W DENGAN APPENDISITIS DI
BANGSAL ARJUNA RSUD NYI AGENG SERANG KULON PROGO
Disusun oleh:
Hari :
Tanggal : Mei 2022
Tempat : Bangsal Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang
Dr. Catur Budi Susilo, S. Pd.,S. Kp., M.Kep Erna Yulianti, S.Kep.,Ners.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini dengan baik.
Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan asuhan keperawatan ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah Appendisitis di bangsal Arjuna RSUD Nyi
Ageng Serang melalui langkah- langkah proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecun). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim de jong dalam Amin, H.
2015).
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Brunner&Suddarth, 2014).
2. Klasifikasi
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun disertai rangsangan peritoneum local.
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronis
3. Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender
1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir
kesekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam
pathogenesis apendiks (Amin, H. 2015)
Menurut klasifikasi:
a. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan faktor pencetusnya
disebabkan sumbatan lumen apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan
juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E.histolytica)
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong
dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali
sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut
c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa dan infiltasi sel inflamasi (kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi
4. Manifestasi klinis
Gejala awal yang khas yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) didaerah epigastrium disekitar umbilicus atau periumbilikus keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam nyeri akan beralih kekuadran kanan
bawah, ketitik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri
didaerah epigastrium tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-
38.5 derajat celcius.
5. PATOFISIOLOGI
Appendisitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa
faktor yang menyebabkan appendisitis yaitu sumbatan lumen appendiks, cacing askaris
yang dapat menimbulkan sumbatan, erosi mukosa appendiks karena adanya parasit seperti
E.histolitica, kebiasaan makan makanan yang rendah serat sehingga dapat menimbulkan
konstipasi sehingga dapat memepengaruhi terhadap timbulnya appendisitis. Peningkatan
kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendik akan mengakibatkan terjadinya
nekrosis dan inflamasi pada appendiks.Sehingga pada keadaan tersebut akan menimbulkan
nyeri pada area periumbilikal. Adanya proses inflamasi yang berkelanjutan maka terjadi
pembentukan eksudat pada permukaan serosa appendiks. Pada saat eksudat berhubungan
dengan pariental peritoneum, maka intesitas nyeri yang khas akan terjadi.Peningkatan
obstruksi yang terjadi maka bakteri akan berpoliferasi sehingga meningkatkan tekanan
intraluminal dan membentuk infiltrat pada dinding apendik yang disebut sebagai appendiks
mukosa. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri yang masuk pada rongga perut akan
mengakibatkan peritonitis atau inflamasi pada permukaan peritoneum.Perforasi appendik
dengan adanya abses akan menimbulkan nyeri hebat pada bagian abdomen kanan bawah
(Kowalak, 2012).
6. Komplikasi
a. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan
bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga
yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus
dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari
38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritontis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai
rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis
2) Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala yang muncul antara lain:
Demam 37,7’C, nyeri tekan atau nyeri abdomen.
7. Pemeriksaan Penunjang
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat tingi-tinggi,
maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur
dan vagina terasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. jika terjadi peningkatan
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks telah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
2) Ultrasonografi USG
3) CT-Scan.
Berdasarkan referensi diatas, yang menjadi kunci tata laksana penentuan diagnosa
apendisitis yaitu dengan dilakukan pemeriksaan fisik yaitu salah satunya dengan
mempalpasi bagian perut bagian kanan bawah akan terjadi blumbeng sign, lalu dengan
memeriksa laboratorium dengan melihat peningkatan leukosit dan pemeriksaan USG.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis telah
ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
2) Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan dilakukan.
3) Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4) Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah
operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks
dilakukan drainage. (Brunner & Suddarth, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume
cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan
potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan
mencapai nutris yang optimal.
2) Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra Vena
berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik),
jangan berikan laksatif.
3) Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai
program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-tanda obstruksi
usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder (Brunner & Suddarth, 2014).
Jadi berdasarkan pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi dua yaitu
tindakan medis yang mengacu pada tindakan pembedahan/apendictomy dan pemberian
analgetik, dan tindakan keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien
sesuai dengan kebutuhan klien untuk menunjang proses pemulihan.
Pathway
Gangguan
Pelepasan prostaglandin integritas
jaringan
Defisit nutrisi
Gangguan rasa nyaman Mual & muntah
Resiko
ketidakseimba
ngan cairan
1. Pengkajian
a. Mengkaji data umum pasien
Identitas pasien Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal,
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
tubuh Kondisi klinis terkait: Proses infeksi
b. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan
hingga berat yang berlangsubg kurang dari 3 bulan.
Kondisi klinis terkait: Infeksi
d. Resiko infeksi
Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Kondisi klinis terkait: Tindakan Invasif
Kondisi klinis terkait: Penyakit akut, Rencana operasi Ansietas ( Kode domain D.0080 )
3. Intervensi
Kriteria Hasil:
1. Asupan cairan dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)
2. Keluaran urine dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup
meningkat)
3. Dehidrasi dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Mukosa dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
5. Turgor kulit dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup membaik)
Nic (SIKI 2018):
1. Monitor status hidrasi
2. Monitor hasil pemeriksaan laboratoriim (misal, hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine)
3. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
4. Berikan cairan intravena
5. Kolaborasi pemberian diuretik
Kriteria Hasil:
1. Nafsu makan dipertahankan dari 1 (menurun) ditingkatkan ke 4 (cukup meningkat)
2. Mual dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
3. Muntah dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
4. Konstipasi dipertahankan dari 1 (meningkat) ditingkatkan ke 4 (cukup menurun)
5. Bising usus dipertahankan dari 1 (memburuk) ditingkatkan ke 4 (cukup
membaik) Nic (SIKI 2018):
1. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan diubah
2. Monitor intake dan output cairan, nilai hemoglobin, tekanan darah, kenaikan berat
badan, kebiasaan membeli makan
3. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi (mis,
usia, tahap pertumbuhan dan perkembangan, penyakit)
4. Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet yang diprogramkan
5. Rujuk pada ahli gizi jika perlu
Dx 7 Gangguan integritas jaringan (SDKI 2017)
Noc: Ekspektasi: Meningkat (SLKI 2019) Kriteria
Hasil:
5. Evaluasi
Kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota
tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan
patofisiologi dan strategi evaluasi. Menilai bahwa untuk mengetahui perkembangan
penyakit post operasi apendisitis diperlukan ke telatenan merawat, kesabaran dan dukungan,
yang menggambarkan perkembangan atau penurunan efektifitas dari intervensi yang
dilakukan. Apabila terdapat keadaan seseorang yang sakit kemudian mendapatkan
perawatan dan selanjutnya dikatakan sembuh, karena seseorang tersebut memiliki faktor
pendukung yang meliputi keinginan, harapan, kepatuhan dan dukungan (Novi, 2018).
6. DISCHRAGE PALNNING
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu
48 jam harus dilakukan. Penderita di observasi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotic dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltic, jika terjadi perforasi
diberikan drain di perut kanan bawah (Amin, H. 2015).
Daftar Pustaka
Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Novi. E. K. 2018. Karya tulis ilmiah: Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis
Dengan Masalah Keperawatan kerusakan Integritas jaringan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika. Jombang
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.
Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare, 2014, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth’s
Edisi 10, Jakarta, EGC.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Inisial Pasien : NY.W
Umur : 49 tahun
Pendidikan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Donomulyo , Nanggulan, Kulon Progo
Sumber Informasi : Rekam medis, Pasien dan Keluarga
Ruang Rawat Inap : Arjuna
No. Rekam Medik : 09xxx
Diagnosa Medis : Post op Apendicitis
2. Keluhan Utama
Keluhan utama : Nyeri
Keluhan saat ini : Pasien mengatakan masih nyeri pada luka
operasi perut sebelah kanan bawah . Pasien
mengeluhkan takut bergerak karena nyeri
pada luka operasi.. Pasien tampak tirah
baring.
Pernah di opname di RS : Pasien mengatakan pernah di opname di RS
operasi payu dara 12 th yang lalu
Pernah mendapat pengobatan : Tidak ada pengobatan khusus
BB sebelum sakit : 48 kg
Pernah operasi : Operasi Payu dara
3. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Pasien mengerti tentang penyakitnya : Pasien mengatakan mengerti tentang
penyakitnya
4. Kebutuhan Dasar
a. Nyeri
P (Provokatif) : Pasien mengatakan nyeri luka
operasi saat bangun atau bergerak yang
melibatkan perut
Q (Quality) : Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
Tusuk dan perih
R (Regio) : Perut kanan bawah
S (Skala) : 5 (sedang)
T (Time) : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Gambaran Nyeri : Pasien mengatakan nyeri post operasi pada
perut sebelah kanan bawah pada luka..
Pasien mengatakan nyerinya masih dapat
ditahan. Pasien mengatakan nyeri saat
menggerakkan badan yang melibatkan
perut . Pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan perih
Respon Emosional : Pasien tampak meringis saat bergerak.
b. Nutrisi
TB : 150 cm
BB : 48
IMT (saat sakit) : 21,3 ( Normal)
Kebiasaan makan
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan, pasien
terbiasa makan 3 kali sehari, jika sudah
jajan di sekolah tidak makan sing. Pasien
mengatakan setiap makan dengan
menu nasi, sayur dan lauk.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan, pasien makan
3 kali dari RS habis 1/2 porsi karena mual.
c. Kebiasaan mandi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi sebanyak 2x
Sehari
Saat sakit : Pasien mengatakan belum pernah mandi
selama berada di RS.
Keluarga pasien mengatakan selama di RS,
pasien hanya dibersihkan badannya
menggunakan washlap.
Cuci rambut
Sebelum sakit : Pasien mengatakan cuci rambut sebanyak
3 x dalam seminggu
Saat sakit : Pasien mengatakan selama di rumah sakit
belum pernah mencuci rambutnya
Kebiasaan gosok gigi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan menggosok gigi
sebanyak 2 x sehari
Saat sakit : Pasien mengatakan selama di rumah sakit
menggosok gigi 2x sehari
Kebersihan rambut : Rambut pasien tampak bersih &
teratur rapi
Keadaan luka : Luka post operatif apendiktomi di perut
kanan bawah tampak tertutup perban
kering tidak ada rembesan darah..
Masalah Keperawatan : Gangguan Integritas Kulit
d. Kebiasaan minum
Sebelum sakit : Pasien mengatakan kebiasaan minum
Sebanyak 6-8 gelas
Saat sakit : Pasien mengatakan kebiasaan minum
sebanyak 5-7 gelas
Turgor kulit : Turgor kulit elastis
Pengisian kapiler : < 2 detik
Mata cekung : Tampak mata tidak cekung
Konjungtiva : Tampak konjungtiva tidak anemis
Sklera : Tampak sklera tidak ikterik, tampak sklera
berwarna putih
Distensi vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis
Terpasang infus : Tampak terpasang infus di punggung
tangan sebelah kanan
Jumlah : 20 tetes/menit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
f. Kebiasaan BAB
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1x sehari
Saat di rumah sakit : Pasien mengatakan belum BAB dari masuk
tgl 7/4/22.
Kebiasaan BAK
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK 4-5x sehari
Saat di rumah sakit : Pasien mengatakan BAK 3 di
kamar mandi di bantu
Keluhan BAK saat ini : Pasien mengatakan tidak ada keluhan BAK
Terpasang kateter urine : Tidak tampak terpasang kateter urine
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
g. Oksigenasi
Nadi : 96x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
TD : 120/70 mmHg
Bunyi Napas : Tidak terdengar bunyi napas
Respirasi : Irama napas pasien reguler
Sputum : Tidak ada sputum
Oksigenasi : Tidak tampak terpasang oksigen
Riwayat penyakit : Pasien mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
a. Tidur dan Istirahat
j. Sebelum Sakit : Sebelum sakit, pasien mengatakan tidur
Neurosensoris lebih sering pada malam hari,
h. Keamanan
Transfusi darah : Tidak ada tranfusi selama operasi
Fraktur/dislokasi : Tidak ada
Riwayat cidera kecelakaan : Pasien mengatakan dirawat dirumah sakit
karena nyeri perut kanan bawah
ROM : Pasien mampu melakukan ROM aktif pada
kedua ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah
Terdapat luka operasi di perut kanan bawah
Terpasang infus RL di punggung tangan kiri
Masalah Keperawatan : 1) Resiko Infeksi
i. Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sering shalat 5 waktu
dirumah
Tingkat Resiko:
8. Data Genogram
x
x x x
Keterangan:
Pasien tinggal bersama orang tua, tidak terdapat riwayat alergi, atsma, penyakit gula pada
maupun keturunan pada keluaraga.
9. ANALISA DATA
2 Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencendera fisik keperawatan selama 3 x 24 Observasi Observasi
(trauma) dibuktikan jam diharapkan tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi, karakteristik, a. Untuk mengetahui tindakan apa
dengan: menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas yang selanjutnya akan dilakukan
DS: Klien mengatakan hasil: nyeri
nyeri pada luka operasi a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri b.Untuk mengetahui tingkat nyeri
DO : Terdapat luka post b. Skala nyeri turun 5 ke 3 c. Identifikasi respons nyeri non verbal c. Untuk mengetahui tingkat nyeri
op apendictomi perut c. Meringis menurun Terapeutik Terapeutik
kanan bawah d. Gelisah menurun a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk a. Untuk mengurangi nyeri
Klien nampak meringis mengurangi rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Meningkatkan kemampuan mandiri
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
dalam meringankan nyeri
perlu Ketorolac 30 mg / 8 jam
Kolaborasi
a. Untuk menghilangkan nyeri
12. IMPLEMENTASI
Nama : Ny.W No. CM : 09xxx Bangsal : Arjuna
IMPLEMENTASI
slamet
10/05/22 10.00 11.00
Memulai mobilisasi sederhana : S : Pasien mengatkan sudah bisa duduk
bangun di tempat tidur atau dan bangun di bantu keluarga
duduk O : Pasien terlihat posisi duduk
Memfasilitasi pasien untuk A : Tujuan tercapai sebagian
bangun P : Lanjutkan intervensi
Melibatkan keluarga dalam Monitoring VS selama mobilisai
Monitor KU selama mobilisasi
mobilitas pasien
Sofia
16.00 17.00
Monitoring mobilisasi pasien S : pasien mengatakan sudah bisa berjalan
Monitoring VS selama mobilisai
Monitor KU selama mobilisasi untuk bangun tetap hati hati
O : Pasien berjalan di sekitar temtat tidur
TD 110/70 N;: 84x/mnt
A : Tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intevensi
Monitoring VS selama mobilisai
Monitor KU selama mobilisasi
Slamet
11/05/22 11.00 S : pasien mengatakan sudah bisa berjalan
Monitoring VS selama mobilisai
untuk bangun bangun sendri
Monitor KU selama mobilisasi
O : Pasien berjalan ke kamar mandi
TD 120/70 N;: 80x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : hentikan intevensi
Persiapkan pulang
Sofia
IMPLEMENTASI
Pada asuhan keperawatan pada Ny.W pada pasien pos operasi apendiktomi terdapat 4
masalah keperawatan yaitu nyeri akut, gannguan integritas kulit, ganguan mobilitas fisik
risiko infeksi. Dari ke empat diagnosa tersebut dilakukan perawatan selama 3x24 jam di
peroleh kesimpulan masalah dapat teratasi , pasien mampu pulih dengan baik hal ini karena
pembedahan yang di lakukan mengankat sumber masalah, di dukung dengan pengobatan
berupa antibiotik dan analgetik, serta perawatan di bangsal mempercepat masalah teratasi.
Daftar Pustaka
Kowalak Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Novi. E. K. 2018. Karya tulis ilmiah: Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Post
Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan kerusakan Integritas jaringan. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika. Jombang
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik.
Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.
Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare, 2014, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth’s Edisi 10, Jakarta, EGC.
Ananda A.R, PENERAPAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA
PASIEN DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI KOTA METRO, Jurnal Cendikia Muda Volume
1, Nomor 4, Desember 2021 ISSN : 2807-3649