(P2M) DI PUSKESMAS
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
JL.Bintaro Raya No 10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, 12240
Tahun Ajaran 2017-2018
KATA PENGANTAR
Tidak ada kalimat yang lebih tepat dan lebih terpelajar untuk mengawali
kata pengantar ini selain penyampaian puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. Dzat
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Berkat rahmat dan karunianya makalah
yang berjudul “Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2m) Di
Puskesmas” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pelayanan Primer serta menambah
pemahaman pembaca khususnya mahasiswa keperawatan.
Dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari bimbingan Ibu Ns. Elly
Junalia, M.Kep. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah
memberikan tugas serta bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami sebagai penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Definisi Puskesmas....................................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
kesehatan masyarakat yang terdiri dari upaya wajib dan upaya pengembangan,
diharapkan pemberian pelayanan kesehatannya dapat mencegah dan memberantas
penyakit menular melalui upaya wajibnya yaitu P2M.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Puskesmas
puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalarn suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996).
5
Ini dapat terjadi karena tetesan-tetesan halus yang terhambur dari batuk, berludah,
atau bersin, misalnya tuberkulose ; bersentuh (persetubuhan), misalnya pada penyakit
kelamin.
6
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya
5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya
6) Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya
7) Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.
8) Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap peningkatan kasus dari periode
sebelumnya (pada daerah endemis), terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada
periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.
7
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini yaitu
untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah
dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian tugas umum untuk
koordinator unit pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun
perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif
terhadap kegiatan di unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya
peningkatan kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak
sekali upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular,
setelah puskemas bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala
dinas kesehatan daerah tingkat II.
a. Surveilans epidemiologi
b. Imunisasi
c. TBC
d. Malaria
e. Kusta
f. DBD
g. Penanggulangan KLB
h. ISPA/Pnemonia
i. Filariasis
j. AFP
k. Diare
l. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
m. Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana)
n. Frambusia
o. Leptospirosis
p. HIV/AIDS
8
Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki
tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit
menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas
berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu:
9
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulam
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
2. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit
penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam hal
peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan
kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan
terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap program
imunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis peningkatan imunisasi
10
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi
11
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan
tatalaksana penderita.
12
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
1) Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB penyakit menular
di Puskesmas sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit Menular.
2) Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB penyakit
menular kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans
Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular
3) Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam bentuk
tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit surveilans
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM
&PL Depkes
13
4) Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular beserta
hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada program terkait
di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat riset, pusat-pusat
kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya.
14
rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit
pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data
tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi
data.
2) Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut
Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit
potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik
kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala
Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem
kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya
kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu. maka
Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis
tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko,
perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas,
informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Umpan Balik
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan
permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.
4) Laporan
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap bulan, puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya.
15
dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos
pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah dan generasi muda,
Saka Bhakti Husada; serta peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media
promosi kesehatan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang
penyakit menular, cara penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti
secara luas apa saja penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan bagaimana
cara mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat
berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan terpadu
dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan informasi seputar
penyakit menular untuk masyarakat juga merupakan upaya puskesmas dalam
pemberantasan penyakit menular. Informasi yang diberikan terhadap puskesmas seperti
penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik terhadap acara
yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS pada siswa SMP/SMA untuk
pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan muda yang sekarang sedang marak
terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan
bagaimana cara penularannya sehingga di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah
cepat. Selain pemberian informasi, pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan
muda juga sangat penting untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai dasar
pembentukan negara untuk berkembang. Meskipun moral merupakan faktor tidak
langsung terhadap penyebaran penyakit menular terutama penyakit menular melalui
hubungan seksual, namun pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi
muda untuk tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain itu,
pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara yang berimbas
kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi yaitu pemberdayaan
masyarakat melalui pos kesehatan pada puskesmas yang bersumberdayakan masyarakat.
Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas meskipun yang melaksanakan orang-
orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya dengan dibimbing oleh dokter atau bidan
setempat. Dengan adanya pos kesehatan yang bersumberdayakan masyarakat, maka
secara otomatis pengetahuan masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit yaitu :
16
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan,
dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
1. Sifilis
Penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Treponema palillidum,penularan
terutama melalui hubungan kelamin.
Ciri khas:
1) Masa inkubasi mulai 10 hari-4bulan
2) Mula ditandai dengan permulaan biasanya di kemaluan, kedua: ruam menyeluruh di
kulit dan selaput lendir,masa terpendam/laten yang lama
17
3) Kelainan di kulit,tulang,ssp,dan sistem peredaran darah
Tujuan:
menurunkan kesakitan serendah mungkin dan mencegah terjadinya penyebaran kecacatan
akibat penyakit.
Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penyuluhan kesehatan
Tujuan:
mengusahakan penurunan angka kematian dan insidensi demam berdarah serendah
mungkin.
Kegiatan:
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Surveilance epidemilogi
3) Surveilance vektor
4) Pemberantasan vektor
5) Pertolongan terhadap penderita
6) Penyuluhan dan pengarahn masyarakat untuk PSN
7) Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
18
3. TB paru
Penyakit menular yang bersifat menahun oleh kuman Mycobacterium
tubercolosis,penyakit ini menyerang paru paru.
Ciri khas:
1) Biasanya ditemukan melalui pemeriksaan tubekculine test (hal yang penting bagi
anak dibawah 5 tahun) dan dengan sinar tembusan x
2) Tingkat lanjut ditemukan mycobacterium dalam dahak,gejala klinis: batuk,
terkadang darah dalam dahak, demam, BB menurun
3) Mengganas pada bayi dan anak kecil
Tujuan:
mengurangi kesakitan tuberculosis paru serendah mungkin dan mencegah penyebaran
penyakit dengan BTA positif
Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penderita TB paru yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung maupun luar
gedung puskesmas harus dicatat dan dialporkan
3) Penderita tersangka TB paru yang berumur 15 tahun ke atas harus diperiksa dahaknya
sebanyak tiga kali berturut- turutal
4) Bila dalam dahaknya ditemukan BTA, berikan penjelasan tentang pengobatan yang
harus dijalani.
5) Penyuluhan kesehatan
6) Vaksinasi B.C.G dengan sasaran
- Anak anak : 3-14 tahun
- Anak anak : 6-7 tahun(usia masuk sekolah)
- Anak anak : 13- 14 tahun (usia keluar SD)
19
ada kasus yang meninggal di wilayah kerja puskesmas pada bulan Januari 2011 sebanyak
10 kasus. Dugaan KLB penyakit Demam Chikungunya ini belum diketahui pasti, oleh
karena itu diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi oleh
petugas di Puskesmas II Denpasar Selatan.
Definisi operasional KLB Demam Chikungunya adalah ditemukannya lebih dari satu
20
penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak pernah ditemukan
penderita (Depkes Ri,2004)atau ditemukannya lebih dari satu kasus Demam Chikungunya
yang berhubungan secara epidemiologis/klusterBerdasarkan hasil wawancara mengenai
kronologis kasus Demam chikungunya diperoleh informasi bahwa 8 kasus dari 10 kasus
yang ada 6 diantaranya tinggal di tempat yang sama dan 2 lainnya merupakan warga sekitar
derah yang masuk ke dalam daerah penyelidikan. Hal ini berarti telah terjadi KLB Demam
Chikungunya dengan ditemukannya lebih dari 1 kasus Demam Chikungunya di
desa/kelurahan yang berhubungan secara kluster.
21
menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher,
mual, muntah
2. Definisi Kasus
Definisi operasional kasus awala ialah semua penderita yang ditemukan sedang
menderita Demam Chikungunya atau memiliki riwayat menderita Demam Chikungunya
dengan gejala klinis tinggi secara mendadak yang bertahan 2-7 hari, nyeri sendi, dan ruam
makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang dapat disertai dengan
gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada
konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah.
Grafik 5.1
Berdasarkan data yang ditampilkan grafik 5.1 di atas, dapat dilihat persentase kasus
penyakit Demam Chikungunya pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama
besar yaitu 50%. Pada kasus ini tidak ada perbedaan risiko terserang penyakit chikungunya
antara laki-laki dan perempuan.
22
Grafik 5.2
Berdasarkan data yang ditampilkan pada grafik 5. 2, dapat dilihat jumlah kasus
penyakit Demam Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar tertinggi terjadi
pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 4 kasus, kemudian diikuti oleh kelompok
umur 15-24 tahun sebanyak 3 kasus, kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 2 kasus, dan
kelompok umur ≥ 45 tahun sebanyak 1 kasus.
Grafik 5.3
Berdasarkan data pada grafik 5.3 Dapat dilihat kasus Demam Chikungunya di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan muncul pada minggu pertama Januari 2011
sebanyak 7 kasus, sedangkan pada minggu kedua ditemukan 2 kasus baru dan minggu
ketiga ditemukan satu kasus.
23
Grafik 5. 4
8. Penanggulangan KLB
24
altosid pada tempat-tempat perindukan vektor Demam Chikungunya (Aedes aegypti)
e. Meningkatkan kordinasi lintas program dan lintas sektoral
f. Melaksanakan pengobatan penderita dengan gejala klinis ringan
a. Petugas Puskesmas II Denpasar Selatan agar mengumpulkan data lebih awal baik
bersumber dari masyarakat maupun instansi lain serta membuat pemetaan setidaknya
dengan spot map di wilayah yang terkena KLB untuk mengidentifikasi sumber dan
cara penularan.
b. Melaksanakan pemantauan kasus di lapangan yang dikordinasikan dengan para
jumantik yang bertugas melakukan pemantauan jentik yang mengindikasikan adanya
vektor penularan penyakit
c. Meningkatkan kordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota perihal umpan balik atas
pelaporan KLB oleh petugas Puskesmas II Denpasar Selatan
Petugas puskesmas II Denpasar Selatan agar meningkatkan peran serta masyarakat dan
kader dalam pencegahan dan penanggulangan KLB seperti halnya pendeteksian atau
pelaporan kasus di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah ini sungguh tidak luput dari ketidaksempurnaan, maka saran yang
diberikan oleh penulis ialah Penguraian yang lebih rinci tentang puskesmas serta
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangannya dan Penguraian yang
lebih rinci tentang implementasi p2m terhadap penyakit-penyakit menular yang lain.
21
DAFTAR PUSTAKA