KOLESTASIS
OLEH: ELSYA MELINDA
DIBIMBING OLEH : DR ENDANG SPA
Pendahuluan
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu
masuk duodenum dalam jumlah normal. Gangguan
dapat terjadi mulai dari membrana-basolateral dari
hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke
dalam duodenum. Dari segi klinis didefinisikan sebagai
akumulasi zat-zat yang diekskresi kedalam empedu
seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam
darah dan jaringan tubuh. Secara patologi-anatomi
kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus
empedu pada sel hati dan sistem bilier.
Secara klinis, kolestasis ditandai dengan adanya ikterus,
tinja berwarna pucat atau akholik (sterkobilin feses
negatif) dan urin berwarna kuning tua seperti teh
(bilirubin urin positif).
Parameter yang digunakan adalah kadar bilirubin direk
serum > 1mg/dL bila bilirubin total < 5mg/dL atau
bilirubin direk > 20% dari bilirubin total bila kadar bilirubin
total > 5 mg/dL.
Angka kejadian penyakit hati neonatal kurang lebih 1:
2500 kelahiran hidup. Untuk kejadian neonatal kolestasis
idiopatik antara 1:4800 sampai dengan 1: 9000 kelahiran
hidup.
Sedangkan kejadian atresia bilier kurang lebih 1:800
sampai dengan 1:21.000 kelahiran hidup.
Pada periode Januari sampai dengan Desember 2003 di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM tercatat
99 pasien dengan kolestasis, 68 di antaranya dengan
kolestasis intrahepatik.
Oleh karena etiologinya yang bermacam-macam dan
berat ringan dampak yang ditimbulkan juga bervariasi
sedangkan manfistasi klinis awalnya sama, deteksi dini
adanya kolestasis pada bayi sangat penting untuk
selanjutnya segera dicari etiologinya. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada prognosis.
Identitas Pasien
Nama : By. JAP
Umur : 3 bulan 16 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kawah Kidul
Nama Ayah : Tn. J
Pendidikan Ayah : SMA
Nama Ibu : Ny. R
Pendidikan Ibu : SMA
Tanggal Masuk RS : 08 Juli 2019
Keluhan Utama...
Kesan:
-Tak tampak pelebaran duct billier intra-ekstrahepatal
-Gallbaldder tidak terlihat, masih mungkin contracted,
usul usg dengan persiapan puasa.
Diagnosis Akhir : Kolestasis
Penatalaksanaan
Urdafalx 2x30 mg
Rujuk RS kariadi Gastrohepatologi
Prognosis
Ad Vitam : dubia
Ad Sanationam : dubia
Ad Functionam : dubia
DEFINISI
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu
masuk duodenum dalam jumlah normal. Gangguan
dapat terjadi mulai dari membrana-basolateral dari
hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke
dalam duodenum
Hambatan sekresi dan atau aliran empedu yang
biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama kehidupan,
akibatnya akan terjadi akumulasi, retensi serta
reguirgitasi bahan-bahan yang harus diekskresikan
oleh empedu seperti bilirubin, asam empedu serta
kolesterol ke dalam plasma
Kolestasis intrahepatik
ETIOLOGI EKSTRAHEPATIK
Extrahepatic biliary atresia
Choledochal cyst
Bile duct stenosis
Spontaneous perforation of the bile duct
Cholelithiasis
Inspissated bile/mucus plug
Extrinsic compression of the bile duct
ETIOLOGI INTAHEPATIK
Idiopathic
Toxic
Genetic/Chromosomal
Infectious
Metabolic
Miscellaneous
INTRAHEPATIC ETIOLOGIES
Idiopathic Neonatal Hepatitis
Toxic
TPN-associated cholestasis
Drug-induced cholestasis
Genetic/Chromosomal
Trisomy 18
Trisomy 21
INTRAHEPATIC
ETIOLOGIES
Infectious
Bacterial sepsis (E. coli, Listeriosis, Staph. aureus)
TORCHES
Hepatitis B and C
Varicella
Coxsackie virus
Echo virus
Tuberculosis
INTRAHEPATIC
ETIOLOGIES
Metabolic
Disorders of Carbohydrate Metabolism
Galactosemia
Fructosemia
Gaucher disease
Endocrine Disorders
Hypothyroidism
Idiopathic hypopituitarism
INTRAHEPATIC
ETIOLOGIES
Metabolic (cont.)
Miscellaneous Metabolic Disorders
Alpha-1-antitrypsin deficiency
Cystic fibrosis
Caroli’s disease
Byler’s disease
Drug-induced
Total bilirubin
10.24.5 12.19.6
(mg/dL)
Direct Bilirubin
6.22.6 8.06.8
(mg/dL)
SGOT/AST <5 x N >5 x N
SGPT/ALT <5 x N >5 x N
>5 x N
GGT <5 x N
Anamnesa
Adanya ikterus pada bayi usia lebih dari 14 hari,
tinja akolis yang persisten harus dicurigai adanya
penyakit hati dan saluran bilier
Pada hepatitis neonatal sering terjadi pada anak
laki-laki, lahir prematur atau berat badan lahir
rendah. Sedang pada atresia bilier sering terjadi
pada anak perempuan dengan berat badan lahir
normal, dan memberi gejala ikterus dan tinja
akolis lebih awal
Riwayat kehamilan dan kelahiran untuk mencari
kemungkinan adanya infeksi : riwayat penyakit ibu
(faktor risiko: TORCH, hepatitis B, dll), berat badan
lahir (KMK pada infeksi, SMK pada atresia biliaris)
Riwayat keluarga : bila saudara kandung pasien ada yang
menderita penyakit serupa maka kemungkinan besar
merupakan suatu kelainan genetik/metabolik
Paparan terhadap toksin / obat-obatan
Riwayat makanan : kemungkinan kelainan metabolik
Riwayat pemberian nutrisi parenteral total
Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya gejala ikterik pada neonatus
baru akan terlihat bila kadar bilirubin sekitar 7
mg/dl.
Jaringan sklera mengandung banyak elastin yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap bilirubin,
sehingga pemeriksaan sklera lebih sensitif
sklera ikterik
Fasies dismorfik : pada Sindrom Alagille
Mata :
Katarak : pada infeksi TORCH
Choreoretinitis : pada infeksi TORCH
Posterior embryotoxon : pada Sindrom Alagille
1. PEMERIKSAAN TINJA
2. PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN ENZIM HEPATIK
3. PEMERIKSAAN URIN
4. PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan tinja :
Kolestasis Kolestasis
ekstrahepatik intrahepatik
Bilirubin total (mg/dl) 10,2 ± 4,5 12,1 ± 9,6
Bilirubin direk (mg/dl) 6,2 ± 2,6 8,0 ± 6,8
SGOT (peningkatan dari N) <5x > 10 x
SGPT (peningkatan dari N) <5x > 10 x
GGT (peningkatan dari N) >5x <5x
Pemeriksaan Khusus
Asites
Tujuannya:
1. Memperbaiki gangguan aliran bahan
yang dihasilkan oleh hati, terutama asam
empedu dan kolesterol
2. Melindungi hati dari pengaruh buruk zat
toksik
3. Manjaga tumbuh kembang bayi agar
tidak terganggu
A. Terapi medikamentosa
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang
dihasilkan oleh hati terutama asam empedu
(asam litokolat), dengan memberi :
Asam ursodeoksikolat 10-20 mg/kgBB/hari
Fenobarbital 3-10 mg/kgBB/hari
Rifampin 10 mg/kgBB/hari
Kolestiramin 0,25-0,5 gr/kgBB/hari
B. B. Terapi Nutrisi : Untuk memungkinkan anak
untuk tumbuh dan berkembang seoptimal
mungkin dilakukan
A : 5000-25000 IU
D : calcitriol 0,05-0,2 µg/kgBB/hari
E : 15-25 IU/kgBB/hari