Dari hasil kadar yang
perolehan menunjukkan tidak memenuhi persyaratan pada farmakope, hal ini
dimungkinkan karena pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan zat
aktif dalam sampel, serta ketidaktelitian dalam pengenceran.
DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia Edisi V 2014. Jakarta :Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


2014

Gandjar, I.G. & Rohman, A., 2012, Analisis Obat secara Spektroskopi dan Kromatografi, 70-
72, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Gapar, R.S. 2003. Interaksi Obat Beta-Blocker dengan Obat-obat lain. Bagian Farmakologi
FK USU, Medan

Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi
Bangunan. Jakarta: Erlangga.

Kriswanto. 2013. Pengembangan dan Uji Validasi Metode Analisa Kadar Parasetamol dan
Kafein dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia

Naid, Tadjuddin dkk. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam tablet Kombinasi dengan
Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis. Majalah Farmasi dan Farmakologi (Volume
15, No.2, hlm. 77-82). Makassar

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. Edisi VI. Cetakan III.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Vichare, Vijaya dkk. 2010. Simultaneous Spectrophotometric determination of Paracetamol


and Caffeine in Tablet Formulaion. International Journal of PharmTech Research
(IJPRIF) (Vol.2, No.4, p.2512-2516). Coden (USA)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai