Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PELAYANAN PRIMER

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

(P2M) DI PUSKESMAS

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Liana Sofinadita (12171020)

Linda Mardiana (12171022)

Nurqhalizah Yusfrida . A (12171032)

Rahma Winne E. A (12171036)

Sarah Nadia (12171043)

Siti Soleha (12171046)

Syahrul Ramadhan (12171048)

Yusmanetti Rosya (12171053)

DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
JL.Bintaro Raya No 10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, 12240
Tahun Ajaran 2017-2018
KATA PENGANTAR

Tidak ada kalimat yang lebih tepat dan lebih terpelajar untuk mengawali
kata  pengantar ini  selain penyampaian puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. Dzat
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Berkat rahmat dan karunianya makalah
yang berjudul “Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2m) Di
Puskesmas” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pelayanan Primer serta menambah
pemahaman pembaca khususnya mahasiswa keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari bimbingan Ibu Ns. Elly
Junalia, M.Kep. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah
memberikan tugas serta bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami sebagai penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 7 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................................4

C. Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Definisi Puskesmas....................................................................................................5

B. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular.....................................................5

C. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas........................................7

D. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.........................8

E. Kegiatan Pokok P2M................................................................................................9

F. Implementasi Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas..............................17

G. Contoh Kasus P2M (KLB Chikungunya)................................................................20

BAB III PENUTUP..........................................................................................................21

A. Kesimpulan..............................................................................................................21

B. Saran........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan


hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan pembangunan
kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia berfungsi untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga setiap
orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan di
Indonesia masih perlu pembenahan yang terkonsentrasi guna mewujudkan pembangunan
kesehatan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat
Indonesia yang optimal. Di sini, peran masyarakat dan perangkat-perangkat kesehatan
memiliki peran yang sangat penting, salah satu perangkat kesehatan tersebut adalah
Puskesmas. Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
berbasiskan masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan kesehatan
milik pemerintah. Upaya kesehatan puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan. Di sini, puskesmas difungsikan sebagai ujung tombak penentu
kinerja Kabupaten atau kota untuk mewujudkan masyarakat yang sehat di wilayah
kerjanya karena Puskermas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling
dekat dengan masyarakat. Puskesmas juga merupakan ujung tombak penyelenggaraan
UKM maupun UKP di srata pertama pelayanan kesehatan, dan merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau Kota.

Di dalam pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki masalah kesehatan yang


cukup kompleks, dibuktikan dengan meningkatnya kasus penyakit menular, banyaknya
jumlah kematian yang terjadi, serta meningkatnya penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, didukung dengan perolehan Indonesia dengan peringkat 4 sedunia untuk kasus
tuberculosis, selain itu Indonesia juga memperoleh peringkat 1 untuk penularan HIV
tercepat. Hal ini merupakan masalah kesehatan yang sangat membutuhkan perhatian dan
pembenahan. Namun dalam pembenahan dan pembangunan kesehatan tidaklah mudah
karena dipersulit dengan adanya keterbatasan sumber daya manusia baik dalam aspek
kualitas maupun kuantitas. Dengan adanya Puskesmas sebagai upaya keperawatan

3
kesehatan masyarakat yang terdiri dari upaya wajib dan upaya pengembangan,
diharapkan pemberian pelayanan kesehatannya dapat mencegah dan memberantas
penyakit menular melalui upaya wajibnya yaitu P2M.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Puskemas?


2. Apa saja macam-macam dan penularan penyakit menular?
3. Apa itu program pemberantasan penyakit menular yang ada pada Puskesmas
beserta ruang lingkup dan kegiatan pokoknya?
4. Bagaimana implementasi program pemberantasan penyakit menularpada
puskesmas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Puskesmas.


2. Untuk mengetahui macam-macam dan penularan penyakit menular
3. Untuk mengetahui program pemberantasan penyakit menular yang ada pada
Puskesmas beserta ruang lingkup dan kegiatan pokoknya.
4. Untuk mengetahui implementasi program p2m pada puskesmas

Agar pembaca dapat mengetahui pengertian puskesmas, macam-macam penyakit


menular beserta program pemberantasannya, ruang lingkup dan kegiatan pokoknya. Serta
dapat mengetahui implementasinya terhadap pemberantasan penyakit menular sehingga
pembaca mendapatkan banyak informasi tentang p2m di Puskesmas

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Puskesmas

Definisi Puskesmas dalam KEPMENKES RI Nomor 279/MENKES/SK/IV/2006,


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskemas merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM maupun UKP di strata
pertama pelayanan kesehatan, dan merupakan unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehtana
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota. Upaya kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas ini meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan wajib terdiri dari Promosi kesehatan, Kesehatan lingkungan, KIA/KB,
P2M, Gizi dan Pengobatan.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan


kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes, 2011).

puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalarn suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996).

B. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular

Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke orang
lain yang sehat. bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar)
atau kimia (seperti keracunan). 

1. Penularan langsung dari manusia ke manusia

5
Ini dapat terjadi karena tetesan-tetesan halus yang terhambur dari batuk, berludah,
atau bersin, misalnya tuberkulose ; bersentuh (persetubuhan), misalnya pada penyakit
kelamin.

2. Penularan tidak langsung


a.Dengan perantara benda atau barang yang kotor (ada kumannya), biasanya air, makanan
dan susu segar. Sebagai contoh adalah perjalanan najis ke mulut. Manusia makan bahan
makanan dan minum air yang telah dikotori dengan kuman penyebab penyakit. Penyakit-
penyakit yang ditularkan dengan cara ini antara lain ialah kolera dan disentri.
b. Dengan perantara serangga atau gigitan binatang. Orang digigit serangga atau binatang
yang membawa kuman penyakit dalam saluran pencernaannya atau dalam ludahnya.
Sebagai contoh: Malaria, Filariasis, Dengue demam berdarah dan Rabies.
c.Jika diketahui cara bagaimana penyakit itu menular, maka dapat dijalankan usaha-usaha
yang jitu untuk menghilangkan sumber infeksi, dan memutuskan rantai penularan
penyakit. Dengan demikian Puskesmas dapat banyak sekali mengurangi kejadian
(incidence) penyakit menular. Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah
dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai berikut :
1) Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara
cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
2) Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:


1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu
daerah
2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih dibandingkan
dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam,
hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari,
minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya

6
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya
5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya
6) Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya
7) Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.
8) Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap peningkatan kasus dari periode
sebelumnya (pada daerah endemis), terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada
periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.

Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:


1) Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera Poliomylitis, Pes, Difteri.
2) Penyakit potensial wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai
mortalitas tinggi, dan memerlukan tindakan segera: DHF, Campak, Rabies, Diare,
Pertusis.
3) Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting: Malaria,
Hepatitis, Enchephalitis, Frambosia, Typhus Abdominalis,Tetanus, Influenza, Meningitis,
Tetanus Neonatorum, Antrax, Keracunan.
4) Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah, tetapi diprogramkan, di tingkat
kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR terpadu Puskesmas ke kabupaten, dan
seterusnya. Penyakit-penyakit tersebut meliputi: Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis,
Gonorhoea dan filariasis, dan lain-lain.
Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah secara rutin hanya
yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara mingguan,
sementaara bagi penyakit kelompok 3 dan 4 secara rutin dilaporkan bulanan.

C. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program pelayanan


kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit

7
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini yaitu
untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah
dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian tugas umum untuk
koordinator unit pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun
perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif
terhadap kegiatan di unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya
peningkatan kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak
sekali upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular,
setelah puskemas bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala
dinas kesehatan daerah tingkat II.

D. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Surveilans epidemiologi
b. Imunisasi
c. TBC
d. Malaria
e. Kusta
f. DBD
g. Penanggulangan KLB
h. ISPA/Pnemonia
i. Filariasis
j. AFP
k. Diare
l. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
m. Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana)
n. Frambusia
o. Leptospirosis
p. HIV/AIDS

E. Kegiatan Pokok P2M

8
Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki
tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit
menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas
berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu:

NO. Penyakit NO Penyakit


.
1. Kolera 14. Malaria Klinis
2. Diare 15. Malaria Vivax
3. Diare berdarah 16. Malaria falsifarum
4. Tifus perut klinis 17. Malaria mix
5. TBC paru BTA (+) 18. Demam berdarah dengue
6. Tersangka TBC paru 19. Demam dengue
7. Kusta PB 20. Pneumonia
8. Kusta MB 21. Sifilis
9. Campak 22. Gonrrhea
10. Difteri 23. Frambusia
11. Batuk rejan 24. Filariasis
12. Tetanus 25. Influensa
13. Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan dan
tatalaksana penderita, Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah,
serta Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.

1. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko


Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki
risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko tinggi bisa
memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko terdiri atas :
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan
kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya

9
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulam
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan
pemberantasan penyakit.

2. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit
penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam hal
peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan
kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan
terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap program
imunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis peningkatan imunisasi

10
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi

3. Penemuan dan tatalaksana penderita


Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam
penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana penderita terdiri
atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana
penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita. Di dalam upaya penemuan
dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan puskesmas untuk
saling bekerjasama sehingga dapat memabangun status kesehatan pada masyarakat yang
optimal dengan pemberantasan penyakit menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang
membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan
akibat halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke puskesmas untuk
kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien
tersebut berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan
pasien harus mengulang tahap pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-
terusan memberhentikan pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka akan
terjadi resistensi dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit
semakin besar. Itulah sebabnya, puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien
agar dapat menjangkau pasien dan menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam
upaya ini yaitu :

1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan,


dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program
penemuan dan tatalaksana penderita
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program penemuan dan tatalaksana penderita

11
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan
tatalaksana penderita.

4. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah


Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan surveilans epidemiologi
penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan hubungannya dengan
faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung pemberantasan penyakit
menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri. Kegiatan pokok :

1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan,


dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk
dampak bencana
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah

12
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.

Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus


terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut,
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program. Jadi, surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan
kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadao penyakit menular yang
terjadi di suatu wilayah tertentu agar dapat melakukan tindakan penanggulangaan
penyakit menular secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan
dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Tujuan surveilans epidemiologi penyakit menular yaitu:

1) Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB penyakit menular
di Puskesmas sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit Menular.
2) Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB penyakit
menular kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans
Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular
3) Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam bentuk
tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit surveilans
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM
&PL Depkes

13
4) Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular beserta
hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada program terkait
di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat riset, pusat-pusat
kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya.

Di dalam KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit yang
perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit
yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan
keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit
zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus
perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS,
penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe
acute respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan
kesehatan akibat kecelakaan. Salah satu ruang lingkup penyelenggaran surveilans terpadu
penyakit yaitu surveilans terpadu penyakit bersumber data Puskesmas, jenis penyakit
menular yang termasuk di dalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas
meliputi kolera, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB,
Kusta MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria
vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, pneumonia, sifilis,
gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Data-data surveilans terpadu penyakit
didapatkan dari data harian pelayanan yang disusun dalam sistem perekaman data
puskesmas. Masing-masing unit surveilans di Puskemas memiliki peran khusus dalam
penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Peran tersebut diformulasikan sebagai
kegiatan teknis surveilans yang saling mempengaruhi kinerja antara yang satu dengan
unit surveilans yang lain dalam jejaring surveilans.

Peran puskesmas dalam STP penyakit menular yaitu:

1) Pengumpulan dan pengolahan data


Unit surveilans puskesmas Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan
mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register

14
rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit
pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data
tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi
data.
2) Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut
Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit
potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik
kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala
Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem
kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya
kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu. maka
Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis
tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko,
perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas,
informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3) Umpan Balik
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan
permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.

4) Laporan
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap bulan, puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya.

5. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan Pemberantasan


Penyakit.
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga memiliki
upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi untuk oencegan dan
pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya. Upaya ini bisa dilakukan
dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi

15
dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos
pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah dan generasi muda,
Saka Bhakti Husada; serta peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media
promosi kesehatan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang
penyakit menular, cara penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti
secara luas apa saja penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan bagaimana
cara mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat
berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan terpadu
dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan informasi seputar
penyakit menular untuk masyarakat juga merupakan upaya puskesmas dalam
pemberantasan penyakit menular. Informasi yang diberikan terhadap puskesmas seperti
penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik terhadap acara
yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS pada siswa SMP/SMA untuk
pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan muda yang sekarang sedang marak
terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan
bagaimana cara penularannya sehingga di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah
cepat. Selain pemberian informasi, pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan
muda juga sangat penting untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai dasar
pembentukan negara untuk berkembang. Meskipun moral merupakan faktor tidak
langsung terhadap penyebaran penyakit menular terutama penyakit menular melalui
hubungan seksual, namun pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi
muda untuk tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain itu,
pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara yang berimbas
kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi yaitu pemberdayaan
masyarakat melalui pos kesehatan pada puskesmas yang bersumberdayakan masyarakat.
Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas meskipun yang melaksanakan orang-
orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya dengan dibimbing oleh dokter atau bidan
setempat. Dengan adanya pos kesehatan yang bersumberdayakan masyarakat, maka
secara otomatis pengetahuan masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit yaitu :

16
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan,
dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

F. Implementasi Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas

1. Sifilis
Penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Treponema palillidum,penularan
terutama melalui hubungan kelamin.
Ciri khas:
1) Masa inkubasi mulai 10 hari-4bulan
2) Mula ditandai dengan permulaan biasanya di kemaluan, kedua: ruam menyeluruh di
kulit dan selaput lendir,masa terpendam/laten yang lama

17
3) Kelainan di kulit,tulang,ssp,dan sistem peredaran darah

Tujuan:
menurunkan kesakitan serendah mungkin dan mencegah terjadinya penyebaran kecacatan
akibat penyakit.

Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penyuluhan kesehatan

2. Demam berdarah(dengue haemorrhagic fever=DHF)


suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengan dan ditularkan melalui
nyamuk aedes aegepti,terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian
Tanda tanda dan gejala :
1) Hari ke1: timbul panas mendadak(suhu badan 38-40),badan lemah dan lesu
2) Hari ke2: petechie pada kulit,muka,lengan,paha
3) Kadang terjadi perdarahan hidung
4) Hari ke4-7 Bila keadaan parah penderita gelisah,keringat banyak,ujung ujung kaki
dan tangan dingin
5) Trombocytopenia (100.000/mm atau kurang)

Tujuan:
mengusahakan penurunan angka kematian dan insidensi demam berdarah serendah
mungkin.

Kegiatan:
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Surveilance epidemilogi
3) Surveilance vektor
4) Pemberantasan vektor
5) Pertolongan terhadap penderita
6) Penyuluhan dan pengarahn masyarakat untuk PSN
7) Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan

18
3. TB paru
Penyakit menular yang bersifat menahun oleh kuman Mycobacterium
tubercolosis,penyakit ini menyerang paru paru.
Ciri khas:
1) Biasanya ditemukan melalui pemeriksaan tubekculine test (hal yang penting bagi
anak dibawah 5 tahun) dan dengan sinar tembusan x
2) Tingkat lanjut ditemukan mycobacterium dalam dahak,gejala klinis: batuk,
terkadang darah dalam dahak, demam, BB menurun
3) Mengganas pada bayi dan anak kecil

Tujuan:
mengurangi kesakitan tuberculosis paru serendah mungkin dan mencegah penyebaran
penyakit dengan BTA positif

Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penderita TB paru yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung maupun luar
gedung puskesmas harus dicatat dan dialporkan
3) Penderita tersangka TB paru yang berumur 15 tahun ke atas harus diperiksa dahaknya
sebanyak tiga kali berturut- turutal
4) Bila dalam dahaknya ditemukan BTA, berikan penjelasan tentang pengobatan yang
harus dijalani.
5) Penyuluhan kesehatan
6) Vaksinasi B.C.G dengan sasaran
- Anak anak : 3-14 tahun
- Anak anak : 6-7 tahun(usia masuk sekolah)
- Anak anak : 13- 14 tahun (usia keluar SD)

G. Contoh Kasus P2M (KLB Chikungunya)

Berdasarkan investigasi yang dilaksanakan oleh petugas Surveilans di Puskesmas


II Denpasar Selatan diperkirakan telah terjadi KLB penyakit Demam Chikungunya tanpa

19
ada kasus yang meninggal di wilayah kerja puskesmas pada bulan Januari 2011 sebanyak
10 kasus. Dugaan KLB penyakit Demam Chikungunya ini belum diketahui pasti, oleh
karena itu diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mendapatkan informasi oleh
petugas di Puskesmas II Denpasar Selatan.

1. Langkah-langkah Penelusuran KLB

Langkah- langkah investigasi yang akan dilaksanakan oleh petugas Puskesmas II


Denpasar Selatan dalam penyelidikan atau penelusuran KLB penyakit Demam
Chikungunya yaitu:

a. Persiapan Turun ke Lapangan


Sebelum petugas turun ke lapangan terlebih dahulu melaksanakan studi tentang
KLB Demam Chikungunya, memastikan alamat kasus yang terlapor, mempersiapkan
peralatan untuk pengambilan data di lapangan, serta memperkirakan penyebab KLB
Demam Chikungunya.

b. Memastikan Kejadian Tersebut Benar-benar KLB atau Tidak


Untuk menegakkan suatu kejadian termasuk KLB atau tidak maka perlu diperhatikan
beberapa aspek yaitu menetapkan definisi kasus, mencari kasus lain, menetapkan kasus
yang sudah pasti, reliabilitas sumber informasi, membandingkan angka insiden, serta
adanya faktor penyebaran penyakitnya. Adapun beberapa kriteria penetapan KLB yang
digunakan yaitu:
1. Kasus meningkat ≥ 2x dibandikan periode sebelumnya
2. Angka rata-rata kasus per bulan dalam satu tahun mengalami peningkatan 2X
dibandingkan angka rata-rata kasus per bulan pada tahun sebelumnya
3. Peningkatan kasus baru dalam satu bulan sebanyak 2x rata-rata pada tahun
sebelumnya
4. Peningkatan angka kesakitan atau kematian secara terus menerus dalam 3 kurun
waktu berturut-turut
5. Mempergunakan grafik maksimal – minimal yang menunjukkan jumlah kasus pada
waktu tertentu berada di atas grafik maksimal

Definisi operasional KLB Demam Chikungunya adalah ditemukannya lebih dari satu

20
penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak pernah ditemukan
penderita (Depkes Ri,2004)atau ditemukannya lebih dari satu kasus Demam Chikungunya
yang berhubungan secara epidemiologis/klusterBerdasarkan hasil wawancara mengenai
kronologis kasus Demam chikungunya diperoleh informasi bahwa 8 kasus dari 10 kasus
yang ada 6 diantaranya tinggal di tempat yang sama dan 2 lainnya merupakan warga sekitar
derah yang masuk ke dalam daerah penyelidikan. Hal ini berarti telah terjadi KLB Demam
Chikungunya dengan ditemukannya lebih dari 1 kasus Demam Chikungunya di
desa/kelurahan yang berhubungan secara kluster.

c. Batasan Wilayah Pelacakan


Pelacakan kasus dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan yang
meliputi Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja.
Sedangkan penyelidikan epidemiologi dilaksanakan di rumah kasus Demam Chikungunya
beserta lingkungan di sekitarnya dengan radius 10 meter. Puskesmas tidak melaksanakan
pelacakan secara khusus untuk demam chikungunya di seluruh wilayah kerja puskesmas.
Hal ini dikarenakan kegiatan pemantauan vektor oleh jumantik telah dilaksanakan secara
teratur dan bila ada kasus penyakit dengan vektor nyamuk Aedes aegypty akan dilaporkan
pula oleh para jumantik..

d. Memastikan Diagnosa Penyakit


Diagnosa penderita didasarkan atas gejala klinis yang muncul atau didapat saat
pelacakan berlangsung antara lain timbul demam tinggi secara mendadak yang bertahan 2-
7 hari, nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik- bintik kemerahan) pada
kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala,
menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher,
mual, muntah

e. Memastikan Diagnosa Penyakit


Diagnosa penderita didasarkan atas gejala klinis yang muncul atau didapat saat
pelacakan berlangsung antara lain timbul demam tinggi secara mendadak yang bertahan 2-
7 hari, nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik- bintik kemerahan) pada
kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala,

21
menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher,
mual, muntah

f. Pengumpulan Data Sekunder dan Primer


Pada penelusuran KLB dipergunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder
bersumber dari puskesmas induk dan puskesmas pembantu di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan. Sedangkan data primer bersumber dari kegiatan pelacakan kasus yang
sedang sakit ataupun penderita yang telah sembuh dari penyakit dengan gejala klinis yang
sama. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mengenai kronologis kasus
serta observasi terhadap kondisi lingkungan yang masuk dalam batas daerah pelacakan.

2. Definisi Kasus
Definisi operasional kasus awala ialah semua penderita yang ditemukan sedang
menderita Demam Chikungunya atau memiliki riwayat menderita Demam Chikungunya
dengan gejala klinis tinggi secara mendadak yang bertahan 2-7 hari, nyeri sendi, dan ruam
makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang dapat disertai dengan
gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada
konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah.

3. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Jenis Kelamin

Grafik 5.1

Berdasarkan data yang ditampilkan grafik 5.1 di atas, dapat dilihat persentase kasus
penyakit Demam Chikungunya pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama
besar yaitu 50%. Pada kasus ini tidak ada perbedaan risiko terserang penyakit chikungunya
antara laki-laki dan perempuan.

4. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Usia

22
Grafik 5.2

Berdasarkan data yang ditampilkan pada grafik 5. 2, dapat dilihat jumlah kasus
penyakit Demam Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar tertinggi terjadi
pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 4 kasus, kemudian diikuti oleh kelompok
umur 15-24 tahun sebanyak 3 kasus, kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 2 kasus, dan
kelompok umur ≥ 45 tahun sebanyak 1 kasus.

5. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Waktu

Grafik 5.3

Berdasarkan data pada grafik 5.3 Dapat dilihat kasus Demam Chikungunya di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan muncul pada minggu pertama Januari 2011
sebanyak 7 kasus, sedangkan pada minggu kedua ditemukan 2 kasus baru dan minggu
ketiga ditemukan satu kasus.

6. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Tempat

23
Grafik 5. 4

Berdasarkan grafik 5.4 Di atas, dapat dilihat persebaran kasus Demam


Chikungunya terjadi di dua kelurahan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Di
Kelurahan Sanur terdapat 2 kasus yang masing-masing beralamat di Jl. Danau Buyan V
No.2A dan Jl. Danau Buyan IV No.1. Sedangkan di Kelurahan Renon terjadi 8 kasus yang
beralamat di Jl. Tukad Balian Gang 20 dimana 6 penderita tinggal di tempat yang sama dan
2 kasus lainnya merupakan warga yang tinggal dengan jarak radius 10 meter dari kasus
pertama.

7. Faktor Risiko yang Kemungkinan Mengidentifikasi Sumber dan Cara Penularan.

Kasus Chikungunya merupakan penyakit menular yang melibatkan interaksi antara


penjamu, agent, dan lingkungan. Faktor penjamu mencakup perilaku dan respon imun
terhadap agent, menurut Zulhasril dalam Staf Pengajar Departemen Parsitologi FKUI
(2008) faktor agent Demam Chikunguny adalah virus chikungunya dengan vektor utama
nyamuk Aedes aegypti, dan faktor lingkungan meliputi iklim dan curah hujan yang tinggi
pada bulan Januari yang merupakan musim penghujan dan berpotensi meningkatkan
perkembangbiakan vektor nyamuk.

8. Penanggulangan KLB

Adapun penanggulangan KLB Demam Chikungunya yang telah dilakukan oleh


petugas di Puskesmas II Denpasar Selatan antara lain :
a. Meningkatkan kewaspadaan dini dan PWS Demam Chikungunya pada daerah yang
sedang KLB maupun padadaerah yang berpotensi terjadi KLB.
b. Melaksanakan surveilans aktif untuk memantau kecenderungan peningkatan kasus
Demam Chikungunya serta penyebarannya
c. Melaksanakan penyuluhan perorangan maupun masyarakat mengenai pencegahan
KLB Demam Chikungunya
d. Meningkatkan gerakan PSN dengan melaksanakan 3M plus, fogging, serta penaburan

24
altosid pada tempat-tempat perindukan vektor Demam Chikungunya (Aedes aegypti)
e. Meningkatkan kordinasi lintas program dan lintas sektoral
f. Melaksanakan pengobatan penderita dengan gejala klinis ringan

9. Rekomendasi pencegahan dan penanggulangan.

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan untuk pencegahan dan penanggulangan


terjadinya KLB Demam Chikungunya yaitu:

a. Petugas Puskesmas II Denpasar Selatan agar mengumpulkan data lebih awal baik
bersumber dari masyarakat maupun instansi lain serta membuat pemetaan setidaknya
dengan spot map di wilayah yang terkena KLB untuk mengidentifikasi sumber dan
cara penularan.
b. Melaksanakan pemantauan kasus di lapangan yang dikordinasikan dengan para
jumantik yang bertugas melakukan pemantauan jentik yang mengindikasikan adanya
vektor penularan penyakit
c. Meningkatkan kordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota perihal umpan balik atas
pelaporan KLB oleh petugas Puskesmas II Denpasar Selatan
Petugas puskesmas II Denpasar Selatan agar meningkatkan peran serta masyarakat dan
kader dalam pencegahan dan penanggulangan KLB seperti halnya pendeteksian atau
pelaporan kasus di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki


upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di dalam upaya
kesehatan wajib, terdapat upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
yang biasa disingkat P2M. Di dalam pelaksanaan upaya-upaya pokok pemberantasan
dan pencegahan penyakit menular yang dilaksanakan oleh puskemas ini, banyak sekali
rangkaian kegiatan yang telah dispesialisasikan menurut penyakitnya. Rangkaian
kegiatan tersebut merupakan pengembangan upaya kegiatan-kegiatan yang berada
dalam upaya pokok p2m. Dalam implementasi pelaksanaan upaya-upaya tersebut,
kerjasama antara masyarakat dan puskesmas sangatlah dibutuhkan untuk bersama-
sama membangun kesehatan bangsa Indonesia agar teraihnya status kesehatan yang
optimal.

B. Saran

Makalah ini sungguh tidak luput dari ketidaksempurnaan, maka saran yang
diberikan oleh penulis ialah Penguraian yang lebih rinci tentang puskesmas serta
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangannya dan Penguraian yang
lebih rinci tentang implementasi p2m terhadap penyakit-penyakit menular yang lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta

Menkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

MENKES, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jakarta

Jaya, AD, P2M, viewed 10 november 2013,


<http://www.scribd.com/doc/165526531/P2M>

Dinas Kesehatan, viewed 10 november 2013,


<http://kalbarprov.go.id/file/dokumen/profil/RPJMD_msopddinkes.pdf>

Anda mungkin juga menyukai