Anda di halaman 1dari 8

Mengurangi Kadar Formalin dan Boraks

Pada Makanan
Posted: 25 Sep, 2012
Marsito-Bapelkes Cikarang

Bahan makanan sangat penting bagi kehidupan manusia seperti lemak, karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Akan tetapi baik sengaja maupun secara tidak sengaja ada zat aditif
yang bersifat sintetis sehingga akan mempengaruhi kualitas makanan itu sendiri. Dalam
proses produksi sering terjadi kelalaian bahkan kesengajaan menggunakan bahan kimia
sebagai zat tambahan dalam makanan seperti zat pewarna,
zat pengawet dan sebagainya. Bahan kimia yang terdapat dalam bahan makanan dengan
kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia.

Formalin dan boraks adalah zat yang sering digunakan sebagai pengawet makanan, padahal
penggunaannya sebagai pengawet makanan sangat membahayakan bagi kesehatan ,
sebenarnya apa sih yang dimaksud formalin dan boraks ? Makanan dan ciri apa saja yang
mengandung formalin dan boraks? Serta bagaimana mengurangi kadar formalin pada
makanan?
Maka perlu kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Hindari anak-anak
dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh
digunakan untuk makanan. Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan,
yaitu dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sampai, mengeluarkan
permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan;
dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam
proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan,
& UU No. 71/1996.Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap
gertakan oleh para pedagang, karena hanya merupakan undang-undang dan aturan.Tetapi
Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang
yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam
melakukan razia.
FORMALIN
Formalin adalah berupa cairan, tidak berwarna, bau sangat menyengat, mudah larut dalam air
dan alkohol. Penggunaan formalin sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet
jaringan, pembasmi serangga dan digunakan di indutri tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak
boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada
pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah

tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh
lainnya, serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan

Jika terhirup rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas
pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.

Jika terkena kulitKemerahan, gatal, kulit terbakar

Jika terkena mataKemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur,
kebutaan

Jika tertelanMual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung,
kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma
dan kematian.

Berikut adalah beberapa makanan yang biasanya mengandung formalin. ciri-cirinya adalah
sebagai berikut :
1. Ayam potong yang mengandung formalin berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah
busuk, aroma menyengat khas formalin, dan memiliki tekstur daging yang cenderung keras.
2. Mi basah yang mengandung formalin:

Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)

Bau agak menyengat, bau formalin

Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal

3. Tahu yang mengandung formalin:

Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)

Tahu terlampau keras, namun tidak padat

Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm)

4. Baso yang mengandung formalin:

5.

Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) * Teksturnya
sangat kenyal

Ikan segar yang mengandung formalin:

Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)

Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging
ikan putih bersih

Bau menyengat, bau formalin

6.

Ikan asin yang mengandung formalin:

Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) * Bersih
cerah

Tidak berbau khas ikan asin

7. Tempe
Tempe yang bagus memiliki aroma segar khas kacang kedelai. Bila ditekan, teksturnya padat.
Permukaannya putih diselimuti jamur.
Boraks
Boraks adalah serbuk kristal lunak berwarna putih berupa garam Natrium Na2.B4O7.10H2O
yang berwarna dan mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5, sedangkan
menurut Dra. Euis Megawati, Apt., boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan
rupa yang bagus, misalnya kerupuk dan bakso. Bakso yang menggunakan boraks memiliki
kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk
yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus
dan renyah.
Pengaruh Boraks Terhadap Kesehatan
Mengkonsumsi boraks tidak akan secara langsung menimbulkan efek buruk secara cepat,
namun akan terakumulasi dalam hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu enzim-enzim metabolisme.
Jika penggunaan boraks terus dilakukan, dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama
kanker, dan bahkan kematian.
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya
berulang-ulang dan berpengaruh terhadap kesehatan :
Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)

Tanda dan gejala kronis

1 Nafsu makan menurun


2 Gangguan pencernaan
3 Gangguan SSP : bingung dan bodoh
4 Anemia, rambut rontok dan kanker.
Ciri Makanan Mengandung Boraks
Makanan yang mangandung Boraks sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah
suatu makanan mengandung boraks. Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun,

penampakan luar tetap memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan
pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.
1. Bakso

Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.Bila digigit akan kembali ke bentuk
semula.

Tahan lama atau awet beberapa hari.

Warnanya tampak lebih putih.

Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir
maupun tengah.

Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.

Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel.

2. Gula Merah

Sangat keras dan susah dibelah.

Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.

Mengurangi Kadar Formalin Pada Makanan


Bagi mereka yang suka makan makanan yang tahan lama seperti ikan asin, cumi asin, tahu,
mie dan lain-lainnya ada beberapa tips antara lain:
untuk mengurangi kandungan formalin dalam makanan yang telah diawetkan dengan
formalin, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan formalin
tersebut seperti yang diungkapkan Dra. Sukesi M.Si, seorang Dosen Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, untuk menghilangkan kadar formalin atau
deformalinisasi?
Untuk Proses Deformalinisasi Ikan Asin,
Dapat dilakukan dengan cara merendam ikan asin tersebut dalam tiga macam larutan, yakni:
air, air garam dan air leri.

Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan kadar formalin sampai
61,25% dan dengan air leri mencapai 66,03% sedang pada air garam hingga 89,53%.

Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi maka
kadar formalin akan berkurang. Memang tidak dapat menghilangkan hingga 100% kadar
formalin yang ada. Tapi paling tidak dengan makin berkurangnya kadar formalin dalam
bahan makanan itu, maka untuk mengkonsumsinya akan relatif lebih aman, tetapi tetap tidak
aman sebagai bahan pengawet.
Untuk Proses Deformalinisasi Tahu.

Sedikitnya ada tiga cara penanganan untuk mengurangi kadar formalin, direndam dalam air
biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air
mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan,
Untuk Proses Deformalinisasi Mie.
Sedang untuk mie proses deformalinisasi terbaik adalah dengan cara merendam dalam air
panas selama 30 menit, dimana hasilnya dapat menghilangkan kadar formalin hingga
mencapai 100%.
Adapun pada ikan segar, dapat dilakukan dengan merendam dalam larutan cuka 5% selama
15 menit, katanya.
Kesimpulan:
Produsen:
Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan
pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat,
karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk
pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki
tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan
kerupuk.Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks
dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.
Konsumen:
a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti, tetapi
ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan formalin.
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan
boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara
pasti.

Pemerintah:
Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan
boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
Saran:
a. Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin,
pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
b. Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti
mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat
undang-undang mengenai boraks dan formalin.
c. Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya
mengandung bahan formalin maupun boraks.
d. Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan
boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika
melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang

dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui
latar belakang pembeliannya.

Cara Baru Kurangi Kadar Formalin


22 Maret 2006 11:12:13
Isu tentang formalin mungkin sudah mulai surut. Tapi upaya dari Dra
Sukesi MSi, Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam ITS, untuk mengurangi kandungan formalin
dalam makanan yang telah diawetkan dengan formalin, kiranya bisa
dimanfaatkan. Apalagi cara yang ditawarkannya boleh dibilang tanpa
biaya tambahan, hanya bagaimana cara memperlakukan bahan
makanan itu sebelum dikonsumsi.
Kimia ITS, ITS Online Isu tentang formalin mungkin sudah mulai surut. Tapi upaya dari Dra Sukesi MSi, Dosen
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, untuk mengurangi
kandungan formalin dalam makanan yang telah diawetkan dengan formalin, kiranya bisa
dimanfaatkan. Apalagi cara yang ditawarkannya boleh dibilang tanpa biaya tambahan, hanya
bagaimana cara memperlakukan bahan makanan itu sebelum dikonsumsi.
Saya tertarik untuk mencoba mencari bagaimana mengurangi kadar formalin dalam

makanan semata karena ternyata penggunaan bahan pengawet yang di larang itu sudah
sedemikian memasyarakat, katanya. Ia menambahkan, tanpa jalan keluar yang jelas, akan
banyak produsen makanan seperti mie, ikan asin, tahu dan lainnya, yang selama ini dituduh
kerap menggunakan formalin sebagai bahan pengawet, akan terpukul dan omsetnya akan
turun.
Ini bisa dilihat ketika isu formalin beberapa waktu lalu menjadi bahan pemberitaan utama di
berbagai media, keluhan produsen mie, ikan asin, bakso, tahu dan lainnya terimbas, meski
mungkin mereka tidak menggunakan formalin sebagai bahan pengawet, katanya.
Atas latar belakang itulah, ibu dua orang anak ini menjelaskan, ia tertarik untuk mencoba
menghilangkan kadar formalin yang memang sudah terlanjur ada di makanan. Kebetulan
tiga tahun lalu saya bersama beberapa teman dosen melakukan penelitian tentang bagaimana
upaya untuk menghilangkan atau menurunkan kadar formalin dalam ikan asin. Hasilnya
hanya dengan beberapa cara penanganan dan tidak memerlukan biaya besar, kadar formalin
dalam ikan asin dapat diturunkan hingga 99 persen lebih, katanya.
Kemudian, kata dosen kelahiran Surabaya, 5 Maret 1963 ini, ia bersama beberapa tim dosen
di Kimia terdorong untuk mencoba mencarikan alternatif pada bahan makanan lain yang
selama ini ditengarai menggunakan formalin sebagai bahan pengawet. Dalam penelitian
yang kami lakukan, ada benarnya memang kekhawatiran masyarakat untuk tidak
mengkonsumsi seperti mie, ikan asin, tahu dan lainnya, karena pada kenyataannya bahanbahan itu cukup banyak mengandung formalin. Tapi apakah dengan tidak mengkonsumsi
bahan makanan, itu menjadi jalan keluar terbaik? kata Sukesi bernada tanya.
Rasanya tidak, kata Kesi, demikian ia biasa dipanggil, menjawab pertanyaan yang
diajukannya sendiri. Ini karena didalam industri makanan itu banyak terdapat orang yang
kehidupannya sangat bergantung pada hasil produksi makanan tadi. Karena itulah saya
mencoba mencarikan jalan keluar terbaik, murah dan aman untuk mengkonsumsi makanan
yang memang sudah terlanjur menggunakan formalin. Harapannya cara yang telah saya
lakukan melalui penelitian beberapa kali di laboratorium ini akan memberikan jawaban dan
jalan keluar terbaik, bukan hanya bagi para produsen tapi juga bagi ibu rumah tangga yang
selama ini dihantui rasa ketakutan berlebih terhadap bahan makanan yang mengandung
formalin, katanya.
Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kadar formalin atau deformalinisasi? Cukup
mudah, Kesi menjelaskan, untuk proses deformalinisasi ikan asin misalnya, dapat dilakukan
dengan cara merendam ikan asin tersebut dalam tiga macam larutan, yakni air, air garam dan
air leri. Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan kadar formalin sampai
61,25 persen, dengan air leri mencapai 66,03 persen, sedang pada air garam hingga 89,53
persen. Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi,
kadar formalin akan hilang, katanya.
Memang, tambahnya, kita tidak dapat menghilangkan hingga 100 persen kadar formalin yang
ada. Tapi paling tidak dengan makin berkurangnya kadar formalin dalam bahan makanan itu,
maka untuk mengkonsumsinya relatif aman. Saya tidak mengatakan formalin itu aman
digunakan sebagai pengawet, tapi mengurangi kadar formalin dalam bahan makanan yang
mengandung formalin menjadi penting untuk diketahui dan dipahami, katanya.
Bagaimana dengan tahu? Sedikitnya ada tiga cara penanganan untuk mengurangi kadar
formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus
kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan, katanya.
Hasilnya, katanya melanjutkan, berbeda-beda, terbaik merebusnya dalam air mendidih
kemudian diikuiti dengan proses penggorengan. Sedang untuk mie proses deformalinisasi
terbaik adalah dengan cara merendam dalam air panas selama 30 menit, dimana hasilnya
dapat menghilangkan kadar formalin hingga mencapai 100 persen. Adapun pada ikan segar,

dapat dilakukan dengan merendam dalam larutan cuka 5 persen selama 15 menit, katanya.
Sukes akan mencoba membuat apa yang telah dilakukan dalam penelitian deformalinisasi ini
dalam bentuk brosur praktis agar masyarakat dengan mudah melakukannya. Kami sedang
mencari sponsor untuk menyebarluaskan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk penyuluhan
kepada masyarakat. Harapannya melalui brosur itu masyarakat akan makin tentang dengan
isu-isu formalin, karena ternyata dapat dikurangi kadarnya, katanya. (Humas/rin)

Anda mungkin juga menyukai