Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny. N DENGAN CKD ON HD

DI RUANG PERAWATAN CEMPAKA

RSU KAB. TANGERANG

STASE KMB

Disusun Oleh:

ABDUL LATIF (2014901001)


FITRI APRIANA (2014901022)
AHMAD HOIRU S (2014901003)
AMALIA ISMAWATI (2014901005)
AUDY AMELIA (2014901010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) tidak dapat
dikembalikan atau dipulihkan dan terjadi penurunan progresif jaringan fungsi
ginjal. Ketika massa ginjal yang tersisa tidak dapat lagi menjaga lingkungan
internal tubuh, maka akibatnya adlalah gagal ginjal. Penyakit ini disebut CKD
stadium 5 dan juga disebut peny:kit ginjal stadium akhir (ESRD). CKD dapat
berkembang tanpa gejala selama beberapa tahun, atau mungkin akibat dari
episode ARF yang belum pulih. Insiden ESRD atau CKD stadium 5 sangat
beragam bergantung keadaan dan negara. Di Amerika Serikat, insidennya adalah
338 kasus baru per sejuta orang. Menurut US Renal Data System (Sistem Data
Ginjal AS), pada akhir 2003 total 441.051 orang dirawat dengan ESRD; kira-kira
28% melakukan transplantasi, 66% menerima hemodialisis, dan 5% menjalani
dialisis peritoneal (untuk beberapa orang, data tidak tersedia). Pola pengobatan ini
sangat beragam secara global.

B. Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya tulis ini adalah penulis mampu memahami konsep
penyakit CKD ON HD dan mempelajari asuhan keperawatan pada pasien CKD
serta memberikan pemahaman pada penulis agar dapat berfikir secara logis dan
ilmiah sesuai dengan kenyataan yang ada do lahan praktik.

C. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu kelompok mampu :

a. menggambarkan proses pengkajian pada pasien

b. menggambarkan proses penentuan diagnosa keperawatan yang muncul

c. menggambarkan proses penyusunan intervensi keperawatan yang tepat untuk


pasien.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

Saluran kemih terdiri atas empat struktur yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Ginjal menyeimbangkan pengeluaran zat-zat melalui urine,
terhadap penumpukan zat-zat tersebut di dalam tubuh melalui makanan atau
produksi. Konsekuensinya, ginjal adalah pengontrol utama dari homeostasis
cairan dan elektrolit. Ginjal juga memiliki beberapa fungsi metabolik dan
endokrin yang non-ekskretorik, termasuk pengaturan tekanan darah produksi
eritropoietin, degradasi insulin, sintesis prostaglandin, pengaturan fosfor dan
kalsium, serta metabolisme vitamin D. Filtrasi pada glomerulus ginjal adalah
langkah pertama dari pembentukan urine. Normalnya, volume yang sama
dengan volume plasma disaring tiap 45 menit, dan volumne yang sama dengan
total cairan tubuh disaring tiap 6 jam. Hasil filfrasi glomerulus mirip dengan
plasma, namun lebih sedikit mengandung sel dan protein dengan berat jenis
yang besar Hasil filtrasi glomerolus diubah dengan transpor aktif, difusi, dan
osmosis sewaktu melewati tubulus ginjal. Reabsorpsi dari komponen hasil
filtrasi meningkatkan penyimpanan glukosa, peptida, elektrolit, dan air. Sekresi
komponen plasma meningkatkan eliminasi asam organik dan basa (dan
beberapa obat). Sisa dari hasil filtrasi glomerolus keluar dari ginjal ke ureter.
Ureter membawa urine dari ginjal ke kandung kemih dengan kontraksi
peristaltik. Kandung kemih adalah ruangan yang dapat meluas, yang
menyimpan urine sampai urine dikeluarkan. Uretra adalah jalur keluar dari
kandung kemih, dan membawa urine keluar dari tubuh.

STRUKTUR SISTEM ELIMINASI

Ginjal

Ginjal terletak secara retroperitorneal, pada bagian posterior abdomen,


pada kedua sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara vertebra toraks
keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri biasanya terletak sedikit lebih tinggi
dari ginjal kanan karena letak hati. Ginjal orang dewasa secara rata-rata
memiliki panjang 11 cm, lebar 5-7, 5 cm, dan ketebalan 2,5 cm. Hal yang
menahan ginjal tetap pada posisi di belakang peritoneum parietal adalah sebuah
massa lemak peritoneum (kapsul adiposa) dan jaringan penghubung yang
disebut fasia Gerota (subserosa). Sebuah kapsul fibrosa (kapsul renal)
membentuk pembungkus luar dari ginjal itu sendiri, kecuali bagian hilum.
Ginjal dilindungi lebih jauh lagi oleh lapisan otot di punggung, pinggang, dan
abdomen, selaın ītu juga oleh lapisan lemak, jaringan subkutan, dan kulit.
Ginjal memiliki karakter bentuk yang melengkung, dengan daerah ujung luar
yang cekung dan batas bagian tengah yang cembung. Pada bagian yang paling
dalam dari daerah yang cekung, terdapat hilus, yang mana dilewati oleh arteri
dan vena renalis, getah bening, saraf dan pelvis renalis (ekstensi bagian atas dari
ureter). Sebuah kapsul fibrosa mengelilingi dan menempel pada parenkim
ginjal. Tiap ginjal dibagi menjadi tiga daerah utama: (1) korteks, (2) medula,
dan (3) pelvis. Korteks ginjal berada di bawah kapsui fibrosa, dan bagian dari
korteks memanjang ke lap.san medula untuk membentuk kolumna renalis
(kolumna Bertin) atau jaringan kortikal yang memisahkan piramid. Medula
terbagi menjadi 8-18 massa duktus koligentes/pengumpul berbentuk kerucut
yang disebut piramid renal. Dasar piramid terletak pada batas kortikomedularis.
Apeks piramid memanjang ke pelvis renalis, membentuk papila. Tiap papila
memiliki 10-25 bukaan pada permukaan, yang mana dilalui oleh urine untuk
menuju pelvis renalis. Delapan atau lebih kelompok papila terdapat pada tiap
piramid, masing-masing mengosongkan isinya ke kaliks minor, dan beberapa
kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor. Kedua atau ketiga kaliks
mayor merupakan penonjolan dari pelvis renalis Ruangan di pelvis renalis
dilapisi oleh epitel transisional. Volume gabungan dari pelvis dan kaliks kurang
lebih 8 ml. Volume yang berlebihan dapat merusak jaringan parenkim ginjal.
Pelvis renalis menyempit ketika mencapai hilus dan menjadi ujung proksimal
dari ureter. Aliran Darah Ginjal dan Filtuasi Glomerulus Ginjal menerima 20-
25% dari curah jantung dalam keadaan istirahat, dengan rata-rata lebih dari 1
liter darah arteri tiap menit. Cabang arteri renalis dari aorta abdominal setinggi
lumbal kedua, memasuki ginja, dan secara progresif bercabang ke arteri lobaris,
arteri interlobaris, arteri arkuata, serta arteri interlobularis. Darah mengalir dari
arteri interlobularis melalui arteriola aferen, kapiler glomerolus, arteriol eferen,
dan kapiler peritubulus. Beberapa kapiler peritubulus membawa sejumlah kecil
(kurang lebih 5% dari aliran darah renal) ke medula renalis di vasa rekta
(pembuluh darah yang panjang dan lurus) sebelum memasuki drainase vena.
Darah meninggalkan ginjal dalam sistem vena yang berkorespondensi dengan
sistem arteri: vena interlobularis, vena arkuata, vena interlobaris, dan vena
renalis. Kemudian, sirkulasi ginjal masuk ke vena cava interior. Susunan dari
dua jaringan kapiler secara berurutan di nefron memungkinkan sebagian besar
dari jumlah hasil filtrasi di kapiler glomerulus diserap kembali oleh kapiler
peritubulus. Kecepatan tiltrasi glomerulus yang normal adalah 125 ml/menit,
tapi karena adanya penyerapan kembali hasil filtrasi di kapiler peritubulus,
hanya sekitar 1 ml urine yang mengalir dari ginjal tiap nienitnya. Jika
penyerapan kembali ini tidak terjadi, tekanan darah tidak dapat dipertahankan.
Bersanmaan dengan kapiler lain di ubuh, keseimbangan antara tekanan
hidrostatik dan onkotik kapiler (hipotesis Starling) menentukan pergerakan
cairan transkapiler. Selain itu juga, pembuluh darah vasa rekta yang panjang
dan lurus memungkinkan pertukaran arus balik dari larutan dan memungkinkan
darah untuk melakukan perfusi ke medula renalis yang hipertonik tanpa
mengganggu gradien konsentrasi osmotik.

Ureter

Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal.


Biasanya sepanjang 25-35 cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan
penghubung ekstraperitoneal dan memanjang secara vertikal sepanjang otot
psoas menuju ke pelvis. Setelah masuk ke rongga pelvis, üreter memanjang ke
anterior untuk bergabung dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Pada
setiap sudut ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding kandung
kemih sepanjang 1,5-2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung kemih.

Terdapat tiga poin daerah yang mungkin mengalai obstruksi: (1) sudut
ureteropelvis, (2) pelvis brim (tempat ureter bersilangan dengan arteri iliaka),
dan (3) sudut ureterovesikal. Pada ketiga lokasi ini, ureter jauh lebih sempit.
Susunan anatomis ni biasanya berfungsi sebagai katup yang mencegak aliran
balik dari urine (refluks) ke ginjal. Oleh karena sulit bagi kalkuli (batu) untuk
melewati saluran yang sempit ini, batu ginjal biasanya tertahan di sudut-sudut
tersebut.

Tiap ureter memiliki karakter elastis dan terbuat dari tiga lapisan
jaringan: (1) mukosa bagian dalam (membran epitel transisional) melapisi
ruangan, (2) lapisan muskular, dan (3) lapisan luar fibrosa. Lapisan niuskular
biasanya tersusun secara longitudinal di bagian dalam dan sirkuler di bagian
luar. Namun, hampir sepanjang ureter, serat otot tersusun secara oblik dan
menyatu satu dengan yang iain, membentuk jaringan seperti kasa. Susunan otot
tersebut memungkinkan urine untuk didorong ke bawah dengan gerakan
peristalsis. Peristalsis ini dikontrol oleh sebuah pacu otot yang terletak di dekat
kaliks renalis. Darah dialirkan ke ureter melalui satu atau beberapa pembuluh
darah yang terletak secara longitudinal sepanjang saluran. Jumlah dan jenis dari
anastomosis arteri dengan pembuluh ureter berbeda pada tiap individu. Oleh
karena ureter melewati beberapa area anatomis, pembuluh darah ureter dialiri
olch beberapa arteri di bawah ini: (1) renalis (sering), (2) teslikularis atau
ovarian, (3) aorta dan iliaka komunis, (4) iliaka interna (sering), (5) vesika, (6)
umbilikal, dan (7) uterus. Inervasi ureter berasal dari saraf toraksik kesebelas
sampai lumbal pertama. Jaringan kerja saraf secara progresif menjadi lebih
padat sepanjang akhir ujung ureter
Kandung Kemih

Kandung kemih adalah organ kosong yang terletak pada separuh


anterior dari pelvis, di belakang simfisis pubis. Jarak antara kandung kemih dan
simfisis pubis diisi oleh jaringan penghubung yang longgar, yang
memungkinkan kandung kenih untuk melebar ke arah kranial ketika terisi.
Peritonium melapisi tepi atas dari kandung kemih, dan bagian dasar ditahan
secara longgar oleh ligamen sejati. Kandung kemih juga dibungkus oleh sebuah
fasia yang longgar. Dinding kandung kemih memiliki beberapa lapisan
jaringan. Lapisan bagian adalah dari dinding kandung kemih adalah epitel
transisionai dengan beberapa kelenjar penyekresi mukus. Kemudian ada tiga
lapisan otot yang tidak berbatasan jelas: lapisan dalam dan luar (longitudinal)
dan lapisan tengah (sirkuler). Serat dari lapisan lapisan tersebut berjalin
membentuk sebuah lapisan otot seperti kasa yang disebut otot detrusor.
Penyusunan ini memungkinkan dinding kandung kemih untuk tetap elastis dan
kuat. Kelompok dari lapisan otot polos ini bersama-sama membenluk sfingter
interna, atau bukaan ke uretra. Trigonum menjelaskan daerah segitiga yang
dibentuk oleh persimpangan ureterovesika dan stingter interna. Bagian superior
dan lateral dari kandung kemih didukung oleh arteri vesika superior; yang
merupakan cabang dari arteri umbilikal dan arieri iliaka interna. Arteri vesika
inferior yang menyuplai bagian inferior kandung kemih, dapat berasal dari
cabang independen atau bersamaan dengan arteri rektal iengah. Vena yang
menerina aliran dari kandung kemih, masuk ke vena iliaka interna. Persarafan
pada kandung kemih berasal dari simpatis hipogastrik, parasimpatis pelvis, dan
nervus somatik pudendal. Ganglia umumnya ditemukan pada dasar dari
kandung kemih dan di sekitar orifisium uretra. Area ini cenderung berkerja
secara berkesinambungan satu dengan yang lain, dan fungsinya dikontrol oleh
sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Uretra dan Meatus

Uretra adalah sebuah saluran yang keluar dari dasar kandung kemih ke
permukaan tubuh. Uretra pada lakilaki dan perempuan memiliki perbedaan
besar.

Uretra pada Perempuan

Uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan sedikit melengkung ke


depan ketika mencapai bukaan keluar, atau meatis, yang terletak di antara
klitoris dan lubang vagina. Uretra dilapisi oleh epitelium, yang mengandung
kelenjar penyekresi mukus. Lapisan otot longitudinal merupakan lanjutan dari
lapisan otot longitudinal dari kandung kemih. Serat olot sirkuler meliputi uretra
dan bertemu dengan otot sirkuler dari kandung kemih. Otot ini menipis di dekat
meatus. Ketika uretra melewati diafragma urogenital, serat otot sirkuler
membentuk sfingter eksterna. Uretra yang pendek merupakan salah satu alasan
infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan.

Uretra pada Laki-Laki

Pada laki-laki, uretra merupakan saluran gabungan untuk sistem reproduksi dan
pengeluaran urine. Kelenjar prostat, Walaupun bukan saluran langsung dari
sistem kemih, adalah penyebab mayor dari disfungsi kemih pada laki-laki.
Terletak di bawah leher kandung kemih, prostat mengelilingi uretra secara
menyeluruh. Normalnya, hubungan ini tidak menyebabkan masalali, namun jika
prostat membesar, prostat menekan uretra dan menghambat aliran keluar urine.
Uretra pada laki-laki memiliki panjang sekitar 20 cm, dan terbagi dalam 3
bagian utama. Uretra pars prostatika menjulur sampai 3 cm di bawah leher
kandung kemih, melalui kelenjar prostat, ke dasar panggul. Duktus
ejakulatorius pada sistem reproduksi mengosongkan isinya ada dinding
posterior uretra pars prostatika. Uretra pars membranosa memiliki panjang
sekitar 1-2 cm dan berakhir di mana lapisan otot membentuk sfingter eksterna.
Bagiandistal adalah kavernosa, atau penis uretra. Sepanjang sekitar 15 cm,
bagian ini melintas melalui penis ke orifisum uretra pada ujung penis. Penis
uretra juga dilapisi oleh sel-sel epitel

FUNGSI SISTEM ELIMINASI

Pertukaran Cairan Transkapiler

Pergerakan cairan pada tiap kapi.er bergantung pada keseimbangan


tekanan cairan dan tekanan osmotik. Tekanan darah kapiler di glomerulus
menggambarkan tahanan pada aliran arteriol aferen dan eferen. Kontraksi
praglornerulus (khususnya arteriol aferen), seperti yang disebabkan oleh saraf
simpatis ginjal, menurunkan aliran darah yang menuju kapiler gromerulus dan
menurunkan tekanan darah kapiler glomerulus dan laju filtrasi glomerulus
(GFR). Kontraksi post-glomerulus (khususnya arteriol eferen), seperti yang
disebabkan oleh angiotensin II, menahan darah di glomerolus dan
meningkatkan tekanan darah kapiler glomerulus dan GFR. Tekanan darah
kapiler peritubulus turun setelah kontraksi arteriol eferen maupun eferen.
Penurunan tekanan kapiler peritubulus nmembantu reabsorpsi hasil filtrasi
glomerolus. Tekanan onkotik plasma, yang khususnya dipengaruhi bleh
albumin, mengurangi filtrasi di kapiler glomerolus. Jika arier glomerulus rusak,
permeabilitas kapiler glomerolus erhadap protein, menurunkan daya reabsorpsi
onkotik normal, sehingga GFR meningkat. Tahanan utama dari filtrasi protcin
adalah endotelium bermuatan negatif dan mebran basalis dari kapiler
glomerulus. Hilangnya muatan negalil, seperti pada diabetes, memungkinkan
beberapa protein untuk lewat ke urine (proteinuria).

Mekanisme Tubulus untuk Sekresi dan Reabsorpsi

Tubulus renalis dilapisi oleh sel-sel epitel yang secara selektif


menyekresi atau menyerap kembali senyawa. Proses sekresi dain reabsorpsi.
sangat intensif energi. Segmen tubular berujung buta ini berasal dari
glomerolus, Protein transpor dan taut erat (tight junction) membantu dalam
menjelaskan fungsi dari segmen-segmen tubulus. Oleh karena tubulus renalis
dan jaras kemih dilapisi oleh sel-sel epitel, cairan tubuler secara fungsional
berada di luar tubuh (mirip seperti saluran gastrointestinal). Modifikasi dari
ultrafiltrasi terjadi dengan difusi dan transpor selektif di tubulus (Figur A&P 8-
5). Difusi, sccara kuantitatif merupakan proses yang paling penting. Beberapa
zat diserap oleh transpor diperantarai zat pembawa, seperti transpor natrium-
glukosa. Hasil filtrasi glomerulus mengalir secara progresit melalui kapsul
Bowman, tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, segmen
koligentes, dan duktus koligentes; kemudian memasuki ruang medula renalis,
lanjut ke ureter dan disimpan di kandung kemih sebelum dikeluarkan dari tubuh
sebagai urine. Segmen tubulus, secara anatomis bersebelahan dengan suplai
vaskular untuk nefron, sehingga sebagian besar hasil filtrasi direabsorpsi
kembali ke dalam darah pada tiap nefron. Aparatus jukstaglomerulus terdiri atas
glomerolus dan tubulus distal yang berasal dari glomerolus tersebut. Susunan
ini memungkinkan kontrol umpan balik negatif dari pembentukan hasil filtrasi
glomerolus pada level tiap nefron.

Reabsorpsi air diatur oleh gradien osmotik samia seperti di berbagai


tempat lain di tubuh. Osmolalitas korteks renal adalalh 300 mOsm, juga mirip
dengan kebanyakan area tubuh. Naimun, osmolalitas medula renalis dapat
mencapai 1.500 mOsm karena konsentrasi ureum, natrium, dan klorida yang
tinggi di ruang interstisial. Dua segmen tubular, lengkung Henle dan duktus
kolige ntes, lewat eialui medula renalis dan secara konsekuen berperan besar
dalam menentukan volume urine dan osmolaritas dengan mengatur reabsorpsi
air.
Segmen Tubulus Ginjal

Tubulus proksimal adalah "rumah kerja nefron; mereka menyerap


kembali 65% dari air yang disaring, Na', CI. dan K'. Mereka menyerap kembali
100% dari hexos yang terfilter (glukosa), asam amino, dan peptida-peptida kecil
dengan menggunakan tranpor pasangan Na'. Oleh karena mekanisme ini
menunjukkan kinetik salurasi, glukosa dapat masuk ke urine ika beban yang
ditiltrasi (konsentrasi plasma x LFG) melebihi kapasitas reabsorpsi ginjal (Ta).
Hal ini terjadi pada diabetes melitus, umumnya ketika konsentrasi glukosa di
plasma melebihi 300 mg/dl. Bagian desenden yang tipis dari lenglkung henle
sangat mudah dilewati air, memungkinkan air untuk kela dari tubulus sewaktu
hasil filtrasi melewati medula renalis yang secara osmotik terkonsentrasi.
Bagian tersebut iuno cukup permeabel terhadap natrium klorida (NaCI) dan
urea. Bagian asenden yang tebal dari lengkung Henle tidak dapat ditembus air,
sama seperti bagian bagian lain dari sistem kemih, kecuali bila tersedia hormon
antidiuretik (ADH). Pada lengkung asenden, pemindah Na/K/2CI menyerap
kembali elektrolit, dan perpindahan senyawa ini tanpa disertai perpindahan air,
menyebabkan hasil filtrasi yang hipotonik (100 mOsm); oleh karena itu, bagian
ini sering disebut segmen dilusi. Bagian asenden yang tebal dari lengkung
Henle adalah tempat kerja "loop'" diuretik. Transpor di tubulus distal dan
duktus koligentes memberikan kesempatan akhir untuk mengubah cairar tubular
sebelum hilang sebagai urine. Aldosteron memicu sekresi K dan reabsorpsi Na
di tubulus distal, dan antidiuretık hormon (ADH) meningkatkan reabsorpsi air
di duktus koligentes. Hasil filtrasi yang mengalir dar duktus koligentes ke ureter
adalah hasil ekskresi akhir: rine. Kandung kemih menampung urine untuk
eliminas namun tidak mengubah komposisi urine.

Mekanisme Ginjal dalam Keseimbangan Asam

Basa Eksresi asam/basa mendukung eliminasi karbon dioksida (Co,)


dari paru-paru untuk mengontrol status asam-basa tubuh. Asan di ginjal adalah
hidrogen {H°), amonium (NH,), fosfat, dan dapar (bufjer) sulfai. Basa ginjal
pada umumnya adalah bikarbonat (HCO,). Oleh karena tingginya beban saring
HCO, reabsorpsi bikarbonat merupakan tugas utama dari segmen tubulus. Hal
ini dilakukan pada tubulus proksimal dan distal dengan sekresi H dan
pembentukan Co, yang termediasi oleh karbonik anhidrase. Akhirnya, sekresi
asam dalam urine ditentukan oleh level CO, di plasma. Pembentukan amonium
(NH,') di tubulus proksimal memperbesar sekresi asam, khususnya dalam
asidosis kronis. Sel-sel di tubulus proksimal memetabolisme glutamin dan
membentuk amonia (NH,). Amonia (NH,) lidak bermualan dan berdifusi ke
dalam ruang tubular, di mana NH, bergabung dengan H' yang disekresi dan
membenluk NH,. NH, yang ber-ion tidak berdifusi secara bebas, dan tinggai di
dalam ruangan dalam sebuah proses yang disebut penjcbukan amonid. Derajal
keasaman (pH) dari nefron daerah distal dialur oleh sel-sel yang terinterkalasi.
Ada dua populasi dari sel-sel yang berinterkalasi. Satu populasi diorienlasikan
untuk sekresi HICO, dan yang lainnya diorienlasikan unluk sekresi H'.
Kenaikan level CO, di plasma memicu reabsorpsi (NaHCO), memperbaiki
asidosis. Penurunan leve! CO, di plasma memicu reabsorpsi HCl, memperbaiki
alkalosis.

Klirens

Kecepatan berbagai macam zat "dibersihkan" dari plasma menyediakan sebuah


cara yang berguna untuk menghitung efektivitas ginjal secara kuantitatif. Sesuai
definisi, bersihan ginjal terhadap suatu zal adalah volume plasma yang
dibersihkan dari zat tersebut oleh ginjal dalam suatu periode waktu tertentu.
Klirens dikalkulasi sebagai berikut

Ux(v)
C x=
P3

( konsentrasiurine)(kecepatan aliran urine)


Klirens=
konsentrasi plasma

Penjelasan simbol di atas U adalah konsentrasi urine dan V adalah


volume urine per menit. Klirens dari inulin (bukan insulin) merupakan zat yang
ideal untuk digunakan karena inulin hanya disaring oleh ginjal. Inulin tidak
disekresi maupun diseraP, sehingga merupakan zat yang lepat untuk meiguji
klirens. Dalam kondisi klinis, kreatinin menyediakan sebuah pengukuran non-
invasif dari perkiraan LFG, dan klirens dari asam p-aminohippuric (PAH) atau
Diodras menyediakan perkiraan aliran plasma di renal. Level kreatinin plasma
dan blood urea nitrogen (BUN) meningkat seiring dengan penurunan fungsi
ginjal, dan secara konsekuen mereka dapat digunakan sebagai penanda tidak
langsung dari LFG.
Klirens air bebas adalah kecepatan plasma yang bebaszat (air) ditambahkan atau
dikurangi dari aliran urine yang dibutuhkan untuk membua! urine isoosmotik
dengan plasma. Hal ini menyediakan ukuran keseimbangan air. Seorang klien
mungkin berada pada klirens air bebas positif bila osmolaritas urine kurang dari
osmolaritas plasma, atau erada pada klirens air bebas negatit bila osmolaritas
urine lebih besar dari osmolaritas plasma.

Konsentrasi dan Dilusi Urine Osmolaritas urine mencerniinkan


kescimbangan kecepalan reabsorpsi air dan senyawa. Hal ini ditentukan olei
Osmolaritas medula dan jumlah hormon antidiuretik CADH) yang bekerja pada
duktus koligentes karena keduanya mengalur reabsorpsi air. llasil filtrasi
glomerulus 1S00smotik dengan plasma (300 iOsm), dan osmolaritas haril
filtrasi tetap tidak berubalh pada tubulus proksimal. Osmolaritas meningkat
pada lengkung Henle desenden. Lengkung llenle asenden, di mana pengangkut
Na/ K/2Cl membuang ion-ion. namun tidak membuang air, menyebabkan
osmolaritas hasil filtrasi lurun menjadi 100 mOsnm. Nilai ini mirip dengan
batas osnmolarilas urine. ADH berkerja pada tubulus distal dan duktus
koligentes untuk meningkatkan permeabilitas air dan urea, memungkinkan hasil
filtrasi meniadi isoosmolar dengan korteks (300 m( sml; ika lereda sejumlah
besar ADHI, hal ini menjadi isoosmotik dnegmi bagian dalan medula (1.500
mOsm). Osmlarilas medult bagian dalam mewakilkan batas atas dari osmoralis
urime.

PENGATURAN PEMBENTUKAN URINE

Tekaan perlmsi renad andalath regulator jangka panjang yang dominan


dari pembentukan hasil filtrasi dan produksi urine (tekanan diuress dan tekana
natriuresis). Mekanisne lain juga mcngub,lh eccpatan pembentukan hasil filtrasi
dan efiisiensi dari reabsorpsi hasil filtrasi. Umpan balik tubuloglomerulus di
aparatus jukstaglomerulus memberikan kontrol umpan balik negatif dari l'G.
Aparatus jukstaglomerulus terbentuk oleh persimpangan arteriol aferen dari
glomerulus dan makula densa dari tubulus distal yang berkelok-kelok.
Penurunan dari penghantaran NaCl di tubulus distal menyebabkan refleks
kenaikan GFR, melalui dilatasi arteriol aferen dan dengan konstriksi arteriol
aferen yang dimediasi oleh angiotensin Il. Blokade pembentukan angiotensin Il
mengurangi efektivitas.dari sistem ini dan dapat menyebabkan penurunan LFG.
Banyak obat-obatan untuk menerapi hipertensi memblokade angiotensin-
converting enzyme (ACE), dan dapat menyebabkan penurunan LFG.
Pengaturan neural dengan sistem saraf simpatis juga mengontrol pembentukan
urine. Kontraksi simpatis dari arteriol aferen juga mengurangi pembentukan
hasil filtrasi. meningkatkan konservasi air dan garam, dan mengalihkan aliran
darah dari ginjal. simpatis renal teraktivas melalui respons terhadap hipotensi
yang dirasakan oeh baroreseptor arteri dan melalui respons terhadap
hipovolemia yang diterima oleh reseptor volume kardiopulmonal.

ENDOKRIN RENAL DAN AKSI METABOLISME

Kebanyakan aksi dari ginjal terikat oleh sistem kardiovaskular. Ginjal


menyintesis dan menyekresi eritropoietin, hormon yang meningkatkan sintesis
sel darah merah di sumsum tulang. Renin yang dilepaskan dari aparatus
jukstaglomerulus memicu pembentukan vasokonstiktor angiotensin I dan
pelepasan aldosteron. Produksi prostalglandin intrarenal membantu distribusi
regional dari aliran darah ginjal. Satu perkecualiandari hubungan ginjal-
Kardiovaskular adalah vitamin D. nial mengubah vitamin D menjadi bentuk
aktifnya, 1,25-dihidrokSikolekalsileroi. Vitamin D yang teraktilasi
meningkatkan penyerapan Ca di intestinal. Nomor dua setulah hati, ginjal
memiliki kapasitas olukoneogenesis yang besar. Urine merepresentasikan
sebuah cara hilangya nutrisi yang mungkin terjadi. khususnya pada penyakit.
Proteinuria dapat menyebabkan hilangnya protem lebih banyak dari protein
yang didapat melalui makanan. Glukosuria pada diabetes juga dapat
mewakilkan hilangnya kalori potensial secara signilikan, dan meningkatkan
risiko inteksi saluran kemih.

BERKEMIH

Produksi urine oleh ginjal relatif konstan (sI ml/menit), namun jumlah
ini dapat bervariasi dari 0,5 sampai 20 ml/menit. Aliran melalui ureter terjadi
secara berselang dan dikontrol oleh kecepatan pembentukan gelombang
peristalsis. Peristalsis yang memaksa urine menuju kandung kemih untuk
penyimpanan terjadi tiap 10-50 detik. Aktivasi parasimpatetis meningkatkan
frekuensi peristalsis dan stimulasi simpatis menurunkan frekuensi. Nervus
aferen (nyeri) menginisiasi refleks ureterorenal. Refleks ini, teraktivasi oleh
obstruksi, menyebabkan kontraksi ureter dan juga menycbabkan konstriksi
arteriol aferen untuk mengurangi produkSi urine. Penyumbatan batu ginjal di
ureter adalah penyebah utama dari refleks ini. Komponen sensorik dan motorik
dari saraf plevis memperarafi kandung kemih. Aktivasi dar sataf parasimpatis
menyebapkan kontraksi dari otot detrusor (kardung kemih). Stingter interna di
leher kandung kemih secara normal berkontraksi. Sfigter eksterna adalah otot
lurik di bawah kontrol sadar, dipersaraf oleh saraf pundendal saraf sarat ini aktif
secara tonus , namun aktivitasnya dapat dikurangi ketika dikontrol dari sistem
saraf pusat (SSP) yang lebih tinggi. komponen sensorik dan motorik dari saraf
plevis memperarafi kandung kemih. Aktivasi dar sataf parasimpatis
menyebapkan kontraksi dari otot detrusor (kardung kemih). Stingter interna di
leher kandung kemih secara normal berkontraksi. Sfigter eksterna adalah otot
lurik di bawah kontrol sadar, dipersaraf oleh saraf pundendal saraf sarat ini aktif
secara tonus , namun aktivitasnya dapat dikurangi ketika dikontrol dari sistem
saraf pusat (SSP) yang lebih tinggi. Refleks berkemin diawali ketika pengisian
kandungan kemih mengingkatkan tekanan dinding di atas ambang batas, yang
dirasaak sebagai keinginan untuk berkemih. Saraf sensori menyampaikan
informasi tegangan ke medula spinalis, dimana kenaikan aktivitas parasimpatis
menyebapkan kontrakdi otot detrusor. Kontraksi ini lebih lanjut meningkatkan
tegangan dinding kandungan kemih. meningkatkan refleks aktivitas
parasimpatisme dan meningkatkan kontraksi. Proses ini berulang sampai (1)
tegangan menjadi stabil (selama I menit), (2) refleks menjadi lelah, (3) sfingter
ekternan relaksasi dan kandungan kemih kosong. Jika pengosongan tidak
terjadi, proses ini kan berlangsung kembali dalam beberapa menit. Berkemih
difasilitasi oleh kontraksi abdomen, yang menekan kandung kemih dan
meningkatkan tegangan dinding, mengawali refleks. Refleks mikturisi
dimodulasi oleh input desenden dari struktur SSP yang lebih tinggi. Pons
memiliki pusat fasilitasi dan penghambat yang kuat. Korteks serebri juga dapat
memodulasi refleks, memungkinkan kontrol secara sadar terhadap waktu
berkemih.

B. Pengertian

Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk


mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa
tahun dan tidak reversible), gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan
penyakit kritis, berkembang sepat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu,
dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.

C. Penyebab
Penyebab CKD stadium 5 (ESRD) sangatlah banyak. Proses cedera dan
penyakit yang mungkin mengakibatkan gagal ginjal. Glomerulonefritis kronis,
ARF penyakit ginjal polikistik, obstruksi, episode pielonefritis berulang, dan
netrotoksin adalah contoh penyebabnya. Penyakit sistemik, seperti diabetes
melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliarteritis, penyakit sel abit, dan
amiloidosis, dapat menyebabkan CKD. Diabetes melitus adalah penyebab
utama dan terjadi lebih dari 30% klien yang menerima dialisis. Hipertensi
adalah penyebab utama ESRD kedua. Untuk menurunkan.risiko CKD, klien
harus diperiksa dengan teliti dan harus menerima pengobatan yang cukup untuk
mengontrol atau memperlambat perkembangan masalah ini sebelum
berkembang menjadi ESRD. Beberapa kondisi, sepeiti lupus dan diabetes
melitus, dapat berkembang menjadi gagal ginjal walaupun dengan pengobatan
yang tepat.

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis stadium awal gagal ginjal bergantung pada proses penyakit
dan faktor-faktor yang berkontribusi. Oleh karena kerusakan nefron berke
mbang nmenjadi ESRD, manifestasi dijelaskan menjadi sindrom uremia. Akhir-
akhir ini, National Kidney Foundation mengajukain serangkaian panduan klinis
praktis yang menggarisbawahi sistem klasifikasi seragam untuk CKD. Sistem
klasifikasi dan stratilikasi ini telah menggantikan istilah-istilah yang kurang
tepat seperti "insufisiensi ginjal kronis'" dan "gagal ginjal kronis." Manifestasi
klinis CKD stadium 5 muncul di seluruh tubuh. Tidak ada sistem organ yang
tersisa. Peta Konsep mengilustrasikan pengobatan penyakit ginjal stadium
5.Perubahan ginjal (yang dijelaskan sebelumnya) termasuk ketidakmampuan
ginjal mengonsentrasikan urine dan mengatur pengeluaran elektrolit. Poliuri
berkembang menjadi anuria, dan klien kehilangan pola pengosongan diurnal
normal. Selanjutnya, seluruh fungsi normał ginjal, seperti pengaturan
keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan darah, sintesis 1,25-
dihidroksikolekalsiferol, biogenesis eritropoietin, degadrasi insulin, dan sintesis
prostaglandin rusak.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dapat memberikan-informasi tentang keadaan dan


derajat penyakit saluran cerna bawah. Tes laboratorium, radiografi,
ultrasonografi, endoskopi, sitologi dan pemeriksaan lain pada umunya
digunakan. Rujuk ke manual- tes diagnositik untuk informasi spesifik yang
berhubungan dengan keperawatan dan untuk implikasi tes yang diidentifikas
pada diskusi di bawah ini.
1. Uji Noninvasif

Ginjal, Ureter, Kandung Kemih (GUK) Pemeriksaan ini merupakan tes yang
paling sederhana dari seluruh pemeriksaan uroradiologi yang tersedia.
Pemeriksaan ini digunakan untuk skrining dan tes preliminari, sering kali untuk
memeriksa batu ginjal maupun batu ureter. GUK juga sering menunjukkan
celainan kalsifikasidan dapat menunjukan massa jaringan lunak yang besar pada
abdomen. GUK biasanya rutin digunakan untuk melacak perkembangan batu
ureter karena batu juga memperlebar panjang ureter.

a. Pielogram Intravena (Intravenous Pyelogram [IVP])

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan awal untuk visualisasi dan evaluasi


pelvis renal klien, sistem pengumpul, dan ureter. Pemeriksaan ini dijadikan
standar emas untuk visualisasi noninvasif cacat pengisisan intraluminal dan
kelainan urotelial, dan akan menampilkan kelainan saluran kemih bagian atas.
Kejelekan utama pemeriksaan ini adalah kurang sensitif dalam
memvisualisasikan kelainan kecil pada sistem urogenital.

b. Ultrasonografi Renal

Pemeriksaan ultrasonografi disarankan pada klien yang tidak dapat menoleransi


CT scan atau klien dengan nilai kreatinin serum yang terlalu tinggi untuk dapat
dilakukannya IVP Pemeriksaan ini menghindarkan klien dari paparan radiasi.
dan risiko kontras intravena. Pemeriksaan ultrasonografi renal digunakan
terutama lesi kecil dalam saluran urogenital dan massa renal.

2. Uji Invasif

Tes diagnostik yang unik dan pemeriksaan florourodinamik dalam


mengevaluasi fungsi, kapasitas, dan sensasi kandung kemih. Ada beberapa
pilihan pemeriksaan biopsi invasif yang menjadi bagian dari diagnosis patologi
kandung kemih dan renal, seperti biopsi renal.

a. Biopsi Transuretra

Biopsi pada-lesi yang mencurigakan pada kandung kemih yang ditemukan saat
sistouretroskopi dilakukan pada klien dengan anastesi regional atau umum.
Spesimen biopsi dari jaringan yang mengelilingi jaringan kandung kemih juga
dilakukan secara acak untuk mengevaluasi jaringan sekelilingnya. Perawatan
klien tidak hanya penting penting pada klien saat menjalani endoskopi, namun
juga persiapan untuk anastesi. Intervensi mencakup membantu klien dalam
pemulihan anastesi dan menggunakan pengukuran kenyamanan untuk nyeri
uretra, spasme kandung kemih, nyeri pinggang, dan disuria, yang sering Kali
dirasakan setelah biopsi. Instruksikan klien untuk memperhatikan manifestasi
klinis infeksi, saluran kemih atau infeksi pada lokasi tusuk, dan melaporkannya
setelan prosedur selesai.

b. Biopsi Transrektal

Biopsi kelenjar prostat dilakukan melalui pendekatan rektum setelah spesimen


urine memastikan tidak adanya infeksi. Spesimen biopsi biasanya diambil
dengan jarum biops: inti ganda dipandu dangan ultrasonografi.

c. Endoskopi

Endoskopi digunakan pada pada bidang urologi, terutama dengan


sistouretroskopi. Sitoskopi dilakukan untuk inspeksi diagnostic dari saluran
Kemih untuk mengevaluasi adanya batu, infeksi, refluks vesikoureter, obstruksi
prostat, tumor kandung kemih dan striktur uretra (lihat Figur 32-6) Untuk
diskusi selengkapnya tentang prisedur ini, lihat ke buku rujukan. Prosedur
endoskopi untuk saluran kmih bagian atas, (lihat Bab 34) mencakup:
uretroskopi, uretropieloskopi fleksibel, dan nefroskopi. Untuh lebih detail
tentang prosedur ini dan prosedur lainnya, seperti pemeriksaan urodinamik,
yang umum untuk klien urologi, lihat ke buku teks diagnostik.

3. Uji Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk sistem perkemihan mencakup pemeriksaan


darah dan urine. Lihat pembahasan uji diagnostik untuk informasi tambahan.

a. Pemeriksaan Urine

Klien yang merasakan adanya perubahan pada urine harus diperiksa secara
lengkap tentang warna, kejernihan/ kekeruhan, dan adanya bau (selain bau
amonia). Urine seharusnya berwarna kuning pucat dan jernih serta hanya
memiliki sedikit bau ammonia. Karakteristik ini dapat berubah, bergantung
pada status penyakit dan status hidrasi. Sebagai contoh, ISK dapat
menyebabkan hematuria pada kedua jenis kelamin. Perubahan warna yang
paling signifikan yang dapat dilaporkan oleh klien adalah hematuria
makroskopis sering kali merupakan indikasi adanya keganasan urogenital. Pada
keadaan lain yang mungkin menjadil false positive adalah karena adanya
pengaruh beberapa faktor seperti asupan makanan, pada makanan tertentu
maupun multivitamin. Waktu timbulnya heinaturia dapat membantu dalam
mempersempit kemungkinan penyebab. Klien harus menjelaskan pada saat
alirang kencing berdarah adalah pada saat: awal (penyebab uretra), akhir (dari
prostat), atau hematuria total (dapat berasal dari semua bagian saluran kencing,
dengan penyebab fisiologis maupun anatomis) pertanyaan juga harus meliputi
ditemukannya bekuan darah, dan apakah klien harus mengejan pada awal
berkemih. Jika mengejan baru dirasakan pertama kali, maka hal ini dapat
mengindikasikan adanya bekuan darah. Kejernihan urine biasanya sangat
dipengaruhi oleh infeksi atau inflamasi uang menyebabkan adanya sel darah
putih atau kteria dalam urine. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya
fostat amorfik pada urine yang disebab, alkaii atau cairan mani pada ejakulasi
retrograde. Penyebab lain seperti Kristal, lendir (seperti pada diversi urine atau
neobladder), atau feses lebih jarang ditemui. Urine dengan bau yang menyengat
sering kali mengindikasikan adanya urine yang terkonsentrasi, juga menandai
adanya infeksi. Urine dapat terdegradasi dengan sendirinya jika dibiarkan pada
suhu ruangan dengan keadaan bau ammonia yang pekat dan meningkat.

b. Urinalisis

Klien yang datang dengan manifestasi saluran kemih biasanya akan menjalani
test urinalisis. Urinalisis yang dilakukan dengan menyediakan dipstick biasanya
memberikan in formasi yang beragam. Urinalisis mikroskopik menghitung
jumlah seldarah merah dan putih serta mengindikasikan adanya kast, kristal,
balkteri, atau sel epitelium. Urinalisis mikroskopik juga membedakan antara
keberadaan sel darah merah dalam sampel yang sebenarnya atau keadaan false
posiftve pada tes dipstick. Bergantung pada jenis pemeriksaan yang diminta,
urinalisis dapat dilakukan pada spesimen clean catch, spesimen midstream,
specimen urine baru, spesimen pagi pertama, urine tampung 12 atau 24 jam,
urine botol multiple (urine tampung serial), atau spesimen yang didapatmelalui
kateter. Lihat buku keperawatan fundamental untuk perincian tentang
pengambilan spesimen ini. Pada kecurigaan infeksi saluran kemih yang didapat
melalui riwayat klien atau keberadaan bakteri atau sel darah putih pada urine,
maka pemeriksaan kultur urine sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan ini
mengidentifikasi organisme yang berperan serta menghitung jumlah koloninya.
Secara umum, keberadaan organisme yang lebih dari 100.000 colony forming
units (CFU)/ml mengindikasikan adanya infeksi, walaupun terapi sudah mulai
dianjurkan pada jumlah 10.000-100.000 cfu/ml, jika telah didapati manifestasi
klinis yang sesuai untuk infeksi. Kultur urine juga sangat penting pada ISK
yang berulang, ISK dengan komplikasi, atau pada klien dengan ISK yang tidak
respons terhadap pengobatan. Teknik penampungan urinalisis sama derigan
spesimen midstream clean catch atau spesimen kateter. Penentuan resistansi
organisme hampir dirasa tidak perlu, karena E.coli yang dikenal sebagai 85%
penyebab pada infeksi rutin, sensitif terhadap hampir semua antibiotik.
Identifikasi obat mana yang dirasa sensitif untuk bakteri tertentu hanya
dilakukan pada manifestasi saluran kemih yang berulang atau persisten. Saat
karsinoma urotelium atau penyakit inflamasi kandung kemih, pelvis renal,
ureter, atau uretra diketahui atau dicurigai, maka pemeriksaan evaluasi sitologi
urine dilakukan. Spesimen yang digunakan dapat berasal dari urine yang bersih,
maupun bilas kandung kemih melalui kateter atau sitoskopi. Jika air kencing
yang dipakai, maka yang paling ideal adalah air kencing pertama pada pagi hari.
Pemeriksaan ini juga berguna untuk mendiagnosis sitomegalovirus atau
penyakit virus lainnya.

c. Pemeriksaan Urine Kuantitatif

Kreatinin klirens urine adalah pemeriksaan yang paling rutin dalam


nemeriksaan urine kuantitatif. Kreatinin mencerminkan laju filurasi glomerulus
dan kemampuan ekskresi tubulus ginjal. Kreatinin adalah sisa metabolisme
energi dari otot yang dikeluarkan dalam urine pada laju yang cukup konstan.
Tingkat jumlah kreatinin dalam urine berbanding lurus dengan laju filtrasi
glomerulus, dan dapat menghilang pada gangguan ginjal. Laju ekskresi dari
komponen urine serta kelengkapan dari tampungan dapat diintepretasikan saat
dihitung dengan kreatinin klirens. Untuk menentukan kreatinin klirens atau
pemeriksaan urine kuantitatif yang ain, specimen urine dikumpulkan selama 12
atau 24 jam sesuai dengan permintaan.

d. Pemeriksaan Darah Nitrogen Urea Darah.

Nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen-BUN) adalah pengukuran terhadap


fungsi ginjai karena urea adalah hasil akhir utama dari metabolisme protein
yang diekskresikan oleh ginjal. Pada BUN yang meningkat dapat
mengindikasikan adanya insufisiensi renal, walaupun hal ini tidak spesifik
untuk ginjal. BUN dapat meningkat karena faktor sistemik seperti sepsis,
kelebihan konsumsi protein, kelaparan, dehidrasi, dan gagal jantung. Dua per
tiga dari fungsi renal harus terkompromi sebelum meningkatnya BUN dapat
terlihat. Nilai rasio normal BUN terhadap kreatinin adalah 20:1. Ha:1. Hal ini
dapat meningkat (20:1) pada klien dengan dehidrasi atau memiliki obstruksi
sistem saluran kemih bilateral. Rasio ini juga dapat mrnurun jika klien
overhidrasi atau pada keädaan insufeisiensi hepar lanjut.

e. Kreatinin Serum

Kadar kreatinin serum lebih spesifik untuk menilai fungsi renal karena tidak
dipengaruhi oleh asupan makanan atau status cairan. Hal ini dapat meningkat
pada glomerulonefritis, pielonefritis, tubular nekrosis akut, nefrotoksisitas,
insufisiensi renal dan gagal ginja. Peningkatan juga dapat terlihat pada klien
dengan gagal ginjal sekunder yang disebabkan oleh obstruksi saluran
pengeluaran. Peningkatan kadar kreatinin serum dapat terjadi pada penyakit
sistemik sperti hipertensi atau diabetes, namun nilainya akan tetap normal
sampai 50% dari fungsi renal telah terkompromi.

f. Kreatinin Klirens

Pemeriksaan ini adalah pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji fungsi
renal dan tidak membutuhkan injeksi pewarnaan atau pemeriksaan radiologi.
Nilai normalnya adalah 90 sampai 110 ml/menit dan menurun seiring dengan
bertambahnya umur.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Dialisis

2. Transplantasi Ginjal

G. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan Pertukaran Gas

2. Hipervolemia

3. Nyeri Akut

4. Perfusi perifer Tidak Efektif

5. Defisit Nutrisi

6. Intoleransi Aktivitas

7. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. N DENGAN CKD ON HD

DI RUANG PERAWATAN CEMPAKA

RSU KAB. TANGERANG

I. PENGKAJIAN
A. DENTITAS DIRI KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB

Nama Klien : Ny. N Tanggal : 20 November 2020


Masuk RS
Umur : 36 Tahun Diagnosa : CKD ON HD
Medis
Jenis : Perempuan Sumber : Pasien
Kelamin Informasi
Alamat klien : Kp. Kosambi Rt. Tanggal : 30 November 2020
019/006 Kosambi Pengkajian
Sukadiri
Status : Menikah Ruang : Cempaka
Perkawinan
Agama : Islam Keluarga : Suami
dekat yang
dapat-
segera
dihubungi
(PJ)
Suku : Jawa Nama PJ : Tn. M
Pendidikan : SMA Pekerjaan PJ : Karyawan Swasta
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat PJ : Kp. Kosambi Rt.
019/006 Kosambi
Sukadiri
Telp PJ : 082110323xxx

B. ANAMNESA
- Alasan masuk RS
Pasien mengatakan sesak satu hari sebelum masuk RS, Mual, Muntah, Lemas, dan
sesak
- Masuk dari : pasien dari IGD
- Alat yang digunakan saat masuk : pasien di bawa menggunakan brankar rumah sakit
ke ruang cempaka

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama saat pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri perut
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengatakan masuk pada tanggal 21 november 2020 dengan keluhan sesak dan
mual muntah. Pasien mengatakan keluhan terjadi sehari setelah melakukan HD.
Pasien tampak batuk jarang, secret sulit dikeluarkan, nyeri perut kanan atas dan
exterimitas kiri bawah tampak bengkak/ edema derjat 2 kedalaman 3-5mm dengan
waktu kembali 5 detik, akral dingin, nadi teraba kuat reguler, spo2 99%

3. Riwayat Kesehatan Lalu :


Pasien mengatakan mempunyai riwayat darah tinggi kurang lebih 2 tahun, biasa
berobat di Rumah Sakit, dan biasa minum obat candesartan, ramipril dan clonidin.

Penyakit pada masa anak- : Pasien mengatakan tidak pernah


anak dan penyakit infeksi
yang pernah dialami
Imunisasi : Pasien mengatakan imunisasi lengkap
Kecelakaan yang pernah : Belum pernah kecelakaan sebelumnya
dialami
Prosedur operasi dan : belum pernah operasi sebelumnya
perawatan rumah sakit
Allergi ( makanan,obat- : tidak ada alergi obat maupun makanan
obatan, zat/substansi,textil

Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas)

ObatObatan Dosis Dosis terakhir Frekuensi


(Resep/obat bebas)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

4. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit yang pernah : Hipertensi dan gagal ginjal


diderita
Orang Tua : Ayah pasien memiliki penyakit hipertensi
Saudara kandung : Klien mengatakan saudara tidak ada yang
memiliki sakit yang sama dengan klien
Anggota keluarga lain : Tidak ada yang mengalami sakit seperti
pasien
Penyakit yang sedang : CKD on HD
diderita
Orang tua : Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi
Saudara kandung : Tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama seperti pasien
Anggota keluarga lain : Tidak ada yang mengalami sakit seperti
pasien
Riwayat penyakit : Pasien ada riwayat penyakit keturunan
genetic/keturunan/herediter hipetensi dari ayah pasien
Genogram: (gambarkan silsilah keluarga 3 generasi)

Keterangan :

: laki- laki : garis perkawinan

: perempuan : garis keturunan

: klien : garis serumah

: meninggal
D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN ( Model Gordon )

1. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN/MANAJEMEN KESEHATAN

Persepsi terhadap : Pasien mengatakan kesehatan itu penting


penyakit
Arti sehat dan sakit bagi : Sehat dapat melakukan apa saja dan sakit
pasien berbicara saja sulit
Pengetahuan status : Pasien ada hipertensi, dan gagal ginjal
kesehatan pasien saat ini
Perlindungan terhadap : Pasien mengatakansudah 1 tahun rutin HD
kesehatan program setiap 2x dalam seminggu yaitu hari selasa
skrining, kunjungan ke dan jumat
pusat pelayanan
kesehatan, diet, latihan
dan olahraga,
manajemen stress, faktor
ekonomi
Pemeriksaan diri : Kunjungan HD setiap minggu
sendiri : payudara,
riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah
dilakukan
Perilaku untuk : (√)Tidak ()Ya Berhenti (Tanggal) : () Pipa
mengatasi masalah ( ) Cerutu () <1 bks/hari ( ) 1-2 bks/hari ( )
kesehatan Tembakau >2 bks/hari , Riwayat bks/tahun: (√) Tidak
() Ya , Jenis/jumlah : tidak ada /hari
/minggu /bulan
Obat lain : (√) Tidak ( ) Ya Jenis :
Penggunaan : tidak ada Alergi (obat-
obatan, makanan, plester, zat warna) :tidak
ada Reaksi : tidak ada Obat-obatan
warung/tanpa resep dokter : tidak ada

2. POLA NUTRISI / METABOLISME

Kebiasaan jumlah : makan sehari 3 kali hanya


makanan Jenis dan jumlah (makanan dan minuman):
makan nasi, sayur dan lauk pauk, minum air
putih dan teh sehari 1-2 gelas

Di RS Jenis : diet lunak rendah protein, rendah garam.


Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir, porsi yang dihabiskan tidak habis,
hanya 2 sendok,
Nafsu makan : tidak mau makan, sesak yang
membuat susah makan, hanya diet yang di
berikan

Kepuasan akan berat : berat badan BB: 54 kg


badan
Persepsi akan : Kurang baik
kebutuhan metabolik
Faktor pencernaan : nafsu makan kurang adekuat ,
ketidaknyamanan pasien mulai merasa
sesak, rasa dan bau tidak dapat merasakan
rasa dan bau karena mual, mukosa mulut
kering , mual ada, pembatasan makanan diet
sesuai DPJP dan petugas gizi , alergi
makanan tidak ada

Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS):

Diet/Suplemen Khusus : diet lunak rendah protein, rendah garam.

Instruksi Diet : (√ )Ya ( )Tidak


Sebelumnya
Nafsu makan : ( ) Normal ( ) Meningkat (√ ) Menurun
( ) Penurunan Sensasi Kecap ( ) tidak ada
(√ ) Mual ( ) Muntah ( ) Stomatitis
TB : 150 CM
BB : 54 Kg, BB sebelum masuk RS : 54 Kg
IMT : 24,0 ( Nilai Normal 18.5 Hingga 25.0)
Perubahan BB 6 bulan : (√)Tak ada ()Ada turun kg (Peningkatan /
terakhir Penurunan)
Kesulitan Menelan : (√) Tidak () Makanan Padat () Makanan
(Disfagia) Cair
Gigi : tidak lengkap Atas ( Parsial tidak Lengkap)
Bawah (Parsial tidak Lengkap)

Riwayat Masalah Kulit / : (- ) Tak ada (-) Penyembuhan abnormal


Penyembuhan (-) Ruam (√ ) Kering () Keringat Berlebihan
Gambaran diet pasien : Makan pagi : 1 kali diet lunak
dalam sehari Makan siang : 1 kali diet lunak
Makan malam : 1 kali makan lunak
Pantangan/Alergi : Tidak ada

3. POLA ELIMINASI

Kebiasaan pola buang : Pasien mengatakan urine keluar masih


air kecil sedikit, urine warna kuning teh,
bau pesing (√), nyeri/disuria (-) nokturia (-)
hematuria (-) kemampuan mengontrol
BAK , Inkontinensia urin Tidak (√)Ya (-),
Total urine selama 4 jam 100 cc
Haluaran urine = 0,5-1cc/kg/jam
= 27-54 cc/jam
Kadang-kadang Kesulitan menahan
berkemih /retensi (-) Kesulitan mencapai
toilet (√) Alat bantu (-) Kateterisasi
intermitten tidak, Kateter indwelling tidak
Kateter Eksternal tidak,
Perubahan Lain-lain : tidak ada perubahan
di vagina

Balance cairan : Intake = 360 cc


Output = 100 cc
IWL = 15x BBx jam : 24jam= 15x54x4:24=
135 cc
Balance = Intake -output -IWL = 360 – 100 –
135= (+) 125cc
Balance 4 jam (+) 125 cc
Deuresis 0cc/kgBB/jam
Kebiasaan pola buang : frekuensi tidak menentu sehari jumlah
air besar kurang lebih 100 (cc), warna, kuning , bau
kha, tidak ada nyeri, tidak Incontinensia
alvi/kemampuan mengontrol BAB, adanya
perubahan lain (-) Tgl defekasi terakhir 30
november 2020, Konstipasi tidak ada,
lembek biasa (-), Diare (-) penggunaan obat
pencahar (-) Ostomi (-) Jenis tidak ada Alat
tidak ada karakteristik stoma tidak terpasang
stoma, pasien setiap pagi BAB selama di RS

Keyakinan budaya dan : Berobat ke Rumah sakit untuk sembuh


kesehatan
Kemampuan perawatan : Di bantu perawat dan keluarga
diri
Kebersihan diri : pasien mandi dan kebersihan diri di bantu
sebagian oleh keluarga
Penggunaan bantuan : Tidak ada
untuk ekskresi
Data pemeriksaan fisik : Mual (√) muntah(-),bentuk abdomen simetris
yang berhubungan (√), asites (√), nyeri tekan (√) , tanda murfhi
(abdomen, genitalia, (-), pembesaran hati atau limfe(-), Bising
rektum, prostat) usus : 9 x/menit

4. POLA AKTIVITAS / OLAHRAGA

Aktivitas kehidupan : hanya tiduran saja di rumah selama sakit


sehari-hari
Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas : tidak
pernah olahraga

Aktivitas menyenangkan : Tidak ada


Keyakinan tentang : tidak ada
latihan dan olahraga
Kemampuan untuk : selama sakit di bantu keluarga selama di
merawat diri sendiri Rumah Skit
(berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi)
Penggunaan alat bantu
Data pemeriksaan fisik : - Sistem Kardiovaskular (inspeksi,
(pernapasan, palpasi, perkusi, auskultasi): dada
kardiovaskular, simetris, tidak ada lesi. Saat di
muskuloskeletal, palpasi tidak teraba getaran thrill.
neurologi) Nadi teraba kuat dan reguler. Saat di
perkusi pekak. Hasil Tanda-tanda
Vital TD : 160/90 mmHg, N:96
x/menit S: 36˚C, CRT : >3 detik,
JVP 8 cmH20, Spo2 99%
- Sistem Respirasi (inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi): Jalan nafas
paten, Pola napas cepat dalam, RR :
23 x/menit, rhoki -/- kanan kiri ,
whezing -/-. SPO2 99%, terpasang
nasal kanul 2 liter/menit

Sistem Muskuloskeletal : Menggunakan alat bantu: pasien di tempat


(inspeksi, palpasi, tidur Tidak ada alat bantu Kruk, walker ,
perkusi) tongkat , Belat/Mitela Kursi Roda,
Kekuatan Otot : tangan kanan/kiri
4444/4444 kekuatan otot kaki kanan/kiri
3333/3333

Hasil kekuatan otot ektremitas atas


pergerakan aktif melawan gravitasi dan
sedikit tahanan.
Hasil kekuatan otot ekstremitas bawah
pergerakan aktif hanya melawan gravitasi
dan tidak kuat melawan tahanan

Keluhan saat : Pasien tampak sesak saat berjalan ke toilet


beraktivitas
Sistem Neurologi (saraf : reflek patella positif, kontak mata baik,
kranial, refleks, dll) pupil isokor 2/2 reaksi +/+

Kemampuan Perawatan Diri :

Aspek dinilai Score

0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan Rumah √
Total 20
Keterangan

0 = Mandiri

1 = Dengan Alat Bantu

2 = Bantuan Orang Lain

3 = Bantuan peralatan dan orang lain

4 = Tergantung / tidak mampu

5. POLA ISTIRAHAT TIDUR


- Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, : 1 Jam/malam. Tidur siang 2
jam Tidur sore (-). Merasa segar setelah tidur :
(-) Ya (√ ) Tidak
- Jam tidur 02.00 dan bangun 03.00 , ritual menjelang tidur, tidak ada ,
lingkungan tidur cukup lembab karena jendela jarang di buka, tingkat
kesegaran setelah tidur kurang segar
- Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, music. dlll) tidak ada
- Jadwal istirahat dan relaksasi tidak ada
- Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll) tidak ada
- Data pemeriksaan fisik lesu (√), kantung mata (√), mengantuk(√)
- Masalah/Gejala gangguan pola tidur : (√)Tidak ada ()Terbangun () Terbangun
dini ( ) Insomnia ( )Mimpi buruk, sulit tidur karena batuk sejak satu minggu

6. POLA KOGNITIF – PERSEPSI

Status mental : (√) Sadar , apatis ( ) Afasia reseptif ( )


Mengingat cerita buruk ( )
Terorientasi : ( ) Kelam pikir ( ) Kombatif ( ) Tidak
responsive
Bicara : (√)Normal ()Tidak jelas () Gagap() Afasia
ekspresif
Bahasa sehari – hari : (√) Indonesia () Daerah Lain – lain
Kemampuan membaca : ( √) Ya ( ) Tidak
Bahasa Indonesia
kemampuan memahami : (√) Ya () Tidak
Tingkat ansietas : (√) Ringan ( ) Sedang () Berat ( ) Panik( )
Keterampilan interaksi : ()kurang baik √ ) Tepat
Pendengaran : (√ ) DBN ( ) Kerusakan () kanan () kiri) ( )
Tuli ()kanan ()Kiri ()Alat bantu dengar
tidak ada ()Tinitus
Penglihatan : (√) Dalam batas Normal () Kacamata ( )
Lensa kontak ( ) tidak ada Kerusakan mata
Kanan, Kiri dan tidak ada Buta Kanan
kiri
Vertigo : Tidak ada vertio
Ketidaknyamanan / nyeri : ( ) Tidak ada (√) Akut () Kronik
Pencetus nyeri : Ditekan
Quality/ kualitas nyeri : tertimpa benda berat
Regio nyeri : Perut kanan dan kiri bagian bawah
Skala nyeri : skala nyeri 5
Time/ waktu nyeri : hilang timbul
Penalaksanaan nyeri : mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Keyakinan budaya : tarik nafas dalam
terhadap nyeri tidak ada
Tingkat pengetahuan
klien terhadap nyeri dan
pengetahuan untuk
mengontrol dan
mengatasi nyeri
Data pemeriksaan fisik : komposmentis GCS : E4M6V5, tremor
yang berhubungan tidak ada, orientasi diri baik, tingkah laku
(neurologis, baik , kekuatan menggenggam kuat,
ketidaknyamanan) pegerakan ekstremitas bawah kurang baik ,
Tingkat kesadaran riwayat kejang tidak ada

7. POLA PERAN HUBUNGAN

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Status Pekerjaan : Bekerja( ) Tidak bekerja (√)
Ketidakmampuan Jangka : Belum dapat melakukan pekerjaan
Pendek
Ketidakmampuan jangka : Belum dapat melakukan pekerjaan
panjang
Sistem Pendukung / : Ada (√) Tidak Ada( ) Pasangan (√ )
Pentingnya keluarga Tetangga (√) Teman (√) Keluarga serumah
(√ ) Keluarga tinggal berjauhan (√)
Masalah keluarga : tidak ada masalah
berkenaan dengan
masalah di Rumah Sakit
Kegiatan Sosial / : Hubungan dengan orang lain baik
Hubungan dengan orang
lain
Kepuasan/ketidakpuasaan : Puas menjadi ibu rumah tangga menurut
menjalankan peran anak nya
Efek terhadap status : Keluarga mengatakan pasien merasa sehat
kesehatan terus
Struktur dan dukungan : Semua keluarga selalu mendukung pasien
keluarga untu sembuh
Proses pengambilan : Yang mengambil keputusan suami dari
keputusan keluarga pasien
Pola membesarkan anak : Baik
Orang terdekat dengan : Suami dan anak-anak
klien
Data pemeriksaan fisik : Tidak ada
yang berkaitan

8. POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI


- Tanggal Menstruasi Terakhir (TMA) : Pasien mengatakan tidak tahu
- Masalah menstruasi : Tidak ada
- Pap Smear Terakhir : belum pernah
- Pemeriksaan payudara/testis mandiri bulanan : ( ) Ya (√)Tidak
- Masalah seksualitas b.d penyakit dan efek terhadap kesehatan tidak ada
- Lain-lain :
- Jumlah anak 1 perempuan , jumlah suami/istri : suami satu
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi kurang
paham
- Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi tidak ada
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)
keadaan umum lemah, perempuan, payudara menonjol tidak ada masalah pada
payudara, tida ada hemoroid dan gangguan di rectum

9. POLA KOPING – TOLERANSI STRES


- Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini : pasien mengatakan merasa
tidak bisa kemana mana selama pendemi dan merasa bosan di rumah
- Tingkat stress yang dirasakan ringan karena pendemi covid
- Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress merasa pusing
- Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya: pasien
mengatakan jika sedang pusing pasien suka menonton acara sinetron
dintelevisi
- Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress: jika sedang pusing
atau stress pasien tarik nafas dalam dan tidur, atau menonton tv menurut anak
- Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga hubungan baik
- Perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit atau penyakit
( finansial, perawatan diri ) : membersihkan diri setiap hari
- Kehilangan / perubahan di masa lalu : (√ ) Tidak ( ) Ya
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stres : tidak ada konsumsi obat untuk
menghilangkan stress
- Keadaan emosi dalam sehari-hari :(√) Santai () Tegang ()Lain-lain

10. POLA KONSEP DIRI

Body image : pasien mengatakan tidak pernah terganggu


dengan omongan orang karena di bilang gendut
Ideal diri : Pasien selalu bersyukur dengan badan yang
dimilikinya
Harga diri : pasien mengatakan tidak pernah minder atau
merasa tersaingi oleh orang lain
Peran : peran nya sebagai ibu sudah dilakukan dengan
baik dri mulai membereskan rumah sampai
melayai suami
Identitas diri : ibu rumah tangga

11. POLA KEYAKINAN-NILAI

Latar belakang : Suku sunda


budaya/etnik
Status ekonomi, : Ekonomi menengah keatas, tidak ada kepercayaan
perilaku kesehatan pengobatan di luar medis
yang berkaitan
dengan kelompok
budaya/etnik
Tujuan kehidupan : Sangat penting karena bisa kumpul dengan orang
bagi pasien tua
Dampak masalah : Tidaka ada dampak kepada kondisi pasien
kesehatan terhadap
spiritualitas
Pentingnya : Sangat penting dalam keluarga karena merupakan
agama/spiritualitas tiang agama
agama
Keyakinan dalam : Tidak ada keyakinan tertentu
budaya (mitos,
kepercayaan,
laragan, adat) yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
Agama : (√) Islam( ) Kristen( ) Protestan() Hindu ( )Budha
Pantangan : Tidak ada pantangan
keagamaan
Pengaruh agama : Penting karena dapat menenangkan fikiran
dalam kehidupan
Permintaan : (√) Ya ( ) Tidak
kunjungan
rohaniawan pada
saat ini

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala dan leher
Kulit kepala kering, rambut warna hitam tampak beruban, rambut sering rontok, tidak
ada kelainan dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Mata (bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil, lapang pandang,
ketajaman penglihatan)
Mata simetris, tidak ada edema palpebra, Mata tidak ikterik, konjungtiva tampak anemis,
mata terlihat sayu, pupil isokor 2/2 reaksi cahya +/+, masih dapat melihat dengan
jarak dekat
3. Telinga (daun telinga, lubang, saluran, membran tympani, fungsi pendengaran)
Telinga bersih tidak ada serumen
4. Hidung dan sinus
Hidung bersih, tidak ada perdarahan
5. Mulut, lidah, dan tonsil
Mukosa bibir kering, tidak terpasang gigig palsu, lidah bersih, tidak ada pembesaran
tonsil, tidak ada kemerahan pada tonsil
6. Payudara dan ketiak
Payudara simetris , tidak ada benjolan pada payudara dan ketiak
7. Abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
- Inspeksi : perut terlihat buncit, tidak ada kelainan, dinding perut saat
respirasi terlihat simetris
- Auskultasi : bising usus terdengar lambat, 9x setiap satu menit
- Perkusi : perkusi abdomen suara timpani, kembung (+)
- Palpasi : tidak didapatkan pembesaran hepar, nyeri abdomen kanan dan
kiri bawah
8. Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
ada luka gangren
9. Imunologi
Sistem imun tidak terganggu
10. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik (tanggal, hasil, dan interpretasi)
Laoraturium tanggal 27/11/2020

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 7.6 12-16 gr/dL


Leukosit 12,67 4000-11000 Sel/μL
Hematocrit 23 32-45 %
Trombosit 281 150-450 10^3/μL
Ureum 45 0-50 mg/dl
Creatinin 5,2 <1.3 mg/dl
Natrium 139 135-150 Mg/dl
Kalium 5,8 3.3-5.5 Mg/dl
Chorida 87 97-110 Mg/dl
Anti SARS CoV-2 IgG Non reaktif Non reaktif

Laboraturium tanggal 01/12/2020

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 10.2 11-15.5 gr/dL


Leukosit 22.410 4000-11000 Sel/μL
Hematocrit 30 32-45 %
Trombosit 312 150-450 10^3/μL
Ureum 42 0-50 mg/dl
Creatinin 4,5 <1.3 mg/dl
Natrium 130 135-150 Mg/dl
Kalium 5.2 3.3-5.5 Mg/dl

Gambaran EKG sinus rhythm 25/11/20


11. Pengobatan (nama, dosis, rute)

Nama Dosis Rute


Amlodipin 1x5 mg oral
miniaspi 1x80 mg oral
Bisoprolol 1x12,5 mg oral
Levofloxacin 1x500mg IV
Clonidin 3x1mg oral
ondansetron 3x4 mg IV
omeprazole 1x40 mg IV
ceftriaxone 2x1 gr IV
defraxog 2x2 gr IV
Ca Gluconas 1x10cc IV
Lasix drip 10mg/jam IV
Dpx 40% 3x1 IV

12. Perencanaan pulang


Tanggal informasi didapatkan : tanggal 03/12/2020
a. Tanggal pulang yang diantisipasi : 03/12/2020
b. Sumber-sumber yang tersedia : dari keluarga Keuangan : jaminan kesehatan
BPJS
c. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah
pulang : keterbatasan gerak, mudah lelah, lemas
d. Area yang mungkin membutuhkan perubahan / bantuan : Penyiapan makanan
: semua kebutuhan di bantu keluarga pada saat pulang
Tranfortasi : kendaran pribadi
Ambulasi :
Obat/terapi IV : amlodipine 1x1, clonidine 3x1, levo 1x500mg, pct 3x1.
Bantuan perawatan diri (khusus) : semua di bantu keluarga saat pulang
Gambaran fisik rumah (khusus): tidak ada
Bantuan merapihkan/pemeliharaan rumah Fasilitas kehidupan selain rumah
(khusus): tidak ada

Kesimpulan Keadaan Pasien


Keadaan umum lemah kesadaran komposmentis GCS E4M6V5, Pasien
tampak sesak saat berjalan ke toilet, nyeri perut kanan atas dan exterimitas
bawah tampak bengkak/ edema derjat 2 kedalaman 3 mm dengan waktu
kembali 4 detik, diit lunak diet jantung 1500 kalori 40g protein dan 38g
lemak, BB 54 KG, TB 158Cm, TD : 70/50 mmHg, N:132 x/menit S: 36˚C,
CRT : >3 detik, SPO2 99%, RR :36 x/menit, rhoki -/- kanan kiri , whezing
-/-, akral dingin, nadi teraba lemah dalam, terpasang nasal kanul2 ltm, anemis
(+).
Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


.

1. Ds: - Klien mengatakan sesak Hipervolemi


- Klien mengatakan sesak Suplay darah ke
saat di malam hari ginjal turun

Do: -Ekstremitas bawah bagian GFR turun


kiri tampak bengkak/
edema derajat 2 GGK
kedalaman 3 mm dengan
waktu kembali 3 detik Retensi natrium

-Hasil Lab kadar Hb= 10,2 Total CES naik


gr/dL dan Ht= 23%
(menurun) Tekanan kapiler
naik

Volume intertisial
naik

Edema (kelebihan
voleme cairan)

Pre load naik

Beban jantung naik

RAA turun
Retensi Na dan H2O

Kelebihan volume
cairan

2. DS: - Klien mengatakan nyeri Obstruksi saluran Nyeri akut


dibagian perut bawah kanan kemih
dan kiri
Retensi urin
DO: - Klien tampak
memegangi daerah nyeri Menekan syaraf
yaitu bagian preut perifer
- Hasil TTV
Nadi = 102 Nyeri pinggang
TD = 160/90
Rr= 22x/menit

3. DS: - Klien mengatakan lelah Intoleransi


- klien mengatakan sesak saat Suplay darah ke aktivitas
berjalan ke toilet ginjal turun

DO: - Klien tampak sianosis GFR turun

GGK

Sekresi eritropopitis
turun

Produksi Hb turun

Suplai O2 turun

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena ditandai dengan klien tampak
sesak
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan Klien mengatakan
nyeri dibagian perut bawah kanan dan kiri
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan klien mengatakan lelah
II. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Rencana


Hasil Tindakan/Intervensi
30/11/202 Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan Menejemen Hipervolemia
0 dengan gangguan aliran balik tindakan keperawatan (I.03114):
vena ditandai dengan klien selama 1x4 jam
diharapkan Observasi
tampak sesak (D.0022)
Hipervolemia teratasi - Periksa danda dan
dengan kriteria hasil : gejala hipervolemia
Ds: - Klien mengatakan sesak Keseimbangan cairan (dipsnea dan edema)
(L.03020): - Identifikasi penyebab
- Klien mengatakan
- Asupan cairan hipervolemia
sesak saat di malam hari cukup - Monitor status
meningkat hemodinamik
Do: -Ekstremitas bawah - Haluaran urine (frekuensi jantung
bagian kiri tampak cukup dan tekanan darah)
bengkak/ edema derajat meningkat - Monitor intake
2 kedalaman 3 mm - Kelembaban output
membran - Monitor tanda
dengan waktu kembali 3
mukosa cukup hemokonsentrasi
detik meningkat (kadar natrium,
- Edema cukup BUN, hematokrit,
-Hasil Lab kadar Hb= menurun berat jenis urin)
10,2 gr/dL dan Ht= 23% - Dehidrasi - Monitor tanda
(menurun) cukup menurun peningkatan tekanan
- Tekanan darah onkotik plasma
cukup membaik (kadar protein dan
albumin meningkat)
- Monitor kecepatan
infus secara ketat
- Monitor efeksamping
diuretik (hipotensi
ortortsatik,
hipovolemia,
hipokalsemia,
hiponatremia)

Terapeutik
- Timbang BB setiap
hari pada waktu yang
sama
- Batasi asupan cairan
dan garam
- Tinggikan kepala,
tinggi tempat tidur
30-40
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5
mL/kg/Jam dalm 6 jam
- anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam
sehari
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
- Ajarkan cara membatasi
cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian diuretik
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik

30/11/202 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Menejemen Nyeri (I.08238):


0 dengan agen pencedera tindakan keperawatan
fisiologis ditandai dengan selama 1x 4 jam Observasi
diharapkan gangguan - Identifikasi lokasi,
klien mengatakan nyeri
nyeri akut dengan karakteristik, durasi,
dibagian perut bawah kanan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
dan kiri intensitas nyeri
Tingkat Nyeri - Identifikasi skala
(D.0077) (L.08066): nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasirespon
DS: Klien mengatakan nyeri cukup menurun non verbal
dibagian perut bawah kanan (skala 2) - Identifikasi faktor
dan kiri - Frekuensi nadi yang memperberat
cukup membaik dan memperingan
DO: - Klien tampak - Tekanan darah nyeri
memegangi daerah nyeri cukup membaik - Monitor efeksamping
analgetik
yaitu bagian preut
- Hasil TTV Teraupetik
Nadi = 102 - Berikan teknik
TD = 160/90 nonfarmakologis
Rr= 22x/menit untuk mengurangi
nyeri (TENS, terapi
musik, terapi pijat,
dan kompres hangat)

Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik

30/11/202 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Menejemen energi


0 berhubungan dengan ketidak tindakan keperawatan (I.05178):
seimbangan antara suplai dan selama 1x 4 jam
diharapkan gangguan Observasi
kebutuhan oksigen ditandai
intoleransi aktivitas - Identifikasi gangguan
dengan klien mengatakan dengan kriteria hasil: fungsi tubuh yang
lelah mengakibatkan
Toleransi aktivitas kelelahan
(D.0056) (L.05047) : - Monitor kelelahan
- Frekuensi nadi fisik dan emosional
DS: - Klien mengatakan lelah cukup membaik - Monitor pola dan jam
- klien mengatakan sesak saat - Saturasi tidur
berjalan ke toilet oksigen cukup - Monitor lokasi dan
meningkat ketidak nyamanan
- kekuatan tubuh selama melakukan
DO: - Klien tampak sianosis bagian atas aktivitas
cukup
meningkat Teraupetik
- Kekuatan tubuh - Sediakan lingkungan
bagian bawah nyaman dan rendah
cukup stimulus (cahaya,
meningkat suara dan kunjungan)
- Dipsnea saat - Lakukan latihan
aktivitas cukup gerak aktif atau pasif
menurun - Berikan aktivitas
- Sianosis cukup distraksi yang
menurun menenangkan
- Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
III. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi dan Evaluasi hari pertama

No Hari / Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi


tanggal
1 Senin Hipervolemia berhubungan S:
30/11/2020 dengan gangguan aliran - Klien mengatakan sesak
balik vena ditandai dengan - Batasi asupan cairan dan O:
Jam 08.00 klien tampak sesak garam - Ekstremitas bawah bagian
- Memberikan posisi kiri tampak bengkak/ edema
Jam 09.00 semifowler derajat 2 kedalaman 3 mm
- Monitor status
dengan waktu kembali 3
hemodinamik (frekuensi
jantung dan tekanan detik
darah)
- Monitor intake output -Hasil Lab kadar Hb= 10,2
- Monitor tanda gr/dL dan Ht= 23%
Jam 10.00 hemokonsentrasi (kadar (menurun)
natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis
Jam 11.00 urin) A: masalah belum teratasi
- Monitor tanda
peningkatan tekanan - Asupan cairan
onkotik plasma (kadar - Haluaran urine
protein dan albumin - Kelembaban membran
meningkat) mukosa
- Edema
- Dehidrasi
- Tekanan darah

P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor status
hemodinamik (frekuensi
jantung dan tekanan
darah)
- Monitor intake output
- Monitor tanda
hemokonsentrasi (kadar
natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis
urin)
- Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma (kadar
protein dan albumin
meningkat)
- Monitor kecepatan infus
secara ketat
- Monitor efeksamping
diuretik (hipotensi
ortortsatik, hipovolemia,
hipokalsemia,
hiponatremia)

Terapeutik
- Timbang BB setiap hari
pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala, tinggi
tempat tidur 30-40

Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/Jam dalm 6 jam
- anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik

2 Senin Nyeri akut berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi S:


30/11/2020 dengan agen pencedera nafas dalam - Klien mengatakan nyeri
fisiologis ditandai dengan - Observasi durasi, berkurang
Jam 09.00 frekuensi, kualitas, - Skala nyeri 5
klien mengatakan nyeri
intensitas nyeri O:
Jam 10.00 dibagian perut bawah - Observasi skala nyeri - Klien tampak memegangi
kanan dan kiri daerah nyeri yaitu bagian
perut
- Hasil TTV
Nadi = 100
Jam 13.00 TD = 160/80

A: Masalah Belum Teratasi


- Keluhan nyeri (skala 2)
- Frekuensi nadi
- Tekanan darah

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasirespon non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efeksamping
analgetik
Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (TENS,
terapi musik, terapi pijat,
dan kompres hangat)

Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
-

3 Senin Intoleransi aktivitas S:


30/11/2020 berhubungan dengan - Pasien mengatakan kaki
ketidak seimbangan antara kiri sulit digerakan
Jam 09.00 - Menyediakan lingkungan O:
suplai dan kebutuhan
nyaman dan rendah - Klien tampak sianosis
oksigen ditandai dengan stimulus, membuka
klien mengatakan lelah jendela A: Masalah Belum Terartasi
Jam 10.00 - Melakukan latihan gerak - Frekuensi nadi cukup
aktif membaik
- memberikan aktivitas - Saturasi oksigen cukup
Jam 12.00 distraksi yang meningkat
menenangkan - kekuatan tubuh bagian
- memfasilitasi duduk di atas cukup meningkat
Jam 13.00 sisi tempat tidur, jika tidak - Kekuatan tubuh bagian
dapat berpindah atau bawah cukup meningkat
berjalan - Dipsnea saat aktivitas
- Menganjurkan melakukan cukup menurun
aktivitas secara bertahap - Sianosis cukup menurun
- Menganjurkan
menghubungi perawat jika P: Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala kelelahan - Monitor kelelahan fisik
tidak berkurang dan emosional
- Kolaborasi dengan ahli - Monitor pola dan jam
gizi tentang cara tidur
meningkatkan asupan - Monitor lokasi dan
makanan ketidak nyamanan selama
melakukan aktivitas

Teraupetik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (cahaya, suara
dan kunjungan)
- Lakukan latihan gerak
aktif atau pasif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

Implementasi dan Evaluasi hari kedua

No Hari / Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi


tanggal
1 Rabu Hipervolemia berhubungan S:
30/11/2020 dengan gangguan aliran - Klien mengatakan sesak
balik vena ditandai dengan O:
Jam 08.00 klien tampak sesak - Batasi asupan cairan dan - Ekstremitas bawah bagian
garam kiri tampak bengkak/ edema
Jam 09.00 - Memberikan posisi derajat 2 kedalaman 3 mm
semifowler
dengan waktu kembali 3
- Monitor status
hemodinamik (frekuensi detik
jantung dan tekanan
darah) -Hasil Lab kadar Hb= 10,2
- Monitor intake output gr/dL dan Ht= 23%
Jam 10.00 - Monitor tanda (menurun)
hemokonsentrasi (kadar
natrium, BUN,
Jam 11.00 hematokrit, berat jenis A: masalah belum teratasi
urin)
- Monitor tanda - Asupan cairan
peningkatan tekanan - Haluaran urine
onkotik plasma (kadar - Kelembaban membran
protein dan albumin mukosa
meningkat) - Edema
- Dehidrasi
- Tekanan darah
P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor status
hemodinamik (frekuensi
jantung dan tekanan
darah)
- Monitor intake output
- Monitor tanda
hemokonsentrasi (kadar
natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis
urin)
- Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma (kadar
protein dan albumin
meningkat)
- Monitor kecepatan infus
secara ketat
- Monitor efeksamping
diuretik (hipotensi
ortortsatik, hipovolemia,
hipokalsemia,
hiponatremia)

Terapeutik
- Timbang BB setiap hari
pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala, tinggi
tempat tidur 30-40

Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/Jam dalm 6 jam
- anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik

No Hari / Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi


tanggal
2 Rabu Nyeri akut berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi S:
02/12/2020 dengan agen pencedera nafas dalam - Klien mengatakan nyeri
fisiologis ditandai dengan - Observasi durasi, berkurang
Jam 07:00 frekuensi, kualitas, - Skala nyeri 5
klien mengatakan nyeri
intensitas nyeri O:
Jam 08:00 dibagian perut bawah - Observasi skala nyeri - Klien tampak memegangi
kanan dan kiri daerah nyeri yaitu bagian
perut
Jam 09:00
- Hasil TTV
Nadi = 100
Jam 10:00 TD = 160/80

Jam 11:00

A: Masalah Belum Teratasi


- Keluhan nyeri (skala 2)
- Frekuensi nadi
- Tekanan darah

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasirespon non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efeksamping
analgetik

Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (TENS,
terapi musik, terapi pijat,
dan kompres hangat)

Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
-

3 Rabu Intoleransi aktivitas S:


02/12/2020 berhubungan dengan - Pasien mengatakan kaki
ketidak seimbangan antara kiri sulit digerakan
Jam 07:00 - Menyediakan lingkungan O:
suplai dan kebutuhan
nyaman dan rendah - Klien tampak sianosis
Jam 08:00 oksigen ditandai dengan stimulus, membuka
klien mengatakan lelah jendela A: Masalah Belum Terartasi
- Melakukan latihan gerak - Frekuensi nadi cukup
Jam 09:00 aktif membaik
- memberikan aktivitas - Saturasi oksigen cukup
distraksi yang meningkat
Jam 10:00 menenangkan - kekuatan tubuh bagian
- memfasilitasi duduk di atas cukup meningkat
Jam 11:00 sisi tempat tidur, jika tidak - Kekuatan tubuh bagian
dapat berpindah atau bawah cukup meningkat
berjalan - Dipsnea saat aktivitas
- Menganjurkan melakukan cukup menurun
aktivitas secara bertahap - Sianosis cukup menurun
- Menganjurkan
menghubungi perawat jika P: Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala kelelahan - Monitor kelelahan fisik
tidak berkurang dan emosional
- Kolaborasi dengan ahli - Monitor pola dan jam
gizi tentang cara tidur
meningkatkan asupan - Monitor lokasi dan
makanan ketidak nyamanan selama
melakukan aktivitas

Teraupetik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (cahaya, suara
dan kunjungan)
- Lakukan latihan gerak
aktif atau pasif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

Implementasi dan Evaluasi hari ketiga

No Hari / Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi


tanggal
1 Kamis Hipervolemia berhubungan S:
03/12/2020 dengan gangguan aliran - Klien mengatakan sesak
balik vena ditandai dengan O:
Jam 11:00 klien tampak sesak - Batasi asupan cairan dan - Ekstremitas bawah bagian
garam kiri tampak bengkak/ edema
Jam 12:00 - Memberikan posisi derajat 2 kedalaman 3 mm
semifowler
dengan waktu kembali 3
- Monitor status
hemodinamik (frekuensi detik
jantung dan tekanan
darah) -Hasil Lab kadar Hb= 10,2
- Monitor intake output gr/dL dan Ht= 23%
Jam 13.00 - Monitor tanda (menurun)
hemokonsentrasi (kadar
natrium, BUN,
Jam 14.00 hematokrit, berat jenis A: masalah belum teratasi
urin)
Jam 15:00 - Monitor tanda - Asupan cairan
peningkatan tekanan - Haluaran urine
onkotik plasma (kadar - Kelembaban membran
protein dan albumin mukosa
meningkat) - Edema
- Dehidrasi
- Tekanan darah

P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor status
hemodinamik (frekuensi
jantung dan tekanan
darah)
- Monitor intake output
- Monitor tanda
hemokonsentrasi (kadar
natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis
urin)
- Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma (kadar
protein dan albumin
meningkat)
- Monitor kecepatan infus
secara ketat
- Monitor efeksamping
diuretik (hipotensi
ortortsatik, hipovolemia,
hipokalsemia,
hiponatremia)

Terapeutik
- Timbang BB setiap hari
pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala, tinggi
tempat tidur 30-40
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin <0,5 mL/kg/Jam dalm 6 jam
- anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik

2 Kamis Nyeri akut berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi S:


03/12/2020 dengan agen pencedera nafas dalam - Klien mengatakan nyeri
fisiologis ditandai dengan - Observasi durasi, berkurang
Jam 11:00 frekuensi, kualitas, - Skala nyeri 5
klien mengatakan nyeri
intensitas nyeri O:
Jam 12:00 dibagian perut bawah - Observasi skala nyeri - Klien tampak memegangi
kanan dan kiri daerah nyeri yaitu bagian
perut
- Hasil TTV
Nadi = 100
TD = 160/80
Jam 13.00

Jam 14.00 A: Masalah Belum Teratasi


- Keluhan nyeri (skala 2)
Jam 15:00 - Frekuensi nadi
- Tekanan darah
P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasirespon non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efeksamping
analgetik

Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (TENS,
terapi musik, terapi pijat,
dan kompres hangat)

Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
-

3 Kamis Intoleransi aktivitas S:


03/12/2020 berhubungan dengan - Pasien mengatakan kaki
ketidak seimbangan antara kiri sulit digerakan
Jam 11:00 - Menyediakan lingkungan O:
suplai dan kebutuhan nyaman dan rendah - Klien tampak sianosis
Jam 12:00 oksigen ditandai dengan stimulus, membuka
klien mengatakan lelah jendela A: Masalah Belum Terartasi
- Melakukan latihan gerak - Frekuensi nadi cukup
aktif membaik
- memberikan aktivitas - Saturasi oksigen cukup
distraksi yang meningkat
menenangkan - kekuatan tubuh bagian
Jam 13.00 - memfasilitasi duduk di atas cukup meningkat
sisi tempat tidur, jika tidak - Kekuatan tubuh bagian
dapat berpindah atau bawah cukup meningkat
Jam 14.00 berjalan - Dipsnea saat aktivitas
- Menganjurkan melakukan cukup menurun
Jam 15:00 aktivitas secara bertahap - Sianosis cukup menurun
- Menganjurkan
menghubungi perawat jika P: Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala kelelahan - Monitor kelelahan fisik
tidak berkurang dan emosional
- Kolaborasi dengan ahli - Monitor pola dan jam
gizi tentang cara tidur
meningkatkan asupan - Monitor lokasi dan
makanan ketidak nyamanan selama
melakukan aktivitas

Teraupetik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (cahaya, suara
dan kunjungan)
- Lakukan latihan gerak
aktif atau pasif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Laporan asuhan keperawatan ini membahas tentang Ny.N dengan diagnosa CKD. Pengkajian
yang di dapatkan Ny.S merasa sesak, mual, lemas, dan sebelum masuk rumah sakit. Ny.N memiliki
riwayat hipertensi dan DM. Ayah Ny.N memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb
= 10.2, eritrosit = 3.47, hematokrit= 30, urea =42, creatinin = 4.5, natrium =130. Hasil interpretasi EKG
sinus aretmia+ Iskemia anterior. Setelah dilakukan pengkajian kemudian membuat diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny N dengan gagal ginjal kronik yang
mengalami adalah hipervolemi, nyeri akut, dan intoleransi aktivitas. Setelah dilakukan penegakan
diagnosa maka rencana keperawatannya dari diagnosa pertama manajemen hipervolemia. Pada diagnosa
kedua rencana keperawatannya manajemen nyeri dan rencana keperawatan pada diagnosa yang ke tiga
yaitu toleransi aktivitas . Implementasi keperawatan pada Ny.N dilakukan memberikan posisi
semifowler, pemantauan intake output , dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Hasil evaluasi
keperawatan yang dilakukan selama 3 hari masalah masih belum teratasi maka perawat melanjutkan
intervensi yang sudah di buat.
BAB V

KESIMPULAN

Merawat klien dengan gagal ginjal kronis, memiliki banyak tantangan. Banyak manifestasi fisik dan
psikososial dihubungkan dengan penyakit ginjal dan pengobatannya. Perawat dapat memengaruhi
kualitas hidup klien melalui pemberian edukasi, dorongan, dukungan olah raga, dan pengkajian yang
sedang dijalani klien serta keluarga dengan evaluasi program yang menawarkan pengobatan ESRD.
Perawat, berkolaborasi dengan tim multidisipin, dapat memfasilitasi hasil yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Black, M.J dan Hawks, J.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
diharapkan, Edisi 8 Buku: 3. Salemba Medika. Jakarta.

Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction. Jogjakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Cetakan III.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Cetakan II.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Cetakan II.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai