HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
JL.Bintaro Raya No 10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, 12240
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT serta junjungan nabi besar Muhammad
SAW atas limpahan rahmat dan karunia nya penulis dapat menyelesaikan makalah Gerontik
tentang Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan Hipertensi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
C. Tujuan................................................................................................................................ 2
1. Lansia ................................................................................................................................. 3
2. Hipertensi ........................................................................................................................... 8
A. Pengkajian ....................................................................................................................... 13
B. Data Fokus....................................................................................................................... 31
G. Evaluasi ........................................................................................................................... 41
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................................................ 43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk
dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125
juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar
jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina,
dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia
sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO,
2015).
Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60
tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan
meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang tua di
Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika.
Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut
diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan
hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari
ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan, 2013)
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya.
Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan
menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati
2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah
kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan tingkat
kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi diri sendiri.
1
tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi
menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan
52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik). Sekitar 69% pasien
serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF)
menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan
kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51% kematian pada penderita penyakit
stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes DIY, 2013). Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus
hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum obat. Hal ini
mengalami kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007,
dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus hipertensi
berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes RI, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori tentang lansia?
2. Bagaimana teori tentang hipertensi?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui teori tentang lansia
b. Mengetahui teori tentang hipertensi
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
hipertensi
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang
dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi,
2009).
A. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
3
hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut
usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old
(75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot
akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
4
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output, berkurangnya
heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, bertaTn. Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima
bertambah tebal, fibrosis.
4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin menurun,
proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria
akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas 65
tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal blood
flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg,
berkurangnya maximal oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan
absorbsi menurun, produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin
menurun pada lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
5
melihat cahaya gelap), berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas pandangan, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya membedakan warna
hijau atau biru pada skala dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran timpani
menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas
sel T, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH, FSH
dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads yaitu
progesteron, estrogen dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,
parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus,
atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya
penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia
70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat
menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut,
6
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena
tidak berguna lagi. Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila
ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan
menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun
memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
7
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing, perkembangan
yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh
cara mencintai dan keadilan
2. Hipertensi
A. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam arteri
saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak pernah
konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan pada saat itu (Herbert Benson,dkk,2012). Hipertensi atau yang lebih
dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang
berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial
sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara terus-menerus
(Sutanto,2010).
B. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of Hypertension)
mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)
8
C. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang
tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja
jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus
hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor,
terdiri dari faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain
yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya (Herbert
Benson, dkk, 2012).
D. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar-
debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah
memerah, telinga berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang
mempunyai riwayat hipertensi kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak
adekuat ataupun kecenderungan yang berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer
yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi temporer (Kaplan N.M, 2010).
E. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan
volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas
jantung.
9
F. Pathway Hipertensi
Perubahan
struktur
Penyumbatan pembuluh
darah
vasokonstriks
i
Gangguan
sirkulasi
otak
Nyeri tengkuk/kepala
Gangguan pola
tidur
Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)
G. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
10
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh
susunan saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
J. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
11
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah,
dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan meningkatkan
keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas
A. Nama : Ny Y
B. Umur : 68 Tahun
C. Alamat : JL. H. Soaeb
D. Pendidikan : SLTP
E. Tanggal masuk panti :-
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Betawi
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Kawin
13
( Genogram )
Keterangan :
: Perempuan X : Meninggal
14
V. Pengkajian persistem (jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya)
a. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS :E:4,M:6,V:5
3) TTV : TD : 150/95 mmHg
S : 36.5℃
N : 98 x/menit
RR : 18x/menit
4) BB/TB : BB : 45 kg, TB : 150 cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
Tegap
Bungkuk
Kifosis
Skoliosis
Lordosis
Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
15
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan :
.........................................................................................................................
..................................................................................
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
.................................................................................................
.................................................................................................
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
.................................................................................................
.................................................................................................
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
16
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : gigi belakang Ibu Y ompong dibagian graham
belakang
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
……………………………………………………………………………
………………..
……………………………………………………………………………
………………….
5) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
……………………………………………………………………………
………………..……………………………………………………………
……………………………………..
6) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
17
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
……………………………………………………………………………
………………………
……………………………………………………………………………
………………………
7) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 10 x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
…………………………………………………………………………………
……………………….
…………………………………………………………………………………
………………………,
8) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5-6 x/hari
c) Frekuensi BAB : 2 x/hari
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
…………………………………………………………………………………
……………………….
…………………………………………………………………………………
………………………,
18
9) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) : 5555 5555
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
10) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
19
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
…………………………………………………………………………………
……………………….
…………………………………………………………………………………
……………………….
21
MASALAH EMOSIONAL POSITIF
c. Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang kematian dan
harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya. Ny Y beragama islam, masih aktif
dalam mengikuti kegiatan pengkajian tiap minggunya yang diadakan
didaerahruamhnya, sholat 5 waktu sesuai ajaran agamanya dan tidak memiliki nilai
kematian lain atau kepercayaan sendiri.
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun ia anggap mampu.
22
padat ( nasi,
sayur dan buah )
2 Minum 5 10 Frekuensi 5-
7/hari
Jumlah 200 ml
Jenis air putih,
teh manis
3 Berpindah dari kursi roda ke 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi 3x/hari
menyisir rambut, gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet ( mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi 2x/hari
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAK) 5 10 Frekuensi : 5-
6/hari
Konsistensi : cair
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 2-
3/hari
Warna : kuning
keruh
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi :
1x/minggu
Jenis : senam
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10 Jenis : jalan-jalan
luang ke mall
Frekuensi : 1-2
x/bulan
23
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
3
Score =
24
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
25
nilai 1.
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
26
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah:
Ambil kertas ditangan Anda, lipat dua
dan taruh di lantai.
Ambil kertas ditangan kanan.
Lipat dua.
Taruh dilantai.
Total : 22
27
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
28
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
Nama : Ny Y
Usia : 64 Tahun
Jenia Kelamin : Perempuan
Ruangan : JL. H SOAEB
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :
No Pertanyaan Tidak
Ya
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak
29
Ya Tidak
Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih
Ya Tidak
baik dari pada anda?
30
B. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
1. Klien mengatakan memiliki penyakit 1. Klien tampak tidak tidur di waktu siang
hipertensi atau tekanan darah tinggi. hari.
2. Saat ini Ny. Y masih mengkonsumsi obat 2. TD : 150/80 mmHg
antihipertensi secara rutin. N : 80x/menit
3. Klien mengatakan sering terbangun pada RR : 20x/menit
malam hari jika ingin BAK sampai 3 S : 36,7C
kali. 3. Wajah klien tampak meringis saat
4. Klien mengatakan tidak pernah tidur menahan nyeri.
siang, karena tidak bisa tidur pada saat 4. Wajah klien tampak pucat
siang hari. 5. Klien terlihat memegangi tengkuk bagian
5. Klien mengatakan mengalami susah belakang
tidur, gelisah, tetapi tidak banyak pikiran. 6. Klien tampak gemetar saat memegang
6. Klien mengatakan sering pusing, masuk gelas berisi susu yang mau dipindahkan
angin dan merasa sakit pada bagian ke kamar.
tengkuknya. 7. Pada saat diminta berdiri dan
7. Klien mengatakan rasa nyeri yang mengangkat satu kaki klien hanya
dirasakan terkadang mengganggu melakukan sebentar dan kembali duduk.
aktivitasnya.
8. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat
terlalu banyak melakukan aktivitas (P)
9. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
10. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
11. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
12. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
13. Klien mengatakan kakinya terkadang
gemetar saat berjalan.
14. Klien mengatakan sedikit susah untuk
berjalan bila melakukan aktifitas
31
C. Analisa Data
32
meringis saat menahan
nyeri.
2. Wajah klien tampak
pucat
3. Klien terlihat memegangi
tengkuk bagian belakang
2.
DS :
Resiko jatuh Faktor resiko usia > 65
1. Klien mengatakan
tahun
kakinya terkadang
gemetar saat berjalan.
2. Klien mengatakan sedikit
susah untuk berjalan bila
melakukan aktifitas
DO :
1. Klien tampak gemetar
saat memegang gelas
berisi susu yang mau
dipindahkan ke kamar.
2. Pada saat diminta berdiri
dan mengangkat satu
kaki klien hanya
melakukan sebentar
3.
DS:
Gangguan pola tidur Kecemasan
1. Klien mengatakan
mengalami susah tidur,
gelisah, tetapi tidak
banyak pikiran.
2. Klien mengatakan tidak
pernah tidur siang, karena
tidak bisa tidur pada saat
33
siang hari.
3. Klien mengatakan sering
terbangun pada malam
hari jika ingin BAK
sampai 3 kali.
DO :
1. Klien tampak tidak tidur
di waktu siang hari.
2. TD 150/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7C
34
D. Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas)
35
E. Perencanaan Keperawatan
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
Diagnosa Paraf &
Tujuan dan
Tgl. No. Keperawata Rencana Tindakan nama
Kriteria Hasil
n (PES) jelas
36
Environmental
28-02- 2. Resiko jatuh Setelah dilakukan manajemen : safety
2020 pada Ny.Y tindakan
1. Berikan penyuluhan
keperawatan
tentang apa saja
selama 3x12 jam
bahaya lingkungan
Ny. Y tidak
yang ada disekitar
mengalami jatuh,
yang dapat
dengan kriteria
menyebabkan resiko
hasil :
jatuh
Trauma risk
Injury risk 2. Anjurkan untuk
1. Mampu memakai alat bantu
mengidentifikasi jalan (jika
bahaya membutuhkan)
lingkungan yang
3. Ajarkan gerakan
dapat
latihan keseimbangan
meningkatkan
cedera
2. Mampu
menggunakan
alat bantu untuk
menghindari
cidera
3. Mampu
mempraktekan
gerakan latihan
keseimbangan
37
selama 3x12 jam, pentingnya kebutuhan
diharapkan tidur cukup
masalah gangguan 3. Jelaskan lingkungan
pola tidur Ny. Y yang nyaman untuk
dapat teratasi memudahkan tidur
dengan kriteria 4. Ajarkan teknik
hasil : relaksasi otot progresif
1. Klien dapat kepada klien
tidur sesuai
dengan
kebutuhan lansia
(6 jam)
2. Melaporkan
merasa segar
dipagi hari
Melaporkan secara
verbal bahwa klien
tidak terbangun
dimalam hari
38
F. Pelaksanaan Keperawatan ( CATATAN KEPERAWATAN )
39
28-02- 3. 1. Mengukur TTV
2020 Hasil : TD: 150/90 mmHg, Nadi: 80x/menit,, RR :
(17.00) 22x/menit.
2. Menjelaskan pada klien lingkungan yang nyaman untuk
memudahkan tidur
Hasil : klien mengatakan mengerti dan akan mencoba
membuat lingkungan lebih nyaman
3. Mengajarkan klien tentang relaksasi otot progresif
Hasil : Klien nampak mempraktikan relaksasi otot
progresif sesuai intruksi meskipun ada beberapa gerakan
yang kurang tepat.
40
G. Evaluasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor TTV
2. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
P : Intervensi dilanjutkan
1. Motivasi klien untuk melakukan relaksasi otot
progresif setiap sebelum tidur.
41
3. 28-02-2020 S : Klien mengatakan senang diajarkan tentang latihan
(17.00) keseimbangan, klien mengatakan akan melakukan
latihan keseimbangan setiap hari.
42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada
lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga,
Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat.
Dalam keperawatan lanjut usia diperlukan pendekatan baik fisik, psikis, social
maupun spiritual. Keperawatan lanjut usia berfokus pada peningkatan kesehatan
(helth promotion), pencegahan penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi mental,
dan mengatasi gangguan kesehatan yang umum
B. Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i keperawatan, hendaknya dapat menguasai konsep asuhan keperawatan
lansia dan memberikan asuhan keperawatan lansia dengan benar dan tepat sehingga
dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan
43
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Sudoyo.Aru.W dkk. (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, jilid I, EGC, Jakarta