Disusun Oleh :
Ni Ketut Ledi Wiryanti
2020.04.047
Mengetahui
Pembimbing Akademik
Didalam setiap ginjal terdapat sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula
bowman, tubulus kontraktus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontraktus
distal yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul Glomerulus bersama Kapsul
Bowman juga disebut badan Malpigi (NKUDIC, 2010).
Berikut adalah bagian-bagian dari nefron ginjal dan fungsinya:
1. Glomerolus
Glomerolus adalah gulungan kapiler korpus renal yang berdiameter 200
μm dan dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut
Kapsula Bowman.
Lapisan luar membentuk batas luar korpuskulus renal (lamina parietalis)
yang terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang lamina basalis dan
selapis tipis serat retikulin. Lapisan dalam (lamina visceralis) meliputi
kapiler glomerulus yang terdiri dari sel-sel podosit. Kutub urinarius dari
korpuskulus renal, epitel gepeng dari lapisan parietal Kapsula Bowman,
berhubungan langsung dengan epitel selindris dari tubulus kontraktus
proksimal. Tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontraktus distal
dankarenanya tampak lebih banyak dekat korpuskulus renalis dalam
labirin korteks (NKUDIC, 2010).
2. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus proksimal (tubulus kontortus proksimal) adalah saluran berliku-
liku yang berada setelah glomerulus. Tubulus kontortus proksimal
panjangnya mencapai 15 nm dan sangat berliku. Permukaan yang
menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitelial kuboid yang kaya
akan mikrovili (brush border) dan memperluas area permukaan lumen
fungsi tubulus kontortus proksimal adalah untuk melakukan reabsorpsi
(penyerapan kembali) zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh seperti
asam amino (NKUDIC, 2010).
3. Lengkung Henle
Lengkung Henle adalah saluran berbentuk U yang merupakan
perpanjangan dari tubulus kontortus proksimal. Lengkung Henle terdiri
dari bagian menurun dan bagian naik. Bermula dari bagian korteks,
lengkung Henle menerima filtrat dari tubulus kontortus proksimal,
kemudian menurun hingga ke medulla lewat bagian menurun, kemudian
kembali ke korteks melalui bagian naik untuk selanjutnya dibawa ke
tubulus kontortus distal. Fungsi utama lengkung Henle adalah untuk
mengendapkan garam di interstitium, jaringan yang mengelilingi
lengkung Henle dan memisahkan urine yang berada di kedua tubulus
tersebut. Panjang Lengkung Henle sekitar 2-14 mm (NKUDIC, 2010).
4. Tubulus Kontortus Distal
Tubulus distal (tubulus kontortus distal) adalah saluran berliku-liku yang
berada di paling akhir dari saluran nefron. Fungsi tubulus kontortus distal
adalah untuk melakukan proses augmentasi atau penambahan zat yang
tidak berguna atau berlebihan sehingga urine menjadi pekat dan siap
untuk dikeluarkan dari tubuh (NKUDIC, 2010).Tubulus kontortus distal
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dibandingkan tubulus
kontortus proksimal. Sel yang mengelilingi tubulus ini memiliki banyak
mitokondria untuk memproduksi banyak energi ATP untuk transpor aktif.
Kebanyakan transpor ion yang terjadi di tubulus kontortus proksimal
diatur oleh sistem endokrin dengan kehadiran hormon paratiroid, tubulus
kontorus distal mereabsorpsi lebih banyak kalsium dan mensekresi lebih
banyak fosfat. Ketika hormon aldosteron dihadirkan, sodium lebih banyak
direabsorpsi dan lebih banyak potasium disekresi. Atrial natriuetik peptida
menyebabkan tubulus kontortus proksimal mensekresi lebih banyak
sodium. Tubulus ini juga mensekresi kation hidronium dan amonium
untuk mengatur pH. Hasil dari augmentasi tubulus kontortus distal
merupakan urine sebenarnya (NKUDIC, 2010).
5. Duktus Kolektivus
Duktur kolektivus (tubulus kolektivus) adalah saluran yang berfungsi
untuk mengumpulkan urine dari berbagai nefron untuk dibawa ke pelvis
dan disimpan dalam kantung kemih untuk beberapa saat sebelum
dikeluarkan (NKUDIC, 2010).
1.5 WOC
Streptococus
Menyerang dinding kapiler
glomerulus
Filtrasi Glomerulus
Hematuria
Respon asidosis
Edema anasarka
Mual muntah meatabolik dan
sindrom uremia pada
vvvvvvvvv sist
Hipervolemia Anoreksia Nyeri akut Gangguan
eliminasi urine
Hambatan
Intake nutrisi pertukaran gas
Edema pada wajah dan
seluruh tubuh , pitting
udema > 2 detik
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
gangguan rasa nyaman
kebutuhan tubuh
1.6Manifestasi Klinis
1.8Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di
glomerulus.
1. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi
beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi
Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk
10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap
kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara
teoritis, anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan
ini sangat kecil (Nelson, 2000).
2. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemebrian sedative
untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi
dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Magnesium sulfat
parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek toksik (Nelson, 2000)
3. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah (Lumbanbatu, 2003)
4. Diuretikum dulu tidak diberikan pada GNA akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian
furosamid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/kali) dalam 5-10 menit dan tidak
berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus (Noer, 2002)
Menurut Baughman (2000) tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk memulihkan fungsi
ginjal dan mengobati komplikasi dengan cepat.
1. Penisilin untuk infeksi streptococus residual
2. Preparat diuretik dan anti hipertensi
3. Pertukaran plasma (plasmaferesis) dan pengobatan dengan obat-obatan steroid
dan sitotoksik untuk mengurangi respon inflamasi pada penyakit yang
berkembang dengan pesat.
4. Kadang diperlukan dialysis
5. Tirah baring. Selama fase akut sampai urine jernih dan BUN, kreatinin dan
tekanan darah kembali normal
Nutrisi :
1. Diit protein dibatasi pada peningkatan BUN
2. Natrium dibatasi pada hipertensi, edema
3. Karbohidrat untuk energi dan penurunan protein katabolisme
4. Cairan diberikan sesuai kehilangan cairan dan berat badan harian
1.10 Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria
yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis
peritoneum kadang-kadang diperlukan (Nuari & Widyawati, 2017).
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hiperetensi terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejangkejang. Ini
disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak (Nuari &
Widyawati, 2017).
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran
jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah, melainkan juga disebabkab oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap
dan kelainan di miokardium (Nuari & Widyawati, 2017).
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoetik
yang menurun (Nuari & Widyawati, 2017).
4. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital yaitu
tekanan darah, nadi, RR, dan suhu pada anak, pada anak dengan glomerulus
nefritis akut biasanya terjadi peningkatan tekanan darah disebabkan akibat
terinduksinya sistem rennin-angiotensin, Hipertermi/suhu tubuh meningkat
dikarenakan adanya inflamasi oleh streptokokus.
2) Ukuran antropomerti. Adalah pengukuran fisik yang dapat di ukur dengan
alat pengukur seperti timbangan dan pita meter meliputi : berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan. Pada anak
dengan glomerulus nefritis akut biasanya terjadi penurunan berat badan
karena anak mengalami penurunan nafsu makan.
3) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan
atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak. Pada anak
dengan glomerulus nefritis akut biasanya tampak pucat, timbul edema
atau penumpukan cairan dibawah kulit karena penurunan fungsi ginjal,
dimana terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus yang mengakibatkan
ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen berkurang, sehingga terjadi
edema, pitting edema lebih dari 2 detik (Tobe, 2019)
2) Kepala. Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya ubun ubun
cekung, rambut kering (Tobe, 2019)
3) Wajah. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak
edema (Tobe, 2019)
4) Mata. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak
edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan
skelera anemis (Tobe, 2019)
5) Telinga. Tidak ada kelainan yang terdapat pada telinga anak dengan
GNA (Rafli, 2017)
6) Hidung. Biasanya hidung anakdengan GNA mengalami epitaksis, pilek
dan adanya gangguan pernapasan cuping hidung/hidung tersumbat
(gangguan pernapasan) (Rafli, 2017)
7) Mulut. Pada anak dengan GNA biasanya terdapat luka pada mulut
(Rafli, 2017)
8) Dada. Kesimetrisan dada, adanya suara crackles di paru, terdapat nyeri
pada dada, murmur pada jantung, takpneu, pernafasan kusmaul dan
edema paru (Amelia, 2016)
9) Abdomen. Pasien anak dengan GNA biasanya abdomen mengalami
ascites dan nyeri pada abdomen (Rafli, 2017)
10) Genitalia dan rectum
a) Tidak ada kelainan pada anus dan rektum
b) Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi hipospadia
atau epispadia, adanya edema skrotum atau terjadinya hernia serta
kebersihan preputium (Ngastyah, 2014)
c) Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa,
labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah secret
atau bercak darah (Ngastyah, 2014)
11) Ekstremitas. Tangan : telapak tangan pucat, dan udem , pitting udema
lebih dari 2 detik. Kaki : terdapat udem pada kaki pitting udema lebih
dari 2 detik (Ngastyah, 2014)
Edukasi :
Jelaskan penyebab faktor syok
Jelaskan tanda dan gejala syok
Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala syok
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan melalui oral
2 Hipervolemia b/d Status cairan Manajemen hipervolemia
gangguan 1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwatan 3x24 jam Observasi :
menanisme regulasi diharapkan hipervolemia membaik Periksa tanda dan gejala
2. Definisi : kondisi dimana cairan intravaskuler, interstisial dan hipervolemia
intraseluler Identifikasi penyebab
3. Ekspektasi : membaik hipervolemia
4. Kriteria hasil : Monitor intake dan output
cairan
1) Kekuatan nadi meningkat (5) Monitor tanda hemokonsentrasi
2) Output urine meningkat (5)
3) Berat badan membaik (5) Terapeutik :
4) Oliguria membaik (5) Timbang berat badan tiap hari
5) Intake cairan mambaik (5) Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala 30-40 derajat
Edukasi :
Anjurkan melapor juka haluran
urine ,0,5 Ml/kg/jam dalam 6
jam
Anjurkan melapor juka BB
bertambah >1kg dalam sehari
Ajatkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretik
3 Risiko defisit nutrisi Perilaku meningkatkan berat badan Manajemen nutrisi
kurang dari 1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan b/d diharapka status nutrisi membaik/meningkat Observasi :
ketidakmampuan 2. Definisi : tindakan-tindakan untuk menambah berat badan Identifikasi status nutrisi
menelan makanan 3. Ekspektasi : membaik Identifikasi alergi dan
4. Kriteria hasil : intoleransi makanan
Monitor asupan makanan
1) Mengidentifikasi penyebab penurunan berat badan meningkat Monitor berat badan
(5)
2) Menetapkan target berat yang sehat meningkat (5) Terapeutik :
3) Mengidentifikasi kebutuhan kalori meningkat (5) Lakukan orah hygiene sebelum
4) Mempertahankan asupan makanan dan muniman yang makan juka perlu
bernutrisi menirngkat (5) Sajukan makanan secara
5) Monitor IMT meningkat (5) menarik
Hentikan pemberian makanan
melalu NGT juka asupan oral
dapat ditoleransi
Kolaborasi :
Kolaboras dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
4 Gangguan eleminasi Eleminasi urine Manejemen eliminasi urine
urine b/d obstruksi 1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
anatomik diharapkan eleminasi urine membaik Observasi :
2. Definisi : pengosongan kandung kemih yang lengkap Identifikasi tanda dan gejala
3. Ekspektasi : membaik retensi dan inkontinensia urine
4. Kriteria hasil : Identifikasi faktor penyebab
1) Desakan berkemih menurun (5) retensi dan inkontinensia urine
2) Distensi akdung kemih menurun (5) Monitor eliminasi urine
3) Nokturia menurun (5)
4) Hematuria menurun (5) Terapeutik :
5) Berkemih tidak tuntas menurun (5) Catat waktu haluran berkemih
Batasi asupan cairan, jika perlu
Ambil sampel urine tengah
Edukasi :
Ajarkan tanda dan gejala retensi
urine dan inkontinensia urine
Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluran urine
Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
supositoria, jika perlu
5 Gangguan Pertukaran gas Pemantauan respirasi
pertukaran gas b/d 1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
ketidakseimbangan diharapkan gangguan pertukaran gas membaik Monitor irama , frekuensi
ventilasi-perfusi 2. Definisi : oksigenasi dan eleminasi karbondioksida pada membran keadalam, dan upaya nafas
alveolus kapiler dalam batas normal Monitor pola napas
3. Ekspektasi: meningkat Monitor adanya sumbatan jalan
4. Kriteria hasil nafas
1) Tingkat kesadaran meningkat (5) Monitor saturasi oksigen
2) Dispnea menurun (5)
3) Bunyi nafas menurun(5) Terapeutik:
4) Gelisah menurun (5) Palpasi kesimetrisan ekspansi
5) Pusing meurun (5) paru
Auskultasi bunyi nafas
Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi klien
Pasangkan alat bantu
pernafasan oksigen
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauaan
Informasikan hasil pemantauan
jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemerian oksigenasi
6 Nyeri akut b/d agen Kontrol nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis 1. Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1×6 jam Observasi :
diharapkan nyeri klien menurun Identifikasi lokasi,
2. Definisi : kemampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat karakteristik, durasi,
terbuka dan independen dengan orang lain frekuensi, kualitas, dan
3. Ekspektasi : meningkat intensitas nyeri
4. Kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
1) Melaporan nyeri terkontrol meningkat (5)
2) Kemampuan mengenal onset nyeri meningkat (5) Terapeutik :
3) Kemampuan mengenal penyebab nyeri meningkat (5) Berikan teknik
4) Dukungan orang terdekat meningkat (5) nonfarmakologi untuk
5) Keluhan nyeri menurun (5) mengurangi rasa nyeri
6) Penggunaan anlgesik menurun (5) (misal: terapi musik, da
distraksi relaksasi)
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri 2.
Jelaskan strategi untuk
meredakan nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgesik jika perlu
7 Gangguan rasa Status kenyaman
nyaman b/d gejala 1. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam
penyakit diharapkan gangguan rasa nyaman menurun
2. Definisi : keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik
psikologis, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan
3. Ekspektasi : membaik
4. Kriteria hasil
1) Keluhan tidak nyaman menurun (5)
2) Gelisah menurun (5)
3) Kesejahteraan fisik meningkat (50
4) Dukungan sosial dari keluarga meningkat (5)
DAFTAR PUSTAKA