Disusun sebagai salah satu syarat untuk gelar profesi dokter pada Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Jakarta
Disusun Oleh :
Fidel Hermanto
406161008
Pembimbing :
AKBP dr. Winres Sapto Priambodo, SpA
1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Sabrina Desvinda Bunda
Umur : 9 Tahun 6 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kelinci 1, No.364, Semarang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Ruang : Seruni R.207
Masuk Rumah Sakit : 5 Juli 2017
No.RM : 17.07.145415
Jaminan : BPJS Kelas III
Keluhan utama:
Muntah
Riwayat Prenatal
Ibu pasien memeriksakan kandungannya ke bidan 1 kali setiap bulan sampai usia kehamilan
8 bulan, selanjutnya 2 kali setiap bulan sampai persalinan. Ibu pasien tidak pernah
mengkonsumsi obatobat selama kehamilan selain vitamin dan tidak pernah mengalami sakit
serius selama masa kehamilan.
Kesan : Riwayat pemeliharaan perinatal baik
Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu dengan G2P1A0, hamil 38 minggu,
lahir secara partus spontan, persalinan ditolong oleh dokter di rumah sakit, anak lahir
langsung menangis.
3
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 51 cm
Tanpa cacat bawaan
Kesan : Neonatus aterm
4
Riwayat Imunisasi
Jenis Umur Pemberian Vaksin
Vaksin Bulan Tahun
Lh 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6
r
Hep B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
BCG 1
DPT 1 2 3 4 5
HiB 1 2 3 4
Campak 1 2 3
Kesan : Jadwal imunisasi lengkap
Pemeriksaan Sistem
5
Hidung : Bentuk normal, mukosa merah muda, nafas cuping hidung (-
/-), sekret (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (+), Sianosis (-), Lidah kotor (-)
Thoraks :
Paru-paru
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Teraba iktus kordis di ICS V MCL sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS VI sternal line dextra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
Batas jantung atas : ICS III PSL sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar dan simetris
Auskultasi : Bising usus (+) 17x/menit
Perkusi : Timpani di semua kuadran
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, pembesaran hepar dan `
lien (-)
6
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Neurologis
- Pemeriksaan Rangsang Meningeal
o Kaku kuduk : (-) tidak terdapat tahanan
o Brudzinsky I : (-) kedua tungkai tidak fleksi
o Brudzinsky II : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Brudzinsky III : (-) tangan tidak fleksi
o Brudzinsky IV : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak terdapat
hambatan
Kesan : Pemeriksaan Neurologis masih dalam batas normal
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 6 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hematokrit 39,9 37 43 %
MCV 82,3 80 97 m3
MCH 27,6 26,5 33,5 Pg
MCHC 33,6 31,5 35,0 g/dl
RDW 11,8 10 15 %
MPV 8,7 6,5 11,0 m3
PDW 10,4 10,0 18,0 %
Hemoglobin 13,4 13,0 18,0 g/dL
Eritrosit 4,85 4,5 5,5 juta /mm3
Trombosit 326.000 150.000 450.000 /mm3
Leukosit 22.300 4.000 11.000 /mm3
Kesan : Leukositosis
7
IV. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 9 tahun 6 bulan, Berat badan 34 kg, Tinggi badan 132 cm.
8
BMI = 34 / (1,32 x 1,32) = 19,51
Kesan : Berat badan/umur = normal
Panjang badan/umur = normal
BMI/umur = berisiko gizi lebih
9
V. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 9 tahun 6 bulan, berat badan 34 kg,
tinggi badan 132 cm, yang datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan muntah
sejak pagi hari. Muntah lebih dari 5 x berisi makanan. Keluhan lainnya yaitu pusing
berputar dan nafsu makan menurun. Pada saat di IGD pasien tampak lemas dan
gelisah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan wajah pucat, mata cekung, bibir kering,
dan nyeri tekan epigastrium. Hasil laboratorium didapatkan leukositosis.
IX. PENATALAKSANAAN
IGD
- Infus RL 200cc loading
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Ranitidin 4/5 amp
- Injeksi Ondansentron 4 mg
BANGSAL
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Cefotaxime 3 x 500 mg
- Injeksi Ondansentron 3 x 3 mg
10
Non Medikamentosa
- Istirahat Total
- Banyak minum air mineral atau jus buah
X. EVALUASI
- Keadaaan umum dan tanda-tanda vital
- Awasi tanda-tanda dehidrasi
- Awasi timbulnya komplikasi
XI. KOMPLIKASI
- Syok hipovolemik
- Hipokalemi
XII. EDUKASI
- Anak harus istirahat cukup
- Banyak minum air putih atau jus buah
- Jangan jajan sembarangan
- Hindari aktivitas berlebihan sesudah makan
XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
11
Perjalanan Penyakit
Mata Mata cekung (-) Mata cekung (-) Mata cekung (-)
Thorax :
Cor dbn dbn dbn
Pulmo dbn dbn dbn
Abdomen Supel, timpani, BU (+), Supel, timpani, BU (+), nyeri Supel, timpani, BU
nyeri tekan (-) tekan (-) (+), nyeri tekan (-)
12
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Muntah adalah dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif. Usaha
mengeluarkan isi lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot dinding perut. Secara klinis,
kadang-kadang sulit dibedakan dengan refluks gastroesofagus dan regurgitasi. Refluks
gastroesofagus (RGE) didefinisikan sebagai kembalinya isi lambung kedalam esofagus tanpa
adanya usaha dari bayi atau anak. Apabila isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut,
maka keadaan ini disebut sebagai regurgitasi. Oleh karena itu, muntah pada bayi atau anak
harus dipikirkan pula kemungkinan suatu RGE.
Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang
tidak sengaja tertelan. Muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa
mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.
Pembahasan: Pada kasus ini pasien mengeluarkan isi lambungnya yang berupa makanan
dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.
Etiologi
Etiologi muntah sangat luas, seluruh kelainan yang menyangkut reseptor muntah baik dari
traktus gastrointestinal, berbagai visera (hati, ginjal, pankreas, jantung, paru), canalis
vestibularis, Chemoreceptive Trigger Zone (CTZ) maupun Supraneuron akan dapat
menimbulkan muntah.
Gastroenteritis adalah penyebab utama muntah pada anak. Muntah bisa terjadi akibat
langsung gastroenteritis. Dalam keadaan ini muntah bisa mendahului timbulnya diare sampai
48 jam. Tetapi gejala muntah juga menghilang lebih cepat 12-48 jam setelah diare muncul.
Muntah juga bisa terjadi akibat gangguan metabolik sebagai akibat diare/dehidrasi. Misalnya
akibat asidosis.
Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi. Beberapa penyebab muntah yang sering
ditemukan pada anak, yaitu:
1. Saluran cerna:
13
a. Obstruksi: atresia esofagus, stenosis pilorus, antral web, morbus
hirschsprung, malrotasi usus, volvulus, hiatal hernia, akalasia, ileus
mekonium, intususepsi.
b. Non obstruksi: RGE, gastroenteritis, enterokolitis nefritikans, kalasia
2. Luar saluran cerna : tekanan intrakranial meninggi, infeksi (SSP, saluran napas,
saluran kemih, THT), hidrosefalus, kelainan metabolik
3. Non organik : teknik pemberian minum yang tidak benar, iritasi cairan amnion, obat,
psikogenik, motion sicknes.
Pembahasan: Pada kasus ini tidak ditemukan adanya obstruksi. Kemungkinan muntah
disebabkan oleh infeksi karena hasil lab didapatkan leukositosis.
Patofisiologi
14
Gambar 1. Anatomi Pusat Muntah
15
Gambar 2. Refleks Emesis
Rangsangan muntah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular, aferen cortical yang
lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai nausea, retching, ekpulsi isi lambung.
Gejala gastrointestinal meliputi peristaltik, salivasi, takhipnea, tachikardia.
16
Gambar 3. Refleks Muntah
Respons stereotipik vomiting dimediasi oleh eferen neural pada vagus, phrenic,
dan syaraf spinal. Input untuk syaraf ini berasal dari brain stem vomiting centre.
Centre ini tampaknya bukan merupakan struktur anatomi tunggal, tetapi merupakan jalur
akhir bersama dari reflex yang diprogram secara sentral melalui interneuron medular di
nukleus solitarius dan berbagai-macam tempat disekitar formatio retikularis. Interneuron
tersebut menerima input dari cortical, vagal, vestibular, dan input lain terutama dari area
postrema. Area postrema adalah chemoreceptor trigger zone yang terletak didasar
ventrikel IV diluar sawar otak dan diidentifikasi sebagai sumber yang crucial untuk input
yang menyebabkan vomiting, terutama respons terhadap obat atau toksin.
Fase Muntah
Fase Nausea
Nausea atau mual merupakan sensasi psikis yang tidak nyaman tapi bukan merupakan
sensasi yang menyakitkan yang mendahului rasa atau keinginan untuk muntah yang
disebabkan oleh berbagai stimulus seperti rangsangan organ visera, labirin, maupun emosi.
Fase ini ditandai adanya rasa mual yang disertai gejala otonom seperti produksi air liur
bertambah, berkeringat, pucat, takikardia, atau anoreksia. Selama periode nausea, terjadi
penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi
17
berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan
duedenum kedalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran gastrointestinal
tidak didahului oleh fase nausea.
Fase Retching
Fase ini dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase ini terjadi kekejangan dan
terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot pernafasan dan
diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negatif. Pada waktu yang
bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung, fundus dilatasi sedangkan antrum
dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas
masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase ini terjadi
relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang tadinya sudah masuk kedalam
esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat berlangsung beberapa siklus.
Fase Emesis/ Ekspulsif/ Muntah
Apabila fase retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot abdomen
dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah jika tekanan tersebut dapat mengatasi
mekanisme anti refluks dari sfingter esofagus bagian bawah. Pada fase ini pilorus dan antrum
berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini juga
terjadi perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal serta kontraksi dari diafragma.
Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan positif
intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat dari diafragma yang
menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke dalam esofagus. Bila ekspulsi sudah
terjadi, tekanan intratorakal kembali positif dan diafragma kembali ke posisi normal.
Pembahasan: Pada kasus ini, pasien mengalami fase nausea yang ditandai dengan perubahan
wajah yang memucat serta penurunan nafsu makan/anoreksia. Kemudian, masuk fase
retching dan fase emesis sehingga pasien mengeluarkan isi lambungnya yang berupa
makanan.
Berdasarkan gambaran dari isi lambung (yang dapat berubah sesuai waktu dan
perjalanan penyakit), maka tipe muntahan dapat diidentifikasi menjadi:
18
Alimentary Vomiting
Merupakan muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna atau baru
sebagian dicerna, terkadang dalam jumlah yang berlebih. Tipe ini yang paling sering
didapatkan dan dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah makan. Muntahan ini
paling sering disebabkan karena refluks esofagus, malformasi anatomi dari saluran
cerna bagian atas, atau karena intoleransi makanan. Komplikasi utama akibat tipe
muntahan ini adalah malnutrisi.
Acid Vomiting
Biasanya tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna keputihan dan
mengandung material busa dengan pH<5, yang mungkin terjadi selama atau selesai
makan dan terkadang terjadi pada waktu malam hari. Biasanya disertai dengan adanya
gangguan berupa iritabilitas, kurang istirahat, bayi menangis, dan nyeri epigastrium
atau rasa panas dalam perut pada anak-anak. Tipe ini lebih merupakan penyakit refluk
esofagus dengan komplikasi berupa esofagitis dan striktur peptik (jarang terjadi).
Bilious vomiting
Karakteristik dari tipe muntahan ini adalah ekspulsi dari cairan berwarna hijau
kekuningan yang tebal. Pada bayi dan neonatus, muntahan tipe ini selalu merupakan
tanda yang penting untuk memikirkan adanya total (atresia) atau sebagian (stenosis)
obstruksi saluran cerna yang berada di distal dari ampulla Vater yang membutuhkan
diagnosa pasti dan intensif/subintensif terapi.
Bloody vomiting
Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat diakibatkan oleh
adanya perdarahan yang baru terjadi maupun sedang terjadi pada saluran cerna bagian
atas (esofagus, lambung, atau duodenum). Muntah ini lebih banyak merupakan
komplikasi dari pada manifestasi klinis awal. Intake nonsteroidal anti-inflamatory
drugs (NSAIDs) dapat juga menyebabkan terjadinya muntah ini. Hematemesis
merupakan kegawatdaruratan yang potensial dan selalu harus dievaluasi di rumah sakit.
Apabila perdarahan ringan dan tidak menimbulkan anemia atau perubahan
hemodinamik dapat diberikan obat anti sekretori. Perdarahan dari varises esofagus
19
dapat terjadi sangat masif yang juga merupakan kegawatdaruratan dan harus segera
mendapatkan terapi. Hematemesis tidak selalu berasal dari traktus gastrointestinal,
tetapi dapat juga berasal dari perdarahan tonsil, laring, atau trakea dengan gejala
biasanya darahnya yang keluar sedikit dan disertai gejala sakit tenggorok dan batuk.
Bila muntahan berupa bekuan darah dan berwarna hitam seringkali berasal dari
perdarahan hidung bagian posterior biasanya di indikasi dari lapisan tipis dari darah di
dalam orofaring.
Pembahasan: Pada kasus ini didapatkan muntahan berupa makanan dan tidak
didapatkan adanya darah atau cairan berwarna hijau kekuningan. Pasien juga tidak
mengeluh perutnya terasa panas. Jadi, pada kasus ini tipe muntah berdasarkan bahan
muntahan adalah alimentary vomitting
Diagnosis
Mengingat bahwa muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka
evaluasi diagnosis muntah tergantung pada diferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan
faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Setelah dilakukan
anamnesis lengkap mengenai muntahnya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
penderita, maka untuk membantu penegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang.
Jenis pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan dugaan diagnosis berdasarkan data
anamnesis dan manifestasi klinis.
Anamnesis
Rangkaian pertanyaan yang dapat membimbing kita pada diagnosis yang tepat, sebagai
berikut:
- Usia dan jenis kelamin
- Tentukan lebih dulu, apakah yang dihadapi: spitting, regurgitasi atau muntah
- Kapan mulai muntah
- Derajat/beratnya muntah, kekuatannya (projektil)
- Bagaimana keadaan kesehatan anak: apakah ia menjadi kurus atau penambahan berat
badan normal
- Adakah faktor predisposisi (yang lebih dikenal orang tua) yang menyebabkan timbulnya
muntah ini
20
- Apakah ada penyakit lain yang menyerang anak, seperti hidrosefalus, intoleransi susu,
riwayat operasi abdomen dll.
- Bagaimana bentuk/isi muntahan, apakah seperti susu/makanan asal (isi dari esofagus),
telah merupakan susu yang telah menggumpal (isi lambung) atau mengandung empedu (isi
duodenum) dan adakah darah
- Saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum
- Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi kejadian muntah
- Diperlukan informasi tentang diet: kualitas, kuantitas, ddan frekuensi makan, penting
terutama pada anak kecil
- Bagaimana teknik pemberian minum
- Bagaimana pula kondisi psikososial di rumah: bagaimana sifat ibu, ayah, apakah
pencemas, apakah ada nenek yang sering ngomel.
Pembahasan : Pada anamnesa kasus ini didapatkan keluhan muntah sejak pagi hari. Muntah
lebih dari 5 x berisi makanan berupa nasi. Keluhan lainnya yaitu pusing berputar dan nafsu
makan menurun.
Pemeriksaan Fisik
21
- Keadaan umum: kompos mentis, lethargi, kejang, gejala neurologi yang lain
- Ikterus
- Status hidrasi/sirkulasi: nadi, tensi, berat badan, lingkaran lengan, lingkaran kepala, KMS
- Bila ada tanda infeksi, pikirkan muntah sebagai salah satu gejala infeksi tersebut
- Bercak putih dengan dasar merah pada rongga mulut perlu dipikirkan suatu kandidiasis
oral
- Hipersalivasi pada bayi baru lahir, pikirkan adanya aresia esofagus
- Muntah yang didahului gambaran gerakan peristaltik lambung setelah diberi minum,
pikirkan stenosis pilorus hipertrofik.
- Distensi perut dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan ampula kolaps, perlu
dipikirkan kemungkinan adanya morbus hirschsprung.
- Obstruksi saluran cerna perlu dipikirkan bila ditemukan perut distensi dan bising usus
meningkat pada daerah proksimal dan menurun pada daerah distal.
- Muntah pada bayi yang disertai gejala klinis lainnya seperti diare, kembung, eritema
perianal, dan sering flatus, perlu dipikirkan adanya intoleransi laktosa.
- Muntah yang terjadi pada bayi sehat dan tidak ditemukan gejala seperti yang disebut
diatas, perlu dipikirkan adanya faktor organik, seperti teknik pemberian minum atau iritasi
cairan amnion(bayi baru lahir).
Pembahasan : Pada pemeriksaan fisik pada ini pasien perempuan berusia 9 tahun 6 bulan,
berat badan 34 kg, tinggi badan 132 cm, didapatkan tandatanda vital dalam batas normal,
wajah pucat, mata cekung, bibir kering, dan nyeri tekan epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan urin: urin lengkap, reduksi, kultur
- Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin, serum elektrolit, analisis gas
darah, analisis asam amino, LFT, glukosa darah, amonia
Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:
- kecurigaan terhadap atresia esofagus dapat dilakukan pemasangan pipa nasogastrik dan
pemeriksaan foto Roentgen toraks
- adanya gangguan gastric outlet dapat dibuktikan dengan pemeriksaan minum barium,
sedangkan stenosis pilorus hipertrofi selain dengan minum barium dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan ultrasonografi
22
- kecurigaan terhadap Morbus Hirschprung dapat dilakukan pemeriksaan barium enema dan
biopsi hisap rektum
- adanya ileus (paralitik atau obstruksi) dapat dibuktikan dengan pemeriksaan foto polos
abdomen 2 atau 3 posisi untuk melihat distribusi udara
- adanya infeksi dapat dibuktikan dengan pemeriksaan darah perifer lengkap dan urin
lengkap
- kecurigaan adanya refluks esofagus dapat dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan
pemantauan pH esofagus 24 jam
- konsultasi ke psikolog bila dicurigai adanya faktor psikogenik
- kecurigaan kelainan organ di luar saluran cerna dapat dilakukan pemeriksaan sesuai SPM
kelainan tersebut.
Pembahasan: Pada kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan lab darah rutin dengan kesan
leukositosis yang menunjukkan kemungkinan adanya infeksi.
Pendekatan Diagnosis
Beberapa gejala penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan diagnosis muntah
pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:
1. Sifat Muntahan
- Bentuk: bentuk makanan yang masih dapat dikenali pada muntah yang terjadi lama setelah
makan, menunjukkan adanya statis pada lambung
- Bau: bau asam seringkali menandakan statis pada lambung, bau busuk/tinja menunjukkan
adanya obstruksi rendah
- Warna: jika ditemukan muntahan yang berwarna empedu harus dipikirkan adanya gangguan
di sebelah distal ampula Vateri.
- Darah: pada muntahan neonatus kemungkinan terjadi akibat neonatus menelan darah ibu saat
dilahirkan atau bayi mengisap darah dari puting yang pecah-pecah (fisura).
23
2. Frekuensi Muntah
Muntah yang sangat sering dan menetap menunjukkan faktor atau kelainan yang permanen.
3. Kekuatan Muntah
Muntah yang amat kuat (proyektil) pada bayi dan anak sering terdapat pada stenosis pilorus
dan peninggian tekanan intrakranial. Pada peninggian tekanan intrakranial, muntah tidak
disertai nausea.
Pada bayi muntah yang terjadi selama atau sesudah makan, hampir selalu disebabkan oleh
distensi lambung yang berlebihan akibat cara pemberian makan yang salah (aerofragi).
5. Gejala Lain
- Bila dijumpai ubun-ubun yang menonjol atau gejala neurologis lain, harus dipikirkan adanya
proses intrakranial
- Sepsis dan infeksi lain seperti gastroenteritis, meningitis dan infeksi saluran air kemih
merupakan penyebab muntah yang sering ditemukan pada neonatus
- Riwayat hidraamnion dapat berhubungan dengan atresia saluran pencernaan
- Mekoneum yang tidak keluar dalam 24 jam sering dijumpai pada penyakit Hirschprung atau
ileus mekoneum
Ada yang membedakan muntah atas kelainan medis dan muntah bedah, tetapi
sebenarnya batasan ini tidak selalu tegas. Yang lebih penting adalah bila menemukan gejala
muntah, harus ditetapkan apakah muntah disebabkan kelainan yang harus segera ditolong
secara bedah atau tidak. Umumnya kasus semacam ini mencakup kelainan yang digologkan
abdomen akut. Ada beberapa pegangan untuk menduga abdomen akut:
- Nyeri perut muncul mendahului muntah dan/atau berlangsung lebih dari 3 jam
- Muntah bercampur empedu
- Distensi abdomen.
24
Bagan 4. Pendekatan Diagnosis Muntah pada Neonatus
Pembahasan : Pada kasus ini muntahan pasien tidak ditemukan adanya emepedu. Lalu,
pasien tidak muntah proyektil. Dari hasil lab darah rutin ditemukan adanya leukositosis yang
menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. Kemudian, dari anamnesa pasien tidak
mengalami batuk atau pilek serta riwayat trauma pada kepala disangkal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan cor, pulmo, dan pemeriksaan neurlogis dalam batas normal, tetapi pada
25
abdomen didapatkan adanya nyeri tekan dibagian epigastrium. Maka diagnosa pada kasus ini
adalah gastroenteritis.
Diagnosis Banding
Pada dasarnya penyebab muntah sangat banyak. Pendekatan muntah pada anak
merupakan problem yang sulit, diagnosa banding bukan hanya menyangkut masalah
gastrointestinal tetapi juga masalah emergensi pada anak. Penyebab muntah pada anak sangat
bervariasi dan tergantung usia. Beberapa keadaan dapat sebagai pencetus terjadinya muntah
seperti infeksi, iritasi makanan, trauma, alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness
dan motion sickness, kelainan pada saraf seperti trauma dan infeksi.Klasifikasi muntah
biasanya didasarkan pada lokus anatomi, umur penderita, adanya gejala dan tanda asosiasi
yang lain. Muntah harus dibedakan dengan:
Possetting
Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut. Sering
didahului oleh bersendawa. Tidak berbahaya. Akan hilang dengan sendirinya.
Ruminasi (merycism)
26
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini mungkin normal atau
dapat pula abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah, tetapi setiap
regurgitasi pasti disertai refluks.
Common Rare
Anatomic obstruction Adrenogenital syndrome
Brain tumor (increased intracranial
Gastroenteritis
pressure )
Gastroesophageal reflux Food poisoning
Overfeeding Inborn error of metabolism
Systemic infection Renal tubular acidosis
Rumination
Subdural hemorrhage
Tabel 2. Diagnosis Banding Muntah pada Anak dan Remaja
Child Adolescent
Common
Gastroenteritis Gastroenteritis
Systemic infection Syatemic infection
Toxic ingestion Toxic ingestion
Pertussis syndrome Inflammatory bowel disease
Medication Appendicitid
Migraine
Pregnancy
Medication
Ipecac abuse/bulimia
Rare
Reye syndrome Reye syndrome
Hepatitis Hepatitis
Peptic ulcer Peptic ulcer
Pancreatitis Pancratitis
27
Increased intracranial pressure Increased intracranial pressure
Middle ear disease Middle ear disease
Chemotherapy Chemotherapy
Achalasia Cyclic vomiting
Cyclic vomiting Biliary colic
Esophageal stricture Renal colic
Duodental hematoma
Inbern error of metabolism
Komplikasi
Komplikasi Fisik
Salah satu konsekuensi akibat muntah yang berlangsung terus menerus adalah
rupturnya dinding kapiler dan mengakibatkan perdarahan pada jaringan subkutan yang
tampak pada wajah dan leher berbentuk seperti kepala peniti. Dapat juga terjadi
Mallory-Weiss Syndrome diakibatkan karena terjadi herniasi fundus pada fase retching
dan ekspulsi kadang-kadang dapat menimbulkan robekan-robekan longitudinal pada
mukosa. Keadaan ini ditandai dengan bahan muntahan yang mengandung darah setelah
beberapa siklus recthing dan ekspulsi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan kelainan ini biasanya sembuh tanpa komplikasi. Komplikasi berikutnya
yang mungkin didapatkan adalah aspirasi isi lambung. Aspirasi bahan muntahan dapat
menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan berulang-ulang dapat menyebabkan
infeksi saluran nafas berulang. Selain yang disebutkan diatas komplikasi lain yang
dapat terjadi adalah gagal tumbuh kembang. Muntah yang berulang-ulang dan cukup
hebat akan menyebabkan gangguan gizi oleh karena intake menjadi sangat berkurang
dan bila hal ini terjadi cukup lama. Trauma iga dan otot abdomen yang dapat sangat
serius tetapi jarang terjadi.
Komplikasi Metabolik
28
Komplikasi Psikologis
Komplikasi ini terjadi akibat pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan
mual muntah dan nyeri perut atau rasa terbakar pada epigastrium yang hebat yang
cenderung menimbulkan kondisi aversi di kemudian hari, penempatan situasi serupa,
atau sensitiasi berlebihan terhadap stimulus yang seringkali tidak sama. Ini dapat
mencetuskan timbulnya perilaku anoreksia pada anak-anak, mereka memilih untuk
tidak makan karena takut akan mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami
sebelumnya. Reaksi tersebut diperkirakan timbul akibat stimulus pada korteks akan
pengalaman muntah sebelumnya, tetapi jaringan saraf yang turut bekerja dan
bagaimana polanya masih banyak belum diketahui secara pasti.
Penatalaksanaan
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah
pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan
penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari
bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah
jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karena dapat
dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro
merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek
peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin
(AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion
sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6
dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
29
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.Hanya
boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis0.40.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi
dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular
atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/
hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondansetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT3 yang terdapat pada CTZ di area
postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif
untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 418 tahun:
0.1 mg/kgBB IV 30 menit, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudian
setiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 212 thn <40>40 kg: 4 mg IV;
>12 thn: dosis dewasa 8 mg PO/kali.
Pembahasan : pada pasien ini diberikan obat antiemetik golongan 5-HT3 antagonis
seretonin yaitu ondansentron dengan dosis 0,1 mg/kgBB IV. 34kg x 0,1 mg/kgBB = 3,4 mg
(dibulatkan menjadi 3 mg). Pemberian injeksi ondansentron 3 x 3 mg.
Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
PENILAIAN
Lihat
30
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bias minum
Pembahasan: Pada kasus ini pasien tampak gelisah dan pemeriksaan fisik didapatkan mata
cekung dan bibir kering. Oleh karena itu derajat dehidrasi pada pasien ini adalah dehidrasi
ringan-sedang.
Pada dehidrasi ringan sampai sedang tujuan dari terapinya adalah untuk menggantikan
defisit cairan dan pemeliharaan hidrasi. Komposisi ORS (Oral Rehydration Solution)
biasanya teridiri dari 50 mEq per L sodium, 25 g per L dekstros, dan 30 mEq per L
bikabonate. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat diterapi dengan menggantikan cairan yang
hilang sebanyak 50 ml per kg. Hal ini dapat diatasi di rumah oleh pengasuh anak yang
kompeten menggunakan spuit untuk memperkirakan 1 ml ORS per kg BB setiap lima menit
selama tiga sampai empat jam. Apabila terjadi muntah, ORS diberikan setelah 10 menit
sampai satu jam. Pemberian cairan sebanyak 10 ml per kg BB sebaiknya ditambahkan setiap
anak mengalami BAB atau episode muntah. Spuit atau alat kaliberasi sangat dianjurkan untuk
pengukuran yang lebih akurat.
Metode akselerasi pada terapi rehidrasi oral untuk anak dan balita dengan diare berat
atau muntah memerlukan cairan 30 ml per jam ORS pada balita, 60 ml per jam pada bayi,
dan 90 ml per jam pada anak yang lebih tua. Dan pemberian ORS sebanyak 10 ml per kg
sebaiknya ditambahkan setiap buang air besar atau episode muntah. Ondansentron (zofran),
antagonis 5-hidroksitriptamin-3 serotonin, dapat digunakan di instalasi gawat darurat apabila
muntah mengakibatkan sulitnya intake lewat oral. Meta analisis menunjukkan ondansentron
(0,15-0,3 mg per kg secara intravena, atau 1,6 sampai 4 mg per kg secara oral, tergantung
usia) yang secara signifikan menurunkan muntah pada anak dengan gastroenteritis akut
setelah pemberian obat (jumlah yang digunakan untuk terapi = 5). Risiko yang dibutuhkan
untuk rehidrasi dengan cairan intravena yang secara signifikan berkurang (risiko relatif = 0,4;
interval kepercayaan 95%, 0,3-0,7). Pasien yang menggunakan ondansentron secara
signifikan mengurangi risiko perawatan di rumah sakit (7,5 versus 14,6%; risiko relatif 0,52;
interval kepercayaan 95%, 0,27-0,95). Ondansentron juga dapat ditoleransi dengan baik,
tetapi dapat meningkatkan episode diare sampai 48 jam setelah digunakan. Meta analisis lain
menunjukkan ondansentron dapat menurunkan muntah yang persisten, membutuhkan cairan
intravena, dan perawtan rumah sakit pada anak dengan gastoenteritis. Obat anti emetik lain
sebaiknya tidak digunakan karena efek potensial yang berlawanan.
Cairan intravena dibutuhkan minimal selama empat sampai enam jam di instalasi
gawat darurat atau selama perawatan di rumah sakit. Rehidrasi dengan cairan intravena
menggantikan defisit sodium dan cairan. Tergantung dari derajat keparahan dehidrasi, dapat
diberikan cairan intravena satu jalur atau dua jalur. Cairan bolus yang cepat diberikan
sebanyak 20 ml per kg BB. Bolus sebanyak 10 ml per kg dapat diberikan pada anak yang
lemah. Pilihan cairan untravena adalah salin 0,9%, walaupun ringer laktat juga dapat
digunakan. Pemilihan cairan intravena tergantung dari tingkat sodium dalam serum. Perlu
dilakukan pengetesan rutin terhadap output urin, elektrolt, BUN, kreatinin, dan kadar glukosa
darah. Cairan pemeliharaan sebaiknya diberikan sebanyak 100 ml per kg BB untuk 10 kg
awal, kemudian 50 ml per kg BB untuk 10 kg berikutnya, dan 20 ml per kg BB untuk 10 kg
selanjutnya. Secepatnya setelah kebutuhan cairan tercapai, rehidrasi oral dapat diberikan
32
sejlaan dengan diet reguler anak dan pemberian cairan melalui intravena dapat dihentikan.
Pasien dengan risiko aspirasi karena ada nya ketidakseimbangan elektrolit dapat diberikan
ORS dengan nasogastric tube. Komplikasi dari rehidrasi melalui intravena adalah
hiponatremi, jipernatremi, dan hipoglikemi, elektrolit dalam serum juga perlu dimonitoring
secara ketat.
Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan
intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana
terapi yang sesuai.
Pembahasan: Pada kasus ini pasien mendapatkan infus RL 200 cc yang di loading, lalu
dilanjutkan infus RL 20 tpm untuk maintanance (rumus Darrow). (10kg x100cc) +(10kg
x50cc)+(14kg x25cc) =1850cc (cairan maintanance untuk 1 hari). 1850cc : 24 jam = 77,08
cc/jam. 77,08 cc : 60 menit = 1,28 cc/menit. 1,28 cc/menit x 15 tetes = 19,27 tpm (dibulatkan
menjadi 20 tpm)
34