Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA

INDIKATOR ASAM BASA

Disusun Oleh : klp 5

SULHAMDI

SMA NEGERI 1 BANTAENG


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusun mampu
menyelesaikan laporan praktikum kimia ini, yang berjudul “Indikator Alami dan
Sintetis Asam Basa”. Penyusun berharap laporan ini dapat membantu proses
pembelajaran, guna menambah wawasan dan pengetahuan yang luas. Penyusun
mengucapakan terima kasih kepada :Ibu Wahba selaku guru mata pelajaran
kimia kelas XI MIPA 3.
Semoga laporan ini bermanfaat dan mampu menumbuhkan daya tarik
pembaca. Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
memperbaiki laporan-laporan selanjutnya. Apabila ada tutur kata yang kurang
berkenan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jeneponto, 20 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penelitian
C. Rumusan Masalah
BAB II KAJIAN TEORI
A. Indikator Alam
B. Indikator Lakmus
C. Trayek Ph
D. Pita Indikator Universal
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Langkah Kerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal suatu zat yang bersifat asam
karena rasanya masam, sedangkan kita tahu suatu zat termasuk basa karena
rasanya yang pahit dan licin. Senyawa asam ditemukan dalam buah-buahan,
diantaranya asam sitrat yang berfungsi memberi rasa lemon yang tajam pada
jeruk, asam asetat pada cuka makan dan buah kalengan, asam askorbat pada
tablet vitamin C, maupun asam sulfat pada aki kendaraan bermotor. Adapun
basa dapat ditemukan dalam pembersih lantai yang mengandung amonia,
sabun mandi dan detergen yang mengandung NaOH/KOH, obat maag yang
mengandung Mg(OH)2, deodorant yang mengandung Al(OH)3 dan
sebagainya. Oleh karena tidak semua bahan kimia aman dicicipi, maka
diperlukan alat untuk mengidentifikasi senyawa tersebut. Alat ini biasa disebut
indikator asam basa. Indikator artinya “penunjuk”. Biasanya indikator asam
basa berupa zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda apabila
ditambahkan ke dalam larutan asam dan basa.
Berbagai macam indicator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa

atau netral. Secara umum, indicator dapat dibagi menjadi dua, yaitu indicator

alam dan indicator buatan. Indicator buatan adalah indicator yang dimana

bahannya berasal dari atau hasil dari proses pabrik atau olaha tangan manusia.

Beberapa indicator yang digunakan kali ini ialah phenolptalein (PP) yang

memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam

lingkungan asam, metal merah (MM) ysng memberikan warna merah dalam

lingkungan asam dan warna kuning dalam lingkungan basa, bromtimul biru

(BB) yang memberikan warna kuning pada lingkungan asam dan warna biru

pada lingkungan basa. Adapun mengani indicator alami, Indicator alami

adalah indicator yang dimana bahan dasar yang digunakan merupakan bahan
alami, tidak melalui proses pabrik atau olahan tangan manusia. Indicator alami

yang digunakan biasanya dalam bentuk larutan yang kemudian diteteskan

pada cairan/larutan yang akan diuji. Jika pada larutan terjadi perubahan warna

maka larutan yang diuji tersebut bersifat asam atau basa. Indikator alam

merupakan jenis indikator yang dibuat dari tumbuhan, baik dari bagian daun,

bunga, buah, dan batang. Berbagai jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan

menjadi indikator alam diantaranya adalah bunga sepatu, bougenvil, kunyit,

rosella, dan kubis ungu. Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi untuk

dimanfaatkan menjadi indikator asam basa adalah daun Miana. Tumbuhan ini

banyak ditemukan di sekitar kita terutama dilingkungan sekolah. Oleh karena

itu, melalui penelitian ini akan dibuat indikator alam dari daun Miana

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
1. Apakah daun Miana ungu dapat dijadikan indikator alami ?
2. Berapakah pH larutan A, B, C, D. E, Minuman (Yakult) dan Minuman
(Panter) ?
3. Bagaimana sifat larutan A, B, C, D. E, Minuman (Yakult) dan Minuman
(Panter) ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah daun Miana ungu dapat dijadikan indikator
alami atau tidak
2. Untuk mengetahui pH larutan A, B, C, D. E, Minuman (Yakult) dan
Minuman (Panter)
3. Untuk mengetahui sifat larutan A, B, C, D. E, Minuman (Yakult) dan
Minuman (Panter)
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Indikator Alam
Indikator alami merupakan bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan yang sifatnya berbeda, asam, basa atau netral. Indikator alami
yang biasa digunakan untuk pengujian asam basa adalah bunga-bungaan,
umbi, kulit buah dan daun yang berwarna. Perubahan warna indikator
bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di
dalam asam berwarna merah dan di dalam basa berwarna hijau. Kita dapat
membuat sendiri indikator alami untuk penentuan sifat asam basa ini dari
ekstrak mahkota bunga berwarna. Mahkota bunga (misal : bunga sepatu) kita
gerus dengan air. Selanjutnya airnya kita gunakan untuk menguji sifat asam
basa dari larutan yaitu dengan jalan mencampurkannya dengan larutan asam
atau basa. Bila pada pencampuran tersebut ternyata ekstrak mahkota bunga
memberikan warna yang berbeda untuk larutan asam basa, maka ekstrak
mahkota bunga tersebut dapat kita gunakan sebagai indikator (Pangganti,
2012).
Miana atau dikenal juga sebagai tumbuhan iler adalah daun pucuk yang
memiliki nama ilmiah Coleus scutellaroides termasuk dalam tanaman herba
atau perdu. Miana dapat dikembangbiakkan dengan biji ataupu stek, sehingga
memudahkan dalam perbanyakan penanaman. Pemanenan daun dapat
dilakukan setiap saat tanpa mengenal musim dan bisa diperoleh setiap saat.
Tumbuhan ini banyak tumbuh liar ditempat yang lembab dan terbuka, seperti
ditepi selokan dan di pematang sawah, beberapa daerah juga digunakan
sebagai sayuran maupun obat ( Anonim, 2004).
Kingdom : plantae (tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta ( tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta ( menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta ( tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Coleous
Spesies : Coleus Atropurpureus (L) Benth
Daun miana berwarna ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman dan ada
beberapa yang bagian pinggirnya bercorak atau kuning. Warna yang nampak
pada daun miana merupaka atribut visual yang timbul akibat pemantulan
cahaya. Pigmen yang bertanggung jawab terhadap munculnya warna ungu
pada daun miana adalah antosianin. Variasi warna daun pada masing-masing
varietas dipengaruhi oleh pigmen yang terakumulasi di dalamnya, misalnya
corak hijau yang Nampak pada daun menandakan adanya akumulasi pigmen
klorofil. Warna ungu pekat pada seluruh permukaan daun yang Nampak pada
daun miana disebabkan oleh tingginya kandungan antosianin (Nguyen dan
Cin, 2009)
Antosianin adalah pigmen alami yang larut dalam air yang diturunkan
dari cabang biosintesis flavanoid (Nguyen dan Cin, 2009).
Senyawa antosianin bersifat amfoter yaitu memiliki kemampuan untuk
bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa. Dalam kondisi asam
antosianin akan berwarna merah tua, dan pada media basah berubah menjadi
ungu dan biru. Di dalam daun miana, antosianin terekspresi dalam warna
ungu. Pemanfaatan antosianin dalam daun miana dapat menjawab kebutuhan
industry pangan terhadap permintaan pewarna yang bersifat non toksik dan
aman. Pigmen alami dalam daun miana dapat menggatikan penggunaan
pigmen sintetik yang memiliki dampak negative bagi kesehatan manusia dan
lingkungan. Pigmen sintetik susah terurai di alam dan ketika dikonsumsi
dapat menyebabkan keracunan dan berpotensi menjadi kanker ( Winarti dkk,
2008).
Antosianin pada daun miana sebagai salah satu potensi penghasil pigmen
alami yang memiliki beberapa keuntungan yaitu; proses produksi pigmen
yang relative mudah, murah dan aman. Mudah dan murah karena bahannya
selalu tersedia di alam dan melimpah, aman karena sifatnya non toksik dan
dapat diekstraksi menggunakan bahan yang tidak berbahaya untuk kesehatan
manusia maupun keseimbangan lingkungan alam. Antosianin dapat diekstrak
dengan menggunakan air.
B. Indikator Lakmus

Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna
kertas tidak berubah (tetap biru).

Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas


berubah menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam,
warna kertas tidak berubah (tetap merah) (Johari, J. M. C., dan
Rachmawati dalam Pangganti, 2012).
Tabel 1.1 Warna kertas lakmus merah dan biru dalam larutan
yang bersifat asam, basa, dan netra
Tabel 2.1 Perubahan warna kertas lakmus
Dalam larutan yang bersifat
Jenis kertas lakmus
Asam Basa Netral
Lakmus Merah Merah Biru Merah
Lakmus Biru Merah Biru Biru

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1, lakmus merah memberi warna


yang sama dalam larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang
bersifat netral. Oleh karena itu, untuk menunjukkan larutan asam harus
menggunakan lakmus biru. Larutan yang bersifat asam mengubah lakmus
biru menjadi merah. Sebaliknya, untuk menunjukkan larutan bersifat basa,
harus menggunakan lakmus merah
C. Trayek Ph
Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen. Indikator umumya berupa suatu asam atau basa
organik lemah yang dipakai dalam larutan yang sangat encer (Winarni,et al,
2003:39). Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau
membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu..
Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai
indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan mengakibatkan warna
pada range pH yang berbeda (Khopkar, 1990: 43)
Indikator asam basa paling sedikit mempunyai dua bentuk struktur yang
masing-masing mempunyai warna absorpsi yang berbeda. Perubahan bentuk
satu ke bentuk lain merupakan reaksi setimbang dan dipengaruhi oleh
konsentrasi ion H+ dalam larutan. p-nitofenol adalah asam lemah mempunyai
harga pKa=6 dengan struktur dan ion seperti pada gambar 2.5 (Harjadi,
1990:162). Perbedaan struktur bentuk asam dan bentuk basa, bahwa bentuk
yang berwarna mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi yaitu ikatan rangkap
yang berseling dengan ikatan tunggal. Contoh yang lain adalah fenolftalein
yang dalam asam tidak berwarna dan dalam basa berwarna merah (Sukardjo,
1984: 246).
Para nitrofenol padat tidak berwarna, zat ini dalam larutan seitmbang
dengan bentuk ionogen yang sebagian besar terion. Dalam larutan basa
diperoleh bentuk (III) yang berwarna kuning dan dalam asam diperoleh bentuk
(I) yang tidak berwarna. Metil orange berwarna merah dalam asam dan kuning
dalam basa, indikator ini disebut indikator dua warna (Sukardjo, 1985: 246-
248).
Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga
golongan:
a. Indikator Ftalein dan Indikator Sulfoftalein.
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol,
yaitu fenolftalein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah.
Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat.
Yang termasuk anggota ini yaitu, thymol blue, m-cresolpurple,
chlorofenolred, bromofenolred, bromofenolblue.
b. Indikator Azo
Indikator ini diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam dizonium,
misal: methyl yellow, atau p-dimetil amino azo benzena. Perubahan warna
terhadi pada larutan asam kuat, methyorange tidak larut dalam air. Indikator
azo menunukn kenaikan disosiasi bila temperatur naik.
c. Indikator Fluoresen
Indikator asam-basa tidak dapat digunakan pada larutan yang warnanya
pekat atau larutan yang keruh. Untuk larutan tersebut biasanya digunakan
indikato yang menunjukan pendar-fluor (fluorescence), missal α-naftilamin.
Indikator ini menunjukan pendar-fluor biru pada sinar ultraviolet. Kelebihan
indikator ini adalah pengamatan titik akhir titrasi sangat mudah meskipun
warnya titrannya sendiri cukup kuat, bahkan seorang buta warna dapat
mengamati proses pendar-fluor ini (Khopkar, 1990:44&46)
Tabel 2.2. Beberapa indikator asam-basa
Perubahan warna dengan
Indikator Jangka pH
naiknya pH
Asam pikrat Tak-berwarna ke 0,1-0,8
Kuning
Biru timol Merah ke kuning 1,2-2,8
2,6-Dinitrofenol Tak-berwarna ke 2,0-4,0
Kuning
Kuning metal Merah ke kuning 2,9-4,0
Biru bromotimol Kuning ke biru 3,0-4,6
Jingga metal Merah ke kuning 3,1-4,4
Hijau bromkresol Kuning ke biru 3,8-5,4
Merah metal Merah ke kuning 4,2-6,2
Lakmus Merah ke biiru 5,0-8,0
Ungu metal Ungu ke hjau 4,8-5,4
Ungu bromkresol kuning ke ungu 5,2-6,8
Biru bromtimol Kuning ke biru 6,0-7,6
Merah netral Merah ke kuning 6,8-8,0
Merah fenol kuning ke merah 6,8-8,4
ρ-α-naftolftalein Kuning ke merah 7,0-9,0
Fenolftalein Tak-berwarna ke 8,0-9,6
Merah
Timolftalein Tak-berwarna ke 9,3-10,6
Biru
1,3,5- Tak-berwarna ke 12,0-14,0
Trinitobenzene Jingga
Sumber: (Day & Underwood, 1986:153)
Selain beberapa indikator buatan diatas, terdapat pula indikator alami
yang diekstrak dari buah-buahan, dedaunan maupun dari bunga. Dari
penelitian Yuniwati, et al. 2013, pada pengambilan zat warna alami
anthosianin dari ekstrak kulit manggis menunjkan hasil kadar anthosianin
sebesar 14,3275 mg dalam 5gr kulit manggis yang diekstrak dengan 100 ml
etanol dan HCl 2N sebanyak 0,1% yang diekstrak selama 3,5 jam dan suhu
600C.
D. Pita Indikator Universal
Indikator universal, campuran dari beberapa indikator yang memiliki
perubahan warna berbeda, sehingga semua perubahan warna itu menyatu dan
sebagai hasilnya, indikator universal ini memiliki perubahan dari merah-
jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu atau disingkat mejikuhibiniu.
Warna-warna ini berasal dari metil jingga, trayek pH antara 3 - 4 dengan
perubahan warna merah - kuning, metil merah, trayek pH 4 - 6 perubahan
warnanya merah - kuning, brom timol biru trayek pH 6 - 7,6 perubahan
warnanya kuning - biru dan penolptalein trayek 8 - 10 tak berwarna - merah.
Trayek pH indikator universal terdapat pada setiap harga pH. Warna merah
pH 1-2; jingga pH 3-4; kuning pH 5-6; hijau pH 7; biru pH 8-9; dst,nya
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan sebanyak 2 kali, praktikum pertama pada
tanggal 2 februari 2019 dan praktikum kedua pada tanggal 9 februari 2019 di
laboratorium kimia SMA Negeri1 Bantaeng
B. Alat dan Bahan
1. Praktikum pertama
 Alat :
1. Labu semprot 5. Gelas beaker
2. Pipet tetes 6. Spatula
3. Lumpang dan alu 7. Saringan
4. Pisau cutter

 Bahan :
1. Daun miana
2. Kertas lakmus
3. Larutan A, B, C, D dan E

2. Praktikum kedua
 Alat :
1. Labu semprot 5. Pisau cutter
2. Pipet tetes 6. Gelas beaker
3. Plat tetes 7. Spatula
4. Lumpang dan alu

 Bahan :
1. Minuman kemasan (Panter)
2. Yakult
3. Pita indicator universal
4. Larutan E dan D

C. Cara kerja
1. Praktikum pertama
a) Indicator alam :
 Memotong daun miana menjadi ukuran kecil lalu memasukkan ke
dalam lumpang
 Menghaluskan daun miana menggunakan lumpang dan alu hingga
mengeluarkan ekstraknya
 Menyaring ekstrak tersebut menggunakan saringan ke dalam gelas
beaker
 Mengambil ekstrak yang sudah disaring dengan menggunakan pipet
tetes
 Meneteskan ekstrak tersebut ke dalam plat tetes yang berisi larutan A,
B, C, D dan E
 Aduk ekstrak tersebut dan memperhatikan perubahan warna

b) Indicator buatan :
 Memasukkan potongan kertas lakmus ke dalam larutan lalu
memperhatikan perubahan warna yang terjadi
 Membandingkan antara perubahan warna yang ditimbulkan dengan
menggunakan kertas lakmus dan dengan menggunakan ekstrak daun
miana

2. Praktikum kedua
a) Trayek pH :
 Memilih dua jenis larutan untuk dimasukkan ke dalam plat tetes ( D
dan E)
 Meneteskan kedua larutan tersebut ke dalam masing-masing tiga
cekungan plat tetes yang berbeda
 Meneteskan indicator PP, BTB, MM ke dalam setiap larutan tersebut
 Memperhatikan perubahan warna yang ditimbulkan

b) Indicator universal:
 Mengambil larutan A, B, C, D, E, dan minuman kemasan ( panter dan
yakult)
 Mencelupkan pita indicator universal ke dalam setiap larutan tersebut
 Mencocokkan perubahan warna yang ditimbulkan dengan nilai pH yang
tertera pada indicator universal
Membandingkan antara hasil perubahan warna dengan menggunakan
trayek pH dan dengan menggunakan indicator universal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Table 4.1 sifat larutan berdasarkan warna indikator
Larutan
Indikator
A B C D E
Lakmus Merah Biru Merah Merah Merah Merah
Lakmus Biru Biru Merah Merah Biru Biru
Indikator Alami Hijau Coklat Coklat Hijau pekat Hijau pekat

Tabel 4.2 Hasil uji Trayek pH


Indikator Larutan Perubahan warna pH

MM D Kuning > 6,2

BTB D Biru > 7,6

PP D Tak berwarna < 8,3

MM E Kuning > 6,2

BTB E Hijau > 6,0

PP E Tak berwarna < 8,3

Tabel 4.3 Hasil uji Indikator universal


Larutan pH Keterangan

A 10 Basa

B 0 Asam kuat

C 6 Asamlemah

D 7 Netral

E 7 Netral

Minuman (yakult) 4 Asam

Minuman
4 Asam
(panter)

B. Pembahasan
Dengan indikator, kita dapat mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau
basa. Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indikator asam basa adalah
terjadinya perubahan warna yang kontras apabila suatu indicator diteteskan
pada larutan asam basa. Seperti dapat dilihat pada tabel 4.1, daun miana dapat
memberikan perubahan warna yang kontras atau berbeda di lingkungan asam
dan basa. Yaitu hijau untuk larutan bersifat basa dan coklat untuk larutan
bersifat asam.
Dengan menggunakan trayek pH, larutan D ketika ditetesi dengan
indikator MM memberikan warna kuning yang berarti pH >6,2 , kemudian
menunjukkan warna biru ketika ditetesi indikator BTB yang berarti pH >7,6
dan ketika ditetesi indikator PP, larutan D tidak menunjukkan perubahan
warna yang berarti pH <8,3. Berdasarkan perubahan warna ketika ditetesi 3
indikator, maka pH larutan D kira-kira 6,2-8,3.
Larutan E ketika ditetesi dengan indikator MM memberikan warna kuning
yang berarti pH >6,2 , kemudian menunjukkan warna hijau ketika ditetesi
indikator BTB yang berarti pH >6,0 dan ketika ditetesi indikator PP, larutan D
tidak menunjukkan perubahan warna yang berarti pH <8,3. Berdasarkan
perubahan warna ketika ditetesi 3 indikator, maka pH larutan E kira-kira 6,0-
8,3.
Berdasarkan hasil uji menggunakan indikator universal dapat diketahui
bahwa larutan A, B, C, D. E, Minuman (Yakult) dan Minuman (Panter)
berturut-turut memiliki pH 10, 0, 6, 7, 7, 4 dan 4. Larutan D memiliki pH 7,
itu sesuai dengan predikdi trayek pH yaitu 6,2-8,3. Begitu pula dengan larutan
E yang memiliki pH 7 juga sesuai dengan prediksi trayek pH yaitu 6,0-8,3.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Daun Miana ungu dapat dijadikan indikator alami karena ekstrak daun Miana
ungu dapat memberikan perubahan warna yang kontras di lingkungan asam
dan basa. Yaitu hijau untuk larutan bersifat basa dan coklat untuk larutan
bersifat asam
2. Berdasarkan trayek pH dan indikator universal, pH larutan A, B, C, D. E,
Minuman (Yakult) dan Minuman (Panter) berturut-turut memiliki pH 10, 0, 6,
7, 7, 4 dan 4
3. Berdasarkan pH dari larutan, maka dari sifat larutan A, B, C, D. E, Minuman
(Yakult) dan Minuman (Panter) berturut-turut adalah basa, asam kuat, asam
lemah, netral, netral, asam dan asam.

B. Saran
Disarankan kepada pembaca agar menggunakan lebih dari 1 indikator
alami agar menemukan hasil yang lebih memuaskan.
Daftar Pustaka

Anonim. 2004. Indikator Asam Basa. Tersedia pada:


http://alchemistviolet.blogspot.com/2004/03/indikator-asam-basa.html.
Diakses tanggal: 22 Februari 2019.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia
Pangganti, E. 2012. Indikator Alami asam Basa. Tersedia pada:
http://esdikimia.wordpress.com/2012/04/23/indikator-alami-asam-basa/.
Diakeses tanggal: 22 Februari 2019.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Bina aksara. Hal 246-248

Sukardjo. (2007). Sains kimia 2 SMA/MA.Jakarta: Sinar Grafika


Winarni.2003. Dasar Kimia Analitik. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Winarti, S., Sorafa, U. & Anggraini, D. 2008. Ekstraksi dan Stabilitas Warna
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Pewarna Alami. Jurnal
Teknik Kimia, Volume.3 (1).

Anda mungkin juga menyukai