Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

praeksperimen yaitu rancangan penelitian yang melakukan observasi terlebih

dahulu (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen yang biasa disebut one group pretest posttest design

(Notoatmodjo, 2010:57). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara melakukan

observasi perilaku pasien dilihat dari tanda dan gejala pasien isolasi sosial

terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi dan kemudian dilakukan observasi kembali pada pasien isolasi sosial

sesudah intervensi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi itu dilakukan.

Gambar 4.2 one group pre-post test design

O1 X1 O2

Keterangan

O1 : Observasi sebelum intervensi

X1 : Intervensi TAKS

O2 : Observasi sesudah intervensi

(Notoatmodjo, 2010:57).

55
56

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010:61). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien jiwa yang mengalami perilaku isolasi

sosial yang bersedia mengikuti kegiatan dan tinggal di Ruang Perkutut Rumah

Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta.

C. Sample Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Sedangkan sampling adalah suatu proses

dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi

(Notoatmodjo, 2010:115). Jenis pengambilan sampel yang digunakan yaitu

nonprobability sampling dengan cara pengambilan sampling jenuh, dimana

semua anggota populasi dalam penelitian menjadi sampel dalam penelitian ini

(Hidayat, 2007: 74). Setelah dilakukan wawancara dengan pasien dan perawat

yang ada di Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta, saya mengambil

sekitar 20 orang yang mengalami isolasi sosial diruang Perkutut Rumah Sakit

Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.


57

D. Cara Penghitungan Sample

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditetapkan dengan

menggunakan rumus uji hipotesis

Rumus 4.1 Uji Hipotesis

α ² ¿¿

Keterangan

N : Besar Sampel

α2 : Standar Deviasi 6,020 (Surtiningrum, 2011)

Z a : Nilai sebaran normal baku 95% : 1,71


1−¿ ¿
2

Z1−¿ ᵝ ¿ : Uji Kekuatan 90% : 1,28

xo : Nilai perkiraan sebelum: 45, 193(Surtiningrum,2011)

xa : Nilai perkiraan sesudah : 49,226 (Surtiningrum,2011)

α ² ¿¿ :N

6,020²(1,71 + 1,28)²
(45,193 – 49,226)²

36,24(8,762)
16,26

317,53
16,26

N = 19,8 = 20 Orang

E. Tempat dan Waktu Penelitian


58

Penelitian dilakukan di Ruang Perkutut Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan

Jakarta , penelitian dilakukan dari bulan Januari 2014. Satu hari sebelum

perlakuan sesi 1, dilakukan pengukuran perilaku pasien isolasi sosial, hari

berikutnya responden diberikan perlakuan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

sebanyak 1 kali sehari dengan durasi 45 menit selama 7 hari. Satu hari setelah

perlakuan dilakukan pengukuran kembali perilaku pasien isolasi sosial.

F. Jenis Data Yang Dipergunakan Dalam Penelitian

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari lembar observasi check list sebelum dan sesudah

dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari medical record pasien jiwa di Ruang Perkutut

Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta 2014.

G. Metode Pengelolaan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan editing, coding, memasukan data

(processing), pembersihan data (cleaning), memasukan data (entry) dan analisa

data.

1. Editing data
59

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner, pada penelitian yang dilakukan

peneliti mengecek atau meneliti kelengkapan terhadap lembar observasi

apakah setiap pertanyaan telah dijawab dengan menggunakan tanda

cheklist (√) pada pilihan yang tepat.

2. Coding data

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan kode atau coding. Yakini mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya jenis kelamin: 1=laki-

laki, 2=perempuan.

3. Memasukan data (Data Entry)

Data, yakini jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode dimasukan kedalam program.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya, kemungkinan dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning).

H. Alat Pengukuran

Alat pengukuran yang dapat digunakan dalam penelitian berupa observasi,

wawancara, kuesioner, angket (Notoatmodjo, 2010:131). Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan alat bantu lembar observasi check list sebelum dan
60

sesudah pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang dibuat oleh

peneliti berdasarkan tanda dan gejala perilaku pasien isolasi sosial. Lembar

observasi ini terdiri dari 10 tanda dan gejala isolasi sosial. Masing-masing tanda

dan gejala dilakukan interpretasi penilaian, apabila terdapat tanda dan gejala

isolasi sosial diberi nilai 1 dan diberi nilai 0 jika tidak terdapat tanda dan gejala

isolasi sosial, kemudian dijumlahkan dan hasil dari penjumlahan dipersentasekan

kemudian dikatagorinisasikan berdasarkan persentase skala likert, perilaku

isolasi sosial yaitu, 1. 0-25% = Sangat baik, 2. 26-50% = Baik, 3. 51-75% =

Tidak baik, 4. 76-100% = Sangat tidak baik.

I. Cara Mengukur atau Pengamatan Variabel

Responden pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran perilaku isolasi sosial

dengan mengobservasi tanda dan gejala dengan memberi checklist setelah itu

dilakukan perlakuan dengan memberikan intervensi Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi 7 sesi, selama 7 hari. Setelah itu akan di ukur kembali perilaku pasien

isolasi sosial.

J. Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Instrument dikatakan valid

jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut

situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan

bahwa sebuah instrument dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat

dijadikan alat ukur untuk mengukur apa yang akan diukur (Hidayat, 2007:93).

Sebelum mengadakan observasi, penulis mengadakan uji validitas pada lembar


61

instrumen terlebih dahulu, pengujian ini dilakukan bertempat di Ruang Merak

RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.

Ketentuan bila r hitung > r tabel yang artinya variabel valid. Rumus untuk uji

validitas biasanya mennggunakan rumus Pearson Product Moment yaitu,

Rumus 4.2 Pearson Product Moment

n ( Σ XY ) . ( Σ X ) .( Σ Y )
r hitung ═
√¿ ¿ ¿

Keterangan :

r hitung = koefisien korelasi

ΣXi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total item

N = jumlah responden

Rumus 4.3 uji t

r √(n−2)
t hitung ═
√(i−r 2 )
Keterangan :

t hitung = nilai thitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah responden

(Hidayat, 2007: 93).

Untuk tabel ta= 0,05 derajat kebebasan (dk = n – 2 )


62

Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitung <

t tabel tidak valid, apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya (r) adalah

sebagai berikut :

0,800 – 1,000 : sangat tinggi

0,600 – 0,799 : tinggi

0,400 – 0,599 : cukup tinggi

0,200 – 0,399 : rendah

0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument

Jenis Pertanyaan Corrected Item- r table


Total
correlation
Berdiam diri dalam ruangan 0,798
Kurang bertenaga 0,673
Tidak atau kurang komunikasi verbal 0,703
Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan 0,592

bicara
Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan 0,703
0,553
diri
Tidak atau malas mengikuti kegiatan 0,610
Kurang spontan terhadap stimulus yang diberikan 0,798
Ekspresi murung dan datar 0,860
Kurang Perhatian terhadap lingkungan 0,703
Pergi jika diajak bicara 0,860

Terlihat bahwa dari sepuluh pertanyaan, semua mempunyai nilai r hasil

(corrected Item-Total Correclation) berada diatas dari nilai r table dengan


63

menggunakan df = n-2 yaitu 11-2=9 pada tingkat kemaknaan 5% (r

table=0,553), sehingga dapat disimpulkan kesepuluh pertanyaan tersebut valid.

K. Interrater Reliability

Dalam melakukan penelitian dengan metode observasi seringkali antara peneliti

dengan numerator (pengumpul data) terjadi perbedaan presepsi terhadap kejadian

yang diamati. Agar data yang dihasilkan valid, maka harus ada penyamaan

presepsi antara peneliti dan petugas pengumpul data (numerator). Uji Interrater

Reliability merupakan jenis uji yang digunakan untuk menyamakan presepsi

anatara peneliti dengan petugas pengumpul data. Alat yang digunakan untuk uji

Interrater Reliability adalah uji kappa. Prinsip ujinya adalah jika bila hasil uji

kappa signifikan/bermakna maka presepsi antara peneliti dengan numerator

sama, sebaliknya bila hasil uji kappa tidak signifikan/bermakna, maka presepsi

antara peneliti dengan numerator terjadi perbedaan (Hastono, 2007:61).

Tabel 4.2 Hasil Uji Interrater Realiability pengumpulan data

Pengumpulan data Observasi Approx. Alpha

Sig
Peneliti- Numerator Berdiam diri dalam ruangan 0,000
Peneliti- Numerator Kurang bertenaga 0,005
64

Peneliti- Numerator Tidak atau kurang komunikasi verbal 0,000


Peneliti- Numerator Kontak mata kurang, tidak mau 0,005

menatap lawan bicara


Peneliti- Numerator Tidak merawat dan memperhatikan 0,000

kebersihan diri
Peneliti- Numerator Tidak atau malas mengikuti kegiatan 0,003
Peneliti- Numerator Kurang spontan terhadap stimulus 0,002

yang diberikan 0,05


Peneliti- Numerator Sikap murung dan datar 0,009
Peneliti- Numerator Kurang sadar terhadap lingkungan 0,000
Peneliti- Numerator Pergi jika diajak bicara 0,003
Hasil uji interrater Realiability diatas didapatkan nilai koefisien kappa sebesar

0,000, 0,005, 0,000, 0,005, 0,000, 0,003, 0,002, 0,009, 0,000, 0,003. Dengan ini

berarti nilai P value untuk 10 pertanyaan tersebut lebih kecil dari alpha (0,05)

berarti hasil uji kappa signifikan/bermakna, sehingga kesimpulannya tidak ada

perbedaan persepsi mengenai aspek yang diamati antara peneliti dengan

numerator

L. Langkah-langkah dalam Pengumpulan dan Manajemen Penelitian di Lapangan

Dalam pengumpulan data di lapangan, peneliti akan bekerjasama dengan RSJ Dr.

Soeharto Heerdjan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan sampel

pasien yang berada tempat tersebut. Prosedur pengumpulan data sebagai berikut.

1. Peneliti memberikan surat izin penelitian dari Sekolah Tinggi Kesehatan

Pertamedika kepada Kepala RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.

2. Peneliti meminta daftar identitas pasien yang di diagnosa mengalami

gangguan isolasi sosial.

3. Peneliti memilih pasien isolasi sosial berdasarkan kriteria populasi.


65

4. Peneliti mengambil seluruh responden yang masuk dalam kriteria populasi.

5. Satu hari sebelum pelaksanaan TAKS mengukur perilaku pasien isolasi sosial

dengan mengobservasi tanda dan gejala yang dilakukan oleh peneliti.

6. Hari berikutnya peneliti menyiapkan tempat atau ruangan yang akan

digunakan untuk melaksanakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

7. Peneliti mempersiapkan peralatan untuk terapi aktivitas kelompok sosialisasi

seperti tape recorder, kaset lagu, bola tenis, alat musik dan pengeras suara.

8. Peneliti melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi selama 7 hari

berdasarkan buku pedoman pelaksanaan TAK serta mendapatkan bimbingan

oleh perawat yang bertanggung jawab di Ruang Perkutut Rumah Sakit Jiwa

Dr.Soeharto Heerdjan Tahun 2014.

a. Pembagian tugas, yaitu:

1) pemimpin

2) wakil pemimpin

3) pengamat

4) fasilitator

b. Pelaksanaan kegiatan, yaitu:

1) memberikan salam dan memperkenalkan diri pada pasien jiwa yang

mengalami gangguan isolasi sosial, kemudian menayakan bagaimana

perasaan pasien;

2) menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok tiap sesi yang akan

dilakukan dan kontrak waktu dengan pasien;

3) mulai melakukan kegiatan terapi aktivitas kelompok sosialisasi setiap

sesinya.
66

M. Etika Penelitian

Penelitian kesahatan pada umumnya dan penelitian kesehatan masyarakat pada

khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti di satu sisi, dan sisi

lain manusia sebagai peneliti atau yang menggunakan penelitian. Hal ini berarti

bahwa ada hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang

sebagai yang diteliti. Adapun langkah yang ditempuh adalah dengan mengajukan

surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada institusi yang terkait,

memohon pengarahan dari pembimbing lapangan. Melakukan informed consent

dengan memberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan, meminta persetujuan kepada responden (Notoatmodjo,

2010:205).

a. Informed consent

merupakan bentuk peesetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Jika subjek bersedia maka maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan (Hidayat, 2007:83).

b. Anominity (tanpa nama)


67

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan (Hidayat,

2007:83).

c. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan

Informasi yang diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri. Tetapi

karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara, maka

kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti (Notoatmodjo,

2010:206).

d. Analisis Data Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk membahas cara-cara

meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar

mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna (Hidayat, 2010). Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi,

persentase, mean dan standar deviasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini analisis univariat digunakan untuk menjelaskan distribusi

persentase mengenai perilaku pasien isolasi sosial sebelum dan setelah

intervensi.

e. Analisis Komparatif Katagorikal Berpasangan


68

Analisis data ditujukan untuk mengetahui perbandingkan kelompok data

katagorik yang berpasangan, karena pada kelompok (orang) yang sama

diukur dua kali yaitu pada saat sebelum dan sesudah dilakukan terapi

aktivitas kelompok sosialisasi.

Perilaku sosialisasi diklasifikasikan menjadi empat katagori yaitu sangat

baik, baik, tidak baik, sangat tidak baik (Dahlan, 2010:9).

Hipotesis komparatif
katagorik berpasangan

2 katagorik Uji Mc Nemar

>2 katagorik Marginal homogeneity

Berdasarkan gambar diatas maka tekhnik pengolahan data dalam penelitian

ini menggunakan Uji Marginal Homogeneity yaitu salah satu jenis metode

statistik non-parametris digunakan untuk menguji hipotesis komparatif

berpasangan lebih dari dua katagorik. Dalam penelitian ini sampel kelompok

pasien isolasi sosial dikatakan berpasangan karena pada kelompok (orang)

yang sama diukur dua kali yaitu saat sebelum dan sesudah dilakukan terapi

aktivitas kelompok sosialisasi.

N. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data sebaik-

baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Penyajian data hasil penelitian
69

harus dapat disajikan dalam tiga cara, yakni penyajian verbal, visual dan

matematis.

1. Penyajian Verbal

Penyajian verbal adalah cara untuk mengomunikasikan hasil penelitian dalam

bentuk uraian kalimat yang mudah dipahami pembaca. Penyajian data secara

verbal ini hendaknya memenuhi beberapa syarat yaitu disajikan secara lugas,

objektif, dikemukakan dengan jelas, diuraikan dengan ringkas dan penyajian

hendaknya menggunakan kata ganti yang tepat (Hidayat, 2007:134). Aplikasi

pada penelitian ini adalah peneliti menggunakan kalimat yang mudah

dipahami.

2. Penyajian Visual

Penyajian visual merupakan penyajian hasil penelitian dengan menggunakan

grafik, peta, gambar dan sebagainya. Penyajian secara visual biasanya

merupakan kombinasi pelengkap sajian matematis atau sajian verbal. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan penyajian visual,

yaitu hendaknya ditempatkan dibelakang sajian verbal dan matematis,

penulisan judul hendaknya ditempatkan pada bagian bawah sajian visual,

gunakan bentuk-bentuk visual (seperti grafik garis, ogive, grafik balok, grafik

lingkaran,bagn dan lain-lain), serta penyajian menggunakan bantuan

komputer (Hidayat, 2007:139). Aplikasinya yaitu peneliti menyajikan hasil

penelitian secara visual dengan menggunakan gambar dan sebagainya.

3. Penyajian Matematis

Penyajian matematis merupakan penyajian hasil penelitian dengan

menggunakan angka-angka dalam betuk tabel (menggunakan simbol-simbol


70

bilangan matematis). Dalam penyajian matematis ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan diantaranya yaitu memberikan uraian atau penjelasan

panjang lebar tentang isi tabel, hindarkan pemotongan tabel menjadi terpisah

pada halaman yang berbeda, gunakan nomor tabel, penulisan tabel dan

nomornya diketik ditengah halaman, serta terdapat keterangan tabel atau

catatan kaki tabel ditulis dua spasi dibawah garis horizontal dibawah tabel

(Hidayat, 2007:135).

Anda mungkin juga menyukai