Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

Anak dengan Muntah

Disusun sebagai salah satu syarat untuk gelar profesi dokter pada Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Jakarta

Disusun Oleh :
Fidel Hermanto
406161008

Pembimbing :
AKBP dr. Winres Sapto Priambodo, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE 5 JUNI 19 AGUSTUS 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

1
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Sabrina Desvinda Bunda
Umur : 9 Tahun 6 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kelinci 1, No.364, Semarang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Ruang : Seruni R.207
Masuk Rumah Sakit : 5 Juli 2017
No.RM : 17.07.145415
Jaminan : BPJS Kelas III

I. ANAMNESIS (Auto-Alloanamnasis dengan orangtua dan anak, Pukul 13.00 WIB


6-7-2017, di Bangsal Seruni RS Bhayangkara)

Keluhan utama:
Muntah

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang ke IGD RS. Bhayangkara pukul 12.30 WIB, dengan keluhan muntah
yang dialami sejak pagi hari. Muntah lebih dari 5x. Isi muntahan yaitu makanan berupa nasi.
Pada muntahan tidak ditemukan darah. Sebelum muntah, pasien mengeluh pusing berputar
dan pandangan seakan semakin gelap. Setelah 1 jam mengalami pusing, pasien muntah-
muntah. Nafsu makan menurun sejak mengeluh pusingnya. Muka pasien semakin lama
semakin pucat. Pada saat di IGD pasien tampak lemas dan gelisah.
Keluhan demam (-), diare (-), batuk (-), pilek (-), penurunan pendengaran (-), telinga
berdenging (-), rasa terbakar di ulu hati (-), dan nyeri telan (-) disangkal oleh pasien. Riwayat
trauma kepala disangkal.
Pagi hari, pasien makan nasi dengan sup dan telur yang sudah dibuat oleh ibunya, serta
makan snack Cheetos. Pasien mengaku tidak jajan di pinggiran jalan. Pasien sudah BAB
sebanyak 2x dengan konsistensi padat, warna coklat, lendir (-), darah (-), dan BAK juga
2
masih dalam batas normal. Pasien tidak minum obat ataupun pergi ke dokter untuk mengobati
keluhannya.

Riwayat penyakit dahulu:


Sakit serupa : Disangkal
Riwayat rawat inap : Ada
Demam Typhoid : Ada
DBD : Ada
Varisela : Ada
Campak : Ada
Trauma kepala : Disangkal
Kejang : Disangkal
Alergi obat : Disangkal
Alergi makanan : Disangkal

Riwayat penyakit keluarga:


Keluhan serupa : Disangkal
Diabetes : Ada (nenek)
Hipertensi : Disangkal
Alergi obat : Disangkal
Alergi makanan : Disangkal

Riwayat Prenatal
Ibu pasien memeriksakan kandungannya ke bidan 1 kali setiap bulan sampai usia kehamilan
8 bulan, selanjutnya 2 kali setiap bulan sampai persalinan. Ibu pasien tidak pernah
mengkonsumsi obatobat selama kehamilan selain vitamin dan tidak pernah mengalami sakit
serius selama masa kehamilan.
Kesan : Riwayat pemeliharaan perinatal baik

Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu dengan G2P1A0, hamil 38 minggu,
lahir secara partus spontan, persalinan ditolong oleh dokter di rumah sakit, anak lahir
langsung menangis.
3
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 51 cm
Tanpa cacat bawaan
Kesan : Neonatus aterm

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan
Berat badan lahir 2700 gram. Panjang badan lahir 51 cm.
Berat badan saat ini 34 kg. Tinggi badan saat ini 132 cm.
Perkembangan
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Senyum : Umur 6 minggu
Tengkurap : Umur 4 bulan
Duduk : Umur 6 bulan
Merangkak : Umur 7 bulan
Berdiri : Umur 11 bulan
Bicara : Umur 12 bulan
Berjalan : Umur 14 bulan
Kesan : Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pasien sesuai dengan anak
seusianya.

Riwayat Asupan Nutrisi


ASI diberikan sejak lahir hingga usia 2 tahun
Usia 6 bulan sudah mulai diberi makanan pendamping ASI berupa bubur saring
Usia 12 bulan mulai diberikan makanan keluarga, yaitu nasi dengan lauk pauk, sayur dan
buah yang bervariasi diberikan 3x/hari
Kesan : ASI ekslusif, riwayat asupan nutrisi sesuai dengan usia

4
Riwayat Imunisasi
Jenis Umur Pemberian Vaksin
Vaksin Bulan Tahun

Lh 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6
r
Hep B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
BCG 1
DPT 1 2 3 4 5
HiB 1 2 3 4
Campak 1 2 3
Kesan : Jadwal imunisasi lengkap

II. PEMERIKSAAN FISIK (5-7-2017 Pukul 12.30 WIB, di IGD)


Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Kompos mentis, tampak sakit sedang, gelisah
Vital Sign :
- HR : 84 x/menit, reguler
- Suhu : 36,5 C
- RR : 20 x/menit, reguler
Data antropometri :
- Berat badan : 34 kg
- Tinggi Badan : 132 cm
- Status gizi : Gizi baik

Pemeriksaan Sistem

Kepala : Rambut hitam, tersebar merata, wajah pucat

Mata : Pupil bulat, isokor, cekung (+/+), diameter 3 mm / 3 mm,


konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebral
(-/-), refleks cahaya (+/+), air mata (+)

5
Hidung : Bentuk normal, mukosa merah muda, nafas cuping hidung (-
/-), sekret (-/-)

Telinga : Bentuk normal, tanda peradangan (-/-), sekret (-/-)

Mulut : Mukosa bibir kering (+), Sianosis (-), Lidah kotor (-)

Tenggorok : T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis (-),

kripta tonsil melebar (-), detritus tonsil (-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, trakea ditengah

Aksilla : Tidak teraba pembesaran KGB

Thoraks :

Paru-paru

Inspeksi : Simetris pada inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-)


Palpasi : Stem fremitus kanan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS 6 MCL dextra
Auskultasi : Vesikuler (+) / (+), rhonki (-) / (-), wheezing (-) / (-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Teraba iktus kordis di ICS V MCL sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS VI sternal line dextra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
Batas jantung atas : ICS III PSL sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar dan simetris
Auskultasi : Bising usus (+) 17x/menit
Perkusi : Timpani di semua kuadran
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, pembesaran hepar dan `
lien (-)

6
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik

Kulit : Turgor kulit baik

Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran

Kesan : Mata cekung, bibir kering, dan nyeri tekan epigastrium

Pemeriksaan Neurologis
- Pemeriksaan Rangsang Meningeal
o Kaku kuduk : (-) tidak terdapat tahanan
o Brudzinsky I : (-) kedua tungkai tidak fleksi
o Brudzinsky II : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Brudzinsky III : (-) tangan tidak fleksi
o Brudzinsky IV : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak terdapat
hambatan
Kesan : Pemeriksaan Neurologis masih dalam batas normal
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 6 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hematokrit 39,9 37 43 %
MCV 82,3 80 97 m3
MCH 27,6 26,5 33,5 Pg
MCHC 33,6 31,5 35,0 g/dl
RDW 11,8 10 15 %
MPV 8,7 6,5 11,0 m3
PDW 10,4 10,0 18,0 %
Hemoglobin 13,4 13,0 18,0 g/dL
Eritrosit 4,85 4,5 5,5 juta /mm3
Trombosit 326.000 150.000 450.000 /mm3
Leukosit 22.300 4.000 11.000 /mm3
Kesan : Leukositosis
7
IV. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 9 tahun 6 bulan, Berat badan 34 kg, Tinggi badan 132 cm.

8
BMI = 34 / (1,32 x 1,32) = 19,51
Kesan : Berat badan/umur = normal
Panjang badan/umur = normal
BMI/umur = berisiko gizi lebih
9
V. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 9 tahun 6 bulan, berat badan 34 kg,
tinggi badan 132 cm, yang datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan muntah
sejak pagi hari. Muntah lebih dari 5 x berisi makanan. Keluhan lainnya yaitu pusing
berputar dan nafsu makan menurun. Pada saat di IGD pasien tampak lemas dan
gelisah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan wajah pucat, mata cekung, bibir kering,
dan nyeri tekan epigastrium. Hasil laboratorium didapatkan leukositosis.

VI. DIAGNOSIS KERJA


- Gastroenteritis akut
- Dehidrasi ringan-sedang

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Gastritis
- Vertigo

VIII. RENCANA DIAGNOSTIK :


- Lab darah rutin
- Pemeriksaan elektrolit

IX. PENATALAKSANAAN
IGD
- Infus RL 200cc loading
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Ranitidin 4/5 amp
- Injeksi Ondansentron 4 mg

BANGSAL
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Cefotaxime 3 x 500 mg
- Injeksi Ondansentron 3 x 3 mg
10
Non Medikamentosa
- Istirahat Total
- Banyak minum air mineral atau jus buah

X. EVALUASI
- Keadaaan umum dan tanda-tanda vital
- Awasi tanda-tanda dehidrasi
- Awasi timbulnya komplikasi

XI. KOMPLIKASI
- Syok hipovolemik
- Hipokalemi

XII. EDUKASI
- Anak harus istirahat cukup
- Banyak minum air putih atau jus buah
- Jangan jajan sembarangan
- Hindari aktivitas berlebihan sesudah makan

XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

11
Perjalanan Penyakit

Tanggal 6-5-2017 7-5-2017 7-5-2017


Jam 06.00 WIB 06.00 WIB 06.00 WIB
Keluhan Muntah (-), demam (-), Muntah (-), demam (-), nyeri Muntah (-), BAB dbn
nyeri perut (-), pilek (-), perut (-),BAB dbn
BAB dan BAK dbn

KU/KES TSS/CM TSR/CM TSR/CM


TTV:
RR 24 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
HR 88 x/menit 80 x/menit 84 x/menit
S 36,6 C 36.5 C 36.5 C
Kepala Dbn Dbn Dbn

Kulit Dbn Dbn Dbn

Mata Mata cekung (-) Mata cekung (-) Mata cekung (-)

Telinga Dbn Dbn Dbn

Hidung Dbn Dbn Dbn

Mulut Dbn Dbn Dbn

Thorax :
Cor dbn dbn dbn
Pulmo dbn dbn dbn
Abdomen Supel, timpani, BU (+), Supel, timpani, BU (+), nyeri Supel, timpani, BU
nyeri tekan (-) tekan (-) (+), nyeri tekan (-)

Ekstremitas Hangat (+) Hangat (+) Hangat (+)

Terapi Inf RL 20 tpm Inf RL 20 tpm Inf KN 3B 20 tpm


Inj Cefotaxime 3 x 500 Inj Cefotaxime 3 x 500 Inj Cefotaxime 3 x
mg mg 500 mg
Inj Ondansentron 3x3 Inj Ondansentron 3x 3
mg mg

12
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Muntah adalah dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif. Usaha
mengeluarkan isi lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot dinding perut. Secara klinis,
kadang-kadang sulit dibedakan dengan refluks gastroesofagus dan regurgitasi. Refluks
gastroesofagus (RGE) didefinisikan sebagai kembalinya isi lambung kedalam esofagus tanpa
adanya usaha dari bayi atau anak. Apabila isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut,
maka keadaan ini disebut sebagai regurgitasi. Oleh karena itu, muntah pada bayi atau anak
harus dipikirkan pula kemungkinan suatu RGE.

Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan toksin yang
tidak sengaja tertelan. Muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa
mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan.

Pembahasan: Pada kasus ini pasien mengeluarkan isi lambungnya yang berupa makanan
dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.

Etiologi

Etiologi muntah sangat luas, seluruh kelainan yang menyangkut reseptor muntah baik dari
traktus gastrointestinal, berbagai visera (hati, ginjal, pankreas, jantung, paru), canalis
vestibularis, Chemoreceptive Trigger Zone (CTZ) maupun Supraneuron akan dapat
menimbulkan muntah.

Gastroenteritis adalah penyebab utama muntah pada anak. Muntah bisa terjadi akibat
langsung gastroenteritis. Dalam keadaan ini muntah bisa mendahului timbulnya diare sampai
48 jam. Tetapi gejala muntah juga menghilang lebih cepat 12-48 jam setelah diare muncul.
Muntah juga bisa terjadi akibat gangguan metabolik sebagai akibat diare/dehidrasi. Misalnya
akibat asidosis.

Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi. Beberapa penyebab muntah yang sering
ditemukan pada anak, yaitu:

1. Saluran cerna:

13
a. Obstruksi: atresia esofagus, stenosis pilorus, antral web, morbus
hirschsprung, malrotasi usus, volvulus, hiatal hernia, akalasia, ileus
mekonium, intususepsi.
b. Non obstruksi: RGE, gastroenteritis, enterokolitis nefritikans, kalasia
2. Luar saluran cerna : tekanan intrakranial meninggi, infeksi (SSP, saluran napas,
saluran kemih, THT), hidrosefalus, kelainan metabolik
3. Non organik : teknik pemberian minum yang tidak benar, iritasi cairan amnion, obat,
psikogenik, motion sicknes.

Pembahasan: Pada kasus ini tidak ditemukan adanya obstruksi. Kemungkinan muntah
disebabkan oleh infeksi karena hasil lab didapatkan leukositosis.

Patofisiologi

Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena memungkinkan


pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah
(Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau
Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan
Saraf. Koordinasi pusat muntah dapat dirangsang melalui berbagai jaras. Muntah dapat
terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju
pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui mekanisme ini. Muntah
terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim vestibuloserebella dari
labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan
terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus
vagal dan visceral merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui iritasi
saluran cerna disertai saluran cerna dan pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat
muntah terangsang maka cascade ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya
muntah.

14
Gambar 1. Anatomi Pusat Muntah

Muntah sebenarnya merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia


muntah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching, pengeluaran isi
lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, chemoreceptor
trigger zone (CTZ) dan central vomiting centre (CVC). CTZ yang terletak di area
postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV diluar blood brain barrier (sawar otak).
Reseptor didaerah ini diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik didalam sirkulasi darah atau di
cairan cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ dikirim ke CVC selanjutnya terjadi
serangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal eferen splanchnic. CVC terletak
dinukleus tractus solitarius dan disekitar formatio retikularis medulla tepat dibawah
CTZ. CTZ mengandung reseptor untuk bermacam-macam sinyal neuroaktif yang dapat
menyebabkan muntah. Reseptor untuk dopamine (titik tangkap kerja dari apomorphine),
acethylcholine, vasopressine, enkephalin, angiotensin, insulin serotonin, endhorphin,
substance P, dan mediator-mediator yang lain. Mediator adenosine 3,5 cyclic
monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat dalam respon eksitasi untuk semua peptide
stimulator oleh karena theophylline dapat menghambat aktivitas proemetik dari bahan
neuropeptic tersebut.

15
Gambar 2. Refleks Emesis

Emesis sebagai respons terhadap gastrointestinal iritan misalnya copper, radiasi


abdomen, dilatasi gastrointestinal adalah sebagai akibat dari signal aferen vagal ke central
pattern generator yang dipicu oleh pelepasan lokal mediator inflamasi, dari mukosa yang
rusak, dengan pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang paling penting adalah
serotonin dari sel entrochromaffin mukosa. Pada mabuk (motion sickness), signal aferen ke
central pattern generator berasal dari organ vestibular, visual cortex, dan cortical centre
yang lebih tinggi sebagai sensory input yang terintegrasi lebih penting dari pada aferen
dari gastrointestinal.

Rangsangan muntah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular, aferen cortical yang
lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai nausea, retching, ekpulsi isi lambung.
Gejala gastrointestinal meliputi peristaltik, salivasi, takhipnea, tachikardia.

16
Gambar 3. Refleks Muntah

Respons stereotipik vomiting dimediasi oleh eferen neural pada vagus, phrenic,
dan syaraf spinal. Input untuk syaraf ini berasal dari brain stem vomiting centre.
Centre ini tampaknya bukan merupakan struktur anatomi tunggal, tetapi merupakan jalur
akhir bersama dari reflex yang diprogram secara sentral melalui interneuron medular di
nukleus solitarius dan berbagai-macam tempat disekitar formatio retikularis. Interneuron
tersebut menerima input dari cortical, vagal, vestibular, dan input lain terutama dari area
postrema. Area postrema adalah chemoreceptor trigger zone yang terletak didasar
ventrikel IV diluar sawar otak dan diidentifikasi sebagai sumber yang crucial untuk input
yang menyebabkan vomiting, terutama respons terhadap obat atau toksin.

Fase Muntah

Fase Nausea
Nausea atau mual merupakan sensasi psikis yang tidak nyaman tapi bukan merupakan
sensasi yang menyakitkan yang mendahului rasa atau keinginan untuk muntah yang
disebabkan oleh berbagai stimulus seperti rangsangan organ visera, labirin, maupun emosi.
Fase ini ditandai adanya rasa mual yang disertai gejala otonom seperti produksi air liur
bertambah, berkeringat, pucat, takikardia, atau anoreksia. Selama periode nausea, terjadi
penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi
17
berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan
duedenum kedalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran gastrointestinal
tidak didahului oleh fase nausea.
Fase Retching
Fase ini dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase ini terjadi kekejangan dan
terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot pernafasan dan
diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negatif. Pada waktu yang
bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung, fundus dilatasi sedangkan antrum
dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas
masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase ini terjadi
relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang tadinya sudah masuk kedalam
esofagus kembali ke lambung. Fase ini dapat berlangsung beberapa siklus.
Fase Emesis/ Ekspulsif/ Muntah
Apabila fase retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot abdomen
dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah jika tekanan tersebut dapat mengatasi
mekanisme anti refluks dari sfingter esofagus bagian bawah. Pada fase ini pilorus dan antrum
berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini juga
terjadi perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal serta kontraksi dari diafragma.
Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan positif
intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat dari diafragma yang
menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke dalam esofagus. Bila ekspulsi sudah
terjadi, tekanan intratorakal kembali positif dan diafragma kembali ke posisi normal.

Pembahasan: Pada kasus ini, pasien mengalami fase nausea yang ditandai dengan perubahan
wajah yang memucat serta penurunan nafsu makan/anoreksia. Kemudian, masuk fase
retching dan fase emesis sehingga pasien mengeluarkan isi lambungnya yang berupa
makanan.

Jenis Muntah Berdasarkan Bahan Muntahan

Berdasarkan gambaran dari isi lambung (yang dapat berubah sesuai waktu dan
perjalanan penyakit), maka tipe muntahan dapat diidentifikasi menjadi:

18
Alimentary Vomiting

Merupakan muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna atau baru
sebagian dicerna, terkadang dalam jumlah yang berlebih. Tipe ini yang paling sering
didapatkan dan dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah makan. Muntahan ini
paling sering disebabkan karena refluks esofagus, malformasi anatomi dari saluran
cerna bagian atas, atau karena intoleransi makanan. Komplikasi utama akibat tipe
muntahan ini adalah malnutrisi.

Acid Vomiting

Biasanya tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna keputihan dan
mengandung material busa dengan pH<5, yang mungkin terjadi selama atau selesai
makan dan terkadang terjadi pada waktu malam hari. Biasanya disertai dengan adanya
gangguan berupa iritabilitas, kurang istirahat, bayi menangis, dan nyeri epigastrium
atau rasa panas dalam perut pada anak-anak. Tipe ini lebih merupakan penyakit refluk
esofagus dengan komplikasi berupa esofagitis dan striktur peptik (jarang terjadi).

Bilious vomiting

Karakteristik dari tipe muntahan ini adalah ekspulsi dari cairan berwarna hijau
kekuningan yang tebal. Pada bayi dan neonatus, muntahan tipe ini selalu merupakan
tanda yang penting untuk memikirkan adanya total (atresia) atau sebagian (stenosis)
obstruksi saluran cerna yang berada di distal dari ampulla Vater yang membutuhkan
diagnosa pasti dan intensif/subintensif terapi.

Bloody vomiting

Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat diakibatkan oleh
adanya perdarahan yang baru terjadi maupun sedang terjadi pada saluran cerna bagian
atas (esofagus, lambung, atau duodenum). Muntah ini lebih banyak merupakan
komplikasi dari pada manifestasi klinis awal. Intake nonsteroidal anti-inflamatory
drugs (NSAIDs) dapat juga menyebabkan terjadinya muntah ini. Hematemesis
merupakan kegawatdaruratan yang potensial dan selalu harus dievaluasi di rumah sakit.
Apabila perdarahan ringan dan tidak menimbulkan anemia atau perubahan
hemodinamik dapat diberikan obat anti sekretori. Perdarahan dari varises esofagus

19
dapat terjadi sangat masif yang juga merupakan kegawatdaruratan dan harus segera
mendapatkan terapi. Hematemesis tidak selalu berasal dari traktus gastrointestinal,
tetapi dapat juga berasal dari perdarahan tonsil, laring, atau trakea dengan gejala
biasanya darahnya yang keluar sedikit dan disertai gejala sakit tenggorok dan batuk.
Bila muntahan berupa bekuan darah dan berwarna hitam seringkali berasal dari
perdarahan hidung bagian posterior biasanya di indikasi dari lapisan tipis dari darah di
dalam orofaring.

Pembahasan: Pada kasus ini didapatkan muntahan berupa makanan dan tidak
didapatkan adanya darah atau cairan berwarna hijau kekuningan. Pasien juga tidak
mengeluh perutnya terasa panas. Jadi, pada kasus ini tipe muntah berdasarkan bahan
muntahan adalah alimentary vomitting

Diagnosis

Mengingat bahwa muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka
evaluasi diagnosis muntah tergantung pada diferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan
faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Setelah dilakukan
anamnesis lengkap mengenai muntahnya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
penderita, maka untuk membantu penegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang.
Jenis pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan dugaan diagnosis berdasarkan data
anamnesis dan manifestasi klinis.

Anamnesis

Rangkaian pertanyaan yang dapat membimbing kita pada diagnosis yang tepat, sebagai
berikut:
- Usia dan jenis kelamin
- Tentukan lebih dulu, apakah yang dihadapi: spitting, regurgitasi atau muntah
- Kapan mulai muntah
- Derajat/beratnya muntah, kekuatannya (projektil)
- Bagaimana keadaan kesehatan anak: apakah ia menjadi kurus atau penambahan berat
badan normal
- Adakah faktor predisposisi (yang lebih dikenal orang tua) yang menyebabkan timbulnya
muntah ini

20
- Apakah ada penyakit lain yang menyerang anak, seperti hidrosefalus, intoleransi susu,
riwayat operasi abdomen dll.
- Bagaimana bentuk/isi muntahan, apakah seperti susu/makanan asal (isi dari esofagus),
telah merupakan susu yang telah menggumpal (isi lambung) atau mengandung empedu (isi
duodenum) dan adakah darah
- Saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum
- Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi kejadian muntah
- Diperlukan informasi tentang diet: kualitas, kuantitas, ddan frekuensi makan, penting
terutama pada anak kecil
- Bagaimana teknik pemberian minum
- Bagaimana pula kondisi psikososial di rumah: bagaimana sifat ibu, ayah, apakah
pencemas, apakah ada nenek yang sering ngomel.

Anamnesa tambahan dapat berupa sebagai berikut:


- Muntah yang terjadi saat makanan atau minuman baru sampai di dalam rongga mulut,
pikirkan adanya infeksi rongga mulut.
- Adanya riwayat hidramnion selama kehamilan, pikirkan kemungkinan atresia esofagus
- Bayi dengan muntah menyemprot beberapa saat setelah diberi minum pikirkan adanya
gangguan gastric outlet
- Muntah dengan riwayat keterlambatan pengeluaran mekonium atau konstipasi sejak lahir
perlu dipikirkan adanya Morbus Hirschprung
- Muntah didahului nyeri perut dan perut kembung perlu dipikirkan adanya obstruksi
saluran cerna
- Muntah pada bayi yang terjadi beberapa saat setelah minum sedangkan faktor lain yang
disebut di atas tidak ada, perlu dipikirkan kemungkinan RGE atau faktor non-organik
sebagai penyebab muntah
- Muntah pada anak yang selalu terjadi pada keadaan tertentu yang sama, perlu dipikirkan
faktor psikogenik sebagai dasar keluhan tersebut

Pembahasan : Pada anamnesa kasus ini didapatkan keluhan muntah sejak pagi hari. Muntah
lebih dari 5 x berisi makanan berupa nasi. Keluhan lainnya yaitu pusing berputar dan nafsu
makan menurun.

Pemeriksaan Fisik
21
- Keadaan umum: kompos mentis, lethargi, kejang, gejala neurologi yang lain
- Ikterus
- Status hidrasi/sirkulasi: nadi, tensi, berat badan, lingkaran lengan, lingkaran kepala, KMS
- Bila ada tanda infeksi, pikirkan muntah sebagai salah satu gejala infeksi tersebut
- Bercak putih dengan dasar merah pada rongga mulut perlu dipikirkan suatu kandidiasis
oral
- Hipersalivasi pada bayi baru lahir, pikirkan adanya aresia esofagus
- Muntah yang didahului gambaran gerakan peristaltik lambung setelah diberi minum,
pikirkan stenosis pilorus hipertrofik.
- Distensi perut dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan ampula kolaps, perlu
dipikirkan kemungkinan adanya morbus hirschsprung.
- Obstruksi saluran cerna perlu dipikirkan bila ditemukan perut distensi dan bising usus
meningkat pada daerah proksimal dan menurun pada daerah distal.
- Muntah pada bayi yang disertai gejala klinis lainnya seperti diare, kembung, eritema
perianal, dan sering flatus, perlu dipikirkan adanya intoleransi laktosa.
- Muntah yang terjadi pada bayi sehat dan tidak ditemukan gejala seperti yang disebut
diatas, perlu dipikirkan adanya faktor organik, seperti teknik pemberian minum atau iritasi
cairan amnion(bayi baru lahir).
Pembahasan : Pada pemeriksaan fisik pada ini pasien perempuan berusia 9 tahun 6 bulan,
berat badan 34 kg, tinggi badan 132 cm, didapatkan tandatanda vital dalam batas normal,
wajah pucat, mata cekung, bibir kering, dan nyeri tekan epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan urin: urin lengkap, reduksi, kultur
- Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin, serum elektrolit, analisis gas
darah, analisis asam amino, LFT, glukosa darah, amonia
Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:
- kecurigaan terhadap atresia esofagus dapat dilakukan pemasangan pipa nasogastrik dan
pemeriksaan foto Roentgen toraks
- adanya gangguan gastric outlet dapat dibuktikan dengan pemeriksaan minum barium,
sedangkan stenosis pilorus hipertrofi selain dengan minum barium dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan ultrasonografi

22
- kecurigaan terhadap Morbus Hirschprung dapat dilakukan pemeriksaan barium enema dan
biopsi hisap rektum
- adanya ileus (paralitik atau obstruksi) dapat dibuktikan dengan pemeriksaan foto polos
abdomen 2 atau 3 posisi untuk melihat distribusi udara
- adanya infeksi dapat dibuktikan dengan pemeriksaan darah perifer lengkap dan urin
lengkap
- kecurigaan adanya refluks esofagus dapat dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan
pemantauan pH esofagus 24 jam
- konsultasi ke psikolog bila dicurigai adanya faktor psikogenik
- kecurigaan kelainan organ di luar saluran cerna dapat dilakukan pemeriksaan sesuai SPM
kelainan tersebut.
Pembahasan: Pada kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan lab darah rutin dengan kesan
leukositosis yang menunjukkan kemungkinan adanya infeksi.

Pendekatan Diagnosis

Mengadakan diagnosis banding dengan memikirkan semua penyebab muntah dalam


prakteknya sulit dilaksanakan karena penyebab muntah sangat luas dan seringkali tidak
mudah ditemukan. Pendekatan diagnosis berdasarkan usia anak seringkali dapat
mempermudah dan bermanfaat dalam upaya mencari penyebab muntah.

Beberapa gejala penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan diagnosis muntah
pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:

1. Sifat Muntahan

- Bentuk: bentuk makanan yang masih dapat dikenali pada muntah yang terjadi lama setelah
makan, menunjukkan adanya statis pada lambung
- Bau: bau asam seringkali menandakan statis pada lambung, bau busuk/tinja menunjukkan
adanya obstruksi rendah
- Warna: jika ditemukan muntahan yang berwarna empedu harus dipikirkan adanya gangguan
di sebelah distal ampula Vateri.
- Darah: pada muntahan neonatus kemungkinan terjadi akibat neonatus menelan darah ibu saat
dilahirkan atau bayi mengisap darah dari puting yang pecah-pecah (fisura).

23
2. Frekuensi Muntah

Muntah yang sangat sering dan menetap menunjukkan faktor atau kelainan yang permanen.

3. Kekuatan Muntah

Muntah yang amat kuat (proyektil) pada bayi dan anak sering terdapat pada stenosis pilorus
dan peninggian tekanan intrakranial. Pada peninggian tekanan intrakranial, muntah tidak
disertai nausea.

4. Hubungan dengan Makanan

Pada bayi muntah yang terjadi selama atau sesudah makan, hampir selalu disebabkan oleh
distensi lambung yang berlebihan akibat cara pemberian makan yang salah (aerofragi).

5. Gejala Lain

- Bila dijumpai ubun-ubun yang menonjol atau gejala neurologis lain, harus dipikirkan adanya
proses intrakranial
- Sepsis dan infeksi lain seperti gastroenteritis, meningitis dan infeksi saluran air kemih
merupakan penyebab muntah yang sering ditemukan pada neonatus
- Riwayat hidraamnion dapat berhubungan dengan atresia saluran pencernaan
- Mekoneum yang tidak keluar dalam 24 jam sering dijumpai pada penyakit Hirschprung atau
ileus mekoneum

Ada yang membedakan muntah atas kelainan medis dan muntah bedah, tetapi
sebenarnya batasan ini tidak selalu tegas. Yang lebih penting adalah bila menemukan gejala
muntah, harus ditetapkan apakah muntah disebabkan kelainan yang harus segera ditolong
secara bedah atau tidak. Umumnya kasus semacam ini mencakup kelainan yang digologkan
abdomen akut. Ada beberapa pegangan untuk menduga abdomen akut:

- Nyeri perut muncul mendahului muntah dan/atau berlangsung lebih dari 3 jam
- Muntah bercampur empedu
- Distensi abdomen.

24
Bagan 4. Pendekatan Diagnosis Muntah pada Neonatus

Pembahasan : Pada kasus ini muntahan pasien tidak ditemukan adanya emepedu. Lalu,
pasien tidak muntah proyektil. Dari hasil lab darah rutin ditemukan adanya leukositosis yang
menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. Kemudian, dari anamnesa pasien tidak
mengalami batuk atau pilek serta riwayat trauma pada kepala disangkal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan cor, pulmo, dan pemeriksaan neurlogis dalam batas normal, tetapi pada

25
abdomen didapatkan adanya nyeri tekan dibagian epigastrium. Maka diagnosa pada kasus ini
adalah gastroenteritis.

Diagnosis Banding

Pada dasarnya penyebab muntah sangat banyak. Pendekatan muntah pada anak
merupakan problem yang sulit, diagnosa banding bukan hanya menyangkut masalah
gastrointestinal tetapi juga masalah emergensi pada anak. Penyebab muntah pada anak sangat
bervariasi dan tergantung usia. Beberapa keadaan dapat sebagai pencetus terjadinya muntah
seperti infeksi, iritasi makanan, trauma, alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness
dan motion sickness, kelainan pada saraf seperti trauma dan infeksi.Klasifikasi muntah
biasanya didasarkan pada lokus anatomi, umur penderita, adanya gejala dan tanda asosiasi
yang lain. Muntah harus dibedakan dengan:

Possetting

Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut. Sering
didahului oleh bersendawa. Tidak berbahaya. Akan hilang dengan sendirinya.

Ruminasi (merycism)

Suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung, mengunyahnya, kemudian


menelannya kembali. Kadang-kadang dirangsang secara sadar dengan mengorek faring
dengan jari. Tidak berbahaya. Kebiasaan sadar yang sulit untuk dihilangkan. Membutuhkan
bimbingan psikologik/psikoterapi yang intensif.

Regurgitasi (gumoh, spitting)

Disebabkan inkompetensi spinkter kardioesofageal dan/atau memanjangnya waktu


pengosongan lambung. Dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi traktus
respiratorius berulang akibat aspirasi. Malahan diperkirakan bisa merupakan salah satu
penyebab sudden infant death syndrome. Tapi sebagian besar akan menghilang sendiri
dengan bertambahnya umur bayi.

Refluks gastroesofageal (RGE)

26
RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini mungkin normal atau
dapat pula abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah, tetapi setiap
regurgitasi pasti disertai refluks.

Tabel 1. Diagnosis Banding Muntah pada Bayi

Common Rare
Anatomic obstruction Adrenogenital syndrome
Brain tumor (increased intracranial
Gastroenteritis
pressure )
Gastroesophageal reflux Food poisoning
Overfeeding Inborn error of metabolism
Systemic infection Renal tubular acidosis
Rumination
Subdural hemorrhage
Tabel 2. Diagnosis Banding Muntah pada Anak dan Remaja

Child Adolescent
Common
Gastroenteritis Gastroenteritis
Systemic infection Syatemic infection
Toxic ingestion Toxic ingestion
Pertussis syndrome Inflammatory bowel disease
Medication Appendicitid
Migraine
Pregnancy
Medication
Ipecac abuse/bulimia
Rare
Reye syndrome Reye syndrome
Hepatitis Hepatitis
Peptic ulcer Peptic ulcer
Pancreatitis Pancratitis

27
Increased intracranial pressure Increased intracranial pressure
Middle ear disease Middle ear disease
Chemotherapy Chemotherapy
Achalasia Cyclic vomiting
Cyclic vomiting Biliary colic
Esophageal stricture Renal colic
Duodental hematoma
Inbern error of metabolism

Komplikasi

Komplikasi Fisik

Salah satu konsekuensi akibat muntah yang berlangsung terus menerus adalah
rupturnya dinding kapiler dan mengakibatkan perdarahan pada jaringan subkutan yang
tampak pada wajah dan leher berbentuk seperti kepala peniti. Dapat juga terjadi
Mallory-Weiss Syndrome diakibatkan karena terjadi herniasi fundus pada fase retching
dan ekspulsi kadang-kadang dapat menimbulkan robekan-robekan longitudinal pada
mukosa. Keadaan ini ditandai dengan bahan muntahan yang mengandung darah setelah
beberapa siklus recthing dan ekspulsi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan kelainan ini biasanya sembuh tanpa komplikasi. Komplikasi berikutnya
yang mungkin didapatkan adalah aspirasi isi lambung. Aspirasi bahan muntahan dapat
menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan berulang-ulang dapat menyebabkan
infeksi saluran nafas berulang. Selain yang disebutkan diatas komplikasi lain yang
dapat terjadi adalah gagal tumbuh kembang. Muntah yang berulang-ulang dan cukup
hebat akan menyebabkan gangguan gizi oleh karena intake menjadi sangat berkurang
dan bila hal ini terjadi cukup lama. Trauma iga dan otot abdomen yang dapat sangat
serius tetapi jarang terjadi.

Komplikasi Metabolik

Dehidrasi/ gangguan elektrolit dan asam-basa dapat terjadi. Muntah-muntah yang


hebat dan berulang-ulang akan menyebabkan hilangnya H+ dan CI- yang manifest
sebagai alkalosis metabolik, yang dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest.

28
Komplikasi Psikologis

Komplikasi ini terjadi akibat pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan
mual muntah dan nyeri perut atau rasa terbakar pada epigastrium yang hebat yang
cenderung menimbulkan kondisi aversi di kemudian hari, penempatan situasi serupa,
atau sensitiasi berlebihan terhadap stimulus yang seringkali tidak sama. Ini dapat
mencetuskan timbulnya perilaku anoreksia pada anak-anak, mereka memilih untuk
tidak makan karena takut akan mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami
sebelumnya. Reaksi tersebut diperkirakan timbul akibat stimulus pada korteks akan
pengalaman muntah sebelumnya, tetapi jaringan saraf yang turut bekerja dan
bagaimana polanya masih banyak belum diketahui secara pasti.

Penatalaksanaan

Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :

a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah
pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan
penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari
bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah
jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karena dapat
dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro
merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek
peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin
(AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion
sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6
dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
29
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.Hanya
boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis0.40.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi
dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular
atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/
hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondansetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT3 yang terdapat pada CTZ di area
postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif
untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 418 tahun:
0.1 mg/kgBB IV 30 menit, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudian
setiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 212 thn <40>40 kg: 4 mg IV;
>12 thn: dosis dewasa 8 mg PO/kali.
Pembahasan : pada pasien ini diberikan obat antiemetik golongan 5-HT3 antagonis
seretonin yaitu ondansentron dengan dosis 0,1 mg/kgBB IV. 34kg x 0,1 mg/kgBB = 3,4 mg
(dibulatkan menjadi 3 mg). Pemberian injeksi ondansentron 3 x 3 mg.

Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

PENILAIAN

Lihat

Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu,lunglai, tidak


sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada

30
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bias minum

Periksa Turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat


Kulit lambat

Derajat Dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI


DEHIDRASI RINGAN SEDANG BERAT

Bila ada 1 tanda* + Bila ada 1 tanda* + 1


1 atau lebih tanda atau lebih tanda lain
lain

Pembahasan: Pada kasus ini pasien tampak gelisah dan pemeriksaan fisik didapatkan mata
cekung dan bibir kering. Oleh karena itu derajat dehidrasi pada pasien ini adalah dehidrasi
ringan-sedang.

Dehidrasi ringan sampai sedang

Pada dehidrasi ringan sampai sedang tujuan dari terapinya adalah untuk menggantikan
defisit cairan dan pemeliharaan hidrasi. Komposisi ORS (Oral Rehydration Solution)
biasanya teridiri dari 50 mEq per L sodium, 25 g per L dekstros, dan 30 mEq per L
bikabonate. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat diterapi dengan menggantikan cairan yang
hilang sebanyak 50 ml per kg. Hal ini dapat diatasi di rumah oleh pengasuh anak yang
kompeten menggunakan spuit untuk memperkirakan 1 ml ORS per kg BB setiap lima menit
selama tiga sampai empat jam. Apabila terjadi muntah, ORS diberikan setelah 10 menit
sampai satu jam. Pemberian cairan sebanyak 10 ml per kg BB sebaiknya ditambahkan setiap
anak mengalami BAB atau episode muntah. Spuit atau alat kaliberasi sangat dianjurkan untuk
pengukuran yang lebih akurat.

Dehidrasi sedang sampai berat

Dehidrasi sedang sampai berat biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit,


walaupun terapi rehidrasi oral dapat diusahakan di bagian gawat daurat menggunakan spuit
atau nasogastric tube apabila anak atau bayi menolak untuk minum. Kriteria perawatan di
rumah sakit termasuk pengasuh yang tidak dapat memberikan ORS di rumah, muntah terus
31
menerus, rendahnya intake ORS melewati mulut atau nasogastric tube, diare yang banyak,
rewel dan gelisah atau mengantuk, atau tidak ada perbaikan setelah 24 jam pemberian ORS di
rumah. Diet reguler pada anak sebaiknya dilanjutkan selama terapi rehidrasi oral, apabila
memungkinkan dapat diberikan cairan intravena di rumah sakit.

Metode akselerasi pada terapi rehidrasi oral untuk anak dan balita dengan diare berat
atau muntah memerlukan cairan 30 ml per jam ORS pada balita, 60 ml per jam pada bayi,
dan 90 ml per jam pada anak yang lebih tua. Dan pemberian ORS sebanyak 10 ml per kg
sebaiknya ditambahkan setiap buang air besar atau episode muntah. Ondansentron (zofran),
antagonis 5-hidroksitriptamin-3 serotonin, dapat digunakan di instalasi gawat darurat apabila
muntah mengakibatkan sulitnya intake lewat oral. Meta analisis menunjukkan ondansentron
(0,15-0,3 mg per kg secara intravena, atau 1,6 sampai 4 mg per kg secara oral, tergantung
usia) yang secara signifikan menurunkan muntah pada anak dengan gastroenteritis akut
setelah pemberian obat (jumlah yang digunakan untuk terapi = 5). Risiko yang dibutuhkan
untuk rehidrasi dengan cairan intravena yang secara signifikan berkurang (risiko relatif = 0,4;
interval kepercayaan 95%, 0,3-0,7). Pasien yang menggunakan ondansentron secara
signifikan mengurangi risiko perawatan di rumah sakit (7,5 versus 14,6%; risiko relatif 0,52;
interval kepercayaan 95%, 0,27-0,95). Ondansentron juga dapat ditoleransi dengan baik,
tetapi dapat meningkatkan episode diare sampai 48 jam setelah digunakan. Meta analisis lain
menunjukkan ondansentron dapat menurunkan muntah yang persisten, membutuhkan cairan
intravena, dan perawtan rumah sakit pada anak dengan gastoenteritis. Obat anti emetik lain
sebaiknya tidak digunakan karena efek potensial yang berlawanan.

Cairan intravena dibutuhkan minimal selama empat sampai enam jam di instalasi
gawat darurat atau selama perawatan di rumah sakit. Rehidrasi dengan cairan intravena
menggantikan defisit sodium dan cairan. Tergantung dari derajat keparahan dehidrasi, dapat
diberikan cairan intravena satu jalur atau dua jalur. Cairan bolus yang cepat diberikan
sebanyak 20 ml per kg BB. Bolus sebanyak 10 ml per kg dapat diberikan pada anak yang
lemah. Pilihan cairan untravena adalah salin 0,9%, walaupun ringer laktat juga dapat
digunakan. Pemilihan cairan intravena tergantung dari tingkat sodium dalam serum. Perlu
dilakukan pengetesan rutin terhadap output urin, elektrolt, BUN, kreatinin, dan kadar glukosa
darah. Cairan pemeliharaan sebaiknya diberikan sebanyak 100 ml per kg BB untuk 10 kg
awal, kemudian 50 ml per kg BB untuk 10 kg berikutnya, dan 20 ml per kg BB untuk 10 kg
selanjutnya. Secepatnya setelah kebutuhan cairan tercapai, rehidrasi oral dapat diberikan
32
sejlaan dengan diet reguler anak dan pemberian cairan melalui intravena dapat dihentikan.
Pasien dengan risiko aspirasi karena ada nya ketidakseimbangan elektrolit dapat diberikan
ORS dengan nasogastric tube. Komplikasi dari rehidrasi melalui intravena adalah
hiponatremi, jipernatremi, dan hipoglikemi, elektrolit dalam serum juga perlu dimonitoring
secara ketat.

Mulai diberikan cairan IV 100 ml/kgBB

Umur Pemberian 30 Pemberian 70 ml /


ml/kgBB (jam ) kgBB (jam)

< 1 tahun 1 jam 5 jam

>1 tahun jam 2 jam

Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan
intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana
terapi yang sesuai.

Pembahasan: Pada kasus ini pasien mendapatkan infus RL 200 cc yang di loading, lalu
dilanjutkan infus RL 20 tpm untuk maintanance (rumus Darrow). (10kg x100cc) +(10kg
x50cc)+(14kg x25cc) =1850cc (cairan maintanance untuk 1 hari). 1850cc : 24 jam = 77,08
cc/jam. 77,08 cc : 60 menit = 1,28 cc/menit. 1,28 cc/menit x 15 tetes = 19,27 tpm (dibulatkan
menjadi 20 tpm)

Pencegahan dan pendidikan

1. Anak diistirahatkan (sebaiknya di tempat tidur) sampai merasa lebih enak


2. Minuman diberikan dengan menggunakan sendok, sedikit demi sedikit yang dinaikkan
secara bertahap setiap 15 menit
3. Dapat diberikan minuman manis seperti jus (kecuali jeruk dan anggur karena terlalu
asam), sirup, atau madu (umur di atas 1 tahun)
33
4. Hindarkan makanan padat selama 6 jam
5. Berikan rasa nyaman (turunkan suhu tubuh)
6. Hindarkan aktivitas berlebihan setelah makan

34

Anda mungkin juga menyukai