GLOMERULONEFRITIS
PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Disusun oleh:
Kelompok 5
Nayla Rizki Inayah (2023210137)
Nazelita Abdullah Nasution (2023210138)
Nazwa Amelia Marita (2023210139)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2023/2024
BAB I
Tinjauan Pustaka
1. Anatomi Ginjal
Terletak di kedua sisi columna vertebralis, di bawah liver dan limphe. di sekitar
vertebra T12 hingga L3. merupakan organ berbentuk seperti kacang. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh
organ hati. (Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga ke12, ginjal kiri setinggi iga ke
11. Ginjal terletak dibelakang peritonium yg melapisi rongga abdomen
retroperitoneal. Di bagian superior ginjal terdapat adrenal gland (kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan
pararenal) yang membantu meredam goncangan Pada orang dewasa : panjang ginjal
sekitar 12-13 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm , berat ± 140 gram ( pria=150 – 170
gram, wanita = 115-155 gram).
Struktur organ ginjal ginjal ditutup oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat. Pada
potongan melintang memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu :
1. Korteks : bagian luar dari ginjal, berwarna coklat kemerahan. Fungsi utama korteks
ginjal adalah filtrasi sejumlah besar darah melalui glomerulus
2. Medula : Bagian dalam ginjal ,terdiri atas piramid renalis dengan apeks
menghadap kesinus renalis dan basis disepanjang ginjal terjadi kerja metabolik
terutama reabsorpsi Na dan ekstraksi O2 dari darah.
Lubang – lubang yang terdapat pada renal piramid membentuk simpul – simpul yang
terdiri atas satu badan malphigi yang disebut glomerulus. Kolumna Bertini ; Bagian
korteks yang mengelilingi piramid.Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang
terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.Kaliks
minor : bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami penyempitan
karena adanya duktus papilaris yang masuk ke bagian pelvis ginjal.Kaliks mayor:
Kumpulan dari beberapa kaliks minor. Pelvis : Reservoar utama sistem pengumpulan
ginjal.
Tiap tubulus ginjal dan glomerulus membentuk satu kesatuan yang disebut nefron
yaitu suatu Unit fungsional terkecil ginjal. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-
1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Dapat
dibedakan dua jenis nefron:
• Nefron kortikalis : nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks
dengan lengkung henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau
mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
• Nefron juxtamedullaris : nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari
korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun
jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.
Bagian-bagian nefron:
a. Glomerulus : Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, berfungsi sebagai
tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
b. Kapsula Bowman : Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerulus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerulus.
c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Tubulus proksimal : berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan -bahan dari
cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
2. Lengkung/ gelung Henle ( ansa henle) : membentuk lengkungan tajam
berbentuk U. Terdiri dari : pars descendens : bagian yang menurun
terbenam dari korteks ke medula dan pars ascendens: bagian yang naik
kembali ke korteks.Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai
dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedang kan
bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal. Lengkung henle
berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-
bahan ke dalam cairan tubulus. berperan penting dalam mekanisme
konsentrasi dan dilusi urin.
3. Tubulus distal : Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu d.
Duktus pengumpul (duktus kolektifus/duktus koligentis medula), Satu
duktus pengumpul menerima cairan dari 6 - 8 nefron yang berlainan.
Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
2. Fisiologi Ginjal
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh Kelebihan air dalam tubuh akan
diekskresikan oleh ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan
air (kelebihan keringat) menyebabkan urin yang diekskresikan jumlahnya
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
b. Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion Fungsi ini terjadi dalam
plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran yang abnormal dari ion-ion.
Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan
muntah-muntah, ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting
misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh Tergantung pada apa yang
dimakan, campuran makan (mixed diet) akan menghasilkan urin yang bersifat
agak asam, pH kurang dari enam. Hal ini disebabkan oleh hasil akhir metabolisme
protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urin akan bersifat basa, pH urin
bervariasi antara 4,8 sampai 8,2. Ginjal mengekskresikan urin sesuai dengan
perubahan pH darah.
d. Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum, kreatinin, dan asam urat) Nitrogen
nonprotein meliputi urea, kreatinin, dan asam urat. Nitrogen dan urea dalam
darah merupakan hasil metabolisme protein. Jumlah ureum yang difiltrasi
tergantung pada asupan protein. Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme
otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan
diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Peningkatan kadar ureum
dan kreatinin yang meningkat disebut azotemia (zat nitrogen dalam darah).
Sekitar 75% asam urat diekskresikan oleh ginjal, sehingga jika terjadi peningkatan
konsentrasi asam urat serum akan membentuk kristalkristal penyumbat pada
ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut atau kronik.
e. Fungsi hormonal dan metabolisme Ginjal mengekskresikan hormon renin yang
mempunyai peranan penting dalam mengatur tekanan darah (system rennin-
angiotensis-aldesteron), yaitu untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoesis). Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus
BAB 2
TINJAUAN KASUS
Penyakit yang mengenai glomeruli merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
pada anak. Cedera pada glomerulus menyebabkan terjadinya gangguan sistem filtrasi di
ginjal dan menurunnya glomerular filtration rate (GFR) sehingga dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang beragam. Berat ringan, progresivitas ataupun reversibilitas cedera
ginjal tergantung dari berbagai macam faktor, mencakup perjalanan penyakit, lokasi
kerusakan dan cepat atau lambatnya penanganan terhadap cedera glomerulus tersebut.
Cedera pada glomerulus yang tersering salah satunya adalah glomerulonefitis.
Meskipun penyakit ini dapat mengenai semua umur, tetapi GNA paling sering
didapatkan pada anak berumur 2–10 tahun. Glomerulonefritis akut pasca infeksi
streptokokus dapat terjadi secara epidemik atau sporadik. Perbandingan anak laki-laki dan
anak perempuan 2 : 1. Penyebab GNA adalah bakteri, virus, dan proses imunologis lainnya,
tetapi pada anak penyebab paling sering adalah pasca infeksi streptococcus β haemolyticus,
sehingga seringkali di dalam pembicaraan GNA pada anak yang dimaksud adalah GNA pasca
streptokokus atau GNAPS.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal. GNA merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa.
Gejala lain yaitu hematuria atau kencing yang mengandung darah baik secara
makroskopik maupun mikroskopik. Hematuria makroskopis yang tidak disertai rasa nyeri
merupakan gejala yang sering ditemukan. Gross hematuria terjadi pada 30- 50 % pasien
yang dirawat (Sekarwana HN, 2001). Hematuria mikroskopis umumnya didapatkan pada
semua pasien. Eritrosit pada urin terdapat pada 60-85% kasus, menunjukkan adanya
perdarahan glomerulus.
Pada pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan hemoglobin yang menurun karena
hemodilusi dan kelainan fungsi ginjal. Pada pemeriksaan urinalisis akan didapatkan warna
urin gelap seperti air cucian daging, berat jenis urin meningkat, eritrosit ditemukan dalam
urin, proteinuria, silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder granular (protein) dan silinder
lemak. Proteinuria biasanya sebanding dengan derajat hematuria dan ekskresi protein
umumnya tidak melebihi 2gr/m2 luas permukaan tubuh perhari. Melalui uji serologi respon
imun terhadap antigen streptokokus didapatkan peningkatan titer antibodi terhadap
streptolisin-O (ASTO) yang terjadi 10-14 hari setelah infeksi streptokokus. Kenaikan titer
ASTO terdapat pada 75-80% pasien yang tidak mendapat antibiotic.
pada umumnya prognosis glomerulonefritis akut pada anak adalah baik bila ditangani
dengan cepat dan tepat. Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi beberapa di antaranya
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk. 0,5-2% kasus menunjukkan penurunan
fungsi ginjal cepat dan progresif dan dalam beberapa minggu atau bulan jatuh ke fase gagal
ginjal terminal.
Perbaikan klinis yang sempurna dan urin yang normal menunjukkan prognosis yang
baik. Insiden gangguan fungsi ginjal berkisar 1-30%. Kemungkinan GNAPS menjadi kronik 5-
10 %. Angka kematian pada GNAPS bervariasi antara 0- 7% . Anak kecil mempunyai
prognosis lebih baik disbanding anak yang lebih besar atau orang dewasa oleh karena
GNAPS pada dewasa sering disertai lesi nekrotik glomerulus.
Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit, dengan
menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali. Fungsi
ginjal (ureum, kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4
minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi kelainan
sedimen urin akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada
sebagian besar pasien (Lumbanbatu SM, 2003). Selama komplemen C3 belum pulih dan
hematuria mikroskopis belum menghilang, pasien hendaknya diikuti secara seksama oleh
karena masih ada kemungkinan terjadinya pembentukan glomerulosklerosis dan gagal ginjal
kronik (Noer MS, 2002). Pencegahan GNAPS berkontribusi menurunkan insiden penyakit
ginjal dan gagal ginjal di kemudian hari.
BAB 3
KESIMPULAN
Diduga mekanisme yang terjadi pada GNAPS adalah suatu proses kompleks imun
dimana antibodi dari tubuh akan bereaksi dengan antigen yang beredar dalam darah dan
komplemen untuk membentuk suatu kompleks imun. Kompleks imun yang beredar dalam
darah dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat melekat pada kapiler-kapiler
glomerulus dan terjadi perusakan mekanis melalui aktivasi sistem komplemen, reaksi
peradangan dan mikrokoagulasi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
peneriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penanganan pasien adalah suportif dan
simtomatik. Pengobatan ditujukan terhadap penyakit yang mendasarinya dan komplikasi
yang ditimbulkannya. Anak kecil mempunyai prognosis lebih baik disbanding anak yang lebih
besar atau orang dewasa oleh karena GNAPS pada dewasa sering disertai lesi nekrotik
glomerulus. Perbaikan klinis yang sempurna dan urin yang normal menunjukkan prognosis
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA