Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY .

W DENGAN APPENDISITIS DI
BANGSAL ARJUNA RSUD NYI AGENG SERANG KULON PROGO

Disusun oleh:

1. Sofia Lestari (P07120522003)

2. Slamet Riyadi (P07120522007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA TAHUN


2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny S dengan Appendisitis Di Bangsal


Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang disusun untuk memenuhi Tugas Individu Praktik
Klinik Keperawatan Medikal Bedah. Laporan asuhan keperawatan ini disetujui pada :

Hari :
Tanggal : Mei 2022
Tempat : Bangsal Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Catur Budi Susilo, S. Pd.,S. Kp., M.Kep Erna Yulianti, S.Kep.,Ners.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini dengan baik.
Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan banyak


bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko Susilo,
SKM., M. Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Ibu Harmilah, S. Pd., S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. MB.
4. Dosen Pembimbing Praktik Keperawatan Medikal Bedah, Bapak Dr. Catur Budi
Susilo,S.Pd., S. Kep, M.Kep.
5. Pembimbing klinik RSUD Nyi Ageng Serang Erna Yulianti, S.Kep.,Ners.
6. Teman-teman Kelas Pendidikan Profesi Ners.
Penulis berharap semoga laporan asuhan keperawatan dengan judul “Laporan Asuhan
Keperawatan Ny S dengan Appendisitis di Bangsal Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang
Kulon Progo” dapat memberikan informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan pedoman
kepada para pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan asuhan keperawatan ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik.

Yogyakarta, April 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Appendicitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi intra abdominal yang
sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada negara berkembang jumlahnya lebih
sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern
(perkotaan) bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi
serat. Appendicitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang
dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada
usia dibawah dua tahun. Apendiks adalah seperti-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
(apendicitis). (Brunner & Suddarth, 2002) Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian
appendiksitis di sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia,
jumlah pasien yang menderita penyakit apendicitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah
penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di Indonesia, apendicitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut
abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens
apendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen
lainya (Depkes 2008)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah Appendisitis di bangsal Arjuna RSUD Nyi
Ageng Serang melalui langkah- langkah proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan


Appendisitis

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


Appendisitis

c. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan


Appendisitis

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan


Appendisitis

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan


Appendisitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Appendisitis


1. DEFINISI

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecun). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim de jong dalam Amin, H.
2015).
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Brunner&Suddarth, 2014).

2. Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 3 yakni (Amin, H. 2015):

1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun disertai rangsangan peritoneum local.
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronis

3. Etiologi

Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender
1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir
kesekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam
pathogenesis apendiks (Amin, H. 2015)

Menurut klasifikasi:

a. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan faktor pencetusnya
disebabkan sumbatan lumen apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan
juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E.histolytica)
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong
dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali
sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut

c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa dan infiltasi sel inflamasi (kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi

4. Manifestasi klinis
Gejala awal yang khas yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) didaerah epigastrium disekitar umbilicus atau periumbilikus keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam nyeri akan beralih kekuadran kanan
bawah, ketitik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri
didaerah epigastrium tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-
38.5 derajat celcius.

Kemungkinan apendisitis dapat dinyatakan dengan menggunakan skor Alvarado:

The Modified Alvarado Score Skor


Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah 1
Mual-muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri diperut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 1
Pemeriksaan Lab Leukositosis 2
Hitung jenis leukosit shift to the left 1
Total 10
Interpretasi dari modified Alvarado score:
1-4: sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7: sangat mungkin apendisitis akut
8-10: pasti apendisitis akut

5. PATOFISIOLOGI
Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa
faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen appendiks, cacing askaris
yang dapat menimbulkan sumbatan, erosi mukosa appendiks karena adanya parasit seperti
E.histolitica, kebiasaan makan makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan
konstipasi sehingga dapat memepengaruhi terhadap timbulnya appendisitis. Peningkatan
kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendik akan mengakibatkan terjadinya
nekrosis dan inflamasi pada appendiks.Sehingga pada keadaan tersebut akan menimbulkan
nyeri pada area periumbilikal. Adanya proses inflamasi yang berkelanjutan maka terjadi
pembentukan eksudat pada permukaan serosa appendiks. Pada saat eksudat berhubungan
dengan pariental peritoneum, maka intesitas nyeri yang khas akan terjadi.Peningkatan
obstruksi yang terjadi maka bakteri akan berpoliferasi sehingga meningkatkan tekanan
intraluminal dan membentuk infiltrat pada dinding apendik yang disebut sebagai appendiks
mukosa. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri yang masuk pada rongga perut akan
mengakibatkan peritonitis atau inflamasi pada permukaan peritoneum.Perforasi appendik
dengan adanya abses akan menimbulkan nyeri hebat pada bagian abdomen kanan bawah
(Kowalak, 2012).

6. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor


keterlambatan dapat terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita dapat berasal
dari pengetahuan dan biaya. Faktor tenaga medis dapat berupa kesalahan dalam
mendiagnosa, keterlambatan mengangani maslah dan keterlambatan dalam merujuk ke
rumah sakit dan penangggulangan. Hal ini dapat memacu meningkatnya angka morbiditas
dan mortalitas. Pada anak-anak dinding apendiks masih sangat tips, omentum lebh pendek,
dan belum berkembang secara sempurna sehingga mudah terjadi apendisitis. Sedangkan
pada orang tua, terjadi gangguan pada pembuluh darah.Adapun jenis omplikasi diantaranya
(Mansjoer dalam :

a. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan
bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga
yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
b. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus
dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari
38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritontis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai
rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis

Komplikasi menurut (Brunner&Suddarth, 2014):

1) Komplikasi utama adalah perforasi apendiks yang dapat menyebabkan peritonitis


pembentukan abses (tertampungnya materi purulen), atau flebilitis portal.

2) Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala yang muncul antara lain:
Demam 37,7’C, nyeri tekan atau nyeri abdomen.

Berdasarkan penjelasan diatas, hal yang bisa mengakibatkan keparahan/komplikasi


penyakit apendisitis dikarenakan dua hal yaitu faktor ketidaktahuan masyarakat dan
keterlambatan tenaga medis dalam menentukan tindakan sehingga dapat menyebabkan
abses, perforasi dan peritonitis.

7. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang (Amin, H. 2015):


a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling), rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang (distensi).

2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.

3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat tingi-tinggi,
maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).

4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur
dan vagina terasa nyeri.

5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.

b. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. jika terjadi peningkatan
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks telah mengalami perforasi (pecah).

c. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
2) Ultrasonografi USG
3) CT-Scan.
Berdasarkan referensi diatas, yang menjadi kunci tata laksana penentuan diagnosa
apendisitis yaitu dengan dilakukan pemeriksaan fisik yaitu salah satunya dengan
mempalpasi bagian perut bagian kanan bawah akan terjadi blumbeng sign, lalu dengan
memeriksa laboratorium dengan melihat peningkatan leukosit dan pemeriksaan USG.

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis telah
ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
2) Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan dilakukan.
3) Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4) Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah
operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks
dilakukan drainage. (Brunner & Suddarth, 2014).

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume
cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan
potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan
mencapai nutris yang optimal.
2) Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra Vena
berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik),
jangan berikan laksatif.
3) Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai
program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-tanda obstruksi
usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder (Brunner & Suddarth, 2014).
Jadi berdasarkan pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi dua yaitu
tindakan medis yang mengacu pada tindakan pembedahan/apendictomy dan pemberian
analgetik, dan tindakan keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien
sesuai dengan kebutuhan klien untuk menunjang proses pemulihan.

Pathway

Invasi & multiplikasi Febris


Hipertermia

APPENDICITIS Peradangan pada jaringan Kerusakan kontrol


Suhu terhadap inflamasi

Operasi Secresi mucus berlebih pada


Lumen apendik

Luka insisi Ansietas

Kerusakan jaringan Pintu masuk

kuman Ujung saraf terputus Resiko infeksi

Gangguan
Pelepasan prostaglandin integritas
jaringan

Stimulasi dihantarkan Spasme dinding apendik Tekanan intraluminal


Lebih dari tekanan vena

Spinal cord Nyeri Hipoxia jaringan apendic

Cortex cerebri Neri dipersepsikan


Resiko perfusi
gastrointestinal tidak
efektif Ulcerasi
Perforas

Anestesi Reflek batuk Akumulasi

secret Peristaltik usus Depresi sistem respirasi


Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Distensi abdomen Anoreksia

Defisit nutrisi
Gangguan rasa nyaman Mual & muntah
Resiko
ketidakseimba
ngan cairan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Mengkaji data umum pasien
Identitas pasien Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal,

tempat tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya


ditemukan pada 20 -50 tahun dan lebih sering terjadi anak perempuan pada
dibanding anak laki – laki. (Cahyono, 2014)
b. Keluhan utama, Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang , Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas
(Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana,
Safety
(S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan dahulu, kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram), Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini
menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling), rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi).
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendsitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat tingi-tinggi,
maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur dan
vagina terasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang
usus buntu.
e. Pengkajian Resiko Jatuh, apakah pasien memiliki resiko jatuh
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Pengkajian Psikososial

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
tubuh Kondisi klinis terkait: Proses infeksi

Hipertermia ( Kode domain D.0130 ) SDKI

b. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan
hingga berat yang berlangsubg kurang dari 3 bulan.
Kondisi klinis terkait: Infeksi

Nyeri Akut ( Kode domain D.0077 ) SDKI

c. Resiko Defisit Nutrisi


Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme Defisit nutrisi ( Kode domain D.0019 ) SDKI

d. Resiko infeksi
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Kondisi klinis terkait: Tindakan Invasif

Resiko infeksi ( Kode domain D.0142 )


e. Resiko ketidakseimbangan cairan
Definisi: Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan
dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler

Kondisi klinis terkait: Penyakit ginjal dan kelenjar


Resiko ketidakseimbangan cairan ( Kode domain D.0036 )
f. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi gastrointestinal
Kondisi terkait: Ulkus duodenum atau ulkus lambung

Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif ( Kode domain D.0013)


g. Gangguan integritas jaringan
Defisi: Kerusakan kulit (dermis, dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,
kornea, otot, tendon, tulang, kartilago, dan/atau ligamen)

Kondisi klinis terkait: Imobilisasi


Gangguan integritas jaringan ( Kode domain D.0192)

h. Bersihan jalan nafas tidak efektif


Definis: Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten

Bersihan jalan nafas tidak efektif ( Kode domain D.0001 )


i. Ansietas
Definisi: Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman

Kondisi klinis terkait: Penyakit akut, Rencana operasi Ansietas ( Kode domain D.0080 )

3. Intervensi

Dx 1 Hipertermia (SDKI 2017)


Noc : Ekspektasi: Membaik (SLKI
2019) Kriteria Hasil:

a. Akrosianosis dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 ( cukup meningkat)


b. Pucat dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkanke 4 ( cukup meningkat)
c. Suhu tubuh dipertahankan ke 2 (cukup memburuk) ditingkatkan ke 5 (membaik)
d. Pengisian kapiler dipertahankan dari 3 (sedang) ditingkatkan ke 5 (membaik)
Nic (SIKI 2018) :
1. Monitor suhu tubuh
2. Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
4. Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia, atau kompres dingin pada
dahi, leher, dada, aksila, abdomen)
5. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Dx 2: Nyeri akut (SDKI 2017)
Noc: Ekspektasi: Menurun (SLKI 2019)
Kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
2. Meringis dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
3. Gelisah dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Anoreksia dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
5. Ketegangan otot dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup
menurun)

Nic (SIKI 2018) :

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan


skala nyeri
2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Berikan teknik nonfarmakologi, untuk mengurangi rasa nyeri (mis, kompres
hangat/dingin)
4. Jelaskan penyebab priode dan pemicu nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx 3 Resiko Infeksi (SDKI 2017)


Noc : Ekspektasi: Membaik (SLKI 2019)
Kriteria Hasil:

1. Kebersihan tangan dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup


meningkat)
2. Kebersihan badan dipertahanka dari 1 (Menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup
meningkat)
3. Demam dipertahankan dari 1 (Meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Cairan berbau busuk dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatan ke 4 (cukup
Menurun)
5. Nyeri di pertahankan dari 1 (Meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup Menurun)
Nic (SIKI 2018):
1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Usap area insisi dari area yang bersih menuju area yang kurang bersih
4. Ganti balutan luka sesuai jadwal
5. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi
Dx 4 Resiko Defisit Nutrisi (SDKI 2017)
Noc : Ekspektasi: Membaik (SLKI 2019)
Kriteria Hasil:

1. Porsi makanan yang dihasilkan dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4


(cukup meningkat)
2. Kekuatan otot menelan dipertahankan dari 1 (menutun) ditingkatkan ke 4 (cukup
meningkat)
3. Serum albumin dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Nafsu makan dipertahankan dari 2 (cukup memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup
membaik)
5. Frekuensi makan dipertahankan dari 2 (cukup memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup
membaik)
Nic (SIKI 2018) :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor berat badan
3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Dx 5 Resiko ketidakseimbangan cairan (SDKI 2017)
Noc : Ekspektasi: Meningkat (SLKI 2019)

Kriteria Hasil:
1. Asupan cairan dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)
2. Keluaran urine dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup
meningkat)
3. Dehidrasi dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Mukosa dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
5. Turgor kulit dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
Nic (SIKI 2018):
1. Monitor status hidrasi
2. Monitor hasil pemeriksaan laboratoriim (misal, hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine)
3. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
4. Berikan cairan intravena
5. Kolaborasi pemberian diuretik

Dx 6 Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif (SDKI 2017)


Noc: Ekspektasi: Meningkat (SLKI 2019)

Kriteria Hasil:
1. Nafsu makan dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)
2. Mual dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
3. Muntah dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Konstipasi dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
5. Bising usus dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup
membaik) Nic (SIKI 2018):
1. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah
2. Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, tekanan darah, kenaikan berat
badan, kebiasaan membeli makan
3. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi (mis,
usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan, penyakit)
4. Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet yang diprogramkan
5. Rujuk pada ahli gizi jika perlu
Dx 7 Gangguan integritas jaringan (SDKI 2017)
Noc: Ekspektasi: Meningkat (SLKI 2019) Kriteria
Hasil:

1. Elastisitas dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)


2. Hidrasi dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)
3. Kerusakan lapisan kulit dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup
menurun)
4. Kemerahan dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
5. Jaringan parut dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
Nic (SIKI 2018):
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, penurunan kelembaban)
2. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare)
3. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim

Dx 8 Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI 2017)


Noc: Ekspektasi: Meningkat (SLKI 2019)
Kriteria Hasil:
1. Batuk efektif dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)
2.Produksi sputum dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup
membaik)

3. Gelisah dipertahankan dari 1 (menigkat) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)


4. Frekuensi napas dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
5. Pola napas dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
Nic (SIKI 2018):
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Atur posisi semi fowler atau fowler
4. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
5. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu
Dx 9 Ansietas
Noc: Ekspektasi: Menurun (SLKI 2019)
Kriteria Hasil:

1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dipertahankan dari 1 (meningkat)


ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
2. Perilaku gelisah dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup
menurun)
3. Perilaku tegang dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup
menurun)
4. Konsentrasi dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
5. Pola tidur dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
Nic (SIKI 2018):
1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
3. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
4. Implementasi

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang sudah


direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien, dengan prinsip ketidaktahuan, ketidakmauan dan
ketidakmampuan sesuai kondisi saat ini (Novi, 2018).

5. Evaluasi

Kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota
tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan
patofisiologi dan strategi evaluasi. Menilai bahwa untuk mengetahui perkembangan
penyakit post operasi apendisitis diperlukan ke telatenan merawat, kesabaran dan dukungan,
yang menggambarkan perkembangan atau penurunan efektifitas dari intervensi yang
dilakukan. Apabila terdapat keadaan seseorang yang sakit kemudian mendapatkan
perawatan dan selanjutnya dikatakan sembuh, karena seseorang tersebut memiliki faktor
pendukung yang meliputi keinginan, harapan, kepatuhan dan dukungan (Novi, 2018).

6. DISCHRAGE PALNNING

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu
48 jam harus dilakukan. Penderita di observasi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotic dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltic, jika terjadi perforasi
diberikan drain di perut kanan bawah (Amin, H. 2015).
Daftar Pustaka

Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Novi. E. K. 2018. Karya tulis ilmiah: Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis
Dengan Masalah Keperawatan kerusakan Integritas jaringan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika. Jombang

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia definisi dan


indikator diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan


tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare, 2014, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth’s
Edisi 10, Jakarta, EGC.
BAB III

LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien
Inisial Pasien : NY.W
Umur : 49 tahun
Pendidikan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Donomulyo , Nanggulan, Kulon Progo
Sumber Informasi : Rekam medis, Pasien dan Keluarga
Ruang Rawat Inap : Arjuna
No. Rekam Medik : 09xxx
Diagnosa Medis : Post op Apendicitis

Tanggal/Jam Masuk : 07 /05/ 2022/ Pukul 16.00


Tanggal/Jam Pengkajian : 9 /05/ 2022/Pukul 11.00

2. Keluhan Utama
Keluhan utama : Nyeri
Keluhan saat ini : Pasien mengatakan masih nyeri pada luka
operasi perut sebelah kanan bawah . Pasien
mengeluhkan takut bergerak karena nyeri
pada luka operasi.. Pasien tampak tirah
baring.
Pernah di opname di RS : Pasien mengatakan pernah di opname di RS
operasi payu dara 12 th yang lalu
Pernah mendapat pengobatan : Tidak ada pengobatan khusus
BB sebelum sakit : 48 kg
Pernah operasi : Operasi Payu dara

3. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Pasien mengerti tentang penyakitnya : Pasien mengatakan mengerti tentang
penyakitnya

4. Kebutuhan Dasar
a. Nyeri
P (Provokatif) : Pasien mengatakan nyeri luka
operasi saat bangun atau bergerak yang
melibatkan perut
Q (Quality) : Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
Tusuk dan perih
R (Regio) : Perut kanan bawah

S (Skala) : 5 (sedang)
T (Time) : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Gambaran Nyeri : Pasien mengatakan nyeri post operasi pada
perut sebelah kanan bawah pada luka..
Pasien mengatakan nyerinya masih dapat
ditahan. Pasien mengatakan nyeri saat
menggerakkan badan yang melibatkan
perut . Pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan perih
Respon Emosional : Pasien tampak meringis saat bergerak.

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

b. Nutrisi
TB : 150 cm
BB : 48
IMT (saat sakit) : 21,3 ( Normal)
Kebiasaan makan
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan, pasien
terbiasa makan 3 kali sehari, jika sudah
jajan di sekolah tidak makan sing. Pasien
mengatakan setiap makan dengan
menu nasi, sayur dan lauk.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan, pasien makan
3 kali dari RS habis 1/2 porsi karena mual.

Pembesaran tiroid : Tidak tampak pembesaran tiroid


Tidak teraba adanya pembesaran tiroid
Kondisi gigi : Tampak gigi tidak ada karies.
Penampilan lidah : Lidah tampak berwarna putih
Bising usus : 5-8 x/menit
Terpasang infus : Pasien tampak terpasang infus di punggung
tangan sebelah kiri
Jenis cairan infus : Ringer laktat
Infus terpasang sejak : 7 mei 2022
Diet : Pasien tidak melakukan diet khusus
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Kebiasaan mandi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi sebanyak 2x
Sehari
Saat sakit : Pasien mengatakan belum pernah mandi
selama berada di RS.
Keluarga pasien mengatakan selama di RS,
pasien hanya dibersihkan badannya
menggunakan washlap.
Cuci rambut
Sebelum sakit : Pasien mengatakan cuci rambut sebanyak
3 x dalam seminggu
Saat sakit : Pasien mengatakan selama di rumah sakit
belum pernah mencuci rambutnya
Kebiasaan gosok gigi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan menggosok gigi
sebanyak 2 x sehari
Saat sakit : Pasien mengatakan selama di rumah sakit
menggosok gigi 2x sehari
Kebersihan rambut : Rambut pasien tampak bersih &
teratur rapi
Keadaan luka : Luka post operatif apendiktomi di perut
kanan bawah tampak tertutup perban
kering tidak ada rembesan darah..
Masalah Keperawatan : Gangguan Integritas Kulit

d. Kebiasaan minum
Sebelum sakit : Pasien mengatakan kebiasaan minum
Sebanyak 6-8 gelas
Saat sakit : Pasien mengatakan kebiasaan minum
sebanyak 5-7 gelas
Turgor kulit : Turgor kulit elastis
Pengisian kapiler : < 2 detik
Mata cekung : Tampak mata tidak cekung
Konjungtiva : Tampak konjungtiva tidak anemis
Sklera : Tampak sklera tidak ikterik, tampak sklera
berwarna putih
Distensi vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis
Terpasang infus : Tampak terpasang infus di punggung
tangan sebelah kanan
Jumlah : 20 tetes/menit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Aktivitas & latihan


Sebelum sakit : Pasien mengatakan aktivitasnya sehari-hari
adalah petani
Saat sakit : Pasien mengatakan maish takut mau banyak
bergerak tambah nyeri luka operasi. Pasien
tampak tirah baring
Kesulitan bergerak Pasien mengtakan bisa bergerak sendiri.
Rentang gerak Pasien mengatakan rentang gerak tidak
terbatas
Pelaksanaan aktivitas : Sebagian di bantu
Jenis aktivitas yang : Keluarga pasien mengatakan jenis aktivitas
dibantu pasien yang dibantu mengambil makan
dan minum, personal hygiene (washlap
badan 1x sehari), eliminasi urine
(menggunakan
pispot)
Kekuatan otot 5/5
5/5
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

f. Kebiasaan BAB
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1x sehari
Saat di rumah sakit : Pasien mengatakan belum BAB dari masuk
tgl 7/4/22.
Kebiasaan BAK
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK 4-5x sehari
Saat di rumah sakit : Pasien mengatakan BAK 3 di
kamar mandi di bantu
Keluhan BAK saat ini : Pasien mengatakan tidak ada keluhan BAK
Terpasang kateter urine : Tidak tampak terpasang kateter urine
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

g. Oksigenasi
Nadi : 96x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
TD : 120/70 mmHg
Bunyi Napas : Tidak terdengar bunyi napas
Respirasi : Irama napas pasien reguler
Sputum : Tidak ada sputum
Oksigenasi : Tidak tampak terpasang oksigen
Riwayat penyakit : Pasien mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
a. Tidur dan Istirahat
j. Sebelum Sakit : Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur
Neurosensoris lebih sering pada malam hari,

Saat Sakit : Saat sakit, pasien mengatakan tidur lebih


sering pada saat siang dan malam hari.
Lama Tidur
Sebelum Sakit : Malam hari : pasien mengatakan tidur dari
pukul 21.00-04.30 (7,5 jam)
Saat Sakit : Malam hari : pasien mengatakan tidur dari
pukul 22.00-05.30 (7 jam 30 menit)
Siang hari : pasien mengatakan tidur siang
selama 2-3 jam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Pencegahan bahaya
Penglihatan : Tidak ada keluhan
Pendengaran : Tidak ada keluhan
Penciuman : Tidak ada keluhan
Perabaan : Tidak ada keluhan

Status mental : Terorientasi


Waktu : Pasien mengatakan mengetahui hari ini
adalah hari 9 mei (hari dilakukan
pengkajian adalah hari senin)
Tempat : Pasien mengatakan mengetahui sedang
berada di RS. NAS
Orang : Pasien mengatakan mengenal keluarga

yang menjaganya dan bernama Ny. “K”


Kesadaran : Composmentis
Memori : Pasien mengatakan mampu mengingat
kejadian hari ini dan kejadian yang lalu
Kacamata : Pasien mengatakan tidak menggunakan
kacamata
Alat bantu dengar : Pasien tidak tampak menggunakan alat
bantu dengar
Reaksi pupil : Isokor kanan dan kiri
Facial drop : Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

h. Keamanan
Transfusi darah : Tidak ada tranfusi selama operasi
Fraktur/dislokasi : Tidak ada
Riwayat cidera kecelakaan : Pasien mengatakan dirawat dirumah sakit
karena nyeri perut kanan bawah
ROM : Pasien mampu melakukan ROM aktif pada
kedua ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah
Terdapat luka operasi di perut kanan bawah
Terpasang infus RL di punggung tangan kiri
Masalah Keperawatan : 1) Resiko Infeksi

i. Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sering shalat 5 waktu
dirumah

Saat sakit : Pasien mengatakan saat dirumah sakit


melakukan shalat 5 waktu dengan cara
berbaring.
Kegiatan keagamaan : Pasien mengatakan tidak mengikuti
kegiatan keagamaan di lingkungan tempat
tinggalnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Faktor Risiko Skala Poin Skor


Ya 25
Riwayat Jatuh 0
Tidak 0
Diagnosis ( > 2 diagnosis Ya 15
0
medis) Tidak 0
Berpegangan pada perabot 30
Alat Bantu Tongkat/alat penopang 15 0
Tidak ada/kursi roda/perawat/tirah baring 0
Ya 20
Terpasang Infus 20
Tidak 0
Terganggu 20
Gaya Berjalan Lemah 10 10
Normal/tirah baring/mobilisasi 0
Sering lupa akan keterbatasan yang 15
Status Mental dimiliki 0
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Total 30
Skor 45 : Resiko rendah

Tingkat Resiko:

Skor 0-24 : Tidak beresiko, Perawatan yang baik

Skor 25-50 : Resiko rendah, Lakukan Intervensi jatuh standar

Skor 51 : Resiko tinggi, Lakukan Intervensi jatuh risiko tinggi

7. Obat yang diresepkan


Obat Dosis Waktu Rute Pemberian
Cepraz 1 gr 12 jam Intravena

Ondancetron 4 mg 8 jam Intravena


Ketorolac 30 mg 8 jam Intravena

8. Data Genogram
x
x x x

Keterangan:

: laki-laki : garis keturunan

: perempuan : garis berkawinan

: Pasien --------- tinggal serumah x : meninggal

Pasien tinggal bersama orang tua, tidak terdapat riwayat alergi, atsma, penyakit gula pada
maupun keturunan pada keluaraga.

b. Hasil Laboratorium Darah Rutin (7 Mei 2022)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

WBC 14,7 4.0-10.0 10ˆ3/uL

LYM 1,63 0.6-3.5 10ˆ3/uL

MON 0.57 0.1-0.9 10ˆ3/uL

*LYM 11,6 20.0-40.0 %

*MON 1.4 2.0-8.0 %

RBC 4.8 3.50-5.50 10ˆ6/uL

HGB 14,2 11.0-17.9 g/Dl


MCV 89,4 80.0-96.0 fL

MCH 29.6 23.2-38.7 Pg

MCHC 33,1 32-37 g/dL

RDW-SD 46,1 37.0-54.0 fL

9. ANALISA DATA

No. DATA PENYEBAB MASALAH

1 DS: Klien mengatakan nyeri pada Tindakan invasif Nyeri Akut


luka operasi pembedahan
DO : Terdapat luka post op
apendictomi perut kanan bawah
Klien nampak meringis

2 DS: Klien mengatakan ada luka faktor mekanis Gangguan


operasi perut sebelah kanan (luka post op) Integritas
bawah Jaringan/Kulit
DO: Terdapat luka operasi di
perut kanan bawah kurang lebih
10 cm

3  Klien terpasang infus Risiko Infeksi


 Pasca operasi: terdapat
luka paska ORIF

10. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas

a. Nyeri Akut b.d tindakan invasif pembedahan dibuktikan dengan:


DS: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi
DO : Terdapat luka post op apendictomi perut kanan bawah
Klien nampak meringis

b. Gangguan Integritas Jaringan/Kulit berhubungan dengan


faktor mekanis (luka post op) dibuktikan dengan:
DS: Klien mengatakan ada luka operasi perut sebelah kanan bawah
DO: Terdapat luka operasi di perut kanan bawah kurang lebih 10 cm
c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan faktor risiko:
Klien terpasang infus
Pasca operasi: terdapat luka paska apendictomi

d. Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri dibuktikan dengan:


DS: Klien mengatakan takut begerak nyeri pada luka operasi
DO : Terdapat luka post op apendictomi perut kanan bawah
Klien nampak berhati hati menggerakan badan.
11. Rencana keperawatan
No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional
Gangguan Integritas Setelah dilakukan asuhan Perawatan Luka (I.14564)
1
Jaringan/Kulit keperawatan selama 3 x 24 Tindakan :
berhubungan dengan jam diharapkan Observasi Observasi
faktor mekanis (luka penyembuhan luka a. Monitor karakteristik luka (mis. a. Untuk mengetahui kondisi luka
post op) dibuktikan meningkat dengan kriteria drainase, warna, ukuran, bau) b. Untuk mengetahui luka terinfeksi
dengan: hasil: b. Monitor tanda-tanda infeksi atau tidak
DS: Klien mengatakan a. Penyatuan kulit c. Monitorting perdarahan c. Mencegah perdarahan lebih lanjut
ada luka operasi perut meningkat Terapeutik
sebelah kanan bawah b. Penyatuan tepi luka Terapeutik a. Agar pasien merasa nyaman
DO: Terdapat luka meningkat a. Lepaskan balutan dan plester secara
operasi di perut kanan c. Jaringan granulasi perlahan b. Merangsang penyembuhan luka
bawah kurang lebih 10 meningkat b. Bersihkan dengan cairan NaCl atau lebih cepat
cm d. Pembentukan jaringan pembersih nontoksik, sesuai
parut meningkat kebutuhan c. Mempercepatkan kesembuhan
e. Nyeri menurun c. Berikan salep yang sesuai ke luka
f. Eritema pada kulit kulit/lesi, jika perlu d. Mencegah infeksi
sekitar menurun d. Pasang balutan sesuai jenis luka e. Untuk mencegah kontaminasi
e. Pertahankan teknik steril saat mikroorganisme
melakukan perawatan luka
Edukasi Edukasi
a. Anjurkan mengkonsumsi makanan a. Untuk mempercepat
tinggi kalori dan protein kesembuhan luka
Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antibiotik, a. Mencegah infeksi
Cepraz 1 gr /12 jam

2 Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencendera fisik keperawatan selama 3 x 24 Observasi Observasi
(trauma) dibuktikan jam diharapkan tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi, karakteristik, a. Untuk mengetahui tindakan apa
dengan: menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas yang selanjutnya akan dilakukan
DS: Klien mengatakan hasil: nyeri
nyeri pada luka operasi a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri b.Untuk mengetahui tingkat nyeri
DO : Terdapat luka post b. Skala nyeri turun 5 ke 3 c. Identifikasi respons nyeri non verbal c. Untuk mengetahui tingkat nyeri
op apendictomi perut c. Meringis menurun Terapeutik Terapeutik
kanan bawah d. Gelisah menurun a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk a. Untuk mengurangi nyeri
Klien nampak meringis mengurangi rasa nyeri
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Meningkatkan kemampuan mandiri
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
dalam meringankan nyeri
perlu Ketorolac 30 mg / 8 jam

Kolaborasi
a. Untuk menghilangkan nyeri

3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan Dukungan mobilitas fisik


Tindakan : Observasi
Fisik b.d dibuktikan keperawatan selama 3 x 24 a. Untuk mencegah nyeri bertambah
Observasi
dengan: nyeri jam diharapkan mobilitas a. Identifikasi nyeri saat mobilisasi
b. Identifikasi toleransi fisik b. Mengetahui batas kemampuan
DS: Klien mengatakan fisik meningkat dengan c. Mengetahui perubahan VS
c. Monitoring VS selama mobilisai
takut begerak nyeri pada kriteria hasil: d. Monitor KU selama mobilisasi mencegah mobilisasi berlebihan
d. Untuk mencegah cedera karena
luka operasi a. Nyeri menurun penurunan KU
DO : Terdapat luka post b. Gerakan terbatas menurun Terapeutik
a. Posisikan senyaman mungkin Terapeutik
op apendictomi perut c. Pergerakan ektrimitas a. Memberikan rasa nyaman
b. Fasilitasi melakukan mobilisasi
kanan bawah meningkat c. Fasilitasi melakukan pergerakan b. Membantu upaya mobilisasi
d. Libatkan keluarga dalam meningkatkan c. Membantu upaya pergerakan
Klien nampak meringis d. Meningkatkan kemampuan
pergerakan
keluarga melakukan bantuan
Edukasi mbilisasi
a. jelaskan prosedur dan tujuan Edukasi
mobilisasi a. Untuk memberi tahu pasien
b. anjurkan mobilisasi dini tentang tujuan dilakukan
c. anjurkan mobilisasi sederhana intervensi
b. Mempercepat aliran darah
menibgkatan kesembuhan
c. Mencegah cedera

4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi (I.14539)


dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 Tindakan :
faktor risiko: jam diharapkan tingkat Observasi Observasi
a. Klien terpasang infeksi menurun dengan a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal a. Untuk mengetahui perkembangan
infus kriteria hasil: dan sistemik infeksi
b. Pasca operasi: a. Kemerahan menurun Terapeutik
terdapat luka paska b. Nyeri menurun  Dressing infus Terapeutik
ORIF c. Kadar sel darah putih  Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah tranmisi kuman
membaik kontak dengan pasien dan
d. Suhu tubuh < 370 CC lingkungan pasien
e. Luka tusukan infus tidak  Pertahankan teknik aseptip Edukasi
nyeri Edukasi a. Menambah informasi terkait
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi penyakit yang diderita
b. Jelaskan cara memeriksa kondisi luka b. Meningkatakan kemeampuan
perawatan

12. IMPLEMENTASI
Nama : Ny.W No. CM : 09xxx Bangsal : Arjuna

Hari / Tgl Diagnosa Pelaksanaan Evaluasi


09/05/2022 Nyeri Akut b.d tindakan invasif 15,00 16.00
pembedahan 1. Mengobsevasi nyeri S : Pasien mengatakan nyeri perut
2. Memberikan ketorolak 30 mg kanan berkurang tapi masih takut
IV bangun, sudah menggerakan kaki
3. Mengukur tanda vital O : Pasien terlihat sangat hati-hati
4. Mengajarkan cara bergerak, skala nyeri 5 turun ke 4
memindahkan kaki kanan TD : 110/70 mmhg
S / N : 370C / 76 x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intevensi
1. Mengobsevasi nyeri
2. Memberikan ketorolak 30 mg IV
3. Mengukur tanda vital
slamet
10 /05/22 11.00 11.00
1. Mengobsevasi nyeri S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
2. Mengukur tanda vital berkurang banyak,
O : Pasien terlihat masih hati saat
bangun, skala nyeri turun ke 3
TD : 120/70 mmhg
S / N : 36,50C / 82x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intevensi
1. Mengobsevasi nyeri
2. Memberikan ketorolak 30 mg IV
3. Mengukur tanda vital
Sofia
10/05/22 15.00 15.30
1. Mengobsevasi nyeri S : Pasien mengatakan nyeri kaki kanan
2. Memberikan ketorolak 30 mg berkurang, sudah sering menggerakan
IV memindahkan kaki kadang dengan
3. Mengukur tanda vital bantuan di angkat ibu
O : Pasien terlihat masih hati-hati,
memindahkan kaki, skala nyeri turun
ke 3
TD : 115/70 mmhg
S / N : 36,50C / 80x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
Siapkan pasien pulang
slamet
11/05/22 11.00 11.00
1. Mengobsevasi nyeri S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
2. Mengukur tanda vital berkurang banyak,
O : Pasien terlihat masih hati saat
bangun, skala nyeri turun ke 3
TD : 110/70 mmhg
S / N : 36,50C / 82x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intevensi
1. Mengobsevasi nyeri
2. Memberikan ketorolak 30 mg IV
3. Mengukur tanda vital
Sofia
11/05/22 15.00 15.0
1. Mengobsevasi nyeri S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
masih sedikit nyeri
O : Pasien terlihat mampu bangun dan
berjalan, skala nyeri 3
TD : 115/70 mmhg
S / N : 36,50C / 80x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
Siapkan pasien pulang
slamet
IMPLEMENTASI

Nama : Ny W. No. CM : 009xx Bangsal : arjuna

Hari / Tgl Diagnosa Pelaksanaan Evaluasi


9/05/2022 Gangguan Integritas 15.00 19.00
Jaringan / Kulit berhubungan 1. Mengobservasi luka S : Pasien mengatakan balutan kering
dengan faktor mekanis 2. Mengobservasi perdarahan tdak tampak merah
(luka post op) O : Balutan verban kering , tidak ada
darah
A : Tujuan tercapai sebagian
18.00 P : Lanjutkan intevensi
Memberikan Cepraz 1 gr IV 1. Mengobservasi perdarahan
2. Mengobsevasi tanda infeksi
slamet
10/05/22 11.00 11.00
1. Mengobservasi perdarahan S : Pasien mengatakan balutan
2. Mengobsevasi tanda infeksi kering ,nyeri berkurang, badan tidak
panas
O : Balutan verrban kering
Suhu : 36,5 0C
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intevensi
1. Mengobservasi perdarahan
2. Mengobsevasi tanda infeks
3. Memberikan cepras 1 gr iv
Sofia
15.00 19.00
1. Mengobservasi luka S : Pasien mengatakan balutan kering
2. Mengobservasi perdarahan tdak tampak merah
O : Balutan verban kering , tidak ada
darah
A : Tujuan tercapai sebagian
18.00 Memberikan Cepraz 1 gr IV P : Lanjutkan intevensi
1. Mengobservasi perdarahan
2. Mengobsevasi tanda infeksi
slamet
11/05 11.00 11.00
/22 1. Mengobservasi perdarahan S : Pasien mengatakan balutan
2. Mengobsevasi tanda infeksi kering ,nyeri berkurang, badan tidak
panas
O : Balutan verrban kering
Suhu : 370C
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intevensi
1. Mengobservasi perdarahan
2. Mengobsevasi tanda infeks
3. Memberikan cepras 1 gr iv
Sofia
14.00 14.00
1. Mengobservasi luka S : Pasien mengatakan balutan kering
2. Mengobservasi perdarahan tdak tampak merah
O : Balutan verban kering , tidak ada
darah
A : Tujuan tercapai
P : hentikan intevensi
Persiapkan pasien pulang
slamet

IMPLEMENTASI

Nama : Ny W. No. CM : 09xxx Bangsal : arjuna

Hari / Tgl Diagnosa Pelaksanaan Evaluasi

9/05/2022 Gangguan Mobilitas Fisik b.d 14 .00 15.00


nyeri  Membantu memposisikan badan P : Pasien mengatakan akan berusaha
senyaman mungkin menggerakan anggota gerak
 Meng anjurkan mobilisasi O : Pasien terlihat mampu menggerakan
sederhana : bangun di tempat tidur kaki
atau duduk, A : tujuan tercapai sebagian
 Menjelaskan prosedur dan tujuan P : lanjutkan intervensi
mobilisasi  Memulai mobilisasi sederhana :
 menganjurkan mobilisasi dini bangun di tempat tidur atau duduk,

slamet
10/05/22 10.00 11.00
 Memulai mobilisasi sederhana : S : Pasien mengatkan sudah bisa duduk
bangun di tempat tidur atau dan bangun di bantu keluarga
duduk O : Pasien terlihat posisi duduk
 Memfasilitasi pasien untuk A : Tujuan tercapai sebagian
bangun P : Lanjutkan intervensi
 Melibatkan keluarga dalam  Monitoring VS selama mobilisai
 Monitor KU selama mobilisasi
mobilitas pasien

Sofia
16.00 17.00
 Monitoring mobilisasi pasien S : pasien mengatakan sudah bisa berjalan
 Monitoring VS selama mobilisai
 Monitor KU selama mobilisasi untuk bangun tetap hati hati
O : Pasien berjalan di sekitar temtat tidur
TD 110/70 N;: 84x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intevensi
 Monitoring VS selama mobilisai
 Monitor KU selama mobilisasi
Slamet
11/05/22 11.00 S : pasien mengatakan sudah bisa berjalan
 Monitoring VS selama mobilisai
untuk bangun bangun sendri
 Monitor KU selama mobilisasi
O : Pasien berjalan ke kamar mandi
TD 120/70 N;: 80x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : hentikan intevensi
 Persiapkan pulang
Sofia

IMPLEMENTASI

Nama : Ny W. No. CM : 09xxx Bangsal : Arjuna

Hari / Tgl Diagnosa Pelaksanaan Evaluasi


9/05/2022 Resiko Infeksi 15.00 15-30
 Menjelaskan tanda infeksi luka P : Pasien mengatakan jika bagian sekitar
infus infus sakit, panas, gatal memerah akan
 Menjelaskan tanda infeksi luka lapor. Pasien mengtakan jika luka operasi
operasi bertambah sakit, bernanah, berdarah,
 Cuci tangan sebelum sesudah badan panas , timbul bau akan periksa ke
ke pasien rumah sakit
O : Pasien mampu menyebutkan tanda
infeksi
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
slamet
10/05/22 10.00 S : Pasien mengatakan luka infus tdak
 Dressing infus sakit
 Mengobservasi tanda infeksi O : Luka tusukan infus kering, tidak

 Cuci tangan sebelum sesudah merah, bersih,

ke pasien A : tujuan tercapai sebagian


P : Lanjutkan
 Mengobservasi tanda infeksi
16.00 Sofia
 Mengobservasi tanda infeksi
S : pasien menatakan badan tidak panas,
luka operasi tidak basah, tidak timbul
bau
O : balutan luka kering, tidak ada darah,
TD : 110/70 N : 82x/m S : 37 OC
Slamet

11/04/22 13.00 S : Pasien mengatakan luka infus tdak


 Melepas infus sakit
 Mengobservasi tanda infeksi O : Luka tusukan infus kering, tidak

 Cuci tangan sebelum sesudah merah, bersih,

ke pasien A : Tujuan tercapai


P : Hentikan intervensi
sofia
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada asuhan keperawatan pada Ny.W pada pasien pos operasi apendiktomi terdapat 4
masalah keperawatan yaitu nyeri akut, gannguan integritas kulit, ganguan mobilitas fisik
risiko infeksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka operasi
apendiktomi adalah kurangnya atau tidak melakukan mobilisasi dini. Tindakan pembedahan
yang dilakukan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh sehingga menimbulkan
nyeri dan menjadi salah satu alasan untuk tidak ingin bergerak atau melakukan mobilisasi
dini sehingga menggangu kembali aktivitas pasien, dan dapat memperpanjang masa
penyembuhan luka. Pada pasien Ny,W dengan post operasi apnedictomi dilakukan upaya
mobilisasi dini di harapkan mampu mempercepat penyembuhan luka. Berdasarkan penelitian
Ananda 2021 tentang penerapan mobilisasi dini pada pasien post apendictomi menyimpulkan
bahwa mobilisasi dini dapat berpengaruh pada penyembuhan luka post operasi karena
mobilisasi dini dapat meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang
dibutuhkan luka terpenuhi dan dapat mempercepat kesembuhan luka, dengan lancarnya
sirkulasi darah diharapkan suplay nutrisi ke jaringan luka dapat tercukupi sehingga proses
penyembuhan akan lebih cepat.
BAB V
KESIMPULAN

Pada asuhan keperawatan pada Ny.W pada pasien pos operasi apendiktomi terdapat 4
masalah keperawatan yaitu nyeri akut, gannguan integritas kulit, ganguan mobilitas fisik
risiko infeksi. Dari ke empat diagnosa tersebut dilakukan perawatan selama 3x24 jam di
peroleh kesimpulan masalah dapat teratasi , pasien mampu pulih dengan baik hal ini karena
pembedahan yang di lakukan mengankat sumber masalah, di dukung dengan pengobatan
berupa antibiotik dan analgetik, serta perawatan di bangsal mempercepat masalah teratasi.
Daftar Pustaka

Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Novi. E. K. 2018. Karya tulis ilmiah: Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Post
Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan kerusakan Integritas jaringan. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika. Jombang

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan tindakan


keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare, 2014, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth’s Edisi 10, Jakarta, EGC.

Ananda A.R, PENERAPAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA
PASIEN DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI KOTA METRO, Jurnal Cendikia Muda Volume
1, Nomor 4, Desember 2021 ISSN : 2807-3649

Anda mungkin juga menyukai