Anda di halaman 1dari 33

STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK
Tanda tangan
Nama/NIM : Livia K. Saputra / 11-2013-163

...

Ahmad Azroei Bin Mohd Yusup @ Muallif / 11-2013-195

..

Dr. Pembimbing : dr.Henny, Sp.A

............................

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap :An. MW

Jenis kelamin :Laki-laki

Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 10April 2013

Suku bangsa :Jawa

Usia :1 tahun 8 bulan

Agama : Islam

Pendidikan: belum sekolah

Alamat :Jatijajar, Depok

Hubungan dengan orang tua : anak kandung


IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Tn. W

Ibu : Ny.SH

Usia : 40 tahun

Usia :35 tahun

Pendidikan :SMA

Pendidikan : SMP

Pekerjaan :Wiraswasta

Pekerjaan : ibu rumah tangga

A. ANAMNESIS
Diambil dari :Alloanamnesa (ibu pasien), pada tanggal 29-12-2014, jam: 11.00 WIB
Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan : Pasien demam 2 hari sebelum masuk RS dan kejang sebanyak 1x

Riwayat Penyakit Sekarang :


Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien buang air besar dengan konsistensi cair
kurang lebih 12x sehari. Tinja berwana kuning kehijauan berbau langu, terdapat ampas, tidak ada
darah, tidak ada lendir. Sekali BAB kira- kira sebanyak setengah gelas air mineral. Pasien
muntah 1x. Muntahan berisi sisa makanan, tidak terdapat darah, muntahan sebanyak seperempat
gelas air mineral.Pasien tidak demam. Nafsu makan sedikit menurun. Pasien mau minum air
putih dan ASI.Tidak ada demam, tidak ada batuk, tidak ada pilek.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien BAB cair sebanyak 4- 5x dalam sehari.
Setiap kali BAB kurang lebih setengah gelas air mineral. Tinja berwarna kuning kehijauan, tidak
ada darah, tidak ada lendir.Pasien demam, namun tidak diukur suhu tubuhnya. Pasien dibawa ke
dokter, diberi sirup penurun panas, obat untuk lambungnamun tidak ada perubahan.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih BAB cair. Sehari sebanyak 45x.Pasien masih demam, kejang 1x, ketika kejang mata pasien mendelik keatas dan tubuhnya
kaku. Setelah kejang pasien menangis lalu tertidur.Kejang berlangsung selama 1 menit dan tidak
berulang lagi. BAK pasien jumlahnya lebih sedikit dari biasanya dan warnanya agak gelap,
Pasien memiliki riwayat sering jajan sembarangan.
Riwayat Penyakit Dahulu
( - ) Sepsis

( - ) Meningoencephalitis

( - ) Kejang Demam

( - ) Tuberculosis

( - ) Pneumonia

( - ) Alergi lainnya :

( - )Asma

( - ) Alergi Rhinitis

( - ) Gastritis

(+) Diare akut

( - ) Diare Kronis

( - ) Amoebiasis

( - ) Disentri

( - ) Kolera

( - ) Difteri

( - ) Tifus Abdominalis

( - ) DHF

( - ) Polio

( - ) Cacar Air

( - ) Campak

( - ) Peny. Jantung Bawaan

( - )Batuk Rejan

( - ) Tetanus

( - ) ISK

( - ) Demam Rematik Akut

( - ) Penyakit Jantung Rematik

( - ) Kecelakaan

( - ) Glomerulonefritis

( - ) Sindroma Nefrotik

( - ) Lain-lain
2

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit

Ya

Tidak

Alergi

Asma

Tuberkulosis

Hipertensi

Diabetes

Kejang Demam

Demam berdarah

Hubungan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Kehamilan
Perawatan antenatal :Di puskesmas
Penyakit kehamilan

:Tidak ada

Kelahiran
Tempat kelahiran

:Rumah Bersalin

Penolong persalinan :Bidan


Cara persalinan

:Normal

Masa gestasi

:cukup bulan

Keadaan bayi

: Berat badan lahir

: 3.300 gram

Panjang badan lahir :52 cm


Lingkar kepala

:Ibu pasien lupa

Langsung menangis
Tidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejang
Kelainan bawaan

:Tidak ada

Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

Riwayat perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama

: 4 bulan

Psikomotor
-

Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 8 bulan

Berdiri

: 9 bulan

Berbicara

: 12 bulan

Kesan : Tumbuh kembang anak sesuai usia


Riwayat Imunisasi
VAKSIN
BCG
DPT
Polio

Dasar (Umur)
+

2 bulan

3 bulan

2 bulan

4 bulan

6 bulan

Saat

2 bulan

4 bulan

+
6 bulan

lahir
Campak

Hepatitis B

Saat

1 bulan

6 bulan

lahir
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Nutrisi
Susu

: ASI sejak lahir

Makanan padat

: 13 bulan

Makanan sekarang

: Pasien mau makanan padat berupa nasi lunak bersama sop daging atau
sayuran. Ibu pasien jarang memberikan buah. Pasien masih minum ASI
dan tidak mau minum susu formula.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : Tidak diukur
Denyut nadi

: 130 x/ menit

Suhu (rectal) : 39C


Laju nafas

: 32x/menit

Antropometi
Lingkar kepala

: 46cm

Lingkar dada

: 48 cm

Lingkar lengan atas

: 16 cm

Berat badan

: 9,1 kg

Tinggi badan

: 85 cm

Pemeriksaan Sistematis
Kepala

:Normocephalic, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, ubunubun cekung

Mata
Telinga

: Kedudukan simetris, Mata cekung, Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/: Bentuk normal, liang telinga lapang, tampak sedikit serumen, membran timpani
utuh.

Hidung

: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Sekret tidak ada. Pernapasan cuping
hidung tidak ada.

Bibir

: tampak kering

Mulut

: Bentuk normal, mukosa kering


5

Lidah

: mukosa kering, tidak tremor, tidak deviasi, tidak kotor

Tonsil

: T1 T1 tidak hiperemis, tidak ada detritus

Faring

:Tidak hiperemis, uvula letaknya di tengah

Leher

: KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher.

Thorax
Paru-paru :
Inspeksi

: Pernapasan abdominotorakal, bentuk dada normal, tidak ada retraksi sela


iga, tidak tampak massa

Palpasi

:Permukaan dada simetris ada statis dan dinamis, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak ada retraksi, vocal fremitus kiri = kanan.

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati pada interkostalis ke- 6,
peranjakan sebesar 2 cm

Auskultasi

:Suara nafas vesikuler di seluruh lapangan paru, ronkhi -/- wheezing-/-

Jantung :
Inspeksi

: pulsasi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: teraba ictus cordis pada garis midklavikula kiri sela iga IV

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: BJI-II normal, murmur (-), gallop(-)

Abdomen
Inspeksi

: datar, tidak tampak massa.

Palpasi

: supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tidak ada
splenomegali

Perkusi

: timpani pada seluruh lapang abdomen

Auskultasi

:Bising usus meningkat

Anus dan Rektum

: tidak ada iritasi, tidak ada bekas garukan

Genitalia

: laki-laki, tidak ditemukan kelainan

Kulit

: warna sawo matang, turgor kulit menurun


6

Extremitas (lengan & tungkai):


Tonus: normotonus
Akral : akral dingin, CRT > 2 detik
Tulang Belakang

: bentuk normal, tidak ada kifosisi, scoliosis, gibus

Kulit

: Warna sawo matang, tidak ada ptechiae, tidak ada lesi, tidak ada bisul.

KGB

: Tidak teraba pembesaran

C. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis

Refleks Biceps

Positif

Refleks Triceps

Positif

Refleks Patella

Positif

Refleks Achilles

Positif

Kesan : tidak ada kelainan di UMN dan LMN


Refleks Patologis

: (-)

Refleks Babinsky

Negatif

Klonus Pergelangan kaki

Negatif

Klonus Patella

Negatif

Kesan : tidak ada kelainan di UMN

Rangsang Meningeal

:(-)

Kaku kuduk

Negatif

Brudzinski I

Negatif

Brudzinki II

Negatif

Kernig

Negatif

Lasague

Negatif

Kesan: tidak ada kelainan di meningen


D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab tanggal 26-12-2014 jam 08.26
Hematologi
Hb

: 9.9% g/dl (14 18 g/dl)

Leukosit

: 10.500/ uL (5.000-10.000)

Ht

: 31 % (42-52)

Trombosit

: 390000 / uL (150.000-450.000)

Elektrolit
kalium

:127 mmol/L (135-145)

natrium

: 1,9mmol/L (3,5-5,5)

klorida

: 94 mmol/L (93-110)

glukosa sewaktu

: 123 mg/dl (<180)

Lab tanggal 27-12-2014 jam 06.00


Faeces
Makroskopis
Warna

: hijau

Konsistensi

: lunak
8

Darah

:-

Lendir

:-

Mikroskopis
Leukosit

: 0-2

Eritrosit

: 0-1

Telur cacing

:-

Kristal

:-

Amoeba

:-

Pencernaan amylum

:-

Asam urat

:-

Lemak

:+

Sisa tumbuhan

:-

Sisa daging

:-

Bakteri

:+

Jamur

:-

Lab tanggal 28-12-2014 jam 06.00


Kimia darah
Natrium

:130 mmol/L(135-145)

Kalium

: 4.59 mmol/L (3.5-5.5)

Klorida

: 98 mmol/L (93-110)

RESUME
Anak laki- laki, 18 bulan datang dengan keluhan diare sejak 3 hari SMRS. Dalam 1 hari pasien
dapat BAB cair 5x atau lebih. Tinja berwarna kehijauan baunya langu, ada ampas, tidak ada
darah dan lendir. Pasien juga demam, dan pernah kejang sebanyak satu kali. Kejang berlangsung
dibawah 5 menit dan tidak berulang kembali. Nafsu makan dan minum menurun. BAK
berkurang jumlahnya dan warnanya sedikit lebih gelap. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
9

pasien tampak sakit berat, keadaan umum lemah, ubun- ubun cekung, mata cekung, turgor kulit
menurun, mukosa bibir dan lidah tampak kering. Paru dan jantung dalam batas normal. Terdapat
peningkatan bising usus pada auskultasi abdomen. Hasil pemeriksaan penunjang terdapat
leukositosis (10,500), penurunan Ht (31%), hipokalemia (127 mmol/L), hiponatremia
(130mmol/L).

DIAGNOSIS KERJA
1. Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat suspek e.c Rotavirus
Dasar yang mendukung :
Pada pasien anak W didapatkan gejala buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari
3x dalam 24 jam yang berlangsung selama 3 hari.Tinja berwarna kuning kehijauan
dengan bau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien juga muntah sebanyak 1x.
Terdapat demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaan umum yang lemah, ubunubun yang cekung, mata juga cekung, turgor kulit yang menurun, mukosa bibir dan lidah
yang kering.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemi dan hiponatremi.
Pada pemeriksan tinja tidak didapatkan eritrosit dan leukosit.Juga tidak ditemukan
amoeba.
2. Kejang Demam Sederhana
Dasar yang mendukung :
Pasien An. W berusia 1 tahun 8 bulan kejang sebanyak 1x, kejang berlangsung <15
menit, tidak berulang dalam 24 jam, setelah kejang tidak didapatkan defisit neurologis.
Kejang yang terjadi adalah kejang umum, dimana mata pasien mendelik dan sekujur
tubuh kaku. Kejang muncul didahului oleh demam. Tidak didapatkan riwayat kejang
sebelumnya.

10

DIAGNOSIS DEFERENSIAL
1. DD untuk Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat
a. Disentri basiler/ Shigellosis
Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,
terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya
sering, konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja
berwarna merah kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja.
Dasar yang mendukung

Terdapat gejala diare, demam, muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi
tinja sering.
Dasar yang tidak mendukung

Tidak terdapat leukosit dalam tinja, warna tinja kuning kehijauan.


b. Disentri Amoeba/ amoebiasis
Dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai
sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare
seringkali dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak
lendir dengan sedikit leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang
berakhir beberapa hari sampai beberapa minggu, relaps sering pada individu yang
tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba disertai dengan serangan demam
mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat dehidrasi dan gangguan
elektrolit.
Dasar yang mendukung

Terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi berat dan gangguan eletrolit
Dasar yang tidak mendukung

Tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada pemeriksaan mikroskopik tinja tidak
ditemukan amoeba.
11

2. DD untuk Kejang Demam


a. Meningitis
Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya
disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran
indeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian
atas. Gambaran klinis yang ditemukan :

Gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala, penurunan


kesadaran, dan muntah. Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat.

Demam akibat infeksi

Fotofobia

Kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis


meningitis antara lain pungsi lumbal, CT Scan.
Dasar yang mendukung

Pada An, MW didapatkan gejala demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan
kesadaran yaitu menjadi somnolen.
Dasar yang tidak mendukung

Rangsang meningeal negative, tidak ada fotofobia,


b. Epilepsi
Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x
dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya listrik paroksismal dalam
neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.Penyebab tersering
epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress, alkool,
dan kadang- kadang stimuli seperti cahata televis atau lampu disko.
Dasar yang mendukung

Terdapat kejang yang bersifat umum (tonik klonik)


12

Dasar yang tidak mendukung :


Terdapat demam sebelum kejang, dalam 1 tahun terjadi 1x kejang.
USULAN PEMERIKSAAN ANJURAN :
-

PCR deteksi

asam nukleat rotavirus

Biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial

Analisisgas darahmengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan
dehidrasi

EEG melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang

PENATALAKSANAAN
Non-Medika mentosa:
- Tirah baring
- Makan diet lunak
- Oksigen 2L/menit
Medikamentosa
- IVFD NaCL 200ml/1 jam, di lanjutkan dengan KAEN 3B + KCL 10 mEq 12 tpm
Kebutuhan cairan

: 30 ml/kgIV dalam jam pertama


70 ml/ kg IV dalam 2 jam berikutnya

Kebutuhan cairan pasien : 270 ml/jam IV dalam jam pertama


630 ml/ jam IV dalam 2 jam berikutnya
Jenis cairan

: Ringer Laktat

KA-EN 3B

: larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit


yang mengandung kalium

Keb. cairan maintenance : 10 kgBB I = 100 ml/kg BB/ 24 jam


Cairan maintance pasien : 900 ml/24 jam (12 tpm)
- Phenitoin 125 mg drip dalam NaCL 250cc/4 jam, kemudian di turunkan dosis kepada 2x25mg
dalam NaCL 250cc

13

Dosis awal :10 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit


Dosis untuk pasien : 135 mg/kg IV
Dosis maintenance :4-8 mg/kg/hari 12 jam setelah dosis awal
Dosis untuk pasien : 45 mg/kg/hari dalam NaCl 250 cc
- Cephalexin 2x500 mg iv diencerkan
Dosis

: 25 - 50 mg/kgBB IV (2x sehari)

Dosis untuk pasien : 450 mg IV (2x sehari)


- Metamizole Na0,4 cc k/p
Dosis

:0.1 0.5 cc

Dosis untuk pasien : 0.4 cc


- Zinc tablet
Dosis zinc

: usia> 6 bulan = 20 mg

Dosis untuk pasien : 20 mg (1x sehari)

Edukasi
1. Kejang demam
-

tetap tenang dan tidak panik

kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

Tetap bersama pasien selama kejang

Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

14

2. Diare
-

Orang tua harus diajarkan cara memberi larutan oralit jika dirumah terjadi diare lagi

Menyediakan air minum dan makanan yang bersih

Selalu mencuci botol susu kemudian merebusnya

Membuat susu yang baik dan benar, yaitu dengan cara panaskan air sampai mendidih,
masukkan ke dalam termos, tunggu sampai suhu 60-80C, lalu tuangkan ke dalam botol
susunya. Jangan memasukkan air ketika mendidih ke dalam botol susu, karena susu dapat
rusak.

Jangan mengocok botol susu dengan tangan dan tanpa tutupnya

Mencuci tangan anak sebelum dan sesudah makan, jika anak sudah belajar makan sendiri

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

15

FOLLOW UP
Tanggal 26 Desember 2014 (hari pertama perawatan)
Jam

Kesadaran

TD

Nadi (x/m)

RR (x/m)

SPO2 (%)

Suhu

12.00

CM

105/52

130

32

100

39

13.00

CM

105/52

145

30

99

39

14.00

CM

90/43

123

29

99

38

15.00

CM

85/41

121

28

98

38.3

16.00

CM

88/40

120

28

99

37.6

17.00

CM

98/46

130

30

100

37.2

18.00

CM

99/52

133

27

98

38

19.00

CM

94/42

127

36

98

37.5

20.00

CM

111/55

134

30

98

37.6

21.00

CM

106/56

130

30

99

38.1

22.00

CM

106/47

134

31

99

38

23.00

CM

106/64

136

30

99

37.3

0.00

CM

100/51

131

29

99

37

01.00

CM

97/52

136

30

99

37.4

02.00

CM

100/52

130

30

99

37

03.00

CM

98/52

134

27

99

37.2.

04.00

CM

95/47

135

34

99

38.5

05.00

CM

93/47

135

34

99

37.4

06.00

CM

94/47

146

38

99

37.7

Balance cairan :input : 360 + 688 + 610 = 1658 cc


output : 31 + 451 +750 = 1232 cc
Resume observasi:
TD

: 93/47 106/64

Nadi

: 121- 146

RR

: 27-38

Suhu

: 37.2 39
16

Tanggal 27 Desember 2014 (hari kedua perawatan)


S

: Pasien BAB cair 3x sehari, tidak mau minum susu LLM, mau makan tapi hanya sedikit.

Kesadaran : compos mentis


Suhu : 37.3 39.1 0C
Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg
Nadi : 121 145 x/menit
Frekuensi nafas : 28 35 x/menit
Balance cairan
Pagi :Input: 518 + 312 + 500 = 1330 cc
Output : 436 + 30 + 285.5 = 751.5 cc
A

:Gastroenteritis Akut dengan dehidrasi berat dalam perbaikan

:
Phenitoin 2x 25 m drip IV dalam NaCl 25 cc
Cephalexin 2 x 500 IV
Metamizole 0.4 cc
KCl/ KSR 2 x 1 py
Nifuroxazide 3x cth
Paracetamol syrrup 3 x cth

Tanggal 28 Desember 2014 (hari ketiga perawatan)


S

:Terakhir BAB jam 05.30, sedikit cair, ada ampas. Tidak demam, tidak ada muntah, tidak
ada batuk.

: Kesadaran : CM, KU : tampak sakit ringan


Suhu 36.90C
Nadi 106x/mnt
RR 42x/mnt
17

Thorax:
I Datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-)
P Nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan
P Sonor di seluruh lapangan paru
A Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
I Ictus cordis tidak terlihat
P ictus cordis pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.
P Tidak dapat dinilai
A BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I Datar, tidak tampak massa
P nyeri tekan (-)
P Timpani di seluruh lapangan abdomen
A Bising usus (+)
A
P

: Gastroenteritis Akut dengan perbaikan


: Phenitoin 2 x 10 mg drip
Cephalexin 2 x 500 mg injeksi IV
Nifuroxazide 3x cth
Paracetamol syrrup 3 x cth

18

ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosa menderita gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
suspek e.c Rotavirus dan Kejang demam sederhana. Dasar diagnosis tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut;
Menurut IDAI, diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali
per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pasien menunjukkan tanda- tanda dehidrasi berat,
sesuai dengan kriteria MMWR tahun 2003 yaitu ubun- ubun cekung, mata cekung, mukosa
mulut kering, lidah dan bibir kering, turgor kulit pasien menurun, CRT < 2 detik.Karakteristik
tinja pasien berwarna kuning kehijauan, berbau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien
juga demam, sehingga mengarah kepada diare yang disebabkan Rotavirus. Hasil pemeriksaan
makroskopis tinja pada tanggal 27 Desember 2014 menunjukkan tidak ada leukosit dan eritrosit
pada tinja, serta tidak ada amoeba.
Definisi kejang demam menurut IDAI adalah Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.Kejang demam terjadi pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun. Klasifikasi kejang
demam adalah:
A. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
B. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pada pasien didapatkan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum, tidak berulang dalam waktu 24 jam. Hal- hal tersebut sesuai dengan
kriteria kejang demam sederhana.

19

Pada kasus ini diagnosis banding untuk gastroenteritis adalah shigellosis dan
amebiasis.Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,
terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya sering,
konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja berwarna merah
kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja. Pada pasien ini terdapat diare, demam,
muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi tinja sering. Tetepi pada pemeriksaan
makroskopik tidak terdapat leukosit dalam tinja, dan warna tinja bukan merah kehijauan.
Amoebiasis dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai
sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare seringkali
dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak lendir dengan sedikit
leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang berakhir beberapa hari sampai
beberapa minggu, relaps sering pada individu yang tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba
disertai dengan serangan demam mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat
dehidrasi dan gangguan elektrolit. Pada pasien terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi
berat dan gangguan elektrolit. Akan teteapi tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada
pemeriksaan mikroskopik tinja tidak ditemukan amoeba.
Untuk kejang demam sederhana diagnosis banding yang diambil adalah meningitis dan
epilepsy Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya
disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran indeksi dari
tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian atas. Gambaran klinis
yang ditemukan antaralain; gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala,
penurunan kesadaran, dan muntah.Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat, Demam
akibat infeksi, fotofobia, kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal).Pada pasien didapatkan gejala
demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan kesadaran yaitu menjadi somnolen.Pada pasien
angsang meningeal negative, dan tidak ada fotofobia, Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya
kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya
listrik paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.
Penyebab tersering epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress,
alkool, dan kadang- kadang stimuli cahaya. Pada pasien terdapat kejang yang bersifat umum
(tonik klonik), namun kejang baru terjadi sebanyak 1x dan terdapat demam sebelum kejang.
20

Anjuran pemeriksaan pada kasus ini adalah PCR yang digunakan untuk mendeteksi asam
nukleat rotavirus, biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial shigellosis, analisis gas darah
unutk mengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan dehidrasi, dan EEG
melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang.
Berdasarkan IDAI terapi yang diberikan pada semua kasus diare yang diderita anak balita
adalah :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Ketentuan pemberian oralit formula baru:

Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan
24 jam.

Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut : Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali
BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari


Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara berkembang dan


dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian penyakit
infeksi yang serius.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak ssehar untuk mencegah
kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.
4. Antibiotik selektif

21

5. Nasihat kepada orang tua


Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Menurut IDAI pengobatan diare yang disertai dehidrasi berat adalah menggunakan TRP
(terapi rehidrasi parenteral).Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan
dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, diLanjutkan
5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1 tahun 12 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 12 jam
berikutnya 70 cc/kgBB. Pada pasien ini dapat diberikan IVFD ringer laktat 270 cc dalam jam
dan dilanjutkan dengan 630 cc dalam 2 jam berikutnya. KA-EN 3B merupakan larutan
rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit.
Pada kasus ini pasien tiba di RS dengan keadaan tidak kejang maka menurut konsensus
penatalaksanaan kejang demam IDAI denganpemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8
jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.Jadi pasien ini dapat
diberikan diazepam oral 2.7 mg (3x1) atau diazepam rektal 3.5 mg (3x1) jika suhu > 38,5 0C.
Prognosis ad vitam adalah dubia ad bonam, karena pemberian terapi cairan secara dini
akan menurunkan angka mortalitas. Ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena didapatkan
perbaikan klinis yang bermakna pada follow up. Ad sanationamnya adalah dubia ad bonam
karena dengan edukasi yang tepat kepada orang tua pasien maka kemungkinan kejadian ulang
diare dengan dehidrasi berat adalah kecil.
Pada hari pertama tanggal 26 Desember 2014, pasien diobservasi di ruang HCU RSSD.
Pasien demam tinggi pada waktu mulai masuk ruang perawatan, dan dalam 18 jam berikutnya,
suhu tubuh pasien naik turun, dengan suhu tertinggi 390C dan suhu terendah 37,2 0C. Kesadaran
pasien compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan tekanan darah antara 93/47
sehingga 106/64 mmHg. Bacaan nadi pula antara 121-146 kali permenit, frekuensi napas antara
27-38 kali permenit, dan suhu antara 37,2 39 0C. Input cairan selama 24 jam adalah 1658 cc
sementara output pula sebanyak 1232 cc.
Pada hari kedua tanggal 27 desember 2014, pasien mengeluh BAB cair 3x sehari, nafsu
makan menurun dan tidak mau minum susu LLM. Pasien juga sempat mengalami demam.
22

Kesadaran kompos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan suhu : Suhu : 37.3
39.1 0C, Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg, Nadi : 121 145 x/menit, Frekuensi nafas : 28
35 x/menit dan balance cairan 1330 751,5 = 578,5 cc. Pasien diberikan pengobatan berupa
Phenitoin 2x 25 mg drip IV dalam NaCl 25 cc sebagai pengobatan kejang, Ceftriaxone 2 x 500
IV (antibiotic), Metamizole 0.4 cc, KCl/ KSR 2 x 1 py, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol
syrrup 3 x cth sebagai obat demam.
Pada hari ketiga tanggal 28 desember 2014, pasien memaklumkan BAB kali terakhir
sedikit cair disertai ampas. Pasien juga menyangkal ada muncul demam, mual atau muntah
dalam 24 jam terakhir. Keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,
Suhu direkodkan 36.90C, Nadi : 106x/mnt, frekuensi napas : 42x/mnt. Pada pemeriksaan fisik,
pada inspeksi torak ditemukan keadaan datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-). Pada
palpasi ditemukan nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan. Pada perkusi ditemukan sonor di
seluruh lapangan paru. Auskultasi pula ditemukan suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (/-). Pada pemeriksaan jantung pula, inspeksi : ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : ictus cordis
pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.. Perkusi : Tidak dapat dinilai.
Auskultasi : BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-). Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan pada
inspeksi : datar, tidak tampak massa. Palpasi : nyeri tekan (-). Perkusi : Timpani di seluruh
lapangan abdomen. Auskultasi : Bising usus (+). Pasien mendapat pengobatan berupa : Phenitoin
2 x 10 mg drip, Ceftriaxon 2 x 500 mg injeksi IV, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol syrrup
3 x cth.

23

TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Penjelasan
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun.Kejang disertai demam pada
bayi berumur kurnag dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkian lain misalnya infeksi SSP atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam.
Klasifikasi
C. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
D. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemerksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium yang
dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah
24

B. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairans erebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu
pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
C. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat mem- prediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan ke- mungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan
D. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
Prognosis
-

Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis


Kejadian

kecacatan

sebagai

komplikasi

kejang

demam

tidak

pernah

dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien


yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan
kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

25

Kemungkinan mengalami kematian


Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan

Kemungkinan berulangnya kejang demam


Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat fak- tor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam
hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun
pertama.

Penatalaksanaan Saat Kejang


Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,30,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal
dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7.5 mg untuk anak di atas usia 3
tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam
rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberi- kan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.

26

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Pemberin Obat Pada saat Demam
-

Antipiretik
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali
sehari

Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal
dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C .

Edukasi

Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

Memberitahukan cara penanganan kejang.

Memberikaninformasimengenaikemungkinan kejang kembali

Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping.

27

Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Berat


Definisi
Diare akut atau gastroenteritis akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu
Penjelasan
Merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di
bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan
sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.Cara penularan diare pada
umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Penyebab

Bakteri
Aeromonas
Salmonella
Bacillus cereus
Shigella
Campylobacter jejuni
Staphylococcus aureus
Clostridium
perfringens
Vibrio cholera
Clostridium defficile
Vibrio
parahaemolyticus
Escherichia coli
Yersinia enterocolitica
Plesiomonas
shigeloides

Virus
Astrovirus
Rotavirus
Calcivirus (Norovirus,
Sapovirus)
Norwalk virus
Enteric adenovirus
Herpes simplex virus
Coronavirus
Cytomegalovirus

Parasit
Balantidium coli
Giardia lamblia
Blastocystis homonis
Isospora belli
Cryptosporidium
parvum
Strongyloides
stercoralis
Entamoeba histolytica
Trichuris trichiura

28

Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:

lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah.

Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya.

Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 8 jam terakhir.

Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.

Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,
campak.

Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan

riwayat imunisasinya.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa:

tanda-tanda vital dan kondisi pertumbuhan anak seperti berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.

tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tandatanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.

Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan
derajat dehidrasi yang terjadi.

Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan penunjang perlu diperiksa

Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah.

Tinja : makroskopis dan mikroskopis

29

Derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi menurut MMWR 1992 :
Simptom

Minimal atau tanpa dehidrasi


kehilangan BB < 3%

Dehidrasi Ringan - Sedang,


Kehilangan BB 3 % - 9 %

Dehidrasi Berat Kehilangan


BB > 9%

Kesadaran

Baik

Normal, lelah, gelisah, irritable

Apathis, letargi, tidak sadar

Denyut
jantung

Normal

Normal - meningkat

Takikardi, bradikardia
pada kasus berat

Kualitas nadi

Normal

Normal melemah

Lemah, kecil, tidak teraba

Normal cepat

Dalam

Pernapasan

Normal

Mata

Normal

Sedikit cowong

Sangat cowong

Air mata

Ada

Berkurang

Tidak ada

Mulut dan
lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Cubitan kulit

Segera kembali

Kembali < 2 detik

Kembali > 2 detik

Capillary
refill

Normal

Memanjang

Memanjang, minimal

Extremitas

Hangat

Dingin

Dingin, mottled, sianotik

Kencing

Normal

Berkurang

Minimal

30

Pengobatan
Non medika mentosa
1. Terapi rehidrasi

31

2. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit


Hiponatremia (Na <155 Meq/L)

125 Kadar Na serum x 0.6 x BB (diberikan dalam 24 jam)

Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L)

Kadar K 2,5 -3,5 mEq/L, berikan KCL 75 mEq/kgBB per oral per hari di bagi
kepada 3 dosis

Bila <2,5 mEq/L, berikan KCL drip intravena dengan dosis


o 3,5 kadar K x BB X 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama
o 3,5 kadar K x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya

3. Seng
WHO dan UNICEF telah menganjurkan penggunaan seng pada anak dengan diare
dengan dosis 20 mg perhari selama 10 14 hari, dan pada bayi <6 bulan dengan dosis 10
mg perhari selama 10 14 hari
4. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan
untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang.
Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase penyembuhan.Anak tidak boleh
dipuasakan, makanan deberikan dalam porsi kecil tetapi sering (6x sehari), rendah serat,
dan permberian buah-buahan seperti pisang.
Medika mentosa
Antibiotik

Kolera (tetracycline 12,5mg/kgBB, 4x sehari selama 3 hari)

Shigella dysentri (ciprofloxacine 15 mg/kgBB, 2x sehari selama 3 hari)

Amoebiasis (metronidazole 10 mg/kgBB, 3x sehati selama 5 hari)

Giardiasis (metronidazole 5 mg/kgBB, 3x sehari selama 5 hari)

32

Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini.Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

Pemberian ASI yang benar.

Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.

Penggunaan air bersih yang cukup.

Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang


air besar dan sebelum makan.

Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota


keluarga.

Membuang tinja bayi yang benar.

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu ( host ).


Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain:

Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.

Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan


dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

Imunisasi campak.

33

Anda mungkin juga menyukai