Anda di halaman 1dari 45

Disusun oleh:

Fathina Suciati,S.Ked
(12 16 777 14 135)

PEMBIMBING:
dr. Christina Kolondam, Sp. A
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi
pada ginjal dan saluran kemih, salah satu penyakit
infeksi yang sering terjadi pada anak selain infeksi
saluran napas atas dan diare. ISK perlu mendapat
perhatian para tenaga kesehatan dan orangtua karena
ISK merupakan penyakit yang sering menyebabkan
gagal ginjal pada anak yang mengakibatkan anak
memerlukan tindakan cuci darah (dialisis) dan
cangkok ginjal (transplantasi ginjal). Eschericia coli
merupakan penyebab tersering (75-90%)
 Infeksi saluran kemih merupakan penyebab demam
kedua pada anak berusia kurang dari 2 tahun.
 Angka kejadian ISK mencapai 5%.
 Angka kejadian pada neonatus kurang bulan adalah
sebesar 3%, neonatus cukup bulan 1%.
 Kejadian ISK pada anak usia 1-2 tahun adalah 8,1%
anak perempuan dan 1,9% anak laki-laki.
 Remaja pubertas kejadian ISK mendekati 10%.
ISK tidak menunjukkan gejala klinis dan disebut dengan
ISK asimtomatik.
 Pada bayi baru lahir (neonatus), berupa apatis, kesulitan
minum, tampak kuning, gagal tumbuh, muntah, diare,
suhu tubuh turun atau meningkat.
 Pada bayi usia satu bulan sampai satu tahun, berupa
demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu
makan berkurang, cengeng, tampak kuning, kolik,
muntah, dan diare.
 Pada anak lebih besar, gejala penyakit biasanya lebih khas,
berupa gejala lokalsaluran kemih, seperti nyeri ketika
berkemih, anyang-anyangan, ngompol, air kemih keruh,
dan nyeri pinggang. Selain itu, dapat dijumpai mual,
muntah, diare, demam tinggi disertai menggigil, yang
kadang-kadang sampai kejang
 Pengobatan untuk ISK utamanya adalah dengan
antibiotik. Deteksi dini dan pengobatan segera akan
sangat dibutuhkan agar komplikasi jangka panjang
bisa dihindari
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. AM
 Alamat : Jl. Cokrominoto
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal masuk ruangan :
 Tanggal lahir : 21/01/2013
24-07-2017
 Usia : 4 tahun 6 bulan
 Tanggal keluar ruangan :
 Kebangsaan : Indonesia
28-07-2017
 Agama : Islam
 Jumlah hari perawatan : 5 hari
 Suku Bangsa : Kaili
 Ruangan perawatan : Nuri atas
 Nama Ayah : Tn. B : 36 tahun
 Diagnosis : Infeksi saluran kemih
Pekerjaan : Wiraswasta
 Anamnesis diberikan oleh: kedua
Pendidikan : SMA orang tua pasien
 Nama Ibu : Ny. W usia : 30 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
 Alamat : Jl. Cokrominoto
Family tree
ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Sakit perut

 Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 2 hari yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan sakit pada saat kencing,
volume urine hanya sedikit, sering kencing, warna urine
kuning. Keluhan lain yang dirasakan adalah panas yang
dialami sejak tadi malam, kejang (-), batuk (-), sesak (-), mual
(-),muntah (-), nyeri menelan (-), nafsu makan makan
menurun dari biasanya, dan BAB biasa.

 Riwayat penyakit sebelumnya:


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti
ini sebelumnya.
 Penyakit yang Sudah Pernah Kepandaian/Kemampuan Bayi:
dialami:
 Morbili :- Tengkurap : usia 3 bulan
 Varicella :- Duduk : usia 6 bulan
Merangkak : usia 7 bulan
 Pertusis :- Berdiri : usia 12 bulan
 Diare : Sudah Pernah Berjalan : usia 14 bulan
 Cacing :- Tertawa : usia 3 bulan
 Batuk/Pilek : Sudah Pernah Berceloteh : usia 7 bulan
Memanggil papa mama : usia 10 bulan
Berbicara beberapa kata : usia 15 bulan
 Anamnesis Makanan

Usia Riwayat makanan


0-6 bulan ASI
6 bulan – 9 bulan Bubur Sun & pisang + ASI +
susu formula
9 bulan sampai – 12 bulan Bubur saring dicampur dengan
wortel, tomat, dan tempe

1 tahun – sekarang Anak sudah bisa makan nasi +


sayur + lauk pauknya (makan
sendiri)
Riwayat Imunisasi Dasar
 Riwayat penyakit dalam keluarga:
Ayah pasien ada riwayat sakit pinggang sampai tembus ke
belakang

 Anamnesis kebiasaan, lingkungan dan sosial:


- Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua kandung
- Lingkungan rumah merupakan lingkungan padat
penduduk.
- Pasien merupakan anak yang aktif di sekolah, maupun di
lingkungan rumahnya. Menurut ibu pasien, pasien sering
menahan kencing ketika di sekolah waktu jam pelajaran
sedang berlangsung, dikarenakan pasien takut meminta
izin kepada gurunya.
PEMERIKSAAN FISIK
 Berat badan : 14 kg
 Panjang badan : 100 cm
 Status gizi : Gizi Baik

Keadaan umum: Sakit Sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 Suhu : 37,5o C
 Sianosis : (-)
 Keadaan Mental: baik
 Anemia : (-/-)
 Ikterus : (-/-)
 Respirasi : 24 kali / menit Kejang : (-)
 Nadi : 100 kali / menit reguler Type : (-)
 Tensi :- Lamanya: (-)
Kulit :
 Warna : Putih Turgor : Baik
 Efloresensi : - Tonus: Baik
 Pigmentasi : - Oedema: (-)
 Jaringan parut : -
 Lapisan lemak : -
 Lain-lain :-

Kepala
 Bentuk : Normocephal
 Ubun-ubun besar : Tertutup
 Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata
 Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
 Tekanan bola mata : Tidak dilakukan :
 Tekanan bola mata : Tidak dilakukan Lensa : Jernih
 Konjungtiva : Anemia -/- Fundus: ≠
 Sklera : Ikterik -/- Visus : ≠
 Refleks Kornea : ≠
 Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)

Telinga : Othore (-)


Hidung : Rhinore (-)
Mulut :
 Bibir : Kering (-) kebiruan (-) Selaput mulut: Stomatitis (-)
 Lidah: Kotor (-) Gusi: Perdarahan (-)
 Gigi : Normal Bau napas : (-)
Tenggorokan
hyperemia (-) Tonsil : T1 /T1 hiperemis (-)
Pharynx: hyperemia (-)
Leher
Trachea : Letak ditengah
Kelenjar : Pembesaran parotis (-/-)
Kaku kuduk : tidak ada
Lain-lain : pembesaran Tiroid (-/-)

Thorax
Bentuk : Simetris bilateral
Rachitis rosary : - xiphosternum : -
Ruang intercostals : - Harrion’s groove: -
Precordial bulging: - pernafasan paradoxal : -
Lain-lain :- Retraksi : -
Paru-paru
 Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-)
 Palpasi : Vokal fremitus (+) ka=ki, massa (-),
nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru,
 Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi (-),
Wheezing (-)

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak Nampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, linea
midklavikularis sinistra
 Perkusi : Batas jantung dalam keadaan normal
 Auskultasi : BJ I/II murni reguler, Bising (-), Suara
tambahan (-)
Abdomen
 Inspeksi : Kesan datar, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
 Perkusi : Tympani seluruh region abdomen (+), shifting dullness (-)
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) pada supra pubik. Massa (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)

Genital : dbn (+), fimosis (-), parafimosis (-)


Kelenjar : Tidak ada pembesaran

Anggota gerak
 Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+),edema (-/-)
 Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+),edema (-/-)

Tulang-belulang : Tidak ada kelainan


Otot-otot : Eutrofi (+)
Reflex – reflex : Fisiologi (+), patologis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Darah lengkap (25 Juli 2017)

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN


WBC 13 4,0-10,0 103/ µl
RBC 4.5 3,80-6,50 106/µl
HGB 11 11,5-17 g/dl
HCT 31.5 37,0-54,0 %
MCV 70.3 80-99 fL
MCH 24.6 27-31 pg
MCHC 34.9 33-37 g/dL
3
RESUME
 Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 2 hari yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan sakit pada saat kencing, volume urine hanya sedikit,
sering kencing, warna urine kuning. Keluhan lain yang dirasakan adalah
panas yang dialami sejak tadi malam, kejang (-), batuk (-), sesak (-),
mual (-),muntah (-), nyeri menelan (-), nafsu makan makan menurun
dari biasanya, dan BAB biasa. Ayah pasien ada riwayat sakit pinggang
sampai tembus ke belakang. Pasien sering menahan kencing ketika di
sekolah waktu jam pelajaran sedang berlangsung, dikarenakan pasien
takut meminta izin kepada gurunya.
 Keadaan umum anak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, Tanda
vital suhu axila 37,50, respirasi 24 kali/menit nadi 100 kali/menit, status
gizi yaitu gizi baik. Dari pemeriksaan fisik abdomen didapatkan
abdomen datar, peristaltik usus (+), kesan normal, ditemukan adanya
nyeri tekan abdomen pada supra pubik.Hasil pemeriksaan
laboratorium darah lengkap dalam batas normal. WBC: 13, RBC: 4,5,
HGB: 11, HCT: 31,5, PLT: 579.
DIAGNOSIS KERJA
Suspek ISK

TERAPI
 IVFD RL 20 tpm
 PCT syr 3x1 cth
 Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv

ANJURAN
Pemeriksaan urin
FOLLOW UP
Follow up tanggal 25 juli 2017 (perawatan hari ke-2)

S : Demam (-), Batuk (-), Sesak napas (-), Flu (-), Muntah (+) 1 kali, Sakit perut (+),
BAK sedikit-sedikit, BAB (-) 1 hari

O: Keadaan umum : sakit sedang


Tanda vital : S=36,80C, N=97x/m, P= 23 x/m
Kulit : Warna putih, efloresensi (-), ruam (-)
Kepala-Leher :
Bentuk : normocephal
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-)
Thorax :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus (SDN), massa (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : dalam batas normal

Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) pada supra pubik, Hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), massa/penonjolan (-)

Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-)
Bawah : akral hangat (+), edema (-)
 Urine lengkap

PEMERIKSAAN URINE HASIL NILAI RUJUKAN


PH 6.0 4,8-8,0
BJ 1.020 1,003-1,022
NITRIT Negatif Negatif
BLOOD Negatif Negatif
LEUKOSIT +2 Negatif
VITAMIN C Negatif
SEDIMEN
LEUKOSIT 10-15 0-5
ERITROSIT 0-1 0-3
KRISTAL Ca.OXALAT Negatif Negatif
GRANULA Negatif Negatif
EPITEL SEL + Negatif
HYFA Negatif Negatif
AMOEBA Negatif Negatif
A : Infeksi saluran kemih
P:
Diit nasi lauk 1.400 kkal/hari
IVFD RL 10 tpm
PCT syr 3x1 cth (kalau panas)
Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
Inj Ranitidin 15 mg/8 jam/iv
Follow up tanggal 26 juli 2017 (perawatan hari ke-3)

S : Demam (-), Batuk (-), Sesak napas (-), Flu (-), Muntah (-), Sakit perut (+), BAK
sedikit-sedikit, BAB (-) 2 hari

O: Keadaan umum : sakit sedang


Tanda vital : S=37,10C, N=102x/m, P= 23 x/m
Kulit : Warna putih, efloresensi (-), ruam (-)
Kepala-Leher :
Bentuk : normocephal
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-)
Thorax :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus (SDN), massa (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : dalam batas normal

Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) pada supra pubik, Hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), massa/penonjolan (-)

Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-)
Bawah : akral hangat (+), edema (-)
A : Infeksi saluran kemih
P:
Diit nasi lauk 1.400 kkal/hari
IVFD RL 10 tpm
PCT syr 3x1 cth (kalau panas)
Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
Inj Ranitidin 15 mg/8 jam/iv
Follow up tanggal 27 juli 2017 (perawatan hari ke-4)

S : Demam (-), Batuk (-), Sesak njapas (-), Flu (-), Muntah (-), Sakit perut (-), BAK
lancar, BAB (-) 3 hari

O: Keadaan umum : sakit sedang


Tanda vital : S=36,80C, N=104x/m, P= 24 x/m
Kulit : Warna putih, efloresensi (-), ruam (-)
Kepala-Leher :
Bentuk : normocephal
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-)
Thorax :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus (SDN), massa (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : dalam batas normal

Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-) pada supra pubik, Hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), massa/penonjolan (-)

Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-)
Bawah : akral hangat (+), edema (-)
A : Infeksi saluran kemih
P:
Diit nasi lauk 1.400 kkal/hari
IVFD RL 10 tpm
PCT syr 3x1 cth (kalau panas)
Inj Ceftriaxone 500 mg/12 jam/iv
Inj Ranitidin 15 mg/8 jam/iv
Microlax supp
Follow up tanggal 28 juli 2017 (perawatan hari ke-5)

S : Demam (-), Batuk (-), Sesak napas (-), Flu (-), Muntah (-), Sakit perut (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa

O: Keadaan umum : sakit sedang


Tanda vital : S=36,70C, N=115x/m, P= 25 x/m
Kulit : Warna putih, efloresensi (-), ruam (-)
Kepala-Leher :
Bentuk : normocephal
Rambut : warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterus (-/-)
Telinga : nyeri (-), sekret (-) otorrhea (-)
Hidung : rinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-) lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis
Leher : tiroid ikut gerakan menelan (+), pembesaran KGB (-)
Thorax :
Inspeksi : simetris bilateral (+), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus (SDN), massa (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Bronchovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : dalam batas normal

Abdomen :
Inspeksi : kesan datar, jejas (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani ke empat kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-) pada supra pubik, Hepatomegaly (-),
splenomegaly (-), massa/penonjolan (-)

Ekstremitas :
Atas : akral hangat (+), edema (-)
Bawah : akral hangat (+), edema (-)
A : Infeksi saluran kemih
P:
Cefixime 50 mg/ 2 dd 1 pulv

 Pasien di pulangkan oleh dokter pada tanggal 28 Juli 2017,


karena keadaan umum pasien sudah membaik, tanda-
tanda vital baik. Pada pemeriksaan fisik tidak di dapatkan
kelainan.
DISKUSI KASUS
 Diagnosis infeksi saluran kemih (ISK), pada kasus ini
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan
dan juga pemeriksaan urin

 Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI)


adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman
atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna.
 Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak
khas, dari asimtomatik sampai gejala sepsis yang berat.
Pada neonatus sampai usia 2 bulan, gejala dapat berupa
sepsis, demam, apatis, anoreksia, berat badan tidak naik,
muntah, mencret, anoreksia, tidak mau minum, dan
sianosis. Pada bayi, gejala berupa demam, penurunan berat
badan, anoreksia. Pada anak besar, gejalanya lebih khas,
seperti sakit waktu miksi, frekuensi miksi meningkat,
muntah, nyeri perut atau pinggang, mengompol,
polakisuria, atau urin yang berbau menyengat

 Pada kasus ini, seperti pada teori diatas pasien umur 4


tahun 6 bulan didapatkan gejala sakit pada saat kencing,
volume urine hanya sedikit, sering kencing, nyeri perut,
dan muntah
 Pada pemeriksaan fisis, gejala dan tanda ISK yang
dapat ditemukan berupa demam, nyeri ketok sudut
kostovertebral, nyeri tekan suprasimfisis, kelainan
pada genitalia eksterna seperti fimosis, sinekia vulva,
hipospadia, epispadia, dan kelainan pada tulang
belakang seperti spina bifida.

 Pada kasus ini, pasien ada demam 2 hari dan nyeri


tekan suprasimfisis. Pada pasien ini tidak terfapat
kelaian pada genetalia eksterna
 Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan
proteinuria, leukosituria (leukosit >5/LPB), hematuria
(eritrosit >5/LPB).

 Hasil pemeriksaan urinalisis pada pasien ini di


dapatkan leukosit +2, sedimen l eukosit: 10-15, Epitel
sel (+) dengan kesan leukosituria. Darah dan protein
tidak ditemukan dalam urine.
 Diagnosis pasti dengan ditemukannyan bakteriuria
bermakna pada kultur urin, yang jumlahnya
tergantung dari metode pengambilan urin.
Pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari
faktor risiko dengan melakukan ultrasonografi, foto
polos abdomen, dan bila perlu dilanjutkan dengan
miksio-sisto-uretrogram dan pielografi intravena.

 Pada pasien ini tidak dilakukan kultur urin maupun


pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan
urinalisis
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibotik diberikan
secara empiric selama 7-10 hari.

Tabel 1 . Pilihan antimikroba oral pada infeksi saluran kemih.


Jenis antibiotic Dosis per hari
Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
Sulfonamid
 Trimetroprim (TMP) dan 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX /kgbb/hari
Sulfametoksazol (SMX) dibagi dalam 2
 Sulfisoksazol Dosis 120-150 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
Sefalosporin:
 Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
 Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
 Lorakarbef 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Tabel 2. Pilihan antimikroba parenteral pada infeksi saluran kemih.

Jenis antibiotik Dosis per hari


Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
 Pada kasus ini pengobatan yang diberikan yaitu inj
seftriakson 500 mg/12 jam/iv selama 4 hari dan
dilanjutkan pengobatan oral di rumah yaitu sefiksim
50 mg/2 dd 1 pulv.
 Pemantauan terapi dalam 48-72 jam setelah
pengobatan fase akut dimulai, gejala ISK umumnya
menghilang. Bila belum menghilang, dipikirkan untuk
mengganti antibiotik lain.
 Pada kasus ini pemberian antibiotik seftriakson pada
hari ketiga gejala seperti sakit pada saat kencing,
volume urine hanya sedikit, sering kencing dan nyeri
perut menghilang.
 ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia,
sepsis, dan meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang
adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi
pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal
terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode
pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal
antara lain umur muda, keterlambatan pemberian
antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU,
dan obstruksi saluran kemih.

 Pada pasien tidak terdapat komplikasi, dan pasien


dipulangkan dalam keadaan umum pasien sudah
membaik, tanda-tanda vital baik. Pada pemeriksaan fisik
tidak di dapatkan kelainan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai