Disusun Oleh :
Dosen pengampu:
Vitamin merupakan zat kompleks yang memang dibutuhkan oleh tubuh kita karena
bisa membantu dalam pengaturan maupun proses kegiatan di dalam tubuh. Termasuk salah
satunya adalah vitamin C. Seperti yang kita tahu vitamin C bisa memberikan kekebalan pada
tubuh, hal ini tergantung dari penentuan kadar vitamin C ada seberapa banyak yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Banyak orang yang menanyakan penentuan kadar vitamin C, namun kita tahu bahwa
vitamin C dibutuhkan oleh tubuh itu untuk sintesis kolagen maupun berperan dalam sintetis
norepinefrin dan neurotransmitter. Untuk dosis harian vitamin C setiap orang memang tidak
sama. Hal ini tergantung dari jenis kelamin maupun usia seseorang. Untuk memperoleh
fungsi dari vitamin C, bagi pria dewasa setidaknya memerlukan 90 mg vitamin C per hari.
Untuk kebiasaan merokok maka bisa menghilangkan vitamin C sebanyak 25% dalam darah,
Sehingga menjadikannya memerlukan tambahan vitamin hingga 30 mg tiap harinya. Selain
itu kebiasaan berolah raga juga bisa meningkatkan kebutuhan seseorang akan vitamin C.
Sementara untuk wanita dewasa sebanyak 75 mg. Untuk anak laki-laki maupun perempuan
dengan rentan usia 14-18 tahun memerlukan asupan 65 mg vitamin C setiap harinya. Selain
itu kebutuhan akan vitamin C juga dipengaruhi oleh kebiasaan setiap individu seperti minum
kopi, merokok, minum minuman keras maupun kebiasaan akan mengonsumsi obat-obat
tertentu.
Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah relatif sangat kecil, dan
terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berbentuk provitamin atau
calon vitamin (precursor) yang dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif. Segera
setelah diserap oleh tubuh provitamin akan mengalami perubahan kimia sehingga menjadi
satu atau lebih bentuk yang aktif.
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan efektif atau
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan,termasuk melindungi lensa dari
kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi.
Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia,jenis kelamin,asupan Vitamin C
harian,kemampuan absorpsi dan ekskresi,serta adanya penyakit tertentu.
Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan Vitamin C karena bahan makanan
sumber serat seperti sayuran dan buah buahan juga merupakan sumber Vitamin C
(Narins,1996).Sampai saat ini angka pervalensi penderita defisiensi vitamin C di Indonesia
belum ada .Survey nasional tahun 1988-1994 yang dilakukan di Amerika Serikat
mendapatkan 10-13% penduduk menderita defisiensi Vitamin C.
Matilainen dkk,(1996) melakukan penelitian dengan membandingkan kadar vitamin C
plasma di dua tempat berbeda .Hasilnya terdapat perbedaan kadar vitamin C pada kedua
tempat tersebut.Perbedaan tersebut dihubungkan dengan perbedaan konsumsi sayur dan
buah,dimana kadar vitamin C plasma lebih tinggi bila mengkonsumsi buah dan sayur setiap
hari,dibandingkan dengan subjek yang lebih banyak mengkonsumsi dalam bentuk yang sudah
diolah.
Salah satu produk pangan yang sudah diolah dalam bentuk kemasan,yang saat ini
sedang mencuat dipasaran adalah minuman ringan jenis buah kemasan.Minuman buah
kemasan ini sangat mudah dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan.Manusia mutlak memerlukan
vitamin C dari luar tubuh untuk memenuhi kebutuhannya.
Pada kenyataannya,masyarakat lebih memilih minuman buah kemasan dibandingkan dengan
mengkonsumsi vitamin C pada buah alami,hal ini dikarenakan minuman buah kemasan yang
mudah ditemukan dimanapun dan penggunaanya yang relative lebih praktis.Tetapi
kandungan vitamin C dalam label kemasan minuman buah tersebut diduga tidak sesuai
dengan apa yang tertera pada kemasan.Oleh karena itu,diperlukannya pengawasan yang
merupakan salah satu bentuk upaya untuk melindungi konsumen dari informasi label yang
tidak benar.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara menentukan dan kadar vitamin C dalam sampel
1.3 PRINSIP
Asam askorbat mereduksi asam molybdophosporat kuning menjadi
phospomolibdenum biru. Konsentrasi asam askorbat ditentukan secara semi kuantitatif
dengan membandingkan zona reaksi pada tes strip dengan warna pada tabel warna secara
visual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa karakteristik dari vitamin C antara lain sangat mudah teroksidasi oleh
panas,cahaya,dan logam. Dan disebut juga vitamin antiskorbut (sariawan). Sumber Vitamin C
sebagian besar berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Asupan gizi rata-rata sehari
sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang dewasa (Achmad,1987).
2.3 Sifat vitamin C
Sifat-sifat vitamin C adalah: Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak dan
Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,
oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi (F.G Winarno,2003).
Berikut ini akan kami jabarkan mengenai sifat-sifat dari asam askorbat atau yang biasa di
kenal dengan vitamin C:
– Pada asam askorbat ini akan menunjukkan suatu metallo-enzim yang akan larut jika
berada di dalam garam dan akan memiliki berat molekul kurang lebih 150.000
– Suatu ko-enzim akan mengandung enam atom tembaga pada setiap molekul
proteinnya.
– Dengan naiknya suatu kadar tembaga maka elemen ini akan membentuk bagian dari
enzim.
– Dengan sebuah kenaikan suatu suhu 10 drajat celcius maka jumlah dari vitamin akan
mengalami dioksidasi 2 hingga mencapai 2,5 setiap kali naiknya. Aktivitas akan
optimal akan di dapat apa bila suhu mencapai 38 derajat celcius.
– Asam askorbat ini memiliki peran yang cukup luas yaitu dari PH 4 hingga 7 dan akan
berpengaruh secara maksimal apabila Ph mencapai 5,6 hingga 6,00 dan apabila Ph di
turun kan maka sebuah enzim akan menjadi inaktif (Haryadi,2012).
1. Indikator universal
2. Selulosa mikrokristal
BAHAN:
1. ASI 25 mL
2. NaOH 1 M
3. H2SO4 0,5 M
4. Asam Askorbat
PROSEDUR
Cek pH
Celupkan zona reaksi dari test strip ke dalam sampel selama 1 detik
Setelah 10 detik bandingkan secara tepat zona rekasi dengan kertas label berwarna, perkirakan
nilai tengah jika diperlukan
BAB IV
HASIL
BAB V
PEMBAHASAN
Air Susu Ibu merupakan makanan ideal bagi neonatus. ASI menyediakan nutrisi-
nutrisi yang spesifik dengan kebutuhan bayi sesuai dengan umurnya. ASI memiliki fungsi
menjaga keseimbangan nutrisi, mengandung faktor-faktor imunologis, zat anti bakteri dan
faktor-faktor yang bekerja sebagai sinyal biologis untuk memicu pertumbuhan dan
diferensiasi seluler. Salah satu kandungan zat dalam ASI yang berfungsi sebagai sistem imun
adalah Vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang bersifat labil
sehingga mudah mengalami oksidasi yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain
temperatur, lama simpan, cahaya, kondisi alkali dan adanya katalisator besi dan tembaga.
Pada saat penyimpanan temperatur dan lama penyimpanan sangat mempengaruhi stablitas
kadar vitamin C yang terdapat di dalam ASI. Temperatur penyimpanan yang tinggi dan waku
simpan yang relatif lama akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi sehingga kadar
vitamin C yang terdapat di dalam ASI akan mengalami penurunan atau kerusakan.
Penurunan kadar vitamin C ASI yang terlalu banyak akan mengakibatkan pemunuhan
kebutuhan vitamin C bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak terpenuhi
secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar vitamin C ASI
berdasarkan variasi temperatur dan lama penyimpanan. Jenis penelitian ini adalah
eksperimental semu (quacy experimental) dan desain rancangan penelitiannya adalah desain
faktorial (factorial design). Jumlah pengulangan pada penelitian ini adalah sebanyak 8 kali
dan terdapat 5 perlakuan, diantaranya 4 perlakuan eksperimen yaitu kelompok perlakuan
T1W1, T2W1, T1W2, ix x T2W2 dan 1 perlakuan kontrol. Untuk jumlah perlakuan pada
kelompok perlakuan kontrol sebanyak 8 botol ASI dan 32 botol ASI untuk kelompok
perlakuan eksperimen. Jadi terdapat 40 botol ASI dengan tiap botolnya berisikan 3 ml ASI
matur. Berdasarkan hasil uji one way Anova dapat diketahui adanya perbedaan kadar vitamin
C ASI diantara kelompok perlakuan (p value = 0,002). Berdasarkan uji LSD, diketahui
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen T2W2 dengan kelompok
kontrol, kelompok eksperimen T1W1, T2W1, dan T1W2. Berdasarkan hal tersebut,
disarankan untuk tidak meyimpan ASI di dalam ruangan (26-28 o C) selama 9 jam atau lebih.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Metode yang digunakan untuk analisis vitamin C dalam sampel bervariasi. Pada
Air Susu Ibu merupakan makanan ideal bagi neonatus. ASI menyediakan nutrisi-
nutrisi yang spesifik dengan kebutuhan bayi sesuai dengan umurnya. ASI memiliki fungsi
menjaga keseimbangan nutrisi, mengandung faktor-faktor imunologis, zat anti bakteri dan
faktor-faktor yang bekerja sebagai sinyal biologis untuk memicu pertumbuhan dan
diferensiasi seluler. Salah satu kandungan zat dalam ASI yang berfungsi sebagai sistem imun
adalah Vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang bersifat labil
sehingga mudah mengalami oksidasi yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain
temperatur, lama simpan, cahaya, kondisi alkali dan adanya katalisator besi dan tembaga.
Pada saat penyimpanan temperatur dan lama penyimpanan sangat mempengaruhi stablitas
kadar vitamin C yang terdapat di dalam ASI. Temperatur penyimpanan yang tinggi dan waku
simpan yang relatif lama akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi sehingga kadar
vitamin C yang terdapat di dalam ASI akan mengalami penurunan atau kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
Sunita.2004.Metabolisme Vitamin C
http://www.slideshare.net/mluthfan2/metabolisme-vitamin-c-asam-askorbat diakses pada 18
Oktober 2015
file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/17547-46954-1-PB.pdf