...
..
............................
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap :An. MW
Agama : Islam
Ibu : Ny.SH
Usia : 40 tahun
Pendidikan :SMA
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Wiraswasta
A. ANAMNESIS
Diambil dari :Alloanamnesa (ibu pasien), pada tanggal 29-12-2014, jam: 11.00 WIB
Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan : Pasien demam 2 hari sebelum masuk RS dan kejang sebanyak 1x
( - ) Meningoencephalitis
( - ) Kejang Demam
( - ) Tuberculosis
( - ) Pneumonia
( - ) Alergi lainnya :
( - )Asma
( - ) Alergi Rhinitis
( - ) Gastritis
( - ) Diare Kronis
( - ) Amoebiasis
( - ) Disentri
( - ) Kolera
( - ) Difteri
( - ) Tifus Abdominalis
( - ) DHF
( - ) Polio
( - ) Cacar Air
( - ) Campak
( - )Batuk Rejan
( - ) Tetanus
( - ) ISK
( - ) Kecelakaan
( - ) Glomerulonefritis
( - ) Sindroma Nefrotik
( - ) Lain-lain
2
Ya
Tidak
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Hipertensi
Diabetes
Kejang Demam
Demam berdarah
Hubungan
:Tidak ada
Kelahiran
Tempat kelahiran
:Rumah Bersalin
:Normal
Masa gestasi
:cukup bulan
Keadaan bayi
: 3.300 gram
Langsung menangis
Tidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejang
Kelainan bawaan
:Tidak ada
Riwayat perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama
: 4 bulan
Psikomotor
-
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 8 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berbicara
: 12 bulan
Dasar (Umur)
+
2 bulan
3 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
Saat
2 bulan
4 bulan
+
6 bulan
lahir
Campak
Hepatitis B
Saat
1 bulan
6 bulan
lahir
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Nutrisi
Susu
Makanan padat
: 13 bulan
Makanan sekarang
: Pasien mau makanan padat berupa nasi lunak bersama sop daging atau
sayuran. Ibu pasien jarang memberikan buah. Pasien masih minum ASI
dan tidak mau minum susu formula.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : Tidak diukur
Denyut nadi
: 130 x/ menit
: 32x/menit
Antropometi
Lingkar kepala
: 46cm
Lingkar dada
: 48 cm
: 16 cm
Berat badan
: 9,1 kg
Tinggi badan
: 85 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
:Normocephalic, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, ubunubun cekung
Mata
Telinga
: Kedudukan simetris, Mata cekung, Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/: Bentuk normal, liang telinga lapang, tampak sedikit serumen, membran timpani
utuh.
Hidung
: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Sekret tidak ada. Pernapasan cuping
hidung tidak ada.
Bibir
: tampak kering
Mulut
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
:Permukaan dada simetris ada statis dan dinamis, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak ada retraksi, vocal fremitus kiri = kanan.
Perkusi
: Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati pada interkostalis ke- 6,
peranjakan sebesar 2 cm
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tidak ada
splenomegali
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Kulit
Kulit
: Warna sawo matang, tidak ada ptechiae, tidak ada lesi, tidak ada bisul.
KGB
C. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis
Refleks Biceps
Positif
Refleks Triceps
Positif
Refleks Patella
Positif
Refleks Achilles
Positif
: (-)
Refleks Babinsky
Negatif
Negatif
Klonus Patella
Negatif
Rangsang Meningeal
:(-)
Kaku kuduk
Negatif
Brudzinski I
Negatif
Brudzinki II
Negatif
Kernig
Negatif
Lasague
Negatif
Leukosit
: 10.500/ uL (5.000-10.000)
Ht
: 31 % (42-52)
Trombosit
: 390000 / uL (150.000-450.000)
Elektrolit
kalium
natrium
: 1,9mmol/L (3,5-5,5)
klorida
: 94 mmol/L (93-110)
glukosa sewaktu
: hijau
Konsistensi
: lunak
8
Darah
:-
Lendir
:-
Mikroskopis
Leukosit
: 0-2
Eritrosit
: 0-1
Telur cacing
:-
Kristal
:-
Amoeba
:-
Pencernaan amylum
:-
Asam urat
:-
Lemak
:+
Sisa tumbuhan
:-
Sisa daging
:-
Bakteri
:+
Jamur
:-
:130 mmol/L(135-145)
Kalium
Klorida
: 98 mmol/L (93-110)
RESUME
Anak laki- laki, 18 bulan datang dengan keluhan diare sejak 3 hari SMRS. Dalam 1 hari pasien
dapat BAB cair 5x atau lebih. Tinja berwarna kehijauan baunya langu, ada ampas, tidak ada
darah dan lendir. Pasien juga demam, dan pernah kejang sebanyak satu kali. Kejang berlangsung
dibawah 5 menit dan tidak berulang kembali. Nafsu makan dan minum menurun. BAK
berkurang jumlahnya dan warnanya sedikit lebih gelap. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
9
pasien tampak sakit berat, keadaan umum lemah, ubun- ubun cekung, mata cekung, turgor kulit
menurun, mukosa bibir dan lidah tampak kering. Paru dan jantung dalam batas normal. Terdapat
peningkatan bising usus pada auskultasi abdomen. Hasil pemeriksaan penunjang terdapat
leukositosis (10,500), penurunan Ht (31%), hipokalemia (127 mmol/L), hiponatremia
(130mmol/L).
DIAGNOSIS KERJA
1. Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat suspek e.c Rotavirus
Dasar yang mendukung :
Pada pasien anak W didapatkan gejala buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari
3x dalam 24 jam yang berlangsung selama 3 hari.Tinja berwarna kuning kehijauan
dengan bau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien juga muntah sebanyak 1x.
Terdapat demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaan umum yang lemah, ubunubun yang cekung, mata juga cekung, turgor kulit yang menurun, mukosa bibir dan lidah
yang kering.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemi dan hiponatremi.
Pada pemeriksan tinja tidak didapatkan eritrosit dan leukosit.Juga tidak ditemukan
amoeba.
2. Kejang Demam Sederhana
Dasar yang mendukung :
Pasien An. W berusia 1 tahun 8 bulan kejang sebanyak 1x, kejang berlangsung <15
menit, tidak berulang dalam 24 jam, setelah kejang tidak didapatkan defisit neurologis.
Kejang yang terjadi adalah kejang umum, dimana mata pasien mendelik dan sekujur
tubuh kaku. Kejang muncul didahului oleh demam. Tidak didapatkan riwayat kejang
sebelumnya.
10
DIAGNOSIS DEFERENSIAL
1. DD untuk Gastroenteritis dengan Dehidrasi Berat
a. Disentri basiler/ Shigellosis
Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,
terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya
sering, konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja
berwarna merah kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja.
Dasar yang mendukung
Terdapat gejala diare, demam, muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi
tinja sering.
Dasar yang tidak mendukung
Terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi berat dan gangguan eletrolit
Dasar yang tidak mendukung
Tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada pemeriksaan mikroskopik tinja tidak
ditemukan amoeba.
11
Fotofobia
Pada An, MW didapatkan gejala demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan
kesadaran yaitu menjadi somnolen.
Dasar yang tidak mendukung
PCR deteksi
Analisisgas darahmengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan
dehidrasi
PENATALAKSANAAN
Non-Medika mentosa:
- Tirah baring
- Makan diet lunak
- Oksigen 2L/menit
Medikamentosa
- IVFD NaCL 200ml/1 jam, di lanjutkan dengan KAEN 3B + KCL 10 mEq 12 tpm
Kebutuhan cairan
: Ringer Laktat
KA-EN 3B
13
:0.1 0.5 cc
: usia> 6 bulan = 20 mg
Edukasi
1. Kejang demam
-
bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
14
2. Diare
-
Orang tua harus diajarkan cara memberi larutan oralit jika dirumah terjadi diare lagi
Membuat susu yang baik dan benar, yaitu dengan cara panaskan air sampai mendidih,
masukkan ke dalam termos, tunggu sampai suhu 60-80C, lalu tuangkan ke dalam botol
susunya. Jangan memasukkan air ketika mendidih ke dalam botol susu, karena susu dapat
rusak.
Mencuci tangan anak sebelum dan sesudah makan, jika anak sudah belajar makan sendiri
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
15
FOLLOW UP
Tanggal 26 Desember 2014 (hari pertama perawatan)
Jam
Kesadaran
TD
Nadi (x/m)
RR (x/m)
SPO2 (%)
Suhu
12.00
CM
105/52
130
32
100
39
13.00
CM
105/52
145
30
99
39
14.00
CM
90/43
123
29
99
38
15.00
CM
85/41
121
28
98
38.3
16.00
CM
88/40
120
28
99
37.6
17.00
CM
98/46
130
30
100
37.2
18.00
CM
99/52
133
27
98
38
19.00
CM
94/42
127
36
98
37.5
20.00
CM
111/55
134
30
98
37.6
21.00
CM
106/56
130
30
99
38.1
22.00
CM
106/47
134
31
99
38
23.00
CM
106/64
136
30
99
37.3
0.00
CM
100/51
131
29
99
37
01.00
CM
97/52
136
30
99
37.4
02.00
CM
100/52
130
30
99
37
03.00
CM
98/52
134
27
99
37.2.
04.00
CM
95/47
135
34
99
38.5
05.00
CM
93/47
135
34
99
37.4
06.00
CM
94/47
146
38
99
37.7
: 93/47 106/64
Nadi
: 121- 146
RR
: 27-38
Suhu
: 37.2 39
16
: Pasien BAB cair 3x sehari, tidak mau minum susu LLM, mau makan tapi hanya sedikit.
:
Phenitoin 2x 25 m drip IV dalam NaCl 25 cc
Cephalexin 2 x 500 IV
Metamizole 0.4 cc
KCl/ KSR 2 x 1 py
Nifuroxazide 3x cth
Paracetamol syrrup 3 x cth
:Terakhir BAB jam 05.30, sedikit cair, ada ampas. Tidak demam, tidak ada muntah, tidak
ada batuk.
Thorax:
I Datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-)
P Nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan
P Sonor di seluruh lapangan paru
A Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
I Ictus cordis tidak terlihat
P ictus cordis pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.
P Tidak dapat dinilai
A BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I Datar, tidak tampak massa
P nyeri tekan (-)
P Timpani di seluruh lapangan abdomen
A Bising usus (+)
A
P
18
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosa menderita gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat
suspek e.c Rotavirus dan Kejang demam sederhana. Dasar diagnosis tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut;
Menurut IDAI, diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali
per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pasien menunjukkan tanda- tanda dehidrasi berat,
sesuai dengan kriteria MMWR tahun 2003 yaitu ubun- ubun cekung, mata cekung, mukosa
mulut kering, lidah dan bibir kering, turgor kulit pasien menurun, CRT < 2 detik.Karakteristik
tinja pasien berwarna kuning kehijauan, berbau langu, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien
juga demam, sehingga mengarah kepada diare yang disebabkan Rotavirus. Hasil pemeriksaan
makroskopis tinja pada tanggal 27 Desember 2014 menunjukkan tidak ada leukosit dan eritrosit
pada tinja, serta tidak ada amoeba.
Definisi kejang demam menurut IDAI adalah Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.Kejang demam terjadi pada anak berumur 6 bulan- 5 tahun. Klasifikasi kejang
demam adalah:
A. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
B. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pada pasien didapatkan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum, tidak berulang dalam waktu 24 jam. Hal- hal tersebut sesuai dengan
kriteria kejang demam sederhana.
19
Pada kasus ini diagnosis banding untuk gastroenteritis adalah shigellosis dan
amebiasis.Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit,
terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya sering,
konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja berwarna merah
kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja. Pada pasien ini terdapat diare, demam,
muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi tinja sering. Tetepi pada pemeriksaan
makroskopik tidak terdapat leukosit dalam tinja, dan warna tinja bukan merah kehijauan.
Amoebiasis dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai
sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare seringkali
dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak lendir dengan sedikit
leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang berakhir beberapa hari sampai
beberapa minggu, relaps sering pada individu yang tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba
disertai dengan serangan demam mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat
dehidrasi dan gangguan elektrolit. Pada pasien terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi
berat dan gangguan elektrolit. Akan teteapi tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada
pemeriksaan mikroskopik tinja tidak ditemukan amoeba.
Untuk kejang demam sederhana diagnosis banding yang diambil adalah meningitis dan
epilepsy Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya
disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran indeksi dari
tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian atas. Gambaran klinis
yang ditemukan antaralain; gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala,
penurunan kesadaran, dan muntah.Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat, Demam
akibat infeksi, fotofobia, kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal).Pada pasien didapatkan gejala
demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan kesadaran yaitu menjadi somnolen.Pada pasien
angsang meningeal negative, dan tidak ada fotofobia, Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya
kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya
listrik paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda.
Penyebab tersering epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress,
alkool, dan kadang- kadang stimuli cahaya. Pada pasien terdapat kejang yang bersifat umum
(tonik klonik), namun kejang baru terjadi sebanyak 1x dan terdapat demam sebelum kejang.
20
Anjuran pemeriksaan pada kasus ini adalah PCR yang digunakan untuk mendeteksi asam
nukleat rotavirus, biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial shigellosis, analisis gas darah
unutk mengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan dehidrasi, dan EEG
melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang.
Berdasarkan IDAI terapi yang diberikan pada semua kasus diare yang diderita anak balita
adalah :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Ketentuan pemberian oralit formula baru:
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan
24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut : Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali
BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
21
Kesadaran kompos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan suhu : Suhu : 37.3
39.1 0C, Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg, Nadi : 121 145 x/menit, Frekuensi nafas : 28
35 x/menit dan balance cairan 1330 751,5 = 578,5 cc. Pasien diberikan pengobatan berupa
Phenitoin 2x 25 mg drip IV dalam NaCl 25 cc sebagai pengobatan kejang, Ceftriaxone 2 x 500
IV (antibiotic), Metamizole 0.4 cc, KCl/ KSR 2 x 1 py, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol
syrrup 3 x cth sebagai obat demam.
Pada hari ketiga tanggal 28 desember 2014, pasien memaklumkan BAB kali terakhir
sedikit cair disertai ampas. Pasien juga menyangkal ada muncul demam, mual atau muntah
dalam 24 jam terakhir. Keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,
Suhu direkodkan 36.90C, Nadi : 106x/mnt, frekuensi napas : 42x/mnt. Pada pemeriksaan fisik,
pada inspeksi torak ditemukan keadaan datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-). Pada
palpasi ditemukan nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan. Pada perkusi ditemukan sonor di
seluruh lapangan paru. Auskultasi pula ditemukan suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (/-). Pada pemeriksaan jantung pula, inspeksi : ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : ictus cordis
pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.. Perkusi : Tidak dapat dinilai.
Auskultasi : BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-). Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan pada
inspeksi : datar, tidak tampak massa. Palpasi : nyeri tekan (-). Perkusi : Timpani di seluruh
lapangan abdomen. Auskultasi : Bising usus (+). Pasien mendapat pengobatan berupa : Phenitoin
2 x 10 mg drip, Ceftriaxon 2 x 500 mg injeksi IV, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol syrrup
3 x cth.
23
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Penjelasan
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun.Kejang disertai demam pada
bayi berumur kurnag dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkian lain misalnya infeksi SSP atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam.
Klasifikasi
C. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam.
D. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemerksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium yang
dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah
24
B. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairans erebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu
pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
C. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat mem- prediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan ke- mungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan
D. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
Prognosis
-
kecacatan
sebagai
komplikasi
kejang
demam
tidak
pernah
25
26
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Pemberin Obat Pada saat Demam
-
Antipiretik
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali
sehari
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal
dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C .
Edukasi
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping.
27
Bakteri
Aeromonas
Salmonella
Bacillus cereus
Shigella
Campylobacter jejuni
Staphylococcus aureus
Clostridium
perfringens
Vibrio cholera
Clostridium defficile
Vibrio
parahaemolyticus
Escherichia coli
Yersinia enterocolitica
Plesiomonas
shigeloides
Virus
Astrovirus
Rotavirus
Calcivirus (Norovirus,
Sapovirus)
Norwalk virus
Enteric adenovirus
Herpes simplex virus
Coronavirus
Cytomegalovirus
Parasit
Balantidium coli
Giardia lamblia
Blastocystis homonis
Isospora belli
Cryptosporidium
parvum
Strongyloides
stercoralis
Entamoeba histolytica
Trichuris trichiura
28
Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah.
Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 8 jam terakhir.
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,
campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan
riwayat imunisasinya.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa:
tanda-tanda vital dan kondisi pertumbuhan anak seperti berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tandatanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan
derajat dehidrasi yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan penunjang perlu diperiksa
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah.
29
Derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi menurut MMWR 1992 :
Simptom
Kesadaran
Baik
Denyut
jantung
Normal
Normal - meningkat
Takikardi, bradikardia
pada kasus berat
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Normal cepat
Dalam
Pernapasan
Normal
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Mulut dan
lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Capillary
refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Extremitas
Hangat
Dingin
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
30
Pengobatan
Non medika mentosa
1. Terapi rehidrasi
31
Kadar K 2,5 -3,5 mEq/L, berikan KCL 75 mEq/kgBB per oral per hari di bagi
kepada 3 dosis
3. Seng
WHO dan UNICEF telah menganjurkan penggunaan seng pada anak dengan diare
dengan dosis 20 mg perhari selama 10 14 hari, dan pada bayi <6 bulan dengan dosis 10
mg perhari selama 10 14 hari
4. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan
untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang.
Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase penyembuhan.Anak tidak boleh
dipuasakan, makanan deberikan dalam porsi kecil tetapi sering (6x sehari), rendah serat,
dan permberian buah-buahan seperti pisang.
Medika mentosa
Antibiotik
32
Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini.Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
Imunisasi campak.
33