Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENAPISAN & APLIKASI

PEMBUATAN INDIKATOR pH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penapisan & Aplikasi


yang Dibimbing oleh Riska Yudhistia Asworo, S.si.,M.si.

Disusun Oleh :
Muhammad Sofyan Novrizal (P17120191012)

PRODI D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zat kimia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Masing-masing zat kimia
memiliki sifat yang berbeda-beda. Namun demikian diantara perbedaan yang ada, zat-zat kimia tadi
dapat dikelompokkan menjadi golongan tertentu berdasarkan kemiripan sifat yang dimilikinya.
Salah satunya kita mengenal kelompok zat yang bersifat asam, basa maupun netral.

Penggolongan zat menjadi asam, basa dan netral ini didasarkan pada
kemampuannyamelepaskan ion hidrogen (H+ ) ataupun hidroksida (OH- ) di dalam air. Ion H+
adalah pembawa sifat asam dan ion OHadalah pembawa sifat basa. Secara umum zat dikatakan
asam jika konsentrasi ion H+ dalam air lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi ion OH- , dan
sebaliknya suatu zat dikatakan basa jika konsentrasi ion H+ lebih kecil dibandingkan dengan
konsentrasi ion OH- . Dan zat dikatakan bersifat netral jika konsentrasi ion H+ sama dengan
konsentrasi ion OH- . Zat-zat yang bersifat asam antara lain cuka masak, air aki, asam sitrat, dan
vitamin C. Sedangkan zat yang bersifat basa antara lain abu, sabun mandi, dan deterjen.

Untuk mendeteksi zat-zat yang bersifat asam atau basa tersebut dibutuhkan suatu zat yang
dikenal dengan istilah indikator. Indikator yang lazim digunakan antara lain antara lain kertas
lakmus, kertas indikator universal, phenolphthalein (PP), metil merah, metil orange dan bromtimol
biru. Indikator tersebut dapat diperoleh di tokotoko kimia dengan harga yang bervariasi dan relatif
mahal.

Indikator-indikator asam basa yang telah disebutkan sebelumnya merupakan golongan


indikator asam basa sintetis. Disamping itu, dapat pula digunakan indikator alami. Indikator alami
dapat dibuat daribagian tanaman yang berwarna baik itu bagian batang, daun maupun
bunga.Beberapa indikator alami yang dapat dijadikan sebagai indikator asam basa antara lain
kelopak bunga kembang sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang,bunga
mawar,dan kunyit. Sebenarnya semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator asam
basa, tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas perbedaannya. Oleh karena itu hanya
beberapa saja yang sering dipakai karena menunjukkan perbedaan warna yang jelas saat berada di
lingkungan asam dan saat berada di lingkungan basa.

Penelitian tentang pemanfaatan zat warna alami pada tumbuhan telah banyak dilakukan.
Muflihah (2014) dalam penelitiannya bahwa bunga mawar mengandung antosianin yang
menyebabkan pigmen warna merah pada bunga tersebut, sehingga dapat dijadikan indikator asam
basa. Indikator bunga mawar berwarna merah muda pada larutan asam dan larutan basa berwarna
kuning muda. Ratnasari et.al (2016) dalam penelitiannya bahwa indikator asam basa alami
menggunakan daun Rhoeo discolor terjadi perubahan warna, yaitu asam berwarna jingga
kemerahan dan basa berwarna hijau kecoklatan. Terjadinya perubahan warna tersebut, disebabkan
karena ekstrak daun Rhoeo discolor mengandung antosianin.

Indonesia sebagai Negara tropis yang kaya akan sumber daya alam hayati menyimpan
berbagai tumbuhan berwarna yang berpotensi dijadikan sumber bahan indikator alami asam dan
basa. Dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik
berwarna seperti yang dimiliki oleh indikator sintetis, eksplorasi indikator alami akan memberikan
manfaat yang besar bagi dunia pendidikan. Selain itu indikator alami mudah dibuat juga murah
karena bahanbahannya mudah didapat dan terkadang hanya terbuang sebagai sampah dan tidak
mempunyai nilai ekonomis.Diantara tumbuhan berwarna yang ada di Indonesia adalah buah
manggis, bunga asoka dan kunyit. Bagian kulit manggis yang kini menjadi sorotan adalah kulit
buah manggis. Kulit buah manggis berwarna ungu kemerahan, bunga asoka yang memiliki
berbagai jenis warna serta kunyit yang berwarna orange kemerahan mengandung zat warna yang
berpotensi dapat digunakan sebagai indikator alami asam basa.

1.2 Tujuan Praktikum

a. Dari praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui bahan bahan alam yang dapat
dijadikan sebagai indikator pH alami
b. Dari praktikum ini juga mahasiswa diharapkan mampu membuat indikator pH dari bahasn
alam yang terdapat disekitarnya
c. Dari praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami materi pembuatan indikator pH
secara mandiri.

1.3 Manfaat Praktikum

a. Diharapkan dengan adanya materi mengenai pembuatan indikator pH dari bahan alami
mahasiswa mampu diterapkan dalam kehidupan sehari hari untuk melakukan deteksi cepat.

b. Diharapkan Mahasiswa dapat membagikan Pengalaman atau ilmunya dalam melakukan


pengembangan media identifikasi, yang bisa dilakukan dengan cepat tepat dan hemat. Dengan
menggunakan bahan lam yang terdapat disekitarnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kertas lakmus sebagai indikator asam basa

Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator
yang sering digunakan adalah indikator sintetis antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah
dan bromtimol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan
larutan asam atau basa.

Kertas lakmus merupakan salah satu indikator yang sering dipakai dalam praktikum
maupun penelitian di laboratorium. Kertas lakmus memiliki sifat yang praktis dan hasil yang
diberikan dapat dengan cepat menginformasikan sifat suatu bahan adalah asam, basa ataupun netral.
Kertas lakmus yang beredar dipasar merupakan kertas lakmus yang diimpor dari berbagai negara di
dunia. Oleh karenanya, perlu dilakukan penelitian untuk mencari tanaman yang dapat dijadikan
bahan pembuat kertas lakmus yang dapat dijadikan indikator asam basa yang kebeadaannya
melimpah di Indonesia.

Indikator merupakan suatu kelompok senyawa yang memiliki sifat khas, yakni warnanya
dapat berubah oleh perubahan larutannya. Indikator asam basa merupakan senyawa yang dapat
memberikan perubahan warna pada kondisi asam ataupun basa. Indikator yang sering digunakan
adalah kertas lakmus, indikator phenolphthalein (PP) dan indikator metil orange(MO). Indikator-
indikator ini merupakan indikator kimiawi dan dijual di pasaran dengan harga yang relatif mahal.

Selain indikator komersial, telah ditemukan indikator dari bahan alami misalnya dari bunga
mawar (Catharantus roseus), bunga pukul empat(Miriabillis yalapa), bunga kana(Canna indica)
(Shishir, dkk, 2006), bunga rosella(Hibiscus sabdariffa) dan bayam merah(Bisella alba)(Izonfuo,
2006). Hampir semua tumbuhan yang menghasilkan warna dapat digunakan sebagai indikator
karena dapat berubah warna pada suasana asam dan basa walaupun kadang-kadang perubahan
warna tersebut kurang jelas atau hampir mirip untuk perubahan pH tertentu.
2.1 Bunga Mawar

Mawar (Rosa sp.) dijuluki ratu segala bunga karena keindahannya, keanggunan dan keharumannya.
Tanaman hias ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, diminati konsumen dan dapat dibudayakan
secara komersial dan terencana sesuai dengan permintaan pasar (Santika, 1996). Berdasarkan
kegunaannya mawar dikelompokkan kedalam bunga potong, mawar taman, mawar tabur dan
mawar bahan komestik (Marlina, dkk., 2009).

Mawar (Rosa sp.) merupakan salah satu bunga potong yang banyak diminati masyarakat,
yang seringkali digunakan sebagai bunga penghias acara formal seperti seminar, lokakarya maupun
non formal seperti pengantin dan beberapa acara adat. Jika acara telah usai atau bunga mawar
disimpan/ dipajang beberapa hari akan menjadi layu dan jatuh harga jualnya. Padahal bunga mawar
sortiran (tidak segar lagi) tersebut, ternyata masih mengandung pigmen antosianin berjenis
Malvidin dan Sianidin glikosida (Saati, 2011).

Komponen terbanyak dalam mahkota bunga mawar segar antara lan air (83-85%), vitamin,
β-karoten, cyanins (antosianin), total gula 8-12%, minyak atsiri sekitar 0,01-1,00% (citronellol,
eugenol, asam galat dan linalool) (Sari dan Saati, 2003). Pigmen antosianin bunga mawar merah
mempunyai sifat sinergis dengan asam sitrat, yang terbukti berfungsi sebagai antioksidan ( Saati
dkk, 2011).

Pigmen antosianin adalah pigmen yang bersifat larut air, terdapat dalam bentuk aglikon
sebagai antosianidin dan glikon sebagai gula yang diikat secara glikosidik. Bersifat stabil pada pH
asam, yaitu sekitar 1-4. Warna yang ditampakkan adalah oranye, merah muda, merah, ungu hingga
biru (Saati, 2016).

Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk
bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa. Dalam media asam, antosianin berwarna merah
seperti halnya saat dalam vakuola sel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media bertambah
basa. Perubahan warna karena perubahan kondisi lingkungan (Saati, 2016). perubahan warna
tersebut terjadi karena perubahan struktur molekul antosianin didalam bunga mawar akibat
pengaruh pH.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Cobek 1. Bunga mawar
2. Sendok 2. Kunyit
3. Gelas 3. Buah naga
4. Tabung reaksi 4. Strawberi
5. Parutan 5. Air
6. Saringan 6. Sabun
7. Nampan 7. Jeruk nipis
8. Kertas tisu

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pembuatan Ekstrak Dari Berbagai Bahan Alam

Sebelum percobaan dilakukan, diawali dengan pembuatan ekstrak dari beberapa bahan
alam yang digunakan dalam percobaan, diantaranya (buah Strawberry, bunga mawar, kunyit, dan
buah naga), bahan alam yang akan digunakan sebelumnya dicuci bersih menggunakan air yang
mengalir, selanjutnya semua bagian bahan yang akan digunakan diperkecil, khusus untuk kunyit
dilakukan pemarutan. Bahaan alam yang sudah dipotong potong kemudian dihauskan menggunaka
cobek dengan bantuan air, kemudian untuk kunyit yang telah diparut ditambahkan air kemudian
dilakukan penyaringan. Semua bahan alam yang sudah dihaluskan dilakukan penyaringan.
Selanjutnya masing masing ekstrak diuji respon perubahan warna pada larutan asam (jeruk
nipis) dan basa (sabun), uji dilakukan dengan meneteskan ekstrak pada masing-masing larutan
asam basa respon positif ditunjukan dengan perubahan warna yang dihasilkan pada pH asam dan
basa.

3.2.2 Proses Immobilisasi Secara Adsorbsi


Satu ekstrak yang terpilih (ekstrak yang menunjukkan perubahan warna paling berbeda
antara pH asam dan basa) kemudian dilakukan proses immobilisasi secara adsorbsi dengan kertas
selulosa/kertas tissue dengan cara merendam kertas selulosa pada ekstrak terpilih dan selanjutnya
dikeringkan . Ekstrak yang telah terimobilisasi dibentuk dalam tes strip dan diuji dengan larutan pH
asam dan basa serta diamati perubahan warna yang terjadi.
3.2.3 Uji Spesifitas Dan Waktu

Dilakukan dengan meneteskan larutan dengan nilai pH yang berbeda (asam dan basa) pada
tes strip dan dilakukan pencatatan data berupa perubahan warna dan waktu respon tes strip.

3.2.4 Uji reprodusibilitas


Dilakukan dengan cara melihat variasi perubahan warna yang terjadi pada 5 buah tes strip
untuk menguji larutan dengan pH yang sama.

3.2.5 Uji Stabilitas


Uji stabilitas dilakukan dengan menyimpan tes strip ( yang belum digunakan untuk
pengujian) selama 1 minggu kemudian diamati kemampuannya dalam mengukur pH pada hari
yang berbeda.

3.2.6 Uji Biodegradabel


Dilakukan dengan mengubur tes strip dalam tanah dan diamati penguraiannya selama satu minggu.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil

 Tabel data pengamatan

Ekstrak Perubahan warna


Ph Asam Ph basa
Bunga mawar Menjadi merah sedikit Menjadi warna ungu
muda
Strobery Menjadi aga keorenan Menjadi merah muda
keruh
Kunyit Menjadi kuning keruh Menjadi sedikit
kecoklatan

 Uji spesifitas dan waktu respon tes strip

Tes strip Waktu respon mulai penetesan sampai perubahan warna terjadi
pH asam 7,63 detik
pH basa 5,19 detik

 Uji reprodusibilitas tes strip

Test strip Perubahan warna pada pH asam Perubahan warna pada pH basa
1 menjadi merah muda Menjadi warna biru muda
2 menjadi merah muda Menjadi warna biru muda
3 menjadi merah muda Menjadi warna biru muda
4 menjadi merah muda Menjadi warna biru muda
5 menjadi merah muda Menjadi warna biru muda

 Uji stabilitas test strip

Test strip Perubahan warna setelah penyimpanan test strip 1 minggu


pH asam Warna yang dihasilkan lebih cerah dibandingkan yang tidak
dilakukan penyimpanan
pH basa Warna yang dihasilkan lebih pudar dibandingkan yang tidak
dilakukan penyimpanan
 Uji biodegradable test strip

Test strip Penampakan fisik


Awal
pembuatan

Pada awal pembuatan test strip masih utuh


Setelah
disimpan 1
minggu
dalam tanah

Setelah dilakukan pemendaman selama seminggu dari 3 test strip


yang dipendam dalam tanah hanya satu yang masih terbilang utuh

 Uji pada sampel

Sampel Perubahan warna pada ph Perubahan warna pada ph


asam basa
Bubur sun

Pada bubur sun tidak menunjukkan perubahan warna yang


spesifik antara asam dan basa maka diduga sampel netral
Handsanitizer

Pada sampel hand sanitizer kertas tes strip berubah warna


menjadi memudar yang menandakan bahwa sampel bersifat
asam namun karena ph mendekati netral tidak menunjukkan
perubahan warna yang spesifik
Deodorant

Pada sampel deodorant kertas tes strip erubah warna menjadi


biru keunguan yang menandakan bahwa sampel bersifat basa
dengan ph basa yang lumayan tinggi
Air kelapa

Pada sampel air kelapa warna pada tes strip menjadi


memudar mendekati putih yang menandakan bahwa sampel
sedikit bersifat asam yang mendekati neral sehingga tidak
terjadi perubahan warna yang spesifik
4.2 Pembahasan

Pada pembuatan indikator pH dengan menggunakan bahan alam ini, digunakan beberapa
bahan alam seperti, Bunga mawar, Buah naga, Kunyit, dan Strawbery. Sebelum dilakukan
pembuatan indikator dilakukan identifikasi awal terlebih dahulu untuk melihat bahan alam mana
yang memiliki sensitivitas paling tinggi diantara yang lainnya. Dari hasil pengujian didapati hasil
yang paling sensitif adalah bunga mawar, karena perubahan yang terbentuk ketika ditambahkan
bahan yang memiliki pH asam dan pH basa, ini menunjukkan perubahan warna yang lebih spesifik,
dibandingkan bahan alam lainnya yang dilakukan pengujian.

Setelah itu bunga mawar lah yang dipilih untuk dijadikan indikator pH menggunakan
bahan alami. Ektrak bunga mawar yang telah dibuat dicelupkan kertas saring hingga merata setelah
itu kertas saring dikeringkan. Kertas saring telah tercampur dengan ekstrak daun mawar ini lah
yang menjadi bakal indikator pH dari bahan alami, tetapi sebelum dapat dijadikan indikator pH
alami perlu dilakukan pengujian pada kertas ini, guna memastikan keefektifan penggunaan ekstrak
daun mawar sebagai indikator pH alami.

Pengujian yang dilakukan meliputi Uji spesifitas, Uji responbilitas, Uji Stabilitas, Uji
Biodegredeble, dan pengujian pada sampel. Uji spesifitas dilakukan guna mengetahui spesitifitas
indikator pH yang dibuat, pada pengujian ini indikator dapat berubah sesuai yang diharapkan yaitu,
ketika ditetesi oleh sampel asam indikator pH berubah begitupun pada penetesan sampel basa,
dengan wawktu yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna pada pH asam sekitar 7,56 detik,
kemudian untuk sampel dengan pH basa diperlukan waktu sekitar 5,17 detik untuk perubahan
warna yang ditunjukkan. Dari hasil pengujian ini menunjukan bawasannya ekstrak daun bunga
mawar dapat dijadikan indikator asam basa akan tetapi waktu pendeteksiannya lama.

Pengujian yang kedua yaitu pengujian responbilitas uji ini dilakukan guna mengetahui
respon indikator terhadap sampel yang diuji, pada pengujian ini responbilitas dari ekstrak bunga
mawar cukup bagus jika digunakan sebagai indikator asam basa, dan hasilnya dapat dilihat pada
tabel responbilitas, ekstrak bunga mawar mengandung senyawa antosisanin yang memiliki sifat
amtosfer, yaitu memiliki kemampuan yang baik bila bereaksi dengan asam ataupun basa maka dari
itu ekstrak bunga mawar bisa dijadikan alternatif untuk pengujian pH asama Basa
.
Selanjutnya dilakukan pengujian stabilitas, guna pengujian ini untuk mengetahui seberapa
stabilnya indikator pH dari ekstrak bunga mawar. Pada pengujian ini juga didapatkan hasil yang
cukup memuaskan karena teskit (indikator) stabil untuk pengujian asam dan basa, karena tidak
terjadi perubahan yang signifikan ketika penyimpanan teskit (indikator)
Berikutnya pengujian biodegradable test strip, tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu bahan dapat terdegradasi dengan baik dilingkungan. Proses biodegradabilitas dapat terjadi
dengan proses hidrolisis (degradasi kimiawi), bakteri/jamur, enzim (degradasi enzimatik), oleh
angin dan abrasi (degradasi mekanik), cahaya (fotodegradasi). Proses ini juga dapat dilakukan
melalui proses secara anaerobik dan aerobik (Ummah, 2013: 34). pada pengujian ini dilakukan
dengan cara dilakukan penguburan selama 7 hari. Dan hasilnya juga menunjukkan hasil yang baik,
karena kertas indikator pH dapat terurai dengan baik didalam tanah ketika dilakukan penguburan
selama 7 hari dan hasilnya dapat dilihat pada tabel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah, ekstrak bunga mawar dapat dijadikan sebagai
indikator pH alami, setelah pengujian-pengujian yang telah dilakukan memang terbukti jika bunga
mawar dapat dijadikan indikator pH asam basa, menurut literatur juga dijelaskan bawasannya
bunga mawar mengandung senyawa antosianin, senyawa antosianin memiliki sifat amtofer, yaitu
dapat berinteraksi dengan baik pada pH asam ataupun pH basa, sehingga dipastikan jika ekstrak
bunga daun mawar dapat dijadikan indikator pH alami. Akan tetapi dari hasil percobaan yang
dilakukan ektrak bunga mawar memerlukan waktu yang agak lama dan range pH tertentu yag dapat
dianalisis menggunakan ekstrak bunga mawar. Sehingga perlu dilakukan percobaan dengan
menggunakan ekstrak dari bahan alami lainnya yang memiliki hasil pengujian yang lebih optimal
dibandingkan dengan ekstrak bunga mawar.
Daftar Pustaka
Izonfuo, L. T., Fekamhorhobo, G. K., Obomanu, G. K., Daworiye, L. T., (2006), Acid
Base Indicator Properties of Dye from Local Plant: Bassella alba and Hibiscus rosasinencis, Journal
of Applied Sciences and Environmental Managemen, Vol 10 No 1 pp 5-8

Marlina, N., Rohayati, E., (2009), Teknik Perbanyakan Mawar Dengan Kultur Jaringan,
Buletin Teknik Pertanian, 14(2): 65-67, Balai Penelitian Tanaman Hias Jalan Raya Ciherang, Pacet,
Cianjur

Muflihah. 2014. Prosiding : Pemanfaatan Ekstrak Dan Uji Stabilitas Zat Warna Dari Bunga
Nusa Indah Merah (Musaenda frondosa), Bunga Mawar Merah (Rosa), dan Bunga Karamunting
(Melastoma malabathricum) Sebagai Indikator Asam-Basa Alami. Kalimantan Timur : HKI-Kaltim.

Shisir, M. N., Laxman, J. R., Vinayak, R. N., Jacky, D. R., Bhimrao, G. S.,(2006) Use of
Miriabilis Jalapa L Flower Extracts as a Natural Indicator in Acid Base Titration, Journal of
Pharmacy Research, Vol 1 Issue 2

Sinta, Ratnasari; Dede, Suhendar; dan Vina, Amalia. 2016. “ Studi Potensi Ekstrak Daun
Adam Hawa (Rhoeo discolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa”. Jurnal Chimica et Natura
Acta. Vol.4. No.1. Hal:: 39-46.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai