Anda di halaman 1dari 14

Laporan Akhir Hari : Jum’at

MK. Biokimia Praktikum Tanggal : 13 November 2020

PENENTUAN KADAR VITAMIN C ASI

Disusun Oleh :

Raudhatul Aulia Eka Putri P031913411031

D III Gizi TK.2 A

Dosen pengampu:

Lidya Novita, S.Si, M.Si


Lily Restusari, M.Farm, Apt

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Vitamin merupakan zat kompleks yang memang dibutuhkan oleh tubuh kita karena
bisa membantu dalam pengaturan maupun proses kegiatan di dalam tubuh. Termasuk salah
satunya adalah vitamin C. Seperti yang kita tahu vitamin C bisa memberikan kekebalan pada
tubuh, hal ini tergantung dari penentuan kadar vitamin C ada seberapa banyak yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Banyak orang yang menanyakan penentuan kadar vitamin C, namun kita tahu bahwa
vitamin C dibutuhkan oleh tubuh itu untuk sintesis kolagen maupun berperan dalam sintetis
norepinefrin dan neurotransmitter. Untuk dosis harian vitamin C setiap orang memang tidak
sama. Hal ini tergantung dari jenis kelamin maupun usia seseorang. Untuk memperoleh
fungsi dari vitamin C, bagi pria dewasa setidaknya memerlukan 90 mg vitamin C per hari.
Untuk kebiasaan merokok maka bisa menghilangkan vitamin C sebanyak 25% dalam darah,
Sehingga menjadikannya memerlukan tambahan vitamin hingga 30 mg tiap harinya. Selain
itu kebiasaan berolah raga juga bisa meningkatkan kebutuhan seseorang akan vitamin C.
Sementara untuk wanita dewasa sebanyak 75 mg. Untuk anak laki-laki maupun perempuan
dengan rentan usia 14-18 tahun memerlukan asupan 65 mg vitamin C setiap harinya. Selain
itu kebutuhan akan vitamin C juga dipengaruhi oleh kebiasaan setiap individu seperti minum
kopi, merokok, minum minuman keras maupun kebiasaan akan mengonsumsi obat-obat
tertentu.
Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah relatif sangat kecil, dan
terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau
calon vitamin (precursor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif. Segera
setelah diserap oleh tubuh provitamin akan mengalami perubahan kimia sehingga menjadi
satu atau lebih bentuk yang aktif.
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan efektif atau
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan,termasuk melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi.
Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia,jenis kelamin,asupan Vitamin C
harian,kemampuan absorpsi dan ekskresi,serta adanya penyakit tertentu.
Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan Vitamin C karena bahan makanan
sumber serat seperti sayuran dan buah buahan juga merupakan sumber Vitamin C
(Narins,1996).Sampai saat ini angka pervalensi penderita defisiensi vitamin C di Indonesia
belum ada .Survey nasional tahun 1988-1994 yang dilakukan di Amerika Serikat
mendapatkan 10-13% penduduk menderita defisiensi Vitamin C.
Matilainen dkk,(1996) melakukan penelitian dengan membandingkan kadar vitamin C
plasma di dua tempat berbeda .Hasilnya terdapat perbedaan kadar vitamin C pada kedua
tempat tersebut.Perbedaan tersebut dihubungkan dengan perbedaan konsumsi sayur dan
buah,dimana kadar vitamin C plasma lebih tinggi bila mengkonsumsi buah dan sayur setiap
hari,dibandingkan dengan subjek yang lebih banyak mengkonsumsi dalam bentuk yang sudah
diolah.
Salah satu produk pangan yang sudah diolah dalam bentuk kemasan,yang saat ini
sedang mencuat dipasaran adalah minuman ringan jenis buah kemasan.Minuman buah
kemasan ini sangat mudah dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan.Manusia mutlak memerlukan
vitamin C dari luar tubuh untuk memenuhi kebutuhannya.
Pada kenyataannya,masyarakat lebih memilih minuman buah kemasan dibandingkan dengan
mengkonsumsi vitamin C pada buah alami,hal ini dikarenakan minuman buah kemasan yang
mudah ditemukan dimanapun dan penggunaanya yang relative lebih praktis.Tetapi
kandungan vitamin C dalam label kemasan minuman buah tersebut diduga tidak sesuai
dengan apa yang tertera pada kemasan.Oleh karena itu,diperlukannya pengawasan yang
merupakan salah satu bentuk upaya untuk melindungi konsumen dari informasi label yang
tidak benar.

1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara menentukan dan kadar vitamin C dalam sampel

1.3 PRINSIP
Asam askorbat mereduksi asam molybdophosporat kuning menjadi
phospomolibdenum biru. Konsentrasi asam askorbat ditentukan secara semi kuantitatif
dengan membandingkan zona reaksi pada tes strip dengan warna pada tabel warna secara
visual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vitamin


Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh
manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang
dikonsumsi. Terkecuali pada vitamin D, yang dapat dibentuk dalam kulit jika kulit mendapat
sinar matahari (Achmad,1987).
2.2 Pengertian vitamin C
Asam askorbat merupakan salah satu senyawa dari kimia yang akan membentuk
vitamin C . Asam askorbat ini memiliki bentuk bubuk kristal dengan warna kuning yang
keputihan dan senyawa kimia ini akan larut jika berada di dalam air serta senyawa ini juga
memiliki sifat dari antioksidan (Achmad,1987).
Asam askorbat merupakan ester siklik. Dalam larutan air mudah teroksidasi (reaksinya bolak-
balik) membentuk asam dehidro-askorbat. Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap
pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, konsentrasi gula dan
garam, pH, oksigen, enzim, dan katalisator logam (Belleville-Nabet 1996). Asam dehidro-
askorbat dapat mengalami hidrolisis lebih lanjut membentuk produk degradasi yang bereaksi
tidak bolak-balik asam diketoglukonat dan asam oksalat. Suatu larutan asam askorbat 5%
dalam air memiliki pH 2.1-2.6, pH dari 10% larutan kalsium askorbat dalam air adalah antara
6.8 dan 7.4, dan pH dari larutan natrium askorbat dalam air antara 7.0 dan 8.0 (Suhartono,
2007).
Vitamin C sendiri merupakan jenis vitamin yang akan larut jika berada di dalam air
dan memiliki sebuah peranan yang sangat penting untuk menangkal suatu penyakit. Vitamin
C ini biasa di kenal dengan nama dari kimianya yaitu asam askorbat. Vitamin C ini juga
merupakan suatu golongan vitamin antioksidan, vitamin C ini mampu menangkal berbagai
macam radikal bebas (Achmad,1987).

Beberapa karakteristik dari vitamin C antara lain sangat mudah teroksidasi oleh
panas,cahaya,dan logam.  Dan disebut juga vitamin antiskorbut (sariawan). Sumber Vitamin C
sebagian besar berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Asupan gizi rata-rata sehari
sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang dewasa (Achmad,1987).
2.3 Sifat vitamin C
Sifat-sifat vitamin C adalah: Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak dan
Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,
oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi (F.G Winarno,2003).
Berikut ini akan kami jabarkan mengenai sifat-sifat dari asam askorbat atau yang biasa di
kenal dengan vitamin C:
– Pada asam askorbat ini akan menunjukkan suatu metallo-enzim yang akan larut jika
berada di dalam garam dan akan memiliki berat molekul kurang lebih 150.000
– Suatu ko-enzim akan mengandung enam atom tembaga pada setiap molekul
proteinnya.
– Dengan naiknya suatu kadar tembaga maka elemen ini akan membentuk bagian dari
enzim.
– Dengan sebuah kenaikan suatu suhu 10 drajat celcius maka jumlah dari vitamin akan
mengalami dioksidasi 2 hingga mencapai 2,5 setiap kali naiknya. Aktivitas akan
optimal akan di dapat apa bila suhu mencapai 38 derajat celcius.
– Asam askorbat ini memiliki peran yang cukup luas yaitu dari PH 4 hingga 7 dan akan
berpengaruh secara maksimal apabila Ph mencapai 5,6 hingga 6,00 dan apabila Ph di
turun kan maka sebuah enzim akan menjadi inaktif (Haryadi,2012).

2.4 Susunan kimia vitamin C


Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-
glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C
terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam
dehidro askorbat (bentuk teroksidasi).
Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila
bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender, 2003).

2.5 Metabolisme Vitamin C


Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian
atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata arbsorbsi adalah
90% untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram hanya
diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi
tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C di ekskresikan
terutama melalui urin,sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil di ekskresikan
melaului kulit.
Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai 100
mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan
pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda klinik antara lain, perdarahan gusi
dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda dini kekurangan vitamin C dapat
diketahui apabila kadar vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl (Sunita, 2004).

2.6 Fungsi vitamin C


Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C
adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat penting
dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin
menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen
merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan
ikat, seperti pada tulang rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon.
Dengan demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam
penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi. Asam
askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang menunjang tahap
hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam
askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan
lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di
jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).
Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C mereduksi besi
menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi. Vitamin C
menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dibebaskan oleh besi apabila diperlukan.
Absorbsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat apabila terdapat vitamin C.
Fungsi yang ketiga adalah mencegah infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya
Vitamin C and the common cold, di mana pauling mengemukakan bahwa dosis tinggi vitamin
C dapat mencegah dan menyembuhkan serangan flu (Pauling, 1971).
Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya aterosklerosis. Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme
kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol. Peran
Vitamin C dalam metabolism kolesterol adalah melalui cara: 1) vitamin C meningkatkan laju
kolesterol dibuang dalam bentuk asam empedu, 2) vitamin C meningkatkan kadar HDL,
tingginya kadar HDL akan menurunkan resiko menderita penyakit aterosklerosis, 3) vitamin
C dapat berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran dan
hal ini akan menurunkan pengabsorbsian kembali asam empedu dan konversinya menjadi
kolesterol (Khomsan, 2010).
Studi yang dilakukan WHO (1976) meyimpulkan bahwa progresi pengapuran koroner
bertambah sebesar 3% per tahun sejak usia seseorang melewati 20 tahun. Kenyataan ini
membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner sesungguhnya memang
menggulir secara tersembunyi dan menimbulkan bahaya yang bersifat laten. Penelitian klinis
menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan kolesterol dan trigliserida pada orang-orang
yang mempunyai kadar kolesterol yang tinggi, tetapi tidak pada orang-orang yang
mempunyai kadar kolesterol yang normal. Ini membuktikan bahwa vitamin C berperan
sebagai homeostatis untuk mencapai. Konsumsi vitamin C 1g per hari setelah tiga bulan akan
menurinkan kolesterol 10% dan trigliserida 40% (Khomsan, 2010).

2.7 Sumber vitamin C


Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah-
buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food Vitamin. Buah yang masih
mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya; semakin tua buah semakin berkurang
kandungan vitamin C-nya (Achmad,1987).
Mengkonsumsi buah dalam keadaan segar jauh lebih baik dari buah yang sudah
diolah. Pengolahan pada buah-buahan dengan menggunakan panas, akan mengakibatkan
kerusakan pada vitamin C. Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi,
panas, dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya pengirisan dan
penghancuran yang berlebihan dihindari (Achmad,1987).
Buah jeruk, baik yang dibekukan maupun yang dikalengkan merupakan sumber
vitamin C yang tinggi. Demikian juga halnya berries, nenas, dan jambu. Beberapa buah
tergolong buah yang tidak asam seperti pisang, apel, pear, dan peach rendah kandungan
vitamin C-nya, apalagi bila produk tersebut dikalengkan (Achmad,1987).
Bayam, brokoli, cabe hijau, dan kubis juga merupakan sumber vitamin C yang baik,
bahkan juga setelah dimasak (Achmad,1987).
Sebaliknya beberapa jenis bahan pangan hewani seperti susu, telur, daging, ikan, dan
unggas sedikit sekali kandungan vitamin C-nya (Achmad,1987).
Air susu ibu yang sehat mengandung enam kali lebih banyak vitamin C dibandingkan
susu sapi. Pemberian ASI yang teratur dan sesuai dengan kebutuhan bayi dan balita
membantu memnuhi kebutuhan tubuhnya akan vitamin C. Vitamin C mudah diperoleh jika
mengkonsumsi makanan dengan benar (Achmad,1987).
Konsumsi bahan sayuran dan buah dalam keadaan segar, dapat menyediakan
kebutuhan tubuh akan vitamin ini. Hanya saja terkadang kita sering kurang memperhatikan
cara pengolahan bahan yang benar, sehingga vitamin C rusak dan terbuang percuma
(Achmad,1987).
Saat proses merebus sayuran, guna mempertahankan kesegaran warna sering
ditambahkan baking soda. Penambahan baking soda pada saat memasak sayuran,  dapat
merusak kandungan vitamin C pada sayuran. Oleh karena itu sebaiknya dalam pengolahan
sayuran tidak menggunakan bahan tambahan yang dapat merusak kandungan zat gizi
(Achmad,1987).

8.Kelebihan dan kekurangan Vitamin C


Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi,karena sudah diketahui cara
mencegah dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain adalah lemah, nafas pendek,
kejang otot, tulang dan persendian sakit serta berkurangnya nafsu makan, kulit menjadi
kering, kasar, dan gatal, warna merah kebiruan di bawah kulit, perdarahan gusi, kedudukan
gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering dan rambut rontok. Di samping itu luka akan
menjadi sulit sembuh. Gejala skorbut akan terlihat apabila taraf asam askorbat dalam serum
menurun di bawah 0,20 mg/dl.
Kekurangan asam askorbat juga menyebabkan terhentinya pertumbuhan tulang. Sel
dari epifise yang sedang tumbuh terus berproliferasi, tetapi tidak ada kolagen baru yang
terdapat diantara sel, dan tulang mudah fraktur pada titik pertumbuhan karena kegagalan
tulang untuk berosifikasi. Juga, apabila terjadi fraktur pada tulang yang sudah terosifikasi
pada pasien dengan defisiensi asam askorbat, maka osteoblas tidak dapat membentuk matriks
tulang yang baru, akibatnya tulang yang mengalami fraktur tidak dapat sembuh. Pada skorbut
(defisiensi vitamin C) dapat meyebabkan dinding pembuluh darah menjadi sangat rapuh
karena terjadinya kegagalan sel endotel untuk saling merekat satu sama lain dengan baik dan
kegagalan untuk terbentuknya fibril kolagen yang biasanya terdapat di dinding pembuluh
darah (Guyton, 2007).
Kekurangan banyak vitamin C berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan otot. Hal
ini dapat menyebabkan kerusakan otot seperti juga rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi.
Gejala selanjutnya adalah anemia, sering terkena infeksi, kulit kasar dan kegagalan dalam
menyembuhkan luka. Ketika seseorang mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C dalam
bentuk suplemen dalam jangka panjang, tubuh menyesuaikannya dengan menghancurkan dan
mengeluarkan kelebihan vitamin C dari pada biasanya. Jika konsumsi kemudian secara tiba-
tiba dikurangi, tubuh tidak akan menghentikan proses ini, sehingga menyebabkan penyakit
kudisan. Selain itu, gejala keracunan vitamin C adalah mual, kejang perut, diare, sakit kepala,
kelelahan dan susah tidur. Hal ini juga dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal (Zakaria
1996).
Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi
konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya akan menimbulkan
hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu ginjal (Sunita, 2004).
BAB III
METODA
 ALAT & BAHAN ALAT:

1. Indikator universal
2. Selulosa mikrokristal

 BAHAN:

1. ASI 25 mL
2. NaOH 1 M
3. H2SO4 0,5 M
4. Asam Askorbat

 PROSEDUR

Cek pH

Celupkan zona reaksi dari test strip ke dalam sampel selama 1 detik

Goyangkan untuk menghilangkan kelebihan larutan dari test strip

Setelah 10 detik bandingkan secara tepat zona rekasi dengan kertas label berwarna, perkirakan
nilai tengah jika diperlukan
BAB IV

HASIL
BAB V

PEMBAHASAN

Air Susu Ibu merupakan makanan ideal bagi neonatus. ASI menyediakan nutrisi-
nutrisi yang spesifik dengan kebutuhan bayi sesuai dengan umurnya. ASI memiliki fungsi
menjaga keseimbangan nutrisi, mengandung faktor-faktor imunologis, zat anti bakteri dan
faktor-faktor yang bekerja sebagai sinyal biologis untuk memicu pertumbuhan dan
diferensiasi seluler. Salah satu kandungan zat dalam ASI yang berfungsi sebagai sistem imun
adalah Vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang bersifat labil
sehingga mudah mengalami oksidasi yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain
temperatur, lama simpan, cahaya, kondisi alkali dan adanya katalisator besi dan tembaga.
Pada saat penyimpanan temperatur dan lama penyimpanan sangat mempengaruhi stablitas
kadar vitamin C yang terdapat di dalam ASI. Temperatur penyimpanan yang tinggi dan waku
simpan yang relatif lama akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi sehingga kadar
vitamin C yang terdapat di dalam ASI akan mengalami penurunan atau kerusakan.
Penurunan kadar vitamin C ASI yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemunuhan
kebutuhan vitamin C bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak terpenuhi
secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar vitamin C ASI
berdasarkan variasi temperatur dan lama penyimpanan. Jenis penelitian ini adalah
eksperimental semu (quacy experimental) dan desain rancangan penelitiannya adalah desain
faktorial (factorial design). Jumlah pengulangan pada penelitian ini adalah sebanyak 8 kali
dan terdapat 5 perlakuan, diantaranya 4 perlakuan eksperimen yaitu kelompok perlakuan
T1W1, T2W1, T1W2, ix x T2W2 dan 1 perlakuan kontrol. Untuk jumlah perlakuan pada
kelompok perlakuan kontrol sebanyak 8 botol ASI dan 32 botol ASI untuk kelompok
perlakuan eksperimen. Jadi terdapat 40 botol ASI dengan tiap botolnya berisikan 3 ml ASI
matur. Berdasarkan hasil uji one way Anova dapat diketahui adanya perbedaan kadar vitamin
C ASI diantara kelompok perlakuan (p value = 0,002). Berdasarkan uji LSD, diketahui
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen T2W2 dengan kelompok
kontrol, kelompok eksperimen T1W1, T2W1, dan T1W2. Berdasarkan hal tersebut,
disarankan untuk tidak meyimpan ASI di dalam ruangan (26-28 o C) selama 9 jam atau lebih.
BAB VI

PENUTUP

 Kesimpulan

Metode yang digunakan untuk analisis vitamin C dalam sampel bervariasi. Pada

analisis kualitatif, dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi benedict. Pada

analisiskuantitatif, terdapat metode titrasi asam basa, metodeiodimetri, metode

diklorofenolindofenol (DCIP), metode spektrofotometri, dan metode DPPH.

Air Susu Ibu merupakan makanan ideal bagi neonatus. ASI menyediakan nutrisi-
nutrisi yang spesifik dengan kebutuhan bayi sesuai dengan umurnya. ASI memiliki fungsi
menjaga keseimbangan nutrisi, mengandung faktor-faktor imunologis, zat anti bakteri dan
faktor-faktor yang bekerja sebagai sinyal biologis untuk memicu pertumbuhan dan
diferensiasi seluler. Salah satu kandungan zat dalam ASI yang berfungsi sebagai sistem imun
adalah Vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang bersifat labil
sehingga mudah mengalami oksidasi yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain
temperatur, lama simpan, cahaya, kondisi alkali dan adanya katalisator besi dan tembaga.
Pada saat penyimpanan temperatur dan lama penyimpanan sangat mempengaruhi stablitas
kadar vitamin C yang terdapat di dalam ASI. Temperatur penyimpanan yang tinggi dan waku
simpan yang relatif lama akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi sehingga kadar
vitamin C yang terdapat di dalam ASI akan mengalami penurunan atau kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad.1987.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Dian Rakyat.Jakarta Timur.


Akhilender.2003.Susunan Kimia Vitamin C.
http://www.slideshare.net/2011/11/vitamin-mineral-air-dan-susunan-dari.html diakses pada
17 Oktober 2015

F.G.Winarno.2004.Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen.PT Gramedia Pustaka.


Utama.Jakarta.
Guyton.2007.Kekurangan dan Kelebihan Vitamin C.
http://medicastore.com/penyakit/274/
Kekurangan_&_Kelebihan_Vitamin_C_(asam_askorbat).html diakses pada 16 Oktober 2015

Haryadi.2012.Sifat-sifat Asaam Askorbat.


http://obatsuntikputih.com/blog/sifat-sifat-asam-askorbat/ diakses pada 16 Oktober 2015
Khomson.2010.Fungsi Vitamin
http://www.smallcrab.com/kesehatan/658-sekilas-mengenal-vitamin-c diakses pada 16
Oktober 2015

Sunita.2004.Metabolisme Vitamin C
http://www.slideshare.net/mluthfan2/metabolisme-vitamin-c-asam-askorbat diakses pada 18
Oktober 2015

Suhartono.2007.Pengertian Vitamin C dan Asam Askorbat


http://drevan.co.id/2011/06/vitamin-c-asam-askorbat.html diakses pada 16 Oktober 2015
Tejasari.2005.Nilai-Gizi Pangan.Graha Ilmu.Yogyakarta.

file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/17547-46954-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai