Anda di halaman 1dari 14

Laporan Akhir Hari : Jum’at

MK. Biokimia Praktikum Tanggal : 30 Oktober 2020

PENENTUAN KADAR PROTEIN DALAM URIN


Disusun Oleh :

Raudhatul Aulia Eka Putri P031913411031

D III Gizi TK.2 A

Dosen pengampu:

Lidya Novita, S.Si, M.Si


Lily Restusari, M.Farm, Apt

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem urinaria adalah sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Ginjal yang sehat dapat menyaring semua protein
dari darah dan menyerapnya kembali sehingga tidak akan ada atau kalau pun ada di urine,
jumlahnya sangat sedikit. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di
glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Urine yang
normal hanya mengandung sedikit protein, yaitu di bawah 150 mg/24 jam (biasanya ditandai
dengan tanda (-)). Jika terdapat kadar protein urine di atas 150 mg/24 jam, hal ini dapat
disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada
urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis.Selama olah raga, stres atau diet yang tidak
seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien.Pra-menstruasi dan mandi
air panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan
proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang
memiliki risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang
sehat. Proteinuria yang persistent (tetap >= +1, dievaluasi 2-3x/3 bulan) biasanya
menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi hasil >= +1
yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan
aktivitas. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.Peningkatan ekskresi albumin
merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena
penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.Sedangkan peningkatan ekskresi
globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe
penyakit tubule interstitiel. Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis
kuantitatif protein dengan menggunakan sampel urine tampung 24 jam.
Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat
keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin,
gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase), asetazolamid
(Diamox), natrium bikarbonat. Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan
dengan glomerulonefritis akut atau kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida,
toksisitas bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut,
preeklampsia. Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom
nefrotik, glomerulo nefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.

1.2 Tujuan
Untuk menentukan adanya protein dalam urin 2. Untuk menentukan adanya indikasi
kelainan-kelainan pada fungsi renal

1.3 PRINSIP
Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam suasana asam,
karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhan, maka urin harus jernih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang cavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, julamhnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), adapun fungsi dari ginjal itu yaitu sebagai berikut;
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
2. Mempertahankan suasana keseim bangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan
amoniak.

B. Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui proses filtrasi,
reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus, dimana ultra filtrate plasma
darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna
bagi metabolisme tubuh untuk mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga
memindahkan hasil-hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan
dalam uri. Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan urin. Dengan
cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan tekanan osmotic. Kedua
ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, 125 ml diabsorsi dan yang 1 ml
dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin. Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin
(Santoso, 2011).
Menurut Santoso (2011), filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan hidrostatik darah
dimana gaya-gaya yang melawan tekanan hidrostatik, yaitu:
1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja pada kapsul
Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang melawannya
adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira 25 mm Hg.

C. Sistem Urin (Ginjal)


Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi
membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Ginjal selain
berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: renin-
angiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D)
(Santoso, 2011).
Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies hewan Mammalia.
Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Bagian ginjal
yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis,
vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan
sebelah luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya
agak gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi, capsula
Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak dijumpai loop of Henle
(Santoso, 2011).
Ginjal mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air
dan garam tersebut. Kebutuhan cairan yang adekuat penting bagi ginjal. Ginjal merupakan
organ vital karena mempunyai fungsi multipel yang tidak dapat digantikan oleh organ lain.
Fungsinya antaralain: ekskresi produk sisa metabolic dan bahan asing, pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan kosentrasi
elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam basa, sekresi-
metabolisme-ekskresi hormon, glukoneogenesis
Menutut Herliawati (2012), fungsi penting air bagi tubuh adalah:
1. Pembentuk sel dan cairan tubuh
Komponen utama sel, kecuali sel lemak, adalah air, yaitu 70-85 %. Air berperan
penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon,
enzim dan sebagainya. Selain itu air juga terdapat dalam otot dan berguna menjaga tonus otot
sehingga otot mampu berkontraksi.
2. Pengatur suhu tubuh
Air menghasilkan panas, menyerap dan menghantarkan panas ke seluruh tubuh
sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil. Melalui produksi keringat yang sebagaian
besar terdiri atas air dan garam, air turut mendinginkan suhu tubuh.
3. Pelarut
Air melarutkan zat-zat gizi lainnya dan membantu proses pencernaan makanan. Karena
air merupakan zat anorganik, air tidak dicerna. Air dengan cepat melewati usus halus dan
sebagian besar diserap kemudian turut berfungsi sebagai salah satu komponen mukus agar
sisa zat makanan dapat keluar sebagai feses.
4. Pelumas dan bantalan
Air juga berfungsi sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan sendi, yang
memungkinkan sendi untuk bergerak dengan baik dan meredam gesekan antar sendi. Air juga
berfungsi sebagai bantalan tahan getar (shock absorbing fluid cushion) pada jaringan tubuh,
misalnya pada otak, mata, medula spinalis, dan kantong amniom dalam rahim.
5. Media transportasi
Karena sturkturnya yang terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, air
mudah bergerak dari satu kompartemen sel ke komparatemen sel lainnya, dari satu sistem
tubuh ke sistem lainnya. Air merupakan media transportasi yang efektif. Dalam sistem
pernapasan, air membantu transportasi oksgien ke seluruh tubuh.
6. Detoksifikasi
Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk toksin.
Berbagai sisa metabolisme itu dikeluarkan melalui saluran kemih, saluran cerna, saluran
nafas dan kulit, yang memerlukan media, yaitu air.
Menurut Herliawati (2012), urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Penggunaan
multiple dipstick urin untuk 10 pemeriksaan, yaitu :
1. Bilirubin. Keberadaan bilirubin di dalam air seni menunjukkan adanya infeksi hati /
liver (hepatitis).
2. Blood/Darah. Keberadaan darah di dalam urine menunjukkan adanya infeksi atau
perdarahan pada ginjal, kandung kencing dan saluran kemih.
3. Glukosa. Keberadaan zat ini di dalam urine menunjukkan penyakit kencing manis
(diabetes melitus).
4. Ketone. Keberadaan zat ini membantu dokter untuk menentukan tingkat / stadium dari
beberapa penyakit dan gangguan kesehatan.
5. Leucocytes/Sel darah putih. Keberadaan sel darah putih di dalam urine menunjukkan
adanya infeksi di dalam ginjal, kandung kemih atau saluran air kemih.
6. Nitrite. Keberadaan zat ini di dalam urine membantu dokter dalam menganalisa
kesehatan anda.
7. pH. Angka yang menunjukkan derajat keasaman urine anda. Penyimpangan dari
angka normal menunjukkan adanya perubahan kondisi darah akibat pengaruh tertentu.
8. Protein. Keberadaan sedikit protein di dalam urine dapat disebabkan karena suatu
infeksi atau perdarahan di dalam ginjal, kandung kemih atau saluran air kemih, tetapi
kalau kehadiran protein dalam jumlah besar menunjukkan adanya penyakit ginjal.
9. Specific Gravity/BD. Angka yang menunjukkan BD urine anda. Penyimpangan dari
angka normal menunjukkan adanya perubahan kondisi urin akibat pengaruh tertentu.
BD urin juga dapat menunjukkan adanya penyakit diabetes insipidus.
10. Urobilinogen. Dalam keadaan normal zat ini ada di dalam urine.

D. Proses Pembentukan Urin


Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi untuk
penampung hasil filtrasi dari glomelurus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan
kembali zat-zat yang sudah di saring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala
ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke
dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Menurut Poedjiadi (1994), ada tiga tahapan dalam pembentukan urine yaitu sebagai
berikut;
1. Proses Filtasi
Tejadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan deferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang
diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian glukosa, natrium, klorida, fosfat,
dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi
terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal dibagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam
tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3. Proses sekresi
Sisinya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala
ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
Menurut (Santoso, 2011), adapun proses pembentukan urin yaitu meliputi
1. filtrasi glomeruler
2. reabsopsi tubuler, dan
3. sekresi tubuler.
Menurut (Santoso, 2011), adapun ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbangan elektrolit
3. Memelihara pH darah
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh
organism

E. Uretra
Menurut Santoso (2011), uretra merupakan tabung yang mengalirkan urin dari kandung
kemih keluar tubuh;
1. Uretra pria terdiri atas 4 bagian yaitu: pars prostatika, pars membranasea, pars
bulbaris, dan pars pendulosa.
2. Uretra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 – 5 cm, dibatasi oleh epitel
berlapis gepeng dengan daerah-daerah dengan epitel toraks berlapis semu. Bagian
tengah uretra wanita dikelilingi oleh sfinkter eksternus yang terdiri atas otot lurik
volunter.

F. Protein
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat
bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang berbeda-
beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang udah larut dalam
air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah satu protein yang
tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dala bagian
putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi. Ada empat tingkat struktur dasar
protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuaterner. Struktur primer menunjukkan
jumlah, jenis dan urutan asam amino dan molekul protein. Oleh karena ikatan antarsam
amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida
yang urutannya diketahui.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengetahui jumlah, jenis, dan urutan asam amino
dala protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu;
1. Penentuan julah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
BAB III
METODOLOGI

ALAT & BAHAN ALAT:


1. Tabung reaksi
2. Penjepit
3. Lampu spritus
4. Botol sampel
5. Pipet tetes

BAHAN:
1. Urin normal
2. Urin penderita gagal ginjal
3. Asam Asetat 6%
4. Spiritus

3.2 PROSEDUR

Masukkan urin sampel atau penderita ke dalam

tabung reaksi sebanyak 1/3 tabung

Panaskan hingga mendidih, sambil digoyang-

goyang

Teteskan 3-5 tetes asam asetat 6% disaat mendidih

Amati kekeruhan yang terbentuk


BAB IV
HASIL
Berdasarkan uji asam asetat yang telah dilakukan, diperoleh hasil mengenai
kandungan protein pada urin mahasiswa Pendidikan Biologi Semester VI tahun 2017
sebagai berikut:

Hampir setengah dari seluruh mahasiswa yang diambil sampel urinnya positif (+)
terdapat kandungan protein. Diantara mahasiswa yang dinyatakan positif merupakan positif 1
(+1) yaitu sebanyak 33.5% dan positif 2 (2+) yaitu sebanyak 6.5%.

Uji protein menggunakan asam asetat merupakan pengujian kadar protein secara
kualitatif. Hasil yang diperoleh disimpulkan berdasarkan penilaian kondisi usin yang
menunjukkan reaksi positif terhadap reagen uji. Pengujian dinyatakan positif jika terdapat
gumpalan atau kekeruhan ada urin. Tingkat kekeruhan inilah yang menjadi indikator kadar
protein. Hasil dinyatakan negatif (-) jika tidak terdapat kekeruhan atau kekeruhan akan
menghilang setelah ditetesi asam asetat. Positif 1 menandakan kadar protein dalam urin
sebanyak 0,01-0,05%. Positif 2 menunjukkan kadar protein urin kira-kira 0,05-0,2%. Positif 3
menunjukkan kadar protein urin kira-kira 0,2-0,5%, sedangkan positif 4 menunjukkan kadar
protein urin kira-kira lebih dari 0.5%.

BAB V
PEMBAHASAN

Uji protein menggunakan asam asetat merupakan pengujian kadar protein secara
kualitatif. Hasil yang diperoleh disimpulkan berdasarkan penilaian kondisi usin yang
menunjukkan reaksi positif terhadap reagen uji. Pengujian dinyatakan positif jika terdapat
gumpalan atau kekeruhan ada urin. Tingkat kekeruhan inilah yang menjadi indikator kadar
protein. Hasil dinyatakan negatif (-) jika tidak terdapat kekeruhan atau kekeruhan akan
menghilang setelah ditetesi asam asetat. Positif 1 menandakan kadar protein dalam urin
sebanyak 0,01-0,05%. Positif 2 menunjukkan kadar protein urin kira-kira 0,05-0,2%. Positif 3
menunjukkan kadar protein urin kira-kira 0,2-0,5%, sedangkan positif 4 menunjukkan kadar
protein urin kira-kira lebih dari 0.5%.

BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. 46,2% atau 43 mahasiswa Biologi semester 6 prodi Biologi FKIP UMS positif
terdapat ptotein dalam urinnya
b. .53,7% mahasiswa Biologi semester 6 prodi Biologi FKIP UMS tidak terdapat ptotein
dalam urinnya
c. 83,7% atau 36 mahasiswa Biologisemester 6 yang positif terdapat protein dalam urin
atau 33.5% dari seluruh mahasiswa Biologi semester VI adalah +1
d. 16,2% atau 7 mahasiswa Biologi semester 6 yang positif terdapat protein dalam urin
atau 6.5% dari seluruh mahasiswa Biologi semester VI adalah +2
4.2 Saran
Pengujian protein urin selain dilakukan secara kualitatif sebaiknya juga dilakukan
secara kuantitatifKadar prosentase asam asetat sebaiknya minimal 6% untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Alvi Rosidi, Anatomi Fisiologi Manusia dan Gizi Manusia, BPK, UNS, Surakarta.

Dwi Setyo Astuti. 2017. Kadar Protein Urin MenggunakanUji Asam Asetatpada Mahasiswa
Pendidikan Biologi Semester VI FKIP UMS 2017. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Kimball, J. W. (1998). Penerj. Siti Soetarmi. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga

Montgomery,R. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Probosunu, N. 1994 . Fisiologi Umum. Yogjakarta : Gajah Mada University Press

Santoso, A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Unwidha Klaten.

Anda mungkin juga menyukai