Disusun oleh :
KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
PerceptorKlinik PerceptorPendidikan
(Dra. Ari Arif Purnamawati) (Dr Nunuk Sri Purwanti, S.Kp., M.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini
dengan baik. Asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas
kelompok Praktik Klinik Keperawatan Gerontik. Dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Joko Susilo, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Bapak Bondan Palestin, SKM, M.Kep, Sp. Kom selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes KemenkesYogyakarta.
3. Ibu Ns. Harmilah S.Pd., S.Kep., M.Kep., Sp.MB selaku Ketua Prodi Profesi Ners
Poltekkes KemenkesYogyakarta.
4. Ibu Dr Nunuk Sri Purwanti, S.Kp., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Ibu Rully Astuti, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Lapangan.
6. Ibu Aji Prasetyani Budi Lestari, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Lapangan
7. Perawat yang ada di RPSLUT Budhi Dharma Yogyakarta.
8. Teman-teman kelas Prodi Profesi Ners.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan asuhan keperawatan ini sehingga
kedepannya menjadi lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pasal 1ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia60 (enam puluh) tahun ke atas ”. Lanjut usia merupakan
proses mengalami penuaan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan
organ yang dapat mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan (Fatmah,2010).
Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah
satunya adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang
sering dijumpai pada golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran
fungsi kerja pembuluh darah yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit
degenerative yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi.
Tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit akibat meningkatnya
tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik
(Arlita,2014). Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3
orang didunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya
yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5miliar orang yang
terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.
Kesehatan lansia bila tidak ditangani dengan baik, akan
menyebabkan penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi
kerusakan tubuh yang lebih parah, menimbulkan banyak komplikasi dan
mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia bila tidak segera diobati
dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(PotterdanPerry,2005).
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada lansia berdasarkan
SDKI masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan
hipertensi adalah risiko perfusi miokard tidak efektif, risiko perfusi renal
tidak efektif, risiko perfusi serebral tidak efektif. Berdasarkan
latarbelakang diatas, penulis tertarik untuk mengulas “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn .“M” Dengan Hipertensi Di RPSLUT
Budhi Dharma Yogyakarta”.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan pada permasalahan diatas dapat dikemukakan
rumusan masalah "Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Tn .“M” Dengan Hipertensi Di RPSLUT Budhi Dharma Yogyakarta?”
C. TujuanPenulisan
1. TujuanUmum
Mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik pada Tn. M
dengan diagnosa medis Hipertensi di RPSLUT Budhi Dharma
Yogyakarta.
2. TujuanKhusus
a. Melakukan pengkajian gerontik pada Tn. M dengan diagnosa medis
Hipertensi di RPSLUT Budhi Dharma Yogyakarta.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Tn. M dengan
diagnosa medis Hipertensi di RPSLUT Budhi Dharma Yogyakarta .
c. Menyusun intervensi keperawatan gerontik pada Tn. M dengan
diagnosa medis Hipertensi di RPSLUT Budhi Dharma Yogyakarta .
d. Melaksanakan implementasi keperawatan gerontik pada Tn. M
dengan diagnosa medis Hipertensi di RPSLUT Budhi Dharma
Yogyakarta.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan gerontik pada Tn. M dengan
diagnosa medis Hipertensi di RPLUT Budhi Dharma Yogyakarta .
f. Melaksanakan dokumentasi keperawatan gerontik pada Tn. M
dengan diagnosa medis Hipertensi di RPSLUT Budhi Dharma
Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. BatasanLansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middleage), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia74-90 tahun
d. Lansia sangat tua (veryold), kelompok usia>90 tahun.
3. Klasifikasi Lansia
DepkesRI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59
tahun
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
c. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang
memiliki masalah kesehatan
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
atau melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa
mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada
orang lain.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya140mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia
A.Price,2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri atau tekanan systole>140mmHg dan tekanan diastole sedikitnya
90mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan
Meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu
kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak
ditemukan. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun.
Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovakuler,
aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit
lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab
timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya
adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,
demografi dan gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensi aesensial, maka penyelidikan dan pengobatan
lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untu koksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Faktor Resiko
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
a. Faktor yang dapat diubah
1) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup
masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini
memicu berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur,
gastritis, jantung dan hipertensi. Gaya hidup modern cenderung
membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga). Konsumsi
alkohol tinggi, minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut
merupakan memicu naiknya tekanan darah.
2) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan
cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya
berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi
cairan dan bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium
diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan instan yang
telah menggantikan bahan makanan yang segar .Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk
konsumsi makanan. Padahal makanan instan cenderung
menggunakan zat pengawet seperti natrium berzoate dan
penyedap rasa seperti monosodium glutamate (MSG). Jenis
makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
3) Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat
membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,
karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang
gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus.
Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi
berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks
massa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT
hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil
dan olahragawan (Supariasa,2012).
b. Faktor yang tidak dapat diubah:
1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara Potassium
terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi
(Anggrainidkk, 2009)
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin
bertambah usia seseorang maka resiko terkena hipertensi
semakin meningkat. Penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan– perubahan pada,
elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini
terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi,
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(Smeltzer,2009).
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama,
akan tetapi wanita pra menopause (sebelum menopause)
prevalensinya lebih terlindung dari pada pria pada usia yang
sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh oleh
hormone estrogen yang berperan meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi
(Price&Wilson, 2006)
4. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah
menurut Joint National Committeeon Detection, Evaluation and
Treatment of High Bloods Preassure (JNC) ke-VIII dalam
Smeltzer&Bare (2010)
Tabel 1. Klasifikasi tekenan darah orang dewasa berusia 18 tahun
ke atas tidak sedang memakai obat anti hipertensi dan tidak sedang
sakit akut
6. Pathway
8. Komplikasi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi
di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal,sehingga aliran darah kedaerah-
daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala
terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang
arteroklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak
dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung,
dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin,2000).
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah yang menyebabkan
pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal
fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras
jantung untuk memompa darah.
e. Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata.
9. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas
140/90mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan Non farmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan non
farmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai
Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI
dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan dengan
tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.
Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet
rendah
kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan
sebesar 2,5–5kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik
sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan
melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100
mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau
dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300
mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat 20 dilakukan dengan cara
mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok teh/ hari
(Dalimartha,2008).
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perhari
pada pria atau lebih dari 1 gelas perhari pada wanita dapat
meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau
menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan
dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak
3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium
menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet
potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan
konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada
penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke.
Kandungan utama rokok adalah tembakau, di dalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja
lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah
(Dalimartha,2008).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan
kenaikan tekanan darah sementara. Menghindari stress pada
penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi
seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat
mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan
darah yang tinggi (Hartono, 2007).
7) Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia Indonesia, penelitian relaksasi
progresif sudah cukup banyak dilakukan. Terapi relakasi
progresif terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi (Erviana,2009). Teknik relaksasi
menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan juga
menganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai
“respon relaksasi Benson”. Respon relaksasi diperkirakan
menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat
serta meningkatkan aktivitas parasimpatis yang
dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka, tonus
otot jantung dan mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar
memperoleh manfaat dari respons relaksasi, ketika
melakukan teknik ini diperlukan lingkungan yang tenang,
posisi yang nyaman.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi&Mariza
(2013) merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara
lain :
1) Golongan Diuretik
Diuretikthiazide biasanya membantu ginjal
membuanggaram dan air, yang akan mengurangi volume
cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang
terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-
blockerlabetalol, yang menghambat sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera
akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-
inhibitor)menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah
dengan mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh
darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)
memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi
dengan cepat dan segera. Beberapa obat bisa menurunkan
tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan
secara intravena: diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin,
labetalol.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(SDKI, 2017). Berdasarkan perumusan diagnosa keperawatan
menurut SDKI (2017) menggunakan format problem, etiology,
sign and symptom (PES). Diagnosa keperawatan pada pasien
hipertensi, dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2017) yang sering muncul yaitu:
a. Perfusi perifer tidak efektif
b. Nyeri akut
c. Hipervolemia
d. Risiko penurunan curah jantung
e. Intoleransi aktifitas
f. Resiko Jatuh
g. Ansietas
h. Defisit pengetahuan
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan
Dx Keperawatan
(SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Perfusi Perifer Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Tidak Efektif selama …x pertemuan dalam… minggu
Observasi:
D.0009 maka diharapkan perfusi perifer meningkat
dengan kriteria hasil: 1. Periksa sirkulasi perifer (misal nadi, pengisian kapiler, warna, suhu,
edema).
Perfusi Perifer (L.02011)
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas.
A T Terapeutik:
Kriteria Hasil
(Awal) (Target)
3. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
Denyut nadi perifer 1-5 1-5 keterbatasan perfusi.
Tekanan darah 4. Lakukan hidrasi.
1-5 1-5 Edukasi:
sistolik
Tekanan darah 5. Anjurkan berolahraga rutin.
1-5 1-5 6. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur.
diastolic
7. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (misal rendah
Keterangan:
lemak jenuh, minyak ikan omega 3).
1: Menurun 8. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (missal
2: Cukup menurun rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
rasa).
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5: Meningkat
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) selama….x pertemuan dalam… minggu,
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan Observasi:
kriteria hasil:
1. Monitor lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri (L.08066) 2. Monitor skala nyeri
3. Monitor respon nyeri non verbal
A T
Kriteria Hasil Terapeutik:
(Awal) (Target)
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
Keluhan nyeri 1-5 1-5
Edukasi:
Meringis 1-5 1-5 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis: terapi relaksasi progesif untuk
Gelisah 1-5 1-5 mengurangi rasa nyeri
Kesulitan tidur 1-5 1-5
Frekuensi nadi 1-5 1-5
Pola napas 1-5 1-5
Nafsu makan 1-5 1-5
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Hipervolemia Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipervolemia (I.09265)
(D.0022) selama …..x pertemuan dalam… minggu
Observasi:
maka diharapkan keseimbangan cairan
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
2. Identifikasi penyebab hypervolemia
Keseimbangan Cairan (L.03020) 3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake dan output cairan
A T
Kriteria Hasil 5. Monitor efek samping diuretik
(Awal) (Target)
Terapeutik:
Asupan cairan 1-5 1-5
6. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Keluaran urin 1-5 1-5 7. Batasi asupan cairan dan garam
8. Tinggikan kepala 30-400
Asupan makanan 1-5 1-5 Edukasi:
Edema 1-5 1-5 9. Ajarkan cara membatasi cairan
Dehidrasi 1-5 1-5 Kolaborasi :
Berat badan 1-5 1-5 10. Kolaborasi pemberian diuretik
Keterangan:
1: Menurun
2: Cukup menurun
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5: Meningkat
Risiko penurunan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Jantung ( I. 02075)
curah jantung selama….x pertemuan dalam… minggu, Observasi:
(D.0008) maka diharapkan curah jantung meningkat
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung ( meliputi
dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, peningkatan CVP)
Curah Jantung (L.02008)
2. Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
A T peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,
Kriteria Hasil
(Awal) (Target) ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat).
Kekuatan nadi 1-5 1-5 3. Monitor tekanan darah
perifer 4. Monitor input dan output cairan
Cardiac index 1-5 1-5 5. Monitor berat badan
6. Monitor keluhan nyeri dada
Lelah 1-5 1-5 Terapeutik:
Takikardi 1-5 1-5 7. Pastikan pasien semifowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
Dispnea 1-5 1-5 nyaman
8. Berikan diet jantung yang sesuai (misal batasi asupan kafein, natrium,
Pucat / sianosis 1-5 1-5 kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
Tekanan darah 1-5 1-5 9. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
10. Berikan dukungan emosional dan spiritual
Keterangan:
Edukasi:
1: Menurun
11. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi dan bertahap
2: Cukup menurun Kolaborasi :
3: Sedang 12. Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
4: Cukup meningkat
5: Meningkat
Intoleransi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Energi (I. 05178)
Aktivitas selama….x pertemuan dalam… minggu, Observasi
(D.0056) maka diharapkan toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
meningkat dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Toleransi Aktivitas (L.05047) 3. Monitor pola dan jam tidur
A T
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Kriteria Hasil Terapeutik
(Awal) (Target)
5. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (misal
Kemudahan dalam 1-5 1-5 cahaya, suara, kunjungan)
melakukan aktivitas 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
sehari – hari 7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Kekuatan tubuh Edukasi
1-5 1-5 8. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
bagian atas
9. Ajarkan stategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kekuatan tubuh Kolaborasi
1-5 1-5
bagian bawah
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
Keluhan lelah 1-5 1-5 makanan
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Resiko Jatuh Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Jatuh (I.14540)
(D.0143) selama….x pertemuan dalam… minggu, Observasi:
maka diharapkan tingkat jatuh menurun
1. Identifikasi faktor resiko jatuh (misalnya usia>65 tahun, penurunan
dengan kriteria hasil:
tingkat kesadaran, defisit kognitif, gangguan keseimbangan, gangguan
Tingkat Jatuh (L.14138) penglihatan, neuropati).
A T 2. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (misalnya
Kriteria Hasil lantai licin, penerangan kurang)
(Awal) (Target)
3. Hitung resiko jatuh dengan menggunakan get up and go test
Jatuh dari tempat 4. Monitor kemampuan berpindah
1-5 1-5
tidur Terapeutik:
Jatuh saat berdiri 1-5 1-5 5. Gunakan alat bantu berjalan (missal kursi roda atau walker)
Edukasi:
Jatuh saat berjalan 1-5 1-5
Jatuh saat dikamar 6. Anjurkan untuk menggunakan alas kaki yang tidak licin
1-5 1-5
mandi 7. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
selama …x pertemuan dalam… minggu Observasi
maka diharapkan tingkat ansietas menurun 11. Identifikasi saat tingkat
dengan kriteria hasil: ansietas berubah
Tingkat Ansietas (L.09093) 12. Monitor tanda-tanda ansietas
A T
verbal dan nonverbal
Kriteria Hasil Terapeutik
(Awal) (Target)
13. Ciptakan suasana terapeutik
Verbalisasi untuk menumbuhkan
1-5 1-5
khawatir kepercayaan
Verbalisasi 14. Pahami situasi yang membuat
1-5 1-5
kebingungan ansietas
Perilaku gelisah 1-5 1-5 15. Dengarkan dengan penuh
perhatian
Keluhan pusing 1-5 1-5 16. Gunakan pendekatan yang
Frekuensi nadi 1-5 1-5 tenang dan meyakinkan
17. Motivasi mengidentifikasi
Frekuensi nafas 1-5 1-5
situasi yang memicu
Tekanan darah 1-5 1-5 kecemasan
Keterangan: Edukasi
18. Jelaskan prosedur, termasuk
1: Meningkat sensasi yang mungkin dialami
2: Cukup meningkat 19. Informasikan secara fakstual
3: Sedang
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis.
4: Cukup menurun 20. Latih kegiatan pengalihan
5: Menurun untuk mengurangi
ketegangan.
21. Latih teknik relaksasi
Defisit Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan (D. selama …x pertemuan dalam… minggu Observasi
0111) maka diharapkan tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
meningkat dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat meningkatkan dan
Perfusi Perifer (L.02011) menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
A T
Terapeutik
Kriteria Hasil 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(Awal) (Target)
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Perilaku sesuai 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
1-5 1-5
anjuran Edukasi
Verbalisasi minat 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
1-5 1-5
dalam belajar 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Kemampuan 8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat.
1-5 1-5
pengetahuan
tentang suatu topik
Pertanyaan tentang 1-5 1-5
masalah yang
dihadapi
Persepsi yang keliru
1-5 1-5
terhadap masalah
Keterangan:
1: Menurun
2: Cukup menurun
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5: Meningkat
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif
dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian
rencana yang telah ditentukan tercapai.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnose, perencanaan,
tindakan dan evaluasi itu sendiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1) PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2022
1. Identitas
a. Nama :Tn M
b. Tempat Tanggal Lahir :Yogyakarta,15-01-1938
c. Usia : 84 tahun
d. Jenis Kelamin :Laki-laki
e. Status Perkawinan : Sudah menikah (Cerai Mati dan Cerai hidup )
f. Agama :Islam
g. Suku : Jawa
h. Alamat : Giwangan Yogyakarta
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini :Tidak bekerja
b. Perkerjaan sebelumnya :Bekerja sebagai tukang parker dan sopir Bus
Kampus
c. Sumber pendapatan :Dari RPSLUT , keluarga, donatur
d. Kecukupan pendapatan :Klien mengatakan cukup
3. Alasan masuk panti
Tn M mengatakan sejak 3 tahun terakhir sering mengalami sakit-sakitan, di
rumah tidak ada yang bisa merawat karena kesibukan masing-masing, anak-
anaknya menyarankan untuk tinggal di panti dan tidak mau merepotkan
keluarganya sehingga memilih untuk tinggal di RPSLUT Budhi Dharma.
4. Lingkungan Tempat Tinggal
a. Kebersihan dan kerapihan lingkungan.
Ruang tamu wisma Merpati nampak bersih dan rapi. Kamar klien tampak
bersih, rapi, dan tampak makan sore pasien belum dimakan.
b. Penerangan.
Penerangan cukup dibantu dengan sumber cahaya dari jendela dan lampu.
c. Sirkulasi udara.
Sirkulasi udara cukup karena wisma Indro kilo memiliki banyak ventilasi
udara dan sering dibuka.
d. Keadaan kamar mandi dan WC.
Kamar mandi nampak bersih, tidak licin, dan tidak tercium bau pesing.
e. Pembuangan air kotor.
Pembuangan air kotor diseptictank.
f. Sumber air minum.
Air minum menggunakan galon aqua.
g. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah di bak sampah.
h. Sumber pencemaran
Terdapat pencemaran lingkungan karena para penghuni panti tidak begitu
menyukai menu makan sore ini sehingga tampak sisa-sisa makanan di
depan panti.
i. Privasi
Klien mempunyai kamar yang dihuni oleh 2 lansia.
j. Resiko injury
Klien berusia 84 tahun, kadang jalan terlihat terengah-engah.
Klien juga mengatakan kaki sering terasa kesemutan.
5. Riwayat Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Klien mengatakan kaki kadang terasa kaku seperti pada pagi hari dan
terasanyeri seperti ditusuk, pada sendi kaki, denganskala 4(1-10) yang timbul
kadang-kadang saat melakukan aktivitas sejak beberapa tahun yang lalu.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan tertabrak motor dan dirawat
inap selama beberapa hari di Rumah Sakit. Klien mengatakan pernah diperiksa
dan dikatakan sakit jantung, kadang mengeluh nyeri pada jantung. Klien
mengatakan ada riwayat hipertensi.
6. Pola Fungsional
a.Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Klien mengatakan kadang keram pada kakinya dan hanya dipijat sendiri bila
sakit. Klien mengatakan selalu rutin minum obat yang didapatkan dari klinik
b.Nutrisi metabolic
Klien mengatakan makan 3x sehari dan minum ±1500cc, klien mengatakan
terkadang tidak menghabiskan porsi makanan yang disediakan karena
terkadang sayurnya terasa hambar, kadang klien memilih untuk beli makan di
luar, klien mengatakan jenis makanan yang disediakan beragam, klien
mengatakan tidak ada makanan yang tidak disukai, klien mengatakan tidak ada
alergi terhadap makanan maupun minuman, klien mengatakan tidak memiliki
pantangan makanan.
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Klien mengatakan tidak memiliki masalah mengenai eliminasinya. Klien
mengatakan buang air kecil sebanyak 4-5 kali sehari dengan waktu yang
tidak tentu. Klien mengatakan jarang buang air kecil pada malam hari.
2) Buang Air Besar
Klien mengatakan BAB 1x sehari setiap pagi. Klien mengatakan
konsistensi feses lunak, berwarna kuning, dan berbau khas. Klien
mengatakan tidak ada keluhan dalam buang air besar.
d. Aktivitas poladan latihan
1) Mandi
Klien mengatakan sehari mandi 2x yaitu pagi dan sore hari. Klien
mengatakan keramas seminggu sekali. Klien mengatakan jika mandi tidak
gosok gigi karena sudah ompong tidak punya gigi. Klien mengatakan ganti
baju saat mandi saja.
2) Kebersihan
Kamar klien tampak bersih dan rapi.
3) Aktivitas
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan rutin di RPSLUT seperti
ibadah, ketrampilan sesuai peminatan, rekreasi dendang ria, karena merasa
cepat lelah. Kadang-kadang klien mengikuti kegiatan senam. Klien
mampu menyebutkan kegiatan di RPSLUT setiap harinya. Klien tampak
mampu beraktivitas secara mandiri.
e. Pola istirahat tidur
- Istirahat:
Klien mengatakan sering mengisi waktu istirahatnya dengan menonton
tv, duduk di depan wisma dan mengobrol dengan satpam.
- Tidur
Klien mengatakan bahwa tidur malam mulai jam 03.00 – 08.00 pagi
kemudian klien jarang berdoa. Klien mengatakan kalau siang hari tidur
pukul 13.00 siang sampai pukul 14.00 atau jika merasa ngantuk.
Kamar klien tampak rapi, lantai kamarnya bersih.
f. Pola kognitif persepsi
Klien mengatakan masih mampu melihat walaupun mata sebelah kanan agak
kabur, klien mampu mengenali temannya dari jarak jauh. Klien mampu
menjawab setiap pertanyaan tanpa menyuruh mengulang pertanyaan. Klien
mengatakan mampu membuat keputusan untuk dirinya sendiri.
g. Persepsidiri –polakonsepdiri
1) Bagaimana klien memandang dirinya (Persepsi diri sebagai lansia)
Klien mengatakan menerima dirinya yang saat ini sudah berusia lanjut.
Klien mengatakan panti adalah tempat tinggal orang buangan dan sekedar
menunggu takdirnya untuk menghadap Yang Kuasa. Klien mengatakan
dirinya menerima bahwa saat ini tinggal di panti.
2) Bagaimana persepsi klien tentang orang lain mengenai dirinya
Klien mengatakan bahwa orang lain menganggap dirinya sebagai orang
yang terbuang.
h. Pola peran-hubungan
Klien menganggap teman-temannya sudah seperti keluarga. Klien mengatakan
sering ngobrol dengan satpam di wisma. Klien mampu menyebutkan nama-
nama temannya. Klien mengatakan merasa puas memiliki teman-teman di
wisma. Hubungan sosial klien dengan teman-temannya tidak begitu baik,
Klien jaranng berbincang-bincang satu sama lain. Tetapi klien mengatakan
lebih suka menyendiri dan berbincang dengan petugas security.
i. Seksualitas
Klien mengatakan mempunyai istri 2, istri pertama sudah meninggal dan istri
ke dua tinggal bersama anaknya dan sudah diceraikannya. Klien mengatakan
mempunyai anak 8 orang.
j. Koping-pola toleransi stress
Klien mengatakan suka ngobrol dengan satpam, dan jalan-jalan di luat panti.
k. Nilai-pola keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, tetapi belum tergerak untuk melakukan
sholat.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :Baik
b. Tanda-tanda vital ( 10 Oktober 2022)
Tekanandarah :140/80mmHg
Suhu : 36.50C
Nadi : 99 x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 97 %
c. Berat badan : 49 kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. IMT : 20,4
f. Kepala
- Bentuk kepala oval.
- Tidak ada lesi dan tidak ada edema.
- Terdapat cambang dan kumis yang lebat dan kurang rapi
g. Rambut
- Rambut berwarna putih, tidak ada rontok di baju.
h. Mata
- Sclera tidak tampak ikteris, konjungtiva tidak nampak anemis.
- Pupil isokor saat dikenai cahaya.
i. Telinga
- Telinga simetris, terdapat sedikit serumen.
- Pendengaran masih berfungsi dengan baik.
- Klien mengatakan kadang telinga terasa berdenging.
j. Mulut dan gigi
- Bibir tidak tampak kering.
- Tampak tidak punya gigi.
k. Dada
1) Paru-Paru
a) Inspeksi
- Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah (simetris).
- Tdak terdapat retraksi dinding dada.
- Nafas eupnea.
- Fase ekspirasi tidak tampak memanjang.
- Tidak terdapat lesi dan tidak ada edema.
- Tidak terdapat benjolan.
b) Palpasi
- Vokal fremitus normal,teraba dibagian depan maupun belakang.
- Tidak terdapat benjolan.
c) Perkusi
- Terdengar suara sonor pada paru kanan.
- Terdengar suara sonor pada paru kiri.
d) Auskultasi
- Suara nafas vesikuler.
2) Jantung
a) Palpasi
- Ictuscordi steraba pada ruang intercostal kirikeV, medial (2cm)
dari lateral linea medioc lavicularis kiri.
b) Perkusi
- Terdengar suara dall/ redup.
c) Auskultasi
- Regular S1 lub dan regular S2 dug.
l. Abdomen
1) Inspeksi
- Bentuk simetris dan tidak ada pembesaran.
- Warna kulit sawo matang.
- Tidak terdapat lesi dan tidak ada edema.
2) Auskultasi
- Bising usus terdengar 5x/menit.
3) Palpasi
- Tidak ada pengerasan maupun asites.
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidakterdapatbenjolan.
4) Perkusi
- Terdengar suara tympani.
m. Kulit
- Kulit tampak keriput.
- Turgor kulit <3 detik.
n. Ekstremitas atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jaritangan, capillary refill <3 detik,
turgor kulit < 3 detik. Tidak ada edema. Kekuatan otot ekstremitas atas kanan
adalah 5 dan esktremitas atas kiri adalah 5.
o. Ekstremitas bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari tangan, capillary refill < 3
detik, turgor kulit < 3 detik. Tidak ada edema.Kekuatan otot ekstremitas
bawah kanan adalah 5 dan esktremitas atas kiri adalah 5. Adanya keluhan
nyeri dan kaku sendi pada pagi hari
7. Pengkajian Khusus
a. Indeks Katz
Pengukuran aktivitas sehari-hari.
Aktivitas Tanpa pengawasan, langsung Dengan pengawasan, bantuan
Poin(0-1) Atau tanpa bantuan (1 poin). Penuh (0 poin).
Mandi Tak membutuhkan bantuan, Memerlukan bantuan lebih
Skor:1 atau menerima bantuan saat dari satu bagian tubuhnya
mandi hanya pada bagian tubuh (atau tidak mandi sama
tertentu (seperti tungkai atau sekali).
punggung).
Berpakaian Mampu mengambil dan Memerlukan bantuan
Skor: 1 mengenakan pakaian scara mengambil dan mengenakan
lengkap tanpa memerlukan pakaian atau bila tidak Klien
bantuan akan berpakaian tidak lengkap
atau tidak berpakaian sama
sekali.
Berpindah Bergerak naik-turun dari Tidak turun dari tempat tidur
Skor: 1 tempat tidur dan kursi tanpa sama sekali (bila turun harus
memerlukan bantuan (mungkin dengan bantuan atau
menggunakan objek penopang pertolongan sepenuhnya).
seperti walker atau tongkat)
atau naik/turun dari tempat
tidur/ kursi dengan bantuan.
Toileting Pergi ke toilet, membuka baju Tidak mampu pergi ke kamar
Skor: 1 dan mengenakan baju, mandi dalam proses
membersihkan genetalia tanpa eleminasinya.
bantuan.
Kontinensia Mengendalikan perkemihan Pengawasan yang dilakukan
Skor: 1 dan defikasi secara mandiri, merupakan bantuan dalam
atau kadang terjadi mengendalikan perkemihan
ketidaksengajaan. dan defikasi Klien: dapat
menggunakan kateter atau
bahkan terjadi inkontensia
sepenuhnya.
Makan Menyuap sendiri tanpa Memerlukan bantuan saat
Skor:1 bantuankecualipadasaatmemot makan, atau makan melalui
ongdagingataumengolesirotide selang atau cairan inravena
nganmentega. baik sebagian maupun
sepenuhnya.
Penilaian:
6 : berfungsi sepenuhnya (mandiri)
3–5 :gangguan sedang (dibantu)
≤2 :gangguan fungsi berat
Total skor pengkajian Indeks Katz pada Tn M adalah 6 yaitu berfungsi
sepenuhnya (mandiri).
Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini? Bulan Oktober 2022
√ 2 Hari apa sekarang? Senin
√ 3 Apa nama tempat ini? Wisma Merpati
√ 4 Dimana alamat anda? Yogyakarta
√ 5 Berapa umur anda? 84 tahun
√ 6 Kapan anda lahir? Lupa
√ 7 Siapa Presiden Indonesia? Jokowi
Siapa nama Presiden Indonesia
√ 8 Lupa
sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibuanda? Lupa
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setia pangka
√ 10 17
yang baru, semua secara
menurun.
JumlahKeseluruhanTotal 4
InterpretasiSPMSQ
Salah 0-2 : Fungsi Intelektual Utuh
Salah 3-4: Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan
No PERNYATAAN 0 1 2 3
13
Saya merasa sedih dan tertekan. X
Saya menyadarikegiatan
X
25 jantung,walaupunsayatidaksehabismelakukanaktivitasfisik(misal
nya:merasadetak jantung
meningkatataumelemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih. X
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah. X
28 Saya merasa saya hampir panik. X
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya
29 kesal. X
31 Saya tidakmerasaantusiasdalamhalapapun. X
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap
32 X
Hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah. X
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga. X
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
X
35
Saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan. X
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan. X
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti. X
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah. X
Saya merasa khawatir dengansituasi dimana saya mungkin
40 X
Menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya:padatangan). X
Saya merasa untuk meningkatkan inisiatif Dala X
42 m
sulitmelakukansesua
tu.
Penilaian:
0 – 69 :Normal
70 – 78 :Ringan
79 – 86 :Sedang
87 – 89 :Berat
90 – 91 :Sangat berat
Total skor pengkajian tingkat ansietas DASS adalah 11 yang berarti Tn M termasuk
dalam kategori normal.
1. Bagaimana
1 2 3 4 5
menurutanda
kualitas hidupanda?
2. Seberapa puas
1 2 3 4 5
andaterhadap
kesehatananda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut
ini dalam empat minggu terakhir.
Tdk Sedikit Dlmju Sangat Dlmjum
samase mlahse sering lahberle
kali dang bihan
6. Seberapajauhandamerasahidupa
1 2 3 4 5
ndaberarti?
7. Seberapajauhandamampuberkonsent 1 2 3 4 5
rasi?
8. Secara umum, seberapa aman 1 2 3 4 5
andarasakandlm kehidupan anda
sehari-hari?
Pertanyaanberikutiniadalahtentangseberapapenuhandaalamihal-
halberikutinidalam4minggu terakhir?
Tdksama Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya
sekali dialami
12. Apakahandamemilikic
1 2 3 4 5
ukup ruang
untukmemenuhi
kebutuhananda?
13. Seberapa
1 2 3 4 5
jauhkeetersediaan
informasibagi
kehidupan
andadariharike hari?
14. Seberapa sering
1 2 3 4 5
andamemiliki
kesempatanuntuk
bersenang-senang/re
kreasi?
15. Seberapa
1 2 3 4 5
baikkemampuan
andadalambergau
l?
Sangat Tdkme Biasa- Memuaskan Sangatm
biasa
tdkmemuas muaskan emuaskan
saja
kan
16. Seberapapuaskahandadgti
1 2 3 4 5
duranda?
Pertanyaanberikutmerujukpadaseberapaseringandamerasakanataumengalamihal-
halberikutdalam empat minggu terakhir.
Transformed Interpretasi
Equationsforcomputingdomainsc Rawscore scores*
ores 0-100
27. Domain Q3+Q4+Q10+Q15+Q16+Q17
+Q18 a.=20 c:44 Sedang
1(Kesehatan
Fisik)
28. Domain Q5+Q6+Q7+Q11+Q19+Q26
a.=22 c:69 Baik
2(Psikologis)
29. Domain Q20+Q21+Q22
a.=10 c:56 Sedang
3(RelasiSosial)
30. Domain Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23
a.=24 c:50 Sedang
4(Lingkungan) +Q24+Q25
Kesimpulan:
Penilaian Quality of Life pada kesehatan fisik Tn M didapatkan skore 44 (sedang).
Padapsikologis Tn M didapatkan skore 69 (baik). Pada relasi sosial Tn M didapatkan skore
56(sedang).Padalingkungan Tn M didapatkan skore 50 (sedang).
A. Analisa Data
1. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah dibuktikan dengan :
- Ny. W mengatakan menderita hipertensi sejak usia 25 tahun dan
sudah rutin minum obat hipertensi dari dulu
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
b. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan:
- Ny. W mengatakan mengeluh nyeri akibat tulang punggung yang bengkok
karena pada tahun 2007 ditabrak sepeda motor
- Ny W nyeri terasa ditusuk-tusuk, nyeri terjadi pada bagian tulang punggung
yang bengkok, skala nyeri 3 dari 10, nyeri hilang dan timbul saat cuaca
dingin dan kecapekan, terasa sekitar 15 menit.
- Ny. W mengatakan nyeri pada tulang punggung muncul sejak beberapa
tahun yang lalu.
- Ny. W mengatakan saat merasa nyeri memakai sinar infrared selama 15
menit untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya
personal (disfungsi berduka) dibuktikan dengan :
- Ny W mengatakan sudah tidak pernah mengikuti kegiatan rutin di
BPSTW seperti senam, pengajian, ketrampilan, dendang ria, maupun
kegiatan karawitan.
- Ny. W mengatakan merasa tidak suka keluar kamar dan lebih suka
didalam kamar karena merasa tidak nyaman dengan teman teman di
wisma.
- Ny. W mengatakan sering kepikiran dan merasa kehilangan atas
kepergian suaminya 3 tahun lalu.
- Ny. W mengatakan saat rindu pada almarhum suaminya, Ny. W
selalu menangis dan hanya bisa mendoakannya.
- Ny. W tampak selalu didalam kamar.
- Ny. W tampak tidak bergairah dan sedih.
- Ny. W tampak tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan
teman wisma.
- Penilaian Quality of Life pada relasi sosial Ny. W didapatkan skore
31 (cukup buruk)
d. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (disfungsi berduka
dan keengganan untuk makan) dibuktikan dengan :
- Ny. W mengatakan makan tidak teratur kadang 2x atau 3x sehari
- Ny. W mengatakan terkadang tidak menghabiskan porsi makanan
yang disediakan karena kadang tidak nafsu makan dan kadang menu
makanan tidak sesuai selera.
- Ny. W mengatakan berat badannya selalu turun dari 50 kg menjadi
40kg dan sekarang menjadi 30 kg.
- Berat badan : 30 kg
- Tinggi badan: 150 cm
- IMT (13,3) dibawah normal
- Ny. W tampak kurus
- Total skor pengkajian MNA Ny. W adalah 6 yang berarti malnutrisi.
- Risiko jatuh dibuktikan dengan usia lebih dari 65 tahun, kekuatan otot
menurun, lantai depan kamar mandi kadang basah,dan gangguan penglihatan
VOD 0,6/60 VOS 1/300,hasil pengkajian Risiko Jatuh (GET UP AND GO
TEST) Ny. W termasuk dalam risiko jatuh tinggi.
e.
2. Intervensi Keperawatan
Tanggal 25 Juli 2022
Pukul 09.30 WIB
Perencanaan
Dx Keperawatan Rasional
(SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Perfusi Perifer Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Tidak Efektif selama 3x pertemuan dalam waktu 2 minggu
Observasi:
D.0009 maka diharapkan perfusi perifer meningkat
dengan kriteria hasil: 1. Periksa sirkulasi perifer pada Ny. W 1. Sirkulasi perifer diketahui untuk
(misal nadi, pengisian kapiler, warna, menentukan tindakan keperawatan
Perfusi Perifer (L.02011)
suhu, edema). yang tepat.
A T 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau 2. Panas, kemerahan, nyeri, atau
Kriteria Hasil
(Awal) (Target) bengkak pada ekstremitas Ny.W. bengkak merupakan tanda inflamasi
Terapeutik: (peradangan).
Denyut nadi perifer 3 5
3. Hasil pengukuran tekanan darah
Tekanan darah 3. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
4 2 pada ekstremitas dengan keterbatasan
sistolik keterbatasan perfusi tidak akurat.
perfusi. 4. Hidrasi dilakukan untuk memenuhi
Tekanan darah 4. Lakukan hidrasi pada Ny. W. kebutuhan cairan tubuh guna
4 2
diastolic meningkatkan sirkulasi darah
Keterangan: ke perifer.
5. Rutin berolahraga dapat
1: Menurun Edukasi: meningkatkan sirkulasi darah karena
2: Cukup menurun 5. Anjurkan Ny. W berolahraga rutin. detak jantung akan meningkat
sehingga bisa memompa darah lebih
3: Sedang
keras.
4: Cukup meningkat 6. Rutin minum obat pengontrol
tekanan darah dapat menstabilkan
5: Meningkat
tekanan darah dan menjaga sirkulasi
6. Anjurkan Ny. W minum obat darah tetap normal.
pengontrol tekanan darah secara 7. Program diet yang dianjurkan
teratur. mampu membantu memperbaiki
sirkulasi pada perifer.
Edukasi:
5. Ajarkan Ny. W teknik nonfarmakologis:
terapi relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
6.Monitor kepatuhan pasien minum
neuralgin 2x1 tablet
Isolasi Sosial Setelah dilakukan intervensi keperawatan Promosi Sosialisasi (I.13498)
(D.0121) selama 3x pertemuan dalam waktu 2 minggu
Observasi:
maka diharapkan keterlibatan sosial
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemampuan Ny. W saat 1. Kemampuan interaksi dengan orang
lain diketahui untuk dijadikan acuan
melakukan interaksi dengan orang lain
Keterlibatan Sosial (L.13116)
menentukan tindakan keperawatan
A T yang tepat.
Kriteria Hasil 2. Identifikasi hambatan Ny. W saat 2. Hambatan interaksi adalah halangan
(Awal) (Target)
melakukan interaksi dengan orang lain atau rintangan yang menjadikan
Minat interaksi 2 5
kendala untuk berinteraksi dengan
Minat terhadap orang lain.
2 5
aktivitas
Terapeutik:
Verbalisasi isolasi 4 2
3. Motivasi Ny. W untuk meningkatkan
Perilaku menarik keterlibatan dalam suatu hubungan 3. Memotivasi keterlibatan dalam suatu
5 3 hubungan perlu diberikan untuk
diri
meningkatkan partisipasi pasien.
Afek murung/ sedih 5 3 4. Motivasi Ny. W untuk berpartisipasi 4. Memotivasi partisipasi dalam aktivitas
Keterangan: dalam aktivitas baru dan kegiatan baru dan kegiatan kelompok
kelompok membantu untuk memberikan
1: Menurun semangat dan harapan untuk selalu
2: Cukup menurun berpartisipasi aktif.
5. Memotivasi berinteraksi diluar
3: Sedang 5. Motivasi Ny. W untuk berinteraksi lingkungan wisma memberikan
4: Cukup meningkat diluar lingkungan (misal jalan-jalan dukungan pada pasien untuk
diarea wisma) bersosialisasi dengan lingkungan
5: Meningkat
sekitar.
6. Diskusi kekuatan dan keterbatasan
komunikasi merupakan cara untuk
6. Diskusikan bersama Ny. W tentang mencari jalan tengah dan mendapatkan
kekuatan dan keterbatasan dalam solusi.
berkomunikasi dengan orang lain
7. Berikan umpan balik positif pada setiap 7. Umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan Ny. W peningkatan kemampuan adalah suatu
reward yang memberikan rasa puas
dan percaya diri pada pasien sehingga
harapannya selalu meningkatkan
Edukasi: kemampuan.
8. Berinteraksi secara bertahap
8. Anjurkan Ny. W untuk berinteraksi merupakan suatu cara untuk
dengan orang lain secara bertahap menumbuhkan rasa percaya diri dan
sosialisasi secara perlahan.
9. Anjuran untuk mengikuti kegiatan
sosial dan kemasyarakatan di wisma
9. Anjurkan Ny. W untuk ikut serta dapat meningkatkan sosialisasi pasien
kegiatan sosial dan kemasyarakatan di secara tidak langsung.
wisma 10. Berbagi pengalaman kepada orang
lain akan membuat pasien merasa bisa
menceritakan keluh kesah dan belajar
untuk bersosialisasi kepada temannya.
10. Anjurkan Ny. W untuk berbagi TTD
pengalaman dengan orang lain Sri W
2 Senin, 26 Juli
Nyeri kronis berhubunganPukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan agen pencedera 5. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
S:
fisiologis durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Ny. W mengatakan masih merasa
pada Ny. W. nyeri seperti ditusuk tusuk di tulang
6. Mengidentifikasi skala nyeri pada Ny. punggung yang bengkok
W. - Ny. W mengatakan skala nyeri 3 dari
7. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 10
pada Ny. W. - Ny. W mengatakan nyeri hilang
8. Memfasilitasi Ny. W untuk istirahat dan timbul
tidur O:
- Ny. W tampak sesekali meringis
menahan nyeri
A: Tujuan belum tercapai.
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor nyeri dan respon non
verbal nyeri
2. Anjurkan Ny. W untuk
mempraktikkan teknik
nonfarmakologis: terapi relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri
TTD
Sri W
Selasa, 26 Juli
Nyeri kronis berhubunganPukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan agen pencedera 1. Memonitor nyeri dan respon non
S:
fisiologis verbal nyeri - Ny. W mengatakan Ny. W
2. Mengajarkan Ny. W dalam mengatakan masih merasa nyeri
melakukan teknik nonfarmakologis: seperti ditusuk tusuk di tulang
terapi relaksasi nafas dalam untuk punggung yang bengkok
mengurangi rasa nyeri - Ny. W mengatakan skala nyeri 2 dari
10
- Ny. W mengatakan nyeri hilang
timbul
- Ny. W mengatakan dengan
mempraktikkan teknik relaksasi nafa
s dalam nyeri menjadi berkurang.
O:
-Ny. W tampak lebih rileks
A: Tujuan belum tercapai
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor nyeri dan respon non verbal
nyeri
2. Monitor Ny. W dalam melakukan
teknik nonfarmakologis: terapi
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
TTD
Sri W
Rabu, 27 Juli
Nyeri kronis berhubunganPukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan agen pencedera 1. Memonitor nyeri dan respon non - Ny. W mengatakan Ny. W
fisiologis verbal nyeri mengatakan masih merasa nyeri
2. Memonitor Ny. W dalam melakukan seperti ditusuk tusuk di tulang
teknik nonfarmakologis: terapi punggung yang bengkok
relaksasi nafas dalam untuk - Ny. W mengatakan skala nyeri 2 dari
mengurangi rasa nyeri 10
- Ny. W mengatakan nyeri hilang
timbul
- Ny. W mengatakan dengan
mempraktikkan teknik relaksasi nafa
s dalam berkurang
- O:
- Tekanan darah : 135/80 mmHg
- Nadi : 85x/menit
- RR : 19x/menit
- Ny. W tampak lebih rileks
A: Tujuan tercapai.
P:
Anjurkan untuk mempraktikkan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri
TTD
Sri W
3 Senin, 25 Juli
Isolasi sosial berhubungan
Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan ketidakadekuatan 1. Mengidentifikasi kemampuan Ny. W saat S:
sumber daya personal melakukan interaksi dengan orang lain - Ny. W mengatakan merasa tidak
(disfungsi berduka) 2. Mengidentifikasi hambatan Ny. W saat suka keluar kamar dan berinteraksi
melakukan interaksi dengan orang lain lama dengan teman teman di wisma.
3. Memotivasi Ny. W untuk meningkatkan - Ny. W mengatakan saat berinteraksi
keterlibatan dalam suatu hubungan
4. Memotivasi Ny. W untuk berpartisipasi dengan orang lain merasa tidak
dalam aktivitas baru dan kegiatan sefrekuensi dan tidak seperti
kelompok suaminya saat berinteraksi dulu.
5. Memotivasi Ny. W untuk berinteraksi - Ny. W mengatakan sesekali akan
diluar lingkungan (misal jalan-jalan
berinteraksi dengan teman wismanya
diarea wisma)
dan jalan jalan disekitar wisma untuk
mengurangi kebosanan selama
dikamar.
O:
- Penilaian Quality of Life pada relasi
sosial Ny. W didapatkan skore 31
(cukup buruk)
A: Tujuan belum tercapai.
P: Lanjutkan intervensi
1. Diskusikan bersama Ny. W tentang
kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
2. Anjurkan Ny. W untuk berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap
3. Anjurkan Ny. W untuk ikut serta
kegiatan sosial dan kemasyarakatan di
wisma
4. Anjurkan Ny. W untuk berbagi
pengalaman dengan orang lain
5. Latih Ny. W mengekspresikan marah
dengan tepat ( Tarik nafas dalam dan
mendengarkan music kesukaan)
TTD
Sri W
Selasa, 26 juli
Isolasi sosial berhubungan
Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan ketidakadekuatan 1. Mendiskusikan bersama Ny. W tentang S:
sumber daya personal kekuatan dan keterbatasan dalam - Ny. W mengatakan tidak ada rasa
(disfungsi berduka) berkomunikasi dengan orang lain malu saat berinteraksi dengan orang
2. Menganjurkan Ny. W untuk berinteraksi lain, tetapi seringkali merasa tidak
dengan orang lain secara bertahap nyaman saja.
3. Menganjurkan Ny. W untuk ikut serta
- Ny. W mengatakan akan mulai
kegiatan sosial dan kemasyarakatan di
wisma mencoba berinteraksi kembali
4. Menganjurkan Ny. W untuk berbagi dengan teman – teman di dalam
pengalaman dengan orang lain wisma.
5. Melatih Ny. W mengekspresikan marah - Ny. W mengatakan jika merasa
dengan tepat ( Tarik nafas dalam dan bosan dikamar akan berusaha
mendengarkan music kesukaan) mengikuti kegiatan di wisma.
- Ny. W mengatakan selalu berbagi
pengalaman dengan teman
sekamarnya.
- Ny. W mengatakan saat marah akan
mengekspresikan marahnya dengan
menarik nafas dalam dan
mendengarkan musik
O:
Ny. W tampak menjelaskan dengan
komunikatif.
A: Tujuan belum tercapai
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor Ny. W untuk berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap
2. Berikan umpan balik positif pada
setiap peningkatan kemampuan Ny.
W
TTD
Sri W
Rabu, 27 Juli
Isolasi sosial berhubungan
Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan ketidakadekuatan 1. Memonitor Ny. W untuk berinteraksi S:
sumber daya personal dengan orang lain secara bertahap - Ny. W mengatakan sudah mulai
(disfungsi berduka) 2. Memberikan umpan balik positif pada keluar kamar dan menyapa teman
setiap peningkatan kemampuan Ny. W wisma nya.
- Ny. W mengatakan akan mencoba
mempertahankan untuk selalu
berinteraksi dengan teman
wismanya.
O:
Ny. W tampak menunjukkan perubahan
sikap
A: Tujuan tercapai.
P:
Motivasi Ny. W untuk mengikuti
kegiatan yang ada diwisma
TTD
Sri W
4 Senin, 25 Juli
Defisit Nutrisi berhubungan Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan faktor psikologis 1. Mengidentifikasi status nutrisi Ny. W S:
(disfungsi berduka dan 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi - Ny. W mengatakan makan tidak
keengganan untuk makan) makanan pada Ny. W teratur kadang 2x atau 3x sehari
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai
Ny. W - Ny. W mengatakan terkadang tidak
menghabiskan porsi makanan yang
disediakan karena kadang tidak
nafsu makan dan kadang menu
makanan tidak sesuai selera.
- Ny. W mengatakan berat badannya
selalu turun dari 50 kg menjadi 40kg
dan sekarang menjadi 30 kg.
- Ny. W mengatakan tidak ada alergi
makanan.
- Ny. W mengatakan menyukai
makanan sayur berkuah.
O:
- Berat badan : 30 kg
- Tinggi badan: 150 cm
- IMT (13,3) dibawah normal
- Ny. W tampak kurus
- Total skor pengkajian MNA Ny. W
adalah 6 yang berarti malnutrisi.
A: Tujuan belum tercapai.
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan makanan Ny. W
2. Monitor berat badan Ny. W
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai untuk Ny.W
4. Anjurkan Ny. W untuk duduk saat
makan
5. Ajarkan Ny. W mematuhi diet yang
diprogramkan
TTD
Sri W
Selasa, 26 juli
Defisit Nutrisi berhubungan Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan faktor psikologis 1. Memonitor asupan makanan Ny. W S:
(disfungsi berduka dan 2. Memonitor berat badan Ny. W - Ny. W mengatakan masih makan
keengganan untuk makan) 3. Menyajikan makanan secara menarik dan tidak teratur 2-3x sehari dan akan
suhu yang sesuai untuk Ny.W mengubah pola makan menjadi
4. Menganjurkan Ny. W untuk duduk saat
teratur 3x sehari dengan porsi sedikit
makan
5. Menganjurkan Ny. W mematuhi diet
tapi sering.
yang diprogramkan - Ny. W mengatakan berat badan
masih sama yaitu 30 kg.
- Ny. W mengatakan selalu duduk saat
makan.
- Ny. W mengatakan akan selalu
mematuhi diet yang diberikan panti.
O:
BB Ny. W 30 kg
A: Tujuan belum tercapai
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor asupan makanan Ny. W
TTD
Sri W
Rabu, 27 Juli
Defisit Nutrisi berhubungan Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan faktor psikologis 1. Memonitor asupan makanan pada Ny. WS:
(disfungsi berduka dan - Ny. W mengatakan sudah
keengganan untuk makan) menerapkan makan 3x sehari.
- Ny. W mengatakan porsi makan
selalu habis.
O:
Porsi makan Ny. W tampak habis.
A: Tujuan tercapai.
P:
- Motivasi Ny. W untuk selalu
teratur makan 3x sehari
- Motivasi Ny. W untuk
meningkatkan berat badan.
TTD
Sri W
5 Senin, 25 Juli
Risiko jatuh dibuktikan dengan
Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 usia lebih dari 65 tahun, 1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh padaS:
kekuatan otot menurun, dan Ny. W (misalnya usia>65 tahun, - Ny. W mengatakan usianya 79 tahun
gangguan penglihatan penurunan tingkat kesadaran, defisit - Ny. W mengatakan menggunakan
kognitif, gangguan keseimbangan, kacamata mines dan mengalami
gangguan penglihatan, neuropati).
katarak pada mata kanan nya
2. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh pada Ny. W
sehingga penglihatan tidak begitu
(misalnya lantai licin, penerangan jelas.
kurang) O:
3. Menghitung resiko jatuh Ny. W dengan - Hasil pengkajian Risiko Jatuh (GET
menggunakan get up and go test UP AND GO TEST) Ny. W
termasuk dalam risiko jatuh tinggi.
- Ny. W tampak menggunakan
kacamata.
- Penerangan cukup.
- Lantai di dekat kamar mandi tampak
basah sehingga beresiko Ny. W
jatuh.
A: Tujuan belum tercapai.
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemampuan berpindah pada
Ny.W.
2. Anjurkan Ny. W untuk berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan tubuh
TTD
Sri W
Selasa 26 Juli Risiko jatuh dibuktikan
Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
2022 dengan usia lebih dari 65 3. Memonitor kemampuan berpindah S:
pada
tahun, kekuatan otot Ny.W. - Ny. W mengatakan masih mampu
menurun, dan gangguan 4. Menganjurkan Ny. W untuk berpindah dari tempat tidur ke kamar
penglihatan berkonsentrasi untuk menjaga mandi dan sebaliknya.
keseimbangan tubuh - Ny. W mengatakan selalu berhati –
1.
hati dan berpegangan agar tidak
jatuh.
O:
- Ny. W tampak berkonsentrasi
menjaga keseimbangan tubuh saat
akan kekamar mandi.
A: Tujuan belum tercapai
P: Lanjutkan intervensi :
1. Anjurkan Ny. W menggunakan alat
bantu berjalan (misal kursi roda atau
walker).
2. Anjurkan Ny. W untuk
menggunakan alas kaki yang tidak
licin.
TTD
Sri W
Rabu, 27 Juli Risiko jatuh dibuktikan dengan
Pukul 09.00 WIB Pukul 12.00 WIB
usia lebih dari 65 tahun, 1. Menganjurkan Ny. W menggunakan alat S:
2022 kekuatan otot menurun, dan bantu berjalan (misal kursi roda atau Ny. W mengatakan akan selalu
gangguan penglihatan walker). menggunakan alat bantu berjalan walker
2. Menganjurkan Ny. W untuk yang sudah dimilikinya.
menggunakan alas kaki yang tidak licin Ny. W mengatakan akan menggunakan alas
kaki yang tidak licin agar tidak
terpeleset.
O:
Ny. W tampak menggunakan walker
A: Tujuan tercapai.
P: Motivasi Ny. W untuk selalu
menggunakan alat bantu berjalan dan
berhati – hati dalam berpindah.
TTD
Sri W
BAB IV
ANALISA JURNAL
Judul : Efektifitas Terapi Air Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi
Tahun : 2020
Oleh : Siti Hadrayanti Ananda dan Tahiruddin Tahiruddin
Link : https://stikesks.kendari-e-journal.id/jk/article/view/233/127
Analisa :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian terapi air minum putih
efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, baik sistolik maupun
diastolik. Selanjutnya disarankan kepada pihk panti dapat merekomendasikan
terapi air : minum air putih bagi penderita hipertensi yang tinggal di wisma, agar
tekanan darah dapat terkontrol dan mengurangi efek lanjut dari hipertensi.
Hidroterapi merupakan suatu metode perawatan dan penyembuhan dengan
menggunakan air untuk mendapatkan efek terapis atau penyembuhan. Penggunaan
terapi air putih yang dimaksud adalah meminum air putih sebanyak 1,5 liter setiap
pagi segera setelah bangun tidur. Mengkonsumsi air putih dapat menurunkan
tekanan darah tinggi sebab air putih dapat melarutkan kelebihan garam sehingga
terbuang bersama urin.
Hal ini sesuai dengan kasus kelolaan, klien dengan diagnosa hipertensi yang
dapat terkendali apabila rutin mengkonsumsi air putih, menghindari minum kopi
dan menghindari makanan terlalu banyak gula atau pun garam.
BAB V
KESIMPULAN
Pada asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. L dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami 4 masalah yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan diantaranya adalah
:
1. Pada diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dilakukan implementasi selama 4 hari sesuai data di atas.
Didapatkan kesimpulan diagnosa keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan.
2. Pada diagnosa keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidak adekuatan
pemahaman dilakukan implementasi selama 3 hari sesuai data di atas.
Didapatkan kesimpulan diagnosa keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan.
3. Pada diagnosa keperawatan resiko perfusi miokard tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi, dilakukan implementasi selama 4 hari sesuai data di atas.
Didapatkan kesimpulan diagnosa keperawatan teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan
dengan mengidentifikasi kebiasaan makan dan minum yang dapat meningkatkan faktor
resiko, monitor tanda vital setiap hari.
4. Pada diagnosa resiko jatuh dilakukan tindakan implementasi selama 3 hari sesuai data di
atas.
Didapatkan kesimpulan diagnosa keperawatan teratasi. Namun demikian untuk
mempertahankan kondisi tetap dilakukan identifikasi resiko jatuh setiap hari dan
manajemen lingkungan tenang, aman, nyaman.
DAFTARPUSTAKA
A.P Bangun, MHA. (2008). Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi.
Jakarta :AgroMedia Pustaka
AspianiYuliReny.
(2010).BukuAjarAsuhanKeperawatanKliendenganGangguanKardiovaskulerAplikasi
NIC&NOC.Jakarta: EGC
Aspiani,R.Y.2014.BukuajarasuhankeperawatangerontikJilid2.Jakarta:CV.TransInfo Media.
DepartemenKesehatanRI.(2018).HipertensiMembunuhDiam-DiamKetahuiTekananDarah
Anda. http://www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh-diam-
diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html.Diakses padatanggal 27Juli2022
DepartemenKesehatanRI.(2018).PotretSehatIndonesiadariRiskesdas2018,Jakarta:Direktorat
Jenderal Pelayanan
Medik.http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-
riskesdas-2018.html.Diakses padatanggal 27 Juli2022
DinasKesehatanProvinsiKalimantanTimur.(2015).ProfilKesehatanKotaSamarinda2015.
Samarinda:DinasKesehatan
Friedman,M.2010.BukuAjarKeperawatankeluarga:Riset,Teori,danPraktek.
Edisike-5.Jakarta:EGC.
KemenkesRepublikIndonesia.(2016).InfodatinLansia:SituasiLanjutUsiadiIndonesia.
Jakarta:BalitbangKemenkesRI.
KemenkesRepublikIndonesia.
(2018).RisetKesehatanDasar:RISKESDAS.Jakarta:BalitbangKemenkes RI.
KementrianKesehatanRI.INFODATINPusatDatadanInformasiHipertensi.http://
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi.pdf.Diunduhpadatanggal 27 Juli 2022
NandaNICNOC.
(2015).DiagnosisDefinisidanKlasifikasi.PenerbitBukuKedokteran:EGCPadila.
Riskesdas(2018).LaporanRisetKesehatanDasarTahun2018.Jakarta:BadanPenelitiandanPenge
mbanganKesehatan Kementrian KesehatanRI
SDKI.
(2016).StandarDiagnosisKeperawatanDefinisidanIndikatorDiagnostik.Jakarta:DewanPe
ngurus Pusat PPNI
SmeltzerCSuzanne&BareG.(2002).BukuAjarKeperawatanMedikalBedahed.8vol3.
Jakarta:Penerbitbukukedokteran: EGC
Stockslager .L Jaime, dkk. (2007) Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta :
TimPokjaSDKIDPPPPNI.
(2017).StandarDiagnosaKeperawatanIndonesia.JakartaSelatan:DewanPengurus
PusatPersatuan PerawatNasionalIndonesia.
TimPokjaSIKIDPPPPNI.
(2018).StandarIntervensiKeperawatanIndonesia.JakartaSelatan:Dewan
PengurusPusat PersatuanPerawat NasionalIndonesia.
Triyanto,Endang.
(2014).PelayananKeperawatanBagiPenderitaHipertensiSecaraTerpadu.Jogjakarta:
GrahaIlmu
WHO. (2015). World Health Day 2015 : Measure your blood pressure, reduce
yourrisk.http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world _health_day_20
130403/ en/.Diaksespada27 Juli 2022