Anda di halaman 1dari 42

HOME VISIT

SKIZOFRENIA
PUSKESMAS BALONGBENDOKABUPATEN SIDOARJO

Oleh:

Riandy Nopridio10700061

Pembimbing :
Sukma Sahadewa, dr, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HOME VISITE SKIZOFRENIA
PUSKESMAS BALONGBENDO
KABUPATEN SIDOARJO
PERIODE AGUSTUS 2016

Oleh :

Riandy Nopridio, S. Ked


(14710048)

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Hari :
Tanggal :

Mengetahui Menyetujui
Kepala Puskesmas Balongbendo Dokter Pembimbing

Titik Sri Harsasih, dr Syarifatul Kutsiyah, dr


NIP. 19750509 200701 2020 NIP. 19740131 200712 2014

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Judul ................................................................................................................i
Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Form Hasil Kegiatan Home Visit ................................................................... 1
Karakteristik demografi keluarga .................................................................. 1

BAB 1Pendahuluan
A Latar Belakang ........................................................................... 2
B Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C Tujuan ........................................................................................ 3
D Manfaat ...................................................................................... 4

BAB 2Hasil Kunjungan


I. A Identitas..... .......... ............................................................... 5
B Anamnesa. . ................................................................ 5
C Pemeriksaan fisik 7
D Pemeriksaan penunjang ................................................... 11
E Resume ............................................................... 11
F Patient Disease Centered .................................................. 12
G Penatalaksanaan ............................................................... 12
H Follow up ............................................................... 13
IIAPGAR Score ............................................................... 16
IIISCREEM ............................................................... 19
IV Genogram ............................................................... 20
V Informasi Pola interaksi keluarga ......................................... 21
VI Faktor Pelayanan kesehatan ................................................. 22
VII Faktor perilaku ............................................................... 22
VIII Lingkungan ............................................................... 22

iii
BAB 3Pembahasan
A Masalah Aktif . ................................................................................. 27
B Pembahasan masalah sesuai konsep H.L Blum .................... 28
C Skala Prioritas masalah dengan konsep Gant Chart.............. 29

BAB IV Kesimpulan dan saran


A Kesimpulan ........................................................................ 33
B Saran ..............................................................................................33

Daftar Pustaka ..................................................................................... 35


Lampiran .....................................................................................36

iv
FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Balongbendo No. RM : 5469

Kakak penderita
Tanggal kunjungan pertama kali 8 Agustus 2016

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Alamat lengkap : Desa Seduri RT VI RW 2 kecamatan balongbendo
Bentuk Keluarga :Extended Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
dalam Klinik
keluarga (Y/T)
1 Tn. S Kepala L 41 Tahun S1 Pensiunan T -
Keluarga pabrik
2 Ny. S Istri P 40 Tahun SMA IRT T -
3 Tn.K Adik ipar L 37 Tahun SMP Tidak Y Skizofrenia
bekerja
4 Sdr. U Anak P 16 tahun SMA Pelajar T -
5 An. N Anak P 8 tahun SD Pelajar T -

6 An.K Anak P 5 tahun Belum _ T _


sekolah

Sumber : Keterangan Keluarga oleh Ny. S (Kakak kandung)

1
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia adalah sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pasien dengan skizofrenia
umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian (PPDGJ III, 1995)
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang yang berat dan dialami sejak
muda dan dapat berkelanjutan menjadi sebuah gangguan yang kronis dan menjadi lebih
parah ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi
fisik, psikologis dan sosial budaya. Sebenarnya skizofrenia tidak hanya banyak dialami
oleh orang lanjut usia saja, banyak orang dewasa bahkan sampai anak-anak dan remaja pun
bisa mengalaminya.
Menurut hasil penelitian multinasional World Health Organization (WHO)
diperkirakan bahwa sekitar 24 juta orang di seluruh dunia mengidap skizofrenia. Data
American Psychiatric Association (APA) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia
menderitaskizofrenia. Diperkirakan 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada
usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena pada
tahap usia perkembangan ini banyak sekali stressor kehidupan.
Prevalensi skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 1 %. Apabila diperkirakan
penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sebanyak 2 juta jiwa
menderita skizofrenia, Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang sangat luas di
Indonesia dari data yang telah dihimpun, lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia
tidak diobati. Penderita dibiarkan berkeliaran di jalanan, atau bahkan dipasung. Padahal
jika diobati dan dirawat baik oleh keluarga, sepertiga dari penderita bisa pulih. Akan tetapi
jika tidak diobati ataupun diberikan perawatan, penderita akan terus mengalami
kekambuhan, dan 20 25 % dari mereka akan bersifat resisten.
2
Di kecamatan balongbendo berdasarkan data dari puskesmas tahun 2014
ditemukan 143 kasus skizofrenia baik itu yang sedang dalam pengobatan maupun
yang sudah mengalami remisi, bahkan 2 penderita masih dipasung oleh keluarganya,
kemudian dengan pendampingan dan sosialisasi dari puskesmas pada awal tahun 2015
kecamatan balongbendo dinyatakan bebas pasung.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien dengan
penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan penyakit yang
diderita pasien?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien
b. Untuk mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima
pasien dengan penyakit yang diderita pasien
c. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi pasien sesuai dengan yang ditetapkan
puskesmas
b. Untuk mengetahui identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui
APGAR
c. Untuk mengetahui identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui
SCREEM
d. Untuk mengetahui identifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
e. Untuk mengetahui identifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Untuk mengetahui identifikasi perilaku pasien disertai dengan penyakitnya
g. Untuk mengetahui identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial, ekonomi,
dlsb)

3
D. Manfaat
a. Bagi Dokter Muda
1. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan
yang di analisis secara holistik tentang hubungan antara penyakit
denganlingkungan sekitar pasien dan kehiudpan sosial ekonomi
pasien.
2. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada
penatalaksaan penyakit di masyarakat.
3. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi
seorang dokter.
b. Bagi pasien dan keluarga
Adapun manfaat home visit ini bagi pasien dan keluarganya adalah sebagai
pendekatan dalam pemberian informasi mengenai penyakit yang di derita pasien
serta hubungannya terhadap sosial, ekonomi, pelayanan kesehatan, perilaku
pasien dan faktor lingkungan
c. Manfaat bagi pelayanan kesehatan
Adapun manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai
sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan dan pendampingan terhadap
pasien dengan gangguan jiwa beserta keluarganya.
d. Manfaat bagi puskesmas
Adapun manfaat home visit ini bagi puskesmas adalah sebagai pengetahuan
dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan terhadap pasien dengan
gangguan jiwa beserta keluarganya.

4
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
I . IDENTIFIKASI
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.K
Umur : 37tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Alamat : Desa Seduri RT VI RW 2 Kecamatan Balongbendo Kabupaten
Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : Senin, 08 Agustus 2016
Tanggal Home Visit: 1.Selasa 09 Agustus 2016, 2.Kamis 11 Agustus 2016, 3.Jumat 12
Agustus 2016

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :Marah - marah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Auto Anamnesa :
Pasien pria laki-laki, roman wajah sesuai usia, berpenampilan kurang
rapi, pasien mengetahui saat ini siang hari dan mengenal lingkungan dan
orang di sekitarnya dengan baik, pasien tidak mengeluhkan apa apa dan
mengatakan dirinya sama sekali tidak sakit. Saat ditanya mengapa pasien
sering marah-marah, pasien mengatakan tidak suka melihat orang-orang
yang sedang berkumpul dan membicarakan sesuatu, karena mereka adalah
orang jahat yang ingin membunuhnya, menurut pasien orang-orang di
rumah dan di sekitar lingkungan tersebut sedang merencanakan sesuatu
yang jahat terhadap dirinya namun pasien tidak tahu penyebabnya, pasien
juga sering mendengar suara-suara yang berbisik di telinganya, suara
tersebut macam macam jenisnya, kadang hanya seperti bunyi-bunyian
yang tidak jelas, kadang seperti suara kerumunan orang yang berbicara

5
mengomentari tentang sesuatu yang sedang dilakukan pasien, bahkan
kadang berbicara kepada pasien bahwa ada yang ingin membunuhnya,
namun saat ini suara suara tersebut dirasa sudah berkurang.

b. Hetero Anmnesa Terhadap Kakak kandung pasien :


Menurut kakak kandung pasien, pasien sering marah marah tanpa
sebab yang jelas, pasien mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa sejak 20
tahun yang lalu, keluarga tidak tahu pasti kejadian yang menyebabkan
pasien menjadi seperti ini, awalnya pasien sering menyendiri dan tertawa
bahkan berteriak tanpa sebab, pasien tidak menyukai keramaian dan selalu
berlari ketakutan ketika melihat orang-orang berkumpul dan mengatakan
banyak orang jahat, keluarga pasien lalu membawa pasien ke pengobatan
alternatif selama 5 tahun namun tidak kunjung sembuh, akhirnya keluarga
memutuskan untuk dirawat di RS, pasien berulangkali keluar masuk RSJ,
dirawat di RSJ menur sebanyak 8 kali dan 2 kali dirawat di RSJ lawang,
karena kendala biaya akhirnya pasien dirawat di rumah oleh kakak kandung
pasien, namun pasien sering keluyuran dan marah marah di sekitar
lingkungan rumahnya, akhirnya keluarga pasien membuat sebuah pondok
kecil di belakang rumah dan menempatkan pasien di pondok tersebut
dengan kaki di rantai agar tidak membahayakan orang lain, kemudian awal
tahun 2015 pihak puskesmas datang untuk memberikan sosialisasi mengenai
program bebas pasung, karena keluarga tidak sanggup lagi mengurus pasien
akhirnya keluarga membiarkan pasien bebas berkeliaran, jika pasien
kambuh maka keluarga menititipkan di rumah salah satu petugas
puskesmas, dan kembali ke rumah jika kondisi sudah stabil.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mulai sakit sejak 20 tahun yang lalu..
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat sakit seperti ini.
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebersihan badan :pasien mandi 1-2 kali sehari
Riwayat olah raga : jarang

6
Riwayat pengisian waktu luang : mengurus ternak.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sebelumnya tinggal bersama kakak perempuan dan suami kakaknya
beserta ketiga keponakan pasien, suami dari kakak pasien bekerja sebagai supir
truck di pabrik, namun saat ini sudah tidak bekerja, sehingga untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan tabungan dan hasil kebun.
.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari biasanya 2-3 kalidengan nasi sepiring, sayur, dan lauk
seperti telur, tahu tempe, ayam, daging dll. Kesan gizi baik.

8. Riwayat Pengobatan
Pasien rutin diberi obat olah petugas puskesmas.
9. Kondisi Lingkungan Rumah
Luas rumah pasien 12 x 25 m. Rumah terdiri dari 4 kamar tidur, 1 kamar
mandi, ruang tamu, gudang, dapur, dan teras. Rumah tampak bersih namun
dapur dan kamar mandi terkesan kurang terawat.

C.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi : 95 x/menit (reguler, kuat angkat)
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 C (axila)
Tensi : 120/80 mmHg
Status Gizi
TB : 171 cm
BB : 55 kg
BMI : 18,80kg/m2
IMT = BB = 55 = 18,80
(TB)2 (1,71) 2

7
BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 23,9 = Normal
BMI 25 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI 27 = Obesitas
Status Gizi = Normal

4. Kulit : warna kulit sawo matang


5. Kepala
Mata
Konjunctiva pucat : (-)
Sklera ikterik : (-)
Alopesia alis dan bulu mata : (-)
Lagoflatmus : (-)
Penglihatan kabur : (-)
Pupil isokor : (3mm/3mm)
Reflek kornea : (+/+)
Radang/conjunctivitis/uveitis : (-/-)
Hidung
Pernafasan cuping hidung : (-)
Septum deviasi : (-)
Sadle nose : (-)
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
Mulut
Bibir kering : (-)
Bibir pucat : (-)
Lidah kotor : (-)
Papil lidah atrofi : (-)
Tepi lidah hiperemis : (-)
Tremor : (-)
Telinga
Otorhea : (-)
Pendengaran berkurang : (-)
8
Sekret : (-)
Tenggorokan
Dinding faring hiperemis : (-)
Nyeri telan : (-)
Tonsil membesar : (-)
6. Leher
Penonjolan vena jugularis : (-)
Pembesaran kelenjar getah bening : (-)
Trakea ditengah : (+)
Pembesaran kelenjar tiroid : (-)
Lesi pada kulit : (-)
7. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-)
Cor
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas kiri : ICS IV-V Mid clavicula sinistra
Batas kanan : ICS IV Parasternal line dextra
Batas jantung kesan tidak ada pembesaran
A : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), bising (-)
Pulmo
I : Gerakan nafas simetris
P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/Sonor
A : Suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Ronkhi (-/-), whezing (-/-)
8. Abdomen:
I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : Bising Usus (+)9x/ menit
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : Timpani seluruh lapang perut
9. Ekstremitas superior dan inferior :akral hangat kering merah (+/+), CRT < 2
detik, edema (-)

9
10. Sistem genetalia: Tidak dilakukan
11. Pemeriksaan Neurologik
a) Nervus Fasialis
Fungsi Motorik
Lagoftalmus (-)
Fungsi Sensorik
Reflek kornea (+)
b) Nervus Auricularis magnus
Pembesaran (-)
c) Nervus Ulnaris dan Medianus
Nyeri (-), pembesaran (-)
Fungsi Motorik
Digiti V manus dextra sedang dan digiti V manus sinistra
sedang
Digiti I manus dextra kuat dan digiti I manus sinistra sedang
Fungsi Sensorik
Uji tes sensitivitas ujung digiti I-V manus dextra et sinistra
anterior (+)
d) Nervus Radialis
Fungsi motorik pergelangan tangan kanan dan kiri kuat
e) Nervus Tibialis Posterior
Nyeri (-), pembesaran (-)
Fungsi Sensorik
Uji tes sensitivitas digiti I-V pedis dextra (+) dan digiti I-V
pedis sinistra (-)
Uji tes sensitivitas plantar pedis dextra () dan plantar pedis
sinistra (-)
f) Nervus Peroneus Communis
Nyeri (-), pembesaran (-)
Fungsi motorik pergelangan kaki kanan dan kiri kuat

10
12. Pemeriksaan Psikiatrik
Kesan umum : Roman wajah sesuai usia, berpenampilan kurang rapi
Kesadaran : Kualitatif berubah
Orientasi : Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Daya ingat : Segera (+), pendek (+), panjang (+)
Afek : Adekuat
Proses Pikir : Bentuk : Non Realistik
Arus : Koheren
Isi : Waham curiga
Persepsi : Halusinasi auditorik (+), ilusi (-)
ADL : Sosial terganggu, perawatan diri berkurang, pekerjaan
menurun.
Psikomotor : Normal
Insight : sama sekali denial

D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

E.RESUME
Pasien laki-laki 37 dengan keluhan utama marah-marah, pasien marah-marah
karena curiga bahwa orang-orang di sekitarnya sedang merencanakan sesuatu yang
jahat bahkan ingin membunuhnya, pasien mengalami perubahan perilaku sejak 20
tahun yang lalu, pasien marah-marah, mengamuk namun tidak sampai merusak barang
di rumahnya. Pasien dibawa ke pengobatan alternatif selama 5 tahun kemudian
perawatan secara medis di RSJ menur dan lawang, namun sering kambuh karena
pasien tidak patuh minum obat.
Pada pemeriksaan fisik dan status gizi dalam batas normal, pada pemeriksaan status
psikiatri didapatkan kesan umum laki-laki roman wajah sesuai usia, berpenampilan
kurang rapi, orientasi waktu, tempat dan orang baik, afek adekuat, proses berpikir ;
bentuk Non realistik, Arus koheren, isi waham curiga, perserpsi ditemukan halusinasi

11
auditorik,. Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan
adanya kelainan.

F.PATIENT DISEASE CENTERED


Diagnosis Psikologis
Axis I : F 20.04 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Kepribadian tertutup
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Tidak ditemukan
Axis V : GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum baik)

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya


1. Status ekonomi kurang
2. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari
3. Lingkungan dan rumah kurang memadai

G.PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
o Keluarga harus memahami dan menerima kondisi pasien secara utuh bukan
hanya melihatnya sebagai suatu penyakit.
o Perhatikan semua kebutuhan pasien termasuk berkomunikasi, makan,
minum, dan mandi,
o Motivasi dan latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri,
o Motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang
berguna (misalnya bersih-bersih rumah ) dengan perlahan-lahan, dimulai
dengan lebih sering memujinya jika pasien melakukan hal berguna dengan
baik, memberikan aktualisasi diri bagi pasien.
o Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan
menarik bagi pasien seperti acara TV, sepak bola, dan lain-lain,
o Jangan terlalu sering memarahi dan menasehati pasien, karena hal itu akan
menjadikan pasien merasa tertekan dan dapat memicu kemarahan pasien

12
o Berikan obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam
meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat,
o Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau tampak efek samping obat yang
tidak biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak perkembangan yang
bermakna dalam kejiwaan pasien.
Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk
kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak memberikan
perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang atau bermain dan
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Medikamentosa
o Haloperidol 5mg 2x1mg
o Chlorpromazine HCL 100mg 2x1
o Trihexyphenidyl 2x1

H.FOLLOW UP
Kamis 11 Agustus 2016.
- S :Pasien mengatakanada orang yang berusaha untuk membunuhnya.
- O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 88 x/menit, reguler, simetris
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,7 C
Tensi : 100/80 mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :


BB : 55 kg
TB : 171 cm
BMI = BERAT (kg) : Tinggi (m) =55 : (1,71) = 18,80
Status Gizi : Normal
Status Generalis :
Kepala : rambut rontok (-), berwarna hitam

13
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera icterus (-),mata cekung (-)
Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
Thoraks : tulang iga tidak tampak
Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : perut buncit (-), asites (-)
Ekstremitas : odem akraldingin

- A : Skizofrenia Paranoid

- P :
Non Medika Mentosa
- Motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang berguna
- Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan menarik
bagi pasien seperti acara TV, sepak bola, dan lain-lain,
- Berikan obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam
meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat,
- Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau tampak efek samping obat yang tidak
biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak perkembangan yang bermakna dalam
kejiwaan pasien.

Medikamentosa
o Haloperidol 5mg 2x1
o Chlorpromazine HCL 100mg 2x1
o Trihexyphenidil 2x1

Jumat 12 Agustus 2016.


- S :Pasien merasa orang orang masih ingin membunuhnya.
- O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 96 x/menit, reguler
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Tensi : 110/70 mmHg

14
Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 55 kg
TB : 171 cm
BMI = BERAT (kg) : Tinggi (m) =55 : (1,71) = 18,80
Status Gizi : Normal

Status Generalis :
Kepala : rambut rontok (-), berwarna hitam
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera icterus (-),mata cekung (-)
Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
Thoraks : tulang iga tidak tampak
Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : perut buncit (-), asites (-)
Ekstremitas : odem akraldingin

- A : Skizofrenia Paranoid

- P :
Non Medika Mentosa
- Motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang berguna
- Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan menarik bagi
pasien seperti acara TV, sepak bola, dan lain-lain,
- Berikan obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam
meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat,
- Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau tampak efek samping obat yang tidak biasa
pada pasien, ataupun jika tidak tampak perkembangan yang bermakna dalam kejiwaan
pasien.

Medikamentosa
o Haloperidol 5mg 2x1

15
o Chlorpromazine HCL 100mg 2x1
o Trihexyphenidil 2x1

II. APGAR SCORE


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan
nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE
disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 =
jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.

1.ADAPTATION
Pasien jarang membicarakan masalah yang dihadapinya kepada anggota keluarga
yang lain, pasien lebih sering menyimpan dan menghadapi masalahnya sendiri. Pasien
tidak pernah mengeluhkan penyakitnya karena merasa dirinya tidak sakit.Pasien menguluh
karena dirinya dirantai dan tidak diperbolehkan beraktifitas di luar pondoknya, pasien
merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu namun pasien tidak dendam ataupun marah
kepada keluarganya. Dukungan dan pendampingan dari petugas kesehatan menumbuhkan
kepatuhan penderita dalam menjalanipengobatan.

2.PARTNERSHIP
Penderita menyadari bahwa dirinya adalahanggota keluarga, komunikasi
antar keluarga kurang baik, keluarga pasien hanya sesekali mengunjungi pasien jika
pasien kambuh dan harus dirawat di RSJ atau dititipkan di rumah petugas kesehatan
puskesmas dengan alasan kesulitan merawat jika pasien ingin kembali ke rumah.

3.GROWTH
Dengan dibebaskan dari pasungan dan dilibatkannya penderita dalam kegiatan
sehari-hari kini penderita mau rutin minum obat, selalu kontrol ke puskesmas, dan juga
mematuhi saran yang diberikan oleh dokter maupun petugas puskesmas.

4.AFFECTION
Penderita merasa hubungan kasih dan interaksi dengan masing-masing individu
yang ada dalam rumah tersebut adalah kurang baik, terutama terhadap Tn.S

16
5.RESOLVE
Penderita tidak ingin dipasung lagi dan merasa dirinya tidak membahayakan
lingkungan sekitar, pasien merasa cukup puas dengan kebersamaan yang ada didalam
keluarga tersebut walaupun komunikasi yang kurang efektif membuat penderita merasa
kurang nyaman berada di rumah.

Tabel 2.1 Skor APGAR Ny.S


Sering Kadang Jarang/
APGAR Ny. S Terhadap Keluarga /Selal - Tidak
u Kadang
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
G
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan carakeluarga saya
R dansaya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. S seorang ibu rumah tangga sehingga mempunyai banyak waktuuntuk


berkomunikasi dengan keluarganya.

17
Tabel 2.2 Skor APGAR Tn. S
APGAR Tn. STerhadap Keluarga Sering Kadang Jarang
/selalu -kadang /tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi keluarga dalam keadaan sedang

Tabel 2.3Skor APGAR Tn. K


APGAR Tn.K Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang
/selalu -kadang /tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya

18
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 5, fungsi keluarga dalam keadaan sedang

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. K adalah 21, sehingga
rata-rata APGAR dari keluarga Tn. K adalah 7. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
fisiologis yang dimiliki keluarga Tn.K dan anggota keluarganya dalam keadaan
sedang. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin secara kurang baik.

III.SCREEM
Fungsi patologis dari keluarga Tn. K dinilai dengan menggunakanS.C.R.E.E.M
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Tabel SCREEM Tn. K
SUMBER PATOLOGI KET

Social Interaksi sosial yang kurang baik antar anggota


keluarga dan saudara, hubungan dalam
masyarakat juga terganggu karena kondisi
penderita yang dianggap membahayakan
lingkungan sekitar.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari
baik dalam keluarga maupun di lingkungan,
banyak tradisi budaya yang masih diikuti, namun

19
stigma di masyarakat mengenai orang dengan
gangguan jiwa harus dipasung menyebabkan
pasien terpisah dengan lingkungan sosial di luar
keluarga.
Religion Sebelum sakit pemahaman agama baik. Penerapan
ajaran agama baik, hal ini dapat dilihat dari pasien
dan keluarga menjalankan sholat dengan tepat
waktu. Namun setelah sakit pasien tidak rutin
beribadah.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong ekonomi rendah,
namun untuk memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder sudah bisa terpenuhi.tetapi untuk
kebutuhan pengobatan keluarga sudah tidak
mampu.
Education Pendidikan anggota keluarga cukup memadai.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran
cukup. Pendidikan dan pengetahuan tentang
kesehatan cukup memadai.
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan
yangsecukupnya. Dalam mencari pelayanan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan
Puskesmas hal ini mudah dijangkau karena
letaknya dekat dengan rumah, namun saat harus
menjalani pengobatan lebih lanjut di RSJ keluarga
ini merasa kesulitan.

Kesimpulan :
Keluarga Tn. K memiliki masalah dalam hal interaksi sosial antara keluarga dan
penderita, terjadi pembatasan aktifitas dan pembiaran terhadap penderita, selain itu
permasalahan ekonomi juga menjadi kendala dalam pengobatan.

20
IV.GENOGRAM
Alamat lengkap : Desa Seduri RT VI RW 02, kec.Balongbendo, kabupaten Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Extended family
Diagram 1. Genogram Keluarga
Dibuat tanggal 09 Agustus 2016

: Laki-laki : Penderita

: Perempuan : Meninggal

V.INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Kakak Kakak
penderita iparPenderita

Penderita

keterangan :

: hubungan baik

21
: hubungan tidak baik
Pertanyaan Sirkuler
Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan ?
Jawab :
Membawa ke tempat pelayanan kesehatan.
1. Ketika suami bertindak seperti itu, apa yang dilakukan oleh istri?
Jawab :
Istri mendukung apa yang dilakukan suami, walaupun terkadang terjadi perbedaan
pendapat.
2. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin Kakak ipar penderita, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun
sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya
3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Kakak kandung penderita.
4. Selanjutnya siapa?
Jawab :
Saudara penderita yang lainnya.
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab :
Tidak ada.
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Kakak ipar penderita.
7. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan keputusan pasien?
Jawab :
Sebagian besar anggota keluarga.

22
VI. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
Pada kasus ini pihak Puskesmas sudah pernah memberikan penyuluhan dan
pendampingan kepada keluarga penderita, akhirnya setelah mendapatkan penjelasan
dari petugas puskesmas, keluarga bersedia melepas penderita dari pasungan pada awal
tahun 2015, namun dengan syarat jika penderita kambuh maka penderita harus tinggal
dan dirawat oleh pihak puskesmas sampai kondisi pasien stabil.

VII.IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKUKELUARGA


1. Faktor Perilaku Keluarga
Tn. Sadalah kepala rumah tangga dan pengambil keputusan dalam keluarga
ini, Tn.S saat ini sudah tidak bekerja, semenjak Tn.K sakit keluarga ini mengeluarkan
biaya yang sangat besar untuk pengobatan baik itu alternatif maupun secara medis,
Tn.S merasa hubungannya dengan Ny.S kurang harmonis karena sering terjadi selisih
paham dalam pengambilan keputusan dan permasalahan ekonomi terkait dengan
penyakit yang diderita oleh Tn.K..
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi
tingkat rendah. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari keluarga ini menggunakan
uang tabungan yang dikumpulkan sejak Tn.S masih bekerja sebagai supir di pabrik
dan hasil dari perkebunan.
Rumah yang dihuni keluarga inicukup memadai, karena rumah pada pasien ini
cukup memenuhi standar kesehatan, diantaranya adalah lantai yang sudah berkeramik,
ventilasi yang cukup, pencahayaan cukup, fasilitas MCK , namun kondisi sangat
berbeda nampak pada bagian dapur, kamar mandi dan kamar pasien yang nampak
kurang terawat.

VIII.FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN


Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12x25m2di lingkungan yang
cukup padat perumahan dimana jarak antara rumah di samping kanan dan kiri sekitar 4
meter, didepan rumah terdapat halaman yang langsung mengarah ke jalan, di bagian
belakang terdapat, dinding dan lantai terbuat dari semen dan beton, Rumah ini terdiri

23
dari 4 kamar tidur, ruang tamu, 1 kamar mandi dan 1 dapur, 1. Pencahayaan dirumah
ini cukup terang pada bagian depan dan ruang tamu, namun pada bagian dalamnya
nampak pencahayaan kurang sehingga harus dibantu oleh pencahayaan dari lampu,
Dapur dan kamar mandi nampak agak kotor dan kurang terawat..Secara keseluruhan
kebersihan rumah dan kerapian kurang baik.

RUANG KAMAR TIDUR


TAMU UTAMA DAPUR
TERAS

12M2

K. MANDI
& WC

KAMAR KAMAR KAMAR TIDUR


TIDUR ANAK TIDUR TAMU PASIEN

25M2

PATIENT CENTERED MANAGEMENT


1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara
lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.


b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa, mengaji dan memohon hanya kepada
Tuhan YME.

24
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang
harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial,
dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem psikologis
antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang penyakitnya,
kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami akibat penyakitnya.
Menentramkan hati penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakitny dan
dapat terjadi remisi. Faktor yang paling penting adalah ketekunan dalam menjalani
pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan
makanan yang bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup.
Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
penyakitnya maupun keluarga dan lingkungan sekitarnya, serta membangun
semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan
kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien


Memberikanpenjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang
gangguan jiwa. Perhatikan semua kebutuhan pasien termasuk berkomunikasi,
makan, minum, dan mandi,Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau
marah pasien, dan sebisa mungkin hindarkan pasien dari hal-hal tersebut,Motivasi
dan latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri,Motivasi, latih, dan
ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang berguna (misalnya bersih-
bersih rumah) dengan perlahan-lahan, dimulai dengan lebih sering memujinya jika
pasien melakukan hal berguna dengan baik. Ajak pasien berbincang-bincang
tentang hal-hal yang bersifat ringan dan menarik bagi pasien seperti acara TV,
sepak bola, dan lain-lain. Jangan terlalu sering memarahi dan menasehati pasien,
karena hal itu akan menjadikan pasien merasa tertekan dan memperlambat proses
rehabilitasinya, berikan obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien
dalam meminumnya, dan taati jangka waktu pemakaian obat,Perhatikan efek
samping obat yang terlihat pada pasien,Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau
tampak efek samping obat yang tidak biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak
perkembangan yang bermakna dalam kejiwaan pasien.

25
Pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan kesembuhannya
melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang dianjurkan oleh dokter. Juga harus
dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk akibat
penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika
dibutuhkan. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri.
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa
melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol,
keteraturan minum obat.

4. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan
berupa perubahan tingkah, lingkungan (menciptakan lingkungan tempat tinggal
yang membuat pasien merasa nyaman untuk berada dirumah), meningkatkan daya
tahan tubuh dengan cara makan makanan bergizi dan olah raga yang teratur..

26
BAB III
PEMBAHASAN

A. MASALAH AKTIF :
1. Skizofrenia berulang.
2. Pembiaran oleh keluarga penderita.
3. Pemahaman keluarga yang kurang terhadap penyakit penderita.

DIAGRAMPERMASALAHAN PENDERITA
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-
faktor resiko yang ada dalam kehidupan penderita)

Keturunan

Tidak ada riwayat


penyakit keturunan di
keluarga pasien

Lingkungan Perilaku
Lingkungan fisik Tn. K Penderita merasa
dan sosial 37 tahun dirinya ttidak sakit
penderita kurang sehingga
mendukung menimbulkan
dalam proses ketidakpatuhan
pengobatan. minum obat.

Pelayanan Kesehatan

Kurangnya penyuluhan
kepada masyarakat
tentang penyakit
skizofrenia.

27
B. PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Faktor Keturunan / Genetik
Pada genogram Tn.K tidak ditemukan adanya faktor keturunan yang
mempengaruhi penyakit dari Tn. K, jadi dari segi genetik tidak bisa diambil
pemecahan masalahnya karena memang tidak ditemukan adanya fakor keturunan
yang mempengaruhi.
2. Faktor Lingkungan
Dari segi faktor lingkungan penderita secara fisik yang meliputi kondisi
rumah danperlakuan yang diterima pasien saat sedang kambuh dapat dilihat bahwa
lingkungan secara fisik kurang mendukung untuk proses terapi yang dijalani
penderita. Dari lingkungan secara sosial juga kurang mendukung karena terjadi
pembatasan aktifitas bahkan pembiaran oleh keluarga, masyarakat di sekitar juga
merasa penderita sebagai ancaman sehingga timbul stigma yang buruk di
masyarakat, padahal penderita butuh dukungan keluarga maupun masyarakat di
sekitar berupa interaksi sosial dan kegiatan sebagai terapi non farmakologis, maka
dari itu penerimaan dalam keluarga dan masyarakat sangat penting, langkah awal
yang dapat dilakukan adalah mengadakan penyuluhan dan pendampingan.
3. Faktor Perilaku
Penderita tidak merasa dirinya sakit dan mengganggap dirinya normal seperti
orang lain, sehingga merasa dirinya tidak perlu minum obat dan merasa tidak nyaman
jika dibawa ke rumah sakit untuk berobat, penderita tidak suka jika harus dipasung
lagi karena penderita merasa bingung tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan selain
tidur. Untuk masalah perilaku ini disarankan agar keluarga dan masyarakat sekitar
dapat melibatkan penderita dalam kegiatan kegiatan sederhana, serta pendampingan
dari petugas kesehatan dalam pengawasan kepatuhan minum obat.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Kurangnya penyuluhan dari pihak kesehatan kemungkinan menjadi salah satu
penyebab terjadinya permasalahan pada Tn. K, namun upaya yang dilakukan
puskesmas dalam pendampingan terhadap keluarga maupun penderita sudah cukup
baik, tetapi perlu diadakan penyuluhan secara menyeluruh bukan saja hanya bagi
penderita dan keluarganya tetapi bagi semua orang di lingkungan tersebut agar

28
masyarakat memiliki pemahaman tentang penyakit ini dan terjadi penerimaan di
dalam masyarakat terhadap penderita.

Dari beberapa faktor permasalahan Tn.K, Permasalahan yang utama adalah


terbentuknya stigma yang buruk di masyarakat terhadap penyakit penderita
sehingga terjadi isolasi sosial oleh masyarakat yang menyebabkan keluarga merasa
perlu untuk melakukan pembatasan terhadap aktifitas pasien bahkan terjadi
pembiaran oleh keluargaUntuk itu pendampingan terhadap keluarga,
penyuluhandan kerja sama lintas sektor di lingkungan masyarakat mengenai
skizofrenia sangatlah penting untuk dilakukan, sehingga masyarakat lebih
memahami tentang penyakit skizofrenia antara lain: tanda-tanda awal penyakit,
pentingnya pengobatan penyakit, pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat
serta cara berinteraksi dengan penderita.

C. SKALA PRIORITAS PENYELESAIAN MASALAH YANG DITEMUKAN


Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada sekenario diatas dapat
menggunakan system scoring.Hal ini dilakukan untuk
mempermudahpenyelesaianmasalah berdasarkan skala prioritasdari yang tertinggi
sampai yang terendah.

Tabel 1. Penentuan Prioritas Penyeselaian Masalah

No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)
Mengadakan
1 pendampingan terhadap 4 3 4 4 12
keluarga penderita.
2.2
Mengadakan Terapi
2. 4 3 3 4 9
Kelompok
Mengadakan Penyuluhan
3. tentang penyakit 3 2 3 3 6
K Skizofrenia
Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
29
C : Cost, Biaya yang diperlukan

Berdasarkan skala prioritas pemecahan masalah di atas didapatkan Mengadakan


pendampingan terhadap keluarga penderitasebagai prioritas solusi.Rencana program
pendampingan tersebut terlampir pada tabel dibawah.

30
Tabel 2. Rencana KegiatanMemberikan pendampingan pada keluarga Penderita Skizofrenia

Volume Rincian Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
1. Mendata semua
100% penderita Skizofrenia Tenaga Data
Identifikasi Penderita 2x Senin&
1 Penderita 2. Membuat daftar Ruang arsip kesehatan Pulpen
penderita Skizofrenia Selasa
terdata penderita berdasarkan Puskesmas Buku
desa.
1. Tenaga
Konsumsi
Kesehatan
1. Seleksi Petugas Ruangan
Mempersiapkan Puskesmas
Terbentuk kesehatan dan kader Tenaga Laptop
Tenaga 2. Kader Ruang Rabu &
2 TIM 2x kesehatan kesehatan Mic
kesehatan dan kesehatan rapat kamis
Kerja 2. Persetujuan puskesmas LCD
Kader kesehatan masing
3. Pembentukan Struktural Kursi
masing
desa
Buku
1.Kunjungan rumah oleh Pulpen
Minggu
petugas puskesmas dan Daftar
Pelaksanaan Petugas pertama
Keluarga 80% kader kesehatan Rumah alamat
pendampingan Kesehatan dan
3 penderita keluarga 2x/bulan masing-masing desa. Penderita rumah
terhadap dan kader ketiga
Skizofrenia penderita 2.Penunjukan anggota Skizofrenia Transportasi
keluarga kesehatan tiap
keluarga sebagai
bulan
pengawas minum obat.

31
Data
Keluarga 100% dari Hitung jumlah kunjungan
Evaluasi Ruang
4 penderita jumlah 2x/bulan pendampingan / Jumlah TIM kerja 2x/bulan rumah.
Kegiatan rapat
Skizofrenia sasaran sasaran

1. mengumpulkan Data kader


informasi dari kader kesehatan.
Evaluasi 80% dari 1x tiap
Penderita kesehatan masing-masing Ruang Data
5 Hasil jumlah 1x/bulan TIM kerja akhir
Skizofrenia desa. rapat. kunjungan
pendampingan. sasaran bulan
2. Mendata Kunjungan puskesmas.
puskesmas. Laptop

32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Segi Psikologis :
Tn.K 37 tahun menderita skizofrenia paranoid
Pasien merasa tidak nyaman dengan kondisinya namun menyangkal
bahwa dirinya sakit.

2. Segi Sosial :
Penderita merasa interaksi sosial di dalam keluarga tidak berjalan
baik terutama terhadap Tn.S.
Terjadi isolasi sosial oleh masyarakat di sekitar lingkungan
penderita.
3 Segi fisik :
Secara fisik yang meliputi kondisi rumah dan perlakuan yang
diterima pasien saat sedang kambuh dapat dilihat bahwa lingkungan
secara fisik kurang mendukung untuk proses terapi yang dijalani
penderita.

B. SARAN
1. Untuk masalah medis (Skizofrenia) berulang dilakukan langkah-
langkah :
a. Preventif :
Penderita diminta untuk menghindari stress dan menceritakan
tentang perasaannya dan permasalahan yang dihadapi.
Makan makanan yang bergizi, dan olahraga yang teratur agar
daya tahan tubuh selalu prima.
b. Promotif : Edukasi mengenai penyakit skizofrenia sehingga
masyarakat mengerti pemahaman yang benar terkaittanda-tanda awal
penyakit, pentingnya pengobatan penyakit, pentingnya dukungan
keluarga dan masyarakat serta cara berinteraksi dengan penderita.

33
c. Kuratif: Medikamentosadan non medikamentosa, penderita harus
memahami pentingnya minum obat dan pemeriksaan ke fasilitas
kesehatan secara teratur, Perlu diadakan terapi kelompok bagi
penderita skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

34
1.Albert A Maramis, Willy F. 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.

2. Maslim Rusdi. 2003,Diagnosis Gangguan Jiwa.Jakarta.

3.Maslim Rusdi 2007, Panduan Praktis Penggunaan klinis Obat Psikotropika.jakarta: FK-
UNIKA Atma Jaya

4.Sinaga BR. Skizofrenia dan Diagnosis banding. Jakarta 2007: 12-137

5.Syamsulhadi dan Lumbanobing. Skizofrenia. Jakarta: FKUI. 2007. 26-34

Lampiran

35
Gambar 1. Wawancara terhadap keluarga penderita

Gambar 2. Kamar penderita

36
Gambar 3. Dapur

Gambar 4. Pondok yang dahulu digunakan untuk memasung, tampak pada gambar
sudah dibongkar oleh keluarga.

37
Gambar 5. Anamnesa pasien.

38

Anda mungkin juga menyukai